Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1. Pengertian Bearing ................................................................................... 2
2.2. Klasifikasi Bearing ................................................................................... 2
2.3. Jenis- Jenis Bearing (Bantalan) ................................................................ 4
2.4. Sifat- Sifat Bantalan ................................................................................. 9
2.5. Definisi Kode Bearing ............................................................................ 11
2.6. Penyebab-Penyebab Kerusakan Pada Bearing: ...................................... 13
2.7. Umur/ Masa Bearing .............................................................................. 14
BAB III ALAT DAN BAHAN ............................................................................. 15
3.1. Peralatan dan Bahan ............................................................................... 15
3.1.1. Alat .................................................................................................. 15
3.1.2. Bahan............................................................................................... 16
BAB IV LANGKAH PENGERJAAN .................................................................. 17
4.1. Langkah Kerja ........................................................................................ 17
4.1.1. Pelepasan Bearing ........................................................................... 17
4.1.2. Pengukuran Dimensi Bearing ......................................................... 18
4.1.3. Pemasangan Bearing ....................................................................... 18
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 19
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 19
5.2. Saran ....................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik.Dalam perancangan suatu alat dibutuhkan
beberapa komponenpendukung. Teori komponen berfungsi untuk memberi
landasan dalam perancangan ataupun pembuatan alat. Ketepatan dan ketelitian
dalam pemilihan berbagai nilai atau ukuran dari komponen itu sangat
mempengaruhi kinerja dari alat yang akan dirancang

Mesin merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang selalu berkaitan


dengan elemen-elemen mesin yang bekerja sama satu dengan yang lainnya secara
kompak sehingga menghasilkan suatu rangkaian gerakan yang sesuai dengan apa
yang sudah direncanakan. Dalam merencanakan sebuah mesin harus
memperhatikan faktor keamanan baik untuk mesin itu sendiri maupun bagi
operatornya. Dalam pemilihan elemen-elemen dari mesin juga harus
memperhatikan kekuatan bahan, safety factor dan ketahanan dari berbagai
komponen tersebut. Adapun elemen tersebut diantaranya adalah bantalan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Setiap pekerjaan yang kita lakukan mempunyai tujuan tertentu, adapun
tujuan melaksanakan praktek ini adalah;

1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pembongkaran Bantalan


2. Mahasiswa mampu untuk memasang atau merakit kembali Bantalan
3. Mahasiswa mampu untuk mengetahui komponen-komponen yang ada
pada Bantalan
4. Mahasiswa mampu untuk mengetahui prinsip kerja dari Bantalan

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bearing

Bearing (Bantalan) Adalah Elemen Mesin Yang Menumpu Poros Yang


Mempunyai Beban, Sehingga Putaran Atau Gerakan Bolak-Baliknya Dapat
Berlangsung Secara Halus, Aman, Dan Mempunyai Umur Yang Panjang. Bearing
Harus Cukup Kokoh Untuk Memungkinkan Poros Serta Elemen Mesin Lainnya
Bekerja Dengan Baik. Jika Bearing Tidak Berfungsi Dengan Baik Maka Prestasi
Seluruh Sistem Tidak Dapat Bekerja Secara Semestinya.

Sejarah Penggunaan Bantalan Untuk Mengurangi Efek Gesekan Dapat


Ditelusuri Dari Hasil Penemuan Kereta Sederhana Yang Telah Berumur 5000
Tahun Di Euphrates Didekat Sungai Tigris. Penggunaan Bantalan Yang Lebih
Maju Terlihat Pada Kereta Celticsekitar 2000 Tahun Yang lalu.

Dalam Sejarah Modern, Desain Dan Penggunaan Bearing Yang


Terdokumentasi Dengan Baik Dimulai Oleh Leonardo Davinci. Dia
Menggunakan Roller Bearing Untuk Kincir Angin Dan Penggilingan Gandum.
Paten Pertama Tentang Bearing Didaftarkan Di Perancis 400 Tahun Kemudian.
Selanjutnya Katalog Bearing Pertama Di Dunia Diterbitkan Di Inggris Pada
Tahun 1900. Saat Ini, Penggunaan Bearing Sebagai Komponen Anti Gesek Telah
Digunakan Secara Luas Dengan Variasi Ukuran, Variasi Beban, Variasi Putaran
Yang Sangat Lebar. Contoh Penggunaan Bantalan Untuk Peralatan berat
Dipertambangan

2.2. Klasifikasi Bearing

Secara Umum Bearing Dapat Diklasifikasikan Berdasarkan Arah Beban


Dan Berdasarkan Konstruksi Atau Mekanismenya Mengatasi Gesekan.
Berdasarkan Arah Beban Yang Bekerja Pada Bantalan,Bearing Dapat
Diklasifikasikan Menjadi :

2
1. Bantalan Radial/Radial Bearing: Menahan Beban Dalam Arah Radial

Gambar :Radial Bearing

2. Bantalan Aksial/Thrust Bearing: Menahan Beban Dalam Arak Aksial

Gambar :Thrust Bearing

Berdasarkan Konstruksi Dan Mekanisme Mengatasi Gesekan, Bearing


Dapat Diklasifikasikan Menjadi Dua Yaitu Slider Bearing (Bantalan Luncur) Dan
Roller Bearing (Bantalan Gelinding).

1. Bantalan Luncur
Bantalan luncur Yang Sering Disebut Slider Bearing Atau Plain
Bearing Menggunakan Mekanisme Sliding, Dimana Dua Permukaan
Komponen Mesin Saling Bergerak Relatif. Diantara Kedua Permukaan
Terdapat Pelumas Sebagai Agen Utama Untuk Mengurangi Gesekan
Antara Kedua Permukaan. Slider Bearing Untuk Beban Arah Radial
Disebut Journal Bearing Dan Untuk Beban Arah Aksial Disebut
Thrust Bearing.
Slider Bearing Memerlukan Geseran Langsung Dari Elemen
Yang Membawa Beban Pada Tumpuannya. Hal Ini Berbeda Dengan
Rolling-Element Bearings Dimana Bola Atau Roller Dipasang
Diantara Dua Permukaan Geser. Slider Bearing Atau Sering Juga

3
Disebut Plain Bearing Terdiri Atas Dua Jenis. Journal Atau Sleeve
Bearing, Yang Bentuknya Silindris Dan Menahan Beban Radial (Yang
Tegak Lurus Terhadap Sumbu Poros).
Pada Kasus Poros Yang Berputar, Bagian Poros Yang Berkontak
Dengan Bantalan Disebut Journal. Bagian Yang Datar Pada Bantalan
Yang Melawan Gaya Aksial Disebut Thrustsufaces. Bearing Ini
Sendiri Dapat Disatukan Dengan Rumah Atau Crankcase. Tetapi
Biasanya Berupa Shell Tipis Yang Dapat Diganti Dengan Mudah Dan
Yang Menyediakan Permukaan Bantalan Yang Terbuat Dari Material
Tertentu Seperti Babbit Atau Bronze. Ketika Proses Bongkar Pasang
Tidak Memerlukan Pemisahan Bantalan, Bagian Tertentu Pada
Bantalan Dapat Dibuat Sebagai Sebuah Dinding Silindris Yang
Ditekan Pada Lubang Dirumah Bantalan. Bagian Bantalan Ini Disebut
Sebagai Bushing.

2. Bantalan Gelinding
Bantalan Gelinding Menggunakan Elemen Rolling Untuk
Mengatasi Gesekan Antara Dua Komponen Yang Bergerak. Diantara
Kedua Permukaan Ditempatkan Elemen Gelinding Seperti Misalnya
Bola, Rol, Taper Dan Lain Lain. Kontak Gelinding Terjadi Antara
Elemen Ini Dengan Komponen Lain Yang Berarti Pada Permukaan
Kontak Tidak Ada Gerakan Relatif.

2.3. Jenis- Jenis Bearing (Bantalan)

1. Single Row Groove Ball Bearings

Gambar: Single Row Groove Ball Bearings

4
Bearing Ini Mempunyai Alur Dalam Pada Kedua Cincinnya. Karena
Memiliki Alur, Maka Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Dapat Menahan Beban
Secara Ideal Pada Arah Radial Dan Aksial. Maksud Dari Beban Radial Adalah
Beban Yang Tegak Lurus Terhadap Sumbu Poros, Sedangkan Beban Aksial
Adalah Beban Yang Searah Sumbu Poros.

2. Double Row Self Aligning Ball Bearings

Gambar Double row sel aligning Ball Bearings

Jenis Ini Mempunyai Dua Baris Bola, Masing-Masing Baris


Mempunyai Alur Sendiri-Sendiri Pada Cincin Bagian Dalamnya. Pada
Umumnya Terdapat Alur Bola Pada Cincin Luarnya. Cincin Bagian Dalamnya
Mampu Bergerak Sendiri Untuk Menyesuaikan Posisinya. Inilah Kelebihan
Dari Jenis Ini, Yaitu Dapat Mengatasi Masalah Poros Yang Kurang Sebaris.

3. Single Row Angular Contact Ball Bearings

Gambar Single Row Angular Contact Ball Bearings

Berdasarkan Konstruksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Radial.


Bearing Ini Biasanya Dipasangkan Dengan Bearing Lain, Baik Itu Dipasang

5
Secara Pararel Maupun Bertolak Belakang, Sehingga Mampu Juga Untuk
Menahan Beban Aksial.

4. Double Row Angular Contact Ball Bearings

Gambar Double Row Angular Contact Ball Bearings

Disamping Dapat Menahan Beban Radial, Jenis Ini Juga Dapat


Menahan Beban Aksial Dalam Dua Arah. Karena Konstruksinya Juga, Jenis
Ini Dapat Menahan Beban Torsi. Jenis Ini Juga Digunakan Untuk Mengganti
Dua Buah Bearing Jika Ruangan Yang Tersedia Tidak Mencukupi.

5. Double Row Barrel Roller Bearings

Gambar Double Row Barrel Roller Bearings

Bearing Ini Mempunyai Dua Baris Elemen Roller Yang Pada Umumnya
Mempunyai Alur Berbentuk Bola Pada Cincin Luarnya. Jenis Ini Memiliki
Kapasitas Beban Radial Yang Besar Sehingga Ideal Untuk Menahan Beban
Kejut.

6
6. Single Row Cylindrical Bearings

Gambar Single Cylindrical Bearings

Jenis Ini Mempunyai Dua Alur Pada Satu Cincin Yang Biasanya
Terpisah. Efek Dari Pemisahan Ini, Cincin Dapat Bergerak Aksial Dengan
Mengikuti Cincin Yang Lain. Hal Ini Merupakan Suatu Keuntungan,
Karena Apabila Bearing Harus Mengalami Perubahan Bentuk Karena
Temperatur, Maka Cincinya Akan Dengan Mudah Menyesuaikan
Posisinya. Jenis Ini Mempunyai Kapasitas Beban Radial Yang Besar Pula
Dan Juga Cocok Untuk Kecepatan Tinggi.

7. Tapered Roller Bearings

Gambar Tapered Roller Bearings

Dilihat Dari Konstruksinya, Jenis Ini Ideal Untuk Beban Aksial


Maupun Radial. Jenis Ini Dapat Dipisah, Dimana Cincin Dalamnya
Dipasang Bersama Dengan Rollernya Dan Cincin Luarnya Terpisah.

7
8. Single Direction Thrust Ball Bearings

Gambar Single Direction Thrust Ball Bearings

Bearing Jenis Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila


Dalam Satu Arah Saja. Elemenya Dapat Dipisahkan Sehingga Mudah
Melakukan Pemasangan. Beban Aksial Minimum Yang Dapat Ditahan
Tergantung Dari Kecepatannya. Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap
Ketidaksebarisan (Misalignment) Poros Terhadap Rumahnya.

9. Double Direction Thrust Ball Bearings

Gambar Double Direction Thrust Ball Bearings

Bearing Jenis Ini Hanya Cocok Untuk Menahan Beban Aksila


Dalam Satu Arah Saja. Elemenya Dapat Dipisahkan Sehingga Mudah
Melakukan Pemasangan. Beban Aksial Minimum Yang Dapat Ditahan

8
Tergantung Dari Kecepatannya. Jenis Ini Sangat Sensitif Terhadap Ketidak
Sebarisan (Misalignment) Poros Terhadap Rumahnya.

10. Ball And Socket Bearings

Gambar Ball nd Socket Bearings

Bearing Jenis Ini Mempunyai Alur Dalam Berbentuk Bola, Yang


Bisa Membuat Elemennya Berdiri Sendiri. Kapasitasnya Sangat Besar
Terhadap Beban Aksial. Selain Itu Juga Dapat Menahan Beban Radial
Secara Simultan Dan Cocok Untuk Kecepatan Yang Tinggi.

2.4. Sifat- Sifat Bantalan

Dalam pemilihan bantalan perlu diketahui sifat-sifat yang harus


dipertimbangkan agar diperoleh bahan yang terbaik, sifat-sifat bantalan yang baik
yaitu:

 Tahan tekanan

Bahan bantalan harus memiliki kekuatan tekanan yang tinggi untuk


meningkatkan tekanan maksimum sehingga mencegah ekstruksi atau
deformasi permanen pada bantalan.

 Kekuatan fatigue

Bahan bantalan harus memiliki kekuatan fatigue yang tinggi sehingga


ketika terjadi beban berulang tidak menghasilkan retak pada material.

9
 Comformability

Adalah kemampuan bahan bantal utnuk mengakomodasi lendutan


poros atau ketidak akuratan bantalan oleh deformasi plastik (creep).

 Embedd ability

Adalah kemampuan bahan bantalan untuk mengakomodasi partikel


kecil dari debu,pasir dll.

 Tahan korosi

Bahan bantalan tidak boleh menimbulkan korosi akibat pelumasan.


Properti ini sangat penting didalam mesin pembakaran dimana pelumas yang
sama digunakan untuk melumasi dinding silinder dan bantalan.

 Thermal konduktivitas

Bahan bantalan harus memiliki konduktivitas yang tinggi sehingga


memungkinkan perpindahan panas yang cepat yang dihasilkan pada saat
gesekan.

 Ekspansi thermal

Bahan bantalan harus memiliki koefisien ekspansi thermal rendah,


sehingga ketika bekerja dengan suhu yang berbeda-beda, tidak ada perubahan
bahan yang diakibatkan perubahan suhu

Untuk mendapatkan semua sifat diatas sulit didapatkan dalam bahan


bantalan tertentu, dimana bahan yang digunakan pada prakteknya tergantung pada
kebutuhan dari kondisi pemanfaatan bantalan. Sehingga pemilihan bahan untuk
setiap aplikasi harus berdasarkan analisis, tabel berikut menunjukan perbandingan
dari beberapa sifat yang lebih umum bahan bantalan logam. Perhatikan tabel sifat-
sifat bantalan berikut :

10
Tekanan maksimum Temperatur Maksimal
Kekearasan
NO Bahan Bantalan yang diperbolehkan
Hn
yang diperbolehkan (ºC)
1 Besi Cor 50-100 0,3 – 0,6 150
2 Perunggu 80-150 0,7 – 2,0 200
3 Kuningan 100-200 1,5 – 6,0 200
4 Perunggu fosfor 20-30 0,6 – 1,0 250
5 Logam Putih berdasarkan Sn 15-20 0,6 – 1,0 150
6 Logam Putih berdasarkan Pb 30-40 1,0 – 1,4 150
7 Paduan Cadmium 20-30 1,0 – 1,4 250
8 Kelmet 45-50 1,0 – 1,8 170
9 Paduan Alumunium 40-80 2,8 100 - 150
10 Perunggu Timah Hitam 160 -180 2,0 – 3,2 220 – 250
11 Perunggu Timah Hitam 160 -180 2,0 – 3,2 220 – 250

2.5. Definisi Kode Bearing

A. Kode Pertama (Jenis Bearing)

Kode Bearing (Bantalan) = 6203zz


Kode Bearing Di Atas Terdiri Dari Beberapa Komponen Yang Dapat Dibagi-
Bagi Antara Lain:
6 = Kode Pertama Melambangkan Tipe /Jenis Bearing
2= Kode Kedua Melambangkan Seri Bearing
03 =Kode Ketiga Dan Keempat Melambangkan Diameter Bore (Lubang
Dalam Bearing)
Zz = Kode Yang Terakhir Melambangkan Jenis Bahan Penutup Bearing

Jadi Dalam Kode Bearing (Bantalan) = 6203zz Seperti Contoh Di


Atas, Kode Pertama Adalah Angka 6 Yang Menyatakan Bahwa Tipe Bearing
Tersebut Adalah Single-Row Deep Groove Ball Bearing ( Bantalan Peluru
Beralur Satu Larik).Perlu Diingat Bahwa Kode Di Atas Untuk Menyatakan

11
Pengkodean Bearing Dalam Satuan Metric Jika Anda Mendapatkan Kode
Bearing Seperti Ini = R8-2rs, Maka Kode Pertama ( R) Yang Menandakan
Bahwa Bearing Tersebut Merupakan Bearing Berkode Satuan Inchi.

B. Kode Kedua (Seri Bearing)

Kalau Kode Pertama Adalah Angka Maka Bearing Tersebut Adalah


Bearing Metric Seperti Contoh Di Atas (6203zz ), Maka Kode Kedua
Menyatakan Seri Bearing Untuk Menyatakan Ketahanan Dari Bearing
Tersebut. Seri Penomoran Adalah Mulai Dari Ketahan Paling Ringan Sampai
Paling Berat

• 8 = Extra Thin Section


• 9 = Very Thin Section
• 0= Extra Light
• 1 = Extra Light Thrust
• 2 = Light
• 3 = Medium
• 4 = Heavy

Kalau Kode Pertama Adalah Huruf, Maka Bearing Tersebut Adalah


Bearing Inchi Seperti Contoh (R8-2rs ) Maka Kode Kedua ( Angka 8 )
Menyatakan Besar Diameter Dalam Bearing Di Bagi 1/16 Inchi Atau = 8/16
Inchi.

C. Kode Ketiga Dan Keempat (Diameter Dalam Bore Bearing)

Untuk Kode 0 Sampai Dengan 3, Maka Diameter Bore Bearing Adalah


Sebagai Berikut :
• 00 = Diameter Dalam 10mm
• 01= Diameter Dalam 12mm
• 02= Diameter Dalam 15mm
• 03= Diameter Dalam 17mm

12
Selain Kode Nomor 0 Sampai 3, Misalnya 4, 5 Dan Seterusnya Maka
Diameter Bore Bearing Dikalikan Dengan Angka 5 Misal 04 Maka Diameter
Bore Bearing = 20 Mm.

D. Kode Yang Terakhir (Jenis Bahan Penutup Bearing)

Pengkodean Ini Menyatakan Tipe Jenis Penutup Bearing Ataupun


Bahan Bearing. Seperti Berikut :
1. Z Single Shielded ( Bearing Ditutuipi Plat Tunggal)
2. Zz Double Shielded ( Bearing Ditutupi Plat Ganda )
3. Rs Single Sealed ( Bearing Ditutupi Seal Karet)
4. 2rs Double Sealed (Bearing Ditutupi Seal Karet Ganda )
5. V Single Non-Contact Seal
6. Vv Double Non-Contact Seal
7. Ddu Double Contact Seals
8. Nr Snap Ring And Groove
9. M Brass Cage

2.6. Penyebab-Penyebab Kerusakan Pada Bearing:

Ada empat faktor penyebab kerusakan bearing yaitu:


1. Kesalahan Bahan
– Faktor Produsen: Yaitu Retaknya Bantalan Setelah Produksi
Baik Retak Halus Maupun Berat, Kesalahan Toleransi, Kesalahan
Celah Bantalan.
– Faktor Konsumen: Yaitu Kurangnya Pengetahuan Tentang
Karakteristik Pada Bearing
2. Penggunaan Bearing Melewati Batas Waktu Penggunaannya
(Tidak Sesuai Dengan Petunjuk Buku Fabrikasi Pembuatan
Bearing).
3. Pemilihan Jenis Bearing Dan Pelumasannya Yang Tidak Sesuai
Dengan Buku Petunjuk Dan Keadaan Lapangan (Real).
4. Pemasangan Bearing Pada Poros Yang Tidak Hati-Hati Dan Tidak
Sesuai Standart Yang Ditentukan.

13
2.7. Umur/ Masa Bearing

Faktor Penentu Umur/Masa Bearing Adalah Kesalahan Pada Saat


Pemasangan Dan 6 Kesalahan Dalam Pemasangan Bearing Diantaranya:

 Pemasangan Yang Terlalu Longgar, Akibatnya Cincin Dalam Atau Cincin


Luar Yang Berputar Yang Menimbulkan Gesekan Dengan Housing/Poros.
 Pemasangan Yang Terlalu Erat, Akibatnya Ventilasi Atau Celah Yang
Kurang Sehingga Pada Saat Berputar Suhu Bantalan Akan Cepat
Meningkat Dan Terjadi Konsentrasi Tegangan Yang Lebih.
 Terjadi Pembenjolan Pada Jalur Jalan Atau Pada Roll Sehingga Bantalan
Saat Berputar Akan Tersendat-Sendat.
 Terjadi Misalignment, Dimana Kedudukan Poros Pompa Dan
Penggeraknya Tidak Lurus, Bearing Akan Mengalami Vibrasi Tinggi.
Pemasangan Yang Tidak Sejajar Tersebut Akan Menimbulkan Guncangan
Pada Saat Berputar Yang Dapat Merusak Bearing. Kemiringan Dalam
Pemasangan Bearing Juga Menjadi Faktor Kerusakan Bearing, Karena
Bearing Tidak Menumpu Poros Dengan Tidak Baik, Sehingga Timbul
Getaran Yang Dapat Merusak Komponen Tersebut.
 Karena Terjadi Unbalance (Tidak Imbang), Seperti Pada Impeller, Dimana
Bagian-Bagian Pada Impeller Tersebut Tidak Balance (Salah Satu Titik
Bagian Impeller Memiliki Berat Yang Tidak Seimbang). Sehingga Ketika
Berputar, Mengakibatkan Putaran Mengalami Perubahan Gaya Disalah
Satu Titik Putaran (Lebih Terasa Ketika Putaran Tinggi), Sehingga
Berpengaruh Pula Pada Putaran Bearing Pada Poros. Unbalance Bisa
Terjadi Pula Pada Poros, Dan Pengaruhnya Pun Sama, Yaitu Bisa
Membuat Vibrasi Yang Tinggi Dan Merusak Komponen.
 Bearing Kurang Minyak Pelumasan, Karena Bocor Atau Minyak Pelumas
Terkontaminasi Benda Asing Dari Bocoran Seal Gland Yang
Mempengaruhi Daya Pelumasan Pada Minyak Tersebut.

14
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1. Peralatan dan Bahan

3.1.1. Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada praktik ini yaitu:

15
3.1.2. Bahan
Adapun bahan yang dijadikan bahan uji yaitu:

16
BAB IV

LANGKAH PENGERJAAN
4.1. Langkah Kerja

 Mulai pekerjaan dengan Bismillahirrohmanirrohim.


 Siapkan seluruh peralatan dan bahan uji.

4.1.1. Pelepasan Bearing

NO URAIAN KEGIATAN DOKUMENTASI


1 Pukul bearing yang terpasang
dengan palu secara merata
terlebih dahulu
2 Pasangkan trekel pada
bearing

3 Putar Trekel untuk menarik


bearing lepas dari poros

4 Lakukan hal serupa pada


bearing lainnya

17
4.1.2. Pengukuran Dimensi Bearing

 Cek dan catat kode yang ada pada sisi bearing.


 Ukur diameter luar bearing.
 Ukur diameter dalam bearing.
 Ukur lebar bearing

4.1.3. Pemasangan Bearing

NO URAIAN PEKERJAAN DOKUMENTASI


1 Pasangkan poros pada -
dudukan yang telah tersedia
2 Masukkan bearing pada
poros yang sesuai

3 Ambil alat khusus memasang


bearing dan pukul dengan
palu

4 Ukur jarak/clearance antara


poros dengan bearing
menggunakan mal yang telah
tersedia

5 Lakukan hal serupa pada -


bearing lainnya

18
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil Praktikum di ruang Perawatan Dasar tentang “Bearing” dapat di


ambil kesimpulan yaitu:

 Pada saat pemasangan ataupun pelepasan pada bearing, bahwasanya


sangatlah hati – hati. Jika salah pada saat pemasukan atau dikeluarkannya
bearing dari poros, maka akan terjadi kerusakan pada bearing itu sendiri.
 Kode yang terdapat pada permukaan bearing harus di pasang ke depan,
karena nantinya memeudahkan pada saat melakukan pergantian.
 Pada saat menggunakan heater, sebaiknya jangan ditambahkan suhu pada
saat melakukan pemanasan selanjutnya, karena dapat mengubah bentuk
bearing.
 Dengan melakukan pemeriksaan poros pada acuan vertical maupun
horizontal, kita dapat mengetahui keadaan poros yang sebenarnya.
 Pada pemasangan bearing pada poros dengan metode paksa, karena poros
memilki suaian sesak.

5.2. Saran

 Teori yang diberikan sudah begitu membantu dalam proses praktek,


 Alat – alat yang digunakan mestinya masih bagus, seperti dial indicator
yang sudah kurang baik dan juga heater.
 Semoga praktek kedepannya dapat dilakukan pada mobil praktek, agar
dapat mengenal langsung penggunaanya.
 Alat yang sudah digunakan seperti sebaiknya dibersihkan dengan
menggunakan bensin, agar alat tersebut tidak cepat rusak.
 Utamakan keselamatan kerja.

19

Anda mungkin juga menyukai