Anda di halaman 1dari 16

BAB II DASAR TEORI

II.1. Pengertian Bor adalah salah satu mesin perkakas, yang secara umum digunakan untuk
mengebor suatu benda kerja. Pada mesin ini juga dapat dilakukan pekerjaan pekerjaan
yang lainnya seperti, memperluas lubang, pengeboran untuk tirus pada bagian suatu lubang
atau pembenaman. Dalam pelaksanaannya pengeboran sesungguhnya adalah suatu poros
yang berputar, dimana pada bagian ujungnya (bagian bawah) disambungkan mata bor yang
dapat mengebor terhadap benda kerja yang di jepit pada meja mesin bor. Jadi secara umum
dalam pelaksanaan pengeboran suatu lubang pada benda kerja diperlukan suatu mesin bor
yang bekerja baik dan teliti. Mesin dapat mengebor benda kerja secara terus menerus dan
mempunyai kecepatan poros yang dapat disetel menurut kebutuhannya dan dapat dilakukan
bermacam macam pengeboran yang sesuai kebutuhan.
II.2.1 Bagian Utama Mesin Bor Bagian utama mesin bor adalah sebagai berikut : 1. Spindel
pada mesin bor berfungsi menggerakkan mata bor 2. Drill head pada mesin bor berfungsi
menopang mekanisme penggerak pisau potong dan menghantarkan ke benda kerja. 3.
Lengan Radial, bagian dari mesin bor radial yang dapat bergerak naik turun maupun
berputar dimana motor penggerak dan drill head terpasang kuat. 4. Meja, bagian yang
menopang seluruh bagian mesin bor dimana meja terbuat dari material besi cor dengan
kekuatan yang tinggi dan stabilitas yang mantap.
II.3. Jenis jenis Mesin Bor
II.3.1 Mesin Bor Meja Mesin bor meja digunakan untuk proses bor sederhana (aplikasi
ringan) dimana dalam pengoperasiannya digunakan penekanan tangan pada hand feed lever atau
otomatik untuk menurunkan mata bor menuju benda kerja yang dilubangi. Gambar 2.1 II.3.2
Mesin Bor Tegak Mesin bor tegak merupakan jenis mesin bor meja dengan kemampuan
mengerjakan benda kerja ukuran yang lebih besar dimana proses pemakanan dari mata bor dapat
dikendalikan secara otomatis naik turun.
Gambar 2.2
II.3.3 Mesin Bor Radial Mesin bor radial mampu digunakan untuk benda kerja dengan dimensi
yang relatif besar dengan pisau potong (mata bor) yang juga besar. Gambar 2.3
II.3.4 Mesin Bor Gang Mesin bor gang mempunyai lebih dari satu spindel, biasanya empat
spindel dengan satu buah meja. Mesin in digunakan untuk melakukan beberapa operasi sekaligus
sehingga lebih cepat.
Gambar 2.4
II.4 Bearing (bantalan) Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan
menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat
disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros. a. Bantalan Luncur. Pada bantalan ini terjadi
gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan Gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol
bulat.
2. Atas Dasar Arah Beban Terhadap Poros.
a. Bantalan Radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b. Bantalan Radial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan Gelinding Khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan
tegak lurus dengan sumbu poros.
II.4.1 Bantalan gelinding Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan
rol bulat. Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang sangat kecil
dibandingkan dengan bantalan luncur. Elemen gelinding seperti bola atau rol dipasang antara
cincin luar dan dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan melakukan
gerakan gelinding sehingga gesekan akan jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi
dengan bentuk dan ukurannya merupakan suatu keharusan. Karena luas bidang kontak antara
bola dan rol dengan cincin sangat kecil, maka besarnya beban yang dipakai harus memiliki
ketahanan dan kekerasan yang sangat tinggi. Kelakuan Bantalan Gelinding :
1. Membawa beban aksial Bantalan radial mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen
dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial. Bantalan bola macam alur dalam, bantalan
bola kontak sudut, dan bantalan rol kerucut merupakan bantalan yang dibebani gaya aksial kecil.
2. Kelakuan terhadap putaran Diameter d (mm) dikalikan dengan putaran permenit n (rpm)
disebut harga d.n. Harga ini untuk suatu bantalan yang mempunyai bantalan empiris, yang
besarnya tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya.
3. Kelakuan gesekan Bantalan bola dan bantalan rol silinder mempunyai gesekan yang relatif
kecil dibandingkan dengan bantalan yang lainnya. Untuk alat-alat ukur, gesekan bantalan
merupakan penentuan ketelitiannya. 4. Kelakuan dalam bunyi dan getaran. Hal ini dipengaruhi
oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin, kekerasan elemen-elemen tersebut, keadaan
sangkarnya, dan kelas mutunya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan,
konstruksi mesin (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran dalam bantalan. Gambar
2.1. : Jenis bantalan gelinding Sumber : Sularso, 2004.
II.4.2 Sistem Pelumasan Pada Bantalan Penggunaan bantalan pada suatu mesin, haruslah
memperhatikan sistem pelumasan yang akan digunakan, sehingga konstruksi, kondisi kerja, dan
letak bantalan menjadi pertimbangan dalam pemilihan. Tempat pelumasan, bentuk serta
kekerasan alur minyak juga merupakan faktorfaktor penting. Dalam pelumasan bantalan, dikenal
bermacam-macam cara, antara lain :
1. Pelumasan tangan Cara ini sesuai pada beban ringan, kecepatan rendah, atau kerja yang tidak
terus menerus. Kekurangannya adalah bahwa aliran pelumasan tidak selalu tetap, atau pelumasan
menjadi tidak teratur.
2. Pelumasan tetes Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang banyak dan teratur
melalui sebuah katup jarum. Cara ini untuk beban ringan dan sedang.
3. Pelumasan sumbu Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan dalam mangkok
minyak sehingga minyak terhisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai seperti dalam hal
pelumasan tetes.
4. Pelumasan percik Dari suatu bak penampung, minyak dipercikkan. Cara ini digunakan untuk
melumasi torak dan silinder motor bakar torak yang berputar tinggi.
5. Pelumasan cincin Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros sehingga
akan berputar bersama poros sambil mengangkat minyak dari bawah. Cara ini dipakai untuk
beban sedang. 6. Pelumasan pompa Pelumasan pompa dipergunakan untuk mengalirkan minyak
ke dalam bantalan. Cara ini dipakai untuk melumasi bantalan yang sulit letaknya, seperti pada
bantalan utama motor putaran tinggi dan beban besar.
7. Pelumasan gravitasi Pada bantalan diletakkan sebuah tangki, minyak dialirkan oleh gaya
beratnya. Cara ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi pada kecepatan keliling sebesar 10-
15 m/s. 8. Pelumasan celup Sebagian dari bantalan dicelupan dalam minyak. Cara ini cocok
untuk bantalan dengan poros tegak, seperti pada turbin air. Disini perlu diberikan perhatian pada
besarnya gaya gesekan, karena tahanan minyak, kenaikan temperatur dan kemungkinan
masuknya kotoran atau benda asing. Bantalan dalam permesinan seperti halnya dalam pondasi
bangunan. Artinya apabila bantalan tidak berfungsi dengan baik, maka sistem tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya. Dalam memilih bantalan yang akan digunakan, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : 1. Tinggi rendahnya putaran poros
2. Jenis bahan yang dikenakan
3. Besar-kecilnya beban yang dikenakan 4. Ketelitian elemen mesin
5. Kemudahan perawatannya Adapun analisa terhadap bantalan, dilakukan untuk menghitung
umur bantalan berdasar beban yang diterima oleh bantalan. Perhitungan umur bantalan tersebut
menggunakan rumus (Sularso,2004) Lh = 500.fh3 Keterangan : Lh fh = Umur bantalan (jam) =
Faktor umur umur (fh) dihitung dengan menggunakan rumus
. 2.1 Faktor (Sularso,2004) : fh = fn . C/P
Keterangan : fn = Faktor kecepatan ................................................................................ 2.2 C =
Kapasitas dinamik spesifik P = Beban yang diterima (N) Sementara fn untuk bantalan peluru
dihitung dengan rumus (Sularso, 2004) yaitu : fn = (33,3/
n)1/3 ........................................................................ 2.3 Keterangan : n = Kecepatan putar II.5
Roda Gigi Jika dari dua buah roda gigi berbentuk silinder atau kerucut yang saling
bersinggungan pada kelilingnya salah satu diputar maka yang lain akan ikut berputar pula. Alat
yang menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentranmisikan daya disebut roda gesek. Cara
ini cukup baik untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak tepat. Untuk
mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak dapat dilakukan dengan roda gesek.
Untuk ini, kedua roda tersebut harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda bergigi semacam ini, yang dapat
berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda gigi. Di luar cara transmisi di atas, ada pula cara
lain untuk meneruskan daya, yaitu dengan sabuk atau rantai. Namun demikian, transmisi roda
gigi mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sabuk atau rantai karena lebih ringkas,
putaran lebih tinggi dan tepat, dan daya lebih besar. Kelebihan ini tidak selalu menyebabkan
dipilihnya roda gigi di samping cara lain, karena memerlukan ketelitian yang lebih besar dalam
pembuatan, pemasangan, maupun pemeliharaannya. Pemakaian roda gigi sebagai alat transmisi
telah menduduki tempat terpenting disegala bidang selama 200 tahun terkhir ini. Penggunaannya
dimulai dari alat pengukur yang kecil dan teliti seperti jam tangan, sampai roda gigi reduksi pada
turbin besar yang berdaya puluhan megawatt. II.5.1 Macam-macam Roda Gigi naikkan II.5.1.1
Roda Gigi Lurus atau Sejajar Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya
berjajar pada bidang silinder (disebut bidang jarak bagi); kedua bidang silinder tersebut
bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetasejajar. Roda gigi
lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros.
II.5.1.2 Roda Gigi Miring Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada
silinder jarak bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga pemindahan momen atau putaran
melalui gigi-gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk
mentrasmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan
aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur roda gigi yang membentuk ulir tersebut
menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan poros, dalam hal roda gigi miring ganda.
II.5.1.3 Roda Gigi Berbentuk V Gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur yang
berbentuk V tersebut, akan saling meniadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi,
kecepatan keliling, dan daya yang diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar.
II.5.1.4 Roda Gigi Dalam Roda gigi dalam dipakai jika ingin alat tranmisi dengan ukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak di dalam roda gigi.
II.5.1.5 Pinyon dan Batang Gigi Batang gigi merupakan dasar profil pahat pembuat gigi.
Pasangan antara roda gigi dan pinyon dipergunakan untuk mengubah gerakan putar menjadi
lurus atau sebaliknya.
II.5.1.6 Roda Gigi Kerucut Dalam hal roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang
kerucut yang puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus dengan
gigi lurus, adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat
berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. Juga kontruksinya tidak mungkin
pemasangan bantalan pada kedua ujung poros-porosnya.
II.5.1.7 Roda Gigi Kerucut Spiral Roda gigi kerucut spiral karena mempunyai perbandingan
kontak yang lebih besar, dapt meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua
roda gigi ini biasanya dibuat 90 derajat.
II.5.1.8 Roda Gigi Cacing Roda gigi cacing meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi
besar.
II.5.1.9 Roda Gigi Hipoid Rada gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada roda gigi
diferensial otomobil. Roda gigi in mempunyai jalur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
kerucut yang sumbunya bersilang, dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding.
II.6 POROS Poros merupakan bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin
menggunakan poros untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Poros untuk
meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut : a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan
kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket, rantai.
b. Spindel Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
c. Gandar Poros yang dipasang pada roda kereta barang, dimana tidak mendapat beban puntir,
bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika digerakan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban putir juga.
Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut yang perlu diperhatikan:
a. Kekakuan Poros. Meskipun sebuah poros memiliki sebuah kekuatan yang cukup, tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan mengakibatkan ketidak-telitian pada mesin
perkakas atau getaran dan suara. naikkan Karena itu disamping kekuatan poros kekakuannya
juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
b. Putaran Kritis Bila putaran suatu mesin dinaikkan, maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat
terjadi pada turbin, motor listrik, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-
bagian yang lainnya. Jika mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga puturan
kerjanya lebih dari putaran kritisnya.
c. Kekuatan Poros Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir, lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros
baling-baling kapal atau turbin. Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi pengaruh
tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak,
harus diperhatikan.sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-
beban diatas.
d. Korosi Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeler dan
pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang
terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu
dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi. e. Bahan Poros Poros untuk mesin umumnya
terbuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinising, baja karbon kontruksi mesin yanag
dihasilkan dari igot yang di-kill (baja yang dideoksidasikan dari fero silicon dan dicor, kadar
karbon terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya diberi alur pasak karena
ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi
keras dan kekuatannya bertambah besar. Poros-
por ................................................................................... 2.9 keterangan : G = Modulus geser T =
Momen puntir (kg.mm) l = Panjang poros (mm) ds = Diameter poros (mm) Besarnya deformasi
yang disebabkan oleh momen puntir pada poros harus dibatasi. Untuk poros yang dipasang pada
mesin umum dalam kondisi kerja normal, besarnya defleksi puntiran dibatasi sampai 0,25 0 0,3
0. a = Diameter poros (mm) = Tegangan geser yang diijinkan (Kg/mm2) Km Kt M T =
Faktor koreksi momen lentur = Faktor koreksi momen puntir = Momen lentur (kg.mm) = Torsi
(kg.mm) Defleksi Puntiran B /(Sf1 Sf2) ............................................................... 2.7
Kemudian, keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor yang dianjurkan oleh
ASME juga dipakai di sini. Faktor ini dinyatakan dengan Kt dipilih1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0 sampai 1,5 jika terjadi sedikit kejutan dan 1,5 sampai 3,0 jika beban dikenakan
dengan kejutan atau tumbukan besar. Sedangkan faktor koreksi momen lentur Km besarnya 1,5
untuk pembebanan tetap, 1,5 sampai 2,0 untuk beban dengan tumbukan ringan dan 2 sampai 3
untuk beban dengan tumbukan besar. Besarnya diameter poros dapat dihitung dengan, (Sularso,
2004). [ ( ( ) ) ( ) ] 2.8 keterangan : d a= B (kg/mm 2 ),
sesuai dengan setandar ASME. Untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6
untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa
dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf1. Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros akan
diberi alur pasak atau dibuat bertetangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan sangat besar.
Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil faktor yang
dinyatakan sebagai Sf2 dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0. Dari hal-hal di atas maka besarnya
a (kg/mm 2 ) dapat dihitung dengan, (Sularso, 2004). B (kg/mm 2 ). Jadi batas kelelahan
puntir adalah 18% dari kekuatan tarik a . (kg/mm
2 ) untuk pemakaian puntir yang umum pada poros dihitung atas dasar batas kelelahan besarnya
diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik P (kW)
..2.4 Keterangan : Pd = Daya rencana (KW) fc =
Faktor koreksi P = Daya nominal motor penggerak (KW) Tabel 2.2 Faktor-faktor Koreksi Daya
yang akan Ditransmisikan (fc) Daya yang akan ditransmisikan Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan Daya nominal Sumber : - Sularso, 2004 Jika momen puntir
(disebut juga sebagai momen rencana) adalah T (kg.mm) maka, (Sularso, 2004). ( )( ) fc 1,2
2,0 0.8 1,2 1,0 1,5 ... 2.5 Sehingga naikkan 2.6
Tegangan geser yang diizinkan f c os yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan
beberapa diantaranya adalah baja khrom, nikel, baja khrom nikel molibden. Sekalipun demikian
pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya untuk putaran tinggi
dan beban berat. Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang
diberi perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan Dalam
perencanaan sebuah poros, harus diperhitungkan terlebih dahulu daya yang ditransmisikan P
(kW), dan putaran poros n (rpm). Atas dasar pertimbangan keamanan maka poros ini diberi nilai
keamanan atau faktor koreksi fc, sehingga daya rencana ( Pd ) dapat dihitung. (Sularso, 2004).
Pd

Anda mungkin juga menyukai