Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah

Seiring pertumbuhan zaman, kebutuhan manusia akan alat pemenuh


kebutuhan tentunya akan semakin meningkat. Dengan kata lain, keinginan ini
mendorong manusia untuk terus dapat melakukan proses produksi setiap
harinya. Namun proses produktivitas saja tidaklah cukup, karena jika hanya
memikirkan sisi produktivitas tanpa memperhatikan pendistribusianya maka
proses secara keseluruhan akan terganggu. Hal ini merupakan salah satu
masalah penting dibidang manufaktur dan bisnis mengingat dewasa ini
kebanyakan proses produksi dan distribusi dilakukan menggunakan mesin.

Salah satu bagian yang penting dari suatu mesin adalah bagian
penyangga (pelapis) yang berfungsi untuk melindungi suatu bagian lain dari
gesekan sehingga membuat mesin menjadi tahan lama. Bagian ini biasa kita
kenal dengan istilah Bearing.

Bearing merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang


memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk
menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan
yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.

Permasalahan diatas adalah alasan penyusun untuk membuat karya


ilmiah ini dengan judul Assembly and Disassembly of Ball Bearing I.
Penjelasan mengenai sumber sumber pustaka terbilang
memiliki cakupan yang luas dan fleksibel. Namun, dalam hal
ini penulis membatasi cakupan materi yang akan dibahas
melalui uraian yang tertera dalam sub bab rumusan masalah
dan juga metode penelitian yang penulis gunakan dalam
melakukan penyusunan karya ilmiah ini.

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 1


1.2Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul karya ilmiah ini, ada beberapa masalah yang
dapat dirumuskan, diantaranya :

1. Apa itu Bearing.


2. Apa saja jenis jenis Bearing.
3. Seperti apakah standarisasi yang ada pada Bearing dan alat bantunya.
4. Apa saja macam macam rumah Bearing.
5. Bagimanakah cara pemasangan dan pelepasan bearing yang baik dan
benar.

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Bearing .
2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis Bearing.
3. Untuk mengetahui seperti apakah standarisasi yang ada pada Bearing dan
alat bantunya.
4. Untuk mengetahui ada apa sajakah macam macam rumah bearing.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara pemasangan dan pelepasan Bearing
yang baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bearing

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 2


Bearing dalam Bahasa Indonesia berarti bantalan. Dalam ilmu
mekanika bearing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk
membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu
bergerak pada arah yang diinginkan. Bearing menjaga poros (shaft) agar
selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga menjaga suatu komponen
yang bergerak linier agar selalu berada pada jalurnya.

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang


memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk
menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan
yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Bearing atau laher ini biasanya
berbentuk bulat. Bearing di mobil dipasang pada as roda dan ditempat-tempat
yang berputar lainnya.

2.2 Jenis Jenis Bearing

Secara umum bearing dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

A. Bantalan Luncur (Journal Bearing)

Adalah bantalan sederhana atau dengan istilah lain bush yang


harus menumpu bagian yang berputar. Pada bantalan ini terjadi gesekan
luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh
permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.

Syarat bantalan bisa digunakan adalah harus tahan aus, tahan


karat, memiliki koefisien yang kecil, mampu berputar pada temperature
tinggi. Sedangkan untuk logam yang dipakai sebagai journal bearing
antara lain : Bronze, Babbit (paduan timah putih, antimory dan tembaga),
Almunium paduan, paduan tembaga dan cadium, besi tuang.

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 3


Untuk menumpu poros berbeban, maka digunakan bantalan,
sehingga gerakan bolak balik dapat berlangsung secara halus dan tahan
lama. Posisi bantalan harus kuat, hal ini agar elemen mesin dan poros
bekerja dengan baik. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, maka
jenis bantalan luncur dibedakan menjadi :

Dilihat Dari Bentuk Bantalan Luncur digolongkan menjadi :

1. Bantalan Luncur bus


2. Bantalan Luncur Bus Flens
3. Bantalan Luncur Belah

Dilihat dari alur pelumasan, dapat digolongkan menjadi :

1. Alur sederhana
2. Alur keliling
3. Alur setengah keliling
4. Alur empat persegi panjang tunggal

Berdasarkan konstruksinya bantalan luncur dibedakan menjadi :


1. Bantalan luncur radial Bantalan ini untuk mendukung gaya radial
dari batang torak saat berputar. Konstruksinya terbagi / terbelah
menjadi dua agar dapat dipasang pada poros engkol.
2. Bantalan luncur aksial Bantalan ini menghantarkan poros engkol
menerima gaya aksial yaitu terutama pada saat terjadi melepas /
menghubungkan plat kopling saat mobil berjalan. Konstruksi
bantalan ini juga terbelah / terbagi menjadi dua dan dipasang pada
poros jurnal bagian paling tengah.

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 4


B. Bantalan Gelinding (Rolling Bearing)
Berdasarkan arah bebannya

Bantalan gelinding radial Bantalan gelinding aksial

Berdasarkan komponen gelinding

1. Bantalan gelinding bola


2. Bantalan gelinding silinder
3. Bantalan gelinding jarum
4. Bantalan gelinding kerucut
5. Bantalan gelinding spherical /barrel /tong

Bedasarkan Jumlah Baris


1. Baris ganda (double row)
2. Baris tunggal (single row)

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 5


Berdasarkan Konstruksi
1. Bantalan bola alur dalam baris tunggal (single row deep groove ball
bearing)
2. Bantalan bola alur dalam baris ganda (double rows deep groove ball
bearing)

3. Bantalan bola kontak sudut baris tunggal

4. Bantalan bola mapan sendiri (self aligning ball bearing)

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 6


5. Bantalan rol silinder baris tunggal (single row cylindrical roller
bearing)
6. Bantalan rol silinder baris ganda (double rows cylindrical roller
bearing)

7. Bantalan rol tong (spherical roller bearing)

8. Bantalan rol kerucut baris tunggal (single row taper roller bearing)
9. Bantalan rol kerucut baris ganda (double rows taper roller bearing)

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 7


10. Bantalan jarum baris tunggal( single row needle bearing)

11. Bantalan jarum baris ganda empat( four rows needle bearing)

Berdasarkan lubang
1. Bantalan dengan lubang silinder (cylinder bore)
2. Bantalan dengan lubang konis/kerucut (taper bore)

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 8


2.3 Standarisasi Bearing

A. Standar Manufaktur Bearing

1. SKF
2. FAG
3. RHP
4. BEARINDO
5. KOYO
6. TIMKEN
7. NTN

B. Standar Jenis Bearing

1. Angka 1, menunjukkan bantalan bola sejajar sendiri baris ganda


(double row self aligning ball bearing)
2. Angka 2, menunjukkan tipe no 1, tetapi lebih lebar
3. Angka 3, menunjukkan bantalan bola kontak sudut baris ganda (double
row angular contact ball bearing)
4. Angka 4, menunjukkan bantalan bola alur dalam baris ganda (double
row deep groove ball bearing)
5. Angka 6, menunjukkan bantalan bola alur dalam baris tunggal (single
row deep groove ball bearing)
6. Angka 7, menunjukkan bantalan bola kontak sudut baris tunggal (single
row angular contact ball bearing)
7. Angka 16, menunjukkan tipe 6, tetapi lebih sempit
8. Angka 22, menunjukkan bantalan gelinding tong baris ganda ( double
row spherical)
9. Angka 30, menunjukkan bantalan gelinding kerucut (tapper roller
bearing)
10. Angka 51, menunjukkan bantalan bola aksial(thrust ball bearing)
11. Huruf N, menunjukkan bantalan gelindng silinder baris tunggal (single
row roller cylinder bearing)

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 9


C. Standar Kelas Beban
1. Angka 0, menunjukkan seri diameter ISO 0, beban sangat ringan (extra
light)
2. Angka 1, menunjukkan seri diameter ISO 1, beban aksial sangat ringan
(extra light thrust)
3. Angka 2, menunjukkan seri diameter ISO 2, beban ringan (light)
4. Angka 3, menunjukkan seri diameter ISO 3, beban ringan (medium)
5. Angka 4, menunjukkan seri diameter ISO 4, beban ringan (heavy)

D. Standar Diameter Lubang Bearing


1. Kode 00, menunjukkan diameter lubang 10 mm
2. Kode 01, menunjukkan diameter lubang 12 mm
3. Kode 02, menunjukkan diameter lubang 15 mm
4. Kode 03, menunjukkan diameter lubang 17 mm
5. Kode 04, menunjukkan diameter lubang 20 mm
6. Kode lebih besar atau sama dengan 4, menunjukkan diameter lubang 5
kali dari angka tersebut dalam mm

E. Standar Kekencangan Baut

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 10


F. Standar Pengukuran Clearance
Cara melakukan penguuranya adalah dengan menggunakan Feeler
Gauge dan lakukan langkah seperti dibawah ini :

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 11


Maka akan diperoleh data sesuai dengan hasil pengukuranya.
Untuk memastikan kecermatanya, data bisa dibandingkan kesesuaianya
dengan tabel clearance baik untuk melihat Radial clearance maupun Axial
clearance. Contoh tabelnya seperti dibawah ini :

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 12


Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 13
G. Standar Penamaan Bearing
Kode Bantalan utama Bearing terdiri atas 3 digit yaitu :
Digit I menunjukan kode tipe (type code)
Digit II menunjukan kode seri (series code)
Digit III menunjukan kode lubang (bore code)
Hurup bagian paling depan menunjukan kode manufactur

Contoh : Bearing FOO 7211

Artinya itu adalah bearing merk FOO, tipe single row angular
contrack ball bearing, seri/jenis ringan, dengan diameter lubang 55 mm

2.4 Macam Macam Rumah Bearing

1. SNH plummer block housings

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 14


2. SN 30 plummer block housings

3. SD plumer block housings

4. SDJ plummer block housings

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 15


5. SDG plummer block housings

6. SDR plummer block housings

7. SOFN plummer block housings

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 16


2.5 Pemasangan dan Pelepasan Bearing

A. Pemasangan
1. Pemasangan Bantalan pada Lubang / Bos
Tidak diperkenankan menekan/memukul langsung
Gunakan perantara (sleeve)
Pilih sleeve (peluncur) yang sesuai
Gaya dikenai pada outer ring

2. Pemasangan Bantalan pada Poros


Tidak diperkenankan menekan/memukul langsung

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 17


Gunakan perantara (sleeve)
Pilih sleeve (peluncur) yang sesuai
Gaya dikenai pada inner dan outer ring

3. Pemasangan Bantalan dengan adaptor sleeve


Komponen

Cara Pemasangan

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 18


4. Pemasangan Bantalan Pada Poros Dengan Press
Tidakdiperkenankanmenekan/memukullangsung
Gunakanperantara (sleeve)
Pilih sleeve (peluncur) yang sesuai
Gaya dikenaipada inner

5. Pemasangan Bantalan Pada Poros Dengan Pemanasan Induksi


Proses pemanasan ini dilakukan pada temperatur 80-125 C

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 19


6. Pemasangan Bantalan Pada Poros Dengan Pemanasan Oli
Proses pemanasan ini dilakukan pada temperatur 80-125 C

7. Pemasangan Bantalan Pada Poros Dengan Pemanasan Microwave


Proses pemanasan ini dilakukan pada temperatur 80-125 C

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 20


8. Pemasangan Bantalan Pada Poros Dalam Keadaan Panas
Pastikan lingkungan sekitar aman
Gunakan sarung tangan tahan panas saat akan memasukan bearing pada
poros
Lakukan prosedur seperti gambar berikut

B. Pelepasan Bantalan Pada Poros


1. Manual dengan puller 3 rahang hidrolik

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 21


2. Manual dengan puller 2 rahang

3. Pelepasan Bantalan Pada Poros dan Adaptor Sleeve


a. Manual

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 22


b. Bantalan besar dengan oil injection

4. Pelepasan Bantalan pada Lubang Manual

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 23


BAB III
DATA HASIL PENGAMATAN
1. Data Standar Bantalan Gelinding Yang Digunakan

No KodeBantalan JenisBantalan Ukuran (mm) Clearance

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 24


Standar
di do t
(m)
1 TIMKEN 22311 EJW Double Row Spherical Roller Bearings 55 120 43 40 65
2 SKE 22211 EK Double Row Spherical Roller Bearings 55 100 25 55 75
3 FOO 1211K Single Row Self Aligning Ball Bearing 55 100 21 16 36
4 TIMKEN 63109 RSI Single Row Deep Groove Ball Bearings 40 100 25 6 23
5 TIMKEN 6207 RSI Single Row Deep Groove Ball Bearings 35 72 17 6 20
6 SKF 6208 Single Row Cam Roller Ball Bearings 40 80 18 6 23
7 TIMKEN 6211 Single Row Deep Groove Ball Bearings 55 100 21 8 28
8 TIMKEN X33211 Single Row Tapered Roller Bearings 55 100 35 -
TIMKEN NU 218
9 Single Row Cylindrical Roller Bearings 90 160 30 50 85
EMA
TIMKEN NU 313
10 Single Row Cylindrical Roller Bearings 65 140 33 40 75
EMA

Keterangan :
di = Diameter dalam
do = Diameter Luar
t = Tebal Bantalan

2. Pemasangan dan pelepasan bantalan pada poros secara konvensional


a. Alat yang digunakan

No Nama Alat Spesifikasi/Ukuran


1 Vernier Caliver L = 150 mm, Kecermatan 0,05 mm
2 Palu Besi -
3 Tabung peluncur (Sleeve) I di = 30, do = 40, t = 4, L = 40
4 Tabung peluncur (Sleeve) II di = 45, do = 60, t = 75, L = 25
DIAMOND, Forged Alloy Steel, 0
5 Kunci Inggris (adjustable wrench)
250 mm
6 Clearance Gauge JOK, 13 Blatt, 0,05 1 mm
7 Manual Puller (2 Rahang) KUKKO, 10 20, L = 0 90 mm/lengan

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 25


b. Data Konstruksi

No Nama Komponen Ukuran (mm)


1 Diameter poros 35
2 Panjang poros 100
3 Kode Bantalan TIMKEN 6207 RSI
Jenis Bantalan : Single Row Deep Groove Ball Bearings
Diameter Luar 72
Diameter Dalam 35
4 Standard Radial Clearance 0,006 0,02
5 Actual Radial Clearance 0,035 0,055
6 Tabung Peluncur (Tabung Perantara)
Diameter Luar 40
Diameter Dalam 30
Panjang 45

3. Pemasangan dan pelepasan bantalan pada poros secara konvensional


a. Alat yang digunakan

No Nama Alat Spesifikasi/Ukuran


1 Vernier Caliver L = 150 mm, Kecermatan 0,05 mm
2 Palu Besi -
3 Tabung peluncur (Sleeve) I di = 30, do = 40, t = 4, L = 40
4 Tabung peluncur (Sleeve) II di = 45, do = 60, t = 75, L = 25
DIAMOND, Forged Alloy Steel, 0
5 Kunci Inggris (adjustable wrench)
250 mm
6 Clearance Gauge JOK, 13 Blatt, 0,05 1 mm
7 Manual Puller (2 Rahang) KUKKO, 10 20, L = 0 90 mm/lengan
8 SKF Induction Heater TIH 030 230V, Max W up to 40 Kg

b. Data Konstruksi

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 26


No Nama Komponen Ukuran (mm)
1 Diameter poros 30
2 Panjang poros 100
3 Kode Bantalan SKF 6306 K
Jenis Bantalan : Single Row Deep Groove Ball Bearings
Diameter Luar 72
Diameter Dalam 30
4 Standard Radial Clearance 0,006 - 0,02
5 Actual Radial Clearance 0,035 0,055
6 TemperaturPemanasan 100 oC

4. Pemasangan dan pelepasan bantalan pada poros secara konvensional


a. Alat yang digunakan

No Nama Alat Spesifikasi/Ukuran


1 Vernier Caliver L = 150 mm, Kecermatan 0,05 mm
2 Palu Besi -
3 Tabung peluncur (Sleeve) I di = 30, do = 40, t = 4, L = 40
4 Tabung peluncur (Sleeve) II di = 45, do = 60, t = 75, L = 25
DIAMOND, Forged Alloy Steel, 0
5 Kunci Inggris (adjustable wrench)
250 mm
6 Clearance Gauge JOK, 13 Blatt, 0,05 1 mm
7 Manual Puller (2 Rahang) KUKKO, 10 20, L = 0 90 mm/lengan

b. Data Konstruksi

No Nama Komponen Ukuran (mm)


1 Diameter Poros 30
2 Panjang Poros 65
3 Kode Bantalan SKF 6303 K
z Jenis Bantalan : Single Row Deep Groove Ball Bearings
Diameter Luar 72
Diameter Dalam 30
4 Standard Radial Clearance 0,006 - 0,02

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 27


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan

Berdasarkan data dan analisis data hasil pengamatan diatas dapat


disimpulkan bahwa Bearing adalah salah satu suatu elemen mesin yang
menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya
dapat berlangsung secara halus, aman, dan berumur panjang

Oleh karena, itu bearing ini harus cukup kokoh untuk menahan
beban dari poros yang terhubung dengan komponen mesin lainya sehingga
dapat berputar, bekerja sesuai dengan fungsinya. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik, maka prestasi seluruh sistem akan menurun bahkan
bisa terhenti.

Dari penjelasan mengenai bearing diatas, dilakukanlah praktikum ini


agar kita dapat mengetahui bagaimana cara memasang dan melepas bearing
yang baik dan benar serta mengetahui standar apa saja yang ada pada bearing
mulai dari lubang, jenis, tipe berat, hingga tata cara penamaanya.

4.2 Saran

Berdasarkan pengalaman dalam praktikum Assembly and


Disassembly of Ball Bearing I serta pembuatan laporan ini, ada beberapa
saran yang bisa kami berikan, diantaranya :

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 28


1. Untuk mempermudah proses pengerjaan, pastikan semua materi yang akan
digunakan telah disediakan.
2. Lakukan peninjauan pada setiap materi yang ada sehingga informasi yang
akan kita gunakan saat pengerjaan sudah pasti kebenarannya.
3. Saat melakukan praktikum pastikan kita taat pada aturan yang ada pada lab
tersebut seperti keharusan memakai wearpack atau jas lab, memakai safety
shoes serta mengikuti semua prosedur yang diarahkan oleh pembimbing
atau instruktur.

DAFTAR PUSTAKA
-------- . 2016 . Bearing
(Mechanical) .
https://en.wikipedia.org/wiki/Bearing_(mechanical) . [ 09 Oktober
2016 ].
Fahmi, Munir . --------- . Bantalan Gelinding . ---------- . Bandung : Politeknik
Negeri Bandung. [09 Oktober 2016]
Fahmi Munir . ---------- . Bantalan Luncur. --------------. Bandung : Politeknik
Negeri Bandung. [09 Oktober 2016]

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 29


LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal Praktikum : 3 Oktober 2016

Tanggal Penyerahan Laporan : 10 Oktober 2016

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Aditya Permana Sakti Aji Iswandi Andri Hendriyawan


NIM : 151211001 NIM : 151211002 NIM : 151211003

Instruktur

Ir. M. Munir Fahmi, MT


NIP : 196310061988031004

Assembly and Disassembly of Ball Bearing I Page 30

Anda mungkin juga menyukai