Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TEKNIK PERAWATAN

PRAKTIKUM PERAKITAN DAN PELEPASAN


TRANSMISI RANTAI
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Teknik Perawatan Mekanik

Disusun Oleh :
Fauzan Hamidipradja 171234010
Iyan Shofwan Kholik 171234012
M. Taofiq Nurhibatullah 171234013

D-IV TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena nikmat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Perakitan dan
Pelepasan Transmisi Rantai” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Praktikum ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui dan
menyelaraskan antara pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataannya. Selain itu, praktikum ini dilaksanakan juga untuk memenuhi salah
satu syarat akademik kelulusan mata kuliah Teknik Perawatan Mekanik yang mana
sesuai dengan Program di Program Studi D-IV Teknik Perancangan dan Konstruksi
Mesin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.
Penulisan laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknik
perawatan. Dan harapan kami akan laporan ini semoga laporan ini dapat menjadi
hal baik dalam studi kami, dan dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini tidak luput dari kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi.

Bandung, 1 November 2019

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 2
2.1 Rantai (Chain) .............................................................................................. 2
2.2 Jenis Rantai.................................................................................................... 2
2.3 Rantai Rol ...................................................................................................... 3
BAB III PRAKTIKUM .......................................................................................... 8
3.1 Pelepasan Rantai ............................................................................................ 8
3.2 Pelepasan roda gigi rantai/sproket ............................................................... 10
3.3 Perakitan ...................................................................................................... 10
3.4 Penyetelan roda gigi rantai .......................................................................... 10
3.5 Merakit rantai .............................................................................................. 11
3.6 Penyetelan tegangan rantai .......................................................................... 12
3.7 Langkah Kerja ............................................................................................. 13
BAB IV DATA PRAKTIKUM ............................................................................ 14
4.1 Alat yang digunakan .................................................................................... 14
4.2 Komponen pada poros 1 .............................................................................. 15
4.3 Komponen pada poros 2 .............................................................................. 18
4.4 Transmisi Rantai (Chain) ............................................................................ 21
4.5 Instalasi ........................................................................................................ 22
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 23
5.2 Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam dunia industri, kita akan sering menjumpai berbagai macam
transmisi gerakan, baik menggunakan roda gigi, rantai, ataupun belt, yang
menghubungkan 2 buah poros dengan fungsi meneruskan gaya/gerakan ataupun
mengubah arah dan juga besar daya dan kecepatan. Dalam penerapannya, transmisi
rantailah yang berfungsi meneruskan daya dengan beban yang lebih besar, salah
satunya dalam transmisi motor gigi dan juga pada beberapa mesin konvensional.
Dalam praktikum ini mahasiswa akan melakukan perakitan dan pelepasan
Transmisi rantai. Ini ditujukkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
fungsi secara keseluruhan sistem transmisi, baik untuk pengalaman kerja/praktek
maupun dalam melakukan perancangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Dapat menjelaskan pengertian Transmisi rantai, fungsi Transmisi rantai.
2. Dapat mengerti kode-kode standar pada Transmisi rantai.
3. Dapat mengetahui dan mengerti cara melakukan pemasangan dan perakitan
transmisi rantai

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Rantai (Chain)


Penggerak rantai digunakan untuk memindahkan tenaga atau putaran
antaradua poros terpisah. Rantai bergerak tanpa slip sama seperti pada roda
gigi dantransmisi sabuk gilir. Transmisi terjadi pada rantai dan gigi rantai.
Transmisi rantaidipakai secara umum dalam banyak sistem teknik. Beberapa
contoh misalnya padasepeda, sepeda motor atau konveyor dan lain sebagainya.

Kelebihan :

1. Mampu meneruskan daya yang cukup besar


2. Keausan pada bantalan relative kecil
3. Mudah dipasang

Kekurangan :

1. Timbul suara dan getaran akibat gesekan dan rantai spoket


2. Perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus akibat gesekan dengan
sproket

2.2 Jenis Rantai


Rantai untuk transmisi daya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
 rantai rol/rollling chain
 rantai gigi/silent chain

Rantai rol (rolling chain)

2
Rantai gigi (silent chain)

2.3 Rantai Rol


 Kecepatan maksimum untuk rantai rol adalah 600 m/menit.
 Bahan pena, bus, dan rol adalah baja karbon atau baja khrom dengan
perlakuan pengerasan permukaan (surface hardening).
 Rantai dengan rangkaian tunggal paling banyak dipakai, sedangkan
rangkaian banyak, seperti dua atau tiga rangkaian, digunakan untuk
transmisi beban berat. Rantai dengan rangkaian tunggal, ganda dan tiga
rangkaian.
 Ukuran dan kekuatan rantai rol dapat dilihat dalam tabel

3
4
 Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor atau
baja cor untuk ukuran besar.

Profil gigi sproket rantai rol

 Pada perencanaan transmisi rantai perlu diketahui besarnya daya yang akan
ditransmisikan, putaran poros penggerak, putaran poros yang digerakkan, dan
jarak sumbu poros.
 Daya rencana (Pd)

Pd = fc x P
Dimana: P = daya yang
ditransmisikan [kW]
fc = faktor koreksi daya (untuk nilainya lihat tabel 2)
 Dari daya rencana (Pd) dan putaran sproket kecil, lihatlah gambar 5 untuk
menentukan nomer rantai dan jumlah gigi sproket kecil (z1) yang sesuai.
Kemudian lihat tabel 1 untuk mengetahui jarak bagi sproket (p), batas
kekuatan tarik rata-rata (Fb), dan beban maksimum yang diizinkan (Fu).
 Jumlah gigi sebaiknya merupakan bilangan ganjil dan lebih dari 15
 Jumlah gigi minimum yang diizinkan adalah 13
 Jumlah gigi sproket besar maksimum 114
 Perbandingan putaran yang diizinkan sampai 10 : 1
 Transmisi rantai akan lebih halus dan kurang bunyinya jika dipakai rantai
dengan jarak bagi kecil, dan jumlah gigi sproket yang banyak.
 Jumlah gigi sproket besar (z2):
z 2 = z1 x i

Dimana: z1 = jumlah gigi sproket kecil


𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 pemutar 𝑛
i = perbandingan putaran = putaran yang diputar = 𝑛1
2

5
Gambar 5. Diagram pemilihan rantai rol
Keterangan: (1) tiga rangkaian
(2) dua rangkaian
(3) satu rangkaian
 Diameter jarak bagi sproket kecil (dp) [mm] :

𝑝
dp =
sin (180°/z1 )
 Diameter jarak bagi sproket besar (Dp) [mm] :
𝑝
Dp =
sin (180°/z2 )

 Diameter luar sproket kecil (dk) [mm] :


dk = {0,6 + cot (180°/z1 )} x p

 Diameter luar sproket besar (Dk)


[mm] :

6
Dk = {0,6 + cot (180°/z2 )} x p

 Kecepatan rantai (v) [m/s] :


p x z1 x n1
𝑣=
1000 x 60

Kecepatan rantai maksimum adalah 10 m/s


 Jarak sumbu poros yang ideal adalah antara 30 sampai 50 kali jarak bagi
sproket (p). Untuk beban yang berfluktuasi, jarak tersebut harus dikurangi
sampai lebih kecil dari 20 kali jarak bagi sproket.
 Panjang rantai (Lp) :

𝑧1 + 𝑧2 [(𝑧2 − 𝑧1 )/6,28]2
Lp = + (2 × 𝐶𝑝) +
2 𝐶𝑝
Dimana :
jarak sumbu poros C
Cp = = [mm]
jarak bagi gigi p
Lp = panjang rantai yang dinyatakan dalam jumlah mata rantai
Usahakan Lp dalam bentuk bilangan genap, bila Lp hasil perhitungan dalam
bentuk pecahan maka dapat digenapkan.
 Karena Lp mungkin dibulatkan jumlahnya, maka nilai Cp akan berubah,
perubahan nilai Cp tersebut dapat dihitung dengan persamaan :

1 𝑧1 + 𝑧2 𝑧1 + 𝑧2 2 2
Cp = {(L- ) + √(𝐿 − ) − (𝑧 -z )2 }
4 2 2 9,86 2 1

Dimana L adalah panjang rantai yang sudah dibulatkan nilainya


 Karena nilai Cp berubah menurut persamaan di atas, maka jarak antar sumbu
poros (C) menjadi berubah pula, menjadi :

C=Cp x p

7
BAB III PRAKTIKUM

3.1 Pelepasan Rantai


Dalam pelepasan ini akan dilakukan pembongkaran atau pelepasan
transmisi rantai berikut dengan poros dan bantalannya. Selain itu juga akan
melakukan inspeksi dan perawatan komponen-komponennya. Hal ini
dilanjutkan dengan perakitan penyebarisan poros dan penyetelan roda gigi
rantai. Peralatan dan alat bantu berikut ini diperlukan dalam pelepasan dan
perakitan rantai

 Kunci ring dan kunci pas


 Jangka sorong
 Kunci kait
 Palu besi
 Palu plastik
 Dua penggaris baja
 Tang jepit
Melakukan pembongkaran merupakan urutan kebalikan dari perakitan.
Yang pertama, tegangan rantai dikendorkan dengan menggeser poros maju atau
dengan menggeser tegangan roda gigi atau sproket. Klip pegas penyambung (
spring clip join ) dilepas dengan menggunakan tang. Selanjutnya plat luarnya
diambil dan keluarkan satu rangkaian sisanya dan akhirnya rantai dapat diambil
dari roda gigi serta lakukan secara hati-hati. Pelepasan klip pegas penyambung
ditunjukkan seperti pada Pelepasan plat luar ditunjukkan pada Sedangkan
menunjukkan pengambilan rangkaian penghubung rantai.

Pelepasan klip pegas

8
Pelepasan plat luar

Pelepasan rangkaian penyambung


Sebelum dipasang lagi rantai perlu dicuci dan dibersihkan dengan cara
dikuas, dicelup dengan menggunakan larutan pencuci, solar atau bensin.
Pencucian rantai dapat ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

Pencucian rantai
\Sebelum rantai dipasang kembali, kondisinya harus bersih dan terhindar
dari keausan dan kerusakan. Untuk mengetahui adanya keausan dan kerusakan
disamping diperiksa secara visual dapat juga ditentukan dengan
membandingkan hasil peregangan dan pemendekan ketika ditekan.
Perbedaannya menunjukkan tingkat keausan. Selain itu tingkat keausan dapat
juga ditentukan dengan cara melenturkan sisi rantai. Besar kecilnya lenturan
menunjukkan besar kecilnya tingkat keausan.

9
Meregangkan rantai

Jika setelah dievaluasi rantai masih layak dipakai kembali, perlu


dilumasi terlebih dahulu begitu juga jika rantai yang digunakan baru.
Pelumasannya dapat dilakukan dengan cara rantai dicelupkan pada bak oli
hingga beberapa menit. Oli yang dapat digunakan untuk temperatur operasi
sampai 50  antara lain SAE 30, SAE 40 atau SAE 50.

3.2 Pelepasan roda gigi rantai/sproket


Roda gigi rantai yang dipasang pada poros dengan adaptor luncur dapat
dilepas dengan cara menarik piringannya. Pada adaptor luncur terdapat tiga
lubang baut seperti yang telah disebutkan semula pada pelepasan puli sabuk V
Untuk lubang ini ulir baut berada didalam adaptor peluncur. Ketika ulir
digerakkan kedalam, piringan akan terlepas tanpa memerlukan palu.

3.3 Perakitan
Untuk mengoperasikan dengan benar, poros transmisi rantai harus
benar-benar sejajar terhadap poros yang lain. Sebagai tambahan poros
posisinya 90 terhadap ujung permukaan kerja dan berputar horizontal, hal ini
harus juga dikerjakan secara hati-hati.Perakitan pada roda rantai dapat
dilakukan sebagai berikut :Pasang roda gigi rantai dan adaptor peluncur pada
poros.

 Letakkan adaptor peluncur pada lokasi yang tepat.


 Geser roda gigi rantai terhadap adaptor peluncur dan pasang ulirnya.
Kencangkan baut. Roda gigi rantai ditarik pada adaptor luncur.
 Periksa bahwa adaptor luncur pada posisi yang tepat.
 Pasang roda gigi rantai kedua dengan cara yang sama.

3.4 Penyetelan roda gigi rantai


Roda gigi rantai akan mempunyai umur pemakaian yang panjang jika
kekencangan tepat dan roda gigi rantai sebaris. Penyebarisan roda gigi rantai
dilakukan sebagai berikut :

10
 Roda gigi rantai harus sebaris dengan arah bidang horizontal dan vertikal.
 Dua penggaris baja diperlukan untuk memeriksa bidang vertikal,
ditunjukkan pada gambar
 Dua penggaris baja diperlukan untuk memeriksa bidang horisontal ,
ditunjukkan pada gambar

Penyebarisan vertikal

Penyebarisan horisontal
Pada penyebarisan vertikal, letakkan penggaris baja secara vertikal
sepanjang roda gigi rantai. Jika penggaris tidak sebaris poros harus diatur.
Penyebarisan tersebut dilakukan dengan menempatkan sim di bawah blok
bantalan atau alas mesin. Untuk pameriksaan bidang horizontal, satu penggaris
baja ditempatkan sepanjang dua roda gigi rantai. Jika hal ini tidak tepat,
penggaris akan menyentuh roda gigi rantai pada empat titik. Jika hal ini tidak
tepat salah satu roda gigi rantai harus digeser terhadap poros dan atau poros
harus diputar.

3.5 Merakit rantai


Setelah penyebarisan roda gigi rantai, rantai harus ditempatkan di atas roda
gigi rantai. Perakitan rantai adalah sebagai berikut :

 Letakkan roda pengencang dalam posisi yang terendah


 Pasang rantai pada roda gigi dan pasang penyambung kunci, ketika
pemasangan pegas klip perhatikan arah gerakan rantai. Bagian klip yang
terbuka harus terletak mengikuti arah putaran.
 Kemudian kencangkan rantai dengan menggunakan rol pengencang.

11
Pemasangan penyambung rantai

Pemasangan klip pengunci

3.6 Penyetelan tegangan rantai


Setelah rantai dipasang pada roda gigi rantai/sproket pengencangannya
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

 Pengencangan dilakukan dengan menggunakan penegang rantai. Atau rol


pengencang.
 Pengencangan dilakukan dengan menggeser salah satu poros.
Pemeriksaan tegangan rantai dengan cara mengukur lenturan rantai. Besarnya
lenturan maksimum yang diizinkan dipengaruhi oleh jarak sumbu poros dan
cara penentuannya. Lenturan yang dimaksud jarak lenturan pada dua belah sisi,
ditunjukkan seperti pada gambar berikut

Lenturan rantai

12
3.7 Langkah Kerja
Pelepasan :

1. Persiapkan Alat yang akan digunakan


2. Identifikasi secara Visual
3. Lepas rantai dengan mengendorkan pengencang dan mendekatkan bearing
housing dengan kunci L6 dan kunci pas 17/19
4. Lepas sprocket dengan membuka dua tapper lock dan memasukan satu
tapper lock untuk pelonggaran dan lepas sprocket (menggunakan kunci L6)
5. Identifikasi dan liahat kode pada sprocket dan tapper lock
6. Ukur jarak antar kedua poros dengan menggunakan mistar baja
7. Buka Baut pada Bearing housing dengan kunci pas 17/19 dan lepaskan
bearing housing
8. Angkat poros dan cekam dalam ragum dengan menggunakan plat penahan
9. Ukur radial clearance pada kedua bearing
10. Lepas Lock nut dengan hook spanner
11. Lepaskan Adaptor sleeve dengan sleeve dan pukul dengan menggunakan
palu baja dan beri gaya secara tegak lurus
12. Lepas Washer, bearing dan adaptor sleeve
13. Catatat kode dan lakukan pengukuran diameter dalam, diameter luar,
panjang dan lebar (jika diperlukan)
14. Lakukan pada kedua poros
Perakitan:

1. Pasang adaptor sleeve, washer, bearing dan lock nut sesuaikan jarak dengan
data yang telah diambil (Tool:hook spanner, palu mallet)
2. Pasang poros pada bearing housing, tutup dan kencangkan dengan baut
(tool:kunci pas 17/19)
3. Pasang sprocket dengan melepas satu baut pengendoran dan pasang baut
pada kedua lubang pengencangan, sesuaikan jarak dengan data yang telah
diambil (tool:Kunci L6), lakukan pada kedua poros
4. Alignment sproket dengan menggunakan mistar baja
5. Pasang rantai pada sprocket, lihat tabel pengencangan dan sesuaikan dengan
table. Pengencangan dilakukan dengan menjauhkan kedua bearing housing
dan mengencangkan pengencang
6. Gunakan pelumas jika diperlukan

13
BAB IV DATA PRAKTIKUM

4.1 Alat yang digunakan


No Nama Alat Spesifikasi/ Ukuran

1 Kunci ring 17x19 dan 17x16

2 Kunci L 1 Pcs

3 Tang 1 Pcs

4 Hook Spanner 2 Pcs

5 Obeng min 1 Pcs

6 Palu Mallet 1 Pcs

7 Clamp/Cover Plat 1 Pcs

8 Jangka sorong 150 mm

9 Filler Gauge 1 Pcs

10 Pitch Gauge 1 Pcs

11 Palu Besi 1 Pcs

12 Sleeve 1 Pcs

13 Waterpass 1 Pcs

14 Ragum 1 Pcs

Shaft

14
4.2 Komponen pada poros 1
No Nama Komponen Kode/Ukuran

1 Shaft

Shaft diameter (mm) 50 mm

Shaft length (mm) 700 mm

2 Bearing housing 1.1

Bearing housing code SN 511

Bearing housing high (bottom to centre)


70 mm
(mm)

Hole diameter (mm) 50 mm

Bearing housing thickness (mm) 70 mm

Diameter baut pada bearing housing (mm) 10 mm

Pitch ulir baut pada bearing housing (mm) 1,5 mm

Kode bahan baut pada bearing housing JH 8.8

Kekuatan tarik maksimum baut pada bearing


880 N/mm2
housing (N/mm2)

Standart kekencangan baut pada bearing


87,3 Nm
housing (Nm)

3 Bearing 1.1

Bearing code 22211 EK

Double Row Spherical


Bearing type
Roller Bearing

Bearing outer diameter (mm) 100 mm

Bearing hole diameter (mm) 55 mm

Bearing thickness (mm) 25 mm

Standard radial clearcance 55-75

Actual radial clearance 10

15
4 Adaptor sleeve 1.1

Adaptor sleeve code H311

Adaptor sleeve ouer diameter (mm) 55 mm

Adaptor sleeve length (mm) 45 mm

5 Lock nut 1.1

Lock nut code KM11

Lock nut outer diameter (mm) 75 mm

Lock nut hole diameter (mm) 55 mm

Lock nut thickness (mm) 11 mm

Thread type (metric or withworth) Metric

Thread pitch (mm or gpi) 2 mm

6 Locking washer 1.1

Locking washer code MB11

Locking washer outer diameter (mm) 81 mm

Locking washer hole diameter (mm) 55 mm

Locking washer thickness (mm) 1,5 mm

7 Bearing housing 1.2

Bearing housing code SN 511

Bearing housing high (bottom to centre)


70 mm
(mm)

Hole diameter (mm) 50 mm

Bearing housing thickness (mm) 70 mm

Diameter baut pada bearing housing (mm) 10 mm

Pitch ulir baut pada bearing housing (mm) 1,5 mm

Kode bahan baut pada bearing housing JH 8.8

16
Kekuatan tarik maksimum baut pada bearing
880 N/mm2
housing (N/mm2)

Standart kekencangan baut pada bearing


87,3 Nm
housing (Nm)

8 Bearing 1.2

Bearing code SKF 22211 K

Double Row Spherical


Bearing type
Roller Bearing

Bearing outer diameter (mm) 100 mm

Bearing hole diameter (mm) 55 mm

Bearing thickness (mm) 25 mm

Standard radial clearance 55-75

Actual radial clearance 10

9 Adaptor sleeve 1.2

Adaptor sleeve code H311

Adaptor sleeve ouer diameter (mm) 55 mm

Adaptor sleeve length (mm) 45 mm

10 Lock nut 1.2

Lock nut code KM11

Lock nut outer diameter (mm) 75 mm

Lock nut hole diameter (mm) 55 mm

Lock nut thickness (mm) 11 mm

Thread type (metric or withworth) Metric

Thread pitch (mm or gpi) 1,5 mm

11 Locking washer 1.2

Locking washer code MB11

17
Locking washer outer diameter (mm) 81 mm

Locking washer hole diameter (mm) 55 mm

Locking washer thickness (mm) 1,5 mm

4.3 Komponen pada poros 2


No Nama Komponen Kode/Ukuran

1 Shaft

Shaft diameter (mm) 50 mm

Shaft length (mm) 700 mm

2 Bearing housing 2.1

Bearing housing code SN 511

Bearing housing high (bottom to centre) 70 mm


(mm)

Hole diameter (mm) 50 mm

Bearing housing thickness (mm) 70 mm

Diameter baut pada bearing housing (mm) 10 mm

Pitch ulir baut pada bearing housing (mm) 1,5 mm

Kode bahan baut pada bearing housing JH 8.8

Kekuatan tarik maksimum baut pada 880 N/mm2


bearing housing (N/mm2)

Standart kekencangan baut pada bearing 87,3 Nm


housing (Nm)

3 Bearing 2.1

Bearing code FOO 1211 K

Bearing type Double row self aligning


ball bearing

Bearing outer diameter (mm) 100 mm

18
Bearing hole diameter (mm) 55 mm

Bearing thickness (mm) 21 mm

Standard radial clearance 27-47

Actual radial clearance 15

4 Adaptor sleeve 2.1

Adaptor sleeve code H211

Adaptor sleeve ouer diameter (mm) 55 mm

Adaptor sleeve length (mm) 37 mm

5 Lock nut 2.1

Lock nut code KM11

Lock nut outer diameter (mm) 75 mm

Lock nut hole diameter (mm) 55 mm

Lock nut thickness (mm) 11 mm

Thread type (metric or withworth) Metric

Thread pitch (mm or gpi) 2 mm

6 Locking washer 2.1

Locking washer code MB11

Locking washer outer diameter (mm) 81 mm

Locking washer hole diameter (mm) 55 mm

Locking washer thickness (mm) 1,5 mm

7 Bearing housing 2.2

Bearing housing code SN 511

Bearing housing high (bottom to centre) 70 mm


(mm)

Hole diameter (mm) 50 mm

19
Bearing housing thickness (mm) 70 mm

Diameter baut pada bearing housing (mm) 10 mm

Pitch ulir baut pada bearing housing (mm) 1,5 mm

Kode bahan baut pada bearing housing JH 4.6

Kekuatan tarik maksimum baut pada 460 N/mm2


bearing housing (N/mm2)

Standart kekencangan baut pada bearing 16,7 Nm


housing (Nm)

8 Bearing 2.2

Bearing code FOO 1211 EK

Bearing type Double row self alligning


ball bearing

Bearing outer diameter (mm) 100 mm

Bearing hole diameter (mm) 55 mm

Bearing thickness (mm) 21 mm

Standard radial clearance 27-47

Actual radial clearance 15

9 Adaptor sleeve 2.2

Adaptor sleeve code H211

Adaptor sleeve ouer diameter (mm) 55 mm

Adaptor sleeve length (mm) 37 mm

10 Lock nut 2.2

Lock nut code KM11

Lock nut outer diameter (mm) 75 mm

Lock nut hole diameter (mm) 55 mm

Lock nut thickness (mm) 11 mm

20
Thread type (metric or withworth) Metrik

Thread pitch (mm or gpi) 2 mm

11 Locking washer 2.2

Locking washer code MB11

Locking washer outer diameter (mm) 81 mm

Locking washer hole diameter (mm) 55 mm

Locking washer thickness (mm) 1.5 mm

4.4 Transmisi Rantai (Chain)


No Nama Komponen Kode/Ukuran

Kode/nomor rantai 42

Panjang rantai (gigi; inchi; mm) 100gg; 50 inch; 1264 mm

Jumlah baris rantai 2

Jarak sumbu sprocket antara sumbu 1 dan 495 mm


sumbu 2

Pitch rantai (inchi; mm) ½ inch ; 12,7 mm

Kode sprocket pada shaft 1 42-76

Tipe/jenis sprocket pada shaft 1 Duplex

Diameter pitch sprocket pada shaft 1 (mm) 12,7 mm

Kode taper lock sporcket pada shaft 1 2012-50

Kode sprocket pada shaft 2 42-30

Tipe/jenis sprocket pada shaft 2 Duplex

Diameter pitch sprocket pada shaft 2 (mm) 12,7 mm

Kode taper lock sporcket pada shaft 2 2012-50

21
4.5 Instalasi
No Nama Komponen Standard Aktual

1 Levelling poros 1 0.06 mm/m (center) Center

2 Levelling poros 2 0.06 mm/m (center) Center

3 Ketidaksejajaran poros 0.50 mm 12 mm

4 Lenturan rantai pada satu 12,5 mm 12,5


arah

Hari/Tanggal : Jumat, 25 Oktober 2019

No NIM Nama Kelas TTD

1 171234010 Fauzan Hamidipradja 3 TPKM

2 171234012 Iyan Shofwan K 3 TPKM

M. Taofiq Nur
3 171234013 3 TPKM

Instruktur

(.................................................................)

NIP :

22
BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan oleh mahasiswa di laboratorium
perawatan Politeknik Negeri Bandung dapat disimpulkan bahwa :
Bahwa praktikum perakitan dan penyebarisan Transmisi rantai terdapat
ketidaksejajaran poros yang dapat menyebabkan keausan pada bantalan yang
besarnya 0.3 mm.
Dari praktikum kami telah mengidentifikasi cara memasang dan melepas
Transmisi rantai

5.2 Saran
1. Alat yang digunakan untuk praktikum harus dalam kondisi yang baik serta
di set pada titik nol untuk alat ukur
2. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Pengukuran dilakukan secara baik dengan memperhatikan teknik juga
ketegak lurusan dalam pengukuran.
4. Melakukan pemasangan rantai dengan baik

23
DAFTAR PUSTAKA

Teknik Perakitan Mekanik, Modul B. P5D Fontys University. 1998


Parno Rahardjo, Harianto, Kokok Harsono. Teknik Perawatan dan Perbaikan,
Engineering craftsmen. Mechanical maintenance and Installation1, VolumeI.

23
Dokumentasi

23

Anda mungkin juga menyukai