Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTIKUM PERAKITAN DAN PELEPASAN


TRANSMISI SABUK V

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Teknik Perawatan
Mekanik
Dosen Pembimbing : Parno Raharjo, Ph.D

Disusun Oleh :
Fikri Milsa Ananda 171211046
Gilang Gery Garnida 171211048
Jihan Farhain 171211051

2 MB

D-III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena nikmat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Perakitan dan
Pelepasan transmisi sabuk V” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Praktikum ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui dan


menyelaraskan antara pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataannya. Selain itu, praktikum ini dilaksanakan juga untuk memenuhi salah
satu syarat akademik kelulusan mata kuliah Teknik Perawatan yang mana sesuai
dengan Program di Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bandung.

Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Bapak Parno Raharjo,
Ph.D selaku dosen terkait yang telah membantu kami dalam mempelajari topik ini.

Penulisan laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teknik
perawatan. Dan harapan kami akan laporan ini semoga laporan ini dapat menjadi
hal baik dalam studi kami, dan dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini tidak luput dari kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi.

Bandung, 1 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 2
2.1 Transmisi ...................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Transmisi .............................................................................. 2
2.1.2 Macam-macam Transmisi....................................................................... 2
2.1.3 Sabuk-V .................................................................................................. 3
2.2 Puli................................................................................................................. 6
2.2.1 Pengertian Puli ........................................................................................ 6
2.2.2 Fungsi Puli .............................................................................................. 6
2.2.3 Macam-Macam Puli ................................................................................ 6
2.2.4 Material Puli ........................................................................................... 8
2.2.5 Aplikasi Puli ........................................................................................... 8
BAB III PRAKTIKUM ........................................................................................ 9
3.1 Alat yang Digunakan ..................................................................................... 9
3.2 Pelepasan Transmisi Sabuk V ....................................................................... 9
3.2.1 Pulley ...................................................................................................... 9
3.2.2 Sabuk V................................................................................................. 10
3.2.3 Bearing .................................................................................................. 10
3.3 Perakitan Transmisi Sabuk V ...................................................................... 10
3.2.1 Pulley .................................................................................................... 10
3.2.2 Sabuk V................................................................................................. 11
3.2.3 Bearing .................................................................................................. 11
BAB IV HASIL PENGAMATAN ..................................................................... 12
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 12
4.1.1 Komponen pada Poros 1 ....................................................................... 12
4.1.2 Komponen pada Poros 2 ....................................................................... 15

ii
4.1.3 Transmisi V Belt ................................................................................... 18
4.1.4 Instalasi ................................................................................................. 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 20
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20
5.2 Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam dunia industri, kita akan sering menjumpai berbagai macam
Transmisi gerakan, baik menggunakan roda gigi, rantai, ataupun belt, yang
menghubungkan 2 buah poros dengan fungsi meneruskan gaya/gerakan ataupun
mengubah arah dan juga besar daya dan kecepatan. Jarak yang jauh antara 2 buah
poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan menggunakan roda
gigi. Untuk kondisi seperti ini, cara transmisi yang dapat diterapkan adalah dengan
menggunakan Belt atau Chain yang dibelitkan sekeliling puli atau sprocket pada
poros.

Dalam praktikum ini mahasiswa akan melakukan perakitan dan pelepasan


transmisi V Belt. Ini ditujukkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
fungsi secara keseluruhan sistem transmisi, baik untuk pengalaman kerja/praktek
maupun dalam melakukan perancangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :

1. Dapat menjelaskan pengertian V Belt, fungsi V Belt


2. Dapat mengerti kode-kode/ standar pada V Belt
3. Dapat mengetahui dan melakukan perakitan dan pelepaasan transmisi V
Belt
4. Dapat mengidentifikasi komponen pada sistem transmisi V Belt

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Transmisi
2.1.1 Pengertian Transmisi

Transmisi daya adalah upaya untuk menyalurkan/memindahkan daya dari


sumber daya (motor diesel,bensin,turbin gas, motor listrik dll) ke mesin yang
membutuhkan daya ( mesin bubut, pumpa, kompresor, mesin produksi dll) atau
suatu alat atau penghubung dua buah poros atau lebih untuk memindahkan daya
dari poros yang satu keporos yang lainya. Transmisi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu transmisi tidak langsung dan transmisi langsung.

2.1.2 Macam-macam Transmisi

1. Transmisi Langsung

Sistem ini sering disebut dengan transmisi roda gigi, karena cara
kerjanya kontak secara langsung antara elemen poros penggerak dengan
yang digerakan. Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar
dan putaran yang tepat serta jarak yang relatif pendek. Roda gigi dapat
berbentuk silinder atau kerucut.

Adapun kelebihan dan kelemahan pada transmisi ini di antaranya:

A. Kelebihan
 Tidak terjadi slip
 Dapat memindahkan daya yang besar
 Dapat digunakan untuk putaran tinggi dan tepat
 Ringkas tidak memerlukan tempat yang luas
 Dapat memindahkan daya dengan putaran stabil

B. Kelemahan
 Perlu ketelitian tinggi dalam perencanaannya, sampai perawatannya.
2
 Biaya pembuatan yang cukup mahal.

2. Transmisi Tak Langsung

Pada transmisi ini tidak terjadi kontak elemen poros dengan poros yang
digerakkan melainkan melalui elemen suatu transmisi yang
menghubungkan kedua poros.

Penggunaan transmisi tak langsung dapat dibagi menjadi tiga


kelompok, yaitu :

A. Kelompok yang pertama : Sabuk dengan gigi yang digerakkan


dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2 (m), dan
meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 1/1
sampai 6/1.
B. Kelompok yang kedua : Sabuk rata dipasang pada puli silinder dan
meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat sampai 10
(m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai 6/1.
C. Kelompok yang ketiga : Sabuk dengan penampang trapesium
dipasang pada puli dengan alur dan meneruskan momen antara dua
poros yang jaraknya dapat sampai 5 (m) dengan perbandingan
putaran antara 1/1 sampai 7/1 .

2.1.3 Sabuk-V

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Tenunan


tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan
yang besar. Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V. bagian sabuk
yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian
dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena
pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan tranmisi daya yang besar pada
tegangan yang relative rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-V
dibandingkan dengan sabuk rata.

3
A. Keunggulan Sabuk-V
Sabuk-V mempunyai keuntungan dibandingkan sabuk lainya diantaranya
adalah:

1. Berlapis tunggal dan banyak


2. Tahan, panas, tahan minyak, dan listrik statis
3. Kekuatnyany lebih tinggi
4. Untuk tugas berat dengan jumlah sabuk sedikit
5. Batas temperature sampai dengan 90

B. Ukuran dan Pemilihan Sabuk-V


Ukuran sabuk yang dibuat dan diperdagangkan memiliki ukuran sabuk
sebagaimana yang tercantum pada sabuk tersebut dalam bentuk code atau symbol-
symbol, namun untuk profil dari sabuk yang berhubungan dengan lebar sabuk dan
diagram pemilihan sabuk-v.

4
Standar penampang sabuk

C. Tanda-tanda kerusakan pada sabuk V


• Penyetelan telah habis dan sabuk masih kendor

• Lenturan telah melebihi batas yang diizinkan

• Terdapat keausan pada salah satu sisi sabuk yang mungkin disebabkan
karena misalignment puli

• Keausan pada ke dua sisi sabuk yang disebabkan oleh ketidaksesuaian


sudut alur

• Keretakan pada sabuk

• Sabuk putus

• Sabuk sobek

5
2.2 Puli

2.2.1 Pengertian Puli

Puli merupakan salah satu dari berbagai macam transmisi. Puli dalam
bahasa Inggris yaitu pulley(mungkin kata puli berasal dari kata pulley). Puli
berbentuk seperti roda. Pada penggunaannya puli selalu berpasangan dan
dihubungkan dengan sabuk (belt). Puli terdiri dari roda pada sebuah poros atau
batang yang memiliki alur diantara dua pinggiran di sekelilingnya. Sebuah tali,
kabel, atau sabuk biasanya digunakan pada alur puli untuk memindahkan daya. Puli
digunakan untuk mengubah arah gaya yang digunakan, meneruskan gerak rotasi,
atau memindahkan beban yang berat. Puli merupakan salah satu dari enam mesin
sederhana.

Sistem puli dengan sabuk terdiri dua atau lebih puli yang dihubungkan
dengan menggunakan sabuk. Sistem ini memungkinkan untuk memindahkan daya,
torsi, dan kecepatan, bahkan jika puli memiliki diameter yang berbeda dapat
meringankan pekerjaan untuk memindahkan beban yang berat.

2.2.2 Fungsi Puli

Puli memiliki fungsi antara lain:

 Mentransmisikan daya dari penggerak menuju komponen yang


digerakkan,
 Mereduksi putaran,
 Mempercepat putaran,
 Memperbesar torsi,
 Memperkecil torsi.

2.2.3 Macam-Macam Puli

Saat ini ada berbagai macam puli yang telah dikembangkan. Berikut
beberapa macam puli yang ada di pasaran:

6
 Puli rata (flat pulley)

 Puli V (V-pulley)

 Puli poly-V

7
 Puli synchronous

2.2.4 Material Puli

Selain jenisnya yang beragam, material yang digunakan pada puli juga
beragam. Berikut beberapa material yang digunakan untuk membuat puli:

 Baja (steels),
 Besi tuang (cast irons),
 Aluminium (aluminum),
 Plastik, dll.

2.2.5 Aplikasi Puli

Aplikasi puli antara lain terdapat pada:

 Mesin bubut besar


 Compressor
 Mesin penggiling padi, dll

8
BAB III

PRAKTIKUM

3.1 Alat yang Digunakan

No. Nama Alat Spesifikasi/Ukuran


1 Jangka Sorong Besar 600mm, kecermatan 0,02 mm
2 Jangka Sorong Kecil 150mm, kecermatan 0,05 mm
3 Dudukan Poros 2 Buah
4 Kunci Pas Ring 17-17 dan 24-24
5 Pemukul Adaptor Sleeve 1 Buah
6 Palu Besi ½ LB
7 Kunci Ring-Ring 17-19
8 Pitch Gauge 60 Metrisch
9 Kunci L 4 mm, 5 mm. 6 mm. 8 mm
10 Tensioner 20 Kg
11 Feeler Gauge 0,05 – 1 mm
12 Ragum 1 Buah di Meja
13 Hook Spaner 2 Buah
14 Mal Derajat untuk Pulley 1 Set
15 Penggaris 30 cm
16 Meteran 50 m
17 Palu Plastik ½ LB

3.2 Pelepasan Transmisi Sabuk V

3.2.1 Pulley

 Longgarkan dan lepaskan semua baut yang menempel pada pulley


menggunakan kunci L

9
 Pasang dan kencangkan baut untuk melepas pulley menggunakan kunci L
hingga pulley lepas dari bush
 Lepaskan pulley dan bush dari porosnya

3.2.2 Sabuk V

 Kendurkan tensioner sabuk v menggunakan kunci ring 17


 Kendurkan baut untuk mengatur jarak antara poros menggunakan kunci 17
dan kunci L
 Lepas sabuk v dengan cara memutar pulley secara perlahan sekaligus di
arahkan ke samping

3.2.3 Bearing

 Kendurkan dan lepaskan baut pada bearing housing menggunakan kunci


ring 17
 Cekam poros pada ragum menggunakan plat yang sudah di sediakan
 Ukur jarak antara bearing dan ujung poros sebelum bearing di lepas
 Kendurkan dan lepaskan locknut menggunakan kunci spanner
 Lepaskan bearing dan adaptor sleeve menggunakan alat khusus dan
 palu

3.3 Perakitan Transmisi Sabuk V

3.2.1 Pulley

 Bersihkan permukaan komponen yang akan di pasang dari debu dan oli
yang masih menempel menggunakan lap yang sudah di sediakan
 Pasang pulley dan bush ke poros dan atur jarak antara ujung poros sesuai
data yang sudah di sediakan
 Pasang dan kencangkan baut menggunakan kunci L pada bush

10
3.2.2 Sabuk V

 Bersihkan permukaan pulley dari debu dan oli yang masih menempel
menggunakan lap yang telah di sediakan
 Pasang sabuk v pada pulley
 Kencangkan tensioner sabuk v menggunakan kunci ring 17
 Ukur kekencangan sabuk v menggunakan belt tensioner indicator
 Atur kekencangan sesuai dengan data yang telah di tentukan sebelumnya

3.2.3 Bearing

 Bersihkan permukaan komponen yang akan di pasang dari debu dan oli
yang masih menempel menggunakan lap yang sudah di sediakan
 Posisikan adaptor sleeve pada poros dengan ulir mengarah ke luar dan atur
jarak antara ujung poros sesuai data yang sudah diperoleh
 Pasang bearing, looking washer, dan locknut
 Kencangkan locknut menggunakan kunci spanner

11
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Bearing Housing 1.1


Bearing Housing 2.1
Shaft 1

Shaft 2

Bearing Housing 1.2

Bearing Housing 2.2

710 mm

105 mm 457.45 mm

110 mm 37.55 mm

4.1.1 Komponen pada Poros 1

No Nama Komponen Kode/Ukuran


Shaft
1. Shaft diameter (mm) 50
Shaft length (mm) 710

12
Bearing Housing 1.1
Bearing housing code SN 511
Bearing house high (Bottom to centre) 70
(mm)
Hole diameter (mm) 52
Bearing housing thickness (mm) 95
2. Diameter baut pada bearing housing (mm) 9.8
Pitch ulir baut pada bearing house (mm) 1.5
Kode bahan pada baut bearing housing TMS 4.6
Kekuatan Tarik maksimum pada baut 460
bearing housing (N/mm²)
Standard kekecangan baut pada bearing 16.7
housing (Nm)
Bearing 1.1
Bearing code 2211 K
Bearing type Double row self
aligning ball bearing
3. Bearing outer diameter (mm) 99.92
Bearing hole diameter (mm) 56.1
Bearing thickness (mm) 25
Standard radial clearance (µm) 17-32
Actual radial clearace (µm) 30
Adaptor Sleeve 1.1
Adaptor sleeve code MB 11
4.
Adaptor sleeve outer diameter (mm) 57
Adaptor sleeve length (mm) 45
Lock Nut 1.1
Lock nut code KM 11
5.
Lock nut outer diameter (mm) 75
Lock nut hole diameter (mm) 53

13
Lock nut thickness (mm) 11
Thread type (metric or withworth) Metric
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
Locking Washer 1.1
Locking washer code MB 11
6. Locking washer outer diameter (mm) 80
Locking washer hole diameter (mm) 55.5
Locking washer thickness (mm) 1.2
Bearing Housing 1.2
Bearing housing code SN 511
Bearing house high (Bottom to centre) 70
(mm)
Hole diameter (mm) 50
Bearing housing thickness (mm) 95
7. Diameter baut pada bearing housing (mm) 9.8
Pitch ulir baut pada bearing house (mm) 1.5
Kode bahan pada baut bearing housing TMS 4.6
Kekuatan Tarik maksimum pada baut 460
bearing housing (N/mm²)
Standard kekecangan baut pada bearing 16.7
housing (Nm)
Bearing 1.2
Bearing code 22211 K
Bearing type Double row spherical
roller bearing
8. Bearing outer diameter (mm) 100
Bearing hole diameter (mm) 56
Bearing thickness (mm) 25
Standard radial clearance (µm) 55-75
Actual radial clearace (µm) 70

14
Adaptor Sleeve 1.2
Adaptor sleeve code MB 11
9.
Adaptor sleeve outer diameter (mm) 57
Adaptor sleeve length (mm) 37
Lock Nut 1.2
Lock nut code KM 11
Lock nut outer diameter (mm) 75
10. Lock nut hole diameter (mm) 53
Lock nut thickness (mm) 10.8
Thread type (metric or withworth) Metric
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
Locking Washer 1.2
Locking washer code MB 11
11. Locking washer outer diameter (mm) 80
Locking washer hole diameter (mm) 55.5
Locking washer thickness (mm) 1.2

4.1.2 Komponen pada Poros 2

No Nama Komponen Kode/Ukuran


Shaft
1. Shaft diameter (mm) 50
Shaft length (mm) 720
Bearing Housing 2.1
Bearing housing code SN 511
Bearing house high (Bottom to centre) 70
2. (mm)
Hole diameter (mm) 52.48
Bearing housing thickness (mm) 95
Diameter baut pada bearing housing (mm) 9.8

15
Pitch ulir baut pada bearing house (mm) 1.5
Kode bahan pada baut bearing housing JH 8.8/LOBO 8.8
Kekuatan Tarik maksimum pada baut 880
bearing housing (N/mm²)
Standard kekecangan baut pada bearing 50
housing (Nm)
Bearing 2.1
Bearing code AS E3 1211 K
Bearing type Double row self
aligning ball bearing
3. Bearing outer diameter (mm) 100
Bearing hole diameter (mm) 55
Bearing thickness (mm) 21
Standard radial clearance (µm) 17-32
Actual radial clearace (µm) 30
Adaptor Sleeve 2.1
Adaptor sleeve code MB 11
4.
Adaptor sleeve outer diameter (mm) 56.5
Adaptor sleeve length (mm) 37
Lock Nut 2.1
Lock nut code KM 11
Lock nut outer diameter (mm) 75
5. Lock nut hole diameter (mm) 53
Lock nut thickness (mm) 10.9
Thread type (metric or withworth) Metric
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
Locking Washer 2.1
Locking washer code MB 11
6.
Locking washer outer diameter (mm) 79.42
Locking washer hole diameter (mm) 55.5

16
Locking washer thickness (mm) 1.2
Bearing Housing 2.2
Bearing housing code SN 511
Bearing house high (Bottom to centre) 70
(mm)
Hole diameter (mm) 52.5
Bearing housing thickness (mm) 93.5
7. Diameter baut pada bearing housing (mm) 9.8
Pitch ulir baut pada bearing house (mm) 1.5
Kode bahan pada baut bearing housing SN 8.8
Kekuatan Tarik maksimum pada baut 880
bearing housing (N/mm²)
Standard kekecangan baut pada bearing 50
housing (Nm)
Bearing 2.2
Bearing code 1211 EK TN9
Bearing type Double row self
aligning ball bearing
8. Bearing outer diameter (mm) 100
Bearing hole diameter (mm) 55.5
Bearing thickness (mm) 21
Standard radial clearance (µm) 17-32
Actual radial clearace (µm) 30
Adaptor Sleeve 2.2
Adaptor sleeve code MB 11
9.
Adaptor sleeve outer diameter (mm) 54
Adaptor sleeve length (mm) 37
Lock Nut 2.2
10. Lock nut code KM 11
Lock nut outer diameter (mm) 75

17
Lock nut hole diameter (mm) 53
Lock nut thickness (mm) 10.8
Thread type (metric or withworth) Metric
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
Locking Washer 2.2
Locking washer code MB 11
11. Locking washer outer diameter (mm) 81
Locking washer hole diameter (mm) 55.5
Locking washer thickness (mm) 1.18

4.1.3 Transmisi V Belt

No Nama Komponen Kode/Ukuran


1. Kode sabuk SPA 1600 LW
2. Panjang sabuk (mm) 1496.5
3. Jumlah sabuk 2
4. Jarak sumbu puli antara shaft 1 dan shaft 2 452.5
(mm)
5. Sudut penampang sabuk (º) 38
6. Kode puli pada shaft 1 SPA 280-2
7. Kode taper lock puli pada shaft 1 Bush. 25/7
8. Tipe/jenis puli pada shaft 1 SPA
9. Diameter pitch puli pada shaft 1 280
10. Jumlah groove puli pada shaft 1 2
11. Sudut groove puli pada shaft 1 (º) 38
12. Kode puli pada shaft 2 SPA 140-2
13. Kode taper lock puli pada shaft 2 Bush. 2012
14. Tipe/jenis puli pada shaft 2 SPA
15. Diameter pitch puli pada shaft 2 140
16. Jumlah groove puli pada shaft 2 2

18
17. Sudut groove puli pada shaft 2 (º) 38

4.1.4 Instalasi

No Nama Komponen Standard Aktual


1. Levelling poros 1 0.06 mm/m (Center) Center
2. Levelling poros 2 0.06 mm/m (Center) Center
3. Ketidaksejajaran poros 0.50 mm 0.30 mm
4. Kekencangan sabuk 50 N/9.25 mm 50 N/9.5 mm

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa,

1. V Belt merupakan salah satu media transmisi daya pada suatu mesin yang
membentuk sebuah sabuk yang tersusun dari material karet dan memilik
penampang trapesium maupun persegi sesuai dengan tipe, jenis dan
kegunaannya. V Belt digerakkan oleh gaya gesek penggerak, kemampuan
V Belt untuk memindahkan tenaga tergantung pada (Kecepatan V
Belt, gesekan antara V Belt dan pulley, tegangan belt terhadap pulley,
Sudut kontak antara belt dan pulley). Fungsi dari V Belt yaitu digunakan
sebagai transmisi daya dari suatu poros ke poros yang lainnya melalui
sebuah pulley yang berputar karena adanya sumber daya tertentu, dengan
kecepatan putar yang sama ataupun berbeda bergantung pada rasio
perbandingan kedua buah pulley.
2. V Belt memiliki kode/kode tertentu yang menjadi standard dalam ukuran V
Belt itu sendiri, baik lebar, panjang, dll
3. Dalam pelepasan dan perakitan V Belt sendiri, harus dilakukan secara hati-
hati dan perlu menggunakan alat-alat yang sesuai dengan fungsinya karena
komponen pendukung pada V Belt yang rentan, seperti bearing, dll
4. Komponen pada system transmisi V belt yaitu shaft, bearing housing,
bearing, adaptor sleeve, lock nut, locking washer, puli, dan V Belt.

5.2 Saran

1. Sebelum melakukan praktikan, pastikan alat-alat yang akan digunakan


dalam kondisi yang baik
2. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlu adanya penggantian bearing, karena clearance bearing itu sendiri
sudah tidak memenuhi standardnya

20
DAFTAR PUSTAKA

Engineering craftsmen. Mechanical maintenance and Installation1, VolumeI.

Teknik Perakitan Mekanik, Modul B. P5D Fontys University. 1998

https://otomotif-er.blogspot.com/2014/11/macam-macam-transmisi-elemen-
mesin.html

(Diakskes pada 4 April 2019)

21

Anda mungkin juga menyukai