“Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Elemen Mesin 1”
Disusun Oleh :
JHONSON NAHAMPUN
NPM 17.08.0.009
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
Elemen Mesin 1 ini dengan judul “Elemen Mesin – Poros, Pegas, dan Kopling“.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Elemen
Mesin 1.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan karya ilmiah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Jhonson Nahampun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
BAB I POROS............................................................................................................................................... 1
1.1. PENGERTIAN............................................................................................................................... 1
1.2. KLASIFIKASI................................................................................................................................. 1
1.3. BAHAN............................................................................................................................................ 2
1.4. PERENCANAAN........................................................................................................................... 3
BAB II PEGAS.............................................................................................................................................. 6
2.1. PENGERTIAN............................................................................................................................... 6
2.2. KLASIFIKASI................................................................................................................................. 7
2.3. BAHAN & PERENCANAAN...................................................................................................... 9
BAB III KOPLING..................................................................................................................................... 13
3.1. PENGERTIAN............................................................................................................................. 13
3.2. KOPLING TETAP....................................................................................................................... 13
3.3. KOPLING TAK TETAP............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA 20
iii
BAB I
POROS
1.1. PENGERTIAN
Secara istilah poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan
umumnya berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran
atau mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya.
Beban yang didukung oleh poros pada umumnya adalah roda gigi, roda
daya (fly wheel), roda ban (pulley), roda gesek, dan lain-lain. Poros hampir
terdapat pada setiap konstruksi mesin dengan fungsi yang berbeda beda.
Dilihat dari fungsinya poros dibedakan menjadi :
1.2. KLASIFIKASI
Poros adalah salah satu elemen terpenting dari setiap mesin. Peran
utama poros yaitu meneruskan tenaga bersama–sama dengan putaran. Pada
aplikasi di dunia industri, poros digunakan untuk mentransmisikan daya.
Poros dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1
a) Poros transmisi/Shaft
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau beban puntir
dan lentur. Daya yang ditransmisikan kepada poros melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk, atau sproket rantai, dan lain–lain.
a) Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama pada mesin
bubut, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil
dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
b) Line Shaft
Poros ini berhubungan langsung dengan mekanisme yang digerakkan
dan berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke
mekanisme tersebut.
1.3. BAHAN
Bahan poros pada umumnya menggunakan machinery steels, dimana
tegangan bengkok ijin sebesar 400-800 kg/cm persegi, tegangan geser ijin
sebesar 420 kg/cm persegi untuk yang berpasak dan 560 kg/cm persegi yang
tanpa pasak.
Yang tergolong machinery steels yaitu high carbon steel dan tensile steel.
dipasaran indonesia yang tergolong kelompok tersebut adalah jis s 45 c, SCM4.
Berikut tabel penggolongan bahan poros:
2
1.4. PERENCANAAN
Perencanaan poros mengacu pada kekuatan bahan poros. untuk bahan
yang liat (ductile material), ukuran poros dihiytung dengan menggunakan teori
tegangan geser maksimal, sedangkan untuk bahan yang getas (brittle material)
dihitung dengan teori tegangan normal maksimal. Dimana kedua teori
tersebut dikembangkan dari teori tegangan utama yaitu RANKINE.
Tegangan pada poros pada umumnya berupa tegangan puntir saja, bengkok
saja, atau gabungan puntir dan bengkok.
Adapun hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
sebuah poros, yaitu :
1. Kekuatan poros
Poros transmisi mengalami beban puntir atau lentur maka
kekuatannya harus direncanakan sebelumnya agar cukup kuat dan
mampu menahan beban.
2. Kekakuan poros
Lenturan yang dialami poros terlalu besar maka akan menyebabkan
ketidaktelitian atau getaran dan suara. Oleh karena itu kekakuan
poros juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin.
3. Putaran kritis
Putaran kerja poros haruslah lebih rendah dari putaran kritisnya demi
keamanan karena getarannya sangat besar akan terjadi apabila
putaran poros dinaikkan pada harga putaran kritisnya.
4. Korosi
Poros-poros yang sering berhenti lama maka perlu dipilih poros yang
terbuat dari bahan yang tahan korosi dan perlu untuk dilakukannya
perlindungan terhadap korosi secara berkala.
5. Bahan poros
Poros yang biasa digunakan pada mesin adalah baja dengan kadar
karbon yang bervariasi. Adapun penggolongannya dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
3
a. Menghitung daya rencana
…………………………………(1.1)
P d = fc . P (kW)
Keterangan :
Pd = daya rencana (kW).
fc = faktor koreksi.
P = daya nominal (kW).
T = 9,74×105 .
Keterangan :
T = momen rencana (kg.mm)
Keterangan :
ꚍa = tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2).
σB = kekuatan tarik (kg/mm2).
Sf1, Sf2 = faktor keamanan.
4
besarnya faktor K¬m = 1,5. Poros dengan tumbukan ringan K¬m
terletak antara 1,5 dam 2,0, dan untuk beban dengan tumbukan berat
K¬m terletak antara 2 dan 3 (Sularso 1991: 17).
ds ≥
Keterangan :
Km = faktor koreksi momen lentur.
M = momen lentur (kg.mm).
Kt = faktor koreksi momen puntir.
T = momen puntir (kg.mm)
5
BAB II
PEGAS
2.1. PENGERTIAN
Pegas adalah elemen mesin yg berfungsi untuk mengontrol gerakan
dengen cara menahan, meredam getaran ,menghaluskan tumbukan dan model
pengontrolan gerakan lain. Tenaga kinetik benda telah diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan usaha karena adanya gerak. gaya elastis yang
dilakukan oleh pegas ideal dan gaya lain yang berlaku serupa disebut bersifat
konservatif. Gaya grafitasi juga konservatif jika sebuah bola dilemparkan
vertikal keatas, ia akan kembali ke tangan kita dengan tenaga kinetik yang
smaa seperti ketika ia lepas dari tangan kita.
Jika pada suatu partikel bekerja satu atau lebih gaya dan ketika ia
kembali keposisi semula tanaga kinetiknya berubah, bertambahatau
berkurang. maka dalam perjalanan pulang pergi itu kemampuan melakukan
usahanya telah berubah.
6
2.2. KLASIFIKASI
Pegas dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis fungsi dan beban yang
bekerja yaitu pegas tarik, pegas tekan, pegas torsi, dan pegas penyimpan
energi. Tetapi klasifikasi yang lebih umum adalah diberdasarkan bentuk
fisiknya. Klasifikasi berdasarkan bentuk fisik adalah :
1. Wire form spring (helical compression, helical tension, helical torsion,
custom form)
2. Spring washers (curved, wave, finger, belleville)
3. Flat spring (cantilever, simply supported beam)
4. Flat wound spring (motor spring, volute, constant force spring)
Gambar 2.1. Wire Form Spring: (a) Helical Compression Spring. (b) Helical
Extension Spring. (c) Drawbar Spring. (d) Torsion Spring.
7
Pegas helix tarik perlu memiliki pengait (hook) pada setiap ujungnya
sebagai tempat untuk pemasangan beban. Bagian hook akan mengalami
tegangan yang relatif lebih besar dibandingkan bagian coil, sehingga kegagalan
umumnya terjadi pada bagian ini. Kegagalan pada bagian hook ini sangat
berbahaya karena segala sesuatu yang ditahan pegas akan terlepas. Salah satu
metoda untuk mengatasi kegagalan hook adalah dengan menggunakan pegas
tekan untuk menahan beban tarik seperti ditunjukkan pada gambar 2.1(c).
Pegas wire form juga dapat untuk memberikan/menahan beban torsi seperti
pada gambar 10.1(d). Pegas tipe ini banyak digunakan pada mekanisme
‘garage door counter balance’, alat penangkap tikus, dan lain-lain.
Spring washer dapat memiliki bentuk yang sangat bervariasi, tetapi lima
tipe yang banyak digunakan ditunjukkan pada gambar 2.2(a). Spring washer
hanya mampu menyediakan beban tekan aksial. Pegas jenis ini memiliki
defleksi yang relatif kecil, dan mampu memberikan beban yang ringan. Volute
spring, seperti pada gambar 2.2(b) mampu memberikan beban tekan tetapi
ada gesekan dan histerisis yang cukup signifikan.
Gambar 2.2. Spring Washer dan flat spring : (a) lima tipe spring washer,
(b)Volute spring, (c) Beam Spring, (d) Power spring.
8
Power spring seperti ditunjukkan pada gambar 2.2(d) sering juga disebut
pegas motor atau clock spring. Fungsi utamanya adalah menyimpan energi dan
menyediakan twist. Contoh aplikasinya adalah pada windup clock, mainan
anak-anak. Tipe yang kedua disebut dengan constant force spring. Kelebihan
pegas ini adalah defleksinya atau stroke yang sangat besar dengan gaya tarik
yang hampir konstan.
9
Nilai loss coefficient suatu material dapat dihitung dengan persamaan (lihat
gambar 2.3) :
…………………………(2.1)
10
Tabel 2.2. Sifat-sifat mekanik material pegas.
11
Data sifat material pada gambar 10.4 di atas dapat didekati dengan
persamaan eksponensial :
…………………………(2.2)
Dimana A dan b diberikan pada Tabel 2.3 untuk range ukuran kawat yang
tertentu. Fungsi empiris ini sangat membantu dalam perancangan pegas
karena proses iterasi dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Perlu dicatat
bahwa untuk A dalam ksi maka d harus dalam inch, sedangkan jika A dalam
satuan Mpa maka d harus dalam satuan mm.
12
BAB III
KOPLING
3.1. PENGERTIAN
Kopling adalah suatu elemen yang dibutuhkan untuk memindahkan daya
dan putaran dari poros penggerak keporos yang digerakkan. Kopling
merupakan komponen mesin yang banyak sekali digunakan dalam konstruksi
mesin, sehingga untuk merencanakan kopling harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Aman pada putaran tinggi, getaran dan tumbukannya kecil.
b. Konstruksinya yang baik dan praktis.
c. Pemasangan yang mudah dan cepat.
d. Material kopling harus tahan terhadap:
Temperatur yang tinggi dan sifat penghantar arus.
Keausan dan goresan.
Koefisien gesek yang tinggi
Sifat ductility yang baik
1. Kopling Kaku
a) Kopling Bus
b) Kopling flens kaku
c) Kopling flen tempa
2. Kopling Luwes
13
a) Kopling flens luwes
b) Kopling karet ban
c) Kopling karet bintang
d) Kopling gigi
e) Kopling rantai
3. Kopling Universal
a) Kopling universal hook
b) Kopling universal kecepatan tetap
3.2.1.Kopling Kaku
Kopling kaku dipergunakan apabila kedua poros dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum
dipabrik -pabrik.
a) Kopling Bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong (bus) dan baut-baut yang
dibenamkan. Sering juga dipakai berupa pasak yang dibenamkan pada
ujung - ujung poros.
14
Gambar 3.2. Kopling flens kaku.
3.2.2.Kopling Luwes
Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga
kedua ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat
bergerak satu sama lain.
15
Gambar 3.4. Kopling flens luwes.
16
d) Kopling gigi
Kopling ini terdiri dari sebuah bumbungan yang bagian dalamnya
berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk
tirus.
3.2.3.Kopling Universal
Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak
terletak dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong
(membentuk sudut).
17
Macam – macam kopling tak tetap :
1. Kopling cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling
cakar, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.
18
4. Kopling friwil
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila
poros penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan
dari poros yang digerakkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Creamer, Robert H., 1984, Machine Design, edisi ke 3, USA : Addison Wesley.
Khumi, R. S., Gupta, J. K., 1980, Machine Design, New Delhi : Eurasia Publishing
House.
Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1994, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin, Jakarta : Pradnya Paramita.
Shigley, J. E., Mitchel, L. D., 1986, Perencanaan Teknik Mesin, Jakarta : Erlangga.
20