Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Mengingat banyaknya bambu yang dapat ditemukan di Indonesia maka

semakin banyak pula kerajinan tangan dan kreatifitas yang dibuat berbahan baku

bambu ini,dan bukan hanya kerajinan tangan saja, perabot, alat musik juga sudah

banyak yang berbahan baku bambu. Namun dalam pembuatan benda yang berbahan

baku bambu banyak yang masih menggunakan tenaga manusia atau manual. Hal

ini menyebabkan banyaknya permintaan benda atau alat berbahan baku bambu ini

tidak terpenuhi oleh pengrajin.

Dalam proses pemipihan bambu tergolong pengolahan yang memakan

waktu lama dan masih digunakan secara manual , maka dibutuhkan suatu alat yang

mampu bekerja membantu masyarakat meringankan beban kerja dalam proses

pembuatan anyaman dari bambu. Dengan demikian penulis membuat “Rancang

sabuk Mesin Penyayat Bambu ”yang diharapkan mampu membantu masyarakat

dalam berkarya. Adapun mesin ini dirancang dengan sumber tenaga motor listrik

yang digunakan 1 Hp, 1800 rpm dan pelat baja sebagai pemotong atau penyerutnya

. Komponen – komponen yang di gunankan pada rancangan ini yaitu : Sabuk, pasak,

bantalan, poros, roler penggerak.

Sabuk adalah bahan fleksibel yang melingkar tanpa ujung, yang digunakan

untuk menghubungkan secara mekanis dua poros yang berputar. Sabuk digunakan

sebagai sumber penggerak, penyalur daya yang efisien atau untuk memantau

1
pergerakan relatif. Sabuk dilingkarkan pada katrol. Dalam sistem dua katrol, sabuk

dapat mengendalikan katrol secara normal pada satu arah atau menyilang. Sabuk

digunakan sebagai sumber penggerak contohnya adalah pada konveyor di mana

sabuk secara kontinu membawa beban dari satu titik ke titik lain.

Dalam proses kerjanya setiap permesinan seperti motor bakar, Exavatoe,

Kompresor, dan lain-lain, pasti membutuh kan sabuk dalam pengoprasiannya.

Dalam praktek kerjanya mesin penyayat bambu membutuhkan sabuk untuk

mentransmisikan putaran dan daya. Maka dari itu untuk merancang sabuk yang baik

harus melakukan perancangan perhitungan yang maksimal.

1. 2 Tujuan Rancangan

1) Sebagai pedoman dasar dan referensi dalam membuat suatu elemen

mesin, segala sesuatu yang harus di perhitungkan dalam membuat mesin

2) Untuk memenuhi tugas rancangan elemen mesin 1

3) Untuk mengetahui fungsi sabuk dan cara kerjanya

4) Untuk mengetahui bagaimana merancang sabuk yang benar

5) Untuk mengetahui bagaimana merancang sabuk pada mesin penyayat

bambu

1. 3 Manfaat Rancangan

1) Sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk merancang sebuah sabuk

2) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara kerja sabuk pada mesin

penyayat bambu

3) Agar mahasiswa dapat merancang sabuk

2
4) Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan kedalam perkuliahan tentang

mesin

1.4 Sistemati ka Penulisan


Untuk memudahkan dalam pembuatan rancangan ini dan agar mudah

dimengerti, maka Penulis mencoba untuk menguraikan pembahasan-pembahasan

tugas akhir ini dalam beberapa bab, yaitu sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang , tujuan rancangan, manfaat

rancangan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 Dasar Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori tentang daya, sabuk, puli, poros, dan

bantalan.

BAB 3 Komponen penggerak dan sabuk

Bab ini berisi tentang komponen penggerak, sabuk, poros, puli, bantalan.

BAB 4 Analisa dan Perhitungan

Terdiri dari perhitungan komponen penggerak, sabuk, poros, pu li,

bantalan.

BAB 5

Bab ini berisi tentang penutup, kesimpulan, dan saran

Daftar Pustaka

Berisi tentang literature atau buku yang dipakai sebagai acuan dalam

perencanaan mesin

3
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sabuk (Belt)

Sabuk adalah bahan fleksibel yang melingkar tanpa ujung, yang digunakan

untuk menghubungkan secara mekanis dua poros yang berputar. Sabuk digunakan

sebagai sumber penggerak, penyalur daya yang efisien atau untuk memantau

pergerakan relatif. Sabuk dilingkarkan pada katrol. Dalam sistem dua katrol, sabuk

dapat mengendalikan katrol secara normal pada satu arah atau menyilang. Sabuk

digunakan sebagai sumber penggerak contohnya adalah pada konveyor di mana

sabuk secara kontinu membawa beban dari satu titik ke titik lain.

Perencanaan puli dan sabuk-V haruslah menggunakan suatu perhitungan.

Rumus perhitungan puli dan sabuk-V antara lain untuk menentukan; perbandingan

transmisi, kecepatan sabuk, panjang sabuk, perbandingan gaya tegang sabuk dan

jumlaukh sabuk yang diperlukan.

4
2.2 Jenis-jenis sabuk (belt)

Ada banyak ragam jenis sabuk yang digunakaan saat ini, antara lain :

Gambar 2.1 Jenis – jenis sabuk

2.3 Perhitungan sabuk

1. Panjang sabuk

L = [2C+π/2 (d_p+D_p )+1/4C (D_p-d_p)] sularso hal.170

Dimana :

L = Panjang keliling sabuk

5
d = jari-jari pulley driver (75 mm)

D = jari-jari pulley follower (175 mm)

x = jarak antara kedua poros pulley (450 mm )

2. Menentukan kecepatan linier sabuk-V

𝐷1 . 𝑛1
𝑉=
60.1000

3. Menghitung Sudut Kontak

Untuk menghitung sudut kontak penggerak, dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

57(𝐷2 − 𝐷1 )
𝜃 = 1800 −
𝐶

4. Menentukan Tegangan sabuk-V (Fe)

T = (𝐹1 − 𝐹2 )𝑅

2.4 Daya penggerak

Adapun sabuk ini dirancang dengan sumber tenaga motor listrik yang

digunakan 1 Hp, 1800 rpm dan pelat baja sebagai pemotong atau penyerutnya.

sabuk ini dilengkapi dengan 4 buah roller yang sama besarnya yang berfungsi

sebagai penarik bambu.Bambu yang telah dirajang dengan ketentuan panjang dan

lebar yang telah ditentukan nantinya di arahkan pada roller berikan sedikit

dorongan sehingga batang bambu akan ditatik oleh roller dan diarahkan untuk

melewati pisau potong sehingga batang bambu yg telah di rajang tadi akan

terpotong atau terserut. Lakukan secara kontiniu.

6
2.5 Komponen sabuk

1. Poros

Poros berperan meneruskan daya bersama-sama dengan putaran.

Umumnya poros meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan rantai dengan,

dengan demikian poros menerima beban puntir dan lentur. Putaran poros biasa

ditumpu oleh satu atau lebih bantalan untuk meredam gesekan yang ditimbulkan

seperti yang ditunjukkan gambar2.24. di bawah ini.

Gambar 2.2 Poros Di Tumpu Oleh Dua Bantalan

Poros yang digunakan adalah poros transmisi, poros ini mendapat beban

puntir murni atau beban puntir dan lentur. Poros transmisi berfungsi untuk

meneruskan daya dari salah satu elemen ke elemen yang lain melalui kopling.

Perencanaan poros harus menggunakan perhitungan sesuai dengan yang

telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada perencanaan poros

adalah :

• Kekuatan bahan poros

Tegangan bengkok yang bekerja pada bahan poros harus lebih kecil atau

sama besar dengan tegangan bengkok yang dijinkan

• Kekakuan/defleksi

7
Defleksi yang diijinkan maksimum 0.3 s/d 0.35 mm untuk setiap jarak

kedua bantalan 1 meter.

• Putaran kritis ( nc )

Putaran normal yang diizinkan maksimum 80% dari putaran kritis.

Putaran kritis mengakibatkan terjadinya vibrasi yang tinggi, sehingga bantalan

cepat rusak.

 Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja yang ditarik dingin

untuk oputaran tinggi

Dalam perencanaan pembuatan poros yang mendapatkan beban punter dan lentur,

terdapat hal-hal yang perlu di perhatikan, seperti :

1. Daya Rencana (Pd) pada poros

Untuk menentukan besar daya rencana pada suatu poros, pertama harus

ditentukan besar daya P (kW) yang harus ditransmisikan dan besar putaran poros

yang diberikan n1 (rpm) yang diberikan. Jika nilai P adalah daya rata-rata yang

diperlukan maka harus dibagi dengan efesiensi mekanis ŋ dari sistem transmisi

untuk mendapatkan gaya penggerak mula yang diperlukan. Jika besar P merupakan

nominal output dari motor penggerak, maka besar Pd dapat dicari menggunakan

rumus berikut:

Pd = fc P (kW)

8
Dimana:

Pd = Daya renaca pada poros (kW)

P = Daya yang harus ditransmisikan (kW)

fc = Factor koreksi

2. Momen Puntir T (kg.mm)

Jika momen puntir (momen rencana) adalah T (kg.mm), maka besar momen

puntir dapat dicari dengan rumus berikut:

𝑃𝑑
T = 9.74 x 105 𝑛1

Dimana:

T = Momen puntir (kg.mm)

Pd = Daya renaca pada poros (kW)

n1 = Putaran pada poros (rpm)

3. Tegangan Geser τ (kg/mm2)

Sedangkan untuk menentukan tegangan geser yang diizinkan τa (kg/mm2)

dapat digunakan rumus berikut:

τ a = σB/(Sf1 x Sf2)

9
Dimana:

τ a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

σB = Kekuatan tarik (kg/mm2)

Sf1 = Faktor keamanan bahan ( 0.6)

Sf2 = Faktor keamanan pengaruh permukaan dan pengaruh konsentrasi tegangan

4. Diameter poros

Untuk menentukan besar poros yang direncanakan dapat digunakan

persamaan berikut:

1
 5,1 3
ds   ( K m M ) 2  ( K tT ) 2 
 

Dimana:

τ = Tegangan geser

d s = Diameter poros

Km = Faktor koreksi untuk momen lentur

Kt = Faktor koreksi untuk momen puntir

M = Momen lentur

T = Momen punter

10
5. Berat poros
𝜋
Wp =4 𝑑𝑠 2 . 𝐼. 𝑦

D = diameter poros yang direncanakan

I = panjang poros

Y = berat jenis masa karbon = 0.00785 kg/cm3

2. Pully

Puli merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk

mentransmisikan daya seperti halnya sproket rantai dan roda gigi. Bentuk puli

adalah bulat dengan ketebalan tertentu, di tengah-tengah puli terdapat lubang poros

(gambar 2.23). Puli pada umumnya dibuat dari besi cor kelabu FC 20 atau FC 30,

dan adapula yang terbuat dari baja.

Perkembangan yang pesat dalam bidang penggerak pada berbagai mesin

yang menggunakan motor listrik telah membuat arti sabuk untuk alat penggerak

menjadi berkurang. Akan tetapi, sifat elastisitas daya dari sabuk untuk menampung

kejutan dan getaran pada saat transmisi membuat sabuk tetap dimanfaatkan untuk

mentransmisikan daya dari penggerak pada mesin perkakas.Keuntungan jika

menggunakan puli :

1) Bidang kontak sabuk-puli luas, tegangan puli biasanya lebih kecil

sehingga lebar puli bisa dikurangi.

2) Tidak menimbulkan suara yang bising dan lebih tenang.

Dalam perencanaan puli harus di perhatikan hal-hal berikut :

Diketahui :

11
W =11,95 mm Ko = 8,0 mm K = 4,5 mm

Lo = 9,2 mm f = 10 mm

1. Diameter luar puli ;

de = dp + 2 . ko

2. Kedalaman alur

h = Ko + K

3. Berat Puli

Wpuli =

Dimana :

D = Diameter puli = mm

T = Tebal puli = cm

= Berat jenis cast iron = 0,00725 kg/ cm2

3. Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpuporos berbeban, sehingga

putaran atau gerakbolak-balik dapat bekerja dengan aman, halusdan panjang umur.

Bantalan harus kokoh untukmemungkinkan poros atau elemen mesin lainnyadapat

bekerja dengan baik. Jika bantalan tidakbekerja dengan baik, maka prestasi kerja

seluruhsistem akan menurun atau tidak dapat bekerjasemestinya. Jadi, jika

disamakan pada gedung,maka bantalan dalam permesinan dapatdisamakan dengan

pondasi pada suatu gedung.

12
Gambar 2.3 Bantalan Gelinding

Rumus perhitungan :

1. Beban ekuivalen dinamis

P = x. . v. Fr + Fa . Y (Sularso, 1994: 136)

Dengan :

x = 0,56

v=1

y = 1,45

Fr = beban radial

Fa = beban aksial

2. Faktor kecepatan 1/ 3 33,3 fn (Sularso, 1994:136) .

Faktor umur C fh fn P4. Umur bantalan LK = 500 fh3

Faktor kecepatan

13
33 , 3 1/ 3

fn n (Sularso, 1994:136)

14
BAB 3

KOMPONEN PENGGERAK DAN SABUK

3.1. Sabuk (Belt)

Sabuk merupakan suatu elemen mesin berfungsi sebagai penghatar daya

atau mentrasmisiskan tenaga dari satu poros lain dengan menggunakan puli yang

memutar dengan kecepatan yang sama atau berbeda. Sabuk biasanya terbuat dari

rayon, nyilon atau katun yang diresapi dengan karet.

Gambar 3.1 Konstruksi Sabuk Berbentuk V

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabun-V karna mudah

penanganannya dan harganya murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk 10

sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum sampai dengan 25 (m/s). daya

maksimum yang dapat di transmisikan kurang lebih sampai 500 (kW).

3.2. Poros

Poros merupakan sebuah elemen mesin berbentuk silinder pejal yang

berfungsi sebagai penerus daya dan tempat dudukan elem-elemen seperti

pully,sprocket,roda gigi,dan kopling dan juga sebagai elemen penerus daya dan

putaran dari penggerak mesin. Poros merupakan bagian terpenting, karena

berfungsi sebagai komponen penerus putaran atau daya. Mengenai perencana

15
rancang bangun ini adalah suatu persoalan perencana dasar. Dimana poros dapat

menerima pembebananya. Gaya tekan yang terjadi menimbulkan momen lentur

juga menyebabkan torsi. Berdasarkan pada perencanaan alat ini, poros tersebut

termasuk kedalam poros horizontal.

3.3. Bantalan

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang

peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah

poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.

Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya

bekerja dengan baik. Pada umumnya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi dua

bagian yaitu :

b. Bedasarkan gerakkan bantalan pada poros

1. Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena

permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantra lapisan

pelumas.

2. Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar

dengan yang diam melaluielemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat.

c. Berdasarkan arah beban terhadap poros.

1. Bantalan radial

Arah beban yang ditumpuh bantalan ini adalah tegak lurus sumbu.

2. Bantalan aksial

16
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.

3. Bantalan gelinding khusus

3.4 Pully

Pulley adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai komponen atau

penghubung gerakan yang diterima tenaga dari motor diteruskan dengan

menggunakan belt ke benda yang keinginan digerakan. Dalam penggunaan pulley

kita harus mengetahui berapa besar putaran yang akan kitagunakan serta dengan

menetapkan diameter dari salah satu pulley yang kita gunakan serta dengan

menetapkan diameter dari satu pulley yang kita gunakan, pulley biasanya terbuat

dari besi tuang, dan alumunium.

3.5 Pasak
Adalah elemen mesin yang digunakan untuk menetapkan atau menahan

bagian-bagian mesin seperti roda gigi,pulley,kopling dan lainlain pada poros . jika

pasak dipasang tidak benar antara poros dan pulley ,maka kemungkinan akan terjadi

slip bagian tersebut.

17
BAB 4

ANALISA DAN PERHITUNGAN

4. 1 Perencanaan Sabuk dan Puly Mesin Penyayat Bambu

4.1 1 Desain Gambar

Gambar 4.1 Mesin Pemipih Bambu

4.1 2 Menentukan Daya Motor Penggerak

Berdasarkan hasil pengujian uji tekan untuk mengetahui beban

maksimum yang diperlukan untuk proses pemipihan bambu yang di lakukan

dilabor mekanik Politeknik Negeri Padang, didapatkan data sebagai berikut:

18
Table 5.1 Data Uji Tekan Bambu

No Sampel Bambu Beban maksimum Beban konstan

(kg) ( kg )

Bambu Tua 39 29

(160x16x11) mm

2 Bambu

muda(160x16x7) mm 14 9

Dari data diatas maka penulis mengambil sampel pada bambu tua dengan

beban maksimum yang diperlukan untuk memipihkan bambu yaitu 39 kg.

Jadi,

F = m .g

= 39 kg . 9,81 m/s²

= 382.59 N

Gaya potong yang terjadi untuk memipihkan bambu adalah :

𝐹 − 𝑇𝑔 𝑋 𝐴

Dimana :

19
Fp = Gaya Potong (N)

𝑇𝑔 = Tegangan Geser (kg/𝑚𝑚2 )

A = Luas penampang Potong (𝑚𝑚2 )

Luas permukaan bidang potong bambu saat pengujian:

A=lxb

A = 60 mm x 16 mm

= 960 𝑚𝑚2

Maka tegangan gesernya ialah :

𝐹𝑝
𝑇𝑔 = 𝐴

382.59 𝑁
𝑇𝑔 =
960 𝑚𝑚2

𝑁
𝑇𝑔 = 0.39
𝑚𝑚2

Gaya potong yang dibutuhkan untuk memipihkan bambu sepanjang 50cm adalah

Fp - 𝑇𝑔 𝑥 𝐴

Dimana,

A=lxb

A = 500mm x 16 mm

= 8000 mm

Fp = 0.39 N/ 𝑚𝑚2 X 800 mm

20
Fp = 3120 N

Maka, momen puntir yang terjadi pada roller adalah :

Mp = 3120 N X 45 mm

Mp = 140400 Nmm

Mp = 140.4 NmMp = Fp X r

Adapun nilai kecepatan sudut (𝜔) didapatkan melalui perhitungan sebagai

berikut :

𝜋. 𝑑𝑝 . 𝑛
𝜔=
60

Dimana n didapat dari perencanaan sebagai berikut :

Diketahui :

n = 1800 rpm ( putaran poros motor )

dp = 75 mm ( diameter pulley driver )

Dp = 175 mm ( diameter pulley follower )

n = Putaran roller

maka besar perbandingan I adalah :

𝑛1 𝐷𝑝
i = 𝑛2 = 𝑑𝑝

1800 175
=
𝑛2 75

𝑛2 = 771,429 𝑟𝑝𝑚

21
Sedangkan 𝑑𝑝 adalah diameter dari roller.

Maka,

𝜋. 0.13 𝑚. 771,429 𝑟𝑝𝑚


𝜔=
60

𝜔 = 5.248 𝑚⁄𝑠

Maka, daya motor dapat dihitung :

𝜌 = 𝑀𝑝𝑥𝜔

Dimana :

Mp = momen punter

𝜔 = 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡

𝑃 = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟

𝑃 = 𝑀𝑝𝑥 𝜔

𝑃 = 140.4 𝑁𝑚 𝑥 5,248 𝑚⁄𝑠

𝑃 = 736 𝑤𝑎𝑡𝑡

Dimana

1 HP = 746 watt

22
Faktor koreksi (fc) = 1.0

𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 𝑥 𝑃 = 1.0 𝑥 0,68

Pd = 0,99 HP

Pd = 1 HP

4. 2 Perencanaan Pulley dan Sabuk

4.2 1 Puly

Menentukan Diameter Puli Penggerak

𝑛1 𝐷
= 𝑖 = 𝐷2 ( Sularso, hal 166 )
𝑛2 1

Sehingga :

𝑛1 𝐷2
=
𝑛2 𝐷1

Dimana :

n1 = putaran motor

n2 = putaran roller

D1 = diameter puli motor

D2 = diameter puli penggerak

𝑛1 𝐷1
𝑛2 =
𝐷2

1800𝑥75𝑚𝑚
𝑛2 =
175 𝑚𝑚

23
𝑛2 = 771,429 𝑚𝑚

Jadi untuk mesin yang dirancang di dapat

D1 = 75 mm dengan n1 = 1800 rpm

D2 = 175 mm dengan n2 = 771,429

rpm

Contoh gambar puli penggerak dan puli yang digerakan

D2

D1

Gambar 4.2 pully penggerak dan puli yang digerakan

4.2 2 Perencanaan Sabuk-V

1. Perhitungan Panjang Sabuk

Berdasarkan diagram pemilihan sabuk dengan daya 1 HP dan putaran

1800rpm maka dipilih sabuk tipe A dengan ukuran sebagai berikut :

24
Gambar 4.3 Tipe Penampang Sabuk V

Gambar 4.4 Diagram Pemilihan Type Sabuk

Berdasarkan diagram pemilihan sabuk diatas, maka sabuk tipe A

mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Lebar :12.5

Tebal :9

25
Sudut :40’ 12,5

o
40

Gambar 4.5 Penampang tipe sabuk A

Gambar 4.6 Panjang keliling sabuk

Panjang keliling sabuk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝜋 1
L = [2C+ 2 (𝑑𝑝 + 𝐷𝑝 ) + 4𝐶 (𝐷𝑝 − 𝑑𝑝 )] sularso hal.170

Dimana :

L = Panjang keliling sabuk

d = jari-jari pulley driver (75 mm)

D = jari-jari pulley follower (175 mm)

x = jarak antara kedua poros pulley (450 mm )

26
Maka,
3.14 1
L = [(2(450𝑚𝑚) + (75 + 175) + (175 − 75)2 )]
2 4(450)

3.14 1
L = [900 mm + (250) + (10.000 𝑚𝑚)
2 4(450)

L = [ 900 mm+ 392 mm + 5.55 mm]

L = 1.297,55 mm1

Ukuran sabuk yang di pakai adalah sabuk tipe A dengan panjang 1.297 mm.

karena terdapat perbedaan perhitungan pemakaian sabuk, maka jarak antara sabuk

sumbu dapat di koreksi dengan cara :

𝑏 + √𝑏 2 − 8(𝐷2 − 𝐷1 )2
𝐶=
8

𝑏 = 2𝐿 − 𝜋(𝐷1 −𝐷2 )

Maka :

𝑏 = 2 𝑥 1.297 − 3,14(75 + 175)

𝑏 = 2.594 − 785

𝑏 = 1.809 𝑚𝑚

1.809 + √1.8092 − 8(175 − 75)2


𝐶=
8

1.809 + √3.272.481 − 8 𝑥 10.000


𝐶=
8

𝐶 = 449,46 𝑚𝑚

Jadi jarak antar sumbu poros pertama dan kedua adalah 449,46 mm

27
2. Menentukan kecepatan linier sabuk-V

𝐷1 . 𝑛1
𝑉=
60.1000

75.1800
𝑉=
60𝑥1000

V = 2,25 m/dt

3. Menghitung Sudut Kontak

Untuk menghitung sudut kontak penggerak, dapat menggunakan rumus

sebagai berikut :

57(𝐷2 −𝐷1 )
𝜃 = 1800 − 𝐶

Maka,

57 (175 mm − 75mm)
𝜃 = 1800 −
450

𝜃 = 167. 30

𝜃 = 12.6 𝑟𝑎𝑑

Gambar 4.7 Sudut kontak sabuk

28
4. Menentukan Tegangan sabuk-V (Fe)

T = (𝐹1 − 𝐹2 )𝑅 (R.S.Khurmi,hal 423)

Dimana :

T = Moment torsi pada poros motor (kg) = 302,28 kg

𝐹1 = Tegangan sabuk sisi Tarik (kg)

𝐹2 = Teganga sabuk sisi kendor(kg)

R = Radius pili =25,4 mm

Maka :

𝑇
𝐹1 − 𝐹2 =
𝑅

302,28
=
25,4

𝐹1 − 𝐹2 = 11,9

Untuk menentukan besarnya sabuk menggunakan rumus :

𝐹1
2,3 log ⁄𝐹 = 𝜇. 𝜃 (R.S.Khurmi,hal 666)
2

Dimana :

𝜇 = koefisien gesekan puli dan sabuk = 0.3

𝜃 = sudut kontak antara pili dan sabuk = 12,6 rad

Maka :

29
𝐹1 𝜇.𝜃
log ⁄𝐹 = 2,3
2

0,3.12,6
= 2,3

𝐹1
⁄𝐹 = 1,643
2

5. Jumlah Sabuk-V yang Dibutuhkan

Dari pengolahan data sebelumnya dan dari tabel didapatkan data sebagai

berikut :

• Daya yang dipindahkan sabuk : 1 HP

• Putaran pulley driver : 1800 rpm

• Sabuk tipe A dengan b = 12.5, t = 9 dan m = 0.106 kg/m

• Koefisien gesek antara sabuk dan pulley dengan bahan belt : rubber dan bahan

pulley : cast iron dry yaitu : 0.3

• Diameter pulley driver : 175 mm

• Diameter pulley follower : 75 mm

• Sudut kontak : 12,6 rad

• Jarak antara kedua poros : 450 mm

• Bahan sabuk Gt : 25 kg/c𝑐𝑚2

Untuk mencari gaya yang dapat dipindahkan 1 (satu) sabuk dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

P= (T1 – T2)V

30
Dalam merencanakan sabuk-V ini gaya sentrifugal yang terjadi pada

pulley ( Tc) harus di perhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

𝑚 𝑥 𝑉2
𝑇𝑐 =
𝑔

Dimana :

𝜋. 𝑑. 𝑛
𝑉=
60

T1 = tight side

T2 = slack side

V = kecepatan sabuk

Gambar 4.8 Dua buah sabuk yang terhubung

Gaya tegang maksimum sabuk sama dengan penjumlahan sabuk pada sisi

yang tegang dengan tegangan sentrifugal sabuk, seperti rumu berikut :

𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝑇1 − 𝑇𝑐

Untuk mencari nilai Tmax juga dapat menggunakan rumus berikut :

31
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝐴 𝑥 𝜎

𝑎+𝑏
𝐴=
2

𝑎 = 𝑏 − 2𝑥𝑎 Sebelumnya nilai A ditentukan dengan cara sebagai berikut

𝑥
= 𝑥 𝑡𝑔 200
9

X = 9 x 𝑡𝑔 200

= 3.2

Maka nialai a adalah :

a = 12.5 – (2 x 3.2)

a = 6.1 mm

dengan demikian, maka luas permukaan sabuk (A) dapat dihitung sebagai berikut

𝑎+𝑏
𝐴= 𝑡
2

6.1 + 12.5
= 9 = 83.7 𝑚𝑚2
2

= 0.837 𝑐𝑚2

Maka nilai Tmax adalah :

𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝐴 𝑥 𝑜

32
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 0.837 𝑐𝑚2 𝑥 25 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

𝑇𝑚𝑎𝑥 = 20.92 𝑘𝑔

Sedangkan untuk nilai Tc (tegangan sabuk sentrifugal) dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

𝑚 𝑥 𝑣2
𝑇𝑐 = 𝑔

Dimana :

m = 0.106 kg/m

g = 9.81 m/𝑠 2

𝜋.𝑑.𝑛
𝑉= 60

𝜋.0.175.1800
V= 60

V = 16.485 m/s

Maka,

0.106 𝑘𝑔/𝑚𝑥 (16.485 m/s)


𝑇𝑐 = 𝑚
9.81 2
𝑠

𝑇𝑐 = 2.936 kg

Dengan mengetahui data-data diatas, maka nilai T1 apat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝑇1 + 𝑇𝑐

𝑇1 = 𝑇𝑚𝑎𝑥 − 𝑇𝑐

33
𝑇1 = 20.92 𝑘𝑔 − 2.936 𝑘𝑔

𝑇1 = 17,984 𝑘𝑔

Dengan diketahuinya nilai T1 maka nilai T2 dapat kita hitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

Setelah nilai T1 dan T2 didapatkan, maka besarnya daya yang dapat

dipindahkan oleh 1 (satu )sabuk dapat dihitung sebagai berikut :

P = (T1 – T2)V

34
P = (19.15 kg – 1,5 kg)12,82 m/s

P = 226.237 kgm/s (1 HP = 75 kgm/s)

Maka daya yang dapat dipindahkan 1 buah sabuk adalah 3 HP, maka :

1 𝐻𝑃
𝑛= = 0.3 𝑏𝑢𝑎ℎ = 1 buah sabuk
3 𝐻𝑃

4. 3 Perancangan Komponen-Komponen Utama

4.3. 1 Perancangan poros

Perencanaan Poros

Diketahui data-data poros

Panjang poros = 350 mm

Bahan poros S30C dengan kekuatan tarik στ = 48 kg/mm2

Data yang ditransmisikan P (Kw)

P = 1 HP

= 0,747 Kw

Putaran poros 1,n1 = 1800 rpm

Putaran poros 2,n2 = 771,429 rpm

Faktor koreksi, fe =1,2

Pd = 0,373. 1,2 = 0,45

35
Momen rencana T2 ( kg / mm )

𝑝𝑑
𝑇1 = 9.74. 105 𝑛1 ( Sularso, hal 7 )

dimana :

T2 = momen puntir

Pd = faktor koreksi

n2 = putaran roller

0,45
𝑇1 = 9,74. 1051800

T1 = 243.5 kg.mm

𝑝𝑑
𝑇1 = 9,74. 105
𝑛2

0,45
= 9,74. 105
771,429

= 568.166 kg.mm

Gaya – gaya pembebanan pada poros

b. Tegangan geser yang di ijinkan

𝜎𝜏
𝜏𝑎 =
𝑆𝑓1 𝑥𝑆𝑓2

Dimana :

𝜎𝐵 = Tegangan Tarik bahan S30C (48 kg/mm2)

𝑆𝑓1 =Faktor keamanan untuk bahan (0,6) (Sularso,hal 8)

𝑆𝑓2 = Faktor keamanan untuk kosentrasi tegangan alur pasak dan kekerasan

(2,0) (Sularso,hal 8)

Sehingga :

36
48
𝜏=
6,0𝑥2.0

= 4 kg/𝑚𝑚2

c. Diameter poros 1

𝑑𝑠1 = [ 5,1⁄𝜏𝑎 𝐾𝑡. 𝑐𝑏. 𝑇1 ]


1⁄
3

Dimana :

𝜏𝑎 =Tegangan gesek (4 kg/𝑚𝑚2)

Kt = factor koreksi karena puntiran dan tumbukan ringan (3,0) (Sularso,hal 8)

Cb = factor koreksi karena beban dan tumbukan ringan (2,3) (Sularso,hal 8)

T1 = Moment punter (2435 kg.mm)

T2 = Moment punter (5681,66 kg.mm)

Sehingga :

𝑑𝑠1 = [ 5,1⁄4 3,0.2,3.2435]


1⁄
3

𝑑𝑠1 = 27 mm

Diameter poros yang dipakai dalam perencanaan pada poros motor yaitu 27 mm

d. Diameter poros 2

𝑑𝑠1 = [ 5,1⁄𝜏𝑎 𝐾𝑡. 𝑐𝑏. 𝑇1 ]


1⁄
3

Sehingga :

𝑑𝑠1 = [ 5,1⁄4 3,0.2,3.5681.66 ]


1⁄
3

37
𝑑𝑠1 = 36 mm

Diameter poros yang direncanakan dalam perancangan yaitu 36 mm.

d. Berat poros
𝜋
Wp =4 𝑑𝑠 2 . 𝐼. 𝑦

D = diameter poros yang direncanakan = 36 mm

I = panjang poros = 350 mm

Y = berat jenis masa karbon = 0.00785 kg/cm3

Maka :

3,14
Wp = 3,62 . 35.0.00785
4

Wp = 2 kg

4.3. 2 Perencanaan Puli

1. Dimensi puli tipe A

Diketahui

W = 11,95 mm Ko = 8,0 mm k = 4,5 mm

Lo = 9,2 mm f = 10 mm

a. Puli 1 (puli motor)

Dikeahui :

dp = 75 mm

karena dp<200 maka puli yang dipakai tanpa jejri.

Lebar permukaan puli

B=2.f

38
= 2 x 10

= 20 mm

Diameter luar puli :

de = dp + 2.ko

= 75 + 2.8

= 91 mm

Kedalaman alur :

h = Ko + K

= 4,5 + 8

= 12,5 mm

Panjang bos atau naf puli :

𝜋
L ≥ 2 . 𝑑𝑠

3,41
L≥ . 14
2

L = 22 mm

b. Puli 2 (puli perantara)

Diketahui :

dp = 175 mm

karena dp<200 maka puli yang dipakai tanpa jejri.

39
Lebar permukaan puli

B=2.f

= 2 x 10

= 20 mm

Diameter luar puli :

de = dp + 2.ko

= 175 + 2.8

= 191 mm

Kedalaman alur :

h = Ko + K

= 4,5 + 8

= 12,5 mm

Panjang bos atau naf puli :

𝜋
L ≥ . 𝑑𝑠
2

3,41
L≥ . 24 + 10
2

L =37,68 mm

40
4.3. 3 Perencanaan Pasak

Tabel 5.2 Ukuran Pasak

1. Perhitungan Pasak

Untuk bahan pasak sengaja dipilih bahan yang lemah dari poros dan naf

agar mudah untuk menggantinya.

Pasak yang digunakan untuk menetapkan puli adalah pasak benam

berpenampang segi empat. Pasak ini digunakan untuk menetapkan puli pada

poros. Diameter untuk pasak adalah 38 [mm]

Dari tabel pasak dengan diameter poros 36 [mm] adalah :

− Penampang pasak (b x h) = 10 x 8

− Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 4,5

− Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 3,5

41
− Bahan pasak yang direncanakan adalah S45C yang memiliki tegangan

tarik = 70 [kg/mm2], 𝑆𝑓𝑘1 =6,0 dan 𝑆𝑓𝑘2 =2

Gaya tangensial poros :


𝑇
F = 𝑑𝑝 ............(Sularso, Elemen Mesin, hal.25)
2

Dimana :

F = gaya tangensial poros [kg]

T = momen rencana [kg.mm]

dp = diameter poros [mm]

Sehingga didapatkan :

𝑇
F = 𝑑𝑝
2

568166 kg.mm
= 36 = 31564[kg]
2

Tegangan geser ijin pada pasak sebesar :


𝜎𝑏
τka = 𝑆𝑓𝑘
1 𝑥 𝑆𝑓𝑘2

48
= 6𝑥2

= 4 [kg/mm2

42
Dari tegangan geser ijin, panjang pasak yang dibutuhkan dapat diperoleh :
𝐹
τka = 𝑏 𝑥 𝑙 ....................(Sularso, Elemen Mesin, hal.25)
1

Maka :
𝐹
l1 = 𝑏 𝑥 𝜏
𝑘𝑎

31564
= = 7.89 [mm]
10 𝑥 4

Jadi, diasumsikan bahwa poros ini termasuk kecil, tekanan permukaan ijin

poros adalah Pa = 8 [kg/mm2], maka panjang pasak:………………....(Sularso,

Elemen Mesin, Hal 27)

𝐹
Pa = 𝑡
2 𝑥 𝑙1

Dimana :

Pa = tekanan permukaan ijin [kg/mm2]

l1 = panjang pasak [mm]

t2 = kedalaman alur pasak [mm]

Maka :
788,63
l1 = 3,5 𝑥 8

= 28 [mm]

Maka ukuran pasak yang dipakai adalah 10 x 8 dengan panjang pasak aktif

adalah 28 [mm].

4.3. 4 Perencanaan Bantalan/Bearing

Untuk merencanakan bantalan/bearing dapat dihitung dengan 2 (dua) cara,

43
yaitu :

1. Menentukan umur bearing dari bearing yang sudah ada

2. Merencanakan spesifikasi bearing

Gambar 4.9 Bantalan

Dalam merancanakan bearing ini kami akan menentukan umur bearing

dari spesifikasi bearing yang sudah ada.

Beban yang bekerja pada bearing yaitu :

RA RB

Gambar 4.10 beban pada bearing

Dari perhitungan perencanaan poros, nilai beban yang bekerja pada

bearing A dan B didapatkan sebagai berikut :

RA = 231.33 N

RB = 25.67 N

44
Dari bearing yang akan digunakan maka dapat diketahui data-data sebagai

berikut :

• Jenis bearing : deep groove ball bearing no.212

• Beban radial :

RA = 231.33 N ( WR )

RB = 25.67 N ( WR )

• Beban aksial : 0 N (WT) Putaran poros : 771 rpm Data dari table :

e = 0.22 XR = 1 YT = 0

• Dari table bearing no.212

Co = 6300 kg

C = 6000 kg

• Data tambahan

Ks = Service Factor (2.5)

V = Innerace Berputar (1)

Bearing 1

We = (XR.V.WR+YT.WT)KS

We = (1 x 1 x 231.33 n + 0 x 0)2.5

We = 578.3 kg

45
Maka :

𝐶 𝑘 6
𝐿=[ ] 10 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑊𝑒

6550 𝑘𝑔 3 6
𝐿=[ ] 10 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑊578.3 𝑘𝑔

𝐿 = 1450.6 𝑥 106

𝐿 = 1450600000 𝑃𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛: 771 𝑟𝑝𝑚

𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐿 = 1881452.7 ∶ 60
𝑗𝑎𝑚

𝐿 = 31357.544 𝑗𝑎𝑚

Bearing 2

We = (XR.V.WR + YT.WT)Ks

We = (1 x 1x 25.67 N + 0 x 0)2.5

We = 64.175 kg

46
BAB 5

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

1. Mesin penyerut dan pengiris bambu pada proses penyayatan menggunakan

V.belt dan poros sebagai penerus putaran dari motor penggerak.

2. Putaran motor penggerak berputar (n = 1800 rpm) dan gerak pada proses

Penyayatan (n = 771 rpm)

3. Manfaat penyetelan sabuk dan poly pada poros penyayatan sangat

mempengaruhi hasil dari proses produksi

4. Hasil dari perancangan sabuk

- Panjang sabuk = 1.297,55 mm1

- Jarak antar pully = 443 mm

- Kecepatan linier sabuk = 2,25 m/dt

- Sudut kontak sabuk = 167. 30 𝜃 = 12.6 𝑟𝑎𝑑

- Jumlah sabuk = 1 buah sabuk

Maka dari hasil tersebut dapat diketahui kapasitas lapang/ jam selama

proses pengoprasian berlangsung, semakin tebal proses penyayatan maka semakin

besar pula hasil yang diperoleh.

5.2 Saran

Dalam suatu perancangan agar dapat diperoleh suatu hasil yang maksimal

atau sama dengan aslinya perlu ditinjau beberapa faktor antara lain:

1. Faktor pengabilan bahan

47
2. Factor desain

3. Factor pemilihan sabuk

4. Mengadakan studi perbandingan

5. Dan faktor-faktor lain yang dianggap perlu

6. Bekerjalah dengan hati-hati dan menggunakan peralatan kerja sesuai prosedur.

Kerusakan peralatan dan lain sebagainya akan menghambat waktu pengerjaan

dan menambah biaya kerja.

Oleh sebab itu penulis menyarankan untuk para perancang selanjutnya

dengan memperhatikan faktor-faktor tadi, hal ini dirasa penting untuk perancangan

selanjutnya.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso, Elemen Mesin, Pradya paramita, Jakarta 1987

2. (Sumber :khurmi-gupta,1980

3. (Sumber :Sularso dan Suga, 1997: 7)

4. Sumber : khurmi gupta

49

Anda mungkin juga menyukai