SENti11'
Getaran
Mekani
k
dilengkapi
pemrograman dan
simulasi dengan
MATLAB
Ramses Y. Hutahaean
GETARANMEMNIK
Ramses Y. Hutahaean
Penerbit ANDI Yogyakarta
Getaran Mekanik
Oleh: Ramses Y. Hutahaean
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Penulis sadar
terimakasih yang sebesar-besamya kepada Istri dan bahwa masih ada banyak kekurangan da]am buku ini. O)eh karena itu
anak penulis atas pengertian dan kesabarannya atas segala saran dan kritik akan penulis diierima dengan senang hati.
kekurang-perhatian penulis pada saat penulisan buku ini.
Tembagapura, 201 1
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN1
2.2.3 Persamaan Gerak -Hukum Newton ..... ..... . . . . . .. .... ... ... 40
2.2.4 Redaman Kritis................ ..........
2.3 Getaran Paksa..... ..... ..... ........... 67
PENDAHULUAN
6.4.4 Menentukan Kondisi Batas340
DAFTAR PUSTAKA365
Peredam
Pegas
c
Perpindahan x
Dari persamaan I. I dapat kita ketahui bahwa gaya Fm adalah berbanding Iurus
dengan percepatan i , sepełti ditunjukkan pada Gambar I .2.
kemiringan (slope) m
Pegas mempunyai sifat elastis, sementara massa pegas diabaikan. Peredam c tidak memiliki massa ataupun elastisitas. Gaya redaman
Gaya yang bekerja pada pegas akan menyebabkan perubahan panjang akan muncul jika ada kecepatan relatif antara kedua ujung peredam. Kerja
pegas tersebut. Jika pegas beł•tambah panjang maka gaya yang bekerja atau energi yang masuk akan dikonversikan dalam bentuk panas. Untuk
adalah gaya tarik, sedangkan jika pegas bertambah pendek maka gaya yang peredam viskus, gaya redam sebanding dengan kecepatan relatif kedua
bekerja adalah gaya tekan. Untuk pegas linier berlaku hukum Hooke, di ujung peredam seperti ditunjukkan pada Gambar I .4, sedangkan hubungan
mana perubahan panjang sebanding dengan gaya yang bekerja. Pada antara gaya yang bekerja pada peredam dengan kecepatan relatif kedua
Gambar 1.3 ditunjukkan suatu pegas yang mengalami pertambahan panjang ujung peredam ditunjukkan pada persamaan:
x, — XI setelah diberi gaya tarikan Fs. Untuk pegas linier berlaku (12
persamaan
di mana Fd adalah gaya yang bekełja pada peredam dan Ck adalah
berikut: konstanta peredam dalam satuan SI, yang dalam hal ini adalah N.s/m
Fs = k(X2 —XI) Energi memasuki sistem jika diberikan gaya eksitasi (gaya rangsang). Gaya
3 eksitasi dapat diberikan melalui massa atau gerak eksitasi pada tbndasi. Gaya
eksitasi tersebut merupakan fungsi terhadap waktu, atau gaya kejut. Di dalam
permesinan gaya eksitasi umunnnya akibat adanya ketidakseimbangan pada
Yang mana FS adalah gaya yang bekerja pada pegas dan k adalah komponen berputar seperti yang terjadi pada poros atau turbin. Gaya yang dapat
konstanta pegas dalam satuan SI adalah N/m. menyebabkan sistem bergetar dinamakan gaya
Getaran Mekanik Pendahuluan
eksitasi.
Getaran Mekanik Pendahuluan
Suatu sistem dinamik dapat diatur sedemikian dengan kondisi awal,
yaitu suatu gangguan yang diberikan pada waktu t 0. Jika tidak ada lagi
gangguan atau gaya eksitasi setelah waktu t 0 maka gerak osilasi sistem
tersebut akan mengalami getaran bebas. Kondisi awal tersebut merupakan
energi input. Jika pada kondisi awal pegas terdeformasi, maka input energi
4 berupa energi potensial. Jika massa m diberikan kecepatan awal maka input
kemiringan(slope) energi berupa energi kinetik.
Pe:-ioda T
Jika sistem tidak mengalami redaman maka tidak ada energi yang diserap
oleh sistem. Kondisi awal pada sistem akan menyebabkan sistem berosilasi dan
untuk sistem getaran bebas tidak teredam. Sistem tersebut akan berosilasi dengan
amplitudo yang sama tanpa ada pengurangan amplitudo. Dengan kata lain, sistem
terscbut akan berosilasi dengan gerakan yang sama tanpa teıpengaıııh pada
bertambahnya waktu. Tetapi untuk sistem
yang mengalami redaman, sistem tersebut pada awalnya akan berosilasi dan
mengalami pengurangan amplitudo hingga sistem tersebut berhenti berosilasi
pada saat tercapai kondisi kesetimbangan statik.
1.6 di mana suatu titik P bergcrak pada sunnbu horizontal. Jika jarak OP
Gambar 1.6b
adalah:
Jika x(t) menunjukkan pełpindahan suatu massa dalam sistem getaran,
cos ol maka kecepatan dan percepatan diperoleh dengan mendiferensiasikan x(t)
yang mana t waktu, Q) —konstanla dan X konstanta, maka gerak P terhadap titik terhadap waktu, yaitu:
O adalah gerak sinusoidal atau harmonik sederhana. Karena fungsi lingkaran Perpindahan x = X cos cot (1.5)
akan berulang setiap 27T radian, maka satu siklus akan tercapai jika 0T 2T yang
mana: Kecepatan x• — —oX sin cot (1.6)
dt
Perioda T / siklııs d
Ganłbar 1.7
maka
8
9
Jika sumbu x adalah sumbu real dan sumbu y adalah sumbu imajiner,
maka vektor X dapat disajikan dalam bentuk persamaan:
(1.10)
di mana Re menotasikan komponen real dan Im menotasikan komponen
imajiner. Diferensiasi fungsi harmonik juga berbentuk vektor sehingga
diferensiasi vektor X menghaasilkan:
— 02 XO COS (Dl +
: IX21sm
I
Sedangkan sudut fase adalah: tan
IX21 sina p =
Gambar 1.1lb
1x11+1x21cos a
tan I IX21sina 13
P=
1x11+1x21cos a
adalah:
Gambar 1.1la
2
x=x, -Ix +lx,le z) ia Pot
— (l XII + IX21 cosa +
di mana:
1X1 =
IX,lsina p =
tan-
Getaran Mekanik Pendahuluan
1x11+1x01cos a ekspansi yang dihasilkan jika kita menggunakan ekspansi deret Fourier
Karena fungsi harmonik yang diberikan adalah sepanjang sumbu real, itu.
fungsi periodik sembarang dengan periode T dapat dinyatakan dalam Sinyal OaEam Ooman 'v'#äktu
bentuk deret sebagai berikut: 3
a
F(t)= —C + E (an cosnot + sin not) (1.12) 2 di mana
koefisien ao, an dan bn untuk fungsi periodik F(t) diperoleh dari:
(1.13)
an = —J notdt I.
14)
0.5
2 cos (30Tt)
0.5
sin(ort sin (ort
0.5
05)
0.5
Dengan cam yang sama didapatkan: Maka masing—masing bentuk gelombang pada deret Fourier:
treqœmy
waktu (s)
segiempa
t
Getaran Mekanik
2.5
1.6
0.5
Waktu t
3 Nuku
Gambar 1.15 Bentuk gelombang segiempat (lalam bentuk deret Fourier
dengan 4 suku
-1.6
Waktu t
Getaran Mekanik Pendahuluan
GanilMr 1,16 Bentuk gelombang segiunpat bentuk deret Fourier dengan
5 suku
Dalam domain frekuensi bentuk fungsi periodik segiempat
diperlihatkan dalam bentuk spektrum frekuensi sepel*ti ditunjukkan
pada gambar berikut:
Contoh 1.3 2
= Jo.5t cos zł dł
Suatu gelombang segitiga dapat dianggap sebagai kumpulan gelombang
yang berbentuk sinusoidal: 2
= fo.5t cos 2zł dł
21
2
b2 = Jo.5t sin 2zł dł
= sin 3zł dł
fo.5t
• 155
dan b, 1.2
yy=1/2; for
j=l:n c(j)
-0.2
=l/pi/j ; waktu t
YY=YY+Y ; end plot (t, w) gr id title( [ ' Gambar 1.19 Gelombang segitiga dengan menggunakan 5 koefisien
Gelombang segitiga dengan jumlah koefisien num2 str Fourier
(n) x label ( 'waktu t ' ) y label( ' Amplitudo
) Gelornbang 8€gitigu dengan jurniah koefisi•n t O
1.2
Getaran Mekanik Pendahuluan
0.6
0.4
0.2
-0.2
wakl(1 1
O.B
0.4
1.2
0.2
-0.2
T
O waktu t
0.6
0.4
0.2
-0.2
waktu t
F (t)cosnortdt
Getaran Mekanik
Pendahuluan
30 Fungsi "t) (lalam (Jornain waktu
25
Frequensi rad/s
cos(nax — a di mana
Contoh 1.4
dan an tan -l (bll / a Jika suatu fungsi x(t) dalam domain waktu
adalah:
di mana
A cosot+Bsinot
4. Carilahjumlah aljabar dari gerak harmonik XI dan x = X/ + x2 = 6 sin(ot —
21T/ 3) + 8 sin(ot + 1t/ 3)
Getaran Mekanik
Pendahuluan
Phasa = X sin (0t + V)
1.4 Soal-soal untuk Dikerjakan 7. Ekspresikan bilangan kompleks berikut dalam bentuk:
1. Jika suatu perpindahan harmonik dinyatakan dalam a. d, -l x(t) = 20sin(40t —Æ/ 3)nun , di mana t
dalam satuan secon e. (detik) dan sudut fase dalam satuan radian, carilah: a. Frekuensi dan periode gerak.
c. (1+jE11-jJS)
b. Perpindahan, kecepatan, dan percepatan maksimum.
8. Ekspresikan bentuk gelombang periodik berikut dalam bentuk
2. Perpindahan, kecepatan, dan percepatan pada t = 0 dan pada t deret Fourier:
I .4 s. Ulangi soal No. I untuk x(t) = 120sin(20t — m/2)nun
Getaran Mekanik
30
BAB 11
SISTEM SATU DERAJAT KEBEBASAN
2.1 Pendahuluan
Agar dapat memelajari getaran, kita terlebih dahulu harus mengetahui sistem satu derajat
Gelombang sinus
kebebasan yang merupakan dasar untuk memelajari masalah
getaran secara lebih mendalam. Berbagai contoh sistem satu
derajat
(c) (d)
1kebebasan disajikan
dalam bentuk Gambar 2. I .
Gambar 2,1
Analisis getaran dapat
dilakukan dengan bantuan
matematika, yaitu lewat hukum
gerak Newton, persamaan energi, metode respons frekuensi, dan metode
superposisi.
32 33
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
2.2 Getaran Bebas 2
(ktaran bebas adalah sistem yang bergetar bukan karena ada gaya eksitasi Energi potensial yang terkait dengan persamaan 2.I adalah regangan (gaya penggetar), tetapi
karena kondisi awal, _yaitu simpangan awal pegas yang diakibatkan oleh pełpindahan massa. Maka energi potensial neto x(0) atau kecepatan awal i-(0) . Getaran bebas
secara umum adalah sistem terhadap keseimbangan statik adalah:
bebas tidak teredam dan getaran bebas teredam. Dalam kenyataannya, getaran bebas tidak ada yang tidak teredam. + kx)dx —nłgx = fkx” (2.4)
2.2.1 Persamaan Gerak — Metode Energi Substitusi persamaan 2.3 dan 2.4 ke persamaan 2.2 menghasilkan:
Persamaan gerak suatu sistem konservatif dapat diperoleh dari pertimbangan energi. Perhatikan sistem pada Gambar 2.2 yang
akan diatur untuk mengalami suatu gerakan. Total energi sistem tersebut adalah jumlah energi kinetik dan energi potensial.
Energi kinetik T dikarenakan oleh kecepatan Karena kecepatan .ŕ(t) tidak berharga nol maka diperoleh persamaan massa, dan energi potensial dikarenakan energi
regangan pegas U pada saat gerak: mengalami deformasi. Untuk sistem yang konservatif, energi mekanik akan tetap konstan dan turunan terhadap waktu harus bernilai
nol. Ini + kr = 0
(2.9)
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
2z
2.2.2 Kelakuan
Beberapa bentuk susunan pegas tertentu dapat dijadikan pegas dengan
kekakuan ekuivalen. Berikut ini beberapa konfigurasinya.
11 +12
pegas seri
Pegas paralel
Sedangkan defleksi pegas I dan pegas 2 adalah sebagai berikut:
F(lik, + 12k22
(11 + 12)" k/k2 karena kc = F/x maka kekakuan
ekuivalen diperoleh:
translasl. = —
mx2
T = ŚłnR202 +L 111R 2 02
Gambar 2.4
Solusi
Energi potensial pegas adalah:
Pertama-tama kita tentukan dahulu energi kinetik sistem tersebut. Karena
silinder itu bergerak rotasi dan translasi, maka energi kinetik sistemnya
=śkR202 adalah:
mtasi Irałuslasi
Kemudian dengan mensubstitusikan T dan U ke persamaan, maka akan
diperoleh:
rotasł
+111R2ë+kR20=O
37
di mana Jo — = L 2 nłR 2 dan i- . Dengan demikian energi
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
kinetik total adalah:
T = L mR 2 02
= 4 ,nR 202
Uz L kıx"' ++k2X
Gambar 2.5
-IkR202
Kemudian dengan mensubstitusikan T dan U ke persamaan, diperoleh:
—(%mR2Ö2 Solusi
Pertama-tama kita tentukan dahulu energi kinetik sistem tersebut. Silinder
+ ınR 2ö + z
o tersebut bergerak rotasi dan translasi. Jika kita misalkan kecepatan sudut
silinder relatif terhadap titik P adalah 9 , dan kecepatan sudut silinder relatif
atau +1129 + 3/10 —0 maka
terhadap O adalah 1/7 , maka diperoleh hubungan: -Ğ(R-RI)
frekuensi pribadi sistem adalah:
z Ö(R/RI -ı)
Contoh 2.3
Pada Gambar 2.5 ditunjukkan sebuah silinder dengan massa m dengan
jarijari RI, menggelinding tanpa slip pada permukaan lengkung dengan jari-
jari R. Dengan menggunakan metode energi, turunkanlah persamaan gerak
sistem sekaligus dengan frekuensi pribadinya.
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Karena sudut 0 <<, maka sin 0 0
3(R-Rl)
Dengan demikian frekuensi pribadi sistem adalah:
J R— Ri
n
3(R-
2.2.3
Rl) Persarnaan Gaak - Hukurn
Nø.vton
RI
di mana Al dan A2 adalah konstanta yang diperoleh dari kondisi awal x(0)
dan . Persamaan (1.2) dapat dinyatakan dalam bentuk:
—c ± c 2 — 4131k
2 In
Maka dari solusi persamaan 2.17 diperoleh:
ç 31 0
X = Ales t + A2es- l (2.22)
Kasus 1 : Ç 1
(2.24) Dari persamaan 2.27 diperoleh akar-akar berbentuk
bilangan kompleks:
di mana adalah frekuensi alami (frekuensi pribadi)
sistem dan ğ adalah faktor redaman. Karena m, c dan sı,2 (2.28)
k adalah bilangan positif maka Ç juga merupakan
bilangan positif. Dengan menggunakan definisi (Dil di
dan ğ maka persamaan 2.17 menjadi: mana sehingga diperoleh
(2.25) Persamaan 2.21 menjadi: solusi homogen:
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
V = tan-l (Bl /B2)
X A (2.29a) Dengan
yang mana Od adalah frekuensi getaran sistem teredam. Konstanta B dan
mendefinisikan frekuensi pribadi teredam:
diperoleh dari kondisi awal, perpindahan x(0) dan kecepatan pada saat
waktu t = 0.
-on 1-5 2 (2.29b)
Persamaan 2.32 dapat disederhanakan menggunakan variabel kondisi
dan dengan menggunakan formula Euler:
awal xo dan io , yaitu sebagai berikut:
e cos 9 j sin O
maka persamaan 2.29 dapat dituliskan dalam bentuk: xo = x(0) = e- [B/ cos cod (0) + B2 sin cod diperoleh
(2.30) Bl = xo
atau x ze [(A/ + A2)cos cz.)dt + j(A/ — Dengan cara yang sama diperoleh:
A2)sin a.)dt
Karena x(t) adalah besaran real, maka koefisien
(A/ + 742) dan j (A/ — A2) juga harus real. Maka Dengan mensubstitusikan Bl dan B2, persamaan 2.32 menjadi:
Al dan A2 merupakan pasangan konjugasi kompleks
maka persamaan 2.31 dapat dituliskan kembali dalam
bentuk:
—go„t XO COS COd t + sin Odt (2.33)
[B cos o/ + B sin 0,11] (2.320
atau Biasanya kita dapat memperoleh harga dari eksperimen, yaitu
berdasarkan pengurangan logaritmik ô. Pengurangan logaritmik adalah
sin perbandingan dua respons maksimum:
(2.32b) sin(a.)dt +
ô=ln (2.34)
(2.35)
46 47
(2.41)
Pada Gambar 2.10 ditunjukkan bentuk respons untuk ketiga kasus
redaman , < = I dan g > l.
Gatnbar 2, 9
Untuk nilai r, yang kecil, pengukuran lebih sulit dilakukan karena dua
amplitudo yang berurutan memiliki beda yang sangat kecil. Oleh sebab itu
untuk redaman yang kecil, pengukuran rasio redaman dilakukan dengan
membandingkan amplitudo terbesar dengan amplitudo berikutnya.
Misalkan untuk q periode, maka:
In— = qśo„T
(2.37)
48
Gambar2.10
49
maka
(2.38) 2Z q X/+q
2.2.4 Redanun Kaifis
Kasus ini jarang terjadi pada sistem mekanik, Kasus ini adalah redaman
kritis. Akar persamaan karakteristiknya berupa akar kembar, yaitu:
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Koefisien redaman kritis cc adalah suatu angka redaman pada sistem yang Ihri diagram bebas dan dengan menjumlahkan momen yang bekerja
dapat menyebabkan redaman kritis, yaitu = l . Dari persamaan 2.24, jika g pada titik Q diperoleh:
= l , diperoleh:
+ = E(torsi)
(242) Sedangkan faktor redaman dapat didefinisikan
sebagai: Joô+ (môR) Javak R + (kR0)
Gava
sistem adalah:
Gambar 2.11
Solusi Contoh 2.5
Kita gambarkan dahulu diagram benda bebas silinder, di mana gaya-gaya Efek medan sentrifugal
yang bekerja adalah gaya pegas kR0, di mana pertambahan panjang pegas Sebuah baling-baling helikopter dan rotor terlihat pada Gambar 2.12.
adalah RO, dan gaya inersia 1710R , di mana percepatan translasi titik O Dengan menggunakan asumsi untuk penyederhanaan, turunkan persamaan
adalah DR , dan momen lembam Joo . gerak baling-baling tersebut.
dq
50
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
di mana sino O , cose I dan m=pL. Sedangkan momen inersia massa baling-
Q2RlNq baling terhadap O adalah Jo=mL 2/3.
dq
Solusi
Kita asumsikan baling-baling mempunyai massa yang seragam dan
terhubung pada engsel O. Kecepatan sudut rotor adalah konstan sebesar Q
dan efek gravitasi diabaikan. Tiap elemen dq mengalami gaya sentryfugal Contoh 2.6
(22Ripdq yang mana p adalah massa baling-baling per satuan panjang.
Pada Gambar 2.12 ditunjukkan suatu sistem yang bergetar. Jika massa
Dengan demikian momen terhadap titik O yang diakibat-kan gaya
batang diabaikan dan massa m terletak pada ujung batang, turunkanlah
sentrifugal pada elemen dq adalah:
persamaan gerak dan frekuensi pribadi sistem.
dM0 =
di mana RI = R + q coso
Gambar 2.14
mL2 0+ —kL-'
Kekakuan dan massa ekuivalen:
— łngL ; In
Sistem Satu Derajat Kebebasan
54 Getaran Mekanik eq
55
Solusi
Kita gambarkan dahulu diagram benda bebasnya.
('ontoh 2.8
Pada Gambar 2.15 ditunjukkan suatu sistem yang bergetar. Jika massa
batang diabaikan dan massa m terletak pada ujung batang, turunkanlah
persamaan gerak dan frekuensi pribadi sistem.
mg
+ —kL0=O
4
Kekakuan dan massa ekuivalen:
2
= mL
4 eq maka frekuensi
pribadi sistem adalah:
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Kita asumsikan massa m bergerak ke kanan, maka pegas akan
bertambah panjang sebesar A = L sin e. Karena sudut 0 kecil, maka sin O z
O , dan pegas akan bertambah panjang A = 0.5 L e, dan gaya yang bekerja
pada pegas 0.5 kLO .
(L sin O) = 0
= 111Lmaka
frekuensi pribadi sistem adalah:
eq
meq
-klL8
Contoh 2.9
-k2Łe
Sebuah balok AB dengan letak pusat massa (CG) dan massa m, ditumpu
oleh dua buah pegas dan tumpuan di O, jika kl — 2k, dan k, turunkanlah Dari diagram bebas dan dengan menjumlahkan momen yang bekerja
persamaan gerak sistem dan frekuensi pribadi sistem jika pada titik O, diperoleh:
CG ——172L- .
12
— mo + —kV = 0
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Kekakuan dan massa ekuivalen: —20 rad / s
25
eq maka 1-5 2 -20 1-0.]4 rad / s
frekuensi pribadi sistem adalah: Kemudian dari persamaan 2.32
diperoleh: x [B/
57k
sin 19.8t]
m
[B/ +B2sin19.8t]
Contoh 2.10 +19.8e_2.81
59
Suatu massa 25 kg ditumpu oleh pegas dan peredam, kekakuan total
pegas adalah 10 kN/m dan redaman 140 Ns/m. Jika sistem mula-mula
dalam keadaan diam pada kondisi keseimbangan statiknya dan
kemudian massa diberi kecepatan awal 100 mm/s, hitunglah: (a)
Kondisi awal x(0) 0 , maka:
Kecepatan dan perpindahan dalam fungsi waktu. (b) Gambarkan kedua
jenis respons tersebut menggunakan MATLAB.
[B/ cosO+B2sinO] z O
Diperoleh Bl 0
c 140
-0.14 atau ıoıe 'M sin(19.8t -0.141)
respq:xı posisi (mm)
2 J— kili 2 lx104 *25
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Waktu t
0 1 18
60 Getaran Mekanik
Contoh 2.11
Sebuah balok AB dengan letak pusat massa (CG) dan
massa m ditumpu oleh dua buah pegas dan tumpuan
di O. Jika kl =2k, dan k2 turunkanlah persamaan
gerak sistem dan frekuensi pribadi sistem jika
—ml: .
12
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Dari diagram bebas dan dengan menjumlahkan momen
yang bekerja pada titik A dan mengabaikan momen
akibat gaya statik mg 0.5 L cos 0,
— 1710 + — cô + —kV = O
3 16 16
Kekakuan dan massa equivalen:
9 1
16 3
maka frekuensi pribadi sistem adalah:
eq 27k
n16 łn m
eq
Contoh 2.12
Jika diketahui pada Soal 2. IO, k = 32 kN/m, L = 3
m dan c = 300 Ns/m, massa m = 60 kg. Balok diberi
simpangan awal 5 0 . Hitunglah respons kecepatan
dan posisi sistem dan gambarkan grafiknya.
Sistem Satu Derajat Kebebasan
62 Getaran Mekanik 63
Solusi
o - -2.436* o. 0873+29.9* B,
Dari soal sebelumnya diperoleh:
2.436 * 0.0873
60 o. 0071
z—kg —20 kg 29.9 3
Maka respons posisi dan kecepatan balok adalah:
- c eq 2 16cz—300 169 Ns/nı -168.75 Ns/ın 4361 [O. 0873 29.91+0.007]
sin 29.91]
99 atau
—(32kN / III)z 18 RN/ ın
16 16 2.4361 [o. 0873 cos 29.91 29.91]
maka frekuensi pribadi sistem adalah:
o -0.0876e—2 4361 sin (29.9t + ı. 4895)
eq 27/1
m 16111 —30 rad / s Öz -O.2/3e-2
4361 cos (29.9t+ /.4895)
n
cq respon posisi (derajat)
-2.436 t [B/
29.9t] Waktu t 1 .8
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Kemudian kita turunkan x(t) terhadap waktu t, diperoleh: respon
kecepatan (rads
Ö -2.436e—2.436t 29.91]
o 0.
-ş B/ -O.0873 1 .8
Kondisi awal rad / s , maka: Waktu t
Using MATLAB
clear
clf
. *t+1.4895) *180/pi;
qq1=-O .2134*exp ( -2 .436 . . *sin ( 29 . 9 .
*t+l .4895) ; qq2=2 . 619*exp (-2 . 436 . . *cos
(29 . 9 . *č+l . 4895) ; qq=qq1+qq2 ; subplot 65
(211) plot (t, q) grid title( respon posisi
(derajat) ylabel ( ' Posisi (deg) l) xlabel (
'Waktu t ' ) subplot (212) plot (t , qq) grid
title( ' respon kecepatan (rad/ s ylabel ( '
Solusi
Kecepatan (rad/ s) xlabel ( î Waktu t t )
Contoh 2.13
Pada Gambar 2.16 ditunjukkan suatu sistem yang
bergetar. Jika massa batang diabaikan dan massa m
terletak pada ujung batang, turunkanlah persamaan
gerak dan frekuensi pribadi sistem.
Sistem Satu Derajat Kebebasan
1 mLô
-cLô
mg
Atau + L cb+$kO
maka frekuensi pribadi sistem adalah:
Contoh 2.14
Pada Gambar 2.17 ditunjukkan suatu sistem yang
bergetar. Jika massa batang diabaikan, turunkanlah
persamaan gerak dan frekuensi pribadi sistem. 66 ntlae
Getaran Mekanik
Gambar
2.19
/ rt3dé
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Dari diagram benda bebas dan penjumlahan momen
terhadap titik O dengan mengabaikan komponen statik
diperoleh:
Job =
67
(wn,a 2 + + 2 = —
sistem adalah:
ka- —m,gc
n
jn,a- + 111,c- -
+ 111
CX
2.3 Getaran Paksa
Gambar 2.21
Getaran paksa adalah sistem yang bergetar karena ada Dari diagram bebas kita peroleh:
(2.44)
gaya luar yang bekerja mengalami gaya luar dimodelkan
di mana F(t) adalah gaya luar yang merupakan fungsi
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21. waktu t. Gaya F(t) dapat berupa gaya harmonik
sederhana, periodik atau acak.
68 Getaran Mekanik
—11102 X sin(ot — + ccoXcos(ot — + kX sin(ot Sekarang kita perhatikan persamaan 2,53 dan 2.54.
— = F sinot (2.49) Dari kedua persamaan tersebut ditunjukkan bahwa:
atau
untuk <
(k — Inco- ) X sin (cot — Q) + coXcos(cot — n
4) = F sin ot i sin'
Persamaan itu dapat diuraikan menjadi: > 0
cosë >
cocos — (k — 111(02 )sin X cos (2.50) + (k — ma-
0
F]sincot
maka 0 <
Dari persamaan 2.50 untuk sembarang waktu t, 2
diperoleh:
maka
tan =
70
Getaran Mekanik
Gambar 222 Kurva Flłngsi Respons Frekuensi (FRF) Faktor
pepnbesaran-vs-rasiofrekuensi
Dengan menggunakan persamaan identitas: 71
cos 2 sin 2
(2.56)
(2.57)
io + 40„xo sin
Sistem Satu Derajat Kebebasan
72 X = di mana F dan X adalah magnitude atau fasor dari F dan X. Sedangkan
kecepatan dan percepatan massa m adalah jcoX dan —a2X. 73
mi + ci + kx = F(t) (2.65)
75
Gambar 225
Secara umum hubungan input dan output adalah:
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Maka lebar pita kurva resonansi:
Perpindahan massa ( M-m) adalah x(t). Oleh sebab itu persamaan gerak
(2.68)
sistemnya menjadi:
Dengan mengasumsikan 0. I , dari persamaan 2.68 diperoleh:
(M — 1n)5t + 2( (2.70)
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Dengan menyusun kembali persamaan 2.70 maka diperoleh:
(2.72) atau
2
1x1 = meak
Gambar 2.28
MX me(2.73)
Gambar 2.29
Sudut fase n/2 pada persamaan kedua menunjukkan bahwa
Pandangan atas posisi umum piringan berputar dengan massa m perpindahan x dan y adalah berbeda 900. Hal ini membuktikan bahwa
ditunjukkan pada Gambar 2.29 di mana G adalah lokasi pusat massa piringan. amplitudo X dan Y adalah sama besar.
G adalah pusat geometri dan O pusat rotasi. Dengan mengasumsikan gaya Karena kedua gerak harmonik x(t) dan y(t) besamya sama, dengan
redaman, seperti gesekan udara, arahnya berlawanan pusaran poros, yang frekuensi yang sama dan berbeda fase 900, maka penjumlahan kedua respons
sebanding dengan kecepatan linier titik P dan kita mengabaikan kekakuan tersebut akan berupa lingkaran sehingga gerakan P berbentuk lingkaran
bantalan dibandingkan dengan kekakuan poros. dengan jari-jari u terhadap pusat rotasi O, sehingga diperoleh:
80
ıneo-
(2.75) k
81
atau ıneo2
x
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
IXI
k
Kemudian dengan mensubstitusikan r 0/ dan 121 —k/ m , lalü dilakukan
penyederhanaan, persamaan 2.75 menjadi:
r) (276)
Pada Gambar 2.31 ditunjukkan suatu susunan puli yang ditumpu oleh
suatu bantalan dan brcıcket, di mana dalam hal ini kekakuan dalam arah
vertikal lebih kecil dibanding kekakuan arah lateral, k » k . Elastisitas
bantalan
akan menyebabkan sistem lebih fleksibel dan kecepatan la•itis akan lebih
kecil.
Gambar 2.31
Kita dapat menyederhanakan model sistem yang diperlihatkan pada
Gambar 2.32, menjadi suatu susunan puli yang ditumpu oleh pegas yang
diletakkan pada suatu rangka tegar. Kekakuan ekuivalen kxx dan kyv
adalah kekakuan ekuivalen susunan poros, bantalan dan bracket. Posisi
umum piringan ditunjukkan pada Gambar 2.32 di mana P adalah pusat
geometrik dan G adalah pusat massa. O adalah pusat rotasi sistcnı terhadap
posisi keseimbangan statik.
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
8
3
82 Kedua gerak harmonik x(t) dan y(t) mempunyai frekuensi yang sama
dan beda fase 900. Karena amplitudonya tidak sama maka penjumlahan
kedua gerak tersebut berupa elips terhadap titik O. Dengan mengabaikan
redaman maka sudut fase adalah 00 untuk kecepatan di bawah kecepatan
Kita asumsikan sistem tersebut tidak teredam sehingga persamaan kritis, dan 1800 untuk kecepatan di atas kecepatan kritis.
geraknya menjadi:
= —
tan Dan
FC =
di mana
2
Gambar 2.34
Jika gaya pada engkol telah diseimbangkan maka gaya ekuivalen pada
sistem adalah hanya gaya inersia torak, yaitu:
m geo
xs sin(2ax —vs)
0.1402
me o
kecepatan rad/s respon sekunder sistim
L (k —4m0 ) +(2co)
2
0.1402
0(600Ns / m) s = —tan-
-(120kg)02
dan —tan-l
k—02m
waktu detik
x(t)
Gambar 2.35
0.05 0.15 0.25 0.3 Jika gaya eksitasi adalah harmonik maka besar dan sudut fase gaya eksitasi
0.35 waktu detik Fcq dan gaya lainnya diilustrasikan pada Gambar 2.36. Sudut fase y sudut fhse
2.6 Isolasi Getaran dan Transmisibilitas gaya yang ditransmisikan. Dengan menggunakan persamaan 2.87
Suatu mesin seringkali ditumpu oleh pegas dan peredam seperti nłaka gaya yang ditransmisikan adalah:
ditunjukkan pada Gambar 2.35, dengan tujuan untuk mengurangi
transmisi gaya antara pondasi dan mesin. Jika suatu gaya harmonik
diberikan pada massa m dan defleksi pada pondasi diabaikan, maka = kX+.jarX = + .jar (2.88)
persamaan gerak sistem adalah: Rasio amplitudo antara gaya yang ditransmisikan dan gaya penggetar
dinamakan transmisibilitas TR. Dari persamaan di atas diperoleh:
mi + + kx = Feq sin cot (2.86)
dan gaya yang ditransmisikan adalah penjumlahan gaya pegas kx dan gaya
redaman ci , maka:
Gaya yang di transmisikan = Iar + cŕ (2.87)
di mana r = o/ co,ł dan ca/ k = 24,
Gambar 2.36
10
rasio frekwensi r Rasio frekwensi r
Untuk meşin kecepatan bervariabel, gaya penggetar Feq adalah Pengurangan transmisi gaya pada gedung sangat diperlukan. Sebagai
akibat tidak imbang me, yaitu meo-, di mana (D adalah frekuensi operasi. contoh, peralatan mekanikal unluk gedung tinggi kadang ditempatkan
Mari kita definisikan suatu gaya konstan, Fil mecz)ı; . Kemudian kita pada atap atas ruang paling ataş. Redüksi gaya yang ditransmisikan
substitusikan Feq ıneo ke persamaan 2,88, dan kemudian membagi kedua adalah:
sisi persamaan dengan Fn dan dilakukan penyederhanaan, sehingga
diperoleh:
2
Redüksi Gaya — (2.90)
r 2 | + (25) R (TR) (2.89) (l —r 2 + (25r)2 di mana Feq dan FT adalah amplitudo gaya eksitasi dan gaya yang
ditransmisikan. Dapat kita simpulkan dari Gambar 2.38 bahwa frekuensi
Maka untuk kasus ini gaya yang ditransmisikan dapat saja tetap beşar
pribadi yang rendah dan redaman yang rendah lebih diinginkan untuk
meskipun dengan transmisibilitas yang rendah. Persamaan 2.89
isolasi getaran. Dengan mengasumsikan ğ - O dan ı maka TR-1/(r2-l),
digambarkan pada Gambar 2.38.
sementara redüksi gaya menjadi:
Redüksi Gaya —
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Ganłbar 2.40
10
ky+Cj' = (k + = F e (2.95)
1
102 Dengan demikian persamaan 2.94 menjadi:
Static mm
Bentuk ilustrasi lain adalah suatu sistem yang diberikan eksitasi jo di mana(2.96) tumpuan
sistem tersebut mengalami gerak harmonik. Pada gambar berikut c ditunjukkan suatu sistem
yang tumpuannya mengalami gerak harmonik y(t), sedangkan perpindahan massa m
adalah x(t). Gaya pegas yang bekerja adalah k(y-x) dan gaya redaman c(j' — .ŕ) .
Dengan menggunakan Hukum Newton II, diperoleh: +
(24r
mx — ż)— — x) = 0 (2.93) y —4 = tan- 24r — tan-
94
Sistem Satu Derajat Kebebasan
1110 (2.98)
Gambar 2.41
95
(2.99)
Kemudian dengan membandingkan F dengan peıpindahan maksimum Kita akan melakukan asumsi:
pondasi, diperoleh:
l. Kendaraan tersebut dibatasi sehingga merupakan sistem dengan satu
derajat kebebasan dalam arah vertikal.
—rad / s
3600 L
Sedangkan jika amplitudo kekasaran jalan adalah Y, maka eksitasi
pada sistem kendaraan adalah serupa dengan sistem pondasi yang bergerak
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
= (Y871)6 = 1 223 di mana = 2z/T di mana koefłsien Q), an dan bn untuk fungsi periodik F(t)
2.8 Respons Terhadap Eksitasi Periodik diperoleh dari:
2.8.1 Dmet Fourier
Pada sub-bab sebelumnya telah kita pelajari respons sistem satu derajat (2.102)
kebebasan terhadap eksitasi harmonik. Eksitasi harmonik dengan frekuensi
w juga periodik, yang gelonbangnya berulang-ulang dengan interval waktu = —f F(t)cos na.) Ttdt (2.103)
T=2p/w, di mana T adalah periode eksitasi. Bentuk lain dari eksitasi
periodik belum tentu berbentuk harmonik, seperti diilustrasikan pada
Gambar 2.42. Fungsi f(t) tersebut adalah periodik tetapi bukan harmonik. bil II = 1,2,...
F (t) sin na.) Ttdt (2.104)
Jika gaya periodik F(t) dikenakan pada suatu sistem satu derajat
kebebasan, maka dengan menganggap bahwa gaya periodik tersebut adalah
beberapa input gaya dengan sejumlah n gaya hałmonik yang diuraikan
dengan menggunakan deret Fourier, maka persamaan gerak sistem menjadi:
0
'ni + + kl (an cos nć0Tt + sin 11(DTt) (2.105)
11=1
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Respons stedi akibat tiap-tiap komponen gaya eksitasi dapat dihitung Kita uraikan dahulu eksitasi dengan menggunakan deret Fourier:
dengan prinsip supełposisi:
x/ (t) = —t untuk Ost<T
(2.106) 60
24nr
0.2 kN.s/m, hitung dan gambarkan respons Xk(t) dalam keadaan stedi (
solusi khusus ) dengan menggunakan 100 koefisien Fourier. Koefisien Fourier dicari sebagai berikut:
2/3 2/3
ao =3 J 30t dt =45t-' = 20
a, = 3 f 30t cos3Ætdt = 0
= f F(t)sin no Ttdt
Dengan cara yang sama didapatkan:
a2 = as=0
Gambar 2.43 Koefisien untuk deret sinus:
Solusi 20
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
f 30t sin 3m dt Respons akibat eksitasi konstan adalah:
2/3 20
sin 617t dt
-3 f Respons dari eksitasi frekuensi harmonik nü) adalah:
30t
20
n IXIII
20k/ ıın(k + ki) ( ] —n 2r 2 )- +(25n
Maka dengan menggunakan deret Fourier diperoleh:
atau x-,ı sin (311nt — 01)
20 20 20 20 sin 3;tt — sin 617t —
sin 91tt — sin 3nz di mana
20 r /
= 10 —— —sin 31127t — tan-
Sekarang kita akan turunkan persamaan gerak dari diagram benda bebas maka respons sistem adalah:
diperoleh:
1 20
+ k/ = (t) = kl 10—— —sin 3nnt
100 10kı
İlXnlsin(3nm — )
101
kx
dan
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
c 200 6.5
- o. ]826
25nr
tan
0.15711 tan-
ı -o. 184911 2
waktu t
sin (Mınt — )
Sedangkan solusi umum diperoleh dengan menambahkan solusi Respon sistim dengan jurnlah koefisien 1000
homogen 5.5
sin on 1 —5 2
t +Y/
sin(0dt + V)
Dengan bantuan MATLAB akan kita bandingkan solusi khusus dengan
300, 1000 dan 10000 koefisiean Fourier:
waktu t
102
5.03
x=—100/j /pi/sqrt ( (1O .
5.02
5.01 xx=XX+X ; end f i gure (2) plot (t, xx) grid
title( [ Respon sistem dengan j uml ah koefisien num2
str (n ) xlabel ( 'waktu t ' ) ylabel ( ' Amplitudo
4.99 l )
4.98
1
Gambar 2.44
Secara matematis sebuah unit impuls harus memiliki lebar nol, satu
unit luas dan tinggi yang tak hingga. Maka terlihat bahwa suatu unit impuls
tak dapat direalisasikan dalam penerapan. Pada pengujian pulsa pada sistem
nyata, suatu eksitasi dapat dianggap sebagai suatu impuls jika durasinya
sangat pendek dibanding periode natural sistem ( —
Dari persamaan 2,44, persamaan gerak sistem dengan eksitasi F (t)
adalah:
mi + ci + kr (2.109)
Dengan asumsi sistem dalam keadaan diam sebelum diberi unit impuls
ô(t), yaitu kondisi awal:
Karena ô(t) diberikan pada waktu t = 0, maka ô(t) sudah berakhir pada
waktu t 0+ . Dengan demikian maka:
Pada sistem tidak ada gaya luar yang bekerja pada t 0+ Energi
input akibat ô(t) menjadi kondisi awal pada t=0 .
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
106 Dengan kondisi awal x (0+ - 0 dan ) l / m , dan m konstan dan x (o- ) —
O , maka sebuah impuls akan menyebabkan suatu perubahan, yaitu
kecepatan awal. Dapat ditunjukkan bahwa solusi dari persamaan 2.115,
respons terhadap impuls, h(t), adalah:
107
Jikax ) = O seperti ditunjukkan persamaan 2.I IO, maka x (o ) Jika suatu unit impuls ô(t-t) terjadi pada t — t, maka respons akan
terlambat selama t, yaitu:
Sekarang integrasi satu kali persamaan 2.107 untuk interval O- S t 0+
menghasilkan: COC/
sin (t — T),
Dari persamaan 2.107, sisi kanan persamaan ini adalah berupa unit.
Suku ketiga sisi kiri persamaan adalah nol jika x(t) tidak menjadi tak hingga. 2.8.3 Integral Konvolusi
Suku kedua adalah nol seperti dijelaskan di atas. Dengan demikian:
Kita perhatikan Gambar 2.45. Pada gambar tersebut ditunjukkan suatu
gaya F(t) yang bekerja pada sistem. Jika kita anggap fungsi F(t) terdiri
) +0+0= 1 (2.113)
dari pulsa yang berurutan maka kita akan mulai melakukan analisis
Untuk (O- ) — ( ) — O pada persamaan 2.I IO, kondisi awal pada t=0+ dengan mengambil satu elemen pulsa dengan lebar At dan tinggi F(t) di
bawah kurva F(t) pada t = c. Jika elemen tersebut kita anggap suatu pulsa
akibat unit impuls pada t = 0, adalah: pada waktu t, di mana luas pulsa tersebut adalah respons sistem terhadap
x(0+) 0 dan + )= l/m (2.114) suatu pulsa adalah hasil kali produk unit respons impuls dan kekuatan
pulsa, yaitu . Dengan metode supe:posisi, kita
Persamaan homogen ini adalah ekuivalen dengan persamaan 2.109,
jumlahkan respons tiap-tiap pulsa yang berurutan sehingga diperoleh:
yaitu:
mi+ct+kx= 0 (2.115)
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Jika kondisi awal tidak nol maka solusi umum diperoleh dengan
menjumlahkan solusi khusus (respons dalam keadaan stedi) dengan
solusi homogen sehingga diperoleh:
sin f - (2.121)
2.8.4 Respons Terhadap Fungsi Tangga
Respons sistem terhadap satu unit fungsi tangga dengan kondisi awal nol
waktu t dinamakan respons indicial. Suatu fungsi tangga u(t) ditunjukkan pada
Gambar 2.45 Gambar 2.45, di mana fungsi tangga tersebut adalah:
FI t)
Fit)
Karena AT mendekati nol, maka penjumlahan tersebut menjadi
integral konvolusi.
Wak-tu t Wak-tu t
Dengan kata lain, bahwa respons suatu sistem linier terhadap 1 untuk t > r
eksitasi sembarang merupakan konvolusi respons impulsnya dan 0 untuk t <
eksitasi. Pernyataan ini dinamakan Theorema Borel.
mi + ci + kr -1 (2.123) maka kondisi awal sistem yang dikenakan satu
unit fungsi tangga adalah:
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
i (0) = O dan (2.124)
Dengan memasukkan kondisi awal pada persamaan 2.121 maka
diperoleh:
= k(Dd (2.127)
—Śa.'„t xo cos +
Dengan mensubstitusikan persamaan 2.127 pada persamaan 2.126,
diperoleh:
x(t) = F — T)dT
(2.128) k0d atau
1
sin Od(t — T) dr
maka
+40, sin =
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
1 13
112
Gambar 2.47
Solusi
Jika x(t) adalah jarak relatif antara massa m dan peti, dan dari fisika dasar
telah kita ketahui bahwa:
Jika peti tersebut dalam keadaan diam sebelum jatuh, maka kita
peroleh kondisi awal nol. Dengan menerapkan persamaan 2.121 yang
mana diperoleh:
ln
x
x0
+ — T)dT
Rox
di mana h(t-t) diperoleh dari persamaan 2.120.
— cos 0111)
n
Dimulai waktu peti menumbuk lantai pada t to, pada sistem tersebut
tidak ada gaya luar yang bekerja. Dengan mendefinisikan kembali waktu Maka gaya maksimum yang ditransmisikan adalah:
dimulai dari tumbukan, maka kondisi awal sistem adalah:
Gaya=kXŠ (l—coso t + (Đ t —smo t )
x(0) x(to) —4(/ — cos onto ) 2.9 Getaran Transien
Perancangan peralatan terhadap beban kejut merupakan salah satu dasar
— —sin 0,110 pertimbangan insinyur. Getaran yang ditimbulkan oleh mesin yang
beroperasi dalam keadaan stedi secara umum berbentuk gelombang
di mana x(to) dan ) diperoleh x(t) di atas dan go adalah kecepatan peti periodik. Hal ini telah kita diskusikan pada bab sebelumnya. Getaran
pada saat t—to. Dengan menerapkan persamaan 2.121 dengan akibat beban kejut atau transien umumnya bersumber dari luar mesin
diperoleh: atau perubahan operasi mesin secara tiba-tiba. Jika kita tidak mendesain
secara tepat maka beban kejut, atau transien, akan menyebabkan
kerusakan pada mesin.
x(t) — cos )cos gto — —sin onto — sin
Suatu beban kejut merupakan eksitasi transien dengan durasi
û)
yang pendek dibandingkan periode natural sistem yang berosilasi.
(iii)
O o;
(iv)
Gaya maksimum yang ditransmisikan ke massa m adalah ) kX , di
mana X adalah amplitudo x(t) diperoleh dari:
— cos onto )cos ont + ——7 sin onto sin ont Respons transien akibat eksitasi transien telah kita diskusikan pada
subbab sebelumnya. Pencatatan hasil uji getar, dengan bentuk domain
waktu, tidak dapat digunakan langsung oleh desainer. Spektrum kejut
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
merupakan metode yang paling utama untuk mengurangi data pengujian
dan lebih berguna untuk pertimbangan desain.
1 15 (2.134)
0 untuk t > to Untuk 0 t to
di mana (t) — x, (t) di mana X2(t) dan XI (t) adalah gerakan absolut seperti sin ot — —sin cont
a.)
116 117
ditunjukkan pada gambar. Dengan menerapkan persamaan (2.119) Dengan menyamakan 0 untuk memperoleh xnux, diperoleh:
diperoleh:
cosotl)i —coso t — 0 (2.137)
x(t) = mil — T)dT (2.133) di mana tın adalah waktu pada saat x(t) bemilai maksimum, dengan
menggunakan identitas trigonometri diperoleh:
Sebagai ilustrasi, kita misalkan bahwa pulsa h sinus F(t) dikenakan pada
massa m, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.48. COS ot,ıı —cos o t —2 sin CD11 sin—2
Sehingga diperoleh:
21177
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Batas atas integrasi adalah to, karena F(tF0 untuk t)to, maka dengan
n bilangcın bulat (2.138)
melakukan integrasi, dan juga substitusi Oto—n, kemudian
Jika tül — 21177/( +0) , dan r , maka disederhanakan, akan diperoleh:
217T 2117T
—sin 2nn l—
sin —cos ont l+ I + cos— sin ont i (2.144)
2117T
—sin Nilai maksimum x(t) dapat dinyatakan dalam bentuk:
cos—
Karena sino t —sin ot dan k / m , maka dari persamaan
2.136, diperoleh:
Folk (2.145)
2.10.2 Ma-guraikan Bmtuk Paahaynn Parül sehingga bentuk pecahan parsial persamaan tersebut adalah:
Jika persamaan di atas diuraikan kembali, hasilnya sebagai berikut:
(2.147) di mana
(2.148)
Kl = lim
di mana
Kl = lim(s-pt) F(s) 1
119
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
120 121
maka diperoleh: Berikut ini contoh transformasi Laplace dari beberapa fungsi:
I.Transfomasi Laplace dari fungsi step.
7
dengan memisalkan st = -q
Gambar 249 Fungsi step dalam domain waktu
(2.149) Fungsi f(t) tersebut dapat dituliskan dalam bentuk h(t) = h u(t) di mana u(t)
merupakan suatu unit step. Dengan demikian transformasi fungsi step
maka bentuk pecahan parsialnya adalah:
(2.150)
2.10.4 Transfomnasi Laplace Beberapa Fungsi
Secara umum formulasi transformasi Laplace adalah mentransformasi-kan
fungsi f(t) dalam domain waktu menjadi fungsi F(s) dalam domain s yang
ditunjukkan dalam formula berikut: dt =
F ff(t)e-sł dt
he st dt
h e st 0
s s
122 Getaran Mekanik
f(t)
h
(2.156)
Sistem Satu Derajat Kebebasan
2.10.7 Sifat-sifat Transfom•łasi Laplace Gambar 2.51 Pergeseran waktu suatufungsi
Sifat-sifat transformasi Laplace adalah sebagai berikut: Karena:
Translasi Real
Dalam hal ini adalah sifat pergeseran (shifting) dalam domain real seperti dr = f(tk st dt
terlihat pada gambar. Fungsi f(t) dimulai pada saat t = to sedangkan fungsi 0
f(t) dimulai pada saat t=0, di mana = 0 pada saat t = to sehingga diperoleh
hubungan: maka
(2.157)
dan f(t) = f(t-to) 125
124 Getaran Mekanik
Dengan demikian transformasi Laplace dari f(t) adalah: Transformasi Laplace Suatu Turunan
Persamaan diferensial umumnya mempunyai turunan pada suku-suku
f (T)e-st dt f persamaannya, sedangkan penyelesaian persamaan diferensial yang
menggunakan transformasi Laplace setiap turunan terhadap waktu
(t)e-st dt
menggunakan operator D. Seperti telah diketahui, integrasi tiap-tiap suku
adalah:
—s(lo+r CIT
udv=uv— Kita
misalkan:
u =f(t) dan V = -e-st/s
maka
f(t) dt
dan dv=e si dt
Dari integrasi dari 0 hingga tak hingga diperoleh:
—
st
f (t)e-st dt — dt
— 10
Sistem Satu Derajat Kebebasan
f(o) df(t) e dt s
(2.159)
dt f(o) - L df(t)
Perkalian dengan eat
s s dt maka Transformasi Laplace suatu fungsi yang dikalikan dengan eat adalah:
diperoleh:
Lle at -a)
Hal tersebut diperoleh dengan mengganti s dengan s-a sehingga
(2.158)
dalam bentuk umum:
di mana f(0) adalah harga awal fungsi f(t). Dengan menyelesaikannya
maka akan diperoleh:
F(s — r = r [eat f(t)le-s'dt
Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh transformasi Laplace Dengan cara yang sama maka secara umum dapat ditunjukkan
untuk tutunan orde 2 atau lebih sehingga diperoleh: bahwa:
dan
maka f(tl:
maka dan —st
diperoleh lim lims F(s) (2.164)
Jika k adalah konstanta suatu variabel bebas dari t maupun s, maka (lcngnn
mengikuti persamaan (2.152) diperoleh:
128 Getaran Mekanik 2.10.8 Penggunaan Transformasi Laplace untuk Persarnaan
Difzansial
Contoh 2.19
Selesaikanlah persamaan diferensial berikut dengan kondisi awal
Sifat lainnya adalah:
y'(0)=l, dan y(O) = 0, d 2y(t) dy(t) dt2 dt
(2.163) Solusi
Teorema Nilai Akhir Tahap pertama adalah mentransformasikan tiap-tiap suku persamaan
diferensial tersebut, yaitu sebagai berikut:
Sistem Satu Derajat Kebebasan
12
l. —y'(0)
atau
dt
S + 12 0+12
Kemudian dengan memisahkan fungsi Y(s) akan diperoleh:
Kl = lim
12 4
15 5
K2 = lim (s + 3)
-3+12
-3(-3+5 )
131
Sistem Satu Derajat Kebebasan
d2y(t) 2 s y(0) —y'(0) dt2 di mana
y'(0) Ă) dan y(0)=10 maka:
9 3 132 Getaran Mekanik
-6 2
L
K3 = lim d2y(t)
dt2
—5 + 12 7
-5(-5+3 ) - 10 2. L 8 dy(t)
Maka bentuk pecahan parsial persamaan tersebut adalah: dt
4 3 7
- 15 Y(s)
Sehingga transformasi Laplace secara keseluruhan persamaan
Maka dengan melakukan invers atas transformasi Laplace akan
diferensial di atas menjadi:
diperoleh:
s 2 +8s+15 +80
7
I os + 80
y(t)
Contoh 2.20
Sehingga dapat diketahui dengan mudah bahwa pole persamaan di atas
Selesaikanlah persamaan diferensial berikut dengan kondisi awal adalah 2 buah, yaitu, PI =-3 dan =-5. Persamaan tersebut kemudian
y'(0H, dan y(O) = IO, d 2y(t) +8 dy(t) disederhanakan menjadi pecahan parsial sederhana:
dt2 dt
K2 = lint
30
25 15
6
10 ž)dž. dsĂ
1 1
Asumsikan bahwa seluruh kondisi awal adalah nol. Gambarkan juga respons sistem jika 100 N,
2 k=1000 N/m; c= 500 Ns/m.
l/s
3 I / sa
4 s—a
e Gambar 2.52
5
Solusi
6 Persamaan gerak sistem adalah:
k
7 atau ci + kx
cot)
3
COS(ot)
csX(s)
9
L [kt] = kX(s)
sn(ot)
maka
cos(ot)
L(FO)
s cs+k
a
sis +240 n + O: dalam bentuk pecahan parsial, maka
1-
X(s) menjadi: x(s)
e —cos-I < <Ii
s (cs + k)
di mana Kl, K2 dan K3 diperoleh sebagai berikut:
e 2 < 11
(cs + Ko = lim
maka
Kl — lim (cs + k)
Sistem Satu Derajat Kebebasan
s(cs + k)
Kl — lim
ks k(cs + k)
Maka dengan melakukan invers transformasi
Laplace diperoleh:
x(t) = L I [X (s) ] =
L ks
clear
F=IOO ; k=1000 ; c=500
5
. /k-F . / c. / k. *exp ( Waktu t
137
Contoh 2.22
Dengan menggunakan transformasi Laplace, carilah
plot (t, x) y label ( respons sistem jika sistem dari dalam keadaan diam
respon sistem I ) x tiba-tiba diberi beban statik sebesar Fo
label ( ' Waktu t f )
grid
k
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Gambar 253
2
d2x
L — = s X(s)— sx(0)— s2 X(s) 2
dx L 240n—
dt
10 2
maka respons sistem adalah:
L x]
-40„t sin o
mi + ci + kx —0
dengan cara yang sama dengan contoh soal sebelumnya, persamaan
gerătk dapat dibentuk menjadi:
Sistem Satu Derajat Kebebasan
140 141
Agar sesuai dengan tabel maka persamaan tersebut menjadi: 2.11.1 Getaran Bebas Teredam
x(s) Kita akan coba dengan simpangan awal 80 mm dan dengan redaman IO
Ns/m, 40 Ns/m dan 80Ns/m.
Redaman C = 10 Ns/m
>> simldof
0.05
0.05
005 -0.05
massa ? 10
Sistem Satu Derajat Kebebasan
Amplitudo gaya ( N ) ? 100
frekuensi getar ? 10
Response
Frekuensi 20 rad/s
I„hOłame Force
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
Pada kondisi ini amplitudo mencapai nilai maksimumnya Oleh Ir . Ramses Y Hutahaean M . Enq
dibandingkan frekuensi lain. Hal ini disebabkan frekuensi eksitasi sama
dengan frekuensi pribadi sistem, dan karena ada redaman struktur maka
beda fase adalah 900 .
Frekuensi 45 rad/s
unbasarce Force
-100
001
-0.01
Redaman ? 30
massa ? 10
Amplitudo gaya ( N ) ? 40
frekuensi getar ? 30
kondisi kecepatan awal (rnm/s) ? 0 Dari grafik tersebut carilah secara grafis beda
Unbalance Force fasa dan bandingkan dengan perhitungan manual.
LISTNG PROGRAM
SIMIDOF
disp
Respcrlse
0.02
clf clear n=input ( ' Jumlah
data ? k=input ( ' Kekakuan
002
pegas ? ' Redaman
?
c=cc+ck; massa ? ' t=0.0; dt=O.0015;
0=50 rad/s gaya ( N ) ? ww=input ( frekuensi getar
? xx=input ( kondisi simpangan awal x=xx .
/ 1000 ; yy=input ( kondisi kecepatan awal
(mm/ s) ?
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
y=w./1000,• for i tl=t xl=x; f
1= (ff*cos (ww*tl) -c*yl-k*xl) 1m;
t2=t+dt/2;
x2=x+y1 . *dt/2;
t3=t+dt/2;
x3=x+Y2 .
148 149
*dt/2; 0 . o .
y3=Y+f2 .
*dt/2; f3= (f
20 275
f *cos 0 . o .
-c*y3-k*x3 ) 30
/m; 225
0 . o .
t4=t+dt;
x4=x+Y3 . *dt • Y4=Y+f3 . *dt; f4= (f f* cos 40 275
-c*y4-k*x4) /m; 0 . 0 ,
50 225
t=t+dt; y=Y+dt/6 . * (f 1+2 . *f2+2 . ;
x=x+dt/6 . * (y1+2 . *y2+2 . *y3 +Y4) ; tt(i) =t; 0 . o .
xx ( i) =x; 60 275
dx (i) . 08 *cos (ww*t) • 0 . 0 .
(ww*t) ; f f k (i) =ff*cos 70 25
(ww*t)
1 . 0 .
end pegasl= [
00 25]
0 . 0 .
xyBox= [
00 25 0 . 0 .
0 . 0 . 00 25
10 25
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
0 . 0 . for j 1 : length (W) tk(j ) =tt (j
) ;
00 20
0 . 0 .
Yk ( j ) =xx (j ) ;
00 30
0 . 30 . , 1) * (1+yr1 (j )
) ; psy=pegasl ( : , 2 )
30 ; xx 1=xl+Yf ( j ) ,•
0 . 0 .
3 20 xd2=ddx+YY ( j ) +dx (j
) ; xpl= [psx; xx 1] ;
0 . 0 .
xxd= [xdl ; xd2) ;
00 20
0 . 0 . ypl= yyd= [ddy ;
20 ddY+dy (j ) ] ; pxt =
3 • O;xpl] ;
0 . 30 . PYt=
25] subplot (211 ) h=plot (t k, yk, ' k-
; EraseMode ' ' background ' set (h, I lineWidth'
yr1=yy/L; axis ( [0 n*dt -1 . 1* am 1 . 1* arn] ) title (
[xyBox( : , 2) 'Response ' ) grid Z drawnow subplot (212 ) h=plot
ddx=l . 15 ; ddy=O . 25 ; am=max (pxt , pyt, t k EraseMode ' , background I ) ; set
(xx) ; (h, lineWidth
2 . 3 0 . 15
axis off drawnow
subplot (311) h=plot (t k, f k, I k- I
EraseMode I I backg round ' set (h, '
linewidth'
150 ] ) axis off drawnow end end
2
.
axis ( [0 n*dt -1.1*ff I.l*ff] ) title( 'Unbalance Force ) *axis ( [0 2 .5 3
2.12 untuk Dikajakan
0.1 . 5) ) subplot (312 ) h=plot (tk, yk, ' k— EraseMode , ' 0
background ' set (h, 'lineWidth t , 1) ; axis ( [0 n*dt -1. 1 *am 1 . l.. Hitunglah frekuensi pribadi sistem getaran bebas tidak teredam
1 *am) ) title( 'Response ) *axis off *drawnow subplot (313 ) 1 untuk sistem yang ditunjukkan pada Gambar 2.55 a
h=plot (pxt , pyt, I k- xxd, yyd , 5
2.. Hitunglah frekuensi pribadi sistem getaran bebas tidak teredam
EraseMode' , background ' ) ; set (h,
lineWidth' , 3 ) ; 3 untuk sistem yang ditunjukkan pada Gambar 2.55 b
5
Gambar
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
a b
2.57
Gambar
Getaran Mekanik Sistem Satu Derajat Kebebasan
152
b) Jika c= 200 Ns/m, k= 4 kN/m , m — I kg dan L =0.9 m, hitunglah IO. Ulangi soal No. 9 dengan menggunakan transformasi Laplace.
respons sistem jika batang tersebut diberi simpangan awal.
I l. Kerjakan soal No. 7 dengan menggunakan transformasi Laplace.
00 = 0.4rad 12. Kerjakan soal No.8 dengan menggunakan transformasi Laplace.
13. Hitunglah respons sistem yang diberi gaya eksitasi F sin ot seperti
ditunjukkan pada gambar berikut jika: (a). Seluruh kondisi awal nol (b).
Kondisi awal 0 dan Ô(O) = q
b c
Gambar 2.58
8. Pada gambar 3.4b ditunjukkan suatu batang AB yang ditumpu oleh
engsel di titik O dan dicarilah:
a) Persamaan gerak sistem
b) Frekuensi pribadi sistem tersebut F sm alt
Gambar
Sistem Satu Derajat Kebebasan
14. Pada Gambar 3.60 ditunjukkan suatu model sayap pesawat.
Tentukanlah persamaan gerak sistem dan respons sistem jika seluruh
kondisi awal ada)ah nol.
15. Ulangi soal No. 14 jika kondisi awal
(a)
(b) dan
16. Hitunglah respons sistem dalam keadaan stedi untuk sistem yang m
ditunjukkan pada gambar 2.61 berikut, Jika m = 5 kg, k=10 kN/m ; c = Y = Y sin cot
700 Ns/m, dan L = I m.
= Y sin Gambar 2.62
19. Pada gambar 2.63 ditunjukkan suatu sistem massa-pegas yang
mengalami gaya periodik dengan T = 0.1 detik, dan amplitudo = I mm.
Jika massa m = 25 kg, dan k = 6 kN/m, dan koefisien redaman c 0.2
kN.s/m. Hitung dan gambarkan respons x(t) dalam keadaan stedi
dengan menggunakan 100 koefisien Fourier.
Gambar 2.61
17. Kerjakan soal No. 16 dengan menggunakan transformasi Laplace jika:
(a). Seluruh kondisi awal adalah nol.
2.63
156
18. Tentukanlah persamaan gerak sistem seperti ditunjukkan pada gambar
berikut dan tentukan respons dalam keadaan stedi.
Gambar
Getaran Mekanik
20. Carilah persamaan gerak dan respons sistem dalam keadaan stedi Pada Bab II telah kita pelajari sistenn dengan satu derajat kebebasan. Karena
untuk sistem yang ditunjukkan pada gambar 2.64 berikut jika massa secara konsep tidak ada perbedaan nnendasar antara sistem satu derajat
tak imbang pada motor adalah me. kebebasan (Single Degree dengan sistem dengan dua atau
lebih derajat kebebasan, maka kita akan nnemperkenalkan sistem dengan
multiderajat kebebasan dengan sistenn yang sederhana dahulu, yaitu sistem
dengan dua derajat kebebasan. Untuk nłemperoleh solusi numerik dari
sistem dengan derajat kebebasan lebih dari dua akan kita lakukan dengan
program komputer.
Suatu sistem dengan n derajat kebebasan diuraikan oleh satu set n
persamaan diferensial orde dua. Jumlah frekuensi pribadi sistem adalah
sama dengan jumlah derajat kebebasan sistenn tersebut. Tiap mode getar
terkait dengan masing-łmasing frekuensi pribadi. Jika persamaan gerak
sistem tersebut terkopel nnaka gerakan massa tertentu adalah kombinasi
gerakan mode dari masing-masing individu. Jika persamaan-persamaan
Gambar 2.64 tersebut tidak terkopel maka setiap mode getar dapat diuji sebagai sistem
satu derajat kebebasan yang mandiri.
21. Carilah respon sistem untuk soal No. 20 jika L= lm, k=3000 N/m, c N
s/m, me = 0.01 kg.m dan kondisi awal Kita akan mulai pembahasan dengan menurunkan persamaan
gerak berdasarkan hukum Newton II, dan kemudian akan kita
a. dan diskusikan fi•ekuensł pribadi, koordinat kopel dan
analisis modus getar dan penerapannya. Metode koefisien pengaruh
b. m dan i-(0) akan diperkenalkan kemudian pada bagian akhir bab ini.
22. Dengan Menggunakan MATLAB, gambarkan kurva FRF sistem untuk
soal no 21 . 3.2 Persamaan Gerak
Persamaan gerak sistem dengan dua derajat kebebasan Inerupakan
BAB 111 sistem yang diperlihatkan pada Gannbar 3.I . Kita dapatr
3.1 Pendahuluan
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
158 Getaran Mekanik Fl(t) cl.ŕl
dengan menerapkan hukum Newton II. Kita asumsikan bahwa redaman c(.ŕ2
adalah redaman viskus dan pełpindahan Xi(t) dan X2(t) diukur dari posisi F2(t)
keseimbangan statik. Dengan menjumlahkan gaya-gaya dinamik yang
bekerja pada tiap-tiap massa akan diperoleh:
Gambar 3.-1
Persamaan di mana Fl(t) dan F2(t) adalah gaya eksitasi terhadap massa I dan massa
2. Dari persamaan (3. l) kita ketahui bahwa kedua persamaan tersebut
(3.1) terkopel karena pada persamaan yang berisi ml terdapat suku yang berisi
XI dan x2. Hal yang sama juga terjadi pada persamaan yang berisi m-z.
Suku kopel pada persamaan pertama adalah — (ci, + kV, ) . Hal yang
serupa dengan suku kopel pada persamaan pertama adalah — (cil +
Dengan kata lain, gerak massa l, Xi(t) dipengamhi oleh gerak massa 2,
Făt)
X2(t), dan sebalilmya.
I)alam bentuk matriks, persamaan 3.I kita susun kembali menjadi:
1 59
—k
Făt)
(3.2a)
atau
In X = —kłxł —k(X/ —X
(3.2b)
di mana [M] adalah matriks massa, [C] adalah matriks redaman, [K] adalah
matriks kekakuan, {x} adalah matriks perpindahan dan {F(t)} adalah matriks
gaya eksitasi.
Getaran Mekanik
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
3.3 Getaran Bebas Tidak Teredam di mana Bl, B2 dan s adalah konstanta. Karcna sistem tersebut tidak teredam,
Suatu sistem dinamik mempunyai jumlah frekuensi pribadi yang sama nilai s adalah imajiner s :hjo. Dengan menggunakan rumus Euler
cos ot j sin a.X , maka solusi persamaan di atas adalah harmonik dan solusi
dengan jumlah derajat kebebasannya. Misalkan, untuk sistem dengan 5
umum terdiri dari komponen harmonik, sehingga:
derajat kebebasan, frekuensi pribadi sistem tersebut ada lima. Gerakan
sistem secara umum merupakan supełposisi dari mode-mode getar sistem. XI Al sin(ot + V)
A, sin(ot + ıy) (3.5)
di mana Al, A2 dan adalah konstanta dan Q) adalah frekuensi pribadi sistem.
Dengan mensubstitusikan persamaan 3.5 ke persamaan 3.3, dan kemudian
membaginya dengan + V), dan disederhanakan maka akan diperoleh:
(3.6)
—kAl + (k + k2 — CD2111, O
4
(3.8)
Persamaan 3.3 adalah linier dan homogen sehingga solusi persamaan
161
tersebut adalah:
X, Besi (3.4)
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
Solusi persamaan 3.8 berupa dua nilai real dan positif o- , yaitu dan o; ,
sehingga diperoleh frekuensi pribadi Ol dan (D, . Dengan cara supeıposisi, solusi Ali sin(cołt + V/) atau (3.12)
persanıaan 3.5 adalah:
di mana {u}l adalah vektor Eigen. Vektor Eigen tersebut menunjukkan
ampitudo relatif atau mode getar Xi(t) dan X2(t) pada o = Ol. Dengan cara
sın • ( (DII +W/)+ yang sama mode kedua terjadi jika Al =0, sehingga:
Penjelasan subskrip ganda pada anıplitudo adalah subskrip pertama
menunjukkan koordinat, dan subskrip kedua menunjukkan frekuensi.
Sebagai contoh, A12 adalah anıplitudo xı(t) pada frekuensi (D o, . A12 sin (02t + V2 ) atau
Amplitudo relatif konıponen harnıonik persanıaan (3.9) diperoleh
dengan mensubstitusikan (Dl dan pada persanıaan 3.6, sehingga diperoleh:
P2 (t) = {u} 2 (t) (3.13)
yang mana {u}2 adalah vektor Eigen pada mode kedua.
Fungsi harmonik Xi(t) dan X2(t) persamaan 3. I Idapat dinyatakan
22 2
dalam bentuk:
Dengan mendefinisikan amplitudo relatif antara XI dan pada tiap-tiap frekuensi
I Ali sin (Olt + V/ )
pribadi Ol dan o, . Dengan demikian persamaan 3.9 menjadi: (3.14)
Ap sin (02t + V2)
2
Sill
di mana Al l,A12.Y/l dan adalah konslanta integrasi, yang diperoleh dari kondisi
awal. Terdapat 4 konstanta karena sistenı ini dinyatakan dalam dua persamaan
diferensial orde 2. Perlu kita catat bahwa:
l. Dari persanıaan homogen 3.10, kita hanya mempeı•oleh perbandingan
l : dan l : ü2. atau
2. Amplitudo relatif pada frekucnsi pribadi yang diberikan adalah
(3.14a)
invariant, tanpa dipengaruhi kondisi awal.
162 Getaran Mekanik di mana matriks modus getar [u] adalah:
1 (3.14b) u,
atau
Mode utama getaran terjadi jika sistem tersebut diberi gangguan (3.14c)
pada salah satu frekuensi pribadinya seperti ditunjukkan pada Gambar 163
3.2. Sebagai contoh, mode pertama terjadijika A12 =0, sehingga:
Getaran Mekanik
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
Contoh 3.1
Untuk suatu sistem pada Gambar 3.3 diketahui mł=mrm, dan Jika kondisi
awal x/ (0) = l,x2 (0) , i/ (0) = l, hitunglah:
(a) Frekuensi pribadi sistem (b) Vektor pełpindahan {x}. 112 k
0
Maka vektor perpindahan x diperoleh dengan menerapkan persamaan
3.14:
— El I Aii sin(cĐlt + ) ]
x, — l Ap + V,)
k I = 2 Alłs•invł
In
AII —
02 3k / 2
2
sinvł
Kemudian kita substitusikan ke persamaan 3. IO: Dengan cara yang sama diperoleh:
2 sin v,
164
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
Kemudian dengan menggunakan kondisi awal kedua {i-(0)} = {0 Lalu kedua sisi persamaan 3.16 dikalikan dengan invers (u) atau u
0} diperoleh:
01 AII cos VI I I cos V2 2 1 diperoleh cos
0 (01 Ali cosvł (3.16) cos v2 = cos = 0 sehingga diperoleh:
165
Karena Ali dan (Dl tidak berharga nol, maka cos V I = 0 . Dengan cara yang
sama diperoleh cos = 0 sehingga diperoleh:
AII sinvł I I Al 2
sin v2 2 1 atau
dan
0 —l (02 Al 2 cos V2
Getaran Mekanik
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
166 Jadi hasil respons sistem adalah:
1 1 sin k
sin In
dan AII = An = 1/2
x, 21
Kita juga dapat menggunakan MATLAB. Pertama-tama kita gabung 167
dahulu persamaan 3.15 dan persamaan 3.16 menjadi matriks. Hasilnya
adalah matriks berikut:
Ali sin
An sin V2
(Dl Al/ cos VI
(02 An cos V2
sehingga
sehingga
1 2 3 4 5 6 Gambar 3.5
Waktu (detik)
Solusi
Gambar 3.4 Sebuah mobil mempunyai banyak derajat kebebasan. Untuk penyederhanaan, kita
berasumsi bahwa badan kendaraan bergerak pada bidang kertas dan gerakan
Penggunaan MATLAB:
kendaraan tersebut kita batasi hanya terdiri dari (l) Gerak vcrtikal badan kendaraan,
t=0 : 0 . 01 : 2*pi ; x 11=0 . 5 . * (cos (pi . *t) ) ; (2) Gerak rotasi pitching dari badan kendaraan, dun (3) Gerak vertikal roda
x 12 O . * (cos ( sqrt ( 3 ) . *pi . *t ) ) ; walaupun sebenmmya sistem kendaraan tersebut tncmpunyai lebih dari dua derajat
x1=x11+x12 ; x 21 O . (cos (pi . *t) ) ; kebebasan. Ketika frekuensi eksitasi knrena kekasaran jalan adalah tinggi, maka
( -cos (sqrt ( 3 ) . *pi . *t) ) ; roda akan bergerak naik turun (lcngon cepat tetapi hanya sebagian kecil dari
168 gerakan ini yang ditrnnsmisikan ke badan kendaraan. Hal ini disebabkan oleh
Getaran Mekanik
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
frekuensi pt It)lldi badan kendaraan yang rendah, sehingga hanya bagian frekuensi Kita susun dalam bentuk:
yang 169
170
rendah dari kekasaran jalan yang ditransmisikan ke badan kendaraan. Karena
adanya perbedaan frekuensi pribadi yang besar antara roda dan badan kendaraan,
maka kita akan mengabaikan kekakuan dan massa roda, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut: dan
Job =
Joë-(klLl
Kita susun kedua persamaan tersebut dalam bentuk matriks
Gajnbar 3.6 sehingga diperoleh:
Dengan mengasumsikan gerak osilasi yang kecil, maka persamaan gerak (3.17) - (klL) - k2L2)
dalam koordinat x(t) dan O(t) diperoleh dengan memperhatikan diagram benda
bebas pada Gannbar 3.7 sehingga diperoleh: Persamaan
JOB
frekuensi
sistem ini
adalah:
k,L, —klL1
A(co) =(3.18)
klL; +k,L2, -(02J0
nzx
Getaran Mekanik
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
(LI + 4.33 rad / s
L2)2 10.01 rad /s
nuo
Rasio amplitudo diperoleh dengan menguraikan persamaan 3.17:
Contoh 3.3
Sebuah mobil dengan massa 2000 kg, dengan jarak antar roda 3.5 m, dan X klLl -k,L,
O kl + k, —ar ni
pusat massa terletak 1.5 m dari roda depan. Radius girasi kendaraan
adalah 1.4 m. Konstanta pegas bagian depan dan belakang masingmasing atau
adalah 40 kN/m dan 50 kN/m. Hitunglah (a) Frekuensi pribadi sistem, (b)
X (klLl -k2L2)/łn
Mode getar (c) Gerak x(t) dan O(t) kendaraan tersebut.
Solusi
Dari data-data yang diberikan dan persamaan yang diperoleh dari Contoh Maka mode pertama:
3.2, diperoleh:
171
- -o. 761
Mode kedua: x -20
= 0.362
40000 N/ m +50000 N/ = 45 m 2000
kg
kl Li + k,L2, = 74
3920
klLl -k2L2 = 20 m
2000
= 12500
18.745
100.255
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
172 173
I 01/1/1 cos(oıt + ) o
-1.3141 2.7624 0242 cos(02t+Y/2)
Maka:
di mana An, An, dan adalah konstanta integrasi yang diperoleh dari kondisi
batas.Ali sin y,' /
ans
A12 sin V,
Contoh 3.4
(DıAıı cos
Gambarkan respons sistem pada Contoh 3.3 jika diberikan kondisi awal:V, 02 An cos
0.01 .x(o) Karena A12 tidak berharga nol maka —
dan diperoleh cos
o(o) o(o) cos 0. Dengan demikian dipcrolch:
0.01 Al ı sin
-1.314/ 2.7624 (i) maka
Coııtoh 3.8
Penggunaan MATLAB
Respon Sistim Kendaraan
0.01 clear all cif
Waktu t (delik)
(i) —Q (1, 1, (i) —Q (2, 1,
i) end figure i) ;
0.02
( 1 ) subplot
(211) plot (t ,
xx)
ylabel ( ' pusat massa x (m) l
Respon )
xlabel( Waktu (detik) ' )
title( l Respon Sistem Kendaraan
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
177
176
maka
0.25kL2 0,
Contoh 3.6
2
Contoh 3.5
Pada gambar berikut ditunjukkan suatu double pendulum. Turunkan
persamaan gerak sistem tersebut dan bagaimana untuk memperoleh
frekuensi naturalnya.
(j
fikL(61-
mg
Dari diagram benda bebas massa I diperoleh:
Jo,ô2 =
IPIL-O, - — mgLO,
(ii)
Gambar 3.9
Kemudian persamaan (i) dan persamaan (ii), kita susun dalam bentuk
Solusi matriks:
Pertama-tama kita gambarkan dahulu diagram benda bebasnya.
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
111L- o.5kL-' + nłgL 0.25kL2 (iii) o 0.25kL2 O. 5 + nłgL 0.0104 -302 + 200 = o diperoleh = 100 rad / s
O, ,nL2 dan (0,2 = 200 rad / s
b. Untuk memperoleh mode getar, kita tinjau kembali persamaan
(iv) dan kemudian dengan mensubstitusikan Oi = —o-@i ,
maka persamaan (i) menjadi:
Dengan mensubstitusikan Ol = —(02 0/ dan O, = 2
-02 ,nL2 01 + (o.5kL-' + -0.25kL2 0,
persamaan (iii), diperoleh: 002 pada
0.5kL- + nłgL — nil.,-co- -0.25kL2 maka diperoleh
(iv)
-0.25kL2 o.5kL-' + nłgL - 01 0.25kL-'
O, o.5kL-' -02 ,nL-' 3-0.020-'
dengan
memisalkan:
Persamaan frekuensi sistem ini adalah: untuk o- = o;' = 100 rad / s
178
0.5kL2 + nłgL — 111L- co- -0.25kL2 (v)
-0.25kL-' ().5kL2 + nłgL —
Gambar 3.10
—co-nt,LIL,
1)121;, + 1112 gL,
sehingga diperoleh:
(nilLIÖ1 + (LID/ + + (nilg + 1112 g)L101t = O (LIDI + Dengan menggunakan hasil dari contoh sebelumnya, diperoleh:
1402) +
maka
+ + m,LILØ, + (nt,gLl + "12gL1)01
Persamaan gerak untuk massa nu diperoleh dengan menjumlahkan
=
momen terhadap titik massa ml dari diagram benda bebas massa nu: 5.4495—
+ + 1112gL,O, = O Dengan memasukkan nilai massa nil dan ti12, panjang Ll dan L2
Kedua persamaan tersebut kita susun dalam bentuk matriks: pada persamaan gerak diperoleh:
3g-2L02
3Lo-'
Gambar 3.11
kemudian kita substitusikan o; 0.5505g/L ,diperoleh:
1.15 -0.4832 Jika mı zmrmrm, dan kı zkfk, kF2k, nıaka persamaan (iv) menjadi:
Contoh 3.8
0 Â', + —2k 3k
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
Kemudian kita substitusikan x. Xı.e dan j. — pada Frekuensi o; 0.2384
111
persamaan di ataş, diperoleh:
Kita gunakan persamaan (i) untuk membandingkan XI dan X2, dan
dengan mensubstitusikan .rı. X.e/(Ul dan Âli —o- Xie/tw pada
persamaan (İ) tersebut akan diperoleh:
3k — ıııco-
-k2X2 -O ,
Persamaan frekuensi diperoleh: sehingga diperoleh: (3k-
06 -7 — 04 m02 X/
maka
184 2 O.
7242
Dengan menggunakan persamaan (iii), dan dengan cara yang sama diperoleh:
Frekuensi pribadi sistem adalah:
—k3X2 + k*A73 —0
k
o; -0.2384 ; -1.6367 -1110 X3 -kX2 +
185
032 -
5.1249
nıaka
Kitajuga dapat memeriksa hasilnya dengan menggunakan MATLAB:
k -0.2384k
-7 10 -2] ) - o. 7616
ans
5.1249 Maka mode getar peılama adalah:
1. 6367
0 .2384
1/0.7242ı.
Mode getar diperoleh dengan membandingkan XI dan X2 3808
kemudian X2 dan XB untuk masing-masing frekuensi. 1/ (o. 7242 * o. 7616)1.8131
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
Frekuensi o;' 1.6367
nı
1.467
-0.6367
Maka mode getar kedua adalah:
u21/1.467
1/(/.467 * -
0.6367)
Frekuensi 5.1249
--
0.9412
k -5.1249k
-z -4. / 249
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
186 Getaran Mekanik Untuk memahami mode getar, pada bagian akhir bab ini ditunjukkan
simulasi getaran sistem dua derajat kcbebasan dengan menggunakan
MATLAB.
Maka mode getar kedua adalah:
187
1/-0.9412 u-
Dengan menggunakan prinsip supeıposisi mode, gerak sistem adalah:
1.0625
3
di mana XII, X12, X13 dan IVI, diperoleh dari kondisi awal.
ı S131
-10"06
ı
Mode ke 2
0 2 5-6
Mode ke 2
Mode ke 3
Getaran Mekanik Sistem dengan Lebih dari Satu
Mode ke 3
-[.062.5
Contoh 3.9
Tentukanlah persamaan getar untuk sistem seperti ditunjukkan pada
Lsin
ganıbar berikut. Batang CD dianggap benda tegar dengan massa m, dan
nunncıı inersia massa J). Gambar 3.13
188
Derajat Kebebasan
k(x-łe)
Gambar 3.12
Solusi
Kita sederhanakan dahulu sistem menjadi seperti terlihat pada Gambar 3.13.
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
Gambar 3.14
Persamaan gerak untuk batang CD adalah:
kt + kL2 -JOC/
EMc = o 4
— LO)L
191
Kita misalkan:
Mode getar dapat diperoleh dengan prosedur seperti contoh Berdasarkan Gambar 3.15a dan dengan asumsi osilasi yang kecil, maka sebelumnya. Kita cari
dahulu perbandingan responsnya.
persamaan gerak dalam koordinat (x, , 0) :
(3.20)
3.4 Koordinat Umum dan Koordinat Kopel
Kemudian dengan menyusun kembali persamaan 3.20 akan Bentuk
umum persamaan gerak sistem dua derajat kebebasan tidak teredam diperoleh: adalah:
Getaran Mekanik Sistem dengan Lebih dari Satu
(3.19)
Pada persanłaan tersebut terlihat bahwa komponen kopel
digambarkan Dari persamaan oleh koordinat tersebut XI dan x2. ditunjukkan Sedangkan bahwa komponen sistem kopel di tersebutdalam —(k1L1 —k2L2)
terdapat pada matriks kekakuan, sehingga sistem tersebut persamaan adalah mn, m21, dan k21. Kita akan menunjukkan bahwa nilai dinamakan terkopel
statik. Jika suatu gaya statik bekerja melalui pusat massa elemen dari matriks M dan K tergantung pada koordinat yang dipilih. Suatu CG, maka benda tersebut
akan berotasi sebanding translasi dalam arah XI. sistem yang bergetar dapat digambarkan lebih dari satu set koordinat n-łang Demikian juga jika suatu torsi
dikenakan pada titik l , maka benda terscbut di mana tiap set dapat disebut sebagai koordinat umum. Kita sering akan bertranslasi sebanding dengan rotasi dalam
arah 0.
menggunakan perpindahan dari posisi kesctimbangan statik massa dan rotasi Sekarang kita perhatikan Gambar 3.15b, di mana koordinat yang kila terhadap pusat
massa sebagai koordinat. pilih adalah (x, ,O). Jarak e dipilih sedemikian dengan kondisi kil
Derajat Kebebasan
192 Perhatikan sistem pada Gambar 3.15. Jika koordinat umum (umum)
diasumsikan = XI dan (12 — XI , yaitu sebanding dengan gaya pegas.
Carilah persamaan gerak sistem tersebut.
Jika suatu gaya statik dikenakan pada titik 2, maka gaya statik tersebut akan
menyebabkan perpindahan x2, dan benda tersebut tidak akan • berotasi.
Sedangkan pada saat mengalami getaran, gaya inersia mi2 akan melalui Solusi
pusat massa CG dan akan menghasilkan momen mi,e terhadap titik 2, dan
akan menimbulkan rotasi 0. Dan rotasi 0 terhadap titik 2 akan menyebabkan Koordinat {q} dan {x} dihubungkan dengan relasi:
pełpindahan sebesar eo di titik pusat massa cg (center of gravity) dan
menyebabkan gaya łneO dalam arah Sistem ini dinamakan terkopel
dinamik. 2
Persamaan frekuensi
11
diperoleh 21
atau
4
0 _
196
3k — Inco
(i/ + i2)+ k(xł
co=w,
dan
Gambar 3.17
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
198 199
Solusi
3.6 Analisis Mode: Getaran Transien Sistem Tak Teredam
Persamaan gerak sistem adalah:
Dengan menggunakan persamaan 3.2b untuk sistem tidak teredam, diperoleh:
(3.34)
Contoh 3.13
—O. 4932
Tentukanlah persamaan gerak dan vektor mode getar sistem, jika diberlkilll data-
data sebagai berikut:
Pada Gambar 3.18 ditunjukkan suatu sistem dengan tiga - Fî(t)
derajat kebcbasan. 200
atau dalam bentuk matriks:
Getaran Mekanik
ni1 = 2 = 3 kg = 2 kg 201
=600 N/m
Kita masukkan data-data sehingga diperoleh:
Kita telah ketahui bahwa —o- Ă: , Kita substitusikan persamaan itu pada
persarnaan di atas sehingga diperoleh bentuk:
Gambar 3.18
Solusi -1000
2800— 30- -1000
Persamaan gerak tiap-tiap massa adalah:
-10002200 -
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
Dari determinan K — Ałc0 diperoleh persannaan frekuensi:
2
1.1216 . Dengan cara yang sama diperoleh:
gaya — 0 sehingga:
1.121') 1.3057 -
— 2co- 0.569
-2.9278 -0.0391
-1000 2800 -600 -
Secara umum persamaan gerak sistem tidak teredam dapat dibuat
1000 menjadi tidak terkopel dengan menggunakan relasi orthogonal yang akan
dijelaskan pada Bab 5, yaitu:
Kita akan cari solusi honnogen atau dengan
mensubstitusikan coldan juga XI =l sehingga diperoleh:
(3.39) di
Ałnplitudo
02 Akar-akar persamaan tersebut adalah dan (0 = k (l/ J, + I/J,) . Dengan
kt menggunakan prosedur untuk mencari mode getar, maka amplitudo
relatifpada mode utama adalah:
-Ô
a b
unluk(3.44) e, k, -FJI unlllk
Gambar 3.20
Jika (D = 0 dan maka kedua piringan tersebut tidak mempunyai gerak
Rotor JI dan J2 dihubungkan oleh poros dengan konstanta kt. Dengan
relatif sehingga susunan sistem tersebut berotasi seperti benda tegar. Dalam hal ini
menjumlahkan torsi untuk tiap-tiap rotor terhadap sumbu poros, diperoleh
persamaan gerak sebagai berikut: sistem tersebut bergerak dalam mode nol. Jika maka
piringan tersebut bergerak dalam arah berIawanan seperti ditunjukkan dalam
(3.40) J202 + kt (02 — Ol) O bentuk mode: {O/ O,} = {J'
Dalam bentuk matriks, persamaan di atas menjadi: Contoh 3.14
Pada Gambar 3.21 ditunjukkan suatu sistem definit yang terdiri dari tiga buah massa
dan 2 pegas. Tentukanlah persannaan gerak dan frekuensi pribadi sistem tersebut.
(3.41)
kt O/ kt 02
(3.45)
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
In x + k (x —x Mode getar diperoleh dengan menjadikan Xł=l, kemudian
disubstitusikan masing-masing nilai ketiga frekuensi natural sistem.
Dalam bentuk matriks, persamaan di atas menjadi:
Pringan
PTinga-ă
Solusi
(a) Poros I dan poros 2 mempunyai kecepatan putaran yang berbeda. Jika NI adalah
jumlah gigi pada roda gigi yang terhubung poros I dan N2 adalah jumlah gigi pada
roda gigi yang terhubung poros 2, maka dengan memilih poros I sebagai referensi,
maka inersia ekuivalen poros 2 adalah:
Ic;, = n- kt,
dengan mengabaikan efek inersia roda gigi maka sistem disederhanakan menjadi:
(3.48)
Getaran Mekanik Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
n2J2
n2J2
dan persamaan
Kedua poros tersebut terhubung seri maka kekakuan ekuivalen adalah:
(3.53) O O J2
ô2
Dengan cara yang sama dengan contoh sebelumnya, diperoleh mode
(b) Jika efek inersia roda gigi diperhitungkan maka terdapat 4 piringan
getar dan frekuensi natural sistem.
pada sistem. Momen inersia massa J3 dan J4 dapat dikombinasikan
209
sehingga momen inersia yang ekuivalen dengan pasangan roda gigi
tersebut adalah:
atau
210
Gambar 3.23
di mana
Zi. = kii —o mii + jocii untuk i,j=l,2
20 -15
-15
15
10-4
60
Gaıııbıır 3.24
Contoh 3.16
Misalkan suatu meşin berputar pada kecepatan konstan yang
10 20 30 40 50 kecepatannya dekat dengan frekuensi pribadi, maka akan timbul getaran
10
yang tinggi, yang disebabkan kondisi resonansi, dan jika sistenı orisinil
terdiri dari massa mı dan kekakuan ki dan jika tidak dimungkinkan untuk
mengubah mı dan k i , jika efek gaya sekunder diabaikan, (a) Tunjukkan
bahwa peredam dinanıik yang terdiri dari dan k2 dapat mengatasi
masalah getaran. (b) Gambarkan kurva respons sistem jika diasumsikan
mJnnı—0.2. (c) Selidiki efök ra.si()
105
60
10 20 30 40 50
100
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
214 Getaran Mekanik (b) Persamaan frekuensi yang dipero}eh dari persamaan (ii) diuraikan
menjadi:
(v)
Gambar 3.25
Solusi
Persamaan gerak sistem adalah:
Dari (iii) diketahui bahwa amplitudo XI akan bemilai nol pada frekuensi
o = k, / m, . Jika kita tentukan kl/mł=k2/m2, maka akan dihasilkan yang
mendekati nol pada frekuensi resonansi sistem orisinil.
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
Dari persamaan (iii) dan (iv), maka respons sistem dinyatakan dalam
bentuk:
/
Dari persamaan (i) diperoleh:
—k,
(ii) k, — ar 111,
dan
(iv)
eq
clear all
cl f
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
. Â4- (2+0 .
A2=1. / (r. (2+0. 2 )
. A 2+1) ; f igure (1 )
3.10 Simulasi dengan Menggunakan Matlab Dengan melakukan perhitungan yang telah dijelaskan maka akan kita
peroleh frekuensi natural:
Pada sub-bab ini akan disimulasikan sistem satu
derajat kebebasan menggunakan bahasa 01 = 13.35rad/s dan o = 33.5rad dan
MATLAB. Kita akan gunakan model sistem tidak balans
seperti ditunjukkan pada gambar berikut: mode getar:
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
-0.1
dan
1.8042 -0.5542
Response
Response
0.05
005
o 0.5 1 1.5 4
0.1
0.05
-0.05
>> sim2dof
Jumlah data ? 4000
Amplitudo gaya pada massa
frekuensi getar ?
Skala animasi ? 3
Simpangan awal ml 100
Kecepatan awal ml
Simpangan awal m2
Kecepatan awal m2
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
220 Getaran
-100
-100
10
Response
0.1
0.1
10
Pada kasus ini tidak ada beda fasa antara respons dan gaya eksitasi,
sedangkan mode getar dapat diperiksa dengan cara yang telah dijelaskan
dan contoh soal. Dalam hal ini kami serahkan pada pembaca untuk
memperoleh mode getar dan bandingkan dengan simulasi.
-100
0.05
-0.05 -0.05
3 5 6 7
222 Getaran Mekanik
o
• Frekuensi 0=34 rad/s Dan terlihat bahwa perbandingan amplitudo x, terhadap x: adalah
Unbalance Force
mendekati u, — -
0.5542
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
0=50 rad/s. sim2dof
%Program Animasi ini menggunakan metode Runge Kutta
Unbalame Force di sp
50
disp PROGRAM ANIMASI TWO DEGREE OF FREEDOM
fl=inv(M) [0; *t 1) ] ;
t2=t+dt/2;
LISTNG PROGRAM ANIMASI 2 DERAJAT KEBEBASAN x2=X+v1 . *dt/2
; v2=v+f1*dt/2;
f2=inv(M) * (sin(ww. *t 2) ;
t3=t+dt/2;
224 225
Getaran
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
1 . 300 . 30
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
1 . 6 0 . 30
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
1 . 6 0 . 20
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
1 . 30 0 .
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
20) ;
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
(xx2) ;
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
S
i
s
t
e
m
d
e
n
g
a
n
D
e
r
a
j
a
t
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satü
xyBox2= [
1 . 300 . 25
1 . 300 . 20
am=max (aa) ;
fk(j ) =ffk(j ) ;
yykl ( j ) =xxl
(j ) ( j ) =xx2 (j ) , pegas [
0 . 00 0 . 25
(1+xr1 (j ) ) ,
0 . 10 0 . 25 : , 1) * (1+xr2 (j ) (psxl) ) . ones (
psx2=pegas2 (
0 . 20 o . 275
size (psxl) ) ;
0 . 30 o . 225
0 . 40 o . 275 psyl=pegasl ( : , 2 ) ;
0 . 50 o . 225 psy2 =psyl ;
0 . 60 o . 275 cxl=xl+sc*xxl (j ) ;
0 . 70 0 . 25 cx2=X2+sc*xx2 (j ) ;
1 . 00 0 . 25] ; panj ang pegas 1 xpl= [psxl ; cxl] ; xp2= [psx2 ; cx2] ; pegas2 =pegasl ;
xyBox1= [ypl= [psy1;Y1] ; 0 . 00 0 . 25 yp2= [psy2 ; Y 2 ] ;
0 . 00 0 . 20
0 . 00 0 . 30 ux= [max (xp2) -0 . 15+dx (j ) ] ;
0 . 3 0 . 30
0 . 3 0 . 20 pxt=
0 . 00 0 . 20 ;xp2] ; pyt=
0 . 3 0 . 20;ypl ;
0 . 30 . 25 ) ;
Sistem dengan Derajat Kebebasan Lebih dari Satu
Mekanik
22
7
226 Getaran 3.11 Soal-soal untuk Dikerjakan
l. Untuk sistem seperti ditunjukkan pada gambar
berikut, tentukanlah (a) Persamaan gerak sistem.
subplot (211) h z plot (ek,
(b) Frekuensi natura]. (c) Mode getar.
yykl, 'k- , ek,yyk2, 'r- mı—2m m; kı zk3 Zk; kr2k.
EraseMode I , background ' ) ;
set (h, 'lineWidth' , 1.2) ; axis(
[0 n*dt -I.l*am I.l*am] ) ti t le
( Response ) if grid end subplot
(212) h zplot (pxt , pyt, k
ını
ki
EraseMode , background ' ) ;
3.2
Ganıbar
228 9
Getaran
Gambar 3.31
4. Jika pada sistim gambar 3.29, diketahui k=1000 N/m, m=l kg,
L=0.5m gambarkan kurva FRF jika diberikan gaya eksitasi pada 229
massa 2m, F, = 50 sinot
Gambar 3.32
3.30
nik
9. Jika pada sistim gambar 3.32, diketahui kł=3000 N/m, N/m, e=0.07 m, dan panjang conecting rod L = 0.28 m. Jika efek gaya
N/m, mł=2 kg, m2=3kg , me = 0.01 kg.m dan kondisi awal sekunder diabaikan, (a) Hitunglah respons sistem dalam fungsi
frekuensi o. (b) Jika putaran mesin torak 1000 rpm, gambarkanlah
x/ (0) = x:, (0) dan (0) = (0) =()
respons sistem dalam domain waktu. (c) Ulangi soal b untuk putaran
Dengan menggunakan MATLAB, gambarkan kurva FRF sistim mesin torak 1800 rpm.
tersebut.
IO. Ulangi soal no 9, jika .
a. XI (o) dan
b. x/ (0) = x2 dan (0) = ().4 III ,
k
BAB IV
BERBAGAI METODE UNTUK
MEMPEROLEH FREKUENSI NATURAL
Gambar3.33
12. Ulangi soal No. II untuk T=l detik dan T=4 detik.
13. Pada gambar berikut ditunjukkan suatu mesin torak yang
4.1 Pendahuluan
diletakkan di atas pondasi mesin dengan menggunakan data-data
seperti pada contoh soal pada Bab 2, yaitu massa ekuivalen torak Frekuensi natural suatu sistem getaran merupakan salah satu per-timbangan
mB = 2kg, dan massa total mesin adalah 30 kg, kekakuan k — utama dalam analisis dinamik. Ada banyak metode yang dapat digunakan
180 kN/m, dan redaman c = 300 Ns/m, jari-jari engkol adalah untuk mencari frekuensi natural. Metode Rayleig yang disederhanakan dan
persamaan frekuensi telah kita uji pada bab sebelumnya. Teknik atau
metode tambahan akan dibahas pada Bab 5 dan Bab 6. Pada bab ini akan
disajikan (l) Metode sederhana yang dapat dilakukan dengan
perhitungan manual. (2) Teknik matriks transfer yang digunakan untuk
struktur besar dan masalah yang rumit yang mana kita harus
menggunakan bantuan komputer.
4.2 Persamaan
Dunkerley mengemukakan pendekatan untuk memperoleh frekuensi
natural dari sistem multirotor. Hasil perhitungannya akan baik untuk
sistem dengan mengabaikan redaman dan frekuensi harmonik akan lebih
tinggi.
Perhatikan sistem getaran bebas sistem tak teredam. Dengan menggunakan
koefisien pengaruh dari persamaan
{q} {-1110}
atau
defleksi {q} adalah harmonik dengan {ti} —arq . Dengan mensubstitusikan 233
persamaan tersebut pada persamaan di atas maka akan diperoleh:
(4.3) + d „111,
Kemudian kita bagi persamaan tersebut dengan dan kita susun Jika frekuensi (Dl lebih kecil dari 02, maka l / o; << I / o; dan
kembali sehingga diperoleh:
—d121112
Koefisien pengalllh dii adalah defleksi di titik i akibat satu unit gaya
(4,5) pada lokasi yang sama, kuantitas diinłii karena aksi mii saja, sedangkan
2 — d221112 efek inersia massa yang lain diabaikan. Karena dii menpakan kekakuan
yang berbanding terbalik dengan kii, maka:
atau
cliiłni —
—((lłpnł + (12,1112) I _ ((111(122 (4,6)
di mana Oii adalah frekuensi natural suatu sistem pegas-massa ekuivalen. Maka
Kita asumsikan (Dl dan 02 adalah frekuensi natural. Dengan bentuk altełmatifpersamaan Dunkerley adalah:
menfaktorkan persamaan 4.6 maka akan diperoleh:
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
Contoh 4.1 33 1 3E1 2
Sekarang akan kita coba mencari frekuensi natural suatu balok kantilcver x
280 n ma.r nła.v
seperti ditunjukkan pada Gambar 4. I .
234
= 12.72 2
mL
Contoh 4.2
Carilah frekuensi natural suatu balok kantilever yang pada ujungnya
terdapat massa terkonsentrasi ml.
235
o; - 3E1 12.72E1
Jika mł=2m, maka diperoleh:
a
łnL3
młg
= o. 7453—
= 1.158
b
g(młył + +
0„67 mm
(4.12a mm b
) młył- + 171,y; + atau Gambar 4.4
gY'l Dengan mengabaikan massa poros dan menerapkan
persamaan 4.9, diperoleh: 02 =9.8-16434
o- (4.12b)
Perlu dicatat bahwa persamaan tersebut ditułunkan dari poros dengan
defleksi lateral. o = —6 128.2 rad/ s atau
1225 rpm
Contoh 4.3
Suatu poros berpenampang seragam dengan dua piringan ditumpu bantalan
pada kedua ujungnya seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4. Asumsikan
4.4 Metae Hozler
Metode Hozler adalah suatu metode sistematis
defleksi statik sama seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4b. Carilah
dengan menggunakan tabulasi. Metode ini dapat
frekuensi dasar sistem tersebut.
238
diterapkan secara luas, dapat diterapkan untuk
sistem gerak linier maupun gerak rotasi, teredam
atau tidak teredam. Prosedumya dapat diprogram
dengan menggunakan komputer.
Metode ini mengasumsikan frekuensi perkiraan.
60 kg
40 kg
Solusi diperoleh jika frekuensi yang kita
perkirakan memenuhi kondisi batas. Biasanya kita
akan melakukan proses iterasi (trial and error)
akan kita peroleh frekuensi dasar.
300 mm
150 mm 300 mm
JIôl -02)
J 202 = —k, I (02 —Ol) — kt 2 (02 —
O?)
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
-02) menggunakan persamaan pertama. (3) Hitung 03 dengan menggunakan
persamaan kedua.
Kita assumsikan bahwa sistem bergetar harmonik
pada salah satu rmde getar utamanya dan kemudian
kita substitusikan Oi = Oi sina , sehingga
diperoleh:
(J + J 202)/kt2
o,) Nilai 91,92 dan kita substitusikan pada persamaan 4.I I untuk
memeriksa apakah kondisi batas terpenuhi. Jika tidak terpenuhi maka nilai
O Q) (D yang baru kita asumsikan dan proses diulang. Persamaan yang kita
gunakan untuk memperoleh 92 dan 93 dapat kita generelalisasi untuk
o 02) sistem dengan n piringan sebagai berikut:
oj = Ji0i n
Jika frekuensi yang dipilih bukan frekuensi natural maka persamaan
4.12 tidak terpenuhi sehingga akan ada torsi residu pada piringan terakhir.
Hal ini ekuivalen dengan suatu kondisi stedi getaran paksa. Suatu tipe torsi
Gambar 4.5
residu vs 02 ditunjukkan pada Gambar 4.6.
Penjumlahan persamaan gerak tersebut menghasilkan:
3
= 191.5 rad / s
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
1,0000 -0.8156 183361 15 12224 S9.994C) 89,9940 15 5.9996
-89,9869 30
17205 0,5840 15 -299966
-449.9487
0,1000 o. łooo .4.9996
8064 2 "338 15 0$ 1823 449.91 14 Torsi
3 3 0,5000 -4*9998
0,5000 residu
4 o. 1000
.o.988ä *3.6257 -0*8919 4 0.1000 24.9967
243
1
1 o. 5000 IÁ)000
0C 1000 30
15
Torsł
4 _ '3 5699
Dari tabel terlihat bahwa baris ke 4 dan kolom ke nilai terkecil adalah pada
tabel d. Dapat kita simpulkan bahwa frekuensi natular pertama adalah 01 = 188.95
rad / s . Kemudian kita akan mencari frekuensi natural kedua dan ketiga dengan
cara yang sama.
(d) 0—424.2$ radi s
J
1 frekwensi, adîs
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
%Hoz1er Method Tipe-tipe variabel dalam satu masalah dan
clear all keterkaitannya dengan vektor keadaan ditunjukkan
t:hlzl;
pada Gambar 4.9. Sebagai contoh, variabel dalam
05 : 730; contoh terakhir adalah @ dan torsi T. Vektor
for izl : length
(omeg)
keadaan yang terkait pada bentangan n adalah:
./ktl; (4.14)
th3 (i)—th2 (i n
İzin
di mana Y, 9, M dan V adalah komponen vektor
ylabel ( ' Torsi residu
keadaan, yang terdefinisi pada Gambar 4.9. Orde
grid
elemen dalam vektor keadaan adalah sembarang.
Titik matriks transfer pada stasion n terkait dengan vektor {Z} L dan
{Z}n yang terletak pada sisi kiri dan sisi kanan massa mn. Dari Gambar
5. IOC, persamaan gaya untuk massa mn, adalah:
-FII
Untuk gerak harmonik pada frekuensi o, diperoleh:
(4.19)
R
Matriks transfer, yang merelasikan vektor keadaan {X F} dan {X F} pada
Dengan bantuan MATLAB
segmen n, diperoleh dengan mensubstitusikan {X >> syms w
Contoh 4.5
Kerjakan contoh 4.4 dengan menggunakan cara matriks transfer. 1-02 J/k T
2
JI = 0.5 kg.m2; J2 = 0.1 kg.m2; J3 = 0.5 kg.m2; J4=0.l kg.m2
Solusi
-0.50
Karena sistem ini adalah semidefinit maka kł=0 dan kita definisikan k2=ktl = 15 1-o .5*wA2/30000] z3 -
kN.rWrad; kN.Wrad dan k-ł=kt3 = 15 kN.rWrad;
Station 1
0
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
Station 4 — 42 4 2607
188. 9238
-188 . 9238
Maka frekuensi natural sistem adalah:
251
4
250 Mekanik
2
3 4
1/270000000000000*wA6] 188.924 l.oooo -I.OOOO
11-1 (4.28)
n
(4.32)
Gambar 4.11
Perubahan defleksi Y pada span tersebut adalah:
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
(4.33a)
(4.29)
(4.30)
Untuk benda tegar yang bergerak, kita ketahui:
dan Y,'
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
(4.33b) -6 -4.44 x
6.67x 10
—02J
6.67x ıo-5 -6.67xıo- 6
—o-
mL
-2002 -40- -/.33x/O-4 / +8.89x
—o- m Matriks transfer ke-2:
11-1
Dari bentuk
Tumpuan sederhana
Bebas
diperoleh
Jepit
Contoh 4.6
Pada Gambar 4.12 ditunjukkan suatu struktur. Dengan menggunakan
matriks transfer, carilah frekuensi natural struktur tersebut.
Dari kondisi batas, maka N12R dan 1/2R bemilai nol karena pada ujung
bebas tidak ada gaya dan momen luar yang bekerja, sehingga:
H 33
256
3. Kerjakan soal No. I dan No. 2 dengan menggunakan
Rayleigh.
0 4. Dengan menggunakan metode Hozler, hitunglah frekuensi natural dan
mode getar untuk sistem yang ditunjukkan pada gambar berikut, dimanaJ/ =
maka 2 kg.łn 2 , J; = J/ = 2J1 dan kil = kt 1 = / rad
diperoleh
1.42x10
Frekuensi natural
= 31.85 rad/ s dan co = 263.47 rad / s Ga,nbar 4.15
5. Dengan menggunakan metode Hozler, hitunglah frekuensi natural
4.7 Soal-soal untuk Dikerjakan dan mode getar untuk sistem yang ditunjukkan pada gambar berikut,
l. Dengan menggunakan metode Dunkerley, hitunglah frekuensi dasar di mana J = 3 kg .1)1 2 4 2 dan
struktur pada gambar berikut, di mana massa poros diabaikan. Asumsikan mł=m2 kl = 120Nłn/rad , kt 4
dan L2=2Ll.
Getaran Mekanik
Gambar 4.13
Gambar 4.14
258
BAB V
SISTEM DISKRIT
5.1 Pendahuluan
Sistem disk•it atau sistem dengan derajat kebebasan jamak telah dijelaskan
pada Bab 3. Pada bab ini akan diberikan konsep tambahan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik. Kita akan memperkenalkan
Getaran Mekanik
Berbagai Metode Untuk Memperoleh Frekuensi Natural
persamaan Lagrange untuk memperoleh matriks massa M dan matriks
kekakuan K.
Persamaan Lagrange untuk gerak getaran bebas untuk sistem konservatif adalah:
di mana q adalah koordinat umum, i=l, 2,.. .., n, T adalah energi kinetik
dan U adalah energi potensial. Energi potensial U dapat dinyatakan dalam
K T = K atau kii — ii
Getaran Mekanik
260 (5.8)
261
M 7 = M atau (5.5)
Karena energi kinetik T selalu bernilai positif maka T merupakan fungsi
Gambar 5.1
definit kuadrat dari {dl}. Energi kinetik dan energi potensial dapat disajikan
Solusi
dalam bentuk notasi matriks berikut:
Fungsi energi kinetik dan energi potensial adalah:
T =4łni-- dan U = L kx 2
(5,6) Kemudian kita substitusikan T dan U pada persamaan 5.1, sehingga
Persamaan getaran bebas sistem diperoleh dengan mensubstitusikan diperoleh:
persamaan (5.6) ke persamaan (5. l), kemudian dilakukan diferensiasi dan
mengabaikan ÔT / Ôć1i sehingga persamaan gerak sistemnya adalah:
Contoh 5.2
Pada gambar berikut ditunjukkan suatu pendulum yang berputar dengan
kecepatan sudut tetap Q. Jika massa batang yang menghubungkan titik O
dengan massa m diabaikan, dengan menggunakan persamaan energi,
turunkan persamaan gerak sistem tersebut.
mc? L sin d
mg
Sistem Diskrit
T=4łn i- +j' 2 )+ L
nzL2 ś2- sin- O Energi
U = łngL(l — cos O)
Getaran Mekanik
Kemudian terapkan persamaan Lagrange di mana diferensiasi
masingmasing suku persamaan 5. I menghasilkan:
Suku pertama:
Suku kedua:
(5.20b)
maka persamaan gerak diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan 5.16,
Dengan menggunakan koordinat umum {x O} , diperoleh:
5.17, dan 5.18 ke persamaan 5.1, sehingga diperoleh:
XI = x + LsinOdan Y/ = —cose)
111L20 + (nłgL — 111L2ś22 )O = 0 (5.19) Sistem Diskrit 265
Contoh 5.3
(5.21a)
diperoleh:
(5.23)
Persamaan 5.22 dan 5.23 adalah persamaan non-linier. Untuk sudut
osilasi yang kecil, kita asumsikan sin O = 0 dan coso (l —0 2 / 2), kemudian
dengan mensubstitusikan asumsi tersebut pada persamaan 5.21 dan dengan
mengabaikan orde di atas orde kctiga. T dan U dapat dinyatakan dalam notasi
matriks:
k O X
dan U = 41x Ol O młgL+k, 0
ni + m,
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
26
7
266 di mana adalah vektor mode getar (modal vector) terkait dengan nilai eigen
Zs. Solusi umum persamaan 5.8 diperoleh dari superposisi solusi harmonik
persamaan 5.24. Dengan memperhitungkan seluruh mode getar maka akan
diperoleh:
Alternatif Iainnya adalah menggunakan persamaan 5.22 dan
persamaan 5.23 secara langsung.
u sin(wt + (5.24)
atau
di mana vektor Eigen atau vektor mode, o adalah frekuensi pribadi, NJ
adalah konstanta dan p(t) = sin(ot + V) komponen harmonik.
Dengan mensubstitusikan persamaan 5.24 ke persamaan 5.8 dan Pernyataan ini menunjukkan bahwa gerak {q} dari massa disl«it
disederhanakan, diperoleh:
merupakan superposisi mode utama Pi(t) seperti ditunjukkan pada
(5.25) persamaan 5.27 dan 5.28. Tiap mode adalah harmonik. Matriks mode getar
di mana I adalah matriks unit. Selanjutnya kita akan mendefinisikan: (modal matrix) adalah sebuah kombinasi vektor mode getar {u}i seperti
(5.26) ditunjukkan pada persamaan 5.31. [O] menunjukkan seluruh mode getar
di mana L adalah nilai Eigen. Dengan demikian persamaan 5.25 menjadi: suatu sistem linier.
yang merupakan satu set persamaan homogen simultan. — Hl dinamakan Untuk suatu sistem pada Gambar 5.4 diketahui dan
(0)
karakteristik determinan. Untuk memperoleh solusi persamaan 5.25, kita Jika kondisi awal x/ (0) = 1,x2 (0) , i/ (0) dengan
akan menyamakan AI dengan nol. menggunakan koordinat utama, hitunglah (a) Frekuensi pribadi sistem (b)
A1 -lil -Hl (5.28) Vektor perpindahan {x}.
Vektor mode Onodal vector) {u} pada persamaan 5.27 menyatakan
amplitudo relatif massa disla-it pada frekuensi pribadi o. Bila frekuensi
o=os, maka persamaan 5.27 menjadi:
[ISI - (5.29)
2171 0 PI
0 2111 Ż52
maka persamaan menjadi dua buah persamaan satu derajat kebebasan yang
independen:
+kpł
mj52 +3kp,
Gambar 5.4
268 {1 0} , diperoleh:
0.5
0.5
Solusi
Penurunan persamaan gerak diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
Dari penurunan persamaan itu diperoleh persamaan gerak: Solusi homogen untuk sistem dengan satu derajat kebebasan adalah:
maka
Transformasi matriks massa dan kekakuan menghasilkan matriks
= Al cos ont
diagonal:
2111 0 Al -0.5 A,
0 2/11
maka
0 = 0.5 cos
maka persamaan getaran dengan menggunakan koordinat utama: dengan cara yang sama diperoleh:
P? =O.5 cos di mana {p} adalah koordinat utama. Dengan demikian setiap mode getar
dapat diperlakukan seperti sistem getaran satu derajat kebebasan yang
independen.
11 Untuk membuat persamaan gerak menjadi tidak terkopel, kita
cos cos
perhatikan persamaan (5.7).
2 0 In 2 karena {x} =
(5.33)
cos X,
di mana M dan K adalah simetrik. Pada mode utama, sistem tersebut
Maka respons sistem dieksekusi dengan gerak harmonik yang sinkron. Untuk mode ke i.
diperoleh: persamaan (5.31) kita ketahui {q} = {Vi }Pi. Maka untuk mode ke r,
diperoleh:
11
cos (5.34)
x 21 Karena pr adalah harmonik pada (D-=or maka persamaan gerak
2
270 terkait adalah + = 0 , sehingga berlakujuga:
Pr = -ż,.pr (5.35)
5.4 Ortogonalitas Vektor Eigen di mana 1,. = 0 2 = k, / m . Dengan cara yang sama, untuk mode ke s,
diperoleh:
Tanpa komponen kopel, matriks M menjadi matriks diagonal Mi dengan
(5.36)
komponen diagonal mii. Serupa dengan hal tersebut, matriks K direduksi
(5.37)
menjadi matriks diagonal 11<1 dengan komponen diagonal kii. Maka
persamaan gerak, sistem yang ditunjukkan persamaan (5.7) menjadi:
(5.42)
Karena , maka
(5,44)
[W ] dan [R (5.45)
di mana [u] adalah matriks vektor Eigen atau mode. [ M Jdan [\ K ] adalah
matriks diagonal. Untuk meniadakan kopel (uncouple) persamaan (5.33),
kita substitusikan {q} = pada persamaan (5.31) sehingga diperoleh:
Sistem Diskrit
272 Getaran Mekanik
(5.50)
(5.46)
Jika kita menginginkan matriks massa menjadi sebuah matriks unıt
Dengan mengalikan persamaan tersebut dengan [Q] akan diperoleh: maka dengan menerapkan persamaan 5.49 diperoleh:
atau
(5.47)
Karena M ] adalah diagonal, maka n
5.5 Koordinat Nonnal diperoleh
dengan menggunakan relasi:
Koordinat utama IPI kita normalkan unluk memperoleh koordinat normal
f
u] . Pada contoh 3 kita pilih elemen peılama dari vektor İğ ] sama dengan
satu unit. Teknik lain untuk melakukan normalisasi adalah dengan memilih n- izi j-ı
koordinat normal yang dapat menyebabkan matriks diagonal M menjadi
Energi kinetik dan potensial dalam koordinat normal adalah:
sebuah matriks unit I. Terkait dengan hal tersebut maka matriks K juga
menjadi diagonal dengan q- sebagai elemen diagonalnya.
Jika adalah matriks mode yang terkait dengan koordinat 4q,1 dan
koordinat utama İp; dan kita misalkan juga [g] adalah matriks mode yang (5.52)
dinormalisasi yang terkait dengan koordinat 4ql dan koordinat normal İn),
di mana A adalah matriks diagonal dengan As sebagai elemen diagonalnya,
maka berlaku hubungan:
di mana:
(q] [Alp] dan fu] Lu]fr7] (5.48)
A: [gı r KW] (5.53)
Lu] dapat diperoleh dengan mengalikan [Q] dengan tiap vektor mode atau untuk sistem n derajat kebebasan:
yaitu faktor konstanta normalisasi nş9 yaitu:
satu himpunan n vektor {u}l {u}2 {u}3 {u}/l adalah bebas linier jika 5.7 Sistem Semidefinit
Pada bab terdahulu telah ditunjukkan sistem semidefinit untuk gerak
sekurang-kurangnya satu dari himpunan konstanta cn tidak nol, benda tegar. Karena sistem tidak ditahan atau dikendalakan oleh rangka
sedemikian rupa sehingga: tetap ( stationary frame), energi potensial U adalah fungsi kuadrat
semidefinit positif dari koordinat general q . Sistem dapat dijadikan
(5.55) s=l definit positiľ dengan menggunakan sifat ortogonal dengan menghilangkan
mode nol.
Kemudian dengan mengalikan persamaan tersebut dengan [u Y M
dihasilkan: Jika {u}o adalah vektor mode untuk mode nol dan pada mode nol
tersebut sistem dianggap sebagai benda tegar, sedangkan untuk gerak
(5.56) benda tegar berlaku = (12 = = q n, maka {u}o terdiri dari elemen yang
s=l
bernilai sama. Dari relasi ortogonal pada persamaan 5.43, diperoleh:
Sifat ortogonal pada persamaan 5.44 menunjukkan bahwa {u}l M {u}s
adalah nol hanya jika r # s . Artinya, persamaan di atas tidak terpenuhi jika {u} OT M {u}ł. = 0 untuk (5.59)
r=s, kecualijika c = 0 untuk s = l, . ., n. Dengan kata lain, semua c pada
Kita asumsikan matriks M adalah diagonal dengan memilih koordinat
persamaan 5.55 adalah nol dan vektor mode adalah bebas linier.
seperti ditunjukkan pada bagian sebelumnya. Dengan mengabaikan
Karena vektor mode adalah bebas, maka vektor {V} pada ruang yang konstanta pada {u}o , persamaan kendala dari persamaan di atas adalah:
sama dapat dinyatakan seperti kombinasi linier {u}s . Untuk s=l n, adalah:
(5.60) i=l
{ V} = {tos atau {V} (5.57)
s=l di mana Cl, c2, .. .,cn adalah konstanta. Tiap nilai cs Contoh 5.5
menunjukkan derajat partisipasi dari {u}s pada ekspansi vektor Hal ini Carilah matriks mode untuk sistem semidefinit sepeł•ti ditunjukkan pada
dikenal sebagai teorema ekspansi. gambar berikut:
Sistem Diskrit
T = ș[ôl 42]
Gambar 5.5
276
= ș[41 421
Solusi U- (12]
Karena m33 = J , maka persamaan di atas Maka dapat kita tunjukkan bahwa persamaan frekuensi
menjadi: adalah:
mode kedua
untuk = 3p , maka vektor mode diperoleh sebagai
berikut:
Kemudian kita cari (13, yaitu —l. Dengan demikian Jika p(t) merepresentasikan sebuah mode utama pada sebuah frekuensi
vektor mode untuk mode ke I adalah: natural co dan {u} adalah vektor mode yang terkait sehingga vektor
2
perpindahan {q} = {u}p dan {¿j} = —CD {u}p = Persamaanpersamaan
tersebut kemudian kita substitusikan pada persamaan 5.8 dan persamaan
5.9, kemudian dilakukan penyederhanaan, diperoleh:
sehingga vektor mode adalah:
Sistem Diskrit
-hu} = G{u} (5.62) Jika iterasi lebih dari satu ditampilkan maka dapat ditunjukkan bahwa:
Persamaan yang manapun di antara kedua persamaan tersebut dapat {v}S+l {II}, = {v}s (5.67)
digunakan untuk memulai iterasi. Iterasi dengan menggunakan persamaan Dengan demikian nilai Eigen pertama dan vektor mode yang terkait
5.61 akan menghasilkan frekuensí dan mode yang tertinggi, sedangkan
{u}l dapat diperoleh. Mode kedua diperoleh dengan meniadakan mode
persamaan 5.62 akan menghasilkan frekuensi dan mode yang terendah.
pertama Pl. Persamaan gerak dimodifikasi sedemikian dan proses iterasi
Sebagai contoh, kita gunakan persamaan 5.61. Asumsikan vektor
kita ulangi.
sembarang {V}o sebagai bagian dari vektor mode seperti ditunjukkan pada
Untuk meniadakan mode pertama, perhatikan transformasi:
persamaan 5.57, sehingga dihasilkan:
{q} = dan {p} = [uri {q} E [vl{q} (5.68) dengan menggunakan persamaan
(5.63) kendala PI = 0, diperoleh:
(5.69)
di mana Ci merupakan konstanta. Berikutnya, bentuk urutan vektor adalah
sebagai berikut: Sedangkan koordinat tidak berubah, maka:
substitusikan persamaan 6.55 pada persamaan 6.54 dan dengan Dua persamaan terakhir dapat dinyatakan dalam notasi matriks.
menggunakan relasi 1 {ti} = H {u} , diperoleh: Untuk mengilustrasikan dua persamaan terakhir, kita gunakan matriks 3 x
3, sehingga:
= {ll}i
(5.6)
i=l
Jika > 12 > . > dan s cukup besar maka > .untuk i sehingga
atau {q} = (5.70)
diperoleh:
di mana SI yang didefinisikan di atas dinamakan matriks pembersih.
(5 ,66)
Matriks H pada persamaan 5.61 dimodifikasi oleh SI untuk
280
memperoleh matriks baru Hl.
(5.71)
281
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
Gambar 5.6
VI/ (5.74)
Solusi
1.1667
Persamaan gerak sistem adalah: 28 1
0 ın 0 + —2k
O Konstanta 1 8 dihilangkan kemudian iterasi kedua menghasilkan:
O
419.117
Dengan menggunakan persamaan 5.62 diperoleh: 6 9 622.5-19.117 1.186]
8 6 nıÂ 6 9 —rİıı] di 468
mana
12k 8 6
468
atau
419.117
6 9 622.5- 19.117 1.1861
468
Sekarang kita pilih fl I II secara sembarang untuk memulai proses
iterasi. Dari persamaan 5.64 kita peroleh: maka karena pada proses iterasi sudah tidak ada perubahan lagi, kita peroleh mode
pertama,
iterasi pertama menghasilkan
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
1.1861 1) 1 1.186/ ı o o o
285
Kemudian:
1.1861 1] O 1.1861 maka karena pada proses iterasi sudah tidak ada perubahan lagi, kita peroleh
mode kedua:
Konstanta pada vektor [v]T kita abaikan sehingga sweeping matriks
dari persamaan 5.70 adalah:
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
İli)2
Sedangkan frekuensi natural mode kedua diperoleh dari:
O0
4111
ın konstanta m diabaikan sehingga diperoleh sweeping matriks dari
persamaan
Mode pertama dan kedua di-supresi dengan kendala pı 0. Vektor [VI]/
5.70, adalah:
dan [ v diperoleh dengan menggunakan persamaan 5.74 seperti kita lakukan
sebelumnya. 1./861
0 o -1.6862
O 0
286 287
getar. Resultan gerak diperoleh dcngan mensuperposisikan gerakan-gerakan tiap mode. Sekarang kita perhatikan persamaan gerak sistem konservatif:
Kemudian dengan mengalikan persanıaan tersebut dengan [g]T , dan dengan mengingat [g]7 Mlg] dan
[g]r K [g] z A , maka persamaan gerak menjadi:
fiil(5.77)
di mana İN(t)] adalah vektor gaya
eksitasi yang dinormalisasi. Karena A adalah diagonal dan o; , maka
persamaan (5.77) dapat dituliskan menjadi:
sin
Oit (5.80)
0 0 1.88281.8828 o o -
3.1758- 3.175 -1.8828 -
1.6867
0 0 1.88281.8828
Karena pada proses iterasi sudah tidak ada perubahan lagi, kita peroleh
mode ketiga:
Getaran
Mekanik Sistem Diskrit
ill]3 il -1.6867 1]
sedangkan frekuensi natural mode kedua diperoleh dari:
12k 6.374k
1.8828171 111
1.1861 0 -1.6867
5k — 21110" —k
—k 3k—nıo2
290
sedangkan
- -3.7/23 dan — —0.1872
4.5230-
291
/.3492117
2.8953ko. 8995
165.615 Ik- 8.677k 3.7/23
—O. 1872
2.8953k
O.8995Fsillć0t atau
292
0.3107Fsinot
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
resgı massa I —(0/0/)2]
Dengan cara yang sama:
O.0024Fsiııot
-3.7123 -0.1872
0.8995 4.5230 - 0.5284 maka
1.2554
x/ pı + + PB
0.3107Fsiııot O.0024Fsiııot O.002]6Fsinot
022 -3.3786 E •,
m m
-3.7123172 -0.1872173
.x3 -0.5284173
Gambar 5.8 Kıınuı.fiıııgsi re.spoıısfi•ekuensi unluk sistenı pada Ganılxıı• 5.7
294 Contoh 5.8
Ulangi contoh sebelumnya. Jika pada massa I dan massa 2 ditempkan gaya
seperti ditunjukkan pada gambar, dan juga k— 40, m 2, dengan
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
menggunakan koordinat normal, carilah respons transien dan gambarkan -80 —
grafiknya di mana kondisi awal x, (0) l;x: (0) z 3; (0) 80
Â'3(0) z 0
200 —
40
-40 120
295
10
0.8995 -3.7123 -
0.1872
1.2554 4.5230 -0.5284
4
kita akan menormalisasi matriks mode. Terlebih dahulu kita cari konstanta
faktor normalisasi sebagai berikut:
0.25 0,25
200 200 -80
Gambar 5.9
+ -80 200
Solusi —80 —40
+- 0.8995 -3.7123 -
2k 0.1872
5k 1.2554 4.5230 -0.5284
—2k —k
m 1/ u 11 + ın 22 u 21 +111 33 u312 )
dengan memasukkan nilai m dan k, persamaan gerak menjadi:
z +4*0.89952
-0.3453
Dengan cara yang sama diperoleh:
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
n, -O. 101 dan -0.6087 -0.1139F2 maka persamaan gerak sistem tidak
dan persamaan gerak dengan koordinat normal adalah: Respons sistem tidak terkopel adalah:
77i(t) —l— jNi (t)sin Oi(t — T)IT + (O)cos Dit 171 (t) = (O)cosołt +—RŻIO (0) sin
1 0.25 025
+ (O)cos (02t
dan
0.25
+ (O)cos a.)3t
Sedangkan untuk t ž0.25detik , gerak benda adalah akibat kondisi awal 7710 (t = (t = 0.25) ;
1720 (t (t = 0.25) dan
waktu<s)
diperoleh:
(t = 0.25) -0.2013
5.10 Sistem dengan Redan-łan Proporsional
(t = 0.25) (t -0.25) =1.6333 Jika suatu sistem mengalami redaman maka analisis mode seperti dijelaskan
pada subbab sebelumnya tidak dapat diterapkan. Persamaan gerak tidak
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
dapat uncouple (tak-terkopel) dengan matriks mode sistem tak teredam, + cfğ] + Kfq] -fo] (5.90) Persamaan direduksi dengan
kecuali jika sistem tersebut mengalami redaman proporsional.
menggunakan vektor keadaan 2n x l, yaitu:
Perhatikan persamaan gerak dengan redaman berikut:
(5.91)
M {Q} + K{q} = {Q(t)} (5.86)
di mana M adalah matriks massa, D adalah matriks redaman, dan K adalah dapat ditunjukkan bahwa persamaan (5.90) dapat dinyatakan dalam bentuk:
matriks kekakuan. {Q(t)} adalah gaya general dan {q} adalah koordinat
general. Redaman proporsional D dinyatakan dalam persamaan:
(592)
D=aM+PK (5.87)
di mana 01 dan adalah konstanta.
MC
atau
Untuk melepaskan kopel persamaan tersebut, kita substitusikan
persamaan (5.87) dan transformasi {q} = pada persamaan (5.86), sehingga (5.93)
diperoleh:
Kemudian dengan mengalikan persamaan tersebut dengan A- I dan
(5.88)
0.4335 0.4568 -0.3216
300 mendefinisikan H —A- IB diperoleh:
Lu]T dan dengan mengingat [g]T M [g] dan [g]T K [g] A maka fij] + [al Kemudian kita asumsikan solusi persamaan 5.94 dalam bentuk:
(5.103) Dengan cara yang sama dapat di mana İE(t)] adalah vektor eksitasi 2n x l.
ditunjukkan: Persamaan 5.108b dapat dilepaskan kopelnya dengan
menggunakan matriks mode getar [W]. Dengan memisalkan vektor keadaan
(5.104) İz; dalam bentuk persamaan :
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
atau (5.109)
Persamaan (5.108b) menjadi:
Af"] İğ) İz] - İE(t)]
bil
a.
Solusi khusus persamaan 6.92 diperoleh dengan menerapkan secara
langsung integral konvolusi.
Jika adalah kondisi awal pada mode J, maka solusi homogen persamaan
(5.115) dinyatakan dalam bentuk: (5.120)
maka:
z z;oeY't untuk i = 1,2 2n (5.116)
mi + + = f(t) (5.118) Dengan menggunakan metode simpson, rata kemiringan dalam interval
Kemudian persamaan gerak tersebut disederhanakan menjadi: h menjadi:
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
Substitusi kondisi awal pada persamaan ( ) , respons struktur sistem
getaran sebagai fungsi waktu untuk setiap interval h atau (At) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
dy
(5.124) dt
—II(YI +2Y2 +2Y? + Y4)
Contoh 5.9
Kutta, gambarkan respons sistem dalam domain waktu. Jika kondisi awal x(0)
= 15nnn dan i-(0) = 200nun/s ;
2
(5.125)
Waktu t
Dari persamaan itu terlihat bahwa empat nilai Y, dibagi enam
merupakan rata-rata kemiringan dx/dt , dan empat nilai Gi dibagi enam Gambar 5.10
merupakan rata-rata kemiringan dy/dt. Solusi
1
Dengan kondisi awal: Gaya eksitasi yang bekerja adalah:
00) -
(5.126) Fo sinan untuk 0 St S t
0 untuk t > t
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
di mana
0=107
2 2 IOZ
Persamaan gerak sistem:
1.4
Waktu t
mi + ci + kx = F (t)
Tahap-tahap pembuatan program adalah dengan membuat clf clear n=input ( '
persamaan— persamaan yang akan dimasukkan ke dalam program yang Jumlah k=6000; c-
150; m=20; t=O . O;
ditampilkan, dan
dt=0 .001 *pi; input ( ' kondisi s impangan
awal ( rtm ) ? l ) •
X=XX. / 1000; yy=input ( ' kondisi kecepatan
Suatu sistem pegas-perdam-massa diberikan gaya h sinus, F = 200
sin(10zt). Jika kekakuan pegas k=6 kN/m, konstanta redaman c=150 N s/m,
dan massa m=20 kg. Dengan menggunakan metode Runge-
kita mulai denganmembuattabel sebagai berikut: awal (nun/ s) ? t ) • y=yy./1000; for i if
t>0. 1 *pi I .1* pi ff=O
308
t3=t+dt/2;
x3=x+Y2 . *dt/2
; y3=Y+f2 .
*dt/2;
(f sin -c*y3-k*x3) 1m;
Waktu t
Getaran Mekanik Sistem Diskrit
t4=t+dt; x4=x+Y3 . *dt; y4=Y+f3 .
; f4= (f f* sin (10* pi *t4) -
c*y4-k*x4) /m;
t=t+dt;
(fl+2 . *f2+2 .
*f3+f4) ; x=x+dt/6. * (y 1+2 .
*y2+2 . *y3+Y4) ; tt(i)=t; xx
(i) =x;
310 311
' Waktu t y label( ' Gambar 5.11
grid
subplot (212) h=plot Solusi
(tt,yy. *1000) set (h, Persamaan gerak sistem adalah:
i lineWidth ' , 2) ;
1:8000;
xlzx; -y (1, 1) yy2 y (2 , 1) XXI ( İ ) —
x (1, 1) xx2 ( i ) —x (2, 1) xx3 (i ) —x (3 , 1) end figure ( 1 ) plot
t»o . 25 cf1:0 cf2zO; (tt,xxl, ' k- ' , t t, xx2 , t t xx3 , xlabel ( 'waktu (s) f ) ylabel (
1
simpangan ' ) gtext ( 'x 1 )
cf1z4 ; cf2-1
312
figure (2) plot (tt,yyl, , tt , yy2 , Et, yy2 , x label ( 'waktu (s) ' ) y label ( ' Kecepatan ) axis ( [0 5 -20 20] ) grid
Gambar 5,12
Gambar 5.13
waktu(s) 3. Suatu massa m ditumpu oleh 3 buah pegas, seperti ditunjukkan pada gambar berikut, yaitu pada posisi keseimbangan
statiknya. Kita asumsikan bahwa massa m bergerak pada bidang
gambar, dan m = I .5 kg, 400 N/m, 900 N/m dan =1200 N/m. Carilah:
314 b. Arah getar dalam mode utama.
Y
Gambar 5.14
Gambar 5,17
5.15
315 7. Tentukanlah persamaan getaran tidak terkopel untuk soal No. 6 dalam bentuk
koordinat normal.
Getaran Mekanik
316
BAB vı
ANALISIS GETARAN
DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ELEMEN HINGGA
6.1 Pendahuluan
Dengan berkembangnya kompleksitas struktur, metode klasik tidak lagi
mumpuni untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam proses desain.
Dengan semakin berkembangnya teknologi kompüter maka kita
memerlukan metode yang kompatibel dengan teknologi kompüter. Gagasan
dari metode elemen hingga adalah membagi suatu struktur yang kompleks
dan beşar menjadi ratusan hingga ribuan elemen, di mana tiap-tiap elemen
sfruktur tersebut merupakan bagian dari suatu struktur kontinu, kemudian
elemenelemen tersebut dirakit menjadi suatu kesatuan dalam bentuk matriks
dengan ukuran matriks yang sangat besar. Tentü saja perhitungan secara
manual tidak dapat dilakukan. Dengan bantuan kompüter, matriks dengan
ukuran beşar pun akan dapat dihitung dengan mudah.
u(x.t) —111
dan c, =tll
Kemudian dan c2 kita substitusikan pada persamaan 62, sehingga
diperoleh perpindahan aksial di sembarang titik sepanjang elemen
batang, yaitu:
(6.4)
319
Gambar 6.1
Persamaan 6.8 dapat disusun kembali dalam bentuk matriks: Elemen truss atau batang aksial 2 gaya adalah elemen yang mengalami
gaya aksial saja. Untuk batang aksial yang berada pada bidang xy, vektor
perpindahannya menjadi:
di mana
320 321
cos o O
0
0000
Persamaan (6.13) hanya berlaku pada elemen truss dengan orientasi sudut Persamaan di atas dapat kita sederhanakan
menjadi: V2o o
sin y COS 2/
0, sedangkan untuk matriks kekakuan dengan arah sudut orientasi sembarang dibutuhkan transformasi.(6.16)
yang mana {u} adalah matriks perpindahan dalam koordinat lokal dan [R] adalah matriks transformasi. Dengan
cara yang sama, juga berlaku:
Kemudian kita substitusikan persamaan 6.16 dan persamaan 6.17 pada persamaan 6.9 sehingga
diperoleh:
Dalam kasus ini dapat kita buktikan bahwa [R]-l = [R]T sehingga persamaan 6.18
menjadi:
Gambar 6.2
322
T
x
{0} = [ R I
yang dapat kita
sederhanakan, yaitu bahwa matriks kekakuan global adalah:
(6.20)
(6.21)
sehingga diperoleh matriks kekakuan global elemen truss bidang sebagai
berikut:
di mana c — cos dan c
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
(624)
di mana VI dan adalah perpindahan nodal dan dan 02 adalah rotasi nodal.
Dari persamaan 6.23 dan persamaan 6.24 kita peroleh:
v petpindahan lateral
e = Sudut rotasi nodal
= = Ol (6.25a)
dx
Gambar 6.3
(6,27)
324
(6.30) Persamaan 6.27 dapat dinyatakan dalam bentuk:
(1 u (x)
El El
d.r2 Seda
ngka atau u(x) =
d 3u (x) (1 2u (x)
El El n: di mana
(6.28
)
Sehingga diperoleh: (6.32)
El N adalah fungsi bentuk, dan {u} adalah vektor perpindahan.
FYI +6L01 -1>2 +6L02)
6.3 Penumnan Matriks Massa dan Kekakuan dengan
El
Menggunakan Fungsi Perpindahan
Ml + 4L01 -6V2 + 2L02)
Persamaan umum untuk energi kinetik elemen adalah:
El -6L01 + -6L02)
(6.29
El ) (6.33)
M2 + -6v2 + 41*02)
di mana
Persamaan 6.29 dalam bentuk matriks adalah:
= dan = (6.34) sehingga energi kinetik menjadi:
di mana
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
di
mana
(6.35)
-12
2È
326 327
[111] = J pA [N] T [N]dx (6.36) elemen aksial kita ulang dalam arah vertikal sehingga matriks massa elemen
fruss menjadi:
persamaan ini berlaku untuk elemen batang aksial dan elemen balok.
sebagai berikut:
(6.39)
sama seperti matriks kekakuan, matriks massa juga ditransformasikan dari(6.43) koordinat lokal ke koordinat global. Dari hasil transformasi koordinat tersebut dapat
dibuktikan bahwa matriks massa dalam koordinat lokal adalah sama dengan matriks massa dalam koordinat global.
010
2
2x3 2x2 x3
328
22L 54 -13L
13L -3L2
(6.42)
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
sehingga diperoleh: 12x
4 6x 6 12x
[k] [-1/ L 1/ L]dx sehingga
(6.45) 329
(6,46)
x2
20
Gambar 6.4 di mana
matriks vektor gaya dan perpindahan adalah:
di mana
di mana
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
0
dan (6.48)
Dengan mengkombinasikan matriks kekakuan elemen batang aksial
dengan matriks kekakuan elemen balok 4 derajat kebebasan diperoleh
matriks kekakuan elemen rangka 6 derajat kebebasan.
Dengan cara yang sama diperoleh matriks massa:
(6.50)
140
Synetric
Matriks kekakuan dan massa rangka bidang dalam koordinat global
diperoleh dengan melakukan transformasi koordinat matriks kekakuan
lokal elemen rangka, yang mana matriks transformasi tersebut dinyatakan
dalam bentuk:
C0
0
0
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
di mana rl = AL2 / I , karena matriks kekakuan sistem bersifat simetrik, maka + 156c- - 22Lc
2 2
140C +156cr 22LC
dalam hal ini Iq.
(6.52)
di mana:
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Contoh 6.1
Untuk menjelaskan pengglobalan matriks kekakuan elemen akan diberikan
contoh dengan gambar berikut ini.
Panjang elemen 3 = u
333
332
1
1
6.4 Merakit MaMks Kekakuan dan Massa Gambar 6.6
6.4.1 Maakit Mafriks Sfruktur Plane Truss Dari gambar terlihat bahwa node awal dari elemen I adalah node I dan
Sebelum menggabungkan matriks kekakuan elemen ke dalam matriks node akhir adalah node 2, dan pada elemen 2 terlihat node awal adalah
kekakuan global, matriks kekakuan tiap-tiap elemen harus node 2 dan node akhir adalah node 3, sedangkan pada elemen 3, node
ditransformasikan dahulu ke dalam sistem koordinat global.
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
awal adalah node I dan node akhir adalah node 3, yang dalam bentuk 3 1 3
tabelnya adalah sebagai berikut:
Pan • an Perlu diingat bahwa jumlah node pada struktur Gambar 6.6 adalah 3,
Elemen Node awal Node akhir Luas enam an
sedangkan derajat kebebasan tiap-tiap node 2 sehingga jumlah total
2 perpindahan jika struktur tersebut tanpa kondisi batas adalah 6. Dengan
2 demikian matriks perpindahan yang belum direduksi adalah:
2 3
Luas penampang tiap elerren = A
Gambar 6.5
Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Mekanik
334 Getaran Dengan demikian matriks kekakuan elemen I adalah: 0 0
—I
0
0 03
di mana sudut y = 900, maka cos = cx = 0; dan cy = I maka matriks kekakuan elemen 2 adalah:
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
AE c ľ cv
0
0
Perhatikan bahwa:
l. Node awal pada elemen 2 adalah node 2 dan ini berelasi
dengan dan , sehingga node awal mewakili matriks baris
dan kolom 3 dan 4.
Matriks kekakuan global elemen 3 didapat dengan mengingat:
2. Node akhir pada elemen 2 adalah node 3 dan ini berelasi
Node awal pada elemen 3 adalah node I dan ini berelasi dengan dan VI,
dengan dan v3, sehingga node akhir mewakili matriks baris
sehingga node awal mewakili matriks baris I dan 2, dan matriks kolom I dan
5 dan 6, dan matriks kolom 5 dan 6.
2.
2. Node akhir pada elemen 3 adalah node 3 dan ini berelasi dengan
dan v3, sehingga node akhir mewakili matriks baris 5 dan 6, dan matriks
336
Jadi matriks kekakuan global elemen 2 adalah: 337
0
Matriks kekakuan elemen 3
6.4.2 Maakit Matriks Kd«akuarł Gldnl
Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
35
kolom 5 dan
6.
338 Getaran Mekanik
k 341
+ k k
339
0
Elemen 3:
340
atau
Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
1 2 5 6 341
atau
atau
0.2357 0 0.8047 Jumlah derajat kebebasan yang belum dibatasi pada struktur adalah jumlah
node dikalikan jumlah derajat kebebasan tiap-tiap node.
Dengan demikian persamaan getaran bebas untuk struktur Yuss
Ukuran matriks kekakuan adalah jum]ah derajat kebebasan kali
tersebut adalah: jumlah derajat kebebasan.
Sebagai ilustrasi, perhatikan contoh berikut:
atau
2 3
Gambar 6.8
- -0.7867
0.4551 3.6411
1.1324
02 • 02 - 1.3744
-o.
2504
Getaran Mekanik
344 v6
ul , vl u2, v2
ul , vl u4, v4
u2,
v2 u5 ,v5
u5 ,v5
u3, v3 Penempatan Elemen 2
u2,
u5, v5
v2 Perhatikan bahwa node awal elemen I adalah l, yang terkait dengan ul
u6, v6
u2,
u6, v6 dan VI, dan node akhir terletak pada node 3 yang terkait dengan u3 dan
v2 u3
,v3
v3.
u5, Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
v5
u3,
v3
Karenajumlah node adalah 6 maka matriks kekakuan adalah 12 x
12.
Penempatan Elemen I
Perhatikan bahwa node awal elemen I adalah l , yang terkait dengan ul
dan VI, dan node akhir terletak pada node 2 yang terkait dengan u2 dan v2.
1+3+5+6
1 I
+3+5+
6+7+9 Dan matriks di atas dapat dipakai sebagai acuan dalam merakit matriks
kekakuan global:
11
2+344 2+3+4
13 13
2+3+4 2+3+4
4 4+5+7*'
4 22
4+547
+
kemudian
; k 34 — kt
346 Metode 347
Dengan cara yang sama akan diperoleh seluruh komponen mafriks kekakuan. Struktur tersebut akan kita bagi -
Untuk merakit matriks massa dapat dilakukan cara yang sama. menjadi dua elemen balok, di mana 6
masingmasing balok mempunyai 4
Contoh 6.2 L
derajat kebebasan.
Pada gambar berikut ditunjukkan suatu struktur balok yang terdiri dari dua buah
balok yang berbeda luas penampang dan momen inersia Iz, di mana Al = 2 A , A2 = 12
A , I| =81 dan I, = I . Tentukanlah:
Persamaan gerak sistem.
Frekuensi natural dan mode getarnya.
r
6 6
L L
2
- È
1
Gambar 6.9
2
Solusi
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
2È
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Elemen Hingga
4È
348
0
108
2È
Kita akan mereduksi matriks kekakuan dan matriks massa dengan meniadakan
4È -13L
baris/kolom l , 2 dan 5. Maka matriks massa dan kekakuan yang telah direduksi adalah:
-3E
-42L 6L
-42L 36È 2È dan
2È 4È
468 -22L
-22L 12È
-13L -3È
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Persamaan getaran bebas struktur adalah:
di mana
96 48L -96 48L 0 48L 32E -
48L 16È 0 El -96 -48L 108 -42L -
12 r 48L 16È -42L 36È
0 0 -1212
0 02È
Dengan cara yang sama kita rakit matriks massa, yaitu dengan langkah
sebagai berikut:
Jika struktur pada Gambar 6.10 dimodifikasi dengan penambahan pegas, 1 F 12x10 Á 1=0.03
bagaimana cara merakit matriks massa dan kekakuan, dan juga mencari
frekuensi natural stmktur tersebut?
1 2= 15x 10 -6 A F 0.04 2
Tentukanlah:
Persamaan gerak sistem, frekuensi natural dan mode getar sistem.
Fungsi respons frekuensi akibat gaya eksitasi I N dalam arah x pada node 2.
Gambar 6.11
Solusi
Untuk kasus ini perubahan yang terjadi hanya perubahan matriks
kekakuan. Kekauan pegas tambahan terkait dengan perpindahan v2 2 nt
sehingga penambahan kekakuan akibat kekakuan pegas adalah pada
komponen matriks yang terkait dengan perpindahan v2, maka: 6.12
Solusi
[1<1-4 Kita tentukan dahulu nomor elemen dan kondisi batas, node I dan node 4,
terkekang dalam senwa arah.
= é-
Metode 351
Contoh 6.4 2
Pada gambar berikut ini ditunjukkan suatu struktur frame dengan data-data
sebagai berikut:
2 -6 4 2
Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
352 353
Getaran Mekanik
x 10 1 3.6 x
Elemen I
9.6 x 10'
Elemen 2
0
3.6x/(P
3.6x106
-3.6 x -3.6
3.6x106
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Elemen 3
435.017/ / 4.2629 8/.7/43
-1.5349x 109 2.3 x m' ı. 1535 x ıo 1.5349x HY
l 28.9714 /4.2629 444.5257 12 257/
2.4x/06—3.6 x
-o. (1288 - 0.32/ 26.382 o. 438 -9.559 ().4522 -
78 0 34.5 -1.813 ı 0.0832 .0005 (1.336 4.817 -0.8404
49. ()286 21.405 -1.692 —4. 738 0.1813
60./7/4 -28.97/4 0.97.35
-5.65 -0.1478 -0.4686
35.657/ -2,3 0.8558
28.97/4 -13.37/4 -ı.7x/O”
Kemudian kita rakit matriks kekakuan dan kemudian matriks tersebut kita
redüksi berdasarkan kondisi batas geometrik, sehingga matriks kekakuan globalnya
adalah:
Pada gambar berikut ditunjukkan respons sistem akibat gaya I N arah
horizontal pada node 2, dengan mengasumsikan tidak ada redaman struktur.
i
Frekwensi,rad s
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
Frekwensi, rads
Frekyensi, rad/s
Gambar 6.13 Responsfrekuensi dengan redaman nol Gambar 6.14 Responsfrekuensi dengan redapnan K
Sedangkan kenyataannya bahwa pada struktur selalu ada redaman Dari kurva FRF tersebut dapat kita pahami bahwa operasi suatu mesin rotari
struktural, yang dalam hal ini kita asumsikan bahwa redaman struktural berada di atas frekuensi natuml pellamanya.
adalah c K disp( t Contoh Soal Bab 7 , Metode Elemen Hingga )
disp( ' 01 eh : Ramses Y Hutahaean ) clear all
cl f
*Matriks Massa
Frekwensi, radis
Getaran Mekanik Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
13 .3714 ; 357
subplot (211 ) semi logy , xxl ) x label ( ' Frekuensi, rad/ s ' )
y label ( 'Respons arah horizontal node 2 grid subplot (212
) semi logy (ww , xx2 ) x label ( 'Frekuensi, rad/ s ' ) y label
( 'Respons arah vertikal node 2 ) grid
8Matriks kekakuan
356
disp
di sp clear % Data
kekakuan Material syms r A E
*AS-I O; % AS=1uas penampang
AS-A;
Massa Jenis rho=r ;
Y (i)=input
end for
1=1: NN k22 ; k33=k11 ; k34=k12 ; k44=k22 ; k21=k12 ; k31=k13 ;
[ ' kondisi nodal ke num2str(i) ] k32=k14 ; k43=k34;
[ ' tekan 1 = bebas, tekan 0 terkekang Matriks Massa
JH(i) =input ( ' arah horizontal ? '
JV (i) =input ( arah vertikal ? ' ml 1=2 ; ml ; ml 3 ; ml 4=0; end m22=2 *rho 6 ; m23=0; 6 ;
N2=O; m33=2 *L/ 6 ; m34=0 ; m44=2 *rho *AS *L/ 6; for 1=1: NN; m21=m12 ; m31 =m13 ; m3 2 =m23 ; m41=m14 ; m42 =m24 ; m43
=m34 ;
for :NF
% Panjang tiap-tiap elemen Merakit Matriks massa
PI=PNI (FF
P2=PN2 (FF
P3=PN1 (LL
P4=PN2 (LL(i) ) ; bN(p3 , P2) -MM (P3 , P2 ) +m32;
Matriks kekakuan t i ap e 1 emen adalah P3) +11133 ;
MM(P3, P4) +m34 ;
Getaran Mekanik
Anatisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga 361
Gambar 6.15
3. Pada gambar berikut ditunjukkan suatu struktur yang merupakan kombinasi dari frame dan truss. Turunkanlah matriks kekakuan dan matriks nnassa struktur tersebut.
Turunkan juga persamaan getaran bebas struktur tersebut.
Gambar 6.16
end
for i=1:NP
for j=1:NP
for i=1:NP
D ( i) =sqrt (D (i, i) ) ;
end disp ' Frekuensi Natural
adalah
10E11 150
I—
el
50 Inm
50 Inm
Penajnpang AA Penmnpang BB
Gambar 6.17
Gambar 6.18
6. Pada gambar berikut ini ditunjukkan suatu struktur dengan E = 2 x 10 11
Analisis Getaran dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga 363
N/ . Carilah frekuensi natural struktur tersebut dengan memodelkan
struktur menjadi 4 buah struktur beanl, dan kemudian memodelkan
juga menjadi 10 model beam. Bandingkan hasilnya. 7. Pada gambar berikut ini ditunjukkan suatu struktur frame. Datadatanya
adalah sebagai berikut:
-6
nr A 0.02 m
= 1.2 DE = 1
Tentukanlah:
Getaran
Gambar 6.19
364 Getaran Mekanik
DAFFAR PUSTAKA
BIODATA
Ramses Yohannes Hutahaean