Disusun oleh :
Maulana Kamil
(2104102010101)
KATA PENGANTAR
Tugas Elemen Mesin II merupakan salah satu tugas akademik pada Fakultas
Teknik Universitas Siyah Kuala, Program Studi Teknik Mesin yang telah
ditetapkan pada kurikulumnya. Tugas yang saya susun adalah Perancangan
Transmisi.
Karena saya masih dalam status menuntut ilmu dan belum banyak ilmu
pengetahuan yang kami miliki untuk menjalankan tugas perancangan ini sehingga
masih jauh dari kata sempurna dan juga terdapat kekurangan.
Terimakasih banyak kami berikan kepada Ir.Asbar Razali. M.T, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini, dan tak lupa pula kepada rekan-rekan serta bebagai
pihak yang telah memberikan bantuan dan saran kepada saya.
MAULANA KAMIL
(2104102010101)
BAB I
PENDAHULUAN
Transmisi adalah sebuah komponen yang terdapat pada mesin dan berfungsi
untuk mengubah kecepatan serta tenaga putar. Kecepatan dan tenaga putar yang
didapat dari mesin pada roda tersebut yang akan digunakan untuk menggerakkan
kendaraan.
DASAR TEORI
1) Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk
atau sproket rantai, dil.
2) Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat
yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk
serta ukurannya harus teliti.
3) Gandar
Merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir, fungsinya
hanya sebagaipenahan beban, biasanya tidak berputar. Contohnya seperti
yang dipasang padaroda-roda kereta barang, atau pada as truk bagian depan.
b. Pasak kepala
Pasak kepala ini sama dengan pasak memanjang ditambah
kepala,yang berguna memudahkan membuka dan memasang
pasak tersebut.
c. Pasak tembereng
Pasak ini banyak digunakan pada mesin perkakas dan kendaraan.
Keunggulannya adalah cocok untuk poros dan hub tirus, kekurangannya
perlu lubang yang dalam pada poros yang akanmelemahkan poros.
d. Pasak Pelana
Pasak pelana terpasang pada alur pada hub, tapi hanya menempel
pada permukaan poros. Pasak ini hanya bekerja berdasarkan gesekan saja,
danhanya cocok untuk beban ringan saja.
e. Spline
Spline adalah pasak yang terintegrasi dengan poros, sehingga bentuk
porosnya bergerigi alur pada hub disesuaikan dengan gerigi poros
2.3 Pengertian Bantalan
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik.
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas. Pada bantalan luncur tidak ada elemen lain
antara bantalan dengan bagianyang bergerak.Bantalan ini dipakai pada
poros-poros yang berputar dengan kecepatantinggi dan contoh
pemakaiannya adalah pada poros engkol (crankshaft).
2) Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding merupakan salah satu elemen mesin yang
memiliki peran penting pada mesin di mana memiliki fungsi untuk
mengurangi besarnya gaya gesek yang ditimbulkan oleh poros saat
berputar.
Jika kita membandingkan alat transmisi daya lainnya seperti tranmisi dan
sabuk, roda gigi mempunyai keunggulan tahan lama dengan efisiensi yang sangat
tinggi. Tapi kekurangan roda gigi adalah harganya yang relatif lebih mahal.
2.4.1 Klasifikasi Roda Gigi
Roda gigi diklasifikasikan sebagai berikut :
Lingkaran Puncak (pitch circle) adalah suatu lingkaran teoritis terhadap mana
semua perhitungan biasanya didasarkan lingkar puncak dari sepasang roda gigi
biasanya berpasangan adalah salingberisinggungan satu terhadap yang lain.
Jarak lengkung puncak (circular pitch) adalah jarak yang diukur pada lingkaran
puncak dari satu titik pada sebuah roda gigi ke suatu titik yang berkaitan pada
gigi diesebelahnya. Jadi jarak lengkung puncak sama dengan jumlah tebal gigi
(tooth thickness) ditambah lebar antara (width of space).
Module (module) “m” adalah perbandingan antara diameter puncak dengan
jumlah gigi pada roda gigi. Satuan panjang yang biasa dipakai adalah
milimeter.
Puncak diametral (diametral pitch) “P” adalah perbandingan antara jumlah gigi
pada roda gigi dengan diameter puncak. Biasanya menggunakan satuan inch
karna hanya dipakai di sistem british.
Addendum “a” adalah jarak radial antara bidang atas (top line) dengan
lingkaran puncak.
Dedendum “b” adalah jarak radial dari bidang bawah (bottom line) ke
lingkaran puncak.
Tinggi keseluruhan (whole depth) “ht” adalah jumlah addendum dan
dedendum.
Lingkaran kebebasan (clearence circle) adalah lingkaran yang bersinggungan
dengan lingkaran addendum dari pasangan roda gigi tersebut.
Kebebesan (clearence) adalah besaran yang disediakan dedendum bagi
addendum dari roda gigi pasangannya.
Kibas-panggung (bock-ash) adalah besaran yang diberikan oleh lebar antara
dari satu roda gigi kepada tebal gigi dari roda gigi pasangannya diukur dari
lingkaran puncak.
Sudut tekan (pressure angel) adalah garis yang dibentuk dari kemiringan dari
sisi kepala gigi.
Kedalaman total (total depth) adalah jumlah dari addendum dan dedendum.
Tebal gigi (tooth thickness) adalah lebar gigi sepanjang lingkaran pitch.
Puncak dari roda gigi kerucut diukur pada ujung besar dari gigi, dan
kedua puncak lengkung dan diameter puncak dihitung dengan cara yang sama
seperti pada roda gigi lurus. Sudut puncak ditetapkan oleh pertemuan kerucut
pada puncaknya.
4. Roda Gigi Cacing
Dalam menetapkan puncak dari susunan roda gigi cacing adalah biasa
menyatakan puncak aksial (axial pitch) dari cacing. Jarak lengkung puncak pada
arah melintang (transverse circular pitch) Pt yang sering disederahankan dengan
sebutan puncak lengkung dari roda pasangnnya. Harga ini sama bila sudut
porosnya 90°. Diameter puncak (dG) dari roda gigi adalah diameter yang diukur
pada suatu bidang yang melalui sumbu cacing
Karena ini tidak berkaitan dengan jumlah gigi, cacing bisa mempunyai
diameter puncak mana saja, begitupun diameter ini harus sama seperti diameter
puncak dari alat hobbing yang dipakai untuk memotong gigi roda gigi tersebut.
Pada umumnya, diameter puncak dari cacing harus dipilih sehingga jatuh dalm
daerah di mana C adalah jarak pusatnya. Perbandiangan ini muncul untul
menghasilkan kapasitas daya susunan roda gigi yang optimum.
Bentuk roda gigi cacing belum distandarisasikan secara luas karna
kebutuhannya tidak terlalu banyak. Sudut tekan yang dipakai tergantung pada
sudut masuk dan haruslah cukup besar untuk menghindarkan kurang-potong dari
gigi roda gigi cacing tersebut pada sisi di mana persinggungan berakhir.
Kedalaman gigi yang memuaskan, yang tetap kira-kira pada berbanding lurus
degan sudut masuk bisa didapat dengan membuat kedalaman yang berbanding
lurus dengan puncak lengkun aksial.
Sudut masuk, λ Sudut tekan Φ Addendum Dedendum
derajad derajad
0 – 15 14,5 0,3683 px 0,3683 px
15 – 30 20 0,3683 px 0,3683 px
30 – 35 25 0,2865 px 0,3314 px
35 – 40 25 0,2546 px 0,2947 px
40 - 45 30 0,2228 px 0,2578 px
Tabel 2.2 Sudut Tekan dan Kedalaman Gigi yang Disarankan Untuk Roda Gigi
πd
t=
z
Jadi, jarak bagi lingkarna dalah keliling lingkarann dibagi dengan jumlah
gigi. Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi
lingkaran tersebut.Namun, Karena jarak bagi lingkaran selalu mengandung factor,
pemakaiannya sebagai ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Untuk mengantasi
hal ini, diambil suatu ukuran yang disebut “modul” dengan lambing m, dimana:
d
m=
z
Dengan cara ini, m dapat ditentukan sebagai bilangan bulata atau bilangan
pecahan 0,5 dan 0,25 yang lebih praktis. Juga karena :
π ×m=t
Cara lain untuk menyatakan ukuran gigi ialah dengan “jarak bagi diametral
“Dalam hal ini diameter lingkaran jarak bagi di ukur inch, maka jarak bagi
diametral DP adalah jumlah gigi per inch diameter tersebut. Jika diameter jarak
bagi dinyatakan d' (in), maka :
DP=
z 1
()
d' ¿
Dengan persamaan ini dapat dilihat bahwa jika DP kecil, berarti giginya
besar.Sebagian besar gigi dari Amerika atau Eropa dinyatakan dengan harga DP
tersebut. Adapun hubungan antara DP dan m adalah sebagai berikut :
25 , 4
m=
DP
n 2 d 1 m. z 1 z 1 1
u= = = = =
n 1 d 2 m. z 2 z 2 1
Harga I, yaitu perbandingan antara junlah gigi pada roda gigi dan pada
pinyon, disebut perbandingan roda gigi atau perbandingan transmisi.
Perbandingan ini dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal roda gigi lurus standar, dan
dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala.
BAB III
DASAR PERANCANGAN
3.1 Perancangan Poros
3.1.1 Penentuan nilai faktor koreksi dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
3.1.2 Daya yang akan direncanakan dalam perhitungan poros dapat dihitung :
Pd =f c × P
√
d s= 3
5,1
KC T
τa t b
3.1.6 Bahan atau material poros dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini :
Tabel 3.2 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
untuk poros
Putaran poros ( n 1)
2 ×a × i
d 2=
1+i
d2
z 2=
m
d o 2=z 2 ×m
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
3.3.24 Bahan poros yang telah dihitung untuk kedua roda gigi
3.3.25 Analisis kelayakan
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN
4.1.1 Poros
Terdapat tiga poros yang bekerja di transmisi mobil yang akan di rancang.
Poros input berfungsi menerima putaran dari mesin. Poros counter berfungsi
sebagai tempat dudukan counter gear yang akan mereduksi putaran dari poros
input. Poros output berfungsi sebagai penerima putaran dari roda gigi lalu
meneruskannya ke propeler.
4..1.2 Bearing
Bearing berfungsi menjaga poros agar tidak langsung bergesekan dengan
dudukan badan gearbox.
T =( 9 , 74 ) ( 105 ) ( 4200
104
)
T =24118 ,09 Kg . mm
4. Penentuan bahan poros
Bahan : SFNCM 65S
Kekuatan tarik σ b : 66 kg.mm 2
Safety Factor ( sf 1 dan sf 2) : 6,0 dan 3,0
Safety factor sesuai dengan bahan S-C.
5. Perhitungan tegangan geser yang diizinkan τ a
τb
τ a=
sf 1 × sf 2
2
66 kg . mm
τ a=
6 , 0 ×3 , 0
2
τ a=3 , 6 kg . mm
d s= 3
√ 5,1
KC T
τa t b
d s= 3
√ 5,1
3 , 6 kg . mm 2
(1 , 2 ) ( 1 )( 24118 , 09 Kg . mm )
T
τ =5 ,1 3
ds
24118 , 09
τ =5 ,1 3
30
2
τ =4 ,55 kg . mm
10. Dengan mempertimbangkan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan yang diizinkan maka poros dinyatakan aman.
2
τ =4 ,55 kg . mm
2
τ a=3 , 6 kg . mm
Daya : 104 kW
Diameter poros : 30 mm
4.2.2 Roda Gigi Percepatan 1
Data yang diperoleh sebelumnya adalah :
1. Direncanakan :
Daya yang akan ditransmisikan (P) = 104 kW
Putaran poros (n1) = 4200 rpm
Perbandingan reduksi percepatan 1 (i1) = 4,313
Jarak sumbu poros yang direncanakan (a) = 150 mm
Sudut tekan (α) = 20°
2. Penentuan faktor koreksi (fc) = 1,2
3. Perhitungan daya rencana ( Pd )
Pd =f c × P
Pd =1 ,2 ×104
Pd =124 , 8 kW
2ai
d 2=
1+i
( 2 ) ( 140 ) ( 4,313 )
d 2=
1+ 4,313
d 2=245 , 4 mm
5. Dari diagram pemilihan modul, dipilih
m=4
α 0=20 °
6. Perhitungan jumlah gigi z 1 dan z 2
d1
z 1=
m
56 ,5
z 1=
4
z 1=14 , 1 Maka dipilih 14
d2
z 2=
m
245 , 4
z 2=
4
z 2=61 , 35 Maka dipilih 61
7. Perhitungan perbandingan roda gigi ( i )
z2
i=
z1
48
i=
11
i=4,363(mendekati i yang direncanakan pada brosur mobil yaitu 4,313)
8. Perhitungan diameter lingkaran jarak bagi d o 1 dan d o 2
d o 1=z 1 ×m
d o 1=11× 4
d o 1=44 mm
d o 2=z 2 ×m
d o 2=48 × 4
d o 2=192 mm
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
d k 2= ( 48+2 ) ( 4 )
d k 2=204 mm
13.Perhitungan diameter kaki ( d f 1 )dan ( d f 2 )
Kekerasan ( H B 1 ) = 293
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
F b 2=( 90 ) ( 5 ) ( 0,408 ) ( 0 , 27 )
F b 2=49 , 57 kg /mm
21.Perhitungan beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar ( F H )
2 z2
F H =K H × d 01
z 1+ z 2
2 ( 48 )
F H =0,130× 55
11+ 48
F H =11 ,6 kg/mm
22. Penentuan harga F minimum diambil adalah F H =11 ,6 kg/mm2 =Fmin
23. Perhitungan lebar sisi ( b )
b=F t / F min
b=( 777 ) / ( 11, 6 )
b=66 mm , maka dipilih50 mm
24. Bahan poros yang telah dihitung untuk kedua roda gigi
Bahan : SFNCM 110S
Diameter poros : 30 mm
25. Analisa kelayakan
b /m=55/5=¿11
d /b=66 /30=¿2,2
1. Direncanakan :
Daya yang akan ditransmisikan (P) = 102 kW
Putaran poros (n1) = 5600 rpm
Perbandingan reduksi percepatan 2 (i2) = 2,330
Jarak sumbu poros yang direncanakan (a) = 150 mm
Sudut tekan (α) = 20°
2. Penentuan faktor koreksi (fc) = 1,2
3. Perhitungan daya rencana ( Pd )
Pd =f c × P
Pd =1 ,2 ×103
Pd =123 , 6 kW
d2
z 2=
m
209 , 9
z 2=
5
z 2=41 , 98 Maka dipilih 42
d o 2=z 2 ×m
d o 2=42 ×5
d o 2=210 mm
9. Perhitungan jarak sumbu poros ( α 0 )
d o 1 +d o 2
α 0=
2
90+210
α 0=
2
α 0=150 mm
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
d k 2= ( 42+2 ) ( 5 )
d k 2=220 mm
13. Perhitungan diameter kaki ( d f 1 )dan ( d f 2 )
d f 1=( z 1−2 ) ( m )−( 2 ) ( C k )
d f 1=( 18−2 )( 5 ) −( 2 ) (1 , 25 )
d f 1=77 , 5 mm
d f 2=( z 2−2 ) ( m )−( 2 ) ( C k )
d f 2=( 42−2 ) (5 )−( 2 ) ( 1 ,25 )
d f 2=197 , 5 mm
Kekerasan ( H B 1 ) = 293
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
F b 2=( 90 ) ( 5 ) ( 0,369 ) ( 0 , 27 )
F b 2=44 , 83 kg/mm
21. Perhitungan beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar ( F H )
2 z2
F H =K H × d 01
z 1+ z 2
2 ( 42 )
F H =0,130× 90
11+42
1. Direncanakan :
Daya yang akan ditransmisikan (P) = 102 kW
Putaran poros (n1) = 5600 rpm
Perbandingan reduksi percepatan 2 (i2) = 1,436
Jarak sumbu poros yang direncanakan (a) = 150 mm
Sudut tekan (α) = 20°
2. Penentuan faktor koreksi (fc) = 1,2
3. Perhitungan daya rencana ( Pd )
Pd =f c × P
Pd =1 ,2 ×103
Pd =123 , 6 kW
d2
z 2=
m
176 , 84
z 2=
5
z 2=35 , 36 Maka dipilih 35
7. Perhitungan perbandingan roda gigi ( i )
z2
i=
z1
35
i=
24
i=1,458(mendekatii yang direncanakan pada brosur mobil yaitu1,436)
8. Perhitungan diameter lingkaran jarak bagi d o 1 dan d o 2
d o 1=z 1 ×m
d o 1=24 ×5
d o 1=120 mm
d o 2=z 2 ×m
d o 2=35× 5
d o 2=175 mm
9. Perhitungan jarak sumbu poros ( α 0 )
d o 1 +d o 2
α 0=
2
120+175
α 0=
2
α 0=147 , 5 mm
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
d k 2= (35+ 2 )( 5 )
d k 2=185 mm
13. Perhitungan diameter kaki ( d f 1 )dan ( d f 2 )
d f 1=( z 1−2 ) ( m )−( 2 ) ( C k )
d f 1=( 24−2 ) ( 5 )−( 2 ) ( 1 ,25 )
d f 1=107 , 5 mm
Kekerasan ( H B 1 )= 293
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
F b 2=( 90 ) ( 5 ) ( 0,371 ) ( 0 ,27 )
F b 2=45 kg /mm
21. Perhitungan beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar ( F H )
2 z2
F H =K H × d 01
z 1+ z 2
2 ( 35 )
F H =0,130× 120
24 +35
F H =18.5 kg /mm
1. Direncanakan :
Daya yang akan ditransmisikan (P) = 102 kW
Putaran poros (n1) = 5600 rpm
Perbandingan reduksi percepatan 2 (i2) = 1,000
Jarak sumbu poros yang direncanakan (a) = 150 mm
Sudut tekan (α) = 20°
2. Penentuan faktor koreksi (fc) = 1,2
3. Perhitungan daya rencana ( Pd )
Pd =f c × P
Pd =1 ,2 ×103
Pd =123 , 6 kW
2ai
d 2=
1+i
( 2 ) ( 150 ) (1,000 )
d 2=
1+1,000
d 2=150 mm
d2
z 2=
m
150
z 2=
5
z 2=30 Maka dipilih 30
d o 2=z 2 ×m
d o 2=30× 5
d o 2=150 mm
9. Perhitungan jarak sumbu poros ( α 0 )
d o 1 +d o 2
α 0=
2
150+150
α 0=
2
α 0=150 mm
10. Penentuan kelonggaran puncak ( C k )
C k =0 , 25 ×m
C k =0 , 25 ×5
C k =1 , 25 mm
11. Penentuang kelonaggaran sisi ( C )
C=0
12. Perhitungan diamater kepala ( d k1 ) dan ( d k2 )
d k 1=( z 1 +2 ) ( m )
d k 1=( 30+ 2 )( 5 )
d k 1=160 mm
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
d k 2= (35+ 2 )( 5 )
d k 2=160 mm
13. Perhitungan diameter kaki ( d f 1 )dan ( d f 2 )
Kekerasan ( H B 1 )= 293
F b 1= ( σ a ) ( m ) ( Y 1 ) ( f v )
F b 1=( 90 ) ( 5 ) ( 0,359 ) ( 0 , 27 )
F b 1=43 , 49 kg/mm
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
F b 2=( 90 ) ( 5 ) ( 0,359 ) ( 0 , 27 )
F b 2=43 , 49 kg/mm
21. Perhitungan beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar ( F H )
2 z2
F H =K H × d 01
z 1+ z 2
2 ( 30 )
F H =0,130× 150
30+30
F H =19.5 kg /mm
1. Direncanakan :
Daya yang akan ditransmisikan (P) = 102 kW
Putaran poros (n1) = 5600 rpm
Perbandingan reduksi percepatan 2 (i2) = 0,838
Jarak sumbu poros yang direncanakan (a) = 150 mm
Sudut tekan (α) = 20°
2. Penentuan faktor koreksi (fc) = 1,2
3. Perhitungan daya rencana ( Pd )
Pd =f c × P
Pd =1 ,2 ×103
Pd =123 , 6 kW
2ai
d 2=
1+i
( 2 ) ( 150 ) ( 0,838 )
d 2=
1+0,838
d 2=136 ,77 mm
d2
z 2=
m
136 ,77
z 2=
5
z 2=27 , 3 Maka dipilih 27
d o 2=z 2 ×m
d o 2=27 ×5
d o 2=135 mm
9. Perhitungan jarak sumbu poros ( α 0 )
d o 1 +d o 2
α 0=
2
160+135
α 0=
2
α 0=147 , 5 mm
10. Penentuan kelonggaran puncak ( C k )
C k =0 , 25 ×m
C k =0 , 25 ×5
C k =1 , 25 mm
11. Penentuang kelonaggaran sisi ( C )
C=0
12. Perhitungan diamater kepala ( d k1 ) dan ( d k2 )
d k 1=( z 1 +2 ) ( m )
d k 1=( 32+2 )( 5 )
d k 1=170 mm
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
d k 2= (27 +2 ) (5 )
d k 2=145 mm
13. Perhitungan diameter kaki ( d f 1 )dan ( d f 2 )
Kekerasan ( H B 1 )= 293
F b 1= ( σ a ) ( m ) ( Y 1 ) ( f v )
F b 1=( 90 ) ( 5 ) ( 0,371 ) ( 0 ,27 )
F b 1=45 , 07 kg /mm
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
F b 2=( 90 ) ( 5 ) ( 0,349 ) ( 0 , 27 )
F b 2=42 , 4 kg/mm
21. Perhitungan beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar ( F H )
2 z2
F H =K H × d 01
z 1+ z 2
2 (27 )
F H =0,130× 160
32+27
F H =19 , 03 kg /mm
1. Direncanakan :
Daya yang akan ditransmisikan (P) = 102 kW
Putaran poros (n1) = 5600 rpm
Perbandingan reduksi percepatan 2 (i2) = 4,220
Jarak sumbu poros yang direncanakan (a) = 150 mm
Sudut tekan (α) = 20°
2. Penentuan faktor koreksi (fc) = 1,2
3. Perhitungan daya rencana ( Pd )
Pd =f c × P
Pd =1 ,2 ×103
Pd =123 , 6 kW
2ai
d 2=
1+i
( 2 ) ( 150 ) ( 4,220 )
d 2=
1+ 4,220
d 2=242 , 52 mm
d2
z 2=
m
242 ,52
z 2=
5
z 2=48 ,5 Maka dipilih 48
d o 2=z 2 ×m
d o 2=48 ×5
d o 2=240 mm
9. Perhitungan jarak sumbu poros ( α 0 )
d o 1 +d o 2
α 0=
2
60+240
α 0=
2
α 0=150 mm
10. Penentuan kelonggaran puncak ( C k )
C k =0 , 25 ×m
C k =0 , 25 ×5
C k =1 , 25 mm
11. Penentuang kelonaggaran sisi ( C )
C=0
12. Perhitungan diamater kepala ( d k1 ) dan ( d k2 )
d k 1=( z 1 +2 ) ( m )
d k 1=( 12+2 )( 5 )
d k 1=70 mm
d k 2=( z2 +2 ) ( m )
d k 2= ( 48+2 ) ( 5 )
d k 2=150 mm
13. Perhitungan diameter kaki ( d f 1 )dan ( d f 2 )
Kekerasan ( H B 1 )= 293
F b 1= ( σ a ) ( m ) ( Y 1 ) ( f v )
F b 1=( 90 ) ( 5 ) ( 0,245 ) ( 0 , 27 )
F b 1=27 , 56 kg /mm
F b 2= ( σ a ) ( m ) ( Y 2 ) ( f v )
F b 2=( 90 ) ( 5 ) ( 0,408 ) ( 0 , 27 )
F b 2=45 , 9 kg /mm
21. Perhitungan beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar ( F H )
2 z2
F H =K H × d 01
z 1+ z 2
2 ( 48 )
F H =0,130× 60
12+ 48
2
F H =12 , 69 kg /mm
KESIMPULAN