Anda di halaman 1dari 39

TRIYONO WIBOWO

112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I



TEKNIK MESIN - ITI 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tugas Perencanan Elemen Mesin I ini merupakan pengaplikasian dari materi
kuliah ke dalam permasalahan yang sebenarnya. Didalam Laporan ini berisi tentang
penentuan bahan dan dimensi dari poros propeller suatu truk berkapasitas 5 Ton
dengan pembanding Hino Dutro 110 SD. Penentuan bahan ini dilakukan untuk
dijadikan tolak ukur sebagai bahan pertimbangan, bahan pertimbangan ini
berdasarkan dengan beberapa teori dasar dan hasil dari analisa serta kesimpulan
yang diperoleh dari hasil percobaan.
Poros merupakan salah satu elemen mesin yang memegang peranan penting
sebagai penerus daya bersama-sama dengan putaran. Oleh karena itu poros harus
dirancang melalui suatu perhitungan sesuai dengan beban yang akan dialaminya.
Pemilihan bahan yang digunakan sebuah komponen akan menjadi pertimbangan
yang mendasar untuk menentukan dimensi sebuah poros yang akan menerima
pembebanan.
Dalam hal ini penulis mengambil judul poros propeller, dikarenakan penulis
telah mengetahui hal-hal yang apa saja yang dibutuhkan untuk merancang ulang
poros tersebut dan telah mengetahui peran penting dari poros gardan.
Sebenarnya alat ini tidak hanya digunakan pada truk saja, akan tetapi alat ini
digunakan disemua mobil bahkan kereta api pun menggunakan alat ini sebagai
penerus daya yang mengalami beban puntir murni.
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan poros propeller ini,
diantaranya adalah penentuan bahan, dimensi yang sesusai, kegunaanya dan lain-
lain. Tetapi dalam makalah ini hanya memusatkan pembahasan pada perancangan
untuk komponen-komponen dari poros ini.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 2

Beban yang bekerja pada poros umumnya adalah beban berulang, jika poros
tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya maka akan terjadi kejutan
pada saat mulai atau sedang berputar. Beban tersebut dapat dianalisa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan teori yang tersirat dalam laporan
ini.
Dalam pelaksanaan suatu tugas perencanaan elemen mesin diperlukan usaha
yang sungguh-sungguh untuk menunjang keberhasilan suatu perancangan.
Selanjutnya diperlukan pula dasar-dasar perancangan serta pengalaman, sehingga
dapat dihasilkan rancangan elemen mesin yang cukup berkualitas dan dapat
dipertanggung jawabkan. Hal ini semua diperlukan karena mengingat banyak sekali
faktor yang harus dipertimbangkan, baik dari segi fungsi, kegunaan, konstruksi,
maupun segi keamanan.

1.2 Tujuan Perancangan
Pada Tugas Perencanan Elemen Mesin I ini akan dibahas penentuan dimensi
utama poros propeller suatu truk berkapasitas 5 Ton. Tujuan yang akan dicapai
adalah untuk menghitung :
dimensi poros
dimensi universal joint
Dimana perancangan dilakukan sesuai dengan jenis bahan dan pembebanan yang
dialami.

TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 3

1.3 Metodologi
Metodologi penyusunan yang dipakai adalah Metodologi Deskriptif yang
teknik operasionalnya sebagai berikut :
Observasi : Pengamatan secara langsung elemen-elemen atau komponen
propeller sebagai studi komparatif dari studi literatur yang telah didapat saat
kuliah dengan kenyataan sebenarnya.
Interview : Tanya jawab atau wawancara dengan orang-orang yang lebih
mengetahui secara teknis seputar poros gardan.
Studi Literatur : Mempelajari literatur yang berhubungan dengan masalah
terkait yang didapat dari dokumen-dokumen, buku-buku ataupun internet
sebagai referensi.

1.4 Ruang Lingkup Kajian
Dalam laporan ini ada batasan masalah yang meliputi parameter-parameter
sebagai berikut :
- tegangan geser yang diijinkan
- momen puntir poros
- dimensi poros
- tegangan geser yang terjadi pada poros
- tegangan lentur yang diijinkan
- momen lentur universal joint
- dimensi universal joint
- tegangan lentur yang terjadi pada universal joint


TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 4

1.5 Sistematika Pembahasan
BAB I : Pendahuluan, memberikan gambaran latar belakang dipilihnya
poros sebagai obyek perancangan.
BAB II : Landasan Teori, teori dasar tentang poros berdasarkan jenis
pembebanannya, menjelaskan hal-hal yang penting dalam
perencanaan berupa penurunan rumus serta bahan-bahan yang
biasa digunakan untuk pembuatan poros dan cara kerja dari poros
itu sendiri.
BAB III : Perhitungan, membahas perhitungan dalam perancangan.
BAB IV : Penutup, membahas analisa dan kesimpulan dari hasil
perancangan














TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prinsip Kerja Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Poros propeller atau yang disebut juga poros gardan bekerja untuk
meneruskan daya putaran dari transmisi ke diferensial dalam keadaan tidak dalam
satu garis lurus. Dan putaran diteruskan dari transmisi ke poros propeller dan dari
poros propeller ke diferensial melalui universal joint, universal joint berfungsi untuk
meneruskan daya putaran yang dalam keadaan tidak satu garis.
2.1.1 Klasifikasi Poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
Poros Transmisi
Poros tersebut mendapat beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai dan lainlain. Contoh
pada mesin yang mengalami beban puntir murni yaitu gardan.

Gambar 2.1 Poros Propeller
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 6


Gambar 2.2 Poros Roda Gigi
Poros Spindel
Poros spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek,
seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya
berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
kecil, sebab apabila deformasinya besar benda kerja tidak akan
silindris. Serta bentuk dan ukuran harus teliti. Poros spindel
berhubungan langsung dengan benda kerja.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 7


Gambar 2.3 Poros Spindel
Poros Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang,
dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang
tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya
mendapat beban lentur, kecuali digerakkan oleh penggerak
mula dimana mengalami beban puntir juga. Menurut
bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum,
poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain-
lain. Poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat
kebebasan dari perubahan arah, dan lain-lain.

Gambar 2.4 Poros Roda Kereta Api



TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 8

2.1.2 Poros Propeller Pada Kendaraan
Poros propeller memindahkan tenaga dari transmisi ke diferensial
transmisi yang umumnya terpasang pada rangka sasis, sedangkan diferensial
dan sumbu belakang disangga oleh suspensi sejajar dengan roda belakang.
Oleh sebab itu posisi diferensial terhadap transmisi selalu berubah-ubah pada
saat kendaraan berjalan, sesuai dengan permukaan jalan dan ukuran beban
poros propeller.
Poros propeller dibuat sedemikian rupa agar dapat memindahkan
tenaga dari transmisi ke diferensial dengan lembut tanpa dipengaruhi akibat
adanya perubahan-perubahan tadi.
Untuk tujuan ini universal joint dipasang pada setiap ujung, fungsinya
untuk menyerap perubahan sudut dari suspensi. Selain itu sleeve yoke bersatu
untuk menyerap perubahan antara transmisi dan diferensial.







Gambar 2.5 Perubahan Transmisi Dan Diferensial
Pada umumnya poros propeller dibuat dari tabung pipa baja yang
memiliki ketahanan terhadap gaya puntiran atau bengkok. selain itu dipilih
tabung pipa baja di karenakan luas penampang yang di perlukan lebih kecil
jika dibandingkan dengan poros pejal, selain itu biaya yang harus di
keluarkan lebih kecil jika digunakan poros yang pejal. Bandul pengimbang
atau balance weight dipasang dibagian luar pipa dengan tujuan untuk
keseimbangan pada waktu berputar.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 9

Pada umumnya poros propeller terdiri dari satu pipa yang mempunyai
dua penghubung yang terpasang pada kedua ujung berbentuk universal joint.
Tipe poros propeller dua bagian dengan tiga joint kadang-kadang
menggunakan bearing tengah yang bertujuan untuk mengurangi getaran dan
bunyi.

2.2 Universal J oint
Universal joint, U joint, Cardan joint, Hardy-Spicer joint, atau Hooke
joint adalah joint dalam sebuah batang kaku yang dimungkinkan batang tersebut
membengkok dalam segala arah, dan umumnya digunakan pada rotary shaft ( poros
yang berputar ) yang mengirimkan gerakan ( putaran ). Terdiri dari sepasang engsel
terletak berdekatan, berorientasi pada 90 untuk satu sama lain, dan dihubungkan
dengan poros salib.










Gambar 2.6 Universal J oint

2.2.1 Solid J oint
Fungsi universal joint ialah untuk meredam bahan sudut dan untuk
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 10

melembutkan perpindahan tenaga dari transmisi ke diferensial. Universal
joint ada dua tipe : universal joint solid bearing cup yang dapat dibongkar
dan universal joint seal bearing cup yang tidak dapat dibongkar.





Gambar 2.7 Solid J oint
Kondisi jalan mempengaruhi kerja suspensi dan berakibat pada posisi
diferenSial selalu berubah-ubah terhadap transmisi. Universal joint dipakai
untuk mengatasi kondisi tersebut agar poros selalu dapat berputar dengan
lancar, sehingga universal joint harus mempunyai syarat : dapat mengurangi
resiko kerusakan propeller saat poros bergerak naik / turun, tidak berisik atau
berputar dengan lembut, konstruksinya sederhana dan tidak mudah rusak.
Jadi universal joint berfungsi untuk melembutkan pentransfer tenaga dari
transmisi ke diferensial. Dimana konstruksi dari universal joint
dimungkinkan berputar lembut dan tidak mudah rusak. Tipe ini disebut juga
Hook Joint :

Gambar 2.8 Konstruksi Hook J oint
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 11

Pada umumnya poros propeller menggunakan konstruksi tipe ini,
karena selain konstruksinya yang sederhana tipe ini juga berfungsi secara
akurat dan konstan. Konstruksi hook joint adalah seperti gambar di atas. Ada
dua tipe hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid bearing cup type.
Pada tipe shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar sedangkan
pada tipe solid bearing cup bisa dibongkar. Ilustrasi konstruksi kedua tipe
universal joint tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.9 Konstruksi hook joint tipe shell bearing cup

Gambar 2.10 Konstruksi hook joint tipe solid bearing cup


TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 12

2.2.2 Flexible J oint
Flexible joint terdiri dari karet kopling yang keras yang diletakkan
diantara dua yoke berbentuk kaki tiga. Selama flexible joint tidak
menghasilkan gesekan akan berputar lembut tanpa diperlukan pelumasan.


Gambar 2.11 Flexible J oint
2.2.3 Constant Velocity J oint
Constant velocity joint mempunyai keuntungan memindahkan putaran
dan momen lebih lembut, dan mempunyai kerugian mahal karena desainnya
kompleks. Oleh karena itu jarang dipakai untuk penyambungan poros
propeller, tetapi lebih sering dipakai pada poros penggerak depan dari
kendaraan penggerak roda depan atau poros penggerak belakang dari
kendaraan dengan suspensi belakang independent.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 13


Gambar 2.12 Constant Velocity J oint

2.2.4 Penghubung Bola Peluru (Pot J oint)
Kemampuan sudut dapat meneruskan tenaga/putaran pada sudut
maksimum 50
o
(rata rata 30
o
). Penggunaan Pada suspensi independent.
Pada rigrid axle depan dengan penggerak roda (4 wheel drive). Sifat-sifat
kerjanya lebih stabil (konstan).

Gambar 2.13 Penghubung Bola Peluru (Pot J oint)


TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 14

2.2.5 Trunion J oint
Model ini berusaha menggabungkan tipe hook joint dan slip joint,
namun hasilnya masih dibawah slip joint sendiri, sehingga jarang digunakan.
Konstruksinya dapat dilihat pada gambar disamping.

Gambar 2.14 Trunion J oint
2.2.6 Slip J oint
Bagian ujung poros propeller yang dihubungkan dengan poros output
transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint. Hal ini
memungkinkan panjangnya poros propeller sesuai dengan jarak output
transmisi dengan diferensial. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar
disamping.

Gambar 2.15 Slip J oint

TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 15

2.2.7 Center Bearing
Center bearing terdiri dari rubber bushing yang melindungi bearing
dimana gerakannya menahan poros propeller. Rubber bushing juga berfungsi
untuk mencegah getaran yang mencapai bodi kendaraan. Dan hasilnya
getaran atau bunyi dari poros propeller pada kecepatan tinggi dapat dikurangi
seminimal mungkin.

Gambar 2.16 Center Bearing

Sebagai perbandingan untuk sasaran tugas perencanaan maka
dipilihlah Hino Dutro 110 SD yang merupakan truk roda empat kategori kecil
buatan PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia. Tidak seperti truk
kategori lain yang mempunyai volume silinder dan kapasitas angkut yang
lebih besar, jenis mesin yang di produksi oleh Hino untuk varian 110 SD
yaitu 4009 cc dengan kapasitas beban angkut mencapai 5200 Kg (5,2 Ton).
Hal ini disebabkan karena Hino memang membuat segmen pasar untuk
kendaraan angkut dengan kapasitas kecil yang lebih efisien dan ekonomis.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 16


Gambar 2.17 Hino Dutro 110 SD
Karena Hino Dutro 110 SD merupakan kelas light truck atau bahasa
umumnya truk kategori kecil, pada dasarnya hanya mempunyai 1 bagian
poros propeller yang langsung menyalurkan tenaga gerak dari transmisi ke
poros propeller dan meneruskannya ke diferensial belakang (gardan).











Gambar 2.18 Beberapa bentuk poros propeller pada kendaraan


TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 17

2.3 Hal-Hal Penting Dalam Merancang Poros
Untuk merencanakan sebuan poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.
2.3.1 Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur, ada juga poros yang mendapat beban tarik
atau tekan seperti pada poros turbin.
Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil (poros bertingkat) atau bila poros mempunyai alur pasak
harus diperhatikan, sehingga sebuah poros harus cukup kuat menahan beban
yang terjadi pada poros tersebut.
2.3.2 Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup, tetapi jika
lenturan defleksi puntirannya melebihi batas yang diizinkan maka akan
mengakibatkan ketidaktelitian misalnya pada mesin perkakas atau getaran
suara pada turbin dan gear box. Karena itu disamping kekuatan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan menggunakan
poros tersebut.

2.3.3 Puntiran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa. Hal ini bisa terjadi pada turbin,
motor torak silinder, motor listrik dan lainlain. Serta dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian lainnnya. Jika mungkin harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga putaran kerja lebih dari putaran kritis.

2.3.4 Korosi
Bahanbahan tahan korosi (termasuk plastik) dipilih untuk poros
propeller dan pompa, bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif.
Demikian juga porosporos yang terancam kavitasi dan porosporos mesin
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 18

yang berhenti lama, sampai barasbatas tertentu dapat pula dilakukan
perlindungan terhadap korosi.

2.3.5 Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinishing, yaitu baja karbon konstruksi mesin yang
dihasilkan dari igot yang di kill (baja yang dioksidasi dengan ferro silikon
dan dicor)
Meskipun demikian kelurusan poros ini agak kurang tetap dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya
diberi alur pasak dan adanya tegangan sisa dalam terasnya. Penarikan dingin
membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah.
Poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya
dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan terhadap
keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom, nikel, baja khrom nikel
molibden, baja khrom, baja molibden dan lainlain. Meskipun demikian
pemakaian baja paduan khusus tidak selalu diharuskan, alasannya hanya
karena putaran tinggi, dan beban berat, dalam hal demikian perlu
dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara
tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan. Pada tugas perencanaan
ini diasumsikan baja yang digunakan adalah S 55 C, dengan kekuatan tarik
sebesar
2
/ 66 mm kg
B








TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 19

b
2.4 Perumusan Masalah Perancangan Poros Propeller
START
1. Daya yang ditransmisikan N (kW)
Putaran poros n (rpm)
7. Diameter poros do dan di
6. Tegangan geser yang diizinkan
2. Faktor Koreksi f
c

5. Bahan poros, faktor
keamanan(Sf dan Sf ),
Kekuatan tarik
B
(kg/mm
2
)
4. Momen rencana
T (kg mm)
3. Daya rencana P
d
(kW)
8. Tegangan geser yang
terjadi
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 20

b

END
10.Momen Lentur (M)
9. Bahan poros, Kekuatan tarik

B
(kg/mm
2
), faktor keamanan
(Sf), panjang spider
STOP
12. Tegangan lentur
yang terjadi
11. Diameter spider
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 21

2.5 Rumusan Perhitungan

2.5.1 Momen Puntir
Momen puntir harus dimengerti terlebih dahulu sebelum kita
melangkah lebih jauh. Tujuannya adalah untuk menghindari penafsiran yang
menganggap bahwa momen dan kerja itu sama. Secara matematis momen
dan kerja adalah sama. Karena persamaan yaitu gaya dikalikan dengan jarak
(F x R). Tetapi secara fisis kerja dan momen berbeda, dalam kerja
lintasannya berupa garis lurus sedangkan dalam momen lintasannya harus
tegak lurus.

Gambar 2.19 Potongan melintang sebuah poros

Momen puntir yang dialami pada poros dapat dilihat dari penurunan
persamaan :
) (s Waktu
Kerja(W)
Daya .(2.1)
Dimana kerja dalam satu putaran = r F 2 , jika dalam satu menit ada n
putaran, maka daya dalam satu putaran adalah
n F r N 2 ..(2.2)
Dengan mengkonversikan satuan menit ke detik maka diperoleh persamaan :
n
R
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 22


60
2 n F r
N


( Kg m/s ) ..(2.3)
Dari definisi momen puntir adalah gaya yang terjadi dikalikan dengan jarak,
R F T ..(2.4)
maka :

102
) 60 / 2 ( ) 1000 / ( n T
N


(kW) .(2.5)
sehingga

n
Pd
T
5
10 74 , 9 (Kg.mm) (2.6)
Untuk langkah koreksi pada N diambil fc sebagai faktor koreksi. faktor
koreksi ini tergantung jenis daya yang ditransmisikan.

Tabel 2.1 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang akan ditransmisikan F
c

Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
1,2 2,0
0,8 1,2
1,0 1,5
Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978
Maka :
Pd = N . fc (2.7)
dimana :
Pd = Daya rencana (kW)
N = Daya maksimum (kW)
T = Momen puntir ( Kg.mm )
fc = Faktor koreksi daya
n = Jumlah putaran per menit (rpm)



TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 23

2.5.2 Tegangan Geser yang Diizinkan
Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros
dapat diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan
menggunakan perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya
diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari
kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik,
sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil
sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan
yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja
paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf. Pengaruh kekasaran permukaan
juga harus diperhatikan dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0 yang dinyatakan
dengan . Maka tegangan geser yang diizinkan dapat ditentukan dari
persamaan:
a =


..(2.8)

dimana :
a
= tegangan geser yang diizinkan (Kg/mm
2
)
= kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu bahan
poros (Kg/mm
2
)
Sf = faktor keamanan yang tergantung pada sifat dari
bahan yang bersangkutan
Sf = faktor keamanan yang tergantung pada kekasaran
permukaan bahan yang bersangkutan.







TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 24

T
e
g
a
n
g
a
n

(
s
)

Regangan (e)
s
yield

s
m
a
k
s
i
m
u
m
/
u
l
t
i
m
a
t
t
e

P
a
t
a
h

s
f

s
u

= daerah tegangan geser yang diizinkan (
a
)















Gambar 2.20 Diagram tegangan-regangan tarik tipikal

2.5.3 Diameter Poros
Diameter poros dapat ditentukan dari hasil perhitungan tegangan
geser yang diizinkan, dimana tegangan geser yang terjadi

tegangan geser
yang diizinkan.
Karena yang digunakan poros berongga persamaan menjadi ;

dimana J =

) (
4 4
0 i
d d
maka ;

) (
4 4
0 i
d d


T =

)
tegangan geser yang terjadi,

(

)
....(2.9)
;

= k
di = k.do
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 25

Di
Do
di
4
= (k.do)
4
maka ; do min = (

)
)

...................(2.10)













Gambar 2.21 Potongan melintang poros berongga

dimana : do = diameter luar (mm)
di = diameter dalam (mm)
k = harga perbandingan do dengan di
T = Momen puntir
J = Inersia polar

2.5.4 Diameter Universal J oint
Untuk mencari diameter universal joint kita harus menghitung poros
salib penghubung atau spider yang dapat ditentukan dari hasil perhitungan
tegangan lentur yang diizinkan, dimana tegangan lentur yang terjadi


tegangan lentur yang diizinkan.
Dimana tegangan lentur yang diizinkan dapat ditentukan dari
persamaan:
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 26

=

(2.11)

Dimana : ba = tegangan lentur yang diijinkan (Kg/mm
2
)
B = kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu bahan poros
(Kg/mm
2
)
Sf = faktor keamanan berdasarkan sifat bahan yang bersangkutan


Gambar 2.22 Spider
Dalam menghitung diameter spider harus diketahui dahulu besarnya
momen puntir dari poros untuk mencari gaya (F) dengan rumus ;
T = F . R
F = T / R (2.12)
Diasumsikan besarnya jarak lengan momen (Rm) adalah 1/3 dari
panjang spider (W), maka dengan rumus ;
Rm =

....................(2.13)
Dengan demikian, maka besarnya momen lentur adalah;
M = F . Rm ....(2.14)

TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 27

Lalu menentukan diameter spider untuk universal joint dari rumus;
M =

b.
ds = (

.......(2.15)
dimana : T = Momen Puntir (Kg.mm)
F = Gaya (Kg)
R = Jarak (mm)
Rm = Jarak Lengan Momen(mm)
M = Momen Lentur (Kg.mm)
b = Tegangan Lentur yang Terjadi (Kg/mm
2
)
ba = Tegangan Lentur yang Diizinkan (Kg/mm
2
)
ds = Diameter Spider (mm)
Karena yang digunakan adalah poros pejal maka tegangan lentur yang
terjadi dihitung dengan persamaan;
b =

(2.16)







TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 28

BAB III
PERHITUNGAN

3.1 Perhitungan Poros Propeller

3.1.1 Data Spesifikasi Mesin
MESIN
Model : W04D - TP
Tipe : Diesel 4 Stroke, Direct
Injection
Tenaga Maks : 110 PS pada 2800 Rpm
Momen Putir Maks : 29.0 Kgm pada 1800 Rpm
Jumlah Silinder : 4
Diameter x Langkah Piston : 104 mm x 118 mm
Isi Silinder : 4009 cc
TRANSMISI : Tipe 5 speeds
Perbandingan Gigi
ke-1 : 5.339
ke-2 : 2.792
ke-3 : 1.593
ke-4 : 1.000
ke-5 : 0.788
mundur : 5.339
rasio akhir : 4.625
KAPASITAS ANGKUT : 5200 Kg

3.1.2 Torsi (T)
Untuk menghitung Torsi maksimum, dengan asumsi Daya yang
konstan sebesar 110 PS dikonversi menjadi satuan kW menjadi:
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 29

N = 110 x 0,746 kW = 82 kW

Putaran mesin (input) pada 2800 Rpm. Karena daya yang dipakai
adalah daya maksimum dan diteruskan ke roda belakang maka terjadi
reduksi, sehingga faktor koreksi (fc) yang digunakan adalah 0,9.
Pd (Daya yang direncanakan) = N . fc
= (82) . 0,9
= 73,8 kW
3.1.2.1 Torsi yang terjadi
n
Pd
T
5
10 74 , 9
2800
8 , 73
10 74 , 9
5
T = 25.671,857 kg.mm = 26.000 Kg.mm

3.1.3 Perhitungan Poros
Diketahui : k = perbandingan diameter di terhadap do poros
T = 26.000 Kg.mm
k = diasumsikan 0,8
Dalam perancangan poros propeller Hino Dutro 110 SD di
asumsikan bahan yang digunakan S 55 C, yang memiliki kekuatan tarik
sebesar
2
/ 66 mm kg
B


dan diasumsikan nilai sf = 6 dan nilai sf = 2


3.1.3.1 Tegangan Geser yang Dijinkan
Maka tegangan geser yang diizinkan :
5 , 5
2 6
/ 66
2

x
mm kg
a
kg/mm
2




TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 30

3.1.3.2 Perhitungan Diameter Poros

= k
asumsi, k = 0,8
di = k.do
di
4
= (k.do)
4
do min = (

)
)


do min = (

(

)
)


do min = 34,28 mm
di = a.do = 0,8.(34,28)
di = 27,424 mm
dalam perancangan ini, diameter luar yang dipilih sebesar 55 mm.
Diameter tersebut diesesuaikan dengan data yang ada pada tabel (55
mm > 34,28 mm). Sehingga diameter dalamnya adalah :
di = a.do
di = 0,8.(55)
= 44 mm
Pemeriksaan tegangan geser yang terjadi, adalah :

)



() (

)
= 1,331 Kg/mm

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka tegangan
geser yang terjadi ( = 1,331 Kg/mm
2
) lebih kecil dari tegangan geser
yang diizinkan (a = 5,5 Kg/mm
2
).
Sehingga ( = 1,331 Kg/mm
2
a = 5,5 Kg/mm
2
) AMAN.

TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 31


3.2 Perhitungan Spider untuk Universal J oint
Sebelum kita mencari diameter, harus diketahui dahulu bahan untuk poros
salib penghubung atau spider serta tegangan lentur yang diijinkan. Diasumsikan
bahan yang digunakan adalah Baja SNCM 23 dengan kekuatan tarik 100 Kg/mm
dengan nilai sf = 6

3.2.1 Tegangan Lentur yang Diijinkan

=

= 16,667 Kg/mm

3.2.2 Dimensi Spider


Diketahui W = 65 mm
Maka R =

= 32,5 mm
T = F . R F =


F =

= 800 Kg
Diasumsikan Rm sebesar 1/3 W, maka:
Rm =

= 21,667 mm = 21 mm
Maka, M = F . Rm
= 800 Kg . 21 mm
= 16.800 Kg.mm


3.2.3 Perhitungan Diameter Spider
ds = (

= (

()
)

= 21,738 mm = 22 mm
F
M
F
W
Rm
m
R
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 32

Pembulatan angka diameter poros disesuaikan dari tabel yang ada maka
dipilihlah diameter poros sebesar 28 mm (28 mm > 22 mm).

Pemeriksaan tegangan lentur yang terjadi, adalah :
b =

=

()
= 7,799 Kg/mm
2
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka tegangan lentur yang
terjadi (b = 7,799 Kg/mm
2
) lebih kecil dari tegangan lentur yang diizinkan (ba =
16,667 Kg/mm
2
).
Sehingga ( b = 7,799 Kg/mm
2
ba = 16,667 Kg/mm
2
). AMAN.
















TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 33

BAB IV
PENUTUP

4.1 Analisa
Agar poros yang direncanakan mampu menahan terjadinya defleksi akibat
puntiran, maka tegangan geser maksimum yang seabenarnya poros harus lebih kecil
atau sama dengan tegangan geser yang diijinkan.
Dari hasil perhitungan penentuan dimensi utama poros propeller , memang
terdapat beberapa penyimpangan dibandingkan dengan keadaaan yang sebenarnya.
Penyimpangan yang terjadi ini kerena dalam perhitungan yang diameter poros yang
dihitung adalah diameter minimum poros yang dapat menahan beban
maksimumyang terjadi. Tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil
perancangan poros propeller masih aman untuk di gunakan pada Hino Dutro 110
SD. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa dalam suatu perancangan ada faktor yang
sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses perancangan yaitu
pengalaman dalam merancang.
Dengan pengalaman yang cukup banyak, maka seorang perancang dapat
mengambil faktor-faktor berdasarkan beberapa asumsi yang tepat sedemikian rupa
sehingga rancangannya optimal. Namun demikian dalam menilai suatu proses
perancangan, secara umum kita tidak dapat membenarkan atau menyalahkan suatu
hasil perancangan karena tergantung oleh banyaknya variabel serta dilakukannya
beberapa pembulatan terhadap hasil perhitungan. Semua hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa poros yang direncanakan telah memenuhi syarat untuk dibuat
dan dioperasikan.


TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 34

4.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
spesifikasi poros propeller belakang hasil penentuan yang digunakan pada Hino
Dutro 110 SD adalah sebagai berikut :
1.Poros Propeller
- Bahan S 55C
- Daya pada mesin = 82 kW
- Momen puntir rencana (T) = 26.000 Kg.mm
- Diameter poros luar (do) = 55 mm
- Diameter poros dalam (di) = 44 mm.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
spesifikasi spider universal joint hasil penentuan yang digunakan pada Hino Dutro
110 SD adalah sebagai berikut :
2.Universal joint
- Bahan (JIS G 4103) SNCM 23
- Diameter spider universal joint (ds) = 28 mm
- Lebar spider universal joint (W) = 65 mm





TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 35

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso dan Suga, K. 1980. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.
2. Niemann, G alih bahasa Budiman, Anton dan Priambodo, Bambang. 1992.
Elemen Mesin, Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
3. http://www2.hino.co.id/product.php?z=2&c=45














TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 36

LAMPIRAN

Tabel 1

TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 37

Tabel 2






TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 38

Tabel 3

TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

TEKNIK MESIN - ITI 39

Gambar 1

Anda mungkin juga menyukai