B
(kg/mm
2
), faktor keamanan
(Sf), panjang spider
STOP
12. Tegangan lentur
yang terjadi
11. Diameter spider
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 21
2.5 Rumusan Perhitungan
2.5.1 Momen Puntir
Momen puntir harus dimengerti terlebih dahulu sebelum kita
melangkah lebih jauh. Tujuannya adalah untuk menghindari penafsiran yang
menganggap bahwa momen dan kerja itu sama. Secara matematis momen
dan kerja adalah sama. Karena persamaan yaitu gaya dikalikan dengan jarak
(F x R). Tetapi secara fisis kerja dan momen berbeda, dalam kerja
lintasannya berupa garis lurus sedangkan dalam momen lintasannya harus
tegak lurus.
Gambar 2.19 Potongan melintang sebuah poros
Momen puntir yang dialami pada poros dapat dilihat dari penurunan
persamaan :
) (s Waktu
Kerja(W)
Daya .(2.1)
Dimana kerja dalam satu putaran = r F 2 , jika dalam satu menit ada n
putaran, maka daya dalam satu putaran adalah
n F r N 2 ..(2.2)
Dengan mengkonversikan satuan menit ke detik maka diperoleh persamaan :
n
R
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 22
60
2 n F r
N
( Kg m/s ) ..(2.3)
Dari definisi momen puntir adalah gaya yang terjadi dikalikan dengan jarak,
R F T ..(2.4)
maka :
102
) 60 / 2 ( ) 1000 / ( n T
N
(kW) .(2.5)
sehingga
n
Pd
T
5
10 74 , 9 (Kg.mm) (2.6)
Untuk langkah koreksi pada N diambil fc sebagai faktor koreksi. faktor
koreksi ini tergantung jenis daya yang ditransmisikan.
Tabel 2.1 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang akan ditransmisikan F
c
Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
1,2 2,0
0,8 1,2
1,0 1,5
Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978
Maka :
Pd = N . fc (2.7)
dimana :
Pd = Daya rencana (kW)
N = Daya maksimum (kW)
T = Momen puntir ( Kg.mm )
fc = Faktor koreksi daya
n = Jumlah putaran per menit (rpm)
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 23
2.5.2 Tegangan Geser yang Diizinkan
Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros
dapat diperoleh dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan
menggunakan perhitungan berdasarkan kelelahan puntir yang besarnya
diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari
kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik,
sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil
sebesar 1/0,18 = 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan
yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja
paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf. Pengaruh kekasaran permukaan
juga harus diperhatikan dengan harga sebesar 1,3 sampai 3,0 yang dinyatakan
dengan . Maka tegangan geser yang diizinkan dapat ditentukan dari
persamaan:
a =
..(2.8)
dimana :
a
= tegangan geser yang diizinkan (Kg/mm
2
)
= kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu bahan
poros (Kg/mm
2
)
Sf = faktor keamanan yang tergantung pada sifat dari
bahan yang bersangkutan
Sf = faktor keamanan yang tergantung pada kekasaran
permukaan bahan yang bersangkutan.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 24
T
e
g
a
n
g
a
n
(
s
)
Regangan (e)
s
yield
s
m
a
k
s
i
m
u
m
/
u
l
t
i
m
a
t
t
e
P
a
t
a
h
s
f
s
u
= daerah tegangan geser yang diizinkan (
a
)
Gambar 2.20 Diagram tegangan-regangan tarik tipikal
2.5.3 Diameter Poros
Diameter poros dapat ditentukan dari hasil perhitungan tegangan
geser yang diizinkan, dimana tegangan geser yang terjadi
tegangan geser
yang diizinkan.
Karena yang digunakan poros berongga persamaan menjadi ;
dimana J =
) (
4 4
0 i
d d
maka ;
) (
4 4
0 i
d d
T =
)
tegangan geser yang terjadi,
(
)
....(2.9)
;
= k
di = k.do
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 25
Di
Do
di
4
= (k.do)
4
maka ; do min = (
)
)
...................(2.10)
Gambar 2.21 Potongan melintang poros berongga
dimana : do = diameter luar (mm)
di = diameter dalam (mm)
k = harga perbandingan do dengan di
T = Momen puntir
J = Inersia polar
2.5.4 Diameter Universal J oint
Untuk mencari diameter universal joint kita harus menghitung poros
salib penghubung atau spider yang dapat ditentukan dari hasil perhitungan
tegangan lentur yang diizinkan, dimana tegangan lentur yang terjadi
tegangan lentur yang diizinkan.
Dimana tegangan lentur yang diizinkan dapat ditentukan dari
persamaan:
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 26
=
(2.11)
Dimana : ba = tegangan lentur yang diijinkan (Kg/mm
2
)
B = kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu bahan poros
(Kg/mm
2
)
Sf = faktor keamanan berdasarkan sifat bahan yang bersangkutan
Gambar 2.22 Spider
Dalam menghitung diameter spider harus diketahui dahulu besarnya
momen puntir dari poros untuk mencari gaya (F) dengan rumus ;
T = F . R
F = T / R (2.12)
Diasumsikan besarnya jarak lengan momen (Rm) adalah 1/3 dari
panjang spider (W), maka dengan rumus ;
Rm =
....................(2.13)
Dengan demikian, maka besarnya momen lentur adalah;
M = F . Rm ....(2.14)
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 27
Lalu menentukan diameter spider untuk universal joint dari rumus;
M =
b.
ds = (
.......(2.15)
dimana : T = Momen Puntir (Kg.mm)
F = Gaya (Kg)
R = Jarak (mm)
Rm = Jarak Lengan Momen(mm)
M = Momen Lentur (Kg.mm)
b = Tegangan Lentur yang Terjadi (Kg/mm
2
)
ba = Tegangan Lentur yang Diizinkan (Kg/mm
2
)
ds = Diameter Spider (mm)
Karena yang digunakan adalah poros pejal maka tegangan lentur yang
terjadi dihitung dengan persamaan;
b =
(2.16)
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 28
BAB III
PERHITUNGAN
3.1 Perhitungan Poros Propeller
3.1.1 Data Spesifikasi Mesin
MESIN
Model : W04D - TP
Tipe : Diesel 4 Stroke, Direct
Injection
Tenaga Maks : 110 PS pada 2800 Rpm
Momen Putir Maks : 29.0 Kgm pada 1800 Rpm
Jumlah Silinder : 4
Diameter x Langkah Piston : 104 mm x 118 mm
Isi Silinder : 4009 cc
TRANSMISI : Tipe 5 speeds
Perbandingan Gigi
ke-1 : 5.339
ke-2 : 2.792
ke-3 : 1.593
ke-4 : 1.000
ke-5 : 0.788
mundur : 5.339
rasio akhir : 4.625
KAPASITAS ANGKUT : 5200 Kg
3.1.2 Torsi (T)
Untuk menghitung Torsi maksimum, dengan asumsi Daya yang
konstan sebesar 110 PS dikonversi menjadi satuan kW menjadi:
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 29
N = 110 x 0,746 kW = 82 kW
Putaran mesin (input) pada 2800 Rpm. Karena daya yang dipakai
adalah daya maksimum dan diteruskan ke roda belakang maka terjadi
reduksi, sehingga faktor koreksi (fc) yang digunakan adalah 0,9.
Pd (Daya yang direncanakan) = N . fc
= (82) . 0,9
= 73,8 kW
3.1.2.1 Torsi yang terjadi
n
Pd
T
5
10 74 , 9
2800
8 , 73
10 74 , 9
5
T = 25.671,857 kg.mm = 26.000 Kg.mm
3.1.3 Perhitungan Poros
Diketahui : k = perbandingan diameter di terhadap do poros
T = 26.000 Kg.mm
k = diasumsikan 0,8
Dalam perancangan poros propeller Hino Dutro 110 SD di
asumsikan bahan yang digunakan S 55 C, yang memiliki kekuatan tarik
sebesar
2
/ 66 mm kg
B
dan diasumsikan nilai sf = 6 dan nilai sf = 2
3.1.3.1 Tegangan Geser yang Dijinkan
Maka tegangan geser yang diizinkan :
5 , 5
2 6
/ 66
2
x
mm kg
a
kg/mm
2
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 30
3.1.3.2 Perhitungan Diameter Poros
= k
asumsi, k = 0,8
di = k.do
di
4
= (k.do)
4
do min = (
)
)
do min = (
(
)
)
do min = 34,28 mm
di = a.do = 0,8.(34,28)
di = 27,424 mm
dalam perancangan ini, diameter luar yang dipilih sebesar 55 mm.
Diameter tersebut diesesuaikan dengan data yang ada pada tabel (55
mm > 34,28 mm). Sehingga diameter dalamnya adalah :
di = a.do
di = 0,8.(55)
= 44 mm
Pemeriksaan tegangan geser yang terjadi, adalah :
)
() (
)
= 1,331 Kg/mm
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka tegangan
geser yang terjadi ( = 1,331 Kg/mm
2
) lebih kecil dari tegangan geser
yang diizinkan (a = 5,5 Kg/mm
2
).
Sehingga ( = 1,331 Kg/mm
2
a = 5,5 Kg/mm
2
) AMAN.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 31
3.2 Perhitungan Spider untuk Universal J oint
Sebelum kita mencari diameter, harus diketahui dahulu bahan untuk poros
salib penghubung atau spider serta tegangan lentur yang diijinkan. Diasumsikan
bahan yang digunakan adalah Baja SNCM 23 dengan kekuatan tarik 100 Kg/mm
dengan nilai sf = 6
3.2.1 Tegangan Lentur yang Diijinkan
=
= 16,667 Kg/mm
3.2.2 Dimensi Spider
Diketahui W = 65 mm
Maka R =
= 32,5 mm
T = F . R F =
F =
= 800 Kg
Diasumsikan Rm sebesar 1/3 W, maka:
Rm =
= 21,667 mm = 21 mm
Maka, M = F . Rm
= 800 Kg . 21 mm
= 16.800 Kg.mm
3.2.3 Perhitungan Diameter Spider
ds = (
= (
()
)
= 21,738 mm = 22 mm
F
M
F
W
Rm
m
R
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 32
Pembulatan angka diameter poros disesuaikan dari tabel yang ada maka
dipilihlah diameter poros sebesar 28 mm (28 mm > 22 mm).
Pemeriksaan tegangan lentur yang terjadi, adalah :
b =
=
()
= 7,799 Kg/mm
2
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka tegangan lentur yang
terjadi (b = 7,799 Kg/mm
2
) lebih kecil dari tegangan lentur yang diizinkan (ba =
16,667 Kg/mm
2
).
Sehingga ( b = 7,799 Kg/mm
2
ba = 16,667 Kg/mm
2
). AMAN.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Analisa
Agar poros yang direncanakan mampu menahan terjadinya defleksi akibat
puntiran, maka tegangan geser maksimum yang seabenarnya poros harus lebih kecil
atau sama dengan tegangan geser yang diijinkan.
Dari hasil perhitungan penentuan dimensi utama poros propeller , memang
terdapat beberapa penyimpangan dibandingkan dengan keadaaan yang sebenarnya.
Penyimpangan yang terjadi ini kerena dalam perhitungan yang diameter poros yang
dihitung adalah diameter minimum poros yang dapat menahan beban
maksimumyang terjadi. Tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil
perancangan poros propeller masih aman untuk di gunakan pada Hino Dutro 110
SD. Satu hal yang perlu ditekankan bahwa dalam suatu perancangan ada faktor yang
sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu proses perancangan yaitu
pengalaman dalam merancang.
Dengan pengalaman yang cukup banyak, maka seorang perancang dapat
mengambil faktor-faktor berdasarkan beberapa asumsi yang tepat sedemikian rupa
sehingga rancangannya optimal. Namun demikian dalam menilai suatu proses
perancangan, secara umum kita tidak dapat membenarkan atau menyalahkan suatu
hasil perancangan karena tergantung oleh banyaknya variabel serta dilakukannya
beberapa pembulatan terhadap hasil perhitungan. Semua hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa poros yang direncanakan telah memenuhi syarat untuk dibuat
dan dioperasikan.
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 34
4.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
spesifikasi poros propeller belakang hasil penentuan yang digunakan pada Hino
Dutro 110 SD adalah sebagai berikut :
1.Poros Propeller
- Bahan S 55C
- Daya pada mesin = 82 kW
- Momen puntir rencana (T) = 26.000 Kg.mm
- Diameter poros luar (do) = 55 mm
- Diameter poros dalam (di) = 44 mm.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
spesifikasi spider universal joint hasil penentuan yang digunakan pada Hino Dutro
110 SD adalah sebagai berikut :
2.Universal joint
- Bahan (JIS G 4103) SNCM 23
- Diameter spider universal joint (ds) = 28 mm
- Lebar spider universal joint (W) = 65 mm
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 35
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularso dan Suga, K. 1980. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.
2. Niemann, G alih bahasa Budiman, Anton dan Priambodo, Bambang. 1992.
Elemen Mesin, Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
3. http://www2.hino.co.id/product.php?z=2&c=45
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 36
LAMPIRAN
Tabel 1
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 37
Tabel 2
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 38
Tabel 3
TRIYONO WIBOWO
112100019 TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I
TEKNIK MESIN - ITI 39
Gambar 1