Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dongkrak adalah sebuah alat mekanik yang berfungsi mengangkat barang berat,

dongkrak digerakkan dengan tangan atau kaki. Dongkrak dirancang untuk mempermudah

kerja manusia, biasanya alat ini digunakan untuk mobil. Fungsi dongkrak pada mobil adalah

untuk mengangkat mobil pada waktu pemasangan jack stand dan juga biasanya digunakan

untuk mengganti ban mobil, namun tujuan lain seperti melakukan inspeksi atau perbaikan

sistem pengereman itu juga membutuhkan dongkrak sebagai sarana pendukung dalam

melakukan aktivitas perbaikan mobil tersebut.

Dalam mengangkat beban yang berat dongkrak mekanik menggunakan poros ulir atau

yang biasa disebut Power screw. yang mengubah gerakan rotasi yang dihasilkan dari putaran

engkol pemutar menjadi gerakan linear akibat dari reaksi antara poros ulir dan nuts yang

menyebabkan frame dongkrak bisa bergerak naik turun dan berfungsi untuk menaikan dan

menurunkan beban..

Pada poros ulir tegangan terbesar yang terjadi ada pada bagian ulirnya yang

menyebabkan ketika umur pemakaian sudah lama sering terjadi kerusakan pada bagian ulir

yang menyebabkan performa dari dongkrak menjadi kurang maksimal. Maka diperlukan

perancangan ulang poros ulir untuk mendapatkan poros ulir dengan kekuatan yang baik

sehingga dongkrak ulir dapat dipakai lebih lama lagi.

1.2 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas pada Tugas Elemen I ini yaitu mengenai perhitungan

kekuatan poros ulir dongkrak mekanik, mencari bahan yang digunakan, serta apakah dengan
ukuran poros ulir M12x2 mm sudah cukup untuk menahan beban yang akan diangkat

dongkrak

1.3 Tujuan

Tujuan dari Tugas Elemen I ini adalah untuk merancang ulang bahan yang digunakan

pada poros ulir dongkrak mekanik (Scissor) yang dapat menahan beban yang diangkat.

1.4 Ruang Lingkup Kajian

Dalam laporan ini, membatasi permasalahan yang ada, hanya dengan melakukan

perhitungan yang berhubungan dengan poros ulir dongkrak mekanik. Untuk memulai

perhitungan dalam analisa reaksi tumpuan dan bahan poros ini dimulai dengan mencari :

 Gaya berat

 Gaya reaksi pada pin dan batang frame

 Gaya tarik pada poros ulir

 Tegangan axial pada poros ulir

 Tegangan dukung pada poros ulir

 Tegangan yang diijinkan

 Bahan yang digunakan

Dalam memulai perhitungan, parameter dan analisa yang lainnya, data – data yang didapat

selain dari pengukuran secara langsung, juga menggunakan tabel – tabel yang ada pada buku.

1.5 Metoda Pengumpulan Data

Pengumpulan data di dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan beberapa cara

yaitu:

 Melakukan Observasi langsung, dalam hal ini penulis secara langsung mengamati poros

ulir dongkrak mekanik Scissor.

 Studi literatur, dimana keberadaan fasilitas perpustakaan sangat membantu disamping

materi yang diperoleh pada perkuliahan.


 Melakukan asistensi dengan dosen pembimbing sehingga didapat langkah – langkah yang

dilakukan dalam penyusunan laporan tugas elemen mesin ini.

 Melakukan diskusi sesama mahasiswa.

1.6 Sistematika Penulisan

Susunan penulisan laporan perancangan ulang poros ulir dongkrak mekanik (Scissor)

meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas mengenai masalah yang melatar belakangi laporan, tujuan dari

analisa poros , ruang lingkup kajian serta sistematika penulisan laporan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Membahas teori-teori yang berhubungan dengan poros ulir serta rumus-

rumus yang dipergunakan dalam proses perhitungan.

BAB III : PERHITUNGAN

Pengolahan data dengan menggunakan berbagai persamaan tentang

perhitungan poros.

BAB IV : ANALISA

Membahas tentang hasil yang diperoleh dari perhitungan serta analisa yang

berhubungan dengan analisis poros tersebut.

BAB V : KESIMPULAN

Membahas kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan data serta

kesimpulan dari laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi referensi buku yang menjadi acuan dalam penulisan laporan ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dongkrak

Definisi Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu alat pengangkat yang digunakan

untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. Macam-

macam dongkrak:

a. Dongkrak mekanis contohnya dongkrak ulir menggunakan mekanisme drat seperti

baut untuk meninggikan titik pusat penampang. Walau membutuhkan lebih banyak

tenaga untuk mengoperasikannya, namun dongkrak ini memiliki kelebihan pada

bentuknya yang ringkas saat terlipat dan bobotnya yang ringan.

b. Dongkrak hidrolik mengaplikasi fluida untuk menghasilkan tekanan yang

diperlukan untuk pengangkatan, daya yang dihasilkan jauh lebih besar dan tenaga

yang dibutuhkan untuk pengoprasian lebih sedikit dibandingkan dongkrak mekanik

2.2 Komponen Dongkrak Mekanik

Gambar 2.1 Komponen Dongkrak Mekanik (Scissor)

Sumber: eprints.polsri.ac.id/
1. kaki penyangga (foot)

2. Lengan bawah (lower arms)

3. Nuts

4. Lengan atas (upper arms)

5. Penyangga atas (top bracket)

6. Poros ulir (screw)

7. Pins

8. Crank/handle

2.3 Prinsip Kerja Dongkrak

Prinsip kerja dongkrak ulir mekanis.

Menaikkan beban:

a. Pada saat handle diputar searah jarum jam, maka poros ulir akan ikut berputar

mengikuti putaran handle.

b. Maka nuts dan poros ulir akan berkerja seperti halnya sepasang baut dan mur yang

dapat bergerak maju sesuai arah putaran.

c. Bergeraknya ulir mengakibatkan silinder bergerak ke atas sehingga ketinggian

dongkrak pun berubah.

d. Bertambahnya tinggi dongkrak mengakibatkan beban yang ada diatas penyangga

atas pun terangkat.

Menurunkan beban:

a. Pada saat handle diputar berlawanan arah jarum jam, maka poros ulir akan ikut

berputar mengikuti putaran handle.

b. Maka nuts dan poros ulir akan berkerja seperti halnya sepasang baut dan mur yang

dapat bergerak mundur sesuai arah putarannya.


c. Bergeraknya ulir mengakibatkan silinder ikut turun ke bawah, sehingga ketinggian

dongkrak pun berubah.

d. Berkurangnya tinggi dongkrak mengakibatkan beban yang ada diatas penyangga

atas pun akan turun.

2.4 Ulir Penerus Daya (Power screw)

Gambar 2.2 Skematis Ulir Daya

Sumber : me-mechanicalengineering.com

p
Dm = d -
2

Dr = d – p

l=np

dimana:

dm = Diameter (mm)

dr = Diameter rata-rata (mm)

d = Diameter Mayor (mm)

l = Length (mm)

n = Load factor, rotational speed (mm)


Dengan adanya system ulir memungkinkan kita untuk menggabungkan atau

nenyambungkan beberapa komponen menjadi satu unit produk jadi. Berdasarkan hal ini

maka fungsi dari ulir secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:

a. sebagai alat pemersatu, artinya menyatukan beberapa komponen menjadi satu unit

barang jadi. Biasanya yang digunakan adalah ulir segi tiga baik ulir menggunakan

standar ISO, British Standard maupun American Standard.

b. Sebagai penerus daya, artinya system ulir digunakan untuk memindahkan suatu

daya menjadi daya lain misalnya system ulir pada dongkrak, system ulir pada poros

berulir (transporter) pada mesin-mesin produksi, dan sebagainya. dengan adanya

ulir ini maka beban yang relative berat dapat ditahan atau diangkat dengan daya

yang relatif ringan.

c. Ullir segi empat banyak digunakan sebagai salah satu alat terjadinya kebocoran,

terutama pada system ulir yang digunakan pada pipa. Kebanyakan yang dipakai

untuk penyambungan pipa ini adalah ulir-ulir whitworth.

2.5 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menganalisa Poros

1. Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau gabungan

anatara punter dan lentur seperti telah diutarakan di ada poros yang mendapat beban

tarik atau tekan seperti poros baling – baling kapal atau turbin, dll.

Kelelahan, tumbukan atau pengaruh kosentrasi tegangan bila diameter poros

diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus

diperhatikan

2. Kekakuan Poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam

menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration) dan

suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan

poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan

ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.

3. Putaran Kritis

Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada

mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal

dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis.

Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu,

timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan

bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan

putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan – bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros

propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula

untuk poros – poros terancam kavitasi, dan poros – poros mesin yang sering

berhenti lama, sampai batas – batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan

terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin

dan difinis, baja karbon kontruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari

ingot yang di –“kill” (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor;

kadar karbon terjamin) (JIS G3123 Tabel 1.1). meskipun demikian, bahan ini

kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan

yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di
dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras

dan kekuatannya bertambah besar. Harga-harga yang terdapat di dalam tabel

diperoleh dari batang percobaan dengan diameter 20 mm; dalam hal ini harus

diingat bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar dari 25 mm, harga –

harga tersebut akan lebih rendah dari pada yang ada di dalam tabel karena adanya

pengaruh masa.

Poros – poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat

umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan

terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom

molibden, dll. (G4102, G4103, G4104, G4105 dalam tabel 1.2) sekalipun demikian

pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena

putaran tinggi dan berat beban. Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan

penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk

memperoleh kekuatan yang diperlukan. Baja tempa (G3201, ditempa dari ingot.

Tabel 1.1 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin

untuk poros

Standard dan Lambang Perlakuan Kekuatan tarik Keterangan

macam Panas (kg/mm2 )


S30C Pernormalan 48

Baja Karbon S35C “ 52

konstruksi S40C “ 55

mesin S45C “ 58

(JIS G 4501) S50C “ 62

S55C “ 66
Ditarik dingin,
Batang baja S35C-D - 53 digerinda,

yang difinis S45C-D - 60 dibubut, atau

dingin S55C-D - 72 gabungan antara

hal – hal

tersebut
Sumber : Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Sularso (2018)

Tabel 1.2 baja paduan untuk poros

Standar dan macam Lambang Perlakuan Panas Kekuatan tarik

(kg/mm2)
SNC 2 - 85

Baja khrom nikel SNC 3 - 95

(JIS G 4102 SNC 21 Pengerasa kulit 80

SNC 22 “ 100
SNCN 1 - 85

SNCN 2 - 95

Baja Khrom nikel SNCN 7 - 100

molibden SNCN 8 - 105

(JIS G 4103) SNCN 22 Pengerasan kulit 90

SNCN 23 “ 100

SNCN 25 “ 120
SCr 3 - 90

Baja khrom SCr 4 - 95

(JIS G 4104) SCr 5 - 100

SCr 21 Pengerasan kulit 80

SCr 22 “ 85
SNCN 1 - 85

SNCN 2 - 95

SNCN 7 - 100
Baja Khrom molibden SNCN 8 - 105

(JIS G 4105) SNCN 22 Pengerasan kulit 85

SNCN 23 - 95

SNCN 25 - 100

Sumber : Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Sularso (2018)

Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak keras,

dan baja keras. Diantaranya, baja liat dan baja agak keras banyak dipilih untuk

poros. Kandungan karbonnya adalah seperti yang tertera dalam tabel 1.4. baja lunak

yang terdapat dipasaran umumnya agak kurang homogen di tengah, sehingga tidak

dapat dianjurkan untuk dipergunakan sebagai poros penting. Baja agak keras pada

umumnya berupa baja yang dikil seperti yang telas disebutkan diatas. Baja macam

ini jika diberi perlakukan secara tepat dapat menjadi bahan poros yang sangat baik.

Tabel 1.3 Penggolongan baja secara umum

Golongan Kadar C (%)


Baja lunak -0,15

Baja liat 0,2 – 0,3

Baja agak keras 0,3 – 0,5

Baja keras 0,5 – 0,8

Baja sangat keras 0,8 – 1,2


Sumber : Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Sularso (2018)

Meskipun demikian, untuk perencanaan yang baik, tidak dapat dianjurkan

untuk memilih baja atas dasar klasifikasi yang terlalu umum seperti diatas.

Sebaiknya pemilihan dilakukan atas dasar standar – standar yang ada. Nama – nama

dan lambang – lambang dari bahan – bahan menurut standar beberapa Negara serta

persamaannya dengan JIS (Standar Jepang) untuk poros diberikan dalam Tabel 1.4.
19 Putaran kritis untuk masing – masing benda
yang berputar … (rpm)

Tabel 1.4 Standar Baja

Nama Standar jepang Standar Amerika (AISI), Inggris (BS), dan Jerman (DIN)

(JIS)
S25C AISI 1025, BS060 A 25

S30C AISI 1030, BS060 A 30

Baja karbon kontruksi mesin S35C AISI 1035, BS060 A 35, DIN C35

S40C AISI 1040, BS060 A 40

S45C AISI 1045, BS060 A 45, DIN C45, CK45

S50C AISI 1050, BS060 A 50, DIN St 50.11

S55C AISI 1055, BS060 A 55

Baja tempa SF 40,40

50,55 ASTM A105-73

SNC BS 653M31

Baja nikel khrom SNC22 BS En36


SNCM 1 AISI 4337

SNCM 2 BS830M31

Baja nikel khrom molibden SNCM 7 AISI 8645, BS En100D

SNCM 8 AISI 4340, BS817M40, 816M40

SNCM 22 AISI 4315

SNCM 23 AISI 4320, BS En325

SNCM 25 BS
SCr 3 AISI 5135, BS530A36

SCr 4 AISI 5140, BS530A40

Baja khrom SCr 5 AISI 5145

SCr 21 AISI 5150

SCr 22 AISI 5155


SCM 2 AISI 4130, DIN 34CrMo4

Baja khrom molibden SCM 3 AISI 4135, BS708A37, DIN34CrMo4

SCM 4 AISI 4140, BS708M40, DIN42CrMo4

SCM 5 AISI 4145, DIN50CrMo4


Sumber : Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Sularso (2018)

2.6 Rumus – Rumus Yang Digunakan

 Tegangan Aksial Pada Poros Ulir


F 4F
σ= =
A π . Dr2

Keterangan:

F = Gaya tarik yang dialami poros

A = Luas penampang poros

Dr = Diameter rata – rata

 Tegangan Dukung (Bearing Stress)

F 2F
σb = =
A π . Dm .nt . p

Keterangan:

F = Gaya pada ulir

A = Luas penampang ulir

Dm= Diameter

 Menentukan Safety Factor

σ ijin
Sf = =
σ terjadi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Poros ulir Dongkrak Scissor

Melakukan perhitungan untuk mencari bahan yang sesuai dan memiliki kekuatan yang

sesuai dengan tegangan yang terjadi. Pada pembahasan kali ini perancangan ulang

poros ulir dilakukan pada dongkrak bawaan mobil Toyota Calya.

Gambar 3.1 Mobil Calya

Gambar 3.2 Dongkrak


3.2 Data yang diperoleh

Berdasarkan spesifikasi Toyota Calya

Spesifikasi Teknik Toyota Calya

Dimensi & Kapasitas

Kapasitas Tempat Duduk 7 Kursi

Kapasitas Tangki Bahan Bakar (liter) 36 L

Panjang 4070 mm

Lebar 1655 mm

Ground Clearance 180 mm

Tinggi 1600 mm

Jarak Sumbu Roda 2525 mm

Jumlah Pintu 5

Berat bersih 1000 kg


3.3 Diagram Alir

START

SKETSA

1. Berat mobil

2. Jarak titik berat ke ban

3. Asumsi titik berat mobil

PEMBEBANAN

Membuat DBB Mobil dan mencari

posisi pendongkrakan dengan beban terbesar

Membuat DBB dongkrak dan menghitung gaya pada

frame dan beban yang diterima poros ulir

a
a

Bahan Poros
Kekuatan Tarik
(kg /mm¿¿ 2)¿
Faktor Keamanan Sf 1

Tegangan Geser yang Diizinkan τ a

Tegangan maksimum (σ max )

Dimensi Poros Ulir

SELESAI

3.4 Perhitungan

Ray Rby

621,5 mm 1903,5 mm
∑ Mc =0 (Asumsi arah ccw positif + )

-w(621,5 mm) + Rby (2525 mm) = 0

9810 N X 621,5 MM
Rby = = 2414,619 N
2525 MM

∑ FY = 0 (Asumsi arah keatas positif + )

-W+Ray+Rby = 0

Ray = W – Rby

Ray = 9810N – 2414,619 N

Ray = 7395,38 N

Jadi beban yang diangkat dongkrak adalah sebesar Ray dibagi dua sebesar 3697,38 N

= 3697,38 N
1505
x=46,5 mm53 3

46,5
ϴ = sin −1( ) = 18,05°
x 150
γ = 90° - 18,05° = 71,95°
DBB DONGKRAK
w

Fa Fb

Fb
Fa

Fc Fd
Fx

Fx Fx
Fc Fc Fc Fd
Fd
Fx

Fe
Fd Ff
Fd

Fe Ff
Fd Fd

DBB TOP BRACKET

∑ FY = 0 (Asumsi arah keatas positif + )


w
-W + Fay + Fby = 0
Fa Fbx
Fay Fb Fay + Fby = W
Fa Fb
w 3697,39
Fay Fby Fay = Fby = = = 1848,845 N
2 2
Fb Fb
1848,845
Fb = Fa = = 5963,77 N
cos ⁡(71,95)

DBB LENGAN ATAS

Fay
∑ FY = 0 (Asumsi arah keatas positif + )
Fa
Fb
Fcy – Fay = 0
Fax
Fay Fcy = Fay = 3697,69 N
Fcx
Fb ∑ Mc = 0 (Asumsi arah ccw positif + )

-Fay (150 mm x cos (18,05)) + Fax (46,5 mm)


Fcy
Fc Fb
Fax = 1848,845 N ¿ ¿ =

Fcx = Fbx = Fdx = Fax = 5670,509 N

DBB LENGAN BAWAH

∑ FY = 0 (Asumsi arah keatas positif + )


Fc Fey
Fd
Fe Fdy – Ffy = 0
Fcx
Fe Fdy = Ffy = Fcy = Fey = 1848,845 N
Fex
Fe ∑ Fx = 0
Fey Fdx – Ffy = 0 (Asumsi arah keatas positif + )
Fe
Fe
Fd
Ffy = Fdx = Fcx = Fex = 5670,509 N

5670,509
Fc = Fe = Fd = Ff = = 5963,77 N
sin(71,94)

DBB JOIN LENGAN DENGAN POROS


Fcdy
Fcd
Fe
Fe ∑ FY = 0 (Asumsi arah keatas positif + )
Fcdx
Fe Fcsx + Ffdx – Fdc = 0
Fcd
Fe Fdc = Fcdx + Ffdx
Ffdx
Fe
Fdc = 5670,509 N + 5670,509 N
Ffd Ffdy
Ffdx Ffdx
Fdc = 11341,018

Jadi gaya tarik yang dialami oleh poros ulir adalah sebesar 11341,018 N

TEGANGAN YANG TERJADI PADA POROS ULIR

Dm = d - p/2 = 12 mm – 2/2 = 11 mm

Dr = d – p = 12 mm -2 mm = 10 mm

-Baja Karbon JIS G 4501 (S30C)

 Tegangan Aksial Pada Poros Ulir

4F
Dr 2= =
π . σ ijin

4F
Dr =
√ π . σ ijin
=

4 x 1156,067 Kg
Dr =
√ π x 48 Kg/mm2
= 5,536 mm

 Tegangan Dukung (Bearing Stress)

2F
Dm = =
π . σb . nt . p

2 x 1156,067 Kg
Dm = π x 48 Kg x 1 x 2 mm = 7,666 mm
mm2

-Baja Karbon JIS G 4501 (S35C)

 Tegangan Aksial Pada Poros Ulir

4F
Dr 2= =
π . σ ijin

4F
Dr =
√ π . σ ijin
=

4 x 1156,067 Kg
Dr =
√ π x 52 Kg/mm2
= 5,320 mm

 Tegangan Dukung (Bearing Stress)


2F
Dm = =
π . σb . nt . p

2 x 1156,067 Kg
Dm = π x 52 Kg x 1 x 2 mm = 7,076 mm
mm2

-Baja Karbon JIS G 4501 (S40C)

 Tegangan Aksial Pada Poros Ulir

4F
Dr 2= =
π . σ ijin

4F
Dr =
√ π . σ ijin
=

4 x 1156,067 Kg
Dr =
√ π x 55 Kg/mm2
= 5,173 mm

 Tegangan Dukung (Bearing Stress)

2F
Dm = =
π . σb . nt . p

2 x 1156,067 Kg
Dm = π x 55 Kg x 1 x 2mm = 6,690 mm
mm2

PENENTUAN DIMENSI

 Dari perhitungan Baja Karbon JIS G 4501 (S30C) diperoleh nilai tegangan aksial

pada poros ulir

Safety Factor

Kg
85
mm2
Sf = = 2,54
Kg
33,45
mm2

Anda mungkin juga menyukai