SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD RIZKY JHON ALFANO
12-2016-005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Proposal Tugas Akhir ini dengan judul “PENGUJIAN KARAKTERISASI
MATERIAL KOMPOSIT POLYPROPYLENE HIGH IMPACT (PPHI)
BERPENGUAT SERAT ALAM 20% MENGGUNAKAN METODE
INJECTION MOLDING”. Laporan Proposal Tugas Akhir ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana program strata 1 Jurusan
Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Proposal Tugas Akhir ini telah
banyak pihak-pihak yang sangat membantu, maka dari itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Ibu, Bapak, serta Keluarga yang selalu mendukung baik dukungan
moril maupun materil.
2. Ibu Nuha Desi Anggraeni S.T,. M.T selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak sekali membantu, membimbing dan mengarahkan dalam
pelaksanaan dan penyusunan Laporan Proposal Tugas Akhir.
3. Bpk Alfan Ekajati Latief S.T,. M.T selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak sekali membantu, membimbing dan mengarahkan dalam
pelaksanaan dan penyusunan Laporan Proposal Tugas Akhir.
7. Mas Arip dan Pak tedi yang banyak sekali membantu dalam
pelaksanaan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis
iii
ABSTRAK
Kata Kunci: Komposit, Polypropylene High Impact (PPHI), Hand Lay-Up, Injection
Molding, serat alam (nanas).
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBARvii
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
1.6 Metodologi 3
2.2 Polypropilane 5
2.5 Komposit 11
2.5.2 Matriks 13
3.2.1 Alat 22
3.2.2 Bahan 22
4.4 Perbandingan Serat Nanas Fraksi volume 10% dan Fraksi Volume 20% 56
BAB V PENUTUP 69
5.1 Kesimpulan 69
5.2 Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.7 Spesimen Uji Bending, Spesimen Uji Impak, Spesimen Uji Tarik. 28
Gambar 3.8 Geometri Spesimen Uji Tarik (dalam mm) ASTM D 3039.............28
Gambar 3.9 Geometri Spesimen Uji Bending (dalam mm) ASTM D 695..........29
Gambar 3.10 Geometri Spesimen Uji Impact (dalam mm) ASTM D 6110........30
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Bending Komposit Serat Nanas Mesh 120............32
Gambar 4.4 Spesimen 1 Uji Bending komposit serat nanas mesh 120...............34
ix
Gambar 4.5 Hasil Pengujian Bending Komposit Serat Nanas mesh 170............34
Gambar 4.8 Hasil Pengujian Bending Komposit Serat Nanas Mesh 200............36
Gambar 4.10 Spesimen 2 Uji Bending komposit serat nanas mesh 170..............37
Gambar 4.14 Hasil Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Nanas Mesh 120..........40
Gambar 4.15 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 120................41
Gambar 4.16 Spesimen 5 Uji Tarik komposit Serat Nanas Mesh 120.................41
Gambar 4.17 Hasil Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Nanas mesh 170..........42
Gambar 4.18 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 170................42
Gambar 4.19 Spesimen 3 Uji Bending komposit serat nanas mesh 170..............43
Gambar 4.20 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 200................43
Gambar 4.21 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 200................44
Gambar 4.22 Spesimen 5 Uji Bending komposit serat nanas mesh 200..............44
Gambar 4.23 Perbandingan Hasil Uji Tarik Serat Nanas Fraksi Volume 20%....45
Gambar 4.24 Nilai Rata-Rata Hasil Uji Tarik Serat Nanas .................................46
Gambar 4.27 Hasil Spesimen Uji Impak Komposit Serat Nanas mesh 120.........48
x
Gambar 4.29 Spesimen 2 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 120...............50
Gambar 4.30 Spesimen 5 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 120...............50
Gambar 4.31 Hasil Spesimen Uji Komposit Serat Nanas Mesh 170....................50
Gambar 4.33 Spesimen 5 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 170...............52
Gambar 4.34 Hasil Spesimen Uji Komposit Serat Nanas Mesh 200....................52
Gambar 4.36 Spesimen 2 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 200...............53
Gambar 4.37 Spesimen 4 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 200...............53
Gambar 4.38 Spesimen 5 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 200 ..............54
Gambar 4.41 Perbandingan Serat Nanas Rata-Rata Fraksi Volume 10%,15% dan
20 % Uji Impak..............................................................................57
Gambar 4.42 Perbandingan Serat Nanas Rata-Rata Fraksi Volume 10%,15% dan
20 % Uji Tarik................................................................................58
Gambar 4.43 Perbandingan Serat Nanas Rata-Rata Fraksi Volume 10%,15% dan
20 % Uji Bending...........................................................................59
Gambar 4.44 Perbandingan Rata-Rata Uji Impak Serat Nanas dan Serat Rami
Gambar 4.45 Perbandingan Rata-Rata Uji Tarik Serat Nanas dan Serat Rami
Gambar 4.46 Perbandingan Rata-Rata Uji Bending Serat Nanas dan Serat Rami
Gambar 4.47 Perbandingan Uji Impak Metode Hand Lay-Up 10% dan Metode
Gambar 4.48 Perbandingan Uji Bending Metode Hand Lay-Up 10% dan Metode
Gambar 4.49 Perbandingan Uji Tarik Metode Hand Lay-Up 10% dan Metode
Gambar 4.50 Spesimen Uji Tarik metode Hand Lay-Up Fraksi volume 10%.......66
Gambar 4.51 Spesimen Uji Bending metode Hand Lay-Up Fraksi volume 10%..66
Gambar 4.52 Spesimen Uji Impak metode Hand Lay-Up Fraksi volume 10%.....67
Gambar 4.53 Hasil Pengujian Spesimen Uji dengan menggunakan bahan PPHI..67
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.3 Perbandingan Beberapa Sifat Dari Serat Alam dan Sintetik.................9
Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata Hasil Uji Tarik Komposit Serat Nanas......................46
Tabel 4.16 Perbandingan Injection Molding fraksi volume 10%,15% dan 20% (Impak
Nanas).................................................................................................56
Tabel 4.17 Perbandingan Injection Molding fraksi volume 10%,15% dan 20% (Tarik
Nanas).................................................................................................57
Tabel 4.18 Perbandingan Injection Molding fraksi volume 10%,15% dan 20%
(Bending Nanas).................................................................................59
Tabel 4.19 Perbandingan Uji Impak Injection Molding Serat Nanas dan Rami Fraksi
Volume 20%.......................................................................................60
Tabel 4.20 Perbandingan Uji Tarik Injection Molding Serat Nanas dan Rami Fraksi
Volume 20%.......................................................................................61
Tabel 4.21 Perbandingan Uji Bending Injection Molding Serat Nanas dan Rami
Tabel 4.22 Perbandingan Uji Impak Metode Hand Lay-up 10% dan Metode Injection
Molding 20%......................................................................................63
Tabel 4.23 Perbandingan Uji bending Metode Hand Lay-up 10% dan Metode
Tabel 4.24 Perbandingan Uji Tarik Metode Hand Lay-up 10% dan Metode Injection
Molding 20%......................................................................................65
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada penggunaan produk
pelastik di industri manufaktur karena sangat berguna dan memiliki nilai ekonmis
yang tinggi. Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan khususnya
untuk pemanfaatan dan pengolahan polimer, sehingga dapat dihasilkan produk plastik
dengan kuantitas yang cukup tinggi dan kualitas yang baik. Salah satu teknik yang
cukup efektif dan banyak dipergunakan untuk pengolahan bahan thermoplastic adalah
injection molding. (Anif, 2007).
Polipropilena high impact (PPHI) merupakan salah satu polimer yang umum
digunakan dalam industri otomotif Indonesia. Ketahanan terhadap beban impak yang
tinggi menjadikan PPHI sangat menjanjikan untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pengikat pada komposit polimer berpenguat serat hayati. Studi mengenai
pemanfaatan PPHI sebagai bahan pengikat pada komposit polimer berpenguat serat
hayati masih belum banyak dipelajari. Oleh karena itu, dilakukan studi sifat tarik dan
sifat impak dari komposit PPHI berpenguat serat nanas , dimana PPHI dimanfaatkan
sebagai bahan pengikat dan serat nanas berfungsi sebagai bahan penguat dengan
berbagai fraksi volume.( Mardiyati, 2017 ).
Serat alam (natural fibre) adalah jenis-jenis serat sebagai bahan baku
industri tekstil atau lainnya, yang diperoleh langsung dari alam. Berdasarkan asal
usulnya, serat alam dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu serat
yang berasal dari binatang (animal fibre), bahan tambang (mineral fibre) dan
tumbuhan (vegetable fibre). Serat alam yang berasal dari binatang, antara lain wool,
sutera, cashmere, ilama dan camel hair. Serat yang berasal dari bahan baku tambang,
misal serat asbes. Sedang serat yang berasal dari tumbuhan dapat dikelompokkan lagi
sesuai dengan asal serat diambil. Serat yang diambil dari biji (seed fibres), misal serat
cotton dan kapok. Serat yang diambil dari batang (bast fibres), misal serat jute, flax,
hemp, dan rami. Serat yang diambil dari daun (leaf fibres), misal abaca, henequen,
sisal, daun nanas dan lidah mertua. (Pratikno Hidayat, 2008).
Dari penelitian metode Hand Lay-Up disimpulkan bahwa metode Hand Lay-
Up kurang baik untuk di terapkan, sehingga banyak terjadi cacat pada specimen yang
sudah jadi. (Rifki Rabbi Radliya, 2020).
Untuk memaksimalkan hasil dari metode Hand Lay-Up ini, bisa diperbaiki
menggunkan metode “Injection Molding” dengan metode tersebut sudah
memperlihatkan bahwa mesin yang mempunyai tekanan lebih tinggi untuk
menghilangkan/meminimalisir terjadinya void dan porositas pada specimen uji
tersebut. (Rifki Rabbi Radliya, 2020).
BAB I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup kajian,
metodologi dan sistematikan penulisan.
BAB II berisikan tentang teori dasar dan ulasan yang mendukung penelitian.
BAB III berisikan tentang rancangan prosedur penelitian yang akan dilakukan.
BAB IV berisikan tentang penganalisaan dari hasil pengamatan yang diperoleh untuk
mendapatkan kesimpulan yang tepat terhadap penelitian.
BAB V berisi tentang kesimpulan meyeluruh dari hasil pengolahan data dan beberapa
saran untuk kesempurnaan hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Polypropilane
membentuk daerah kristalin (molekul tersususn teratur) dan bagian lain membentuk
daerah amorf (molekul tersususn secara tidak teratur). (cowd MA, 1991)
Material °C °F
ABS 180 - 240 356 - 464
Acetal 185 - 225 365 - 437
Acrylic 180 - 250 356 - 482
Nylon 260 - 290 500 - 554
Poly Carbonat 280 - 310 536 - 590
LDPE 160 - 240 320 - 464
PP 200 - 300 392 - 572
PS 180 - 260 356 - 500
PVC 160 - 180 320 - 365
panas. Sifat dari plastik adalah massa jenis atau densitasnya rendah, tembus cahaya,
tidak korosif, dapat didaur ulang, harganya relatif murah, kurang dapat
menghantarkan listrik dan penghantar panasnya kurang baik. Monomer propilena
diperoleh dari proses fraksinasi minyak mentah (crude oil) yang merupakan salah
satu hasil aktifitas barang tambang dalam negeri, sehingga harganya relatif murah.
oleh kerja serat, karena istilah lain untuk mempresentasikan antar muka adalah zona
transisi antara muka, ZTA (Interfacial Transition Zona).
Kualitas dan sifat dari serat tergangtung dari beberapa factor seperti ukuran,
kematangan (umur) dan proses atau metode yang digunakan untuk mengekstrak serat.
Sifat-sifat seperti densitas, electrical resistivity, kekuatan Tarik dan intial modulus
sangat berkaitan dengan struktur internal dan kandungan kimia dari serat. (Mohanty
dkk, 2011).
Tabel 2.3 Perbandingan Beberapa Sifat Dari Serat Alam dan Sintetik (Surdia dan Saito, 2005).
Physical Characteristics
Varietas Nanas Length Width Thickness
(cm) (cm) (cm)
Assam local 75 4.7 0.21
Cayenalisa 55 4 0.21
Kallara Local 56 3.3 0.22
Kew 73 5.2 0.25
Mauritius 55 5.3 0.18
Pulimath Local 68 3.4 0.27
Smooth Cayenne 58 4.7 0.21
Valera Moranda 65 3.9 0.23
Daun nanas mempunyai lapisan luar yang terdiri dari lapisan atas dan
bawah. Diantara lapisan tersebut terdapat banyak ikatan atau helai-helai serat
(bundles of fibre) yang terikat satu dengan yang lain oleh sejenis zat perekat (gummy
substances) yang terdapat dalam daun. Karena daun nanas tidak mempunyai tulang
daun, adanya serat-serat dalam daun nanas tersebut akan memperkuat daun nanas saat
pertumbuhannya. Dari berat daun nanas hijau yang masih segar akan dihasilkan
kurang lebih sebanyak 2,5 sampai 3,5% serat serat daun nanas.
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda (Jones,
1975). Kelebihan material komposit jika dibandingkan dengan logam adalah
memiliki sifat mekanik yang baik, tidak mudah korosi, bahan baku mudah diperoleh
dengan harga yang lebih murah dan memiliki massa jenis yang lebih rendah
dibanding logam. Serat alam adalah serat yang berasal dari alam seperti serat rami,
serat nanas, serat kelapa dan lain-lain. (Chandrabakty, 2011)
Pentingnya komposit matriks polimer yang diperkuat serat alami berasal dari
peningkatan substansial dalam kekuatan dan modulus, yang menawarkan
kemungkinan penggunaan komposit ini dalam aplikasi praktis. Kekuatan tarik bahan
komposit lebih sensitif terhadap sifat antarfasial serat-matriks, sedangkan modulus
tergantung pada sifat serat. Untuk meningkatkan kekuatan tarik, antarmuka yang
kuat, konsentrasi stres rendah dan orientasi serat diperlukan, sedangkan konsentrasi
serat, pembasahan serat dalam fase matriks dan serat tinggi (Mubarak A Khan, 2015).
………………………………………………………………......….(2.1)
Dimana:
ρ = Densitas (gr/cm3)
m= Massa serat (gram)
v = Volume (cm3)
2.7 Uji Tarik
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland,
1985). Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis dengan
cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik yang
diberikan sebesar P (Newton). Tujuannya untuk mengetahui sifat- sifat mekanik tarik
(kekuatan tarik) dari komposit yang diuji. Pertambahan panjang (Δl) yang terjadi
akibat gaya tarikan yang diberikan pada sampel ujidisebut deformasi. Regangan
merupakan perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula.
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan.. Tegangan tarik σ, adalah
σ= ………………………………………………………………………….(2.2)
Dimana:
F = Beban yang diberikan arah tegak lurus terhadap penampang spesimen (N)
……………………………………....…………………………………..(2.2)
Dimana:
ε = Enginering Strain
……………………………………………………………………….(2.3)
Inersia Penampang
Untuk melakukan uji bending ada factor dan aspek yang harus dipertimbangkan dan
dimengerti yaitu :
a. Tekanan (p)
Tekanan adalah perbandingan antara gaya yang terjadi dengan
luasan benda yang dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi
dipengaruhi oleh dimensi benda yang di uji. Dimensi mempengaruhi
tekanan yang terjadi karena semakin besar dimensi benda uji yang
digunakan maka semakin besar pula gaya yang terjadi. Selain itu alat
penekan juga mempengaruhi besarnya tekanan yang terjadi. Alat
penekan yang digunakan menggunakan sistem hidrolik. Hal lain yang
mempengaruhi besar tekanan adalah luas penampang dari torak yang
digunakan.
b. Benda uji
Benda uji adalah suatu benda yang di uji kekuatan
lengkungnya dengan menggunakan alat uji bending. Jenis material
benda uji yang digunakan sebagai benda uji sangatlah berpengaruh
dalam pengujian bending. Karena tiap jenis material memiliki
kekuatan lengkung yang berbeda-beda, yang nantinya berpengaruh
terhadap hasil uji bending itu sendiri.
c. Point Bending
Point bending adalah suatu sistem atau cara dalam melakukan
pengujian lengkung (bending). Point bending ini memiliki 2 tipe,
yaitu: three point bending dan four point bending. Perbedaan dari
kedua cara pengujian ini hanya terletak dari bentuk dan jumlah point
yang digunakan, three point bending menggunakan 2 point pada
bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan 1 point pada
bagian atas yang berfungsi sebagai penekan sedangkan four point
……………………………………………………….(2.4)
Dimana:
Harga impak
A = Luas penampang )
g = Percepatan grafitasi ( )
Sedangkan kadar air yang kurang akan menimbulkan serat menjadi rapuh dan tidak
fleksibel. Oleh karena perlu adanya kontrol kadar air serat, sehingga diperoleh kadar
air serat paling optimum.
Selain itu kandungan air sangat mempengaruhi daya ikat (adhesi) antara serat
dan resin. Jadi jika serat dengan kadar air tinggi diaplikasikan dengan resin polimer,
maka ikatan interfasial menjadi lemah. Hal ini disebabkan kandungan air bisa
mengisi daerah antar serat dan resin, sehingga menyebabkan ikatan ini menjadi licin.
Jadi dengan pengurangan kadar air diharapkan akan diperoleh kekuatan optimal dari
serat cantula. Pengurangan kadar air ini biasanya menggunakan pemanasan pada suhu
dan waktu tertentu. Sebab pemakaian suhu yang terlalu tinggi (atau tidak terkontrol)
akan menimbulkan kerusakan pada serat.
H. Li, dkk (1998) menjelaskan bahwa dengan adanya 2 jenis material atau
lebih pembentuk bahan, maka akan ada perbedaan yang berdampak terhadap
performanya bila ada pengaruh lingkungan, seperti halnya pemanasan dan
pendinginan. Hal ini sesuai dengan penelitian R.C. Wetherhold dkk (1998) yang
menjelaskan bahwa perlakuan termal yang dilakukan pada suhu tinggi akan
menurunkan kekuatan sisa komposit lebih cepat dibanding pada suhu yang lebih
rendah. Selain itu F. Chmelík dan P. Lukáč (2000) menjelaskan bahwa tegangan
komposit internal akibat perbedaan tegangan termal serat dan matrik dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
dengan
Ef = modulus young serat,
Em = modulus young matrik
v = fraksi volume serat ,
= perbedaan koefisien pertambahan panjang antara matrik dan serat,
T= perubahan suhu.
Berdasarkan rumus dan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi suhu yang digunakan akan meningkatkan pula kemungkinan kerusakan ikatan antara
serat (selulose) dan matrik (lignin). Waktu pemanasan merupakan faktor penting bagi
kekuatan serat. Lamanya pemanasan ini sangat menentukan penurunan kadar air dalam
serat. Sehingga dengan mengatur lama pemanasan, akan diperoleh kadar air yang paling
optimum untuk kekuatan serat yang paling tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Siapkan Serat
Mesh
120 170 200
Siapkan Cetakan
Fraksi
Volume 20%
Proses Pengujian
Selsai
Makin besar angka ukuran mesh maka makin halus bahan yang dihasilkan atau
terloloskan. Berikut gambar dibawah ini adalah tahapan proses pembuatan Preparasi
Serat Nanas.
Serat Alam (serat nanas) berukuran mesh 120 170 dan 200 akan dicampurkan
dengan Polypropylene High Impact (PPHI) dengan sesuai fraksi volume sebesar 20
%. Kemudian setelah dicampurkan lalu dimasukkan ke dalam hopper unit injection
molding yang telah di atur dengan temperatur 230°C sampai dengan 300°C. setelah
PPHI dan serat alam sudah meleleh dan menyatu lalu diaduk sampai rata kemudian
lakukan proses pressure pada tuas maka siapkan cetakan yang telah di panaskan
dalam temperatur 100°C dan letakkan ke ujung nozzle sesuai dengan spesimen yang
dibuat.
Berikut gambar dibawah ini adalah proses tahapan proses pembuatan spesimen
Injection Molding
Setting Termokopel
Injection Proses
Keempat ketika pphi dan serat nanas sudah meleleh aduk kedua bahan
sampai rata agar tidak terjadinya homogen. Kalau sudah rata kedua bahan
tersebut lalu injeksikan ke cetakan spesimen.
Hasil Spesimen
Gambar 3.7 Spesimen Uji Bending, Spesimen Uji Impak, Spesimen Uji Tarik
Gambar 3.8 Geometri Spesimen Uji Tarik (dalam mm) ASTM D 3039
Gambar 3.9 Geometri Spesimen Uji Bending (dalam mm) ASTM D 695
4. Masukan material pada pencekam mesin bending, ukur sisi kanan dan
kiri pencekam sesuai yang telah ditentukan.
5. Lalu turunkan kembali pencekam perlahan sampai ujung pencekam
menyentuh material, agar material tidak lepas pada saat proses
pembendingan/penekukan.
6. Pada mesin setting jarum penunjuk angka hingga nol, dan gunakan
spesifikasi beban sesuai yang telah di tentukan.
7. Mulai memutar handle pada mesin hingga jarum pada mesin bergerak
8. setelah jarum pada mesin bergerak catat hasil dari uji bending tersebut.
9. Lakukan langkah yang sama untuk masing-masing material.
3.5.3 Pengujian Uji Impak
Gambar 3.10 Geometri Spesimen Uji Impact (dalam mm) ASTM D 6110
Pada uji impak dilakukan untuk mengetahui beban kejut atau beban
secara tiba-tiba dan ketahan benda terhadap patah. Berikut adalah langkah-
langkahnya dibawah ini:
1. Mengukur dimensi dari skin yaitu tebal, lebar dna panjangnya, kemudian
memberikan nomor spesimen pada spesimen yang akan di uji.
2. Mengangkat beban palu.
3. Meletekan spesimen pada batang uji atau tumpuan dengan bantuan
penjepit.
4. Melepas palu atau bandul dengan cara menekan tombol dan menarik
handelnya.
5. Palu atau bandul akan jatuh dan memukul spesimen secara otomatis.
6. Catat energi serap yang ditunjukan oleh jarum pada alat uji impak.
7. Hitung harga impak.
BAB IV
Pengujian bending dilakukan dengan spesimen yang sesuai dengan standar ASTM
D 695. Spesimen uji bending adalah benda uji serat nanas dengan laminasi
Polypropylene High Impact (PPHI) dengan tiga ukuran mesh yaitu 120, 170 dan 200
mesh serta fraksi volume 20%.
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Bending Komposit Serat Nanas Mesh 120
Pada mesh 120, dari data yang diperoleh perbandingan nilai yang didapat
paling tinggi yaitu spesimen 1 . Dikarenakan tidak terdapat porositas yang
menyebabkan hasil kekuatan bending yang maksimal.
Gambar 4.4 Spesimen 1 Uji Bending komposit serat nanas mesh 120
Gambar 4.5 Hasil Pengujian Bending Komposit Serat Nanas mesh 170
0
1 2 3 4 5
Mesh 170
Pada mesh 170, dari data yang diperoleh perbandingan nilai yang didapat
paling tinggi yaitu spesimen 3 . Dikarenakan tidak terdapat porositas yang
menyebabkan hasil kekuatan Bending yang maksimal dan beban
lenturnya sangat tinggi .
Gambar 4.8 Hasil Pengujian Bending Komposit Serat Nanas Mesh 200
Pada mesh 170, dari data yang diperoleh perbandingan nilai yang didapat
paling tinggi yaitu spesimen 2 . Dikarenakan tidak terdapat porositas yang
menyebabkan hasil kekuatan bending yang maksimal dan beban
lenturnya .
Gambar 4.10 Spesimen 2 Uji Bending komposit serat nanas mesh 170
Serat Nanas
Kegagalan pada komposit PPHI dan serat nanas dengan fraksi volume
20% bahawa semakin besar ukuran mesh yang dipakai maka data yang
didapatkan sebaliknya semakin besar. Pada penelitian ini dengan
analisa data yang sudah didapatkan adalah disebabkan karena tidak
tercampur rata antara PPHI dengan serat pada proses pengadukan,
sehingga PPHI dan serat tidak saling menyatu . Hal ini disebabkan
karena ketika proses pembuatan komposit material akan ada
kecenderungan terjadi penjenuhan serat pada titik tertentu sehingga
menyebabkan distribusi serat diseluruh luas permukaan tidak merata.
Untuk Komposit Propylene High Impact (PPHI) dengan Serat Nanas
Bisa dilihat dengan data yang sudah diperoleh bahwa Serat Nanas
mesh 200 kekuatan lengkungnya lebih tinggi dibanding dengan serat
nanas mesh 170 dan 200.
Pada Uji Bending komposit serat Nanas ini, data yang sudah diperoleh
bahwa pada mesh 200 nilai rata-rata yang didapatkan besar
dibandingkan dengan mesh 120 dan mesh 170. Dimana dari lima
spesimen pada masing-masing mesh data rata-rata yang telah dibagi
dengan standar defiasi yaitu mesh 120 (2,365 Mpa), mesh 170 (7,046
Mpa) dan mesh 200 (8,067 Mpa).
bending streght
nilai rata rata (Mpa)
mesh 120 2.365
mesh 170 7.046
mesh 200 8.067
Pengujian tarik dilakukan dengan metode charpy yang telah di tentukan di ASTM
D 3039. Spesimen uji tarik adalah benda uji serat nanas dengan laminasi
Polypropylene High Impact (PPHI) dengan tiga ukuran mesh yaitu 120, 170 dan 200
mesh serta fraksi volume 20%.
Gambar 4.14 Hasil Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Nanas Mesh 120
Gambar 4.15 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 120
Pada mesh 120, dari data yang diperoleh perbandingan nilai yang didapat
paling tinggi yaitu spesimen 5 . Dikarenakan terdapat tegangan dan
regangan yang menyebabkan hasil kekuatan tarik yang maksimal Tetapi
masih terdapat sedikit porositas disebabkan pada proses pembuatan
spesimen temperatur lingkungan sangat berpengaruh.
Gambar 4.16 Spesimen 5 Uji Tarik komposit serat nanas mesh 120
Gambar 4.17 Hasil Spesimen Uji Tarik Komposit Serat Nanas mesh 170
Gambar 4.18 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 170
Pada mesh 170, dari data yang diperoleh perbandingan nilai yang didapat
paling kecil yaitu spesimen 3 dibanding spesimen lainya . Dikarenakan
Gambar 4.19 Spesimen 3 Uji Bending komposit serat nanas mesh 170
Gambar 4.20 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 200
4 23.997 15.664
5 27.19 17.358
Gambar 4.21 Hasil Pengujian Tarik Komposit Serat Nanas mesh 200
Pada mesh 120, dari data yang diperoleh perbandingan nilai yang didapat
paling tinggi yaitu spesimen 5 . Dikarenakan terdapat tegangan dan
regangan yang menyebabkan hasil kekuatan tarik yang maksimal Tetapi
masih terdapat sedikit porositas disebabkan pada proses pembuatan
spesimen temperatur lingkungan sangat berpengaruh.
Gambar 4.22 Spesimen 5 Uji Bending komposit serat nanas mesh 200
Serat Nanas
Gambar 4.23 Perbandingan Hasil Uji Tarik Serat Nanas Fraksi Volume 20%
Pada pengujian komposit Uji Tarik ini terbukti bahwa spesimen pada
mesh 120 rata-rata nilai yang didapatan kan besar pada serat nanas jadi
semakin besar tegangan maka semakin kuat kompositnya, namun masih
terdapat porositas yang menyebabkan nilai yang didapatkan belum
maksimal karena ketidakhomogenan.
Pada Uji Tarik komposit serat Nanas ini, data yang sudah diperoleh
bahwa pada mesh 120 nilai rata-rata yang didapatkan besar dibandingkan
dengan mesh 170 dan mesh 200. Dimana dari lima spesimen pada masing-
masing mesh data rata-rata yang telah dibagi dengan standar defiasi yaitu
mesh 120 (21,473 Mpa), mesh 170 (21,468 Mpa) dan mesh 200 (1,883
Mpa).
Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata Hasil Uji Tarik Komposit Serat Nanas
Pengujian impak dilakukan dengan spesimen yang sesuai dengan standart ASTM
D 6110. Spesimen uji Impak adalah benda uji serat serat nanas dengan laminasi
Polypropylene High Impact(PPHI) dengan tiga ukuran mesh yaitu 120 , 170 dan 200
mesh serta fraksi volume 20% dan dapat dilihat pada Gambar 4.24 dibawah ini:
Besar impak adalah angka yang menunjukan besarnya energi untuk mematahkan
spesimen dan energi impak material pada komposit dapat di hitung menggunakan
metode charpie persamaan 4.1.
𝐻𝐼 = .............................................................................................................. (4.1)
A = Luas Penampang ( )
𝐸 = 𝑊×𝑅×(cos𝛽−cos𝛼).....................................................................................(4.2)
β = Sudut Naik
α = Sudut Turun
Gambar 4.27 Hasil Spesimen Uji Impak Komposit Serat Nanas mesh 120
no
nanas mesh HI (KJ/m²)
120
1 136
2 9.083
3 117.68
4 123.34
5 42.83
Gambar 4.29 Spesimen 2 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 120
Gambar 4.30 Spesimen 5 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 120
Gambar 4.31 Hasil Spesimen Uji Komposit Serat Nanas Mesh 170
no
nanas mesh HI (KJ/m²)
170
1 128.58
2 137.75
3 152.08
4 141.58
5 56.58
Pada mesh 170, dari data yang diperoleh pada spesimen 5 terdapat
nilai kekuatan impak yang sangat kecil dikarenakan kesalahan pada
proses pembuatan dan terdapat juga porositas yang menyebabkan nilai
impak yang belum maksimal.
Gambar 4.33 Spesimen 5 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 170
Gambar 4.34 Hasil Spesimen Uji Komposit Serat Nanas Mesh 200
no
nanas mesh HI (KJ/m²)
200
1 144.83
2 23.83
3 151.25
4 70.77
5 63.6
Pada mesh 200, dari data yang diperoleh terdapat kekuatan impak
yang kecil pada spesimen kedua, keempat, kelima dikarenakan pada
proses pembuatan yang kurang terliti. Terdapat juga porositas yang
menyebabkan nilai harga impak yang belum maksimal.
Gambar 4.36 Spesimen 2 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 200
Gambar 4.37 Spesimen 4 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 200
Gambar 4.38 Spesimen 5 Uji Impak Komposit Serat Nanas Mesh 200
Serat Nanas
Pada Uji impak komposit serat Nanas ini, data yang sudah diperoleh
bahwa pada mesh 170 nilai rata-rata yang didapatkan besar
dibandingkan dengan mesh 120 dan mesh 200. Dimana dari lima
spesimen pada masing-masing mesh data rata-rata yang telah dibagi
dengan standar defiasi yaitu mesh 120 (85.7866 Mpa), mesh 170
(123.314 Mpa) dan mesh 200 (90.856 Mpa).
Kekuatan Impak
no nilai rata rata (KJ/m2)
1 mesh 120 85.79
2 mesh 170 123.31
3 mesh 200 90.86
Tabel 4.16 Perbandingan Injection Molding fraksi volume 10%, 15, dan
20% (Impak Nanas)
Gambar 4.41 Perbandingan Serat Nanas Rata-Rata Fraksi Volume 10%, 15% dan
20 % Uji Impak
Tabel 4.17 Perbandingan Injection Molding fraksi volume 10%, 15, dan
20% (Tarik Nanas)
Gambar 4.42 Perbandingan Serat Nanas Rata-Rata Fraksi Volume 10%, 15% dan
20 % Uji Tarik
o Serat Nanas
Tabel 4.18 Perbandingan Injection Molding fraksi volume 10%, 15, dan
20% (Bending Nanas)
Gambar 4.43 Perbandingan Serat Nanas Rata-Rata Fraksi Volume 10%,15, dan
20 % Uji Bending
Berikut adalah data perbandingan uji impak serat nanas fraksi volume
20% dan serat rami fraksi volume 20% dengan metode injection
molding
Tabel 4.19 Perbandingan Uji Impak Injection Molding Serat Nanas dan
Rami Fraksi Volume 20%
Gambar 4.44 Perbandingan Rata-Rata Uji Impak Serat Nanas dan Serat Rami
Fraksi Volume 20%
Berikut adalah data perbandingan uji tarik serat nanas fraksi volume
20% dan serat rami fraksi volume 20% dengan metode injection
molding
Tabel 4.20 Perbandingan Uji Tarik Injection Molding Serat Nanas dan
Rami Fraksi Volume 20%
Gambar 4.45 Perbandingan Rata-Rata Uji Tarik Serat Nanas dan Serat Rami
Fraksi Volume 20%
Tabel 4.21 Perbandingan Uji Bending Injection Molding Serat Nanas dan
Rami Fraksi Volume 20%.
Gambar 4.46 Perbandingan Rata-Rata Uji Bending Serat Nanas dan Serat
Rami Fraksi Volume 20%
Tabel 4.22 Perbandingan Uji Impak Metode Hand Lay-up 10% dan
Metode Injection Molding 20%
Gambar 4.47 Perbandingan Uji Impak Metode Hand Lay-Up 10% dan
Metode Injection Molding 20%
Tabel 4.23 Perbandingan Uji bending Metode Hand Lay-up 10% dan
Metode Injection Molding 20%
Gambar 4.48 Perbandingan Uji Bending Metode Hand Lay-Up 10% dan
Metode Injection Molding 20%
Tabel 4.24 Perbandingan Uji Tarik Metode Hand Lay-up 10% dan Metode
Injection Molding 20%
Gambar 4.49 Perbandingan Uji Tarik Metode Hand Lay-Up 10% dan
Metode Injection Molding 20%
Untuk perbandingan pengujian spesimen uji tarik, uji impak, dan uji
bending dengan metode Hand Lay-Up fraksi volume 10% dan metode
Injection Molding fraksi volume 20% dalam hasil perbandingan kedua
metoda tersebut bahwa metode injection molding lebih baik dari pada
metode hand Lay-Up. Dari spesimen yang telah dibuatpun metode
Hand Lay-Up banyak terjadi ketidakhomogenan dan void yang
menyebabkan data yang belum maksimal.
Gambar 4.50 Spesimen Uji Tarik metode Hand Lay-Up Fraksi volume
10%
Gambar 4.51 Spesimen Uji Bending metode Hand Lay-Up Fraksi volume
10%
Gambar 4.52 Spesimen Uji Impak metode Hand Lay-Up Fraksi volume
10%
dalam spesimen uji tarik, uji impak , dan uji bending dibuat dengan
menggunakan bahan PPHI tanpa campuran dari serat nanas. Berikut Tabel 4.25
adalah hasil data pengujian uji tarik, uji bending, dan uji impak.
Dari hasil data pengujian uji tarik, uji bending, dan uji impak dengan
menggunakan bahan PPHI. bahwa spesimen yang telah dibuat memiliki bentuk
yang tidak sempurna dikarenakan terjadinya void yang ada di dalam spesimen
tersebut. Berikut gambar dibawah ini adalah hasil spesimen uji dengan
menggunakan bahan PPHI
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisa pengujian serta pembahasan data yang di
peroleh, dapat disimpulkan :
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Komposit Uji Impak pada Serat
Nanas dengan Fraksi volume 20% memakai mesh 120 170 dan 200. Pada
Serat Nanas nilai tertinggi yaitu pada mesh 200 dengan data harga impak
85,79 KJ/m².
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Komposit Uji Bending pada
Serat Nanas dengan Fraksi volume 20% memakai mesh 120 170 dan 200.
Pada serat nanas nilai yang tertinggi yaitu pada Mesh 200 dengan data
bending strength 8,06 MPa.
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Komposit Uji Tarik pada Serat
Nanas dengan Fraksi volume 20% memakai mesh 120 170 dan 200. Pada
serat nanas nilai yang tertinggi yaitu pada Mesh 120 dengan data tensile
strength 21,473 MPa. .
Pada penelitian ini temperatur udara sangat berpengaruh dengan temperatur
yang ada di injection molding dikarenkan pada saat proses pengadukan
campuran antara pphi dan serat nanas.
Pada spesimen masih terdapat ketidakhomogenan akibat pencampuran yang
kurang sempurna, sehingga pada saat pembuatan perlu dilakukan pengadukan
yang lebih baik agar spesimen tercampur lebih sempurna.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan memperbaharui cetakan
atau mengubah cetakan agar supaya tidak terjadinya porositas
DAFTAR PUSTAKA
Nasmi Herlina Sari 2018 “Kekuatan Mekanik Komposit Diperkuat Serat Alam
Selulosa.”
Rodiawan, Firlya Rosa, Shudi 2016 “ Analisa Sifat-sifat Serat Alam Sebagai Penguat
Komposit Ditinjau dari Kekuatan Mekanik. “
Mardiyati, Nurdesri Srahputri, Steven, Rochim Suratman 2017 “ Sifat tarik dan sifat
impak komposit polypropylene high impact berpengaruh serat rami acak yang
dibuat dengan metode injection molding.”
Teguh Sulistyo Hadi, Sarjito Jokosisworo, 2016 “ Analisa Teknis Penggunaan Serat
Daun Nanas Sebagai Alternative Bahan Komposit Pembuatan Kulit Kapal
Ditinjau dari Kekuatan Tarik, Bending, dan Impak.”
Jarot Darmawan 2018 “ Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Cacat Short Shot pada
Produk Injection Molding Berbahan Polypropylene (PP).”
Khaeru Roziqin, Hartono Yudo, Ariwibawa Budi Santosa 2017 “ Analisa Teknis
Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Asiwung Raja (Typha
Angustipholia) Sebagai Alternatif Bahan Komposit Untuk Komponen Kapal
Ditinjau dari Kekuatan Tekuk dan Impak. “
Rifki Rabbi Radliya, 2020 “Proses Pembuatan Spesimen Uji Berbahan Komposit
Polimer Polypropylene High Impact (PPHI) Berpenguat Serat Alam
Menggunakan Metode Hand Lay-Up”
Wildhan Ramdhani, 2020 “Proses Pembuatan Alat Injection Molding Hand Press
Dan Cetakan Untuk Plastik Komposit”
Li, H., Li, J.B., Wang, Z.G., Chen, C.R. and Wang, D.Z., January 1998, Depence of
Thermal Residual Stress on Temperature in a SiC Particle-Reinforced 6061 Al
Alloy,Metalurgical and Material Transactions A, Vol. 29A
Wetherhold, Robert C., Westfall, Leonard J., 1998, Thermal Cycling of Tungsten-
FiberReinforced Superalloy Composites, Journal of Material Science, Vol. 23,
713-717.
Sharfun N Arju, AM Afsar, Mubarak A Khan and Dipak K Das, 2015, “Effects of
jute fabric structures on the performance of jute-reinforced polypropylene
composites”.