MONITORING VARIABLE
OPERATION
Disusun Oleh :
• Albert Silalahi (15-016)
• Jhon Rohim (16-045)
• Iqlal Afdholly (16-049)
• Muhammad Khidhr Syah (17-057)
• Fandy Haryanto (17-005)
• Handreas (17-074)
• Novreldo (17-018)
• Parlindungan (17-094)
• Ayub (17-039)
• Rizky (17-109)
• Rangga (17-009)
• Debi (17-053)
2
SOFTWARE
KIVA-3V MATLAB
KIVA-3V adalah versi paling matang MATLAB (Matrix Laboratory) adalah
dari seri KIVA yaitu sebuah software sebuah multi-paradigm programming
Computational Fluid Dynamics yang language dan numeric computing yang
dikembangkan oleh Los Alamos National dikembangkan oleh MathWorks.
Laboratory.
3
1
KIVA-3V
Let’s start with the first set of slides
4
KIVA-3V VALVE MODEL
5
▪ KIVA model telah digunakan untuk memahi proses kimia
pembakaran, seperti auto-ignition dari bahan bakar, dan untuk
mengoptimasi mesin diesel untuk efisiensi tinggi dan rendah
emisi. General motor telah menggunakan KIVA untuk
pengembangan direct-injection,mesin bensin muatan
bertingkat dan juga cepat terbakar, dan mesin bensin muatan
homogen
6
▪ KIVA-3V menggunakan block-structred mesh dengan
konektivitas yang ditentukan melalui indirect addressing.
Penyimpangan dari satu struktur persegi Panjang pada ruang
logika memungkinkan geometri kompleks untuk dimodelkan
dengan efisiensi yang jauh lebih besar dikarenakan sejumlah
besar wilayah sel yang dinonaktifkan tidak lagi diperlukan.
7
2
THE BASIC RESEARCH OF INTERNAL
COMBUSTION ENGINE PERFORMANCE IN
DIFFERENT SWIRL RATIO WITH KIVA-3V
8
PENDAHULUAN
9
SIMULASI MESIN DIESEL BERDASARKAN KIVA-3V
10
11
DAMPAK SWIRL RATIO PADA TEMPERATUR DAN TEKANAN SILINDER
12
▪ Gambar 1 adalah kurva dari temperature rata-rata dibawah swirl
ratio yang berbeda, ketika swirl ratio ώ 1.8,2.2,2.6,3.0 secara
berurut, puncak temperature pembakaran di silinder adalah
1890K,1960K,2070K dan 2160K. Dengan peningkatan intensitas
swirl ratio, temperature rata-rata meningkat. Ketika sudut engkol
60o , temperature silinder menurun dengan peningkatan swirl ratio
13
▪ Gambar 2 adalah kurva tekanan rata-rata dibawah swirl ratio yang
berbeda. Ketika swirl ratio ώ 1.8,2.2,2.6,3.0 secara berurutan tekanan
pada silinder 11.2Mpa,12.6Mpa,13.7Mpa dan 14.2Mpa. Tekanan pada
silinder meningkat dengan peningkatan swirl ratio. Ketika intensitas
swirl ratio meningkat secara bertahap, yang meningkatkan gangguan
pada gas di silinder, ini membuat bahan bakar dapat bercampur denhan
udara secara penuh, sehingga meningkatkan nilai tekanan pada
silinder.
14
DAMPAK SWIRL RATIO PADA NOX dan SOOT SILIDER
15
▪ Gambar 3 adalah kurva dari NOX yang dihasilkan di silinder.
Peningkatan intensitas swirl ratio bisa meningkatkan konsentrasi
dari gas tercampur, yang lebih kondusif untuk pembakaran .
Penghasilan NOX meningkat dengan peningkatan intensitas swirl
ratio. Ketika ώ 1.8,2.2,2.6,3.0 produksi Nox 0.0046g, 0.0055g,
0.0071g, dan 0.0086g. Hal ini disebabkan bahan bakar terbakar
dengan cukup, sehingga temperature rata rata meningkat yang
menghasilkan NOX.
16
▪ Gambar 4 adalah kurva SOOT yang dihasilkan pada silnder. Ketika
swirl ratio ώ 3.0 kualitas dari SOOT yang dihasilkan di silinder adalah
yang terendah, artinya campuran gas pada silinder terbakar dengan
baik. Temperatur yang lebih tinggi pada silinder tidak kondusif untuk
pembentukan SOOT. Ketika swirl ratio 1.8 dikarenakan intensitas swirt
yang rendah, camouran gas pada silinder tidak bagus, menyebabkan
perpanjangan delay pemantik pada mesin diesel, yang membuat
temperature menjadi rendah
17
DAMPAK SWIRL RATIO PADA PERFROMANSI DINAMIK DAN EKONOMIS
BAHAN BAKAR
18
▪ Gambar 5 adalah kurva tekanan rata –rata dan konsumsi bahan
bakar dari mesin diesel, yang dapat mempresentasikan performansi
daya dan ekonomis bahan bakar dari mesin diesel. Tekanan rata-rata
trend meningkat, ketika swirl ratio ώ 1.8,2.2,2.6,3.0 dengan tekanan
0.762Mpa, 0.793 Mpa, 0.826Mpa, dan 0.852Moa. Konsumsi bahan
bakar spesifik trend menurun. Ketika swirl ratio 2.6 performansi
daya dan ekonomis bahan bakar lebih baik
19
KESIMPULAN
20
KESIMPULAN
21
3
INTERNAL COMBUSTION ENGINE
MONITORING USING STRAIN GAUGE
22
PENDAHULUAN
▫ Metode pemantauan kondisi yang berbeda diterapkan selama pemeriksaan mesin laboratorium
untuk mengetahui proses keausan yang terjadi dan untuk menentukan metode yang sesuai yang dapat
diterapkan untuk deteksi dan diagnosis kondisi mesin tidak normal dalam praktiknya.
▪ Tujuan dari penelitian yang disajikan adalah untuk memantau blok mesin pembakaran dalam.
Pendekatan pemantauan kondisi blok mesin didasarkan pada pengukuran dan pemantauan operasi mesin
dalam torsi variabel menggunakan sensor regangan. Mesin yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Mitsubishi 4 cylinnders 4G92 1133 PS (83 kW; 111 hp) 1.6L 16 - valve SOHC eengine dengan injeksi
bahan bakar multi titik. Pengukur regangan Omegaa telah digunakan untuk mengumpulkan data juga, dan
trannslasi data dilakukan dengan menggunakan instrumentasi nasional perolehan data dan data recorrding
dilakukan dengan menggunakan software lab view. Selain itu, sinyal dianalisis menggunakan analisis
statistik baru
23
FASILITAS DAN TEKNIK PERCOBAAN
▪ Untuk investigasi eksperimental yang disajikan dalam eksperimen ini, sebuah fasilitas mesin digunakan:
Mitsubishi 4 silinder 4G92 113 PS (83 kW; 111 hp) mesin 1.6L 16-katup SOHC dengan injeksi bahan
bakar multi-titik. Untuk pengumpulan data pengukur regangan pra-kabel omega dipilih. Penerjemahan
data dilakukan dengan menggunakan akuisisi data instrumentasi Nasional (NI 9172).
a. Pemasangan Sensor
Langkah awal percobaan dimulai dengan pemasangan sensor dimana metode pemasangan
berbantuan pita merupakan metode yang paling populer untuk memasang alat ukur regangan logam-foil.
Metode pemasangan dengan bantuan pita meliputi 4 langkah:
1. Surface Preparation
2. Gauge Bonding
3. Lead Wire Attachment
4. Protective coating (Lapisan Pelindung)
24
b. Perekaman Data
Menghubungkan Strain Gauges ke akuisisi data adalah langkah penting pemantauan, pengukuran strain
gauge melibatkan penginderaan perubahan yang sangat kecil pada resistansi. Oleh karena itu, pemilihan dan
penggunaan bridge yang tepat, pengkondisian sinyal, kabel, dan komponen akuisisi data diperlukan untuk
pengukuran yang andal. Ketika akuisisi data terhubung ke pengukur, ia perlu dihubungkan ke perangkat lunak
labview (Drew 1996) dan sebelum memulai percobaan, tampilan lab harus diatur dan dikalibrasi dengan
pengukur regangan dan properti akuisisi data. Ketika semua langkah selesai dan pengukur regangan
dihubungkan ke akuisisi data dan ke computer masing-masing dan setelah pemeriksaan kabel terakhir, mesin 4
silinder dijalankan. Pertama kali mesin dihidupkan, mesinnya dingin .
Akibatnya torsi (rpm) mesin menjadi tidak stabil dan berfluktuasi dari 900 rpm hingga 1100 rpm dan hal
ini menyebabkan terhentinya pengumpulan data. Untuk mengatasi masalah tersebut mesin perlu bekerja
beberapa saat sekitar 10 sampai 15 menit agar stabil pada rpm ideal yaitu 950 putaran per menit. Pemantauan
mesin adalah pekerjaan yang bergantung pada waktu. Oleh karena itu, data direkam selama 2 detik dan pada
rpm yang berbeda. 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, masing-masing
25
c. Pengolahan Data
Strain Gauge sangat sensitif terhadap panas dan getaran, sebaliknya pada
saat mesin bekerja menghasilkan banyak getaran, dan temperatur mesin
menjadi sekitar 90 C ° karena adanya Friction. Properti eksternal ini
berpengaruh besar pada pencatatan dan menyebabkan ketidakakuratan pada
pemantauan. sifat-sifat ini tidak dapat dicegah, hasil yang diperoleh harus
difilter dan kemudian diterjemahkan ke domain frekuensi menggunakan fast
furrier transform agar dapat diterima dan terbaca. Pada analisis kali ini analisa
yang dilakukan dengan metode I-kaz.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode statistik I-kaz digunakan untuk menganalisis hasil yang diperoleh dari pengukur regangan yang dipasang pada blok
mesin. Setiap mesin memiliki figur I-kaz 3-D tertentu yang menunjukkan kondisi pengoperasian mesin. Angka 3,2 hingga 3,5
mewakili angka 3-D blok mesin yang diperoleh dalam penelitian ini untuk setiap silinder pada 1000 rpm.
28
▪ Dari tabel-tabel ini dapat diketahui nilai koefisien I-kaz, kurtosis frekuensi rendah, kurtosis frekuensi tinggi
dan kurtosis frekuensi sangat tinggi pada rpm yang berbeda. Hasil tersebut diperoleh dari analisa
menggunakan metode I-kaz.
29
Tabel I-Kaz Coefficient Cylinder 3
30
▪ Grafik di bawah ini digambar untuk mengetahui peran koefisien I-kaz dalam pemantauan blok mesin.
Garafik tersebut menggambarkan bahwa silinder 1 dan silinder 4 menunjukkan nilai koefisien I-kaz yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, memiliki komponen amplitudo dan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan silinder 2 dan silinder 3. Semakin tinggi koefisien I-kaz yang dihasilkan karena silinder 1 dan 4
terletak di tepi blok mesin dimana timing belt dan pompa air beroperasi dalam waktu yang bersamaan .
Sedangkan silinder 2 dan 3 memiliki koefisien I-kaz yang lebih rendah. Pengoperasian
silinder 2 dan 3 memiliki beban yang lebih sedikit dibandingkan dua silinder lainnya karena
terletak di tengah-tengah mesin sehingga tidak ditemukan gangguan dari komponen lain
selama pengoperasian mesin. Grafik ini berguna untuk memantau kondisi mesin.
Pemantauan kondisi blok mesin menggunakan sinyal ultrasonik (Husaini,Nuawi et al.) Yang
dilakukan oleh Mohd Fetri Husaini pada tahun 2009, pada percobaan ini menggunakan alat
ukur regangan hasilnya hampir sama dibandingkan dengan sinyal ultrasonik.
32
KESIMPULAN
▪ Sistem dan metode pemantauan yang ditingkatkan adalah salah satu cara terbaik untuk mengurangi emisi
dan meningkatkan efisiensi dan deteksi kesalahan mesin pembakaran internal. Artikel ini menunjukkan
metode baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, pemantauan blok mesin pembakaran internal
menggunakan sensor regangan dan analisis oleh metode statistik I-kaz. Peran koefisien I-kaz sebagai
variabel respon menunjukkan bahwa keempat silinder tersebut dipisahkan menjadi dua kelompok.
Pertama adalah silinder 1 dan 4 yang meliputi area atas grafik lebih tinggi dari silinder 2 dan 3. Kedua
adalah silinder 2 dan silinder 3 yang menutupi bagian bawah grafik. Nilai I-kaz silinder 1 dan 4 lebih
tinggi dari silinder 2 dan 3. Variasi nilai koefisien I-kaz dipengaruhi oleh nilai amplitudo dan frekuensi
masing-masing silinder.
33