Anda di halaman 1dari 7

BAB 3

PERANCANGAN SPLINE

Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke Flywheel dan plat gesek melalui plat
penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan akan ikut berputar
dengan perantaraan Naff dan Spline.

Pada dasarnya fungsi Spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dari
putaran dan poros ke komponen-komponen lain yang terhubung dengannya, ataupun
sebaliknya. Perbedaannya adalah Spline menyatu atau menjadi bagian dari poros sedangkan
pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk
pemasangannya. Selain itu jumlah Spline pada suatu kontruksi telah tertentu (berdasarkan
standar SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian Spline lebih menguntungkan dilihat dari segi penggunaannya
karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata di seluruh bagian poros
dibandingkan dengan pasak yang akan menimbulkan konsentrasi tegangan pada daerah
dimana pasak dipasang.

Untuk pemakaian Spline pada kendaraan bermotor, mesin perkakas dan mesin
produksi, perhitungannya dilakukan berdasarkan standar SAE (Society of Automotive
Engineering). Simbol-simbol yang digunakan dalam standarisasi ini adalah sebagai berikut.

Sumber : “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” (Sularso, 1994).

Gambar 3.1. Spline


Dimana : D = Diameter luar Spline

d = Diameter dalam Spline

h = Tinggi Spline

w = Lebar Spline

L = Panjang Spline

Ukuran Spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam Standar SAE
dan dapat dilihat pada Tabel 3-1 berikut ini.

Tabel 3-1Spesifikasi Spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)

Number Permanent Fit To Sline When To Slide When All Fits


not
Of Under Load
Under Load
Spilne
H D H D h d W

4 0,075D 0,850D 0,125D 0,750D - - 0,241D

6 0,050D 0,900D 0,075D 0,850D 0,100D 0,800D 0,250D

10 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,156D

16 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,098D

Sumber : “Kent’s, Mechanical Engineering Handbook”, (Halaman 15-15).

3.1. Pemilihan Spline

Pada Kopling yang akan dirancang ini, dipilih jumlah Spline sebanyak 10 buah sesuai
dengan hasil Survey.Spline akan bekerja dengan kondisi “to slide whennot load” karena
Spline diperkiraan sedikit meluncur saat tanpa beban. Sehingga dari table 3-1 diperoleh data
sebagai berikut :
h = 0,070D

d = 0,860D Diperoleh Data Dari Tabel 3-1

w = 0,156D

Dimana diameter dalam Spline ini adalah sama dengan poros yaitu 33 mm yang telah
dihitung pada BAB 2. Dengan memasukkan harga ini ke data di atas diperoleh :

d = 33 mm

d 33
D=   38,37 mm
0,860 0,860

h = 0,070 . D = 0,070 . 38,37 = 2,6mm

w = 0,156 . D = 0,156 . 38,37 = 5,9 mm

Sedangkan panjang Spline diperoleh dari :

D3
L= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Sularso, 1994).
d2

38,37 3
L=  51,873 mm
33 2

Dan jari-jari rata-rata Spline adalah :

Dd
rm= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Sularso,1994).
4

38,37  33
rm=  17,84 mm
4
3.2.Analisa Beban

Besarnya gaya yang bekerja pada Spline diperoleh dari

T = F . rm (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”.Sularso, 1994).

Dimana :

T = Momen puntir yang bekerja pada poros, dari perhitungan pada BAB2
diperoleh sebesar 14.890 (kg.mm)

F = Gaya yang bekerja pada Spline (kg)

r m = Jari-jari rata-rata Spline (mm)

Dengan memasukkan harga-harga T dan r m kepersamaan di atas diperoleh

T 14.890
F=   834,6 kg
rm 17,84

3.3.Pemilihan Bahan

Karena Spline menyatu dengan poros maka bahannya adalah sama dengan bahan
untuk poros, yaitu baja jenis S55C-D dengan kekuatan tarik  b = 85kg/m 2 , yaitu untuk
mengantisipasi adanya pembebanan tambahan yg dipasangkan pada poros motor

3.4.Pemeriksaan Kekuatan Spline

Pemeriksaan kekuatan untuk Spline dilakukan terhadap dua jenis kemungkinan


kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tumbukan  t dan kegagalan oleh tegangan geser

yang timbul  g .

3.4.1. Pemeriksaan terhadap kegagalan oleh tegangan tumbuk

Tegangan tumbuk pada Spline dapat diperoleh dari :

F
t= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”.Sularso, 1994).
i.h.L
Dimana :  t = Tegangan tumbuk (kg/mm 2 )

F = Gaya yang bekerja pada Spline (kg)

i = Jumlah Spline

h = Tinggi Spline (mm)

L = Panjang Spline (mm)

Maka besar tegangan tumbuk yang bekerja adalah

834,6
t= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Sularso, 1994).
10.2,6.51,873

= 0,61 kg/mm 2

Sedangkan tegangan tumbuk ijin dari bahan Spline adalah :

b 85
 ti    8,5kg / mm2
i 10

Tampak bahwa tegangan tumbuk ijin lebih besar daripada tegangan tumbuk yang timbul
sehingga spline yang dirancang aman terhadap tegangan tumbukan (  t <  ti ).

3.4.2.Pemeriksaan terhadap kegagalan oleh tegangan geser

Tegangan geser yang bekerja pada Spline dapat diperoleh dari

F
g  (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” .Sularso, 1994).
i.w.L

Dimana :  g = Tegangan Geser (kg/mm 2 )

F = Gaya yang bekerja pada Spline (kg)

i = Jumlah Spline

w = Lebar Spline (mm)


L = Panjang Spline (mm)

Maka besar tegangan geser yang bekerja adalah :


834,6
g  = 0,272kg/mm 2
10.5,9.51,873

Sedangkan tegangan geser ijin dari bahan Spline adalah :

 gi = 0,272. 

 gi = 0,272.8,5(“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”.Sularso, 1994).

 gi = 2,312 kg/mm 2

Karena tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser ijin bahan

(  g <  gi ) maka Spline aman dari kegagalan akibat tegangan geser.

Anda mungkin juga menyukai