PERANCANGAN SPLINE
Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke Flywheel dan plat gesek melalui plat
penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan akan ikut berputar
dengan perantaraan Naff dan Spline.
Pada dasarnya fungsi Spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dari
putaran dan poros ke komponen-komponen lain yang terhubung dengannya, ataupun
sebaliknya. Perbedaannya adalah Spline menyatu atau menjadi bagian dari poros sedangkan
pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan memerlukan alur pada poros untuk
pemasangannya. Selain itu jumlah Spline pada suatu kontruksi telah tertentu (berdasarkan
standar SAE), sedangkan jumlah pasak ditentukan sendiri oleh perancangnya. Hal ini
menyebabkan pemakaian Spline lebih menguntungkan dilihat dari segi penggunaannya
karena sambungannya lebih kuat dan beban puntirnya merata di seluruh bagian poros
dibandingkan dengan pasak yang akan menimbulkan konsentrasi tegangan pada daerah
dimana pasak dipasang.
Untuk pemakaian Spline pada kendaraan bermotor, mesin perkakas dan mesin
produksi, perhitungannya dilakukan berdasarkan standar SAE (Society of Automotive
Engineering). Simbol-simbol yang digunakan dalam standarisasi ini adalah sebagai berikut.
h = Tinggi Spline
w = Lebar Spline
L = Panjang Spline
Ukuran Spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam Standar SAE
dan dapat dilihat pada Tabel 3-1 berikut ini.
Pada Kopling yang akan dirancang ini, dipilih jumlah Spline sebanyak 10 buah sesuai
dengan hasil Survey.Spline akan bekerja dengan kondisi “to slide whennot load” karena
Spline diperkiraan sedikit meluncur saat tanpa beban. Sehingga dari table 3-1 diperoleh data
sebagai berikut :
h = 0,070D
w = 0,156D
Dimana diameter dalam Spline ini adalah sama dengan poros yaitu 33 mm yang telah
dihitung pada BAB 2. Dengan memasukkan harga ini ke data di atas diperoleh :
d = 33 mm
d 33
D= 38,37 mm
0,860 0,860
D3
L= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Sularso, 1994).
d2
38,37 3
L= 51,873 mm
33 2
Dd
rm= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Sularso,1994).
4
38,37 33
rm= 17,84 mm
4
3.2.Analisa Beban
Dimana :
T = Momen puntir yang bekerja pada poros, dari perhitungan pada BAB2
diperoleh sebesar 14.890 (kg.mm)
T 14.890
F= 834,6 kg
rm 17,84
3.3.Pemilihan Bahan
Karena Spline menyatu dengan poros maka bahannya adalah sama dengan bahan
untuk poros, yaitu baja jenis S55C-D dengan kekuatan tarik b = 85kg/m 2 , yaitu untuk
mengantisipasi adanya pembebanan tambahan yg dipasangkan pada poros motor
yang timbul g .
F
t= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”.Sularso, 1994).
i.h.L
Dimana : t = Tegangan tumbuk (kg/mm 2 )
i = Jumlah Spline
834,6
t= (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Sularso, 1994).
10.2,6.51,873
= 0,61 kg/mm 2
b 85
ti 8,5kg / mm2
i 10
Tampak bahwa tegangan tumbuk ijin lebih besar daripada tegangan tumbuk yang timbul
sehingga spline yang dirancang aman terhadap tegangan tumbukan ( t < ti ).
F
g (“Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” .Sularso, 1994).
i.w.L
i = Jumlah Spline
gi = 0,272.
gi = 2,312 kg/mm 2
Karena tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser ijin bahan