PENDAHULUAN
Pabrik pembuatan tegel merupakan satu industry kecil yang telah lama
berkembang di Indonesia. Dalam idustri ini menggunakan mesin press dalam
produk produksinya. Mesin press ini terdiri dari dua jenis yaitu maual dan
mekanik. Mesin ini terdiri dari besi cor yang di bentuk sedemikian rupa dengan
bantuan sambungan las.
Dalam tugas tooling desain ini, kami akan membuat sebuah alat mesin
press tegel dengan cara manual menggunakan ulir sebagai alat penggeraknya.
Tugas Tooling Desain ini bertujuan untuk membuat sebuah alat mesin
press tegel dengan cara manual menggunakan ulir sebagai alat penggerakan.
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang kekuatan sambungan las dan dimensi ulir, bantalan, gaya
defleksi.
BAB IV Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
Cara kerja dari mesin press tegel ini difokuskan pada mesin press
manual dengan penggerak tenaga manusia dengan cara memutar ulir yang telah
di las dengan plat besi sebagai pengepressnya. Dengan putaran ini berakibat ulir
bergerak kebwah dan menekan cetakan yang terletak diatas plat besi dibawah.
Plat besi tersebut berguna sebagai alat pengepressnya. Dari sistem inilah
pengepressan tegel berlangsung dan dihasilkan tegel tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
Alat pengpres tegel adalah mesin sederhana yang dapat digunakan oleh
industri rumah tangga. Alat ini dirancang sesuai kebutuhan industri rumah
tangga yang tidak rumit dan mudah pengoperasiannya. Mesin press tegel ini
terdiri dari dua jenis yaitu manual yang menggunakan tenaga manusia dan
mekanik yang menggunakan tenaga kompresor.
a. Kerangka
Kerangka pada alat ini terbuat dari plat bei karena murah harganya dan
mudah perawatannya serta kuat untuk menahan beban yang cukup besar.
Kerangka ini dibentuk seemikian rupa dengan bantuan sambungan las.
b. Ulir
Fungsi utama ulir adalah untuk melakukan pengepessan dari atas ke bawah
dengan cara memutar ulir , sehingga ulir akan menekan cetakan tegel
dengan kuat. Pada ujung ulir ini diberi bantuan dan dilas dengan plat besi
sebagai pengepressnya, sehingga ulir mudah diputar.
c. Cetakan
Cetakan berfungsi untuk menempatkan adonan bahan baku tegel.
d. Bantalan
Menurut metode panas yang dihasilkan oleh las, pengelasan cair dapat
diklasifikasikan menurut:
1. Las busur
2. Las gas
3. Las listrik
Sambungan ujung adalah menempatkan ujung plate (part) satu dan part
lainnya guna disambung dengan las. Pada sambungan las ini tebal dari plate
yang akan disambung tidak boleh kurang dari 5 mm. Jika tebal plat antara 5
mm sampai dengan 12,5 mm, maka ujung plate harus dibuat miring berbentuk
V atau U pada kedua sisi.
txl
= х fs
√2
txl
𝑝= х fs
√2
2txl
𝑝= х fs
√2
1 = lebar lasan
t = tebal plate
1
Khurni. R. S, Gupta. J. K, 1982, “Machine Design”, Eurasia Publishing House (Pvt) LTD, Ram Nagar,
New Delhi, hal. 279.
2
Ibid, hal. 279
3
Ibid, hal. 279
Lasan tumpul di design untuk menahan tegangan dan tekanan. Dalam
kasusu ini panjang dari kaki adalah sama dengan ketebalan plate (t).
P = t.1.ft
Dimana :
1 = panjang lasan
t = ketebalan plate
4
Ibid, hal. 279
beban ulir penguat juga digunakan sebagai peganti mesin percobaan tekanan
dan lain-lain.
1. Ulir siku
Adaptasi dari permukaan transmisi dan gerak. Hasil pemasangan pada
efisiensi max dan radial minimum atau tekanan pembangkit pada nut sulit
unutk memotong dengan dipukul atau dilas. Biasanya dipotong dengan
mesin bubut dengan alat bermata potong tunggal dan tidak dapat dengan
mudah diperingan dalam pemakaian.
2. Ulir Trapesium
Ulir trapesium merupakan modifikasi pemasangan datar, cekungan
tajam yang diberikan pada sisi-sisi samping untuk mengurangi efisiensi
secara tajam dan juga menghantarkan tekanan pembangkit pada nut. Tetapi
hal ini dapat menambah area pemotongan itu digunakan ketika sebuah mur
membelah secara sesuai dengan dimensi dan dimana perlengkapan harus
dibuat untuk mengangkat peralatan dari mur yang membelah dengan teratur.
Ulir siku dapat dipoong dengan las/patri dan dengan lebih mudah dihasilkan
daipada ulir trapesium.
3. Ulir ISO
Profil ulir ISO merupakan ulir normalisasi yang diusahakan secara
internasional untuk membatasi perbedaan dan sistem ulir dan dalam
kerangka ulir itu, membatasi kombinasi kisar dan kombinasi garis tengah.
Ulir ISO pada umumnya digunakan untuk pengikat, secara internasional
telah tercapai persetujuan tentang profil ulir yang sesuai untuk pemakaian
umum.
P = picth
d = diameter rata-rata
α = sudut helix
5
Khurni. R. S, Gupta. J. K, 1982, “Machine Design”, Eurasia Publishing House (Pvt) LTD, Ram
Nagar, New Delhi, hal. 597.
P = usaha setiap keliling ulir untuk mengangkat baban
W = berat beban yang harus dipotong
μ = koefisien gesekan antara ulir dan mur
dimana6 :
P = W tan (α+Φ)
Torsi yang akan di butuhkan untuk meredam gesekan antara ulir dan
mur7ialah :
d
T=Px2
= W tan (α+ϕ)
𝑅₁+𝑅₂
T₂ = μ₁ w ( )
2
= π₁.w.R
6
Ibid, hal. 598
7
Ibid, hal. 598
8
Ibid, hal. 598
R = jari-jari rata-rata collar
Maka total torsi untuk meredam gesekan antara ulir dan mur9adalah :
T = T₁ + T₂
d₁+d₂ p
d= = d₁ - 2
2𝑎
Ulir yang digunakan dalam perencanaan ini adalah ulir ISO dengan
spesifikasi11 sebagai berikut :
h = 1/2p √3
9
Ibid, hal. 598
10
Ibid, hal. 598
11
Ibid, hal. 598
garis tengah terasi ulir dalam12 adalah:
D₁ = D – 2 (1-1/8-1/4)h
= D – 5/4 h
Jari-jari pembulatan13 :
r = 1/6 h
t = 17/24 h
d₁ = d – 2t
=d - 1́⁵/¹²h
d₂ = d – 2(1/2 – 1/8)h
=d–¾h
2.7 Bantalan
12
Ibid, hal. 65
13
Ibid, hal. 65
14
Ibid, hal. 65
15
Ibid, hal. 66
16
Ibid, hal. 66
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun aatau tidak dapat bekerja semestinya.
a. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapapisan pelumas.
b. Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola
(peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
a. Bantalan radiall, arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak
lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial, arah beban bantalan sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Dimensi bantalan
Keterangan :
B = lebar bantalan
d = diameter poros
Gaya yang terdapat pada alat press tegel ini disebabkan karena
tekanan, dimana pada proses pengepresan ulir bergerak kebawah dan
menekan cetakan.
Dalam bentk lain, gaya adalah tekanan dikalikan luasan. Bila di tulis
terdapat hubungan :
𝑘𝑔
F (kg) = P[𝑐𝑚²] . 𝐴 (𝑐𝑚²)
Dimana :
F = gaya
P = tekanan
A = luasan penampang
ANALISIS PERHITUNGAN
𝑡×𝑏
𝑃= Ft
√2
t = ketebalan plate
b = lebar plate
= 30 mm
Ft = daya rentang
= 700 kg/cm²
t×b
𝑃 = Ft
√2
3×30
= . 700
√2
= 44550,88 kg
Jadi panjang lasan guna menompoag beban adalah :
P = √2 × 𝑡 × 𝐼 × 𝐹𝑡
44550,88
1 = √2×3×700
1 = 15 mm
Penambahan 3 mm menjadi :
1 = 15 + 3
= 18 mm
𝐹𝑡
Ft = 1,5
700
= 1,5
= 466,67 kg/cm²
𝑡 ×𝑏
P= 𝐹𝑡
√2
2×30
= 466,67
√2
= 29698,70 kg
= √2 × 3 × 𝐼 × 466,67
29698,70
I = √2×3×466,67
= 15 mm
Penambahan 3 mm menjadi :
1 = 15 + 3
= 18 mm
Ft = daya rentang
=700 kg/cm²
52500 = √2 × 3 × 𝐼 × 700
52500
I = √2×3×700
= 17,7 mm
Peambahan 3 mm menjadi :
I = 17,7 + 3
= 20,7 mm
b. Panjang sambungan las untuk menopang beban dinamik
Dari tabel faktor konsentrasi tegangan diketahui nilainya 1,5.
Daya rentang yang diperoleh :
𝐹𝑡
Ft = 1,5
700
= 1,5
= 466,67 kg/cm²
P =√2 × 𝑡 × 𝐼 × 𝐹𝑡
52500 = √2 × 3 × 𝐼 × 466,67
52500
I =√2×3×466,67
= 26,52 mm
Penambahan 3 mm menjadi
1 = 26,52 + 3
= 29,52
3.3 Perhitungan Ulir Penguat
Direncanakan ulir vertikal dengan menggunakan tipe ulir 150
mempunyai diameter luas 15,60 mm dan lebar picth 2,80 mm untuk
menahan beban seberat 20 kg. diameter rata-rata collar 9,2 mm,
koefisien gesekan ulir adalah 0,15 dan koefisien gesekan untuk collar
adalah 0,18 serta gaya tangensial yang bekerja pada batang pemutar
tangan adalah 10 kg.
Diketahui
d = diameter luar ulir
= 1,56
P = lebar picth
=0,28 cm
W = 20 kg
D = diameter rata-rata collar
= 0,92 cm
μ = koefisien gesekan pada ulir
= tan 𝜙 = 0,15
P = gaya tangensial yang bekerja pada pemutar tangan
= 4 kg
Dapat diketahui bahwa radius rata-rata collar adalah :
𝐷
𝑅=
2
9,2
=
2
= 4,6 mm
Dari persamaan diketahui :
𝑃
tan α= 𝜋.𝐷
0,28
= 𝜋.1,56
= 0,057
P = W tan (𝛼 + 𝜙)
𝑡𝑎𝑛𝛼+𝑡𝑎𝑛∅
=W (1−tan 𝛼.𝑡𝑎𝑛∅)
0,079+0,15
= 20 (1−0,079 . )
0,15
𝑑
T = P. ( 2 + 𝜋₁) . 𝑊. 𝑅
1,56
= 78 .( + 0,18) . 20 . 0,46
2
= 100,75 kg.cm
T = 2 P x L/2
= 2 x 4 x L/2
=4L
T =100,75 kg.cm
4L = 100,75 kg.cm
100,75
L = 4
= 25,19 cm = 251,9 mm
Diameter ulir
Diketahui d = 1,5+ cm
h = ½. √3. 𝑃
= ½.√3. 0,28
= 0,24 cm = 2,4 mm
d₁ = d - 1⁵/12.h
= 15,60 - 1⁵/12 . 2,4
= 12,2 mm
d₂ = d - ¾ .h
= 15,60 - ¾ . 2,4
= 13,8 mm
D₂ = d₂ = 13,8 mm
𝑟𝑎
1/d = 5,1×𝑃𝑎 3
𝑟𝑎
1/d =5,1×𝑃𝑎
4,4
= 5,1×0,6
4,4
= 3,60
ƩMA = 0
-P.a+ Rʙ . (a+b) = 0
Rʙ . (a+b) = P.a
𝑃.𝑎
Rʙ = (𝑎+𝑏)
ƩMB = 0
P.b + Rᴀ . (a+b) = 0
Rᴀ . (a+b) = - P.b
𝑃.𝑏
Rᴀ = -(𝑎+𝑏)
Maka
20.10
Rᴀ = (10+10) = 10 kg
20.10
Rʙ = - (10+10) = - 10 kg
Analisa gaya :
A – B → 0 ≤ × ≤ 20
Sfx = Rᴀ = 10 kg
x = 0 → Sfx = 10 kg
x = 20 → Sfx = - 10 kg
Mx = Rᴀ.x = 10.x
x = 0 → Mx = 0 kg.mm
x = 20 → Mx = - 200 kg.mm
Diagram SFD
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4. Bantalan
d = 30 mm
D = 61 mm
B = 16 mm
1/d = 1,437 (harga antara 0,5 -2,0) → baik