DOSEN PEMBIMBING :
DIAN SAPUTRA S.ST,MT
DISUSUN OLEH :
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2020
Lembar Pengesahan
Laporan Aplikasi Pengukuran Pada Mesin
Laporan Yang Berjudul : Pengukuran Blok Silinder
Disusun Oleh :
1. Badru Tamam (04) NIM 1902311055
2. Daniar Trie Wibisono (06) NIM 1902311037
3. Muhammad Gatot Pebrianto (15) NIM 1902311050
4. M Zakiy Fajri Isfi NIM (18) 1902311088
Program : D3 Teknik Mesin /3C
Mata Kuliah : Teknik Perawatan Dan Perbaikan
Jakarta, 26 Oktober2020
Menyetujui
Menyusun 1 Menyusun 2
Badru Tamam Daniar Trie Wibisono
1902311055 1902311037
Menyusun 3 Menyusun 4
Muhammad Gatot Pebrianto M Zakiy Fajri Isfi
1902311050 1902311088
Menyetujui
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat danhidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.Laporan Aplikasi Pengukuran Pada
Mesin ini berjudul “ Pengkuran Blok Silinder” laporan ini berisi tentang hasil yang diperoleh
dari pengukuran katup pada mesin mobil suzuki. Laporan disusun guna melaksanakan tugas
mata kuliah Teknik Perawatan dan Perbaikan, program studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Jakarta
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dian
Saputra S.ST,MT sebagai dosen mata kuliah Teknik Perawatan dan Perbaikan yang telah
memberikan tugas dan bimbinganya sehingga dapat membantu kelancaran perkuliahan. Terima
kasih juga kami ucapkan kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dariitu penulis
megharapkan kritik dan saran dari pembaca guna mencapai tahap yanglebih baik.
Depok, 26 Oktober 2020
ii
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. LATAR BELAKANG 4
1.2. TUJUAN 4
1.3. RUANG LINGKUP MATERI 4
BAB II DASAR TEORI/LANDASAN TEORI 5
2.1 PENGERTIAN MESIN FRAIS 5
2.2. PENGENALAN MESIN FRAIS5
2.2.1. BAGIAN-BAGIAN MESIN FRAIS 5
2.2.2. PRALATAN PENGUKURAN 9
2.3. METODOLOGI PENELITIAN 10
2.3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 10
2.3.1.1. PENYELARASAN TERHADAP MEJA KERJA 10
2.3.1.2. KELURUSAN GAYA VERTIKAL LUTUT 10
2.3.1.3. KESEJAJARAN ARBOR DENGAN MEJA 11
2.3.1.4. PENYIMPANGAN SPINDEL UTAMA 12
BAB III PEMBAHASAN 13
3.1 HASIL PENGAMATAN 13
3.2 HASIL PENGOLAHAN DATA 14
3.3. PEMBAHASAN PENGUKURAN 16
BAB IV PENUTUP 17
4.1 KESIMPULAN 17
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mesin Frais 5
Gambar 2. Arbor 6
Gambar 3. Lengan 6
Gambar 4. Meja(Tabel) 7
Gambar 5. Lutut Mesin Frais 8
Gambar 6. Dial Indikator 9
Gambar 7. Spirit Level 9
Gambar 3.1.1 13
Gambar 3.1.2 13
Gambar 3.1.3 14
Gambar 3.1.4 14
Gambar 3.2.1 15
Gambar 3.2.2 15
Gambar 3.2.3 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mengukur merupakan kegiatan membandingkan besaran dengan besaran lain sebagai
acuan. Dalam setiap pengukuran selalu digunakan alat ukur. Alat ukur yang digunakan sesuai
demgan besaran yang akan diukur, misalnya panjang maka alat ukurnya adalah mistar, meteran,
mikrometer sekrup, jangka sorong dan lain lain. Setiap alat ukur diatas memiliki fungsi utama
yang sama yaitu mengukur panjang. Namun ada keistimewaan tersendiri pada setiap alat alat
ukur tersebut baik dari segi fisik maupun segi kegunaan. Contohnya pada jangka sorong, jangka
sorong memiliki bentuk fisik yang unik. Terdiri dari dua buah rahang berbentuk seperti gigi
runcing dan tiap rahang memiliki skala. Pada satu rahang yang berada di depan skalanya disebut
skala utama sedangkan yang lainnya disebut skala nonius. Selain itu, fungsi dari jangka sorong
tidak hanya untuk mengukur panjang suatu benda tetapi bisa juga digunakan untuk mengukur
kedalaman sebuah benda, mengukur diameter dalam dan diameter luar sebuah benda yang
berbentuk lingkaran. Untuk memahami jangka sorong secara lanjut dalam mata kuliah
Instrumentasi fisika, maka dibuatlah makalah ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan jangka
sorong secara lebih rinci dan mendukung persentasi penyusun
Bore gauge bagi dunia otomotif adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
diameter dalam suatu cylinder. Dial gauge yang terletak pada bagian atas dapat dilepas dengan
melonggarkan securing position posisi dial gauge. Grip adalah pemegang untuk memposisikan
ketepatan pengukuran. Ujung batang pengukur (measuring point) dapat bergerak bila ditekan
dan akan menggerakkan jarum pada dial gauge antara 0-2 mm dari harga standarnya. Rod end
akan diikat oleh mur pengikat tongkat pengukur (rod securing thread) tongkat pengukur (rod
end) ini dapat ditukar-tukar ukurannya menurut kebutuhannnya.
Guide plate dipergunakan untuk membantu menempatkan kedudukan dial gauge pada
kedudukan horizontal dan untuk mendapatkan harga pengukuran yang maksimum. Pada dial
gauge model baru yang dipergunakan pada bore gauge skala penunjukkan jarum terdiri dari
angka 0 – 50 pada setengah lingkaran dari arah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
Posisi yang benar dalam melakukan pengukuran diamater dalam suatu silinder adalah pada
posisi ditengah-tengah.
Bore Gauge bagi dunia otomotif berfungsi untuk mengukur garis tengah bagian dalam
dari sebuah benda kerja, seperti : Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain. Ketelitian alat
ukur ini adalah 0,01 mm
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa trampil membongkar dan memasang mesin.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran blok silinder.
3. Mahasiswa mempunyai pengalaman dan keahlian.
4. Mahasiswa mampu mengukur diameter suatu piston
5. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur saat pengukuran kerataan blok
5
BAB II
DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
Tabung Silinder
Penggunaan tabung silinder memungkinkan silinder diganti setiap saat
diperlukan, umpamannya karena aus atau sebab-sebab lain. Hal ini akan menghemat
waktu maupun biaya. Tabung tersebut di buat dari besi tuang dan mendapatkan
perlakuan panas (heatreatment) untuk memperoleh ketahanan terhadap keausan yang
lebih tinngi.
6
Perlakuan Pemanasan (heatreatmant) pada tabung silinder tekanannya pada
temperatur yang sesuai sekitar 5200C bagaimanapun juga dibawah perubahan bentuk
titik dan pengaturan pendinginan hingga 300 'C pada suhu pendinginan sekitar 30"C -
400C/jam. Setelah tungku dingin selanjutnya pendinginan dilakukan dengan
pemberian sirkulasi udara.
Adadua jenis tabung silinder yang digunakan, yaitu tabung basah dan tabung kering.
Tabung kering umumnya dibuat dari baja dan dinding luar maupun dinding dalam nya
dikerjakan dengan teliti. Tabung ini ditekan ke dalam blok silinder sehingga terbentuk
lapisan pada silinder. Paking untuk mencegah kebocoran air pendingin tidak
diperulkan. Tabung jenis basah langsung berhubungan dengan air pendingin. Berbeda
dengan tabung jenis kering, pemasangannya memerlukan paking untuk mencegah
kebocoran air pendingin.
Bila mesin digunakan dalam waktu yang cukup lama, dinding silinder akan
sedikit menjadi aus, ini dapat diperbaiki dengan jalan mengebor kembali dinding
silinder, silinder yang telah dibor memerlukan torak dengan ukuran lebih besar
disebabkan bertambahnya diameter linier silinder.Bila dinding silinder yang terbuat
dari besi tuang aus dan pengeboran tidak dapat dilakukan maka silinder masih dapat
diperbaiki dengan jalan memasangkan pelapis silinder (tabung silinder).
Sementara gambar dibawah, menerangkan gambar blok silinder 1 silinder yang biasa
digunakan pada mesin sepeda motor.
7
1. Linner silinder, ini merupakan komponen berbentuk tabung yang dimasukan ke dalam
blok silinder. Fungsinya sebagai lintasan pergerakan piston.
2. Engine compartements holder, adalah berbagai tempat untuk meletakan komponen
mesin. Ini bisa dilihat dari lekukan disisi-sisi blok silinder dan adanya lubang baut.
3. Water jacket, merupakan selubung air yang terdapat pada sela-sela blok silinder.
Selubung air ini akan dihubungkan ke pompa air yang juga diletakan pada blok silinder.
4. Oil feed, merupakan saluran oli yang ada di dalam blok silinder. Fungsi saluran oli ini
adalah sebagai tempat sirkulasi oli mesin dari oil pan ke kepala silinder begitu pula
sebaliknya.
5. Gasket, gasket adalah pelapis antara blok silinder dengan kepala silinder. Gasket ini
fungsi utamanya untuk mencegah bocor kompresi.
6. Crankshaft seal, seal berfungsi untuk mencegah kebocoram oli mesin. Khususnya
kebocoran melalui poros engkol. Ada dua buah crankshaft seal, yang masing-masing
diletakan dibagian depan dan belakang.
8
V cylinder merupakan konfigurasi mesin dengan banyak silinder yang diletakan
secara beriringan dan membentuk huruf V. secara sederhana, tabung silinder akan
diletakan secara beriringan tapi tetap menggunakan satu poros engkol, sehingga
bagian bawah masing-masing silinder akan saling berdekatan agar mengarah pada
poros engkol yang sama.
Umumnya, mesin dengan V cylinder ini dipakai pada mobil-mobil sport dengan
kapasitas mesin diatas 3.000 cc. mesin dengan kapasitas diatas 3.000 cc, biasanya
didesain dengan 6 hingga 12 cylinder. Kalau konfigurasinya in-line tentu akan
sangat panjang, sehingga misal untuk 6 cylinder maka akan dibuat 3 – 3, artinya
tiga in-line sebelah kiri dan 3 in-line sebelah kanan.
Namun, sepeda motor pun tak ketinggalan. Ada beberapa sepeda motor
berkapasitas diatas 500 cc yang menggunakan desain V2. Artinya terdapat dua
cylinder yang diletakan membentuk V.
4. Boxer
Boxer adalah desain blok silinder yang saling berlawanan. Artinya misal untuk
mesin 6 cylinder, maka masing-masing 3 silinder akan diletakan secara
berlawanan dengan satu sumbu. Kelebihan mesin ini, memiliki bentuk yang tidak
terlalu tinggi, sehingga pas apabila akan memiliki ruang mesin yang terbilang
rendah.
Oversize Cylinder
Mungkin anda pernah mendengar istilah OV silinder. Istilah itu berarti
memperbesar ukuran tabung silinder. Tujuannya beragam, ada yang karena blok
silinder sudah aus atau karena ingin memperbesar kapasitas mesin meski hanya
sedikit pengaruhnya.
Untuk melakukan oversize, dilakukan dengan membubut bagian dalam tabung
silinder. Tentu ini dilakukan oleh profesional karena pembubutan tabung silinder
harus sangat presisi. Ada 4 tahap dalam pekerjaan oversize, yakni ;
0,25 artinya tabung silinder akan dibubut untuk pertama kali dengan jarak
0,25 mm.
0,50 artinya tabung sudah di OV sebelumnya dan akan di OV lagi 0,25
mm. sehingga pembesaran silinder total menjadi 0,50 mm.
0,75 artinya ini adalah OV yang dilakukan ketiga kalinya.
9
1 artinya OV yang dilakukan ke empat kalinya atau yang terakhir. Karena
kalau tabung silinder sudah di over size sampai 1 mm maka ketebalan
tabung ini akan semakin berkurang, sehingga kalau dibubut lagi akan
melemahkan kekuatan silinder itu sendiri.
10
Tempat : Ruang Praktik motor bakar, kampus V Pabelan
2.3.2 Langkah Kerja
A. Langkah Pembongkaran
a) Lepaskan tutup pada atas katup atau klep
b) Lepaskan intake manifold atau saluran buang juga yang menempel pada kepala
silinder.
c) Lepaskan baut yang mengikat kepala silinder, sebagai tips dalam membuka baut
kepala silinder pastikan membuka dengan arah bersilang agar kekuatan daya tekan
tetap seimbang pada semua sisi kepala silinder, misal pertama kita lepas baut pada
bagian kanan bawah, selanjutnya lepas baut pada bagian kiri atas,
d) Setelah semua baut pada kepala silinder terlepas, langkah berikutnya adalah melepas
kepala silinder dari dudukannya, sehingga katup dan pushroad juga ikut terlepas. Ingat
di kepala silinder ada packing maka lepaslah dengan hati-hati agar tidak rusak
packingnya.
e) Langkah berikutnya adalah melepas timing chain atau timing belt yang ada pada
bagian samping, namun sebelumnya lepas terlebih dahulu baut pulley hingga pulley
menjadi terlepas.
11
f) Setelah pulley terlepas, lalu lepas rumah timing chain, namun untuk melepas rumah
timing chain ini karena ada baut yang menahan dan tidak dapat dilepas kecuali harus
melepas karter. Lepas terlebih dahulu karter dan juga lepas packingnya.
g) Setelah terlepas, lalu lepas rumah timing chain, kemudian lepaslah rantai timingnya
dan juga sepatu yang menekan rantainya. Lepas juga poros cam atau camshaft dari
dudukannya.
h) Lepas komponen-komponen seperti pompa bensin, filter oli yang menempel pada
bagian samping mesin.
j) Lepas juga piston dari tempatnya, lepaskan dulu baut yang mengikat dan juga
connecting rod cup. Untuk memudahkan dalam melepas piston, caranya posisikan
piston pada titik mati atas, lalu dorong piston dari dalam hingga piston keluar
B. Cara Kerja
Pengukuran ini dilakukan saat mesin telah dibongkar atau overhaul
1. Pengukuran kerataan Blok Silinder
a. Letakkan mistar baja pada permukaan blok silinder (posisi berdiri dan pada bagian
yang kecil diletakkan dibawah)
b. b. Lihat celah antara blok dengan mistar baja kemudian masukkan bilah fecler
gauge yang dapat masuk.
c. Lihat'ukur bilah tersebut dengan mikrometer, besarnya penyimpangan kerataan blok
silinder adalah sebesar tebal bilah tersebut.
12
d. Lakukan pengukuran seperti diatas pada delapanposisi yaitu: Membujur (kiri,
tengah dan kanan) dan melintang (depan, tengah dan belakang) diagonal I dan
diagonal 2.
e. Dari beberapa pengukuran ambilah nilai penyimpangan kerataan yang tertinggi dan
bila penyimpangan kerataannya sudah melebihi batas maksimum maka blok silinder
harus diperbaiki dengan jalan di gerinda sampai kerataannya nol atau dilakukan
pembubutan
2. Pengukuran diameter piston
a) Memegang piston yang akan diukur
b) Menggunakan micrometer sekrup untuk mnegukur kepala piston sumbu X dan Y.
serta mengukur agak kebawah piston pada sumbu X dan Y
c) Catat hasil pengukuran tersebut
3. Pengukuran tabung silinder
a) Ukur diameter silinder bagian atas yang tidak terkena gesekan ring torak
b) Ambil micrometer yang sesuai dengan hasil pengukuran tersebut
c) Kalibarasi micrometer dan setting posisikan micrometer sesuai dengan hasil
pengukuran dengan jangka sorong (untuk memudahkan penghitungan dapat
dibulatkan ketasa atau kebawah).
d) Rakit Dial Bore Gauge yang sesuai dengan ukuran (dapat dicoba masukkan dalam
silinder) kemudian kalibrasi silinder bore dengan micrometer tersebut (pada saat
silinder bore diukur dengan micrometer dibuat posisi jarum dial pada angka nol dan
jangan merubah posisi micrometer).
e) Ukur diameter silinder dengan dial bore gauge pada enam posisiyaitu bagian yang
terkena gesekan ring torak bagian atas (melintang dan membujur (X dan Y), bagian
tengan (X dan Y), dan Bagian bawah (X dan Y) .
f) Hitung besarnya diameter silinder tiap pengukuran dan catat hasilnya , dimana
besarnya diameter silinder adalah besarnya ukuran settingan micrometer ditambah
atau dikurangi besarnya penyimpangan jarum dial pada Dial Bore Gauge (bila
jarum dial bergerak berlawanan jarum jam berate ditambah dan bila dial bergerak
searah jaru jam berarti dikurangi).
C. Langkah Pemasangan
a. Ukur diameter silinder bagian atas yang tidak terkena gesekan ring torak
b. Ambil micrometer yang sesuai dengan hasil pengukuran tersebut
c. Kalibarasi micrometer dan setting posisikan micrometer sesuai dengan hasil
pengukuran dengan jangka sorong (untuk memudahkan penghitungan dapat
dibulatkan ketasa atau kebawah).
d. Rakit Dial Bore Gauge yang sesuai dengan ukuran (dapat dicoba masukkan dalam
silinder) kemudian kalibrasi silinder bore dengan micrometer tersebut (pada saat
silinder bore diukur dengan micrometer dibuat posisi jarum dial pada angka nol dan
jangan merubah posisi micrometer).
e. Ukur diameter silinder dengan dial bore gauge pada enam posisiyaitu bagian yang
terkena gesekan ring torak bagian atas (melintang dan membujur (X dan Y), bagian
tengan (X dan Y), dan Bagian bawah (X dan Y).
f. Hitung besarnya diameter silinder tiap pengukuran dan catat hasilnya , dimana
besarnya diameter silinder adalah besarnya ukuran settingan micrometer ditambah
atau dikurangi besarnya penyimpangan jarum dial pada Dial Bore Gauge (bila
13
jarum dial bergerak berlawanan jarum jam berate ditambah dan bila dial bergerak
searah jaru jam berarti dikurangi),
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 HASIL PENGAMATAN
3.1.1 Pengukuran kerataan blok silinder
Alat yang digunakna pada pengukuran kerataan blok silinder adalah mistar baja dan
fuller gauge. Cara pengukurannya adalah :
a. Letakkan blok silinder (yang akan diukur) ditempat yang rata.
b. Letakkan mistar baja di permukaan benda secara diagonal I, diagonal 2, horizontal
atas, tengah, dan bawah serta secra vertikal atas, tengah, dan bawah.
c. Masukkan fuller yang pas (sesuai) dengan celah antara permukaan blok silinder
dengan mistar baja.
Hasil Pengukuran
bagian sumbu
X Y
Atas 65.18 65.12
Bawah 65.18 65.10
Piston 2
Bagian Sumbu
X Y
Atas 65.24 65.21
14
bawah 65.11 65.03
3.2 Analisis
Dari hasil pengukuran tersebut di dapatkan analisis sebagai berikut :
1. Pada pengukuran kerataan blok silinder didapatkan hasil bahwa blok silinder sudah
tidak rata sehingga diperlukan adanya perataan pada bagian blok silinder agar tetap
rata dengan cara misalnya dibubut menggunakan celah yang terlebar yaitu O,05mm.
Jadi blok silinder dibubut rata sedalam 0,05mm agar rata kembali, karena jika tidak
rata maka akan terjadi oli proses mekanisme motor bakar tidak berjalan sempurna
karena adanya celah
2. Pada pengukuran diameter piston juga demikian mengalami perubahan diameter antara
diameter atas dan diameter bawah. Sehingga harus disamakan atau diratakan diameter
tersebut
3. Pada pengukuran diameter tabung silinder didapatkan hasil bahwa pada silinder 1
sumbu X dimameter mengalami tirus kebawah, silinder I sumbu Y diameter
mengalami tirus ke bawah. Sedangkan silinder 2 sumbu X diameter mengalami tirus ke
atas dan silinder 2 sumbu Y diameter normal atau lurus.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Blok silinder merupakan bentuk dasar dari mesin dan blok silinder ini terdapat
beberapa silinder ,pada setiap silinder terdapat sebuah torak(piston) yang di pasangkan
pada ujung batang torak,sedangkan ujung torak lainnya berhubungan langsung dengan
poros engkol(crankshaft).
Dari hasil pengukuran, di dapatkan analisis sebagai berikut :
1. Pada pengukuran kerataan blok silinder didapatkan hasil bahwa blok silinder sudah
tidak rata sehingga diperlukan adanya perataan pada bagian blok silinder agar tetap
rata dengan cara misalnya dibubut menggunakan celah yang terlebar yaitu
O,05mm. Jadi blok silinder dibubut rata sedalam 0,05mm agar rata kembali,
karena jika tidak rata maka akan terjadi oli proses mekanisme motor bakar tidak
berjalan sempurna karena adanya celah
2. Pada pengukuran diameter piston juga demikian mengalami perubahan diameter
antara diameter atas dan diameter bawah. Sehingga harus disamakan atau diratakan
diameter tersebut
3. Pada pengukuran diameter tabung silinder didapatkan hasil bahwa pada silinder 1
sumbu X dimameter mengalami tirus kebawah, silinder I sumbu Y diameter
mengalami tirus ke bawah. Sedangkan silinder 2 sumbu X diameter mengalami
tirus ke atas dan silinder 2 sumbu Y diameter normal atau lurus.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan selalu menerapkan SOP agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan
menjaga peralatan praktik agar tidak hilang atau rusak serta meningkatkan
kedisilpinan.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://nofi13.blogspot.com/2017/05/perawatan
pengukuran-blok-silinder-dan.html
http://nofi13.blogspot.com/2017/05/perawatanpengukuran-blok-silinder-dan.html
https://www.scribd.com/document/384264327/LAPORAN-PRAKTEK-Motor-Bakar-
Pengukuran-Blok-Silinder
https://www.autoexpose.org/2018/08/blok-silinder.html
https://www.studiobelajar.com/jangka-sorong/
https://www.facebook.com/463897210430505/posts/bore-gauge-pengertian-dan-cara-
kerjanya-1-pengertian-bore-gauge-atau-juga-dikena/1159618924191660/#:~:text=Bore
%20gauge%20atau%20juga%20dikenal,point%20yang%20bisa%20bergerak
%20bebas.
17