PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sesuai dengan masalah diatas maka tujuan pengkajian ini adalah merancang
dimensi poros roda belakang untuk prototype mobil hemat energi.
1
BAB I : PENDAHULUAN, memberikan gambaran latar belakang
dipilihnya poros sebagai obyek perancangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Poros
Beban yang diterima poros adalah beban lentur, tarik, tekan atau puntir yang
bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang lainnya . Bila beban
tersebut bergabung kita bisa mencari kekuatan statis dan kekuatan lelah yang perlu
untuk pertimbangan perencanaan, karena suatu poros tunggal dapat diberi tegangan
statis, tegangan bolak balik lengkap, tegangan berulang, yang semuanya bekerja
pada waktu yang sama.
a. Poros Transmisi
3
b. Poros Spindel
c. Poros Gandar
4
Menurut bentuknya poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak atau silinder dan lain-lain,
poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi
perubah arah, dan lain-lain.
d. Poros Engkol
5
e. Poros Ulir Daya
Karena variasi jenis ulir (screw & thread) sangat banyak, maka perlu
distandardkan untuk menjamin sifat “interchangeabity”. Ada dua standard yang
banyak diadopsi yaitu UNS (Unified National Standard) yang digunakan d Inggris,
Canada dan Amerika serikat; dan Standard Internasional ISO yang digunakan
kebanyakan negara Eropa dan Asia. Secara umum terminologi geometri ulir
ditunjukkan pada gambar 2.6.
6
Gambar 2.6. Terminologi geometri ulir
pitch, p – jarak antar ulir yang diukur paralel terhadap sumbu ulir.
diameter, d - major diameter, minor diameter, dan pitch diameter.
lead, L - adalah jarak yang ditempuh baut dalam arah paralel sumbu, jika
baut diputar satu putaran. Untuk ulir single thread, lead akan sama dengan
pitch. Ulir juga dapat dibuat multiple thread. Untuk tipe double thread,
maka lead akan sama dengan 2 kali pitch; triple thread akan memiliki lead
sama dengan 3 kali pitch dan seterusnya.
Thread per inch, n – menyatakan jumlah ulir per inchi, sering digunakan
pada standard UNS Gambar 2.7.
Gambar 2.7. (a) Single, (b) double dan (c) triple thread
7
Profil geometri ulir sangat banyak variasinya. Khusus untuk ulir daya
(power screw), profil yang umum digunakan adalah tipe square, tipe Acme dan
tipe buttress seperti ditunjukkan pada gambar 2.8.
8
II.3 Hal Penting Dalam Merancang Poros
a. Kekuatan Poros
Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau kedua-
duanya, ada juga poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti pada
poros turbin.Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi teganga bila
diameter poros diperkecil (poros bertingkat) atau bila poros mempunyai alur
pasak harus diperhatikan sehingga sebuah poros harus cukup kuat menahan
beban yang terjadi pada poros tersebut.
b. Kekakuan poros
c. Puntiran Kritis
Bila puntiran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi putaran yang luar biasa. Hal ini bisa terjadi pada turbin,
motor torak silinder,motor listrik dan lain-lain. Serta dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian lainnya jika mungkin harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga putaran kerja lebih rendah dari putaran kritis.
d. Korosi
9
e. Bahan Poros
Bahan poros yang digunakan sesuai apa yang anda inginkan.
𝑀1 𝑀1 10.2𝑀1
𝜎𝑎 ≥ = 𝜋 = (1.1)
𝑧 ( )𝑑𝑠 3 𝑑𝑠 3
32
1
10.2
ds = [ 𝑀1 ] 3 (1.2)
𝜎𝑎
10
atas (yang ditimbulkan oleh gaya-gaya statis,vertikal dan horizontal)
dengan faktor tambahan (faktor m) dalam Tabel (2.6).
Tabel 2.6 faktor tambahan Tegangan pada gandar.
𝑀1(𝑗−𝑔)𝑊
𝑀1 = (2.1)
4
Keterangan:
𝑀2 = 𝛼𝑦 . 𝑀1 (2.2)
Keterangan:
𝛼𝑦 = kekuatan tarik.
P = 𝛼𝐿 W (2.3)
11
Keterangan:
𝛼𝐿 = kekuatan tarik.
𝑄𝑜 = P (h / j) (2.4)
Keterangan:
𝑃 (ℎ+𝑟)
𝑅𝑜 = 𝑔 (2.5)
Keterangan:
(𝑎+𝑙 )−(𝑗−𝑔 )
𝑀3 = Pr + Qo (a + l) – Ro [ ] (2.6)
2
Keterangan:
12
𝑀3 = momen lentur pada chasis tumpuan sebelah dalam karena beban
horizontal (kg/mm).
Harga Tegangan yang diizinkan 𝜎𝑤𝑏 (kg/m𝑚2 ) dari suatu dudukan roda
13
1
10.2
ds ≥[ m(M1 + M2 + M3 )] 3 (2.7)
σwb
keterangan:
10.2m(M1 +M2 + M3 )
𝜎𝑏 = (2.8)
ds3
keterangan:
𝜎𝑤𝑏
n = (2.9)
𝜎𝑏
keterangan:
14
BAB III
PEMBAHASAN
Start
2 .Pembuatan DBB
∑Fx, ∑Fy, ∑M
3. DBB potongan
∑Fx, ∑Fv, ∑M
15
a
5. Beban tambahan
𝛼𝑦 dan 𝛼𝐿
16
a
14. n :1
<
>
17
>
14. Diameter
tumpuan roda ds
(mm) bahan poros
perlakuan panas
stop
selesai
18
III.2.Data spesifikasi Motor Supra X 125 CC
= 160 kg + 106 kg
=266 kg
Dikarenakan Jarak dari beban ketumpuan sama maka beban terdistribusikan sama
besar ke setiap tumpuan:
19
𝑤
Gaya tumpuan =
2
266 𝑘𝑔
= 2
= 133 kg
Keterangan :
Maka gaya yang diterima poros belakang dan poros depan adalah sebsar 60 kg.
W= 133 kg
Rby
Ray
→∑Fx = 0 ; Rax = 0
20
133 kg . 100 mm
Rby =
200 mm
Rby = 66.5 kg
Ray = W – Rby
Ray = 66.5 kg
R
a
x
x
Ray V
→∑Fx = 0 ; F = 0
↑∑Fy = 0 ; Ray – V = 0
V = 66.5 kg
Pada X = 0mm Mo = 0
21
Pada X = 100mm M 100 = 6650 kg.mm
→∑Fx = 0 ; F = 0
↑∑Fy = 0 ; Rby + V = 0
V = - 66.5 kg
22
III.4. Menghitung diagram gaya
V(kg)
X(mm)
100
23
X(mm)
100
mendapat beban statis sebesar 133 (kg). tentukan diameter poros pada dudukan
roda. Kecepatan maksimum dianggap sebesar 100 (km/h), dan bahan gandar
diambil dari JIS E4502 kelas 3. maka dengan tegangan yang diperbolehkan
sebesar 𝜎𝑤𝑏 =11.0 (kg/m𝑚2 ) data didapat dari buku sularso di hal.15.
Penyelesaian :
24
( 𝑗−𝑔 ).𝑊
𝑀1 =
4
200−177
x 60 = 764 kg.mm…………………………..….(1)
4
Keterangan:
𝑀2 = 𝛼𝑦 . 𝑀1
Keterangan:
𝛼𝑦 = Kekuatan tarik.
a= 12 mm l = 60 mm
25
keterangan :
P = 𝛼𝑦 . w
Keterangan:
𝛼𝐿 = Kekuatan tarik.
P.h
Qo =
j
53.2(kg) x 1100(mm)
= = 292.6 (kg)……………………..…..……(5)
200(mm)
Keterangan:
P x (h+r)
Ro =
g
53.2(𝑘𝑔) 𝑥 (1100 𝑚𝑚+136 𝑚𝑚)
= = 371.49 (kg)…………….(6)
177(𝑚𝑚)
26
Keterangan:
𝐽−𝑔
𝑀3 = P x r + Qo x (a+L) – Ro x (a + L – ( )
2
200𝑚𝑚−177𝑚𝑚
(12mm+60mm – ( )
2
= 1543.62 (kg.mm)……………………..………………………(7)
Keterangan:
𝑀3 = Momen lentur pada naf tumpuan roda sebelah dalam karena beban
horizontal (kg/mm).
27
10,2 .m .(M1 +M2 +M3 ) 1
ds > ( )3
σwb
ds > 13.9 = 14 mm
keterangan:
10.2 x 1 x (764+303.9+1543.62)kg/mm
σb = [ ]
(14mm)3
keterangan:
σwb
n= σb
28
11kg/mm2
= = 1.12 ………………………………….……(10)
9.707 kg/mm2
Keterangan:
29
BAB IV
1V.1. Analisa
belakang Motor Supra X 125CC dari hasil perhitungan dengan sebenarnya sebagai
berikut :
besar berbeda. Oleh karena itu diameter yang digunakan pada poros yang
30
IV.2 Kesimpulan
Dimensi Minumum : 14 mm
Dimensi sebenarnya : 15 mm
Dengan SF nya sebesar 1.1, dan harga tegangan pada bahan yg diizinkan.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33