Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

3.1 Diagram Alir Proses Perancangan


Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar
dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu diagram alir yang
bertujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan proses perancangan.
Diagram Perencanaan dan Perhitungan pengerjaan dapat dilihat pada gambar
3.1.
Mulai

Pengumpulan data

Gambar sketsa sistem transmisi

Perhitungan daya, Sprocket,


rantai dan gearbox

Gambar rancangan kerja


Analisa dan
Proses pembuatan perbaikan

Perakitan
Gagal

Uji Kinerja

Berhasil

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Perencanaan dan Perhitungan.


15
16

3.2 Prinsip Kerja Alat


Prinsip kerja troli bermesin adalah ketika mesin stasioner kopling tidak
mengembang putaran poros engkol tidak diteruskan ke transmisi sehingga troli tidak
bergerak, jika putaran mesin lebih tinggi dari putaran stasioner maka kopling akan
mengembang, kampas kopling dan rumah kopling yang ada sprocket penerus
berhubungan. Sprocket yang ada pada rumah kopling akan meneruskan putaran ke
gear box. Pada gear box putaran mesin di reduksi/diturukan untuk mendapatkan
beban atau torsi yang lebih besar serta daya tampung beban juga lebih besar,
kemudian putaran diteruskan ke roda depan sehingga troli dapat berjalan. Desain troli
bermesin bisa dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Troli bermesin

Keterangan :

1. Rangka.

2. Dudukan driver.
17

3. Mesin chan saw.

4. Kopel.

5. Gear box.

6. Gear roda depan.

7. Roda depan.

8. Swing arm .

9. Sokbreaker

10. Bak.

3.3 Desain
Desain troli bermesin ini adalah mengunakan motor 2 tak dengan kapasitan
silinder 52 cc yang mengambil dari mesin chain saw. Cara kerja mesin chain saw
sama dengan motor 2 tak yang melakukan dua kali langkah torak menghasilkan satu
kali usaha. Daya mesin ini ditransmisikan dengan sprocket dan rantai dengan ukuran
sprocket pada mesin 14 diteruskan ke sprocket gear box 25. Sprocket keluaran gear
box 11 diteruskan ke roda penggerak depan 36.

Apabila mesin dihidupkan maka poros yang berhubungan dengan poros engkol
juga berputar tetapi apabila putaran mesin stasioner kopling tidak bekerja sehingga
troli tidak berjalan. Jika putaran mesin melebihi putaran stasioner kopling akan
mengembang dan berhubungan dengan rumah kopling sehingga troli dapat berjalan.

1. Rangka

Rangka merupakan komponen yang berfungsi menyangga semua komponen


troli bermesin. Rangka ini terbuat dari profil hollow ST 37 yang di las. Rangka dibuat
sama dengan troli troli yang sudah ada dipasaran tetapi pada troli bermesin ini
dimodifikasi dengan penambahan rangka dudukan mesin dan rangka belakang yang
18

berfungsi untuk tempat operator mengoperasikan troli bermesin ini. Gambar 3.3
menunjukkan rangka pada troli bermesin.

Gambar 3.3 Rangka troli bermesin

2. Dudukan driver

Dudukan driver adalah komponen yang berfungsi sebagai tempat operator


untuk mengoperasikan alat troli bermesin. Gambar 3.4 menunjukkan dudukan driver
pada troli bermesin.

Gambar 3.4 Dudukan driver troli bermesin


19

3. Mesin

Mesin adalah komponen yang berfungsi untuk menggerakkan troli agar dapat
berjalan. Mesin yang digunakan pada troli adalah mesin chain saw 2 tak kapasitas
52cc. Gambar 3.5 menunjukkan mesin pada troli bermesin.

Gambar 3.5 Mesin troli bermesin

4. Kopel

Kopel adalah komponen yang berfungsi untuk menggabungkan antara rangka


depan dan rangka belakang troli yang dapat naik turun dan kanan kiri. Gambar 3.6
menunjukkan kopel pada troli bermesin.

Gambar 3.6 Kopel troli bermesin


20

5. Gear box

Gearbox adalah komponen yang berfungsi untuk menyesuaikan daya


atau torsi (momen/daya) dari motor yang berputar dan gearbox juga adalah
alat pengubah daya dari motor yang berputar menjadi tenaga yang lebih besar.
Gambar 3.7 menunjukkan gear box pada troli bermesin.

Gambar 3.7 Gear Box troli bermesin

6. Sprocket roda depan


Sprocket berfungsi sebagai penerus putaran yang dihasilkan mesin diteruskan ke
roda. Gambar 3.8 menunjukkan Sprocket pada roda depan.

Gambar 3.8 Sprocket roda depan.


21

7. Roda
Roda adalah komponen yang berfungsi untuk menahan seluruh berat kendaraan,
memindahkan tenaga ke permukaan jalan dan mengurangi kejutan yang disebabkan
permukaan jalan yang tidak rata. Gambar 3.9 menunjukkan roda depan troli
bermesin.

Gambar 3.9 Roda depan troli bermesin

8. Swing arm

Swing arm adalah komponen yang berfungsi sebagai dudukan shockbreaker


beserta roda dari sebuah troli. Gambar 3.10 menujukkan swing arm troli bermesin.

Gambar 3.10 Swing arm troli bermesin


22

9. Shockbreaker

Shockbreker adalah komponen yang berfungsi sebagai peredam guncangan


sehingga bodi tidak bergoyang berlebihan akibat melewati jalan bergelombang.
Gambar 3.11 menunjukkan shockbreaker troli bermesin.

Gambar 3.11 Shockbreaker troli bermesin

10. Bak

Bak adalah komponen yang berfungsi sebagai wadah barang yang akan
diangkat atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Bak ini memiliki
kapasitas 170 liter. Gambar 3.12 menunjukkan bak pada troli bermesin.

Gambar 3.12 Bak troli bermesin.


23

3.4 Perancanaan Daya Motor


Kebutuhan daya adalah besarnya daya yang dibutuhkan untuk menggerakan
alat. Besarnya kebutuhan daya dipengaruhi oleh berat alat, koefisien gesek ban
dengan tanah, tahanan guling roda/ban.
1. Gaya gesek pada roda/ban
Gaya gesek dalam bentuk (N) dapat diperoleh dari beban total (N) dikalikan
dengan koefisien gesek (). Kemudian dapat dicari koefisien gesek dengan
menggunakan grafik koefisien rolling resistance yang dapat dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13 koefisien rolling resistance ( sutantra, 2001 )


Untuk melakukan perhitungan massa total diperlukan data sebagai berikut:
- Massa satu buah rangka = 45 kg
- Massa beban maksimal = 50 kg
- Massa operator = 70 kg
Massa total = massa rangka + massa beban maksimal + massa operator
= 45 kg + 50 kg + 70 kg
= 165 kg
Koefisien gesek (Fs) dapat di hitung dengan rumus :
Fs = W
=mg
= 165 kg 9,81 m/ 0,012
= 19,42 N
24

2. Tahanan guling
Tahanan guling akan bereaksi pada beban alat sehingga timbul tahanan guling,
nilai rata-rata tahanan guling dapat dilihat pada Tabel 3.1 rolling resistance
coefficient.
Tabel 3.1 rolling resistance coefficient

Tahanan guling (Fr) dapat di hitung dengan rumus :


Fr = Crr W
= Crr m g
= 0,03 165 kg 9,81 m/
= 48,55 N
3. Beban total
Beban total adalah penjumlahan antara gaya gesek (Fs) ditambah dengan
tahanan guling (Fr).
25

Beban total (F) dapat dihitung dengan rumus :


F = Fs + Fr
= 19,42N + 48,55 N
= 67,97 N
Daya motor yang diinginkan diperoleh dengan mengalikan beban total (F)
dengan kecepatan (V). Kecepatan diperoleh dari asumsi yang diinginkan. Untuk troli
bermesin kecepatan yang diinginkan saat membawa barang di jalan aspal adalah 10
km/jam.
Daya motor yang diinginkan dapat dihitung dengan rumus:
P=Fv
= 67,98 N 10 km/jam
= 67,98 N m/s

= 67,98 2,7= 188,3 watt


Jadi daya yang dibutuhkan untuk troli bermesin adalah 188,3 watt. Sedangkan
daya pada mesin yang dipakai pada troli adalah 2,2 kw.

3.5 Perencanaan Sistem Transmisi


Desain kelengkapan transmisi pada troli bermesin dapat dilihat pada Gambar
3.14 menunjukkan desain rantai, Gambar 3.15 menunjukkan gambar desain sprocket.

Gambar 3.14 Desain Rantai


26

Gambar 3.15 Desain Sprocket

Perencanaan sistem transmisi troli bermesin ini meliputi perhitungan beban total
yang mampu ditahan oleh rantai dan perhitungan panjang rantai yang digunakan pada
troli bermesin.

3.5.1 Menghitung Beban Total pada Rantai


Troli bermesin ini memiliki 4 sprocket, yaitu sprocket penggerak, sprocket
input gearbox, sprocket output gearbox, dan sprocket pengerak roda. Maka didapat
data sebagai berikut :
Jumlah sprocket kecil rantai 1(TK1) = 14

Jumlah sprocket besar rantai 1(TB1) = 25

Jumlah sprocket kecil rantai 2(TK2) = 11

Jumlah sprocket besar rantai 2(TB2) = 36

Putaran mesin (N1) = 1200 rpm

Pitch (p) = 12.70 mm

Jarak antara poros mesin dan poros input gearbox (1) = 220 mm

Jarak antara poros output gearbox dan poros roda (2) = 340 mm
27

1. Menghitung velocity ratio untuk rantai 1


Kecepatan Putar (N1) pada sprocket (TB1), TB1 = 25
Velocity Ratio untuk rantai 1 dapat dihitung dengan rumus:

= 672 rpm

2. Kecepatan rata-rata rantai 1 saat beroperasi

Kecepatan rata-rata rantai 1 saat beroperasi dapat dihitung dengan rumus:

m
= 3,556 /s

3. Menghitung breaking load untuk rantai 1

Kekuatan putus rantai / kekuatan maksimal gaya yang mampu diterima


rantai dapat dihitung dengan rumus:

WB = 106 p2

= 106 12,702

= 17.096,7 N

Diketahui perbandingan gear box 1 : 2,maka kecepatan putaran pada


sprocket keluaran dari gear box adalah:

NK2 = 336 rpm

Putaran dari gear box kemudian dirubah ke transmisi rantai 2


28

4. Menghitung Velocity Ratio untuk rantai 2


Kecepatan Putar (N2) pada sprocket (TB2), TB2 =36
Velocity Ratio untuk rantai 2 dapat dihitung dengan rumus:

NB2 = 102 rpm

5. Kecepatan Rata-rata rantai 2 saat beroperasi

Kecepatan Rata-rata rantai 1 saat beroperasi dapat dihitung dengan rumus:

m
V2 = 0,782 /s

6. Menghitung daya maksimal yang ditransmisikan oleh rantai.


Untuk menentukan daya maksimal yang ditransmisikan oleh rantai
terlebih dahulu menentukan Service factor.
Service factor :
a. Beban (k1) = 1 untuk beban konstan.

= 1,25 untuk beban variable dengan guncangan


ringan.

= 1.5 untuk beban guncangan berat.

b. Pelumasan (k2) = 0,8 untuk pelumasan terus menerus.

= 1untuk pelumasan menurun.

= 1.5 untuk pelumasan berkala.

c. Pemakaian (k3) = 1 untuk pemakaian selama 8 jam per hari.


29

= 1,25 selama 16 jam per hari.

= 1.5 untuk pemakaian terus menerus.

Maka diasumsikan :

Ks = k1 x k2 x k3

= 1,25 x 1,5 x 1

= 1,875

Daya maksimal :

Daya maksimal yang ditransmisikan dapat dihitung dengan rumus:


n = 7.8 ( dari table 2.2)

p = 914.16 Watt

7. Menghitung Beban Total yang diterima oleh rantai.


Menghitung Beban Total yang diterima oleh rantai dengan menjumlah
semua gaya yang bertitik tumpu pada rantai dapat dihitung dengan rumus :

= 1169,00 N ( Tanpa beban)

Beban rangka :

m satu buah rangka = 45 kg

W satu buah rangka =mg

= 45kg 10 m/s2

= 450 N

Beban maksimal daya angkut :


30

m maksimal daya angkut = 50 kg

W maksimal daya angkut =mg

= 50 kg 10 m/s2

= 500 N

Beban operator :

m operator = 70 kg

W operator =mg

= 70 kg 10 m/s2

= 700 N

Jadi beban total = W + W satu buah rangka + W maksimal daya angkut


+ W operator

= 1169,00 N + 450 N + 500 N + 700 N

= 2.819 N

Jadi transmisi rantai ini AMAN menahan beban 2.819 N Karena tidak melebihi
breaking load (Wb) yaitu 17.096,7 N

3.5.2 Menghitung Jumlah dan Panjang Rantai


1. Perhitungan jumlah rantai 1
Jumlah rantai 1 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

( )

( )

= 19,5 + 34,645 + 3,068 0.057

= 54.145 + 0.174
31

= 54.319 = 54

2. Perhitungan jumlah rantai 2


Jumlah rantai 2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

( )

( )

= 23,5 + 53,543 + 15.847 0.037

= 77,043 + 0.586

= 77.629 = 77

3. Panjang Rantai
Panjang rantai yang digunakan untuk rantai 1 dapat dihitung dengan
rumus :

= 54 12,70

= 685 mm

Panjang rantai yang digunakan untuk rantai 2 dapat dihitung dengan


rumus:

= 77 12,70

= 977mm

Anda mungkin juga menyukai