PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pengertian suatu poros.
2. Mengetahui macam-macam poros yang sering digunakan dalam suatu mesin.
3. Mengetahui hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam perenacanaan
poros.
ELEMEN MESIN 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Poros
Josep Edward Shigley (1983) menyatakan poros adalah suatu bagian
stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-
elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen
pemindah lainnya.Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan
atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya.
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui
putaranmesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk
mesin, piringan kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang berputar
terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang
berputar. Contoh sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda kereta api,
As gardan, dan lain-lain.
ELEMEN MESIN 2
akibat berat benda sendiri atau gaya luar yang mengenai benda tersebut. Baik gaya
dalam maupun gaya luar akan menimbulkan berbagai macam tegangan pada
kontruksi tersebut.
b. Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesinperkakas, di
mana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle.Syarat yang harus dipenuhi
poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
ELEMEN MESIN 3
c. Poros Transmisi
Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu
elemen mesin ke elemen mesin yang lain. Poros transmisi mendapat beban puntir
murni atau puntir dan lentur yang akan meneruskan daya ke poros melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk atau sproket rantau, dan lain-lain.
2. Berdasarkan Bentuknya
a. Poros Lurus
ELEMEN MESIN 4
Gambar 2.6 Perubahan gerakan yang dihasilkan poros engkol
ELEMEN MESIN 5
Gambar 2.8 Poros Engkol Ganda
b. Kekuatan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda
gigi). Karena itu disamping kekuatan poros, kekuatannya juga harus diperhatikan
dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
c. Putaran Kritis
Bila putaran suata mesin dinaikan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll. Dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin,
ELEMEN MESIN 6
poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah
dari putaran kritisnya.
d. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasauk plastik) harus dipilih poros propeler
dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk
poros-poros yang terancam kavitas, dan poros-poros mesin yang sering berhenti
lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap
korosi.
e. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanaya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan defines, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang
dihasilkan dari ingot yang di”kill” (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon
dan dicor; kadar karbon terjamin), (JIS G3123 Tabel 1) meskipun demikian, bahan
ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengurangi deformasi karena
tegangan yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada
tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan
poros menjadi keras dankekuatannya bertambah besar. Harga-harga yang terdapat
dalam table diperoleh dari batang percobbaan dengan diameter 25 mm ; dalam hal
ini harus diingat bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar fdari 25 mm,
harga-harga akan lebih rendah dari pada yang ada dalam tabel karena adanya
pengaruh masa.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat
umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasn kulit yang sangat tahan
terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel
molibden, baja khrom, baja khrom molibden, dll. (G4102, G4103, G4104, G4105
dalam Tabel 2). Sekalipun demikian pemakaian baja paduan khusus tidak
dianjurkan jika alasannya hanya putaran tinggi dan beban berat. Dalam hal
demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan
panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan. Baja empa G3201,
ditempa dari ingot.
ELEMEN MESIN 7
Tabel 2.1 (Hal – hal penting dalam perencanaan poros)
Standard an macam Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
Panas tarik
(Kg/mm2)
S30C 48
S35C 52
Baja Karbon
S40C Penormalan 55
konstruksi mesin (JIS
S45C 58
G 4501)
S50C 62
S55C 66
Batang Baja yang S35C-D - 53 Ditarik
difinis dingin S45C-D - 60 dingin,
S55C-D - 72 digerinda,
dibubut atau
gabungan
antara hal-hal
tersebut.
ELEMEN MESIN 8
Tabel 2.2 (Baja perpaduan untuk poros)
Kekuatan tarik
Standard an macam Lambang Perlakuan panas
(Kg/mm2)
SNC 2 85
Baja Khrom nikel (JIS G SNC 3 95
Pengerasan Kulit
4102) SNC 21 80
SNC 22 100
SNCM 1 85
SNCM 2 95
SNCM 7 100
Baja Khrom nikel
SNCM 8 Pengerasan Kulit 105
molibden (JIS G 4103)
SNCM22 90
SNCM23 100
SNCM25 120
SCr 3 90
SCr 4 95
Baja Khrom (JIS G
SCr 5 Pengerasan Kulit 100
4104)
SCr21 80
SCr22 85
SCM 2 85
SCM 3 95
SCM 4 100
Baja Khrom Molibden
SCM 5 Pengerasan Kulit 105
(JIS G 4105)
SCM21 85
SCM22 95
SCM23 100
.
ELEMEN MESIN 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari zaman ke zaman ilmu pengetahuan akan terus selalu berkembang
dengan menciptakan suatu teknologi yang baru, begitu pula teknologi yang
digunakan pada poros, yang dari proses perencanaannya pun sudah diperhitungkan
dengan baik seperti bahan pembuatannya,kekuatannya terhadap beban yang
dilayani, kekakuannya dan sebagainya, yang itu semua dilakukan agar tercipta
suatu produk baik itu poros yang terjamin kualitas maupun keamanan dalam
penggunaannya.
3.2 Saran
Setelah saya mengetahui tentang apa itu poros, apa saja macam-macamnya
dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan poros
tersebut, saya semakin tertarik mengenai dalam mempelajari pelajaran mata kuliah
elemen mesin ini dan semoga dengan lebih banyak mempelajarinya saya dan
teman-teman akan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh ini dengan baik di
dalam dunia kerja nantinya ataupun dapat mengembangkannya agar dapat
menciptakan poros atau mesin pada umumnya dengan kualitas yang lebih baik lagi
agar faktor keamanan dari produk yang digunakan akan semakin terjamin.
ELEMEN MESIN 10
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ELEMEN MESIN 11
BAB I
PENDAHULUAN
ELEMEN MESIN 12
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Definisi dari bantalan (bearing) ?
b. Apakah jenis bantalan (bearing)?
c. Bagaimana cara menentukan umur bantalan (bearing)?
d. Bagaimana cara memilih bantalan (bearing)?
e. Bagaimana cara pelumasan pada bantalan (bearing)?
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan kepada pembaca tentang bearing
1.3.1 Tujuan khusus
a. Menjelaskan kepada pembaca tentang definisi dari bantalan (bearing)
b. Menjelaskan kepada pembaca tentang jenis bantalan (bearing)
c. Menjelaskan kepada pembaca tentang cara menentukan bantalan (bearing)?
d. Menjelaskan kepada pembaca tentang cara memilih bantalan (bearing)
e. Menjelaskan kepada pembaca tentang cara pelumasan pada bantalan (bearing)
ELEMEN MESIN 13
BAB II
PEMBAHASAN
ELEMEN MESIN 14
bahan bantalan. Kemudian tekanan bantalan yang diijinkan dan harga pv yang
diijinkan diturunkan secara empiris. Tentukan panjang bantalan l sedemikian
hingga tidak terjadi pemanasan yang berlebihan. Setelah itu periksalah bahan
bantalan dan tentukan diameter poros sedemikian rupa hingga tahan terhadap
lenturan. Periksalah juga bantalan dan (l/d).
Bila diameter poros sudah sudah diberikan terlebih dahulu, mulailah dengan
kekuatan bantalan. Dalam semua hal, pemeriksaan tekanan bantalan, harga pv, dan
(l/d) adalah penting. Jika pemilihan bahan bahan pelumas, cara pelumasan, dan
pendinginan terus menerus akan dilakukan atas dasarjangka waktu kerja, kondisi
pelayanan, dan lingkungannya, perlu ditentukan jumlah aliran minyak per satuan
waktu.
1) Kekuatan Bantalan
Misalkan terdapat suatu beban yang terbagi rata dan bekerja pada bantalan dari
sebelah bawah. Panjang bantalan dinyatakan l (mm), beban persatuan panjang
dengan w (kg/mm), dan beban bantalan W(kg), serta reaksi pada tumpuan dihitung.
Maka:
W = w.l
Pemilihan panjang (l) dan diameter (d) bantalan
Untuk bantalan, perbandingan panjang dan diameter adalah penting, sehingga
dalam perencanaan atau pemilihan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Semakin kecil l/d, semakin rendah kemampuan untuk menahan beban.
b. Semakin besar l/d, semakin besar pula panas yang timbul karena gesekan.
c. Dengan memperbesar l/d kebocoran pelumas pada ujung bantalan dapat
diperkecil.
d. Harga l/d yang terlalu besar akan menyebabkan tekanan yang tidak merata, jadi
lebih baik dipakai harga menengah, jika kelonggaran antara bantalan dan poros
akan diperkecil atau jika sumbu poros agak miring terhadap sumbu bantalan maka
l/d harus dikurangi.
e. Jika pelumas kurang dapat diratakan dengan baik ke seluruh permukaan bantalan,
harga l/d harus dikurangi.
f. Semakin besar l/d, temperature bantala juga semakin tinggi.
ELEMEN MESIN 15
g. Untuk menentukan l/d dalam perencanaan, perlu diperhatikan seberapa besar
ruangan yang tersedia untuk bantalan di dalam mesin.
h. Harga l/d, juga tergantung kekerasan bahan bantalan, untuk bahan yang lunak
memerlukan l/d yang besar.
Atas dasar hal-hal diatas dapat dipilih l/d yang akan dipakai. Harga l/d tersebut
antara 0,4-4,0 atau lebih baik antara 0,5-2,5. Bila l/d melebihi 2,0 maka tekanan
permukaan terjadi secara lokal (tidak merata) sehingga lubang bantalan perlu dibuat
tirus. Harga yang terlalu kecil sebaliknya akan mengurangi kemampuannya
membawa beban. Untuk l/d yang kecil, bantalan gelinding lebih menguntungkan.
2) Tekanan Bantalan
Bantalan dapat berbentuk silinder, bola, atau kerucut. Yang paling banyak
adalah silinder. Yang dimaksud dengan tekanan bantalan adalah beban radial dibagi
luas proyeksi bantalan, yang besarnya sama dengan beban rat-rata yang diterima
oleh permukaan bantalan, jika bantalan dinyatakan dengan p (kg/mm2), beban rata-
rata ini adalah :
𝑊
p =𝑙𝑑
dimana:
l : panjang bantalan (mm)
d : diameter poros (mm)
ELEMEN MESIN 16
Tabel 2.1 Sifat bahan bantalan luncur(Sularso dan Suga. hal 109)
Tekanan Temperature
maksimum maks. Yang
Bantalan bantalan Kekerasan yang diperbolehkan
Hb diperbolehkan (celcius)
(kg/mm2)
Besi cor 160-180 0,3-0,6 150
Perunggu 50-100 0,7-2,0 200
Kuningan 80-150 0,7-2,0 200
Perunggu fosfor 100-200 1,5-6,0 250
Logam putih berdasarkan 20-30 0,6-1,0 150
Sn
Logam putih berdasarkan 15-20 0,6-0,8 150
Pb
Paduan candium 30-40 1,0-1,4 250
Kelmet 20-30 1,0-1,8 170
Paduan aluminium 45-50 2,8 100-150
Perunggu timah hitam 40-80 2,0-3,2 220-250
ELEMEN MESIN 17
Gambar 2.2 Bantal Aksial Telapak
(Sularso dan Suga:125)
ELEMEN MESIN 18
Karena jari-jari rata-rata bantalan adalah (d1+d2)/4 maka besarnya moment
tahanan gesek, Mf (kg.m), dapat dinyatakan sebagai
Mf = µW(d1+d2 )/4000
Jika kerja gesekan per satuan luas per satuan waktu dinyatakan dengan Hf dan
putaran poros dinyatakan dengan N (rpm), maka:
2πN
Mf ( 60 ) µWN
Hf = π =
(4) (d1² − d2²) 30000 (𝑑1 − 𝑑2)
µWN WN
d1-d2 = 30000 𝐻𝑓 = C
30000Hf
dimana C=
µ
ELEMEN MESIN 19
Menurut pemakaiannya terdapat bantalan untuk penggunaan umum, bantalan poros
engkol, bantalan utama mesin perkakas, bantalan roda kereta api, dll.
Bahan untuk bantalan luncur harus memenuhi persyaratan berikut :
1) Mempunyai kekuatan cukup (tahan beban dan kelelahan).
2) Dapat menyesuaikan diri terhadap lenturan poros yang tidak terlalu besar atau
terlalu kecil.
3) Mempunyai sifat anti las.
4) Sangat tahan karat.
5) Cukup tahan aus.
6) Dapat membenamkan kotoran yang menenmpel di dalam bantalan.
7) Tidak terlalu terpengaruh oleh temperature.
1. Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding menggunakan elemen rolling untuk mengatasi gesekan
antara dua komponen yang bergerak. Diantara kedua permukaan ditempatkan
elemen gelinding seperti misalnya bola, rol, taper dan lain lain. Kontak gelinding
terjadi antara elemen ini dengan komponen lain yang berarti pada permukaan
kontak tidak ada gerakan relatif.
Nomor nominal bantalan gelinding 6312 ZZ C3 P6.
Artinya:
6 : Bantalan bola garis alur dalam.
3 : Singkatan dari lambing 03, dimana 3 menunjukkan diameter luar 130 mm
untuk diameter lubang 60 mm.
ELEMEN MESIN 20
12 : berarti 12 x 5 = 60 mm diameter lubang.
ZZ : berarti bersil 2.
C3 : kelonggaran C3.
P6 : kelas ketelitian 6.
ELEMEN MESIN 21
Gambar 2.8 ball bearing
Tabel 2.2 Pasan Umum Untuk Bantalan Rol (Sularso dan Suga. hal 140)
a) Pasan untuk diameter lubangbantalan dari bantalan radial
Kelas Jenis dan kelas poros
bantalan Untuk beban putar pada cincin dalam dan Untuk beban putar
beban dengan arah tak menentu pada cincin luar
Kelas 0,6 r6 p6 n6 m5 k5 js5 h5 h6 g5
m6 k5 js6 g6
Kelas 5,4 - - - m4 k4 js5 - - -
m5 k5 js5
b) Pasan untuk diameter luar bantalan dari bantalan radial (kecuali bantalan magneto)
Kelas Jenis dan kelas lubang
bantalan Untuk putar pada cincin dalam Untuk beban Untuk beban
dengan arah pada cincin
tak menentu luar
Kelas p6 N6 M6 - J6 H7 G7 M7 K6 Js6 P7 N7 M7
06 H7 K7 Js7
Kelas - N5 M5 K6 J6 - - - - - - - -
5,4
ELEMEN MESIN 22
umur bantalan (bearing life) sangat umum dipakai. Umur (life) dari suatu bantalan
dinyatakan sebagai jumlah putaran total atau jumlah jam pada suatu kecepatan
putar.
Kondisi ideal kegagalan lelah akan berupa penghancuran permukaan yang
menerima beban. Standart ; The Anti-Friction Bearing Manufacturers Asociation
(AFBMA) menyatakan bahwa kriteria kegagalan adalah suatu bukti awal dari
kelelahan. Perlu dicatat Bahwa umur yang berguna (useful life) sering dipakai
sebagai defenisi dari umur lelah atau kata lain adalah kehancuran atau penyompelan
suatu permukaan seluas 0,01 in2.
L10h= (C/P)b x (106/(60xn))
Dimana:
L10h : umur bantalan (jam)
C : beban dinamis (kN)
P : beban ekuivalen (kN)
b : konstanta 3 untuk ball bearings
konstanta 10/3 untuk roller bearings
n : putaran (rpm)
Fe= V.Fr
Fe= (X.V.Ff) + (Y.Fa)
ELEMEN MESIN 23
Dimana:
Fe = beban radial ekuivalen
Fr = beban radial yang bekerja
Fa = beban aksial yang bekerja
V = faktor rotasi
X = faktpr radial
Y = faktor aksial
Dalam menggunakan persamaan ini faktor rotasi V ialah untuk mengoreksi
berbagai kondisi cincin yang berputar. Untuk cincin dalam yang berputar, V=1.
Untuk cincin luar yang berputar, V= 1,2. Faktor 1,2 untuk cincin luar yang berputar
hanyalah karena pada kenyataannya umur lelah adalah berkurang dikondisi ini.
Bantalan yang dapat menyesuaikan diri sendiri (self-aligning) adalah suatu
pengecualian, yang mempunyai V= 1 untuk berputar cicncin yang mana saja.
Faktor-faktor X dan Y pada persamaan diatas, tergantung pada geometri dari
bantalan, termasuk jumlah peluru dan diameter peluru. Bila suatu penurunan teoritis
dari faktor Y dan X dibuat, akan didapat bahwa kurva yang dihasilkan dapat ditaksir
dengan tablel 2.1. Pasangan harga-harga yang member beban ekivalen terbesar
selalu harus dipakai.
Tabel 2.3 Faktor Beban Radial Ekuivalen (Shigley, Joseph E. dan Mitchell, Larry D. hal 59)
Jenis Bantalan X1 Y1 X2 Y2
Bantalan peluru bersinggungan secara radial 1 0 0,5 1,4
Bantalan peluru bersinggungan dengan sudut yang 1 1,25 0,45 1,2
kecil
Bantalan peluru bersinggungan dengan sudut yang 1 0,75 0,4 0,75
curam
Bantalan peluru berbasis ganda dan duplex (jenis 1 0,75 0,63 1,25
DB atau DF)
ELEMEN MESIN 24
Rancangan dasarnya mencakup semua bantalan peluru dan bantalan rol lurus dalam
ukuranmetris. Rancangan gtersebut cukup fleksibel sedemikian rupa, untuk suatu
diameter dalam yang diketahui, terdapat sejumlah pilihan lebar dan diameter luar.
Lebih lanjut diameter luar yang dipilih adalah yang sedemikian rupa sehingga,
untuk suatu diameter luar tertentu, seseorang biasanya dapat mencarikan
serangkaian bantalan yang mempunyai diameter dalam dan lebar yang berbeda.
Rancangan dasar AFBMA digambarkan pada 2.5. Bantalan dinyatakan
dengan suatu nomor berdigit dua kode deret dimensi. Angka pertama dalam deret
tersebut adalah deret dari lebar (width series) 0,1,2,3,4,5,dan 6. Angka kedua adalah
deret diameter luar (diameter series) 8,9,0, 1,2,3,dan4. Kode deret dimensi tidak
mwnunjukkan ukuran secara langsung, maka perlu memeriksakan kembali pada
tabulasi. Bantalan-bantalan dari deret 02 dan 03 adalah yang paling banyak dipakai,
dan diameter diantaranya ditabulasikan pada table 2.2 dan 2.3.
Ini berlaku untuk bantalan peluru, bantalan rol lurus, dan bantakan rol seperti
bola, tetapi tidak untuyk bntalan rol kerucut atau bantalan peluru ukuran inci.
Bentuk dari pojok tidak ditetapkan ; ini bisa melengkung atau dilengkungkan tetapi
ini harus cukup kecil untuk mempunyai kebebasan bagi radius kelengkungan yang
ditetapkan pada standar.
ELEMEN MESIN 25
Tabel 2.4 Dimensi dan nilai Beban Dasar untuk Seri Bantalan Peluru 0-2(Shigley, Joseph E.
dan Mitchell, Larry D. hal 60)
Diameter Diameter Lebar Jari-jari Diameter bahu (mm) Nilai
dalam luar (mm) lengkung Ds dH beban
(mm) (mm) (mm) (kN)
10 30 9 0,6 12,5 27 3,58
12 32 10 0,6 14,5 28 5,21
15 35 11 0,6 17,5 31 5,87
17 40 12 0,6 19,5 34 7,34
20 47 14 0,1 25 41 9,43
25 52 15 1,0 30 47 10,8
30 62 16 1,0 35 55 14,6
35 72 17 1,0 41 65 19,8
40 80 18 1,0 46 72 22,5
45 85 19 1,0 52 77 25,1
50 90 20 1,0 56 82 26,9
55 100 21 1,5 63 90 33,2
60 110 22 1,5 70 99 40,3
65 120 23 1,5 74 109 44,1
70 125 24 1,5 79 114 47,6
75 130 25 1,5 86 119 50,7
80 140 26 2,0 93 127 55,6
85 150 28 2,0 99 136 64,1
90 160 30 2,0 104 146 73,9
95 170 32 2,0 110 156 83,7
ELEMEN MESIN 26
2.4.2 Pemilihan Bantalan Rol Kerucut
Tatanan untuk bantalan rol kerucut dalam beberapa hal berbeda dari bantalan
peluru dan bantalan rol lurus. Cicncin dalam disebut kerucut (cone), dan cincin luar
disebut (cup).
Tabel. 2.5 Dimensi dan nilai Beban Dasar untuk Seri Bantalan Peluru 0-3 (Shigley, Joseph
E. dan Mitchell, Larry D. hal 61)
Diameter Diameter Lebar Jari-jari Diameter bahu Nilai
dalam luar (mm) kelengkungan (mm) beban
(mm) (mm) (mm) Ds dH (kN)
10 35 11 0,6 12,5 31 6,23
12 37 12 1,0 16 32 7,48
15 42 13 1,0 19 37 8,72
17 47 14 1,0 21 41 10,37
20 52 15 1,0 25 45 12,24
25 62 17 1,0 31 55 16,2
30 72 19 1,0 37 65 21,6
35 80 21 1,5 43 70 25,6
40 90 23 1,5 49 80 31,4
45 100 25 1,5 54 89 40,5
50 110 27 2,0 62 97 47,6
55 120 29 2,0 70 106 55,2
60 130 31 2,0 75 116 62,7
65 140 33 2,0 81 125 71,7
70 150 35 2,0 87 134 80,1
75 160 37 2,0 93 144 87,2
80 170 39 2,0 99 153 94,8
85 180 41 2,5 106 161 102,9
90 190 43 2,5 111 170 110,8
95 200 45 2,5 117 179 117,9
ELEMEN MESIN 27
Suatu bantalan rol kerucut dapat membawa kedua beban radial dan aksial
atau setiap kombinasi dari keduanya. Begitupun bila suatu beban aksial luar tidak
ada, beban radial menyebabkan suatu reaksi aksial didalam bantalan karena
kemiringan kerucut tersebut.
Gambar 2.10 diameter poros dan bahu rumah bantalan ds dan dH harus memadai untuk
member tumpuan bantalan yang baik.
ELEMEN MESIN 28
Pemkaian oli , bila :
• Kecepatan tinggi
• Suhu tinggi
ELEMEN MESIN 29
7. Pelumasan Gravitasi
Dari sebuah tangki yang diletakkan sebuah bantalan, minyak dialirkan oleh
gaya beratnya. Cara ini digunakan untuk kecepatan sedang dan tinggi pada
kecepatan keliling sebesar 10-15 (m/s).
8.Pelumasan Celup
Sebagian dari bantalan dicelupkan dalam minyak. Cara ini cocok untuk
bantalan poros tegak, seperti pada turin air.
ELEMEN MESIN 30
Pelumasan minyak menggunakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi
atau temperatur rendah. Yang paling polpuler diantaranya adalah pelumasan celup.
Pada cara ini, dengan poros mendatar, minyak harus diidikan sampai tengah elemen
gelinding yang rendah. Adalah suatu keharusan bahwa temperature minyak
dijagatetap. Untuk maksud ini dapat dipakai pipa pendingin, atau sirkulasi air.
Untuk poros tegak, bahwa berputar dibawah batas kecepatan, tinggi permukaan
minyak harus sedemikian rupa hingga 30-50(%) dari elemen pendingin tercelup
minyak. Untuk kecepatan tinggi dan beban ringan, seperti pada spindle mesin
gerinda, pelumasan tetes atau lembab sangat efektif. Pada cara ini minyak
diteteskan pada elemen gelinding untuk membentuk kelembababn pada rumah
bantalan.
Untuk kecepatan tinggi dan sedang dapat dipakai jet pembasah dimana
minyak dikabutkan dengan tekanan udara untuk membasahi permukaan yang perlu
dilumasi.
Pada harga d,n sangat tinggi dan beban berat, seperti pada turbin gas, dipakai
pelumasan pompa. Ukuran nozel, tekanan minyak, dan jumlah aliran minyak
tergantung pada jenis bantalan, harga bantalan d.n, dan kondisi kerja. Untuk aliran
minyak yang besar, sistem pelumasan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
kelebihan minyak akan dikembalikan ke reservoir minyak.
ELEMEN MESIN 31
Tabel 2.6 Pesan Umum Untuk Bantalan Roln (Sularso dan Suga. hal 130)
ELEMEN MESIN 32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bantalan (bearing) adalah elemen yang penting dalam mesin karena menumpu
poros yang berbeban, sehingga putaran atau gesekan bolak baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman dan tahan atau memisahkan antara bagian yang
berputar dengan bagian yang diam.
Saat perencanaan atau pemilihan perlu diperhatikan hal-hal yang sesuai
dengan standart yang ditetapkan AFBMA, karena bila tidak sesuai ketentuan akan
menyebabkan kerusakan pada elemen lain.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian dari pembahasan tersebut, dalam perencanaan mesin kita
tidak boleh sembarangan dalam memilih bantalan (bearing), kita harus mengikuti
sesuai standar yang ditetapkan dalam AFBMA.
ELEMEN MESIN 33
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ELEMEN MESIN 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elemen Mesin adalah bagian dari suatu alat untuk memindahkan
energi/benda yang mempunyai efisiensi mekanis, termis, hidrolis, maupun elektris.
Pada dasarnya perencanaan elemen mesin merupakan perencanaan komponen yang
diadakan/dibuat untuk memenuhi kebutuhan mekanisme suatu mesin. Perhitungan
pada perencanaan elemen mesin didasarkan pada teori-teori mekanika teknik dan
kekuatan bahan. Salah satunya adalah sabuk dan rantai.
Kurniawan (2011) menyatakan sabuk penggerak adalah suatu peralatan dari
mesin yang bekerjanya berdasarkan dari gesekan. Melalui gesekan antara puli dan
sabuk penggerak gaya melingkar dapat dipindahkan dari puli penggerak ke puli
yang digerakan. Adapun tipe dari sabuk penggerak datar ini yaitu : Sabuk terbuka,
sabuk silang, sabuk perempatan putaran, sabuk dengan puli pengencang, sabuk
kompon, sabuk dengan puli pelepas.
Kurniawan (2011) menyatakan rantai adalah roda bergerigi yang yang
berpasangan dengan rantai, tarack atau benda panjang yang bergerigi lainnya.
Sprocket berbeda dengan roda gigi, sproket tidak pernah bersinggungan dengan
sprocket lainnya dan tidak pernah cocok. Sproket juga berbeda dengan puli dimana
sprocket memiliki gigi sedangkan puli pada umumnya tidak memiliki gigi. Rantai
yang terdiri dari sejumlah link kaku yang berengsel dan di sambung oleh pin untuk
memberikan fleksibilitas yang diperlukan. Rantai digunakan untuk
mentransmisikan daya dimana jarak kedua poros besar dan dikehendaki tidak
terjadi slip. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi, rantai jauh lebih murah akan
tetapi brisik serta kapasitas daya dan kecepatanya lebih kecil.
ELEMEN MESIN 35
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sabuk ?
2. Apa macam-macam jenis sabuk?
3. Bagaimana parameter pada sabuk ?
4. Apakah yang dimaksud rantai?
5. Apa macam-macam jenis rantai?
6. Bagaimana parameter pada rantai?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan kepada pembaca tentang sabuk dan rantai.
1.3.1 Tujuan khusus
a. Menjelaskan kepada pembaca tentang sabuk.
b. Menjelaskan kepada pembaca tentang macam-macam jenis sabuk.
c. Menjelaskan kepada pembaca tentang parameter sabuk.
d. Menjelaskan kepada pembaca tentang rantai.
e. Menjelaskan kepada pembaca tentang macam-macam jenis rantai
f. Menjelaskan kepada pembaca tentang parameter rantai.
ELEMEN MESIN 36
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai masalah yang dirumuskan pada bab I, maka pada bab ini akan
membahas tentang: (1). Sabuk (2). Macam-macam jenis sabuk (3). Parameter sabuk
(4). Rantai (5). Macam-macam jenis rantai. (6). Parameter rantai. Selanjutnya ke
enam butir ini akan dipapar-kan sebagai berikut :
2.1 Sabuk
Made (2005) menyatakan sabuk penggerak adalah suatu peralatan dari mesin
yang bekerjanya berdasarkan dari gesekan. Melalui gesekan antara puli dan sabuk
penggerak gaya melingkar dapat dipindahkan dari puli penggerak ke puli yang
digerakan. Perpindahan gaya ini tergantung dari tekanan sabuk penggerak ke
permukaan puli, maka ketegangan dari sabuk penggerak sangatlah penting dan bila
terjadi slip kekuatan geraknya akan berkurang.
Sularso (1978) menyatakan transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan
belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana
konstruksinya dan mudah mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Namun
transmisi sabuk tersebut mempunyai kekurangan dibandingkan rantai atau roda
gigi, yaitu karena terjadi slip pada pulinya dan sabuk. Oleh karena itu macam
tranmisi sabuk biasanya tidak dapat dipakai bilamana dikehendaki putaran tetap
atau perbandingan transmisi yang tetap. Akhir-akhir ini telah dikembangkan
macam sabuk yang dapat mengatasi kekurangan tersebut yaitu sabuk gilir timing
belt. Sabuk gilir terbuat dari karet neopon atau plastik peiuretan sebagai bahan
cetak, dengan inti serat gelas atau kawat baja, serta gigi yang diletakan dengan teliti
dipermukaan sebelah dalam dari sabuk ini. Karena sabuk ini dapat melakukan
trasmisi mengait seperti roda gigi atau rantai, maka gerakan dengan perbandingan
yang tetap dapat diperoleh. Batas maximum kecepatan sabuk gilir 25 m/s2, yang
berarti lebih tinggi dari sabuk-V dan daya yang dapat ditransmisikan adalah sampai
60 KW.
Bahan yang digunakan untuk tali harus kuat, fleksible, tahan lama, dan
memilki koefisien gesek yang tinggi. Berdasar bahan yang digunakan ada :
ELEMEN MESIN 37
1. Sabuk balata Sabuk ini adalah berupa sabuk karet atau getah yang digunakan
sebagai pengganti karet. Sabuk ini tahan asam dan tahan air dan tidak rusak oleh
minyak hewani atau alkali. Sabuk tidak boleh melebihi dari 40°C sebab pada
temperatur ini sabuk mulai lembek dan menjadi lengket. Kekuatan balata sabuk
adalah 25% lebih tinggi dibanding sabuk karet.
2. Canvas (kampas/kain mota/Terpal) Berfungsi sebagai bahan pengikat struktur
karet.
3. Rubber (Karet) berfungsi sebagai Elastisitas dari V-belt dan menjaga agar V-belt
tidak Slip.
4. Cord (Kawat Pengikat) berfungsi penguat agar V-Belt Tidak Gampang Putus.
ELEMEN MESIN 38
karena pembebanan. Dalam proses pembuatan sabuk, inti tetoron dapat mengerut
pada waktu pendinginan, sehingga perlu proses khusus untuk memperbaikinya. Ada
juga proses yang membiarkan pengerutan tersebut dengan perhitungan panas dan
memulihkan bentuknya ke keadaan semula.
ELEMEN MESIN 39
Tabel 2.1 Faktor Koreksi V Belt
ELEMEN MESIN 40
Made (2005) menyatakan sabuk penggerak datar memberikan fleksibel,
menyerap hentakan, pemindahan kekuatan yang efisien pada kecepatan tinggi,
tahan tehadap kikisan panas dan harganya murah. Selain itu sabuk datar ini juga
dapat dipakai pada puli yang kecil. Kelemahan dari sabuk ini adalah karena sabuk
ditentukan untuk tekanan yang tinggi, maka menyebabkan beban yang besar bagi
batalan .
Adapun tipe dari sabuk penggerak datar ini yaitu :
1. Sabuk terbuka
Sabuk ini digunakan untuk menghubungkan dua poros sejajar dan berputar dengan
arah yang sama. Jika jarak diantara kedua sumbu besar, maka sisi kencang sabuk
ditempatkan pada bagian bawah.
2. Sabuk silang
Sabuk ini digunakan untuk dua poros sejajar dengan putaran berlawanan arah.
Untuk menghindari sobekan keausan, jarak kedua poros maksimum 20b, dimana b
adalah lebar sabuk dengan kecepatan di bawah 15 (m/s2).
5. Sabuk kompon
Digunakan untuk meneruskan daya dari poros satu ke poros lainnya melalui
beberapa puli.
ELEMEN MESIN 41
Sabuk ini digunakan jika dikehendaki menghentikan atau menjalankan poros mesin
tanpa mempengaruhi puli penggerak. Puli yang dipasak pada poros mesin dan yang
berputar pada kecepatan sama poros mesin disebut test pulley. Puli yang berputar
bebas disebut a loose pulley. Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang
akan diteruskan dengan factor koreksi.
ELEMEN MESIN 42
d. Sabuk V tugas ringan (tipe L). Tahan lenturan dan kecepatan tinggi. Untuk
mesin-mesin pertaanian. Puli penegang pada keliling luar sabuk dapat dipakai.
Batas temperatur sampai 600 C (untuk temperatur lebih dari 600 C lebih baik
dipakai sabuk V unggul).
e. Sabuk V sempit dapat mentransmisikan daya besar, untuk mesin-mesin industri
umum. Batas temperatur sampai 900 C.
f. Sabuk V sudut lebar untuk transmisi kecepatan tinggi dan daya besar dengan puli
kecil dan sempit. Untuk otomobil, batas temperatur sampai 800 C.
g. Sabuk V putaran variabel, tahan lenturan dan tekanan samping. Untuk penurun
putaran variabel. Batas temperatur sampai 900 C.
h. Sabuk gigi penampang pendek, tahan lenturan dan kecepatan tinggi. Untuk
otomobil besar, batas temperatur sampai 900 C.
i. Sabuk segi enam untuk menggerakan poros banyak. Untuk mesin pertanian dan
mesin industri. Batas temperatur sampai 600 C.
j. Sabuk bergigi (sabuk gilir) tidak slip, dapat dipakai untuk penggerak sinkron.
Untuk komputer, mesin perkakas, otomobil, dsb. Batas temperatur sampai 800 C.
k. Sabuk berusuk banyak, dapat menghasilkan putaran dengan kecepatan sudut
yang hampir tetap. Untuk mesin perkakas, batas temperatur sampai 800 C.
l. Sabuk berlapis kulit dan nilon, untuk transmisi putaran tinggi dan jarak poros
tetap. Untuk mesin kertas, mesin tekstil, dsb. Batas temperatur sampai 800 C.
ELEMEN MESIN 43
Tabel 2.3 Ukuran Puli -V
Diameter
nominal
Penampang (diameter
sabuk –V lingkaran Α(0) W* L̥ K K ̥ e F
jarak
bagi dp)
A 71-100 34 11,95 9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
B 125-160 34 15,86 12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
C 200-250 34 21,18 16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
D 355-450 36 30,77 24,6 9,5 15,5 37,0 24,0
E 500-630 36 36,95 28,7 12,7 19,3 44,5 29,0
(Sumber : Sularso 1978 : 166)
ELEMEN MESIN 44
ELEMEN MESIN 45
Tabel 2.4 Panjang Sabuk V Standar
ELEMEN MESIN 46
Kecepatan linier sabuk V adalah
Jarak sumbu poros dan panjang keliling ssabuk berturut-turut adalah C (mm) dan
L (mm).
Sularso (1978) menyatakan sudut lilit atau sudut kontak θ dari sabuk pada
alur puli penggerak harus diusahakan sebesar mungkin untuk memperbesar panjang
kontak antara sabuk dan puli. Gaya gesekan berkurang dengan mengecilnya θ
sehingga menimbulkan slip antara sabuk dan puli. Jika jarak poros adalah pendek
sedangkan perbandingan reduksinya besar, maka sudut kontak dan puli kecil (puli
penggerak akan menjadi kecil). Dalam hal ini dapat di pakai sebuah puli penegang
untuk memperbesar sudut kontak tersebut.
Bila sabuk dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka
tegangan di seluruh panjang sabuk adalah sama. Tegangan ini disebut tegangan
awal. Bila sabuk mulai bekerja meneruskan momen, tegangan akan bertambah pada
sisi tarik (bagian panjang sabuk yang menarik) dan berkurang pada sisi kendor
(bagian panjang sabuk yang tidak menarik).
ELEMEN MESIN 47
Setiap produsen sabuk mempunyai katalog yang berisi daftar untuk memilih
sabuk. tabel dibawah ini menunjukan kapasitas dari daya yang ditransmisikan untuk
satu sabuk bila dipakai puli dengan diameter minimum yang dianjurkan.
Tabel 2.5 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk sabuk tunggal (kW)
ELEMEN MESIN 48
Sularso (1978) menyatakan untuk dapat memelihara tegangan yang cukup
dan sesuai pada sabuk, jarak poros puli harus dapat disetel kedalam maupun ke luar.
Daerah penyetelan untuk masing-masing penampang sabuk diberikan. Tegangan
sabuk dapat diukur dengan timbanga di manaa sabuk ditarik pada titik tengah antara
kedua puli. Jika beban untuk melenturkan sabuk sebesar 1,6 (mm) setiap 100 (mm)
jarak bentangan terletak antara harga maksimum dan minimum yang diberikan,
maka besarnya tegangan sabuk dianggap sesuai.
Jika transmisi sabuk dilengkapi dengan puli pengikut untuk memelihara
tegangan sabuk, maka puli ini harus dipasang di sebelah dalam dari sisi kendor
dekat pada puli besar. Dipandang dari segi ketahanan sabuk, dianjurkan untuk tidak
menekan sabuk dari sebelah luarnya.
Sularso (1978) menyatakan sudut antara kedua sisi penampang sabuk yang
dianggap sesuai adalah sebesar 30 sampai 40 derajat. Semakin kecil sudut ini,
gesekan akan semakin besar karena efek baji, sehingga perbandingan tarikan F1/F2
akan lebih besar. Namun demikian kadang-kadang sudut yang kecil pada sabuk
sempit atau sabuk standar dapat menyebabkan terbenamnya sabuk kedalam alur
puli. Akhir-akhir ini dalam perdagangan diperkenalkan sabuk V dengan sudut lebar,
yaitu 60 derajat. Untuk sabuk ini dipakai bahan dengan perpanjangan yang kecil
untuk memperbaiki sifat buruk di atas. Tetapi dengan kondisi semacam ini, gesekan
dan perbandingan tarikan yang dicapai menjadi lebih rendah.
Sifat penting dari sabuk yang perlu diperhatikan adalah perubahan bentuknya
karena tekanan samping, dan ketahanan terhadap panas. Bahan yang biasa dipakai
adalah karet alam atau sintetis. Pada masa sekarang, telah banyak dipakai karet
neopren. Sebagai inti untuk menahan tarikan terutama dipergunakan rayon yang
kuat. Tetapi akhir-akhir ini pemakaian inti tetoron dapat dapat mengerut pada waktu
pendinginan, sehingga perlu proses khusus untuk memperbaikinya. Ada juga proses
yang membiarkan pengerutan tersebut dengan perhitungan bahwa pada waktu
dipakai kerja, sabuk akan menjadi panas dan memulihkan bentuknay ke keadaan
ELEMEN MESIN 49
semula. Pada umumnya puli dibuat dari besi cor kelabu FC20 atau FC30. Untuk
puli kecil dipakai konstruksi plat karena lebih murah.
ELEMEN MESIN 50
Tabel 2.7 Simbol Standar Puli dan Sabuk
Jenis Penggunaanya Simbol
1. Industri a. Konstrksi berat : A, B, C, D, E, 3V, 5V, 8V
b. Konstruksi ringan : 2L, 3L, 4L, 5L
2. Pertanian HA, HB, HC, HE, HD
3. Otomotif 0,38 inchi, 11 / 16 inchi, 1 inchi
(Sumber : Http://gegar88.blogspot.co.id/2011/07/laporan-elemen-mesin-iii.com)
ELEMEN MESIN 51
maka jumlah pasang gigi yang terkait (JGT = Jumlah Gigi Terkait) dapat dihitung
sebagai berikut:
Untuk menjaga agar sabuk tidak bergeser keluar dari puli, salah satu puli
harus diberi flens. Jika poros yang dihubungkan dengan sabuk gilir letaknya tegak,
maka kedua pulinya harus diberi flens. Penggunaan puli sebaiknya dihindari,
kecuali jika memang perlu, karena mengurangi umur sabuk.
Sularso (1978) menyatakan seperti pada sabuk V suatu daerah penyetelan
juga diperlukan, baik kedalam maupun keluar, untuk memudahkan pemasangan,
pembongkaran, dan pengaturantegangan pada waktu operasi.daerah penyetelan
standar kedua arah ΔCi, dan ΔCt. Tegangan yang terlalu besar akan membuat
permukaannya aus dan intinya terkupas keluar, yang selanjutnya akan
memperpendek umurnya. Sebaliknya jika sabuk terlalu kendor sabuk akan bekerja
dengan tumbukan yang terus menerus antara gigi sabuk dan gigi puli. Tegangan
yang sesuai dapat diperoleh dengan menimbang, dimana gaya tarik tertentu (yang
besarnya pada tipe dan lebar sabuk) dikenakan pada tengah-tengah rentangan
sabuk, dan disetel lenturannya sebesar 1,6 mm untuk tiap100 mm panjang
rentangan.
2.4 Rantai
Rantai adalah sebagai pemindah daya dari putaran gear box ke roda, punya
peranan penting pada tunggangan. Makanya pengendara harus kenal lebih jauh
mengenai jenis keberadaan peranti ini. Seperti kode atau angka yang tercetak di
kemasan rantai. Sebagai pemilik motor, harus tahu arti kode itu agar tidak salah
pakai rantai. Kode mengandung arti baik untuk kekuatan ataupun ukuran. Sehingga
tidak salah pilih, juga tahu peruntukannya. Rantai digunakan untuk
mentransmisikan daya dimana jarak kedua poros besardan dikehendaki tidak terjadi
slip. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi, rantai jauh lebih murah akan tetapi
brisik serta kapasitas daya dan kecepatanya lebih kecil .
ELEMEN MESIN 52
Gambar 2.4 Sprockets and chain
(Sumber : https://www.scribd.com/doc/47730081/ELEMEN-MESIN-RANTAI)
Rantai sebagian besar digunakan untuk mengirimkan gerakan dan daya dari
satu poros ke poros yang lain, seperti ketika jarak pusat antara poros pendek seperti
pada sepeda, sepeda motor, mesin pertanian, konveyor, dll dan juga rantai mungkin
dapat juga digunakan untuk jarak pusat yang panjang (sampai 8 meter).
Sularso (1978) menyatakan rantai transmisi daya dipergunakan dimana jarak
poros lebih besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada dalam
transmisi sabuk. rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip,
jadi menjamin perbandingan putaran yang tetap. Rantai sebagai transmisi
mempunyai keuntungan-keuntungan seperti : mapu meneruskan daya besar, tidak
memerlukan tegangan awal, keausan kecil pada bantalan dan mudah
memasangnya.transmisi rantai juga memiliki kekurangan yaitu : variasi kecepatan
yang tidak dapat dihindari karena lintasan busur pada sproket yang mengait mata
rantai, suara dan getaran karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi sproket,
dan perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yag diakibatkan oleh gesekan
dengan sproket.
Deretan angka yang ada pada kemasan atau kotak rantai roda wajib diketahui
pemilik motor. Total barisan nomor ada 6 yang juga ada di pelat atas rantai. Itu
kode rantai yang artinya panjang dan lebar. Ada juga kode huruf. Ambil contoh
jenis-jenis rantai yang biasa dipakai pada sepeda motor memiliki tipe yaitu ukuran
rantai 415, 420, 428, 428H dan 520. Untuk rantai ddibawah 428 biasanya
diaplikasikan untuk jenis sepeda motor bebek. Sedangkan 428 dan 520
diaplikasikan untuk jenis motor sport.
Ambil contoh kode rantai 428H-104 . Angka yang berada di depan atau angka
4 menunjukan jarak antar pin. Pin bisa disebut selongsong yang menyambung antar
pelat. Satu angka paling depan ada cara hitungannya sendiri. Kalau di depan
ELEMEN MESIN 53
angka 4 berarti 4/8 inci. “Satuan inci dikonversi ke mm. Per delapan itu patokan
internasional,” pasti Mahmud Rosid, ST, Engineering PT FSCM Manufacturing
Indonesia (FMI), produsen rantai roda untuk semua merek
motor di Indonesia. Berikunya angka kedua dan ketiga punya arti jarak antar pelat
dalam. Pelat dalam disebut juga inner plat yang posisinya tepat di bawah pelat atas.
Kedua pelat ini bisa kelihatan langsung pakai mata. Angka 28 berarti jarak lebar
pelat 7,94 mm. Angka itu didapat dari tabel standar rantai. Huruf H artinya high
tension yang perbedaannya di pelat bagian dalam.
Rantai dengan kode H berarti pelat dalamnnya lebih tebal dibanding rantai
tanpa kode H. Karena pelat dalam lebih tebal. Rantai berkode H punya daya tahan
minimum tarikan beban 2,1 ton, sedang kalau tanpa kode H minimum ketahanan
tarikan bebannya 1,70 ton. Angka 104 berarti panjang rantai 104 mata. Panjang
rantai tidak punya satuan. Angka yang menunjukan panjang rantai berarti jumlah
mata rantai tempat masuknya gigi-gigi gir belakang dan depan.
Untuk waktu pengecekan pada rantai misalnya pada rantai kendaraan yaitu
sebenarnya tidak ada batas untuk penggantian, tetapi para mekanik menyarankan
untuk melakukan pemeriksaan pada rantai kendaraan setiap 4000 km. Dengan cara
mencuci rantai terlebih dahulu sebelum dilumasi. Untuk memastikan rantai roda
harus diganti langkahnya dengan melihat kekenduran rantai. Jika sudah melebihi
jarak setelan baut anting-anting tentu harus dilakukan penggantian.
ELEMEN MESIN 54
Gambar 2.5.1 Rantai roll
(Sumber : https://www.scribd.com/doc/47730081/ELEMEN-MESIN-RANTAI)
Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kelemahan dari rantai roll :
a. Keuntungan
1. Tidak memerlukan tegangan awal
2. Keasusan kecil pada bantalan
3. Pemasangan mudah
4. Mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar.
b. Kelemahan
1. Variasi kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur pada sproket
yang mengait mata rantai
2. Suara dan getaran karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi sproket
3. Perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatka oleh gesekan
dengan sproket
4. Tak dapat dipakai untuk kecepatan tinggi
ELEMEN MESIN 55
2. Rantai gigi
Sularso (1978) menyatakan ada dua macam rantai gigi yang pertama adalah
rantai Reynold adalah dimana rantai plat mata rantai rangkap banyak dengan profil
khusus dihubungkan dengan pena silindris dan bus yang terbelah. Yang kedua
adalah rantai rantai HY-VO dari morse dimana dua buah pena disebut pena
sambungan kunci yang mempunyai permukaan cembung dan cekung dipasang
sebagai pengganti pena silindris. Pena yang mempunyai permukaan cekung
dipasang pada plat mata rantai yang satu pada yang lain.
ELEMEN MESIN 56
Sproket rantai dibuat dari baja karbon untuk ukuran kecil, dan besi cor atau
baja cor untuk ukuran besar. Untuk perhitungan kekuatannya belum ada cara yang
tetap seperti pada roda gigi. Adapun bentuknya telah distandarkan. Daya yang akan
ditransmisikan (kW), putaran poros penggerak dan yang digerakkan (rpm), dan
jarak sumbu poros kira-kira (mm), diberikan lebih dahulu. Daya yang di
transmisikan perlu dikoreksi menurut mesin yang akan digerakkan dan penggerak
mulannya, dengan faktor koreksi.
Sularso (1978)Momen lentur akan selalu terjadi pada poros. Karena itu
periksalah kekuatan lentur poros bila diameternya telah diberikan. Dengan
menggunakan putaran (rpm) dari poros yang berputaran tinggi dan daya yang telah
dikoreksi (kW), carilah nomer rantai dan jumlah gigi sproket kecil yang sesuai.
Jumlah gigi ini sebaiknya merupakan bilangan ganjil dan lebih dari 15. Jumlah gigi
minimum yang diijinkan adalah 13 jumlah gigi untuk sproket besar juga dibatasi,
maksimum 114 buah. Perbandingan putaran dapat diijinkan sampai 10/1. Sudut
kontak antara rantai dan sproket kecil harus lebih besar dari 1200.
ELEMEN MESIN 57
Tabel 2.10 Faktor koreksi f
Tumbukan Penggerak Motor Motor torak
Pemakaian listik atau Dengan Tanpa
turbin trasmisi transmisi
hidrolik hidrolik
Transmisi Konveyor sabuk dan
halus rantai dengan variasi 1,0 1,2 1,2
beban kecil pompa
sentrifugal dan blower,
mesin tekstil umum,
mesin industri umum
dengan variasi beban
kecil
Tumbukan Kompresor sentrifugal,
sedang propeler konveyor 1,3 1,2 1,4
dengan sedikit variasi
beban, tanur otomatis,
pengering, penghancur,
mesin perkakas umum,
alat alat besar umum,
alat kertas umum
Tumbukan Pres, penghancur,
berat mesin pertambangan, 1,5 1,4 1,7
bor minyak bumi,
penvampur karet, rol,
mesin penggentar,
mesin mesin umum
dengan putaran dapat
dibalik atau beban
tumbukan
ELEMEN MESIN 58
b. Rantai Gigi
Sebagai hasil dari penelitian khusus bahan sambungan kunci diberi perlakuan
panas sehingga permukaan yang relatif kecil itu dapat menahan tekanan besar dari
kontak gelinding, beban maksimum yang diizinkan untuk rantai HY-VO diambil
lebih kecil dari 1/3 kali batas kekuatan rata-ratanya Fa (kg). Harga ini harus semakin
diperkecil pada kecepataan yang semakin tinggi. Pada rantai konvensionil besar
faktor keamanan (faktor keamanan lama) diambil lebih dari 50. Beban maksimum
yang diizinkan Fsa (kg) diberikan oleh persamaan :
Fsa = 1,06p . Wb (kg)
Dimana p = jarak bagi rantai (mm) dan Wb = lebar rantai (mm)
Tabel 2.11 Ukuran utama dan kekuatan rantai gigi (rantai HY-VO)
(kg/mm) maka besarnya gaya tarik pada rantai karena sentrifugal saja adalah
(w/g)(v/60)2 (kg) jadi beban rantai terdiri atas beban tarikan untuk trasmisi daya
ditambah tarikan atau tegangan karena gaya sentrifugal tetapi dengan dipakainya
faktor keamanan yang cukup besar, beban tambahan karena gaya sentrifugal
tersebut tidak perlu diperhitungkan.
ELEMEN MESIN 59
Beban kerja yang diperoleh dari persamaan harus memenuhi syarat berikut ini.
F≦Fsa=Fb/Sfe
Tabel 2.12 kapasitas daya yang ditranmisikan P o pada awal gigi (kW setiap 25,4 mm lebar
rantai)
(Sumber : 1978:203)
Kekendoraan yang diizinkan adalah kurang dari 2(%) dari jarak rentang rantai
susunan poros yang dianggap baik adalah seperti pada rantai rol.
Cara pelumasaan pada umumnya menggunakan pelumasaan celup untuk
kecepataan kurang dari 600 (m/min) dari pelumasaan pompa untuk kecepataan
rantai lebih dari 600 9m/min) bahan pelumasaan harus mempunyai mutu baik
seperti minyak turbin yang diberikan xat pencegahan oksidasi atau karat dan
mempunyai viskositas lebih rendah dari pada minyak turbin untuk rantai rol.
ELEMEN MESIN 60
Sebagai patkan SAE 10 (43 cSt, 200 SUS pada 37,80 C) untuk tramisi pada
temperatur normal, pada SAE 20 (65 cSt, 300 SUS pada 37,80 C) untuk temperatur
30 sampai 600C.
Bila pusat-pusat lengkungan sambungan kunci saling dihubungkan dalam
keadaan rantai sedang membelit sproket akan berbentuk sebuah segi banyak. Garis-
garis yang menghubungkan pusat-pusat lengkungan sambungan kunci disebut garis
dasar rantai, yang merupakan dasar dari analisa gerakan rantai. Jika diameter jarak
bagi didefinisikan sebagai 2 kali jarak antara titik sudut segi banyak dan pusatnya.
ELEMEN MESIN 61
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang: Sabuk dan
rantai, sabuk penggerak adalah suatu peralatan dari mesin yang bekerjanya
berdasarkan dari gesekan. Dan rantai adalah roda bergerigi yang yang berpasangan
dengan rantai, tarack atau benda panjang yang bergerigi lainnya. Berdasarkan dari
pembahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
a) Sabuk dan rantai adalah merupakan komponen yang terpenting yang ada di dalam
sebuah sepeda motor untuk alat penggeraknya.
b) Sabuk dan rantai mempunyai berbagai macam-macam jenis dan fungsi yang
berbeda-beda sesuai kegunaannya.
c) Sabuk dan rantai juga mempunyai beberapa jenis parameter sesuai dengan
kegunaannya.
3.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan yang dikemukakan di atas, ada sejumlah saran
yang perlu disampaikan kepada pembaca untuk mengetahui apa kegunaan dari
sabuk dan rantai, macam-macamnya dan juga parameter sabuk dan rantai.
ELEMEN MESIN 62
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ELEMEN MESIN 63
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makna sambungan yang difahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh
berbeda dengan apa yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
menghubungkan antara satu benda dengan lainnya. Sebagaimana yang diketahui,
manusia tidak dapat memproduksi sesuatu dalam sekali kerja. Hal ini tidak lain
karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya. Makanya benda yang
dibuat manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen, yang dibuat melalui
proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda. Sehingga untuk dapat
merangkainya menjadi sebuah benda utuh, dibutuhkanlah elemen penyambung.
Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami
pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih
kecil dari elemen yang disambung mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya.
Efek konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi saat merancang sambungan,
karena sudah tentu akan bersifat merusak.
Ada dua macam sambungan yang dikenal secara umum yaitu sambungan tidak
tetap dan sambungan tetap. Sambungan tidak tetap antara lain pengelasan, paku
rivet, dan solder, sementara sambungan tidak tetap yaitu mur, baut, dan pasak.
Sementara makalah ini dibuat berfokuskan pada sambungan mur dan baut.
Sistem sambungan dengan menggunakan Mur & Baut termasuk sambungan
yang dapat dibuka tanpa merusak bagian yang disambung serta alat penyambung
ini sendiri. Penyambungan dengan mur dan baut ini paling banyak digunakan
sampai saat ini, misalnya sambungan pada konstruksi dan alat pemesinan. Bagian–
bagian terpenting dari mur dan baut adalah ulir.
Ulir adalah suatu yang diputar disekeliling silinder dengan sudut kemiringan
tertentu. Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung
pada sebuah silinder. Dalam pemakaiannya ulir selalu bekerja dalam pasangan
antara ulir luar dan ulir dalam. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil
penampang berbentuk segitiga sama kaki . Jarak antara satu puncak dengan puncak
berikutnya dari profil ulir disebut jarak bagi (P).
ELEMEN MESIN 64
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari sambungan?
2. Apa saja macam-macam sambungan?
3. Apa yang dimaksud sambungan tidak tetap?
4. Apa yang dimaksud mur?
5. Apa yang di maksud baut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sambungan.
2. Mengetahui macam-macam sambungan.
3. Mengetahui pengertian sambungan tidak tetap.
4. Mengetahui pengertian mur dan baut.
ELEMEN MESIN 65
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sambungan
Mesin atau konstruksi terdiri dari beberapa bagian, yang mana bagian yang
satu dengan yang lain akan dihubungkan. Salah satu cara untuk menghubungkan
suku bagian-suku bagian tersebut adalah dengan cara memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian atau konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu.
2.2 Macam - Macam Sambungan
a. Sambungan Tetap
Adalah sambungan yang hanya dapat dilepas dengan cara merusaknya.
Contohnya: sambungan keling dan sambungan las.
b. Sambungan Paku Keling
Paku keling adalah batang silinder pendek dengan sebuah kepala di bagian
atas, silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya yang berbentuk kerucut
terpancung sebagai ekor, seperti gambar di bawah. Konsruksi kepala (head) dan
ekor (tail) dipatenkan agar permanen dalam menahan kedudukan paku keling
pada posisinya. Badan (body) dirancang untuk kuat mengikat sambungan dan
menahan beban kerja yang diterima benda yang disambung saat berfungsi.
c. Sambungan Las
Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara
memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa
bahan pengisi. Sistem sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap
dimana pada konstruksi dan alat permesinan, sambungan las in i sangat
banyak digunakan.
d. Sambungan tidak tetap
Adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita bongkar tanpa
merusak sesuatu. Contohnya sambungan mur, baut, sambungan pasak, dan
sambungan pena.
2.2.1 Pengertian Ulir pada Sambungan Mur dan Baut
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir untuk
mengikat dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir merupakan jenis
dari sambungan semi permanen (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir
ELEMEN MESIN 66
digunakan pada sambungan yang tidak permanen.
Ulir disebut tunggal atau satu jalan bila hanya satu jalur yang melilit silinder,
dan disebut 2 atau 3 jalan bila ada 2 atau 3 jalur. Jarak antara puncak-puncak yang
berbeda satu putaran dari satu jalur disebut kisar. Kisar pada ulir tunggal kisar pada
ulir tunggal adalah sama dengan jarak baginya, sedangkan untuk ulir ganda dan
tripal besarnya kisar berturut–turut sama dengan dua kali atau tiga kali jarak
baginya. Ulir juga dapat berupa ulir kanan dan ulir kiri, dimana ulir kanan bergerak
maju bila diputar searah jarum jam sedangkan ulir kiri diputar searah jarum jam
akan bergerak mundur.Pada gambar dibawah ini diperlihatkan bentuk ulir kanan,
ulir kiri, ulir tunggal, ganda dan ulir tripal.
Pada saat ini ulir yang terdapat didalam perdagangan, ada dua standard yang dipakai
yaitu:
a. Standard British Witworth
Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 55° dan keseluruhan dimensi
dalam satuan british (inchi). Simbol dari ulir ini adalah "W", contohnya W ⅜" x 20
TPI adalah ulir whitworth dengan diameter ⅜" dan terdapat 20 Thread per Inch
(jumlah puncak ulir tiap jarak 1 inchi).
ELEMEN MESIN 67
Tabel 2.1 : Standard British Witworth
ELEMEN MESIN 68
Tabel 2.2 : Standard Metris (SI)
ELEMEN MESIN 69
Tabel 2.3 : Ulir dan Baut
ELEMEN MESIN 70
2.2.2 Sambungan Baut
Sambungan baut merupakan sambungan yang paling sederhana dan paling
tua dari sambungan konstruksi mesin. Sambungan ini dilakukan dengan cara suatu
pasal melintang atau baut dipasang pada suatu lubang, yang menembus masuk
bagian konstruksi yang disambung.
Baut adalah suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya.
Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat (fastener) untuk menahan dua
obyek bersama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah torsi (torque)
menjadi gaya linear. Baut dapat juga didefinisikan sebagai bidang miring yang
membungkus suatu batang. Sambungan skrup/baut dan mur merupakan sambungan
yang tidak tetap artinya sewaktu-waktu sambungan ini dapat dibuka.
Gambar 2.2 Baut dan Mur
(Sumber:
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/236449231?extension=pdf&ft=1477429208
<=1477432818&user_id=332242808&uahk=3CIZuQ7YeQ+JArHYI0ZFFp80KZshtml)
Baut, mur dan screw mempunyai ulir sebagai pengikat. Ulir digolongkan
menurut bentuk profil penampangnya diantaranya: ulir segitiga, persegi, trapesium,
gigi gergaji dan bulat. Baut, mur dan screw digolongkan menurut bentuk kepalanya
yakni segi enam, soket segi enam dan kepala persegi.
Bila ditijau dari segi penggunaannya baut dapat dibedakan terdiri dari:
1. Baut penjepit yang terdiridari 3 macam:
a. Baut biasa (baut tembus) c. Baut tap
b. Baut tanam
ELEMEN MESIN 71
Gambar 2.3 Baut Penjepit
(Sumber: https://yefrichan.files.wordpress.com/2010/05/baut-dan-mur1.pdf)
ELEMEN MESIN 72
3. Sekrup dengan bermacam-macam bentuk kepala
4. Sekrup Penetap
Sekrup penetap ini, digunakan untuk menetepkan naf pada porosnya, sedang
bentuk ujungnya disesuaikan dengan penggunaannya
ELEMEN MESIN 73
Gambar 2.6 Srup penetap
(Sumber: https://yefrichan.files.wordpress.com/2010/05/baut-dan-mur1.pdf)
ELEMEN MESIN 74
2.2.2.3 Pemilihan Mur dan Baut
Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting, untuk
mencegah timbulnya kerusakan pada mesin. Pemeilihan baut dan mur sebagai alat
pengikat, harus disesuaikan dengan gaya yang mungkin akan menimbulkan baut
dan mur tersebut putus atau rusak. Dalam perencanaan baut dan mur, kemungkinan
kerusakan yang mungkin timbul yaitu:
ELEMEN MESIN 75
2. Bila tinjau kemungkinan putus terpuntir, waktu mengunci baut tersebut:
T/J = τp /r = GO / L → T = J/r τp;
dimana: J = π/32 .
r = ½ d.c
ELEMEN MESIN 76
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sambungan pada
elemen mesin ada dua jenis yaitu sambungan tetap dan sambungan tidak tetap. Pada
sambungan tetap terdapat sambungan Pengelasan, rivet dan solder, sementara pada
sambungan tidak tetap terdapat sambungan mur baut, dan sambungan pasak.
Pada sambungan mur dan baut umumnya terdapat ulir yang berbentuk segi tiga
digulung pada sebuah silinder. Dalam pemakaiannya, ulir selalu bekerja dalam
pasangan antara ulir luar dan dalam.
Dalam pemilihan pada mur dan baut perlu diperhatikan seperti sifat gaya yang
bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian, dll. Gaya-gaya yang
terjadi pada baut dapat berupa beban statis aksial murni, beban geser, beban tumbukan
aksial, dll.
ELEMEN MESIN 77
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ELEMEN MESIN 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya keausan pada transmisi
2. Untuk megetahui efisiensi gear pada transmisi.
3. Untuk mengetahui penyebab patah kepala roda gigi
1.4 Manfaat
Manfaat perencanaan ini antara lain :
1. Mengembangkan rancangan transmisi yang dipengaruhi oleh daya dan putaran
2. Mengembangkan teori dan teknologi perencanaan transmisi roda gigi.
3. Meningkatkan kualitas keamanan dan kenyamanan suatu transmisi
ELEMEN MESIN 79
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ELEMEN MESIN 80
b. Transmisi tidak langsung, perpindahan di mana suatu elemen sebagai penghubung
antara sabuk atau rantai menggerakkan poros kedua. Transmisi jenis ini digunakan
bilamana jarak antara kedua poros cukup besar, sebab kalau di terapkan perpindahan
langsung, roda akan menjadi tidak praktis besarnya, seperti yang terlihat pada
gambar 2.2
ELEMEN MESIN 81
a. Roda Gigi Lurus.
Merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar poros.
Pembuatannya paling mudah, tetapi menghasilkan gaya aksial sehingga cocok di
pilih untuk gaya keliling besar. Namun memiliki sifak bising pada putaran tinggi.
ELEMEN MESIN 82
Gambar 2.2.1.c : Roda gigi miring ganda
ELEMEN MESIN 83
2. Roda Gigi Dengan Sumbu Berpotongan.
Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang saling
menyinggung menuru sebuah garis lurus.
a. Roda Gigi Kerucut Lurus.
Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus adalah yang paling banyak di buat dan
paling sering digunakan tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang
kecil. Konstruksi tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung
poros – porosnya.
ELEMEN MESIN 84
Gambar 2.2.2.c : Roda gigi permukaan.
ELEMEN MESIN 85
c. Roda Gigi Cacing Globoid.
Dapat meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang besar dan
mampu mentransmisikan daya yang lebih besar bila di bandingkan dengan roda gigi
cacing silindris karena roda gigi cacing globoid mempunyai perbandingan kontak
yang lebih besar.
ELEMEN MESIN 86
t=Πxd ……………………………………………….. ( 2 . 1 )
z
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan jumlah
gigi.
Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor Π,
pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini, diambil
ukuran yang di sebut “modul“ dengan lambang m, di mana :
d
m = ……………………………………………….. ( 2 . 2 )
z
ELEMEN MESIN 87
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
Gambar 2.4.1 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi pertama.
ELEMEN MESIN 88
Posisi 1 :
2. Gigi kedua.
Pada gigi kedua, Tuas didorong ke depan menggerakkan gear selector fork
sehingga unit sincromesh berhubungan dengan roda gigi tingkat no 2. Posisi 2
putaran poros out put lebih cepat dibanding pada posisi 1.
Gambar 2.4.2 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ke dua.
Posisi 2 :
ELEMEN MESIN 89
3. Gigi ketiga.
Pada gigi ketiga, Jika tuas ditarik ke belakang maka gear selection fork akan
menghubungkan unit sincromesh untuk berkaitan dengan gigi tingkat 3. Posisi 3
akan menghasilkan putaran yang cepat dibanding posisi 2.
Gambar 2.4.3 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi ketiga.
Posisi 3 :
4. Gigi mundur.
Pada gigi ini, roda gigi tingkat R disejajarkan dengan roda gigi pembanding R sehingga
terjadi kontak gigi tingkat R dengan roda gigi pembanding R.
Maka aliran putaran dayanya :
Tuas didorong ke depan menggerakkan gear selection fork sehingga unit sincromesh
berhubungan dengan roda gigi R. Antara roda gigi R dan roda gigi pembanding dipasangkan
roda gigi idel (idler gear) yang menyebabkan putaran poros input berlawanan arah dengan
poros out put.
ELEMEN MESIN 90
Gambar 2.4.4 : Cara kerja transmisi roda gigi pada gigi mundur.
Posisi R :
ELEMEN MESIN 91
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan
oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir. Menurut bentuknya,
poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros engkol sebagai poros utama
penggerak mesin torak, dan lain-lain.
Hal-hal penting dalam perencanaan poros.
Untuk merencanakan sebuah poros, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau beban lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Pengaruh kosentrasi tegangan
kalau poros diperkecil (poros bertangga) atau bila mempunyai alur pasak, harus
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan untuk dapat menahan beban-beban
yang tersebut diatas.
2. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin,
motor torak, motor listrik dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros bagian-
bagian lainnya. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga
putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
3. Korosi.
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korotif. Demikian pula untuk poros-poros yang
terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering terhenti lama. Sampai batas-
batas tertentu dapat pula dilakukan perlingdungan terhadap korosi.
4. Bahan poros.
Poros untuk mesin biasanya menggunakan bahan dari baja batang yang ditarik,
baja karbon kontruksi mesin (bahan S-C) yang dihasilkan dari inggot yang di “kill”
(baja yang dioksidasi dengan ferro silicon dan dicor, kadar karbon terjamin)
ELEMEN MESIN 92
Gambar 2.5 Poros dengan berbagai ukuran
Pada perhitungan nantinya poros yang digunakan adalah dari bahan JIS G 4501
S 55 C dengan Kekuatan tarik 66 Kg/mm2
n
Di mana :
T = Momen puntir/ torsi (kg.mm).
n = Putaran poros (rpm).
Bahan poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan difinis, bahan karbon konstruksi mesin (di sebut bahan S – C) yang dihasilkan
dari ingot yang di kill (Baja yang di deoksidasikan dengan ferrosilikon dan di cor;
kadar karbon terjamin), meskipun demikian bahan ini kelurusannya kurang tetap
ELEMEN MESIN 93
dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya
bila diberi alur pasak karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan
dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.
Standar dan macam bahan poros dapat dilihat pada ( Tabel 2.1 ) .
Tabel 2.1 : Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros.
Perlakuan Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambang Keterangan
panas (kg/ mm2)
Baja karbon kontruksi S30C Penormalan 48
mesin S35C Penormalan 52
(JIS G 4501) S40C Penormalan 55
S45C Penormalan 58
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Batang baja yang di S35C-D - 53 Ditarik dingin,
finis dingin S45C-D - 60 digerinda, dibubut, atau
S55C-D - 72 gabungan antara hal-hal
tersebut
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin
Di mana :
Ta = Tegangan geser (kg/ mm2).
ELEMEN MESIN 94
5,1xKtxCbxT
Ds = 3 …………………………… ( 2 . 6 )
Ta
Di mana :
Ds = Diameter poros (mm).
ELEMEN MESIN 95
n
ir = ……………………….………. ( 2 . 10 )
No
Di mana :
ir = Perbandingan reduksi roda gigi.
3. Perhitungan pada roda gigi untuk tiap tingakat kecepatan
Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu di rencanakan jarak sumbu
poros antara roda gigi, setelah itu dapat ditentukan diameter jarak bagi dengan
persamaan berikut :
2 a
D1 =
1 ir
2 air
D2 = …………………………..…. ( 2 . 11 )
1 ir
Di mana :
D1 = Diameter jarak bagi roda gigi 1 (mm).
ELEMEN MESIN 96
Di mana :
Dg = Diameter lingkaran kaki (mm).
α = Sudut tekan (Derajat).
Kecepatan keliling dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut :
Dn
V = ……………………… ( 2 . 15 )
60 1000
Di mana :
V = Kecapatan keliling untuk tiap roda gigi (m/s).
D = Diameter jarak bagi untuk tiap roda gigi (mm).
n = Putaran poros (rpm).
Gaya tangensial dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
102 Pd
Ft = ……………………………… ( 2 . 16 )
V
Di mana :
Ft = Gaya tangensial (kg).
Pd = daya rencana (kW).
Setelah itu kita dapat melakukan perhitungan beban lentur, dalam perhitungan
beban lentur ini perlu diketahui faktor bentuk gigi (Y) yang diperoleh dari tabel
faktor bentuk gigi (Buku Sularso, 1983, hal 240) yang merupakan harga untuk
profil gigi standar dengan sudut 200.
Bahan untuk kontruksi roda gigi dapat di lihat pada ( Tabel 2.2 ).
ELEMEN MESIN 97
Tabel 2.2 : Jenis – jenis bahan roda gigi.
Tegangan lentur
Kekuatan tarik Kekerasan (Brinell)
Bahan Lambang yang di izinkan
σB (kg/ mm2) HB
σA (kg/ mm2)
Besi cor FC 15 15 140 – 160 7
FC 20 20 160 – 180 9
FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
Baja cor SC 42 42 140 12
SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
Baja karbon S 25 C 45 123 – 183 21
utk konstruksi S 35 C 52 149 – 207 26
mesin S 45 C 58 167 – 229 30
S 15 K 50 400 30
(di celup dingin dlm
Baja paduan
minyak)
dgn pengerasan
600
kulit
SNC 21 80 (di celup dingin dlm 34 – 40
SNC 22 100 minyak) 40 - 55
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen
ELEMEN MESIN 98
Tabel 2.1 Faktor dinamis (fv) yang digunakan yang digunakan :
Kecepatan V (m/s) fv
3
Kecepatan rendah 0,5 – 10
3v
6
Kecepatan sedang 5 – 20
6v
5,5
Kecepatan tinggi 20 – 50
5,5 v
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemeliharaan elemen mesin
Dengan diperolehnya harga beban lentur, maka lebar gigi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Ft
b = ……………………………. ( 2 . 19 )
Fb
Fb
Di mana :
b = Lebar gigi (mm).
Ft = Gaya tangensial (kg).
Fb = Beban lentur (kg/mm).
Dan untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi yang sebenarnya adalah :
D = Z m …………………….……… ( 2 . 20 )
4. Perhitungan Spline
Dalam analisa perhitungan spline, ditentukan jumlah spline yang direncanakan,
ukuran spline dihitung berdasarkan ukuran diameter poros yang terdiri dari pasak
penggerak/poros input trasmisi, poros perantara transmisi roda gigi mundur dan
poros output transmisi/poros yang digerakkan.
Gaya tangensial total yang terjadi pada poros dirumuskan sebagai berikut :
2T
F = ……………………………… ( 2 . 21 )
ds
Di mana :
F = Gaya tangensial total pada poros (kg)
T = Torsi/momen puntir (kg . mm)
ds = Diameter poros (mm)
ELEMEN MESIN 99
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline dirumuskan
sebagai berikut:
F
Fn = ……………………………………… ( 2 . 22 )
n
Di mana :
Fn = Gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline (kg)
n = Jumlah Spline yamg direncanakan (buah)
Berdasarkan tabel ukuran pasak dan alur pasak (Sularso, kiyokatsu suga elemen
mesin) tentang ukuran standar pasak yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan
ukuran spline karena adanya persamaan prinsip kerja pada keduanya sehingga
ukuran utama spline berdasarkan ukuran diameter poros yang diketahui dapat
ditentukan yaitu lebar spline, tinggi spline, kedalaman alur spline dan kedalaman
alur spline pada roda gigi.
Maka ukuran panjang spline dari hasil perhitungan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Fn
L ……………………....……… ( 2 . 23 )
pA t
Di mana :
L = Panjang alur spline (MM)
pA = Tekanan permukaan yang diizinkan (kg/mm2)
T = Kedalaman alur spline (mm)
Harga pA untuk poros berdiameter besar adalah 10 kg/mm2. Perlu diperhatikan
bahwa lebar pasak sebaiknya antara 0,25 – 0,35 dari diameter poros dan panjang
spline sebaiknya antara 0,75 – 1,5 dari diameter poros
5. Perhitungan temperatur
Untuk menentukan temperatur nyala yang diizinkan untuk pelumas pada sistem
transmisi roda gigi dapat dirumuskan sebagai berikut :
TBP = 140 Cn C R ……………………… ( 2 . 24 )
Di mana :
TBP = Temperatur nyala yang di izinkan untuk pelumas pada roda
gigi ,0c
Cn = Koefisien viskositas pelumas.
60 x11,11m / s
= = 272,17 rpm
3,14 x 0,78m
Dengan cara yang sama maka nilai untuk putaran ban dapat dilihat pada tabel 3.1 :
Dengan cara yang sama maka nilai untuk reduksi roda gigi dapat dilihat pada tabel
3.3 :
Tabel 3.3 Perbandingan reduksi roda gigi untuk ir2 - ir5
No Putaran, n (rpm) Putaran gardan (no) Perbendingan reduksi (ir1)
1 2500 1496,93 1,67
2 2500 3368,44 0,74
3 2500 5238,58 0,47
4 2500 6736,84 0,37
5 2500 8981,61 0,27
2 a ip 2 200 mm 1
Dp = = = 200 mm
1 ip 11
Bila bahan roda gigi P dan Q adalah sama yaitu S 15 CK …lit 1 hal 241
- Kekuatan tarik σb = 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur σa = 30 kg/mm2
- Kekerasan HB = 400
D1 250 ,18 mm
Z1 = = = 50,03 buah = 51
m 5 mm
g. Gaya tangensial.
102 207 ,27 kW
FtA = Ft1 = = 1616,32 kg
13,08 m / s
h. Faktor dinamis.
VA = 20 – 50 m/s
5,5
Fv = = 0,60
5,5 13,08 m / s
Kecepatan keliling
VC = V3 = π x 285 mm x 2500 rpm
60 x 1000
d. Beban lentur yang diizinkan.
Faktor bentuk gigi berdasarkan tabel 6.5 ( Faktor bentuk gigi )
ZC = 34 ; YC = 0,371
Z3 = 47 ; Y3 = 0,402
Bila bahan roda gigi C dan 3 adalah sama yaitu S 15 CK…lit 1 hal 241
- Kekuatan tarik σb = 50 kg/mm2
- Kekuatan lentur σa = 30 kg/mm2
- Kekerasan HB = 400
Maka harga beban lentur :
FbC = σa x m x YC x fv
= 30 kg/mm2 x 5 mm x 0,371 x 0,47
= 26,15 kg/mm2
Lebar gigi.
BC = b3 = 567,1 kg
28,34 kg/mm= 28,9 mm
= 13,30 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka diperoleh
harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 40 mm.
b. Perencanaan poros perantara.
Untuk poros perantara yang di rencanakan berputar dengan kecepatan putaran
2600 rpm karena perbandingan reduksi roda gigi antara poros input dengan poros
perantara adalah satu sehingga putaran poros sama dengan poros input yaitu 2500
rpm.
Maka besarnya momen puntir/ torsi dapat di hitung sebagai berikut :
207 ,27 kW
T = 9,74.10 5
2600 rpm
= 77646,53 kg.mm
Maka diameter poros dapat di hitung sebagai berikut :
= 13,12 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka diperoleh
harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 14 mm.
c. Perencanaan poros perantara roda gigi mundur.
Perbandingan reduksi i5 = 2, maka putaran poros perantara roda gigi mundur
adalah 1500 rpm.
Maka besarnya momen puntir/ torsi dapat di hitung sebagai berikut :
T = 9,74 . 105 x Pd / nm
T = 9,74 . 105 x 207,27 kW
1500 rpm
= 134587,32 kg.mm
Maka diameter poros dapat di hitung sebagai berikut :
= 15,76 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka diperoleh
harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 17 mm.
d. Perencanaan poros output.
Pada poros output transmisi bergerak dengan bermacam – macam putaran sesuai
dengan tingkat putarannya pada tiap tingkat kecepatan sehingga perlu di hitung
momen puntir dan diameter poros pada tiap tingkat kecepatan :
Pada transmisi tingkat pertama ( I ).
T1 = 9,74 x 105 x Pd / n
207 ,27 kW
= 9,74.10 5
1496,93 rpm
= 134863,34 kg.mm
5,11,51,5134863,34 kg .mm
ds1 = 3
7,33kg / mm 2
= 59,54 mm
Berdasarkan tabel harga standar diameter poros (lit 1 tabel 1.7 ), maka diperoleh
harga diameter standar poros, diameter standar poros adalah 16 mm.
Dengan cara yang sama untuk transmisi tingkat satu ( I) sampai tingkat kelima
(V) dapat di lihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 : Perencanaan poros output untuk tingkat kecepatan ke1-5
No n (rpm) T (Kg . mm) ds (mm) ds standar (mm)
1 1496,93 134863,34 59,54 60
2 3368,44 59933,07 88,26 90
3 5238,58 38537,34 76,17 80
4 6736,84 29966,71 70,05 71
5 8981,61 22477,14 63,65 65
L 1213,22 kg
10 kg/mm2 x 3,8 mm
L 31,92 mm
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya 0,25 – 0,.35 dari diameter poros
dan ujung spline sebaiknya 0,75 – 1,5 dari diameter, sehingga dengan
memperhatikan hasil perhitungan dan faktor di atas maka direncanakan ukuran
pasak sebagai berikut :
•bxh = 14 mm x 9 mm
• t1 = 5,5
•t2 = 3,8
•L = 36 mm – 15,75 mm
a. Poros digerakkan/poros output transmisi
Besarnya gaya tangensial total yang terjadi pada poros
F = 2xT
Ds
F = 2 x 134587,32 kg.mm
55
= 4894,08 kg
Sedangkan besarnya gaya tangensial yang bekerja pada tiap spline
Fn = F
n
Fn = 4894,08 kg
8
= 611,76 kg
Berdasarkan tabel standar ukuran pasak dan alur yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan ukuran spline karena adanya kesamaan prinsip kerja pada
keduanya sehingga ukuran-ukuran spline berdasarkan ukuran diameter poros yang
diketahui dapat ditentukan sebagai berikut :
•bxh = 15 x 10
1,9 Sm
CR = 3
4 Sm
1,9 Sm
CR = 3
4 Sm
= 0,9
Sehingga :
TBp = 140 x 1,286 x 0,9
= 162 0C
4.2 Saran
Saran yang dapat diperoleh dalam perencanaan transmisi roda gigi adalah ;
1. Perhitungan lebar gigi dan posisi roda gigi tiap tingkat kecepatan pada poros
harus tepat agar diperoleh kinerja kendaraan yang optimal dengan kotak transmisi
yang sesuai dengan kendaraan yang bersangkutan.
2. Penggunaan minyak pelumas harus memperhatikan standar yang telah
ditentukan oleh pabrik pembuatnya untuk menjamin keawetan komponen transmisi
roda gigi.