Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Dalam bab ini akan dibicarakan hal poros
penerus daya dan pasak yang dipakai untuk meneruskan momen dari atau kepada poros.
1.
Macam-macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai
berikut :
a.
Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban punter murni atau puntir dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau
sprocket, rantai dll.
b. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapatkan beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir. Menurut bentuknya, poros
dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros engkol sebagai poros utama dari
mesin torak, dll, poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan
bagi perubahan arah dan lain-lain.
2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros
Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut yang perlu diperhatikan
a. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga ada poros yang
mendapat tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin, dll.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus
1
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan
baban-beban di atas.
b. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros menpunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak
roda gigi). Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
c. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll, dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin,
poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah
dari putaran kritisnya.
d. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula
untuk poros-poros yang terancam kavitasi dan poros-poros mesin yang sering
berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan
terhadap korosi.
e. Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang
dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon
dan dicor; kadar karbon terjamin) (JIS G3123 Tabel 1.1). Meskipun demikian,
bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena
tegangan yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada
tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan
poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar. Harga-harga yang terdapat
di dalam tabel diperoleh dari batang percobaan dengan diameter 25 mm ; dalam
hal ini harus diingat bahwa untuk poros yang diameternya jauh lebih besar dari 25
mm, harga-harga tersebut akan lebih rendah daripada yang ada di dalam tabel
2
Tabel 1.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
Tabel 1.2
Baja paduan untuk poros
Poros-poros yang bentuknya sulit seperti poros engkol, besi cor modul atau coran
lainnya telah banyak dipakai. Gandar untuk kereta rel dibuat dari karbon, khususnya yang
dinyatakan dalam E4502
(Tabel 1.3). Demi keamanan, perlu dipertimbangkan secara hati-hati.
Tabel 1.3 Bahan poros untuk kendaraan rel
Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak keras dan
baja keras. Diantaranya, baja liat dan agak kerak banyak dipilih untuk poros. Kandungan
karbonnya adalah seperti yang tertera dalam tabel 1.4 . Baja lunak yang terdapat dipasaran
umumnya agak kurang homogen ditengah, sehingga tidak dapat dianjurkan untuk
dipergunakan sebagai poros penting. Baja agak keras pada umumya
berupa baja yang dikil seperti telah disebutkan di atas. Baja macam ini jika diberi
perlakuan panas secara tepat dapat menjadi bahan poros yang sangat baik.
Tabel 1.4 Tabel Penggolongan baja secara umum
Meskipun demikian untuk perencanaan yang baik, tidak dapat dianjurkan untuk
memilih baja atas dasar klasifikasi yang terlalu umum seperti di atas. Sebaiknya
pemilihan dilakukan dasar standar-standar yang ada. Nama-nama dan lambing-lambang
dari bahan-bahan menurut standar beberapa Negara serta persamaannya dengan JIS
(Standar Jepang) untuk poros diberikan dalam Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Standar baja
perlu
Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran. Hal-hal yang perlu
diperhatikan akan diuraikan seperti di bawah ini. Pertama kali, ambillah suatu kasus
dimana daya P (kW) harus ditransmisikan dan putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam
hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata
yang diperlukan maka harus dibagi dengan efisiensi mekanis dari system transmisi
untuk mendapatkan daya penggerak mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin
diperlukan pada saat start, atau mungkin beban yang besar terus bekerja setelah start.
Dengan demikian sering kali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan
dengan menggunakan factor koreksi pada perencanaan. Jika P adalah daya nominal output
dari motor penggerak, maka berbagai macam factor keamanan biasanya dapat diambil
dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktpr koreksi
adalah fc (table 1.6) maka daya
rencana Pd (kW) sebagai contoh patokan adalah :
Pd = fc P (kW)
(1.1)
6
Fc
1,2 2,0
0,8 1,2
Daya normal
1,0 1,5
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735
untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T (kg.mm) maka
Sehingga
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm),
maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah
Tegangan geser yang diizinkan a (kg.mm2) untuk pemakaian umum pada poros dapat
diperoleh dengan berbagai cara. Di dalam buku ini a dihitung atas dasar batas kelelahan
puntir yang besarnya diambil dari 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira
45 % dari kekuatan B (kg/mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan
tarik B , sesuai dengan standar ASME. Untuk harga bahan SF dengan kekuatan yang
dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor ini
dinyatakan dengan Sf1. Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur
pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar.
Pengaruh kekasaran permukaan jugaa harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruhpengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil factor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan
harga sebesar 1,3 sampai 3,0.
Dari hal-hal diatas maka besarnya a dapat dihitung dengan :
a = B / (Sf1 x Sf2)
Kemudian, keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi yang
dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini. Faktor ini dinyatakan dengan Kt , dipilih
sebesar 1,0 jika beban dikenakan secara halus, 1,0 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau
tumbukan dan 1,5 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen
puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban lentur
di masa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan bebab
lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya antara 1,2 sampai
2,3. (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb diambil = 1,0)
Dari persamaan (1.4) diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros ds (mm)
sebagai
Diameter poros harus dipilih dari table 1.7. Pada tempat dimana akan dipasang
bantalan gelinding, pilihlah suatu diameter yang lebih besar dari harga yang cocok di
dalam tabel untuk menyesuaikan dengan diameter dalam dari bantalan. Dari bantalan
yang dipilih dapat ditentukan jari-jari filet yang diperlukan pada tangga poros.
Selanjutnya ukuran pasak dan alur pasak dapat ditentukan dari tabel 1.8. Harga faktor
konsentrasi tegangan untuk alur pasak dan untuk poros dan untuk poros tangga dapat
diperoleh dengan diagram R.E. Peterson (Gambar 1.1, 1.2).
Bila atau dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk konsentrasi
tegangan pada poros bertangga atau alur pasak dengan faktor ditaksir terdahulu, maka
atau sering kali menghasilkan diameter poros yang lebih besar. Periksalah perhitungan
tegangan, mengingat diameter yang dipilih dari tabel 1.7 lebih besar dari ds yang
diperoleh dari perhitungan.
Bandingkan dan , dan pilihlah yang lebih besar. Lakukan koreksi pada Sf2
yang ditaksir sebelumnya untuk konsentrasi tegangan dengan mengambil a . Sf2 / ( atau
) sebagai tegangan yang diizinkan yangdikoreksi. Bandingkan harga ini dengan . Cb .
Kt dari tegangan geser yang dihiutng atas dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan
Cb dan faktor koreksi tumbukan Ktdan tentukan masing-masing harganya jika hasil
yang terdahulu lebih besar, serta lakukan penyesuaian jika lebih kecil.
10
11
4,5
*22,4
40
100
*224
24
42
( 105 )
240
25
45
110
250
420
260
440
*11,2
28
48
*112
280
450
12
30
50
120
300
460
*315
480
125
320
500
130
340
530
150
*355
560
160
360
170
38
*31,5
5
*12,5
32
35
*5,6
14
16
(17)
*6,3
55
56
140
*35.5
(15)
6
400
60
38
63
180
18
190
19
200
20
220
22
600
630
65
70
*7,1
71
75
80
85
90
95
Keterangan :
1) Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan
standar.
2) Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang
bantalan gelinding.
Grb. 1.1
Faktor konsentrasi tegangan untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros
bulat
dengan alur pasak persegi yang diberi filet.
Tabel 1.8 Ukuran pasak dan alur pasak
10
Ukuran-ukuran utama
(satuan : mm)
* l harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam
tabel.
6,8,10,12,14,16,18,20,22,25,28,32,36,40,50,56,63,70,80,90,100,110,125,140,160,180,200
,220,250,2 80,320, 360,400.
11
Gbr. 1.2
Faktor konsentrasi tegangan untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros
bulat dengan pengecilan diameter yang diberi filet.
12
Dalam kenyataan, gandar tidak hanya mendapat beban statis saja melainkan juga
beban dinamis. Jika perhitunga ds dilakukan sekedar untuk mencakup beban dinamis
secara sederhana saja, maka persamaan (1.8) dapat diambil faktor keamanan yang
lebih besar untuk menentukan a . Tetapi dalam perhitungan yang lebih teliti, beban
dinamis dalam arah tegak dan mendatar harus ditambahkan pada beban statis. Bagian
gandar dimana dipasangkan naf roda disebut dudukan roda. Beban tambahan dalam
arah vertical dan horizontal menimbulkan momen pada dudukan roda ini.
Suatu gandar yang digerakkan oleh penggerak mula mendapat beban puntir.
Namun demikian gandar ini diperlakukan sebagai poros pengikut dengan jalan
mengalikan ketiga momen tersebut di atas (yang ditimbulkan oleh gaya-gaya statis,
vertikal dan horizontal) dengan faktor tambahan (faktor m) dalam tabel 1.9.
Tabel 1.9 Faktor tambahan tegangan pada gambar
Penarikan gandar
Gandar pengikut
1.2
1,1 -1,2
Lambang dari masing-masing bagian perangkar roda diberikan dalam gambar 1.3
Rumus perencanaan gandar diberikan dalam JIS E4501. Tata cara perencanaan dengan
menggunakan rumus-rumus tersebut ditunjukkan dalam suatu diagram aliran (Diagram 2).
13
Rumus-rumus dari JIS E4501 diberikan di bawah ini, sedangkan arti dari
lambang-lambangnya dapat dilihat diagram aliran.
M1 = (j g) W/4 (kurang)
M2 = VM1
P = LW
Q0 = P(h/j)
R0 = P(h + r)/g
2). Diagram aliran untuk merencanakan poros dengan beban lentur murni
M3 = Pr + Q0 (a + 1) R0[(a + l) (j g)/2]
14
0,4
0,3
120 -160
0,5
0,4
160 -190
0,6
0,4
190 - 210
0,7
0,5
Kecepatan
kerja
(km/jm)
Kelas 1
10,0
Kelas 2
10,5
Kelas 3
11,0
Kelas 4
15,0
diameter gandar yang harus diambil pada bantalan rol kerucut yang dipasang pada
jarak 285 mm dari tengah gandar ? (Gambar 1.4)
[Penyelesaian] : Beban pada gandar adalah (950 + 2600)/2 = 1775 kg. Panjang lengan
momen pada bantalan rol kerucut (610/2) 285 = 20 mm. Besarnya momen lentur =
M = (1775/2) x 20 = 17750 (kg.mm).
jawaban = 45 mm.
(Catatan : Dalam kenyataan perlu dipakai diameter 60 mm sebagai hasil dari
perhitungan bantalan yang akan dipergunakan).
[Contoh 1.3] Gandar dari sebuah kendaraan rel seperti diperlihatkan dalam Gambar
1.5, mendapat beban statis sebesar 12000 kg. Tentukan diameter gandar pada
dudukan roda. Kecepatan maksimum dianggap sebesar 100 km/jam dan bahan gandar
diambil dari JIS E4502 Kelas 3.
16
17
Untuk bahan yang liat seperti pada poros, dapat dipakai teori tegangan geser maksimum
Beban puntir yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban berulang. Jika poros
tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya besar maka kejutan berat akan
terjadi pada saat mulai atu sedang berputar. Dengan mengingat macam beban, sifat beban,
dll, ASME menganjurkan rumus untuk menghitung diameter poros secara sederhana
dimana sudah dimasukkan pengaruh kelelahan karena beban berulang. Disini faktor
koreksi Kt untuk momen puntir seperti terdapay dalam persamaan (1.6) akan terpakai lagi.
Faktor lenturan Cb dalam perhitungan ini tidak akan dipakai dan sebagai gantinya
dipergunakan faktor koreksi Km untuk momen lentur yang dihitung. Pada poros yang
berputar dengan pembebanan momen lentur yang tetap, besarnya faktor Km adalah 1,5.
Untuk bebandengan tumbukan ringan Km terletak antara 1,5 dan 2,0 dan untuk beban
dengan tumbukan berat terletak antara 2 dan 3.
Dengan demikian persamaan (1.8) dapat dipakai dalam bentuk
Besarnya max yang dihasilkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan a.
Harga-harga Kt telah diperiksa dalam pasal 1.3. Ada suatu cara perhitungan yang popular
dimana dicari lebih dahulu momen punter ekivalen yang dihitung menurut teori tegangan
geser maksimum, dan momen lentur ekivalen yang di peroleh dengan teori tegangan
normal maksimum. Selanjutnya diameter poros ditentukan dengan menganggap bahwa
kedua momen di atas soelah-olah dibebankan pada poros secara terpisah. Dari kedua hasil
perhitungan ini kemudian dipilih harga diameter yang terbesar. Namun demikian
pemakaian rumus ASME lebih dianjurkan daripada meroda ini
Dari persamaan (1.19)
18
Besarnya deformasi yang disebabkan oleh momen punter pada poros harus dibatasi juga.
Untuk poros yang dipasang pada mesin umum dalam kondisi kerja normal, besarnya
defleksi puntiran dibatasi sampai 1,25 atau 0,3 derajat. Untuk poros panjang atau poros
yang mendapat beban kejutan atau berulang, harga tersebut harus dikurangi menjadi
dari harga di atas. Sebaliknya dapat terjadi, pada poros transmisi di dalam suatu pabrik,
beberapa kali harga di atas tidak menimbulkan kesukaran apa-apa.
Jika ds adalah diameter poros (mm), defleksi puntiran (o), l panjang poros (mm), T
momen
puntir
(kg.mm)
dan
modulus
geser
(kg/mm2),
maka
Dalam hal baja G = 8,3 x 103 (kg/mm2). Perhitungan menurut rumus di atas dilakukan
untuk memeriksa apakah harga yang diperoleh masih batas harga yang diperbolehkan
untuk pemakaian yang bersangkutan. Bila dibatasi 0,250 untuk setiap meter panjang
poros, maka dapat diperoleh persamaan
lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu poros baja ditumpu oleh bantalan yang tipis atau
bantalan yang mapan sendiri, maka lenturan poros y (mm) dapat ditentukan dengan rumus
Diamana ds = diameter poros (mm), l = jarak antara bantalan penumpu (mm), F = beban
(kg), l1 dan l2 = jarak antara bantalan yang bersangkutan ke titik pembebanan (mm).
Perlu dicatat bahwa termasuk beban F dalam rumus di atas adalah gaya-gaya luar seperti
gaya dari roda gigi, tegangan dari sabuk dan berat puli beserta sabuk, bearat poros sendiri,
dll. Jika dari gaya-gaya tersebut bekerja di antara bantalan atau di luarnya, maka
perhitungan didasarkan pada gaya resultantenya. Bila gaya bekerja dalam berbagai arah,
perlu ditentukan komponen vertical dan horizontal dari resultantenya dan selanjutnya
dihitung lenturan yang akan terjadi dalam arah vertical dan horizontal. Jika berat poros
sendiri tidak dapat diabaikan, maka penambahan gaya vertical dengan berat poros
tersebut dapat dianggap cukup.
19
Bila suatu poros panjang ditumpu secara kaku dengan bantalan atau dengan cara
lain, maka lenturan dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
Gaya F dihitung dengan cara seperti diutarakan di atas. Dalam persamaan (1.22) lenturan
yang terjadi perlu dibatasi sampai 0,3 0,35 (mm) atau kurang untuk setiap 1 (m) jarak
bantalan, untuk poros transmisi umum dengan beban terpusat. Syarat ini bila dipenuhi
tidak akan memperburuk kaitan antara pasangan roda gigi yang teliti. Bila celah antara
rotor dan rumah merupakan masalah, seperti pada turbin maka batas tersebut tidak boleh
lebih dari 0,03 0,15 (mm/m).\ Untuk poros putaran tinggi, putaran kritis sangat penting
untuk diperhitungkan. Pada mesin-mesin yang dibuat secara baik, putaran kerja di dekat
atau di atas putaran kritis tidak terlalu berbahaya. Tetapi demi keamanan dapat diambil
pedoman secara umum bahwa putaran kerja poros maksimum tidak boleh melebihi 80%
putaran kritisnya.Misalkan ada suatu beban terpusat yang berasal dari berat rotor, dll.
yang bekerja di suatu titik pada sebuah poros. Jika berat tersebut dinyatakan dengan W
(kg), jarak antara bantalan l (mm) dan diameter poros yang seragam ds (mm) serta
penumpukan nya terdiri atas bantalan tipis atau mapan sendiri, maka putaran kritis poros
tersebut Nc (rpm) adalah
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih dahulu
putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, .., dari masing-masing benda tersebut yang
20
seolah-olah berada sendiri pada poros. Maka putaran kritis keseluruhan dari sistem Nc0
adalah
Harga Nc0 dari rumus ini kemudian dibandingkan dengan putaran maksimum
sesungguhnya yang akan dialami oleh poros.
3). Diagram aliran untuk merencanakan poros dengan beban puntir dan lentur
21
Penyelesaian rumus:
23
Diameter yang direncanakan dengan cara ini akan lebih besar dari hasil yang
diperoleh dengan cara perhitungan lain. Hal ini disebabkan oleh faktor konsentrasi
tegangan dari Peterson yang besar pada alur pasak. ASME menganjurkan agar tegangan
punter yang diizinkan pada permukaan poros yang menggunakan alur pasak diambil 75%
dari poros tanpa alur pasak. Dengan lain perkataan, faktor keamanan untuk ini adalah
1/0,75 = 1,33.
Seperti ditunjukkan dalam contoh ini, bila daya diteruskan oleh sabuk, maka
tumbukan dapat diserap oleh sabuk itu sendiri, sehiongga poros dapat dibuat sedikit lebih
kecil. Bila daya diteruskan oleh roda gigi atau rantai, maka tumbukan akan dikenakan
langsung pada poros hingga kondisi pembebanannya lebih berat.
6. Macam-macam Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian
mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen diteruskan
dari poros ke naf atau naf ke poros. Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula
oleh seplain (spline) (Gambar 1.8) dan gerigi (Gambar 1.9) yang mempunyai gigi luar
pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait
yang satu dengan yang lain. Gigi pada spline adalah besar-besar, sedang pada gerigi
24
adalah kecil-kecil dengan jarak bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser
secara aksial pada waktu meneruskan daya.
Dalam pembahasan disinihanya akan diuraikan tentang pasak saja. Pasak pada
umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut : (Gambar 1.10).
Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana, pasak rata, pasak
benam, dan pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah
memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis ada
yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam di atas ada pula pasak
tembereng dan pasak jarum. Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi , dll.
pada porosnya, seperti pada seplain. Yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang
dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan dapat dipakai
pasak singgung.
agar naf tidak menjadi eksentrik. Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus pas dengan
alur pasak agar pasak tidak menjadi goyah dan rusak. Ukuran dan bentuk standar pasak
diberikan dalam table 1.8. Untuk pasak, umumnya dipilih bahan yang mempunyai
kekuatan tarik dari 60 kg/mm2, lebih kuat daripada porosnya. Kadang-kadang sengaja
dipilih bahan yang lemah untuk pasak sehingga pasak akan lebih dahulu rusak daripada
poros atau nafnya. Ini disebabkan harga pasak yang murah serta mudah menggantinya.
Sebagai contoh ambillah suatu poros yang dibebani dengan puntiran murni atau gabungan
antara puntiran dan lenturan, dimana diameter poros dan pasak serta alurnya akan
ditentukan. Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm) dan diameter poros adalah
ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah
Menurut lambang pasak yang diperlihatkan dalam gambar 1.11, gaya geser
bekerja pada penampang mendatar b x l (mm2) oleh gaya F (kg). Dengan demikian
tegangan geser k (kg/mm2) yang ditimbulkan adalah
Gaya keliling F (kg) yang sama seperti tersebut di atas dikenakan pada luas
permukaan samping pasak. Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t1, dan
kedalaman alur pasak pada naf dengan t2. abaikan pengurangan luas permukaan oleh
sudut suatu pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan p (kg/mm2) adalah
Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan pa (kg), panjang pasak yang
diperlukan dapat dihitung dari
27
28
Daftar Pustaka
Sukrisno, Umar. 1984. Bagian Bagian Mesin Dan Merencana. Erlangga : Jakarta .
Marjuki, Tejo. 2013. Buku Tabel Teknik Mesin. Gunung Samudra : Malang.
29