Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses perancangan telah ada sejak manusia diciptakan, karena sifat


manusia yang ingin mudah dalam menjalani hidupnya dan pada dasarnya
proses perancangan memang di tujukan untuk memudahkan manusia
memenuhi kebutuhannya. Sebagai mahasiswa teknik mesin sudah pasti harus
bisa merancang sesuatu yang bisa memudahkan untuk memenuhi kebutuhan
yang tentu yang berkaitan dengan bidangnya.

Analisis merupakan salah satu dari tahapan rancangan. Proses ini


bertujuan untuk memperkirakan kondisi suatu elemen mesin dengan
menggunakan pemikiran yang terstruktur dan perhitungan tertentu. Dengan
menganalisis kita dapat memperkirakan suatu mesin akan berjalan dengan
baik atau tidak. Analisis yang dapat digunakan dalam proses perancangan
yang bermacam-macam, tetapi pada perencanaan kali ini akan dibahas
mengenai analisis kegagalan pada proses transmisi rantai, roda gigi.
Bagaimana suatu poros akan gagal atau tidak apabila mengalami
pembebanan maksimum yang mungkin terjadi pada perancanaan transmisi
tersebut dengan menggunakan teori tegangan maksimum.

System transmisi dengan menggunakan rantai dan roda gigi dipilh


karena penggunaannya yang luas di dunia industri maupun dikehidupan
sehari-hari. Siitem transmisi ini digunakan karena memiliki efisensi yang
tinggi selain itu system transmisi berkaitan dengan reduksi daya sehingga
dengan proses rancangan yang dilakukan diharapkan dapat memperoleh daya
keluaran yang sesuai dengan keinginan dan dapat menentukan elemen-
elemen mesin dengan tepat.

1.2 Rumusan Masalah

Kami merencanakan sistem transmisi rantai, roda gigi, poros, pasak, dan
bantalan. Perencanaan tersebut antara lain :

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 1
A. Perencanaan roda gigi

B. Perencanaan rantai

C. Perencanaan poros

D. Perencanaan pasak

E. Perencanaan bantalan

1.3 Batasan Masalah

Kami membatasi perencanaan hanya sampai memperhitungkan geometri


dan aspek mekanika serta terbatas pada komponen-komponen mesin yang
telah dibahas di dasar teori dan dari yang sudah di pelajari pada mata kuliah
elemen mesin I dan II

1.4 Tujuan Penulisan

Perencanaan system transmisi rantai, roda gigi, pasak, poros dan


bantalan memiliki beberapa tujuan, antara lain :

A. Mengetahui bahan, dimensi serta gaya-gaya yang bekerja pada transmisi.

B. Memberikan gambaran secara umum mengenai sistem transmisi roda


gigi, rantai, pasak, poros , dan bantalan

C. Memenuhi tugas besar elemen mesin II

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Poros
2.1.1 Definisi Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya
berpenampang dimana terpasang elemen-elemen mesin seperti gear, pulley,
flywheel elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan,
beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri
atau gabungan satu sama lain. (Joseph Edward Sighley, 1983)

2.1.2 Macam-macam Poros


1. Berdasarkan Pembebanannya :
a. Poros Transmisi
Poros yang mentransmisikan daya antara sumber tenaga dan
mesin yang digerakkan. Mengalami beban puntir yang berulang,
beban lentur ataupun keduanya. Contohnya yaitu pada transmisi
mobil.

Gambar 2.1 Poros Transmisi


Sumber : http :
techricmechanical.blogspot.com/2009/05/perencanaan.poros.macam.poros.html

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 3
b. Poros Spindle

Poros transmisi yang relatif pendek, misalnya pada poros utama


mesin bubut. Beban utamanya berupa beban puntir juga menerima
beban lentur.

Gambar 2.2 Poros Spindle


Sumber : www.gorilla.comproductBGorilla.Axles.com.Am.BRP.html

c. Poros Gandar

Poros gandar mengalami beban lentur saja dan tidak menerima


beban puntir. Contoh pengaplikasiannya yaitu dipasang diantara roda-
roda kendaraan muatan barang.

Gambar 2.3 Poros Gandar


Sumber : http : nmprcision.grinding.com.duexperience.html

2. Berdasarkan Bentuk :

a. Poros Lurus

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 4
Gambar 2.4 Poros Lurus

Sumber : http : www.weiku.comproducts10353286axle.shafts.html

b. Poros Engkol

Gambar 2.5 Poros Engkol

Sumber : http://subandriyoSB.blogspot.com201102komponen.mesin.mobil.html

2.1.4 Perencanaan poros

Dalam perencanaan poros terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kekuatan Poros

Poros transmisi akan menerima beban puntir, beban lentur maupun


keduanya. Oleh karena itu dalam perancangan poros, poros yang akan
digunakan harus cukup aman untuk menahan beban-bean tersebut.

2. Kekakuan Poros

Meskipun poros cukup kuat menahan pembebanannya tetapi adanya


lenturan atau defleksi yang terlalu besar dapat menyababkan

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 5
ketidaktelitian pada mesin, gerakan mesin atau suara. Kekakuan poros
juga disesuaikan dengan jenis mesin.

3. Putaran Kritis

Bila putaran mesin terlalu tinggi, maka akan menimbulkan getaran


pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai
jumlah normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang
tinggi disebut putaran kritis. Jadi dalam perencanaan perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah
dari putaran kritis.

4. Korosi

Apabila poros berkontak langsung dengan fluida korosif maka dapat


mengakibatkan korosi pada poros tersebut. Oleh karena itu pemilihan
bahan tahan korosi menjadi prioritas.

5. Material

Poros yang digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang besar
biasanya dibuat dari baja paduan seperti baja krom nikel sehingga tahan
terhadap keausan. Sekalipun demikian perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis materialnya karena baja paduan tidak selalu dianjurkan
jika hanya untuk putaran tinggi dan beban yang berat saja.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 6
Diagram alir untuk merencanakan poros dengan beban puntir

START a

1. Daya yang ditranmisikan, P (kW), 13. Diameter poros, ds (mm)


putaran poros, n1 (rpm). Bahan poros, Perlakuan panas
Jari-jari filet dari poros bertangga,
Ukuran pasak dan alur pasak
2. Faktor koreksi, fc

3.Daya rencana, Pd (kW) STOP

4. Momen puntir rencana, T (kg mm) START

5. Bahan poros, perlakukan panas,


kekuatan tarik s B (kg/mm2)
Apakah poros bertangga atau beralur pasak
Faktor keamanan Sf1, dan Sf2

6. Tegangan geser yang diijinkan t B

7. Faktor koreksi untuk momen puntir, Kt


faktor lenturan poros, Cb

8. Diameter poros, ds (mm)

9. Jari-jari filet dari poros bertangga, r (mm)


Ukuran pasak dan alur pasak

10. Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertangga


ß, pada pasak a

11. Tegangan geser t, (kg/mm2)

𝜏 𝑆𝑓2
< 12 : Cb Kt τ
𝛼 𝑡𝑎𝑛𝛽

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 7
2.2 Pasak
2.2.1 Definisi Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin, seperti roda gigi, pulley, kopling, dll pada poros.
Pasak adalah bagian dari mesin yang berfungsi sebagai berikut :

1. Menyambung poros dengan bagian mesin

2. Menjaga hubungan putaran relatif antara poros dan mesin dengan


peralatan mesin lainnya

Pasak menurut letaknya pada poros dapat dibedakan menjadi beberapa


macam seperti pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung
yang umumnya berpenampilan segi empat. Dalam arah memanjang dapat
berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Yang umum digunakan dalam
permesinan adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen yang
besar.

2.2.2 Macam Pasak


a. Menurut letaknya
- Pasak pelana
- Pasak rata
- Pasak benam
- Pasak singgung
b. Menurut bentuknya
- Pasak tembereng
- Pasak jarum

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 8
Gambar 2.6 : Macam-macam pasak
Sumber : Sularso. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. hal 24

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 9
Diagram alir untuk merencanakan pasak

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 10
2.3 Bantalan
2.3.1 Definisi Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menahan poros terbeban,


sehingga putaran atau gerak bolak baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang umur.

2.3.2 Macam-macam batalan

Pada Umumnya bantalan diklasifikasikan menjadi 2 bagian,


1. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur
Pada Bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas

Gambar 2.7 : Bantalan Luncur


Sumber : http://htmlimg4.scribdassets.com/ images/1-7e885899fb.Jpg

b. Bantalan Gelinding
Pada Bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol,
dan rol bulat

Gambar 2.8 : Bantalan Gelinding


Sumber : http://htmlimg4.scribdassets.com/ images/1-7e885899fb.Jpg

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 11
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
a. Bantalan Radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini tegak lurus terhadap poros.
b. Bantalan aksial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini sejajar terhadap sumbu poros

Gambar 2.9 Bantalan aksial dan radial


sumber : Text book of machine design, R.S Khurmi dan J.K. Gupta

2.3.3 Pelumasan Pada Bantalan


a. Pelumasan untuk bantalan luncur
1. Pelumasan tangan
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah atau kerja
yang tidak terus menerus
2. Pelumasan tetes
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap
dan teratur melalui sebuah katup jarum. Cara ini adalah untuk beban
ringan dan sedang
3. Pelumasan sumbu
Cara ini menggunakan sebuah sumbu yang dicelupkan dalam
mangkok minyak sehingga minya terisap oleh sumbu tersebut
4. Pelumasan cincin
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros
sehingga akan berputar bersama poros sambil mengangkat minyak
dari bawah. Cara ini dipakai untuk beban sedang

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 12
5. Pelumasan percik
Cara ini dipergunakan untuk melumasi torak dan silinder motor
bakar torak yang berputaran tinggi
6. Pelumasan pompa
Cara ini dipakai untuk melumasibantalan yang sulit letaknya
seperti bantalan utama motor yang mempunyai putaran tinggi.
Pelumasan pompa ini sesuai untuk keadaan kerja dengan kecepatan
tinggi dan beban besar
b. Pelumasan pada bantalan gelinding
1. Pelumasan gemuk
Cara yang umum untuk penggemukan adalah dengan mengisi
bagian dalam bantalan dengan gemuk sebanyak mungkin
2. Pelumasan minyak/ cair
Pelumasan minyak merupakan cara yang bergunan untuk
kecepatan tinggi atau temperature tinggi.

2.3.4 Perencanaan Bantalan


Rumus Dasar Bantalan

1. Panjang Bantalan

𝑙 = 1,6 𝑥 𝑑
d = diameter dalam bantalan (m)

2. tekanan pada bantalan


𝑤
P=
𝑙𝑥𝑑

w = beban pada bantalan (N)

3. Koefisien Gesekan

33 𝑍𝑁 𝑑
𝜇= 10
𝑥 𝑥 + 𝑘
10 𝑃 𝑐
Z = viskositas absolute pelumas (Kg/m.s)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 13
P = Tekanan pada bantalan (N/mm2)

N = kecepatan rotasi bantalan bagian dalam (rpm)

c = Kerenggangan bantalan (m)

k = factor koreksi (0.002 untuk rasio l/d 0,75-2,8)

4. Umur Bantalan

𝐶 106
L10h = ( )6 𝑥
𝑃 60.𝑛

P = Tekanan pada bantalan (N/mm2)

n = kecepatan rotasi bantalan bagian dalam (rpm)

c = Kerenggangan bantalan (m)

5. Critical Pessure of Journal Bearing

𝑍𝑁 𝑑 𝑙 𝑁
𝑃= ( ) ( ) [ ]
4,75 𝑥 106 𝑐 𝑑 + 𝑙 𝑚𝑚2

6. Panas yang Timbul


𝑚
𝑄𝑔 = 𝜇 . 𝑊. 𝑉 [𝑘𝑔. ]
𝑚𝑖𝑛
W = beban pada bantalan dalam (N)

V = Kecepatan Linear (m/s)

7. Panas yang dihilangkan oleh bearing

Hd = C. A (tb-ta) [kcal/min]

C = Koefisien disipasi panas (W/m2 /oC)

A = Luas permukaan proyeksi pada permukaan bantalan (m2)

tb = Temperatur permukaan bantalan (oC)

ta = temperature lingkungan (oC)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 14
2.3.5 Cara Pengkodean bearing
a. Kode pertama
Kode pertama bearing menyatakan jenis bearing.
Tabel 2.1 kode dan jenis bearing

b. Kode kedua
Kode kedua bearing menyatakan seri bearing untuk menyatakan
ketahanan dari bearing tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari
ketahanan yang paling ringan sampai paling berat
8 = Extra thin section
9 = Very thin section
0 = Extra thin section
1 = Extra Light Thrust
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
c. Kode ketiga dan keempat
Kode ketiga dan keempat menyatakan diameter dalam bearing.
untuk kode 0 sampai 3, maka diameter bore bearing adalah sebagai
berikut,

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 15
00 = diameter dalam 10 mm
01 = diameter dalam 12 mm
02 = diameter dalam 15 mm
03 = diameter dalam 17 mm
Selain kode nomer 0 sampai 3, misalnya 4, 5 dan seterusnya maka
diameter bearing dikalikan dengan 5 mm. missal 04 maka diameter bore
bearing = 20 mm.
d. Kode yang terakhir
Kode yang terakhir biasanya berupa huruf, menyatakan jenis
penutup bearing ataupun bahan bearing. Seperti berikut
1. Z single shielded
2. ZZ Double shielded
3. RS single shielded
4. 2RS double shielded
5. V single non-contact seal
6. VV double non-contact seal
7. DDV Double contact seals
8. NR Snap ring and groove
9. M Brass Cage

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 16
Diagram alir untuk merencanakan bantalan luncur secara sederhana

START

1. Beban Bantalan W0
Putaran Poros N (rpm)

2. Faktor koreksi, fc

3.Beban rencana,W (kg)

4. Bahan Bantalan
Tekanan permukaan yang diizinkan pa
(kg/mm2)
(pv)a (kgm/mm2s)

5. Panjang bantalan l (mm)

6. Bahan Poros Kekuatan tarik σA (kg/mm2)


Tegangn lentur yang diizinkan σB (kg/mm2)

7. Diameter poros d (mm)

8. l/d

T 9 l/d : daerah standar

10.Tekanan permukaan p (kg/mm2)


Kecepatan keliling v (m/s)
Harga pv, (kgm/mm2s)

11 p : pa
< pv : (pv)a

12 Kerja gesekan H (kg m/s)


Daya yang diserap pH (kW)

13. Panjang Bantalan l (mm)


Diameter poros d (mm)
Daya yang diserap pH (kW)

STOP

END

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 17
2.4 Roda Gigi

2.4.1 Definisi Roda Gigi

Roda gigi adalah roda yang berguna untuk mentransmisikan daya yang
besar atau putaran yang cepat.Rodanya dibuat bergerigi dan berbentuk
silinder atau kerucut yang saling bersinggungan pada kelilingnya agar jika
salah satu berputar maka yang lain ikut berputar.

2.4.2 Macam-Macam Roda Gigi


1. Roda Gigi Lurus
Roda gigi paling dasar dengan jalur gerigi yang sejajar poros
Gaya pada spur gear:
- Gaya tengensial
2000.T
Ft = d

- Gaya radial
Fr = Ft tan 𝞪

Gambar 2.10 Roda Gigi Lurus


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

2. Roda Gigi Miring


Mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak bagi.
Gaya pada roda gigi miring
- Gaya tengensial
2000.T
Ft = d

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 18
- Gaya aksial
Fx = Ft tan 𝞫
- Gaya radial
tan αn
Fr = Ft cos β

Gambar 2.11 Roda Gigi Miring


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

3. Roda Gigi Miring Ganda


Gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk V
tersebut akan saling meniadakan.

Gambar 2.12 Roda Gigi Miring Ganda


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

4. Roda Gigi Dalam


Dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan induksi besar karena pinion terletak dalam roda gigi.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 19
Gambar 2.13 Roda Gigi Dalam
Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

5. Pinion dan Batang Gigi

Gambar 2.14 Pinion dan Batang Gigi


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

6. Roda Gigi Kerucut Lurus


Roda gigi yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai.
Gaya pada roda gigi kerucut lurus:
- Gaya tangensial
2000.T
Ft = dm

Dm = d.b sin 𝛅
Dm = pusat diameter

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 20
Gambar 2.15 Roda Gigi Kerucut Lurus
Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

7. Roda Gigi Kerucut Spiral


Karena mempunyai perbandingan kontak yang besar dapat meneruskan
putaran tinggi dan beban besar.

Gambar 2.16 Roda Gigi Kerucut Spiral


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

8. Roda Gigi Permukaan

Gambar 2.17 Roda Gigi Permukaan


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 21
9. Roda Gigi Miring Silang

Gambar 2.18 Roda Gigi Miring Silang


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

10. Roda Gigi Cacing Silindris


Mempunyai silinder yang berbentuk cacing dan lbih umum dipakai.
Gaya pada roda gigi cacing silindris
- Gaya tangensial
a.Worm (driver)
2000.T
Ft =
di
b. Worm wheel (driven)
cos αn .cos γ−μ sinγ
Ft =
cos αn .cos γ+μ sinγ

- Gaya aksial
a.Worm (driver)
cos αn .cos γ−μ sinγ
Fx = Ft
cos αn .cos γ+μ sinγ

b. Worm wheel (driven)


Fx = Ft
- Gaya radial
sin αn
Fr = Ft
cos αn .sin γ.μ cos γ

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 22
Gambar 2.19 Roda Gigi Cacing Silindris
Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

11. Roda Gigi Cacing Hipoid


Mempunyai jalur gigi yang berbentuk spiral pada bidang kerucut
yang sumbernya berdaya dan pemindahan gaya pada permukaan gigi
berlangsung meluncur dan menggelinding.
Gaya pada roda gigi cacing hypoid:
- Gaya radial
a. Permukaan convex
Ft
Ft = tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅
cos β

b. Permukaan concave
Ft
Fr = tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅
cos β

- Gaya tangensial
2000.T
Ft =
dm
- Gaya aksial
a. Permukaan convex
Ft
Fx = cos β tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅

b. Permukaan concave
Ft
Fx = cos β tan 𝞪. Sin 𝛅 + sin 𝞫 cos 𝛅

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 23
Gambar 2.20 Roda Gigi Cacing Hipoid
Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

12. Roda Gigi Globoid


Mempunyai perbandinga kontak yang lebih besar dan dipakai untuk
beban yang lebih besar pula.

Gambar 2.21 Roda Gigi Cacing Globoid


Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

2.4.3 Bagian-bagian roda gigi


Roda gigi mempunyai bagian-bagian antara lain

1. Lebar gigi

Kedalam gigi diukur sejajar sumbunya

2. Puncak kepala

Permukaan di puncak gigi


3. Tinggi kepala

Jarak antara lingkaran kepada dengan lingkaran kaki yang diukur


dalam arah radial
4. Tinggi kaki

Jarak antara lingkaran Pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam
arah radial.
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 24
5. Lingkaran kepala

Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi kepala gigi


6. Jarak bagi lingkaran

7. Tebal gigi

Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch


8. Lebar ruang

Tebal menggambar roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch


9. Lingkaran jarak bagi

10. Sisi kepala

Permukaan gigi diatas lingkaran pitch


11. Sisi Kaki

Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch


12. Dasar kaki

Gambar 2.22 Bagian-bagian Roda Gigi

Sumber: Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 25
2.4.4 Profil Roda gigi
Profil roda gigi ada 4 yaitu:
1. Sikloida
Garis lengkung yang menggambarkan titik pada keliling lingkaran
jika bergulungan pada suatu garis lurus lingkaran yang berguling
tersebut disebut lingkaran gulung (Dr)
Dr = 0,4 D
Dimana :
D = Diameter lingkaran jarak
Dr = Diameter lingkaran gulung
2. Evolven
Sebuah garis lengkung yang digunakan oleh sebuah benang yang
dilepas gulungannya dari sebuah silinder dan pada ujungnya dipasang
sebuah pensil.Titik-titik pada benang yang dilepaskan gulungannya
dari lingkaran dasar merupakan evolven lingkaran.
3. Profil Equidistanta
Kurva equidistant adalah kurva dari jarak yang sama terhadap
sikloida yang dibentuk oleh roda gelinding dan terhadap jalur gelinding
pasangannya.
Profil ini dipakai konstruksi pasangan antara roda gigi profil
dengan roda pasangannya berupa gigi tetap yang bergerak melingkar
pada suatu roda.Dan lebih umum lagi pada hubungan gigi dan rantai.
4. Profil Roda Gigi Novikov
Profil roda gigi ini merupakan geometri baru yang dapat
diaplikasikan pada transmisi kecepatan tinggi yang terdiri dari piringan
double.
Keuntungannya yaitu:
- Suara tidak bising
- Reduksi getaran yang menyebabkan kerusakan
- Memungkinkan untuk material yang digerinda atau dikeraskan
- Mengurangi tegangan

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 26
Gambar 2.23 Profil Roda Gigi Novikov
Sumber Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213
.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 27
Diagram alir untuk merencanakan roda gigi lurus standar

START b a

1. Daya yang ditranmisikan, P (kW),


14. Tegangan lentur yang diizinkan σa1 σa2
putaran poros, n1 (rpm).
Faktor tegangan kontak kH (kg/mm2)
Perbandingan reduksi i
Jarak sumbu poros a (mm)

15. Beban lentur yang diizinkan per satuan


lebar F’b1, F’b2 (kg/mm)
2. Faktor koreksi, fc
Beban permukaan yang diizinkan per satuan
lebar F’H (kg/mm)
Harga minimum
3.Daya rencana, Pd (kW) F’b1, F’b2, F’H, F’min (kg/mm)

4. Diameter sementara lingkaran jarak bagi d'1, d’2 (mm)


16. Lebar sisi b (mm)

5. modul pahat m
Sudut tekanan pahat α0 (o)
17. Bahan poros dan perlakuan
panasnya
Bahan pasak dan perlakuan panasnya
6. Jumlah gigi z1, z2
Perbandingan gigi i
18. Perhitungan diameter poros ds1, ds2 (mm)
Penentuan pasak dan alur pasak (mm)
7. Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) d01, Tebal antara dasar alur pasak dan dasar kaki
d02 (mm) gigi Sk1, Sk2
Jarak sumbu poros a0 (mm)

b/m : (6-10)
8. kelonggaran sisi C0 (mm) T d/b : 1.5
Kelonggaran puncak ck (mm) Sk1/m : 2.2

Y
9. Diameter kepala dk1, dk2 (mm)
Diameter kaki df1, df2 (mm)
Kedalaman pemotongan H (mm)
20. modul pahat m
Sudut tekanan pahat α0 (o)
Jumlah gigi z1, z2
10. Faktor bentuk gigi Y1, Y2
Jarak sumbu poros a (mm)
Diameter luar dk1, dk2 (mm)
Lebar gigi b (mm)
11. kecepatan keliling v (m/s) Bahan roda gigi, dan perlakuan panasnya
Gaya tangensial F1 (kg) Bahan poros dan perlakuan panasnnya
Diameter poros ds1, ds2

12. Faktor dinamis fs

STOP
13. Bahan masing-masing gigi, perlakuan
panas
Kekuatan tarik σB1 σB2 (kg/mm2)
Kekerasan permukaan gigi HB1, HB2 END

b a

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 28
2.5 Sabuk dan Puli

2.5.1 Definisi Sabuk dan Puli

Di dalam bentuk sebuah transmisi dari jenis ini terdiri dari sebuah
sabuk yang tak memiliki ujung dipasang secara ketat/rapat pada 2 pulley
penggerak yang mentransmisikan/menyalurkan gerak dari pulley penggerak
menuju pulley penerima/pendorong dengan tahanan gesek antara sabuk dan
pulley.
Fleksibilitas dari sabuk memungkinkan untuk mengatur poros
penggerak dan poros penerima dengan cara apapun dan digunakan beberapa
pulley bila diperlukan.
2.5.2 Macam-Macam Sabuk
a. Open Belt Drive
Digunakan dengan susunan poros secara parallel dan berputar
dengan arah yang berlawanan.Biasanya komponen antar belt juga dapat
terjadi gesekan. Untuk menghindari keausan yang berlebihan, posisi
poros harus ditempatkan jarak maksimum satu sama lain.

Gambar 2.24 Open Belt Drive


Sumber : http://chestofbooks.com/crafts/machinery/Shop-Practice-
V2/Belting.html

b. Twist-belt Drive

Menggunakan poros yang disusun secara paralel dan berputar ke


arah yang sama. Ketika jarak antar poros yang dihubungkan sabuk

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 29
terpisah ckup jauh, salah satu kedudukan dari ke-2 poros tersebut harus
lebih rendah dari poros lainnya.

Gambar 2.25 Twist-belt Drive


Sumber : http://www.scribd.com/doc/37330018/Paper-Bantalan

c. Quarter-twist belt drive


Menggunakan poros tegak lurus dengan putaran satu arah. Untuk
mencegah sabuk bergerak keluar dari jalur pulley, maka lebar pulley
harus cukup besar untuk mengatasi hal ini dan hanya dapat dipastikan
setelah dilakukan proses uji coba.

Gambar 2.26 Quarter-twist belt drive


Sumber : http://chestofbooks.com/crafts/machinery/Shop-Practice-
V2/Quarter-Twist-Belt.html

d. Quarter-twist Belt Drive with Guide Pulleys

Menggunakan poros tegak lurus ketika posisi pulley tidak dapat


diatur sedemikian rupa.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 30
Gambar 2.27 Quarter-twist Belt Drive with Guide Pulleys
Sumber : http://www.old-engine.com/belts2.htm

e. Belt Drive with an Idler pulley


Digunakan saat transmisi sabuk dengan jenis open belt drive tidak
dapat digunakan karena panjang busur belt dan luasan kontak pada
pulley ckup rendah (rasio kecepatan cukup tinggi dengan jarak antar
pulley cukup dekat) atau ketika diperlukan regangan pada sabuk dimana
dengan cara lain tidak dapat diperoleh hanya dengan cara penambahan
Idler Pulley.

Gambar 2.28 Belt Drive with an Idler pulley


Sumber : http://www.codecogs.com/reference/engineering/machines/belt_
and_rope_drives_brakes.php

f. Belt Drive with many Pulleys and Guide Pulleys


Digunakan untuk mentransmisikan gerak/daya gerak dari satu
poros yang disusun parallel.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 31
Gambar 2.29 Belt Drive with many Pulleys and Guide Pulleys
Sumber : http://www.molpir.sk/DIAVIA/bulletin/bulletin028.htm

2. Flat belts
Jenis transmisi dengan menggunakan flat belt telah ditemukan
aplikasinya dibeberapa meisn-mesin. Jenis transmisi ini dibedakan atas 3
jenis. Menurut USSR, jenis yang telah distandarisasi dan berdasarkan
sistem produksi suatu belt dibedakan menjadi 4 tipe. Berikut ini bahan-
bahan pembuatan belt :
a. Belt dengan bahan kulit (Leather belt)
Jenis belt dengan bahan dasar kulit memiliki kapasitas daya tarik
terbaik. Bagaimanapun pembuatan jenis belt ini memerlukan biaya
produksi yang tinggi. Penggunaan jenis belt ini jarang digunakan
dan hanya digunakan pada studi kasus tertentu saja.
b. Belt dengan bahan karet (Rubber Belt)
Jenis belt ini terdiri dari beberapa lapisan serat-serat yang kuat dan
disatukan dengan karet serta melalui tahap vulkanisasi. Untuk
mendapatkan fleksibiltas yang bagus, pelapis karet diletakkan
diatara lapisan serat. Belt berbahan material karet dapat dioperasikan
pada berbagai variasi macam pembebanan jika terdapat garpu sabuk
(belt fork).
c. Belt dengan bahan tenunan benang kapas (Wooven Cotton Belts)
Belt ini terbuat dari kain tenunan/rajutan yang dimana benang
yang akan ditenun berasal dari kapas. Biasanya didalamnya
ditambahkan senyawa Ozocerite dan bitumen yang dapat berfungsi
sebagai pelindung belt dari efek atmosfer, menigkatkan kekuatan

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 32
dan mengurangi kerugian penyusutan dimensi disaat kondisi belt
tanpa pembebanan.
d. Belt dengan bahan tenunan wool (wooven woolen belt)
Jenis belt ini terbuat dari wool yang dipintal menjadi benang yang
kemudian ditenun/dirajut. Jenis belt ini dapat dikombinasikan
dengan drying oil, crushed chalk, dan red ochre.
e. Sebagai tambahan untuk 4 jenis standar tipe belt yang berbentuk/
memiliki profil datar yakni jenis Inter-stitched rubber, semi-linen
dan sabuk sutra (silk belts) diproduksi untuk tujuan tertentu /khusus
misalkan sebagai transmisi belt berkecepatan tinggi , mesin gerinda
internal (internal grinding machines), dll.
3. V Belts

Gambar 2.30 V-Belt


Sumber : Dobrovolsky (1979:224)

Berikut ini penjelasan secara terperinci tentang jenis-jenis belt di


atas sebagai berikut :
I. Belt dengan Inti Serat kain (Cord Fabric Belt)
Belt jenis ini terdiri dari beberapa lapisan inti serat kain (a)
pada bagian yang menerima tegangan tinggi, karet (b) pada bagian
yang mengalami tekanan tinggi. Dan untuk bagian (c) terbuat dari
serat karet.
II. Belt dengan inti serat kabel/kawat (Cord wire Belt)
Terdiri dari beberapa inti kawat yang sangat kuat (a) terletak
pada bagian netral. Oleh karena itu tidak dibutuhkan sifat
fleksibilitas belt, sebuah pengisi celah terbuat dari karet (rubber
filler) dimana bersifat sangat elastic pada tekanan yang tinggi dan

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 33
tetap bersifat kaku ketika dalam kondisi tekanan tinggi , dan
bagian (c) merupakan selubung luar.
III. Belt dengan Inti kawat dan dilengkapi dengan gigi-gigi
Berbeda dari jenis Simple-Cord wire belt bahwa di setiap
gigi-gigi memiliki bagian yang bertekanan tinggi (dan kadangkala
berupa tegangan tinggi). Untuk mencapai fleksibilitas terbesar
yang secara khusus sangatlah penting aplikasinya pada pulley
berdiameter kecil dan kecepatan operasinya cukup tinggi.

2.5.3 Dasar Pemilihan material untuk Belt


Tabel 2.2 massa jenis dan material belt

Material yang digunakan untuk belt dan puli harus kuat, fleksibel dan
tahan lama, harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Belt
menurut material yang digunakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan
yang terlihat pada tabel.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 34
Diagram alir untuk memilih sabuk gilir

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 35
2.6 Rantai
2.6.1 Pengertian Rantai
Suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan gaya dari
satu poros ke poros yang lain yang jaraknya sangat jauh dengan bantuan
sprocket
2.6.2 Macam-macam rantai
a. Rantai Rol (Roller Chain)

Gambar 2.31 Rantai Rol


Sumber : www.scribd.com/doc/47730081/Elemen-mesin-rantai

Rantai rol sangat luas pemakaiannya Karena harganya yang relatif


murah dan perawatan sertapemasangannya mudah. Contoh : pemakaian
pada sprocket sepeda motor dan sepeda dan menggerakkan sprocket
pada industri

b. Rantai gigi (Silent chain)

Gambar 2.32 Rantai gigi

Sumber : www.scribd.com/doc/47730081/Elemen-mesin-rantai

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 36
Rantai jenis ini mempunyai keunggulan pada tingkat kecepatan dan
kapasitas daya ditransmisikan lebih besar, serta tingkat kebisingan
rendah, akan tetapi harganya lebih mahal. Pemakaian rantai ini masih
terbatas karena harganya yang mahal dan orang lebih suka menggunakan
transmisi roda gigi.

2.6.3 Keuntungan dan kerugian transmisi rantai dibanding sabuk


Keuntungan
1. Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan
yang sempurna.
2. Karena rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih
kecil daripada sabuk, dan dapat menghasilkan transmisi yang besar.
3. Memberikan efisiensi transmisi tinggi (sampai 98%)
4. Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun pada kondisi
atmosfer
Kerugian
1. Biaya produksi rantai lebih tinggi
2. Dibutuhkan pemeliharaan rantai dengan cermat dan akurat terutama
pelumasan dan penyesuaian pada saat kendur
3. Rantai memiliki kecepatan fluktuasi terutama pada saat terlalu
meregang

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 37
Diagram alir untuk memilih rantai rol

START b a

1. Daya yang ditranmisikan, P (kW), 14. Faktor keamanan Sf


putaran poros, n1 (rpm).
Perbandingan reduksi putaran i
Jarak sumbu poros C (mm)
15 6 : Sf
≥ F :Fu
2. Faktor koreksi, fc

<
3.Daya rencana, Pd (kW)

16. penentuan nomor rantai


4. Momen rencana, T1, T2 (kg mm)

17. Panjang rantai (dalam jarak bagi) L,


(mata rantai) L
5. Bahan poros, perlakukan panas,

18. Jarak sumbu poros 1 dalam jarak bagi


Cp
6. Diameter poros ds1, ds2 (mm)
Jarak sumbu poros C (mm)

7. Pemilihan sementara jumlah rangkaian, jarak bagi p 19. Cara pelumasan


(mm), dan nomor rantai
Batas Kekuatan rata-rata FB (kg)
Beban maksimum yang diizinkan Fu (kg)
Jumlah gigi sproket kecil z1 20. Nomor Rantai. Jumlah rangkaian
Panjang dalam mata rantai L
Jumlah gigi sproket z1, z2
8. Jumlah gigi sproket besar z2 Diameter poros ds1, ds2 (mm)
Diameter jarak bagi sproket kecil dp (mm) Jarak sumbu poros C (mm)
Diameter jarak bagi sproket besar Dp (mm) Cara pelumasan
Diameter luar sprocket kecil dk pelumas
Diameter luar sproket besar Dk (mm)
Diameter naf maksimum sproket kecil dBmax (mm), dan
sproket besar DBmax

9. Pemeriksaan diameter naf, diameter poros dan


STOP
bahan poros

10.Kecepatan Rantai v (m/s) END

11. Daerah kecepatan rantai


Ukuran luar maksimum Lmax (mm)

13. Beban rencana F (kg)

b a

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 38
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Data yang dikethui


P = 5 kW = 5000/746 = 6,702 Hp

n1 = 1500 rpm n3 = 500 rpm


n2 = 1000 rpm n4 = 250 rpm

3.2. Perhitungan
a. Transmisi rantai 2

1. Daya Rancangan
SF = 1,5 (transmisi beban berat, penggerak motor listrik)
Pdes = 1,5 (6,702) = 10,053 Hp
2. Rasio
Rasio = 1500 rpm / 1000 rpm = 1,5
3. Jarak Bagi Rantai
(Dari table 7-5. Buku Robert L Mott)
- Rantai rol baris tunggal no. 40 dengan jarak bagi 0, 5 in
- Np = 17 dengan kapasitas daya 10,365 Hp pada 1500 rpm
- Pelumasan tipe B (celup minyak)

4. Jumlah gigi Sproket Besar


N2 = N1 x Rasio = 17 x 1,5 = 25,5 = 25 gigi

5. Putaran output actual


n2 = n1 (N1/N2) = 1500 (17/25) = 1020 rpm

6. Diameter Jarak Bagi


𝑃 0,5
𝐷1 = = = 2,72 𝑖𝑛
180 180
sin( 𝑁 ) sin( 17 )
1

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 39
𝑃 0,5
𝐷2 = = = 3,99 𝑖𝑛
180 180
sin( 𝑁 ) sin( )
2 25

7. Jarak Sumbu Poros nominal = 40 x Jarak Bagi

8. Panjang rantai yang diperlukan berdasarkan kelipatan jarak bagi


𝑁2 + 𝑁1 (𝑁2 − 𝑁1 )2
𝐿 = 2𝐶 +
2 4𝜋 2 . 𝐶
25 + 17 (25 − 17)2
= 2(40) +
2 4𝜋 2 . 40
= 101,04 𝑥 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖

9. Jumlah Utuh jarak bagi berdasarkan panjang utuh rantai dan jarak
sumbu poros rantai sebenarnya

1 𝑁2 + 𝑁1 𝑁2 + 𝑁1 2 (𝑁2 − 𝑁1 )2
𝐶= [𝐿 − + √(𝐿 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2

1 25 + 17 25 + 17 2 (25 − 17)2
𝐶 = [101 − √
+ (107 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2

= 19,99 𝑖𝑛

10. Sudut Kontak rantai pada setiap sprocket


- Pada Sproket Kecil
𝜃1 = 180𝑜 − 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(𝐷2 − 𝐷1 )/2𝐶]
= 180𝑜 − 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(3,99 − 2,72)/2(19,99)]
= 176𝑜
- Pada Sproket besar
𝜃2 = 180𝑜 + 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(𝐷2 − 𝐷1 )/2𝐶]
= 180𝑜 + 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(3,99 − 2,72)/2(19,99)]
= 184𝑜

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 40
b. Transmisi Roda Gigi Lurus

Diketahui : Putaran sprocket 1 (n2) = 1020 rpm

Daya Nominal dari Sproket besar = 10,365 x 98% = 10,157 Hp

(rugi daya dari transmisi rantai sebesar 2 %, sumber : Machine elements.


Dobrovolsky)

Pd = 10 [sumber : Gambar 9.27. Robert L Mott]

20o full depth involute

1. Faktor beban lebih Ko) = 1,00 (penggerak seragam, mesin yang


digerakkan seragam ; Tabel 9-5)
Pdes = 1,00 x 10,157 = 10,157 Hp

2. Jumlah Gigi Pinion

Np = 18

3. Velocity Ratio

np 1020
VR = = = 2,04
ng 500

4. Jumlah gigi gear pendekatan roda gigi besar

Ng = Np . Vr = 18 . 2,04 = 36,72 gigi = 37 Gigi

5. Rasio kecepatan sebenarnya


m = VR = Ng/Np = 37/18 = 2,056

6. Kecepatan Output Aktual


ng = np (Np/Ng) = 1020 (18/37) = 496,216 rpm

7. Diameter jarak bagi


Dp = Np/Pd = 18/10 = 1,8 in

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 41
Dg = Ng/Pd = 37/10 = 3.7 in
- Jarak antar pusat
C = (Np + Ng) / 2 Pd = (18 + 37) / 2.10 = 2,75 in
- Kecepatan garis bagi
vt = π Dp np /12 = (3,14 . 1,8 . 18 ) /12 = 480,42 ft/menit
- Beban yang ditransmisikan
Wt = 33000.(P/ vt) = 33000.(10,157/ 480,42) = 697,68 lb
8. Lebar muka pinyon dan roda giginya
Batas bawah = 8/Pd = 8/10 = 0,8 in
Batas atas = 16/Pd = 16/10 = 1,6 in
Nilai nominal = 12/Pd = 12/10 = 1,2 in

9. Angka Kualitas (Qv) dan faktor dinamis (Kv)

Qv = 6 Kv = 1,246 [Tabel 9-2 . Robert L Mott]

10. Jenis Beban roda roda gigi

Cp = 2300 (BAJA) [Tabel 9-2 . Robert L Mott]

11. - Bentuk Gigi


Gigi –gigi 20o kedalaman penuh, involute
- Faktor-faktor geometri pelengkungan untuk pinion dan roda gigi
Jp = 0,330 [Gambar 9-17 . Robert L Mott]
Jg = 0,420
- Faktor geometri untuk ketahanan terhadap cacat muka
I = 0,092 [Gambar 9-23 . Robert L Mott]
12. Faktor ukuran distribusi beban (Km)
- F = 1,2 in
𝐹 1,2
- Cpf = 10 𝐷𝑝 − 0,025 = − 0,025 = 0,0417
10 .1,8

- Cma = 0,247 + 0,0167 𝐹 − (0,765 𝑥10−4 𝐹 2 )


= 0,247 + 0,0167 (1,2) − (0,765 𝑥10−4 . 1,22 ) = 0,267
- Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,0417 + 0,267 = 1,308

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 42
13. Faktor Ukuran (Ks)
Ks = 1,00 Pd = 10 [Tabel 9-6 . Robert L Mott]
14. Faktor Ketebalan Bingkai (KB)
KB = 1,00 [Gambar 9-20 . Robert L Mott]
15. Faktor Layanan (SF)
SF = 1,00 [Hal.373 . Robert L Mott]
16. Faktor Rasio Kekerasan (CH)
CH = 1,00 [Gambar 9-25 . Robert L Mott]
17. Faktor Keandalan (KR)
KR = 1,00 [Tabel 9-8 . Robert L Mott]
18. Tetapkan Umur Rancangan
- Umur Rancangan = 3000 jam
Ncp = (60) (3000 jam) (1020) (1) = 1,836 x 108 siklus
Ncg = (60) (3000 jam) (500) (1) = 9 x 107 siklus
- Faktor Siklus tegangan untuk kelengkungan (YN)
YNP = 0,92 [Gambar 9-22 . Robert L Mott]
YNG = 1,00
- Ketahanan terhadap cacat muka (ZN)
ZNP = 0,84 [Gambar 9-24 . Robert L Mott]
ZNG = 0,86
19. Tegangan Lengkung perkiraan dalam pinyon dan roda gigi
Wt . Pd . Ko . Ks . Km . Kb . Kv
𝑆tp =
F . Jp

697,68 .10 .1 .1 .1,308 . 1 . 1,3


= = 29651 Psi
1,2 . 0,330

Jp 0,33
𝑆tg = Stp ( ) = 29651 ( ) = 23297 Psi
Jg 0,42
20. Tegangan Lengkung
- Pinion

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 43
KR .SF
Stp > 𝑆tp = 29651 . 1 = 29651 𝑃𝑠𝑖
YNP

- Roda Gigi
KR .SF 1
Stg > 𝑆tg = 23297 . (0,92) = 25322 𝑃𝑠𝑖
YNG

21. Tegangan Kontak Perkiraan dalam pinyon dan Roda gigi


- Pinion dan roda gigi

Wt . Ko . Ks . Km . Kv
Sc = Cp√
F . Jp . Dp

697,68 .10 .1 .1 .1,308 . 1 . 1,3


= 2300√
1,2 . 0,092 .1,8

= 173979 Psi

22. Tegangan Kontak


- Pinion

KR .SF 1 . 1,0
Sacp > 𝑆cp = 173979 . = 207118 𝑃𝑠𝑖
ZNP 0,84

- Roda Gigi

KR .SF 1 . 1,0
Sacg > 𝑆cg = 173979 . 0,84 . 1 = 202301 𝑃𝑠𝑖
ZNP.CH

23. Bahan untuk pinion dan roda gigi pasangannya yaitu baja karbon dan
paduan AISI 1340 OQT 400 dengan kekerasan 578 HB

Profil Roda Gigi

1. Diameter Lingkaran Jarak Bagi Pinion dan Roda Gigi


Dp = Np/Pd = 18/10 = 1,8 in
Dg = Ng/Pd = 37/10 = 3.7 in
2. Jarak Bagi Lingkaran Pinion dan Roda Gigi
P = π . Dp / Np = π . 1,8 / 18 = 0,1 in
P = π . Dg / Ng = π . 3,7 / 37 = 0,1 in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 44
3. Tinggi Kepala
a = 1 / Pd = 1 / 10 = 0,1 in
4. Tinggi Kaki
b = 1,25 / Pd = 1,25 / 10 = 0,125 in
5. Kelonggaran Kepala
c = 0,25 / Pd = 0,25 / 10 = 0,025 in
6. Diameter Lingkaran Kepala Pinion dan Roda Gigi
Dop = (Np+2) / (Pd) = (18+2)/10 = 2 in
Dop = (Np+2) / (Pd) = (37+2)/10 = 3,9 in
7. Diameter Lingkaran Kaki Pinyon dan Roda gigi
Drp = Dp – 2b = 1,8 – 2 (0,125) = 1,55 in
Drg = Dg – 2b = 3,7 – 2 (0,125) = 3,45 in
8. Kedalaman Total
ht = a + b = 0,1 + 0,125 = 0,225 in
9. Kedalaman Kerja
hk = 2a = 2 (0,1) =0,2
10. Tebal Gigi
t = π / 2 Pd = π / 2 (10) = 0,157 in
11. Jarak Pusat
C = (Ng + Np) / 2 Pd = (18 + 37) / 2 . 10 = 2,75 in
12. Diameter lingkaran dasar
Dbp = Dp cos θ = 1,8 cos 20o = 1,691 in
Dbg = Dg cos θ = 3,7 cos 20o = 3,477 in

c. Transmisi rantai 2

1. Daya Rancangan
SF = 1,3 (transmisi sedang, penggerak motor listrik)
Pdes = 1,3 (10,055) = 13,07 Hp
2. Rasio
Rasio = 496,216 rpm / 250 rpm = 1,98

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 45
3. Jarak Bagi Rantai
- Rantai rol baris tunggal no. 60 dengan jarak bagi 0,75 in
- Np = 18 dengan kapasitas daya 13,23 Hp pada n3 =500 rpm
- Pelumasan tipe B

4. Jumlah gigi Sproket Besar


N2 = N1 x Rasio = 18 x 1,98 = 35,64 = 36 gigi

5. Putaran output actual


n2 = n1 (N1/N2) = 500 (18/36) = 250 rpm

6. Diameter Jarak Bagi


𝑃 0,75
𝐷1 = = = 4,32 𝑖𝑛
180 180
sin( 𝑁 ) sin( 18 )
1

𝑃 0,75
𝐷2 = = = 8,60 𝑖𝑛
180 180
sin( 𝑁 ) sin( 36 )
2

7. Jarak Sumbu Poros nominal = 40 x Jarak Bagi

8. Panjang rantai yang diperlukan berdasarkan kelipatan jarak bagi


𝑁2 + 𝑁1 (𝑁2 + 𝑁1 )2
𝐿 = 2𝐶 +
2 4𝜋 2 . 𝐶
36 + 18 (36 + 18)2
= 2(40) +
2 4𝜋 2 . 40
= 107,2 𝑥 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑔𝑖

9. Jumlah Utuh jarak bagi berdasarkan panjang utuh rantai dan jarak
sumbu poros rantai sebenarnya

1 𝑁2 + 𝑁1 𝑁2 + 𝑁1 2 (𝑁2 − 𝑁1 )2
𝐶 = [𝐿 − √
+ (𝐿 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 46
1 36 + 18 36 + 18 2 (36 − 18)2
𝐶 = [107 − √
+ (107 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2

= 29,92 𝑖𝑛
10. Sudut Kontak rantai pada setiap sprocket
- Pada Sproket Kecil
𝜃1 = 180𝑜 − 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(𝐷2 − 𝐷1 )/2𝐶]
= 180𝑜 − 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(8,60 − 4,32)/2(29,92)]
= 172𝑜
- Pada Sproket besar
𝜃2 = 180𝑜 + 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(𝐷2 − 𝐷1 )/2𝐶]
= 180𝑜 + 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(8,60 − 4,32)/2(29,92)]
= 188𝑜

d. Poros I
- Menghitung Torsi
𝑃 6,702
𝑇 = 63000 ( ) = 63000 ( ) = 422,226 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
𝑛 1000

- Gaya – gaya pada sprocket besar A


𝐷𝐴⁄ 3,99⁄ ) = 211,6 𝑙𝑏
𝐹𝐴 = 𝑇𝐴 ( 2) = 422,226 ( 2
𝐹𝐴𝑥 = 𝐹𝐴 sin 90𝑜 = 211,6 sin 90𝑜 = 211,6 𝑙𝑏
𝐹𝐴𝑦 = 𝐹𝐴 cos 90𝑜 = 211,6 cos 90𝑜 = 0 𝑙𝑏

- Gaya- gaya pada Pinyon B


𝐷𝐵⁄ 1,8
𝑊𝑡𝐵 = 𝑇𝐴 ( 2) = 422,226 ( ⁄2) = 469,14
𝑊𝑡𝐵 = 𝑊𝑡𝐵 tan 20𝑜 = 211,6 cos 20𝑜 = 170,75 𝑙𝑏
- Diagram bebas gaya geser dan momen lengkung pada poros I

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 47
ΣMDX = 0
0 = FAX . 15 – RCX . 10 + WrB . 5
0 = 211,6 . 15 – RCX . 10 + 170,75 . 5
4027,75
𝑅𝐶𝑋 = = 402,775 𝑙𝑏
10

ΣMCX = 0
0 = FAX . 5 - WrB . 5 + RCX . 10
0 = 211,6 . 5 - 170,75 . 5 + RDX . 10
𝑅𝐷𝑋 = −20,425 𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 48
ΣMDY = 0
0 = FAY . 15 – RCY . 10 + WtB . 5
0 = 0 . 15 – RCY . 10 + 469,14 . 5
𝑅𝐶𝑌 = 234,57 𝑙𝑏

ΣMCY = 0
0 = FAY . 5 – WtB . 5 + RDY . 10
0 = 0 . 5 – 469,14 . 5 + RDY . 10
𝑅𝐷𝑌 = 234,57 𝑙𝑏
- Bahan poros I adalah Baja AISI 8740 OQT 700 dengan Su = 228
ksi dan Sy = 212 ksi.
Sn = 65 ksi N=2
Cs = 0,85 (misal D = 1,2 )
Cr = 0,75
Sn’ = Sn . Cs . Cr = 65 . 0,85 . 0,75 = 41,437 ksi = 41437 Psi

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 49
Diameter-Diameter Pada poros I
- Titik A
1⁄
3
32𝑁 3 𝑇 2
𝐷1 = [ √ ( ⁄ ) ]
𝜋 4 𝑆𝑦

1⁄
3
2
32(2) 3 422,226
=[ √ ( ) ]
𝜋 4 212000

= 0,327 𝑖𝑛
- Titik C
T = 422,226 lb in

2 2
𝑀𝑐 = √𝑀𝐶𝑋 + 𝑀𝐶𝑦 = √10582 + 0 = 1058 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

Kt = 2,5 (fillet tajam)


Sebelah kiri titik C = sebelah kanan titik C
1⁄
3
2
32𝑁 𝐾𝑡. 𝑀 3 2
𝐷2 = [ √( ) + (𝑇⁄𝑆𝑦) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4

1⁄
3
2 2
32(2) 2,5.1058 3 422,226
=[ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000

= 1,09 𝑖𝑛
𝐷3 = 𝐷2

- Titik B (sebelah kiri titik B)

2 2
𝑀𝐵 = √𝑀𝐵𝑋 + 𝑀𝐵𝑦 = √204,252 + 1172,852 = 1190,5 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

Kt = 3,0

1⁄
3
2
32(2) 3,0 . 1190,5 3 422,226 2
𝐷4 = [ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 50
= 1,054 𝑖𝑛

sebelah kanan titik B = sebelah kiri titik B  𝐷4 = 𝐷5

Titik D

2 2
𝑀𝐵 = √𝑀𝐵𝑋 + 𝑀𝐵𝑦 = √0 + 0 = 0 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

1⁄
3
32𝑁 3 𝑇 2
𝐷1 = [ √ ( ⁄ ) ]
𝜋 4 𝑆𝑦

1⁄
3
2
32(2) 3 422,226
=[ √ ( ) ]
𝜋 4 212000

= 0,327 𝑖𝑛

Sehingga Diameter pada poros I yaitu

𝐷1 = 0,327 𝑖𝑛

𝐷2 = 1,09 𝑖𝑛

𝐷3 = 1,09 𝑖𝑛

𝐷4 = 1,054 𝑖𝑛
𝐷5 = 1,054 𝑖𝑛
𝐷6 = 0,327 𝑖𝑛

e. Perhitungan poros II

- Menghitung Torsi
𝑃 6,635
𝑇 = 63000 ( ) = 63000 ( ) = 836,01 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
𝑛 500

- Gaya – gaya pada sprocket kecil F


𝐷𝐷⁄ 4,32⁄ ) = 387,037 𝑙𝑏
𝐹𝐹 = 𝑇𝐴 ( 2) = 836 ( 2
𝐹𝐹𝑥 = 𝐹𝐹 sin 90𝑜 = 387,037 sin 90𝑜 = 387,037 𝑙𝑏
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 51
𝐹𝐹𝑦 = 𝐹𝐹 cos 90𝑜 = 387,037 cos 90𝑜 = 0 𝑙𝑏

- Diagram bebas gaya geser dan momen lengkung pada poros II

ΣMGX = 0
0 = -WrE . 5 – RHX . 10 - FFx . 15
0 = -822,37 – RHX . 10 + 5805,55
𝑅𝐶𝑋 = −662,79 𝑙𝑏

ΣMHX = 0
0 = RGX . 10 + WrE . 5 - FFX . 5
0 = 10 . RDX + 822,37 – 1935,185
𝑅𝐺𝑋 = 111,28 𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 52
ΣMGY = 0
0 = -WrE . 5 – RHY . 10 – FFY . 5
0 = -2259,45 – RHY . 10 - 0
𝑅𝐻𝑌 = −225,94 𝑙𝑏

ΣMHY = 0
0 = RGY . 10 + WtE . 5 - FFY . 5
0 = RGY . 10 + 2259,45 - 0
𝑅𝐺𝑌 = 234,57 𝑙𝑏

- Bahan poros II adalah Baja AISI 8740 OQT 700 dengan Su = 228 ksi
dan Sy = 212 ksi.
Sn = 65 ksi N=2
Cs = 0,85 (misal D = 3 )

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 53
Cr = 0,75
Sn’ = Sn . Cs . Cr = 65 . 0,65 . 0,75 = 41,437 ksi = 41437 Psi
Diameter-Diameter Pada poros II
- Titik G
1⁄
3
32𝑁 3 𝑇 2
𝐷7 = [ √ ( ⁄ ) ]
𝜋 4 𝑆𝑦

1⁄
3
2
32(2) 3 836
=[ √ ( ) ]
𝜋 4 212000

= 0,411 𝑖𝑛
- Titik E dan sebelah kanannya

2 2
𝑀𝐸 = √𝑀𝐸𝑋 + 𝑀𝐸𝑦 = √556,42 + 2259,452 = 2327 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

Kt = 2,5 (fillet tajam)


1⁄
3
2
32𝑁 𝐾𝑡. 𝑀 3 2
𝐷8 = [ √( ) + (𝑇⁄𝑆𝑦) ]
𝜋 𝑆′𝑛 4

1⁄
3
2 2
32(2) 2,5.2327 3 836
=[ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000

= 3,25 𝑖𝑛
𝐷9 = 𝐷8
- Titik H dan sebelah kanannya

2 2
𝑀𝐻 = √𝑀𝐻𝑋 + 𝑀𝐻𝑦 = √1935,1852 + 0 = 1935,185 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

Kt = 2,5

1⁄
3
2 2
32(2) 2,5 . 1935 3 836
𝐷10 = [ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000

𝐷10 = 𝐷11 = 1,335 𝑖𝑛

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 54
Titik F

1⁄
3
32𝑁 3 𝑇 2
𝐷1 = [ √ ( ⁄ ) ]
𝜋 4 𝑆𝑦

1⁄
3
2
32(2) 3 836
𝐷1 = [ √ ( ) ]
𝜋 4 212000

= 0,411 𝑖𝑛
Sehingga Diameter pada poros II yaitu
𝐷7 = 0,411 𝑖𝑛
𝐷8 = 3,25 𝑖𝑛
𝐷9 = 3,25 𝑖𝑛
𝐷10 = 1,335 𝑖𝑛
𝐷11 = 1,335 𝑖𝑛
𝐷12 = 0,411 𝑖𝑛

f. Pasak

- Poros I
Bahan Poros adalah AISI 8650 OQT 700 ; Sy = 222 ksi
pasak yang digunakan pasak bujur sangkar
DI = 1,2 in
W = ¼ in
H = ¼ in
N =3
4𝑇𝑁
𝐿1 =
𝐷. 𝑊. 𝑆𝑦
4 . 422,226 . 3
=
1
1,2 . 4 . 222000

= 0,076 𝑖𝑛
- Poros II
Bahan Poros adalah AISI 8650 OQT 700 ; Sy = 222 ksi
pasak yang digunakan pasak bujur sangkar

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 55
DI = 3 in
W = 3/4 in
H = 3/4 in
N =3

4𝑇𝑁
𝐿1 =
𝐷. 𝑊. 𝑆𝑦
4 . 836 . 3
=
3
3 . . 222000
4
= 0,02 𝑖𝑛

g. Bantalan (Bearing)

Didesain hanya mengatasi beban radial

- Bearing C
Beban radial = 403 lb
factor putaran, V = 1 (cincin dalam yang berputar)
n Poros = 1000 rpm ; k=3 (bantalan bola)
dc = 1,09 in
Umur rancangan bearing 30000 jam
Perhitungan
Pd = V.R = 1 .450= 450 lb
Ld = 30000 Jam. 1000 rpm/menit . 60 menit/jam = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3

= 403 (1,8 x 109/106)1/3

= 4902 lb

digunakan bearing : 6307 [Tabel 114.3 Robert L Mott]

- Bearing D
Beban radial = 22 lb
n Poros = 1000 rpm

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 56
dD = 1,09 in
Pd = V.R = 1 .22 = 22 lb
Ld = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3

= 22 (1,8 x 109/106)1/3

= 267 lb

digunakan bearing : 6200 [Tabel 114.3 Robert L Mott]

- Bearing G
Beban radial = 120 lb
n Poros = 500 rpm
dG = 0,411 in
Pd = V.R = 1 .120 = 120 lb
Ld = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3

= 120 (1,8 x 109/106)1/3

= 1459 lb

digunakan bearing : 6301 [Tabel 114.3 Robert L Mott]

- Bearing H
Beban radial = 665 lb
n Poros = 250 rpm
dH = 1,335 in
Pd = V.R = 1 .665 = 665 lb
Ld = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3

= 665 (1,8 x 109/106)1/3

= 8089 lb

digunakan bearing : 6309 [Tabel 114.3 Robert L Mott]


TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan perencanaan transmisi pada bab sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan .
1. Motor Listrik
- Motor listrik yang digunakan dengan daya 6,702 Hr
- Putaran 1500 Rpm

2. Poros
- Bahan poros I : Baja AISI 8740 OQT 700
- Bahan poros II : Baja AISI 8740 OQT 700

3. Pasak

Jenis pasak I dan II pasak Bujur sangkar

- Panjang pasak I : 0,076 in


- Panjang pasak II : 0,02 in

4. Rantai I
- Diameter sprocket kecil =2,72 in
- Diameter sprocket besar = 3,99 in
- Panjang rantai : 101,04 x 0,5 = 50,52 in

5. Rantai II
- Diameter sprocket kecil : 4, 32 in
- Diameter sprocket besar : 8,60 in
- Panajng rantai = 107,2 x 0,75 in = 80,4 in

6. Roda Gigi Lurus


Dp = 1,8 in : Np = 18
Dg = 3,7 in : Ng = 37

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 58
VR = 2,06
Bahan pinion dan roda gigi yaitu baja karbon dan paduan AISI 1340
OQT 400 dengan kekerasan 578 HB

7. Bantalan
- Bearing C menggunakan bearing nomer 6307
- Bearing D menggunakan bearing nomer 6200
- Bearing G menggunakan bearing nomer 6301
- Bearing H menggunakan bearing nomer 6309

4.2 Saran
1. Sebaiknya asisten lebih meenerangkan tentang dasar-dasar perencanaan
Elemen Mesin
2. Sebaiknya para Asisten elemen mesin memiliki ruang sendiri sehingga
mudah dalam melakukan janjian ataupun konsultasi

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II


TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 59

Anda mungkin juga menyukai