PENDAHULUAN
Kami merencanakan sistem transmisi rantai, roda gigi, poros, pasak, dan
bantalan. Perencanaan tersebut antara lain :
B. Perencanaan rantai
C. Perencanaan poros
D. Perencanaan pasak
E. Perencanaan bantalan
2.1 Poros
2.1.1 Definisi Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya
berpenampang dimana terpasang elemen-elemen mesin seperti gear, pulley,
flywheel elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan,
beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri
atau gabungan satu sama lain. (Joseph Edward Sighley, 1983)
c. Poros Gandar
2. Berdasarkan Bentuk :
a. Poros Lurus
b. Poros Engkol
Sumber : http://subandriyoSB.blogspot.com201102komponen.mesin.mobil.html
1. Kekuatan Poros
2. Kekakuan Poros
3. Putaran Kritis
4. Korosi
5. Material
Poros yang digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang besar
biasanya dibuat dari baja paduan seperti baja krom nikel sehingga tahan
terhadap keausan. Sekalipun demikian perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis materialnya karena baja paduan tidak selalu dianjurkan
jika hanya untuk putaran tinggi dan beban yang berat saja.
START a
𝜏 𝑆𝑓2
< 12 : Cb Kt τ
𝛼 𝑡𝑎𝑛𝛽
b. Bantalan Gelinding
Pada Bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol,
dan rol bulat
1. Panjang Bantalan
𝑙 = 1,6 𝑥 𝑑
d = diameter dalam bantalan (m)
3. Koefisien Gesekan
33 𝑍𝑁 𝑑
𝜇= 10
𝑥 𝑥 + 𝑘
10 𝑃 𝑐
Z = viskositas absolute pelumas (Kg/m.s)
4. Umur Bantalan
𝐶 106
L10h = ( )6 𝑥
𝑃 60.𝑛
𝑍𝑁 𝑑 𝑙 𝑁
𝑃= ( ) ( ) [ ]
4,75 𝑥 106 𝑐 𝑑 + 𝑙 𝑚𝑚2
Hd = C. A (tb-ta) [kcal/min]
b. Kode kedua
Kode kedua bearing menyatakan seri bearing untuk menyatakan
ketahanan dari bearing tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari
ketahanan yang paling ringan sampai paling berat
8 = Extra thin section
9 = Very thin section
0 = Extra thin section
1 = Extra Light Thrust
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
c. Kode ketiga dan keempat
Kode ketiga dan keempat menyatakan diameter dalam bearing.
untuk kode 0 sampai 3, maka diameter bore bearing adalah sebagai
berikut,
START
1. Beban Bantalan W0
Putaran Poros N (rpm)
2. Faktor koreksi, fc
4. Bahan Bantalan
Tekanan permukaan yang diizinkan pa
(kg/mm2)
(pv)a (kgm/mm2s)
8. l/d
11 p : pa
< pv : (pv)a
STOP
END
Roda gigi adalah roda yang berguna untuk mentransmisikan daya yang
besar atau putaran yang cepat.Rodanya dibuat bergerigi dan berbentuk
silinder atau kerucut yang saling bersinggungan pada kelilingnya agar jika
salah satu berputar maka yang lain ikut berputar.
- Gaya radial
Fr = Ft tan 𝞪
Dm = d.b sin 𝛅
Dm = pusat diameter
- Gaya aksial
a.Worm (driver)
cos αn .cos γ−μ sinγ
Fx = Ft
cos αn .cos γ+μ sinγ
b. Permukaan concave
Ft
Fr = tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅
cos β
- Gaya tangensial
2000.T
Ft =
dm
- Gaya aksial
a. Permukaan convex
Ft
Fx = cos β tan 𝞪. Sin 𝛅- sin 𝞫 cos 𝛅
b. Permukaan concave
Ft
Fx = cos β tan 𝞪. Sin 𝛅 + sin 𝞫 cos 𝛅
1. Lebar gigi
2. Puncak kepala
Jarak antara lingkaran Pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam
arah radial.
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN II
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL 2012/2013 24
5. Lingkaran kepala
7. Tebal gigi
Sumber: Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213
START b a
5. modul pahat m
Sudut tekanan pahat α0 (o)
17. Bahan poros dan perlakuan
panasnya
Bahan pasak dan perlakuan panasnya
6. Jumlah gigi z1, z2
Perbandingan gigi i
18. Perhitungan diameter poros ds1, ds2 (mm)
Penentuan pasak dan alur pasak (mm)
7. Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) d01, Tebal antara dasar alur pasak dan dasar kaki
d02 (mm) gigi Sk1, Sk2
Jarak sumbu poros a0 (mm)
b/m : (6-10)
8. kelonggaran sisi C0 (mm) T d/b : 1.5
Kelonggaran puncak ck (mm) Sk1/m : 2.2
Y
9. Diameter kepala dk1, dk2 (mm)
Diameter kaki df1, df2 (mm)
Kedalaman pemotongan H (mm)
20. modul pahat m
Sudut tekanan pahat α0 (o)
Jumlah gigi z1, z2
10. Faktor bentuk gigi Y1, Y2
Jarak sumbu poros a (mm)
Diameter luar dk1, dk2 (mm)
Lebar gigi b (mm)
11. kecepatan keliling v (m/s) Bahan roda gigi, dan perlakuan panasnya
Gaya tangensial F1 (kg) Bahan poros dan perlakuan panasnnya
Diameter poros ds1, ds2
STOP
13. Bahan masing-masing gigi, perlakuan
panas
Kekuatan tarik σB1 σB2 (kg/mm2)
Kekerasan permukaan gigi HB1, HB2 END
b a
Di dalam bentuk sebuah transmisi dari jenis ini terdiri dari sebuah
sabuk yang tak memiliki ujung dipasang secara ketat/rapat pada 2 pulley
penggerak yang mentransmisikan/menyalurkan gerak dari pulley penggerak
menuju pulley penerima/pendorong dengan tahanan gesek antara sabuk dan
pulley.
Fleksibilitas dari sabuk memungkinkan untuk mengatur poros
penggerak dan poros penerima dengan cara apapun dan digunakan beberapa
pulley bila diperlukan.
2.5.2 Macam-Macam Sabuk
a. Open Belt Drive
Digunakan dengan susunan poros secara parallel dan berputar
dengan arah yang berlawanan.Biasanya komponen antar belt juga dapat
terjadi gesekan. Untuk menghindari keausan yang berlebihan, posisi
poros harus ditempatkan jarak maksimum satu sama lain.
b. Twist-belt Drive
2. Flat belts
Jenis transmisi dengan menggunakan flat belt telah ditemukan
aplikasinya dibeberapa meisn-mesin. Jenis transmisi ini dibedakan atas 3
jenis. Menurut USSR, jenis yang telah distandarisasi dan berdasarkan
sistem produksi suatu belt dibedakan menjadi 4 tipe. Berikut ini bahan-
bahan pembuatan belt :
a. Belt dengan bahan kulit (Leather belt)
Jenis belt dengan bahan dasar kulit memiliki kapasitas daya tarik
terbaik. Bagaimanapun pembuatan jenis belt ini memerlukan biaya
produksi yang tinggi. Penggunaan jenis belt ini jarang digunakan
dan hanya digunakan pada studi kasus tertentu saja.
b. Belt dengan bahan karet (Rubber Belt)
Jenis belt ini terdiri dari beberapa lapisan serat-serat yang kuat dan
disatukan dengan karet serta melalui tahap vulkanisasi. Untuk
mendapatkan fleksibiltas yang bagus, pelapis karet diletakkan
diatara lapisan serat. Belt berbahan material karet dapat dioperasikan
pada berbagai variasi macam pembebanan jika terdapat garpu sabuk
(belt fork).
c. Belt dengan bahan tenunan benang kapas (Wooven Cotton Belts)
Belt ini terbuat dari kain tenunan/rajutan yang dimana benang
yang akan ditenun berasal dari kapas. Biasanya didalamnya
ditambahkan senyawa Ozocerite dan bitumen yang dapat berfungsi
sebagai pelindung belt dari efek atmosfer, menigkatkan kekuatan
Material yang digunakan untuk belt dan puli harus kuat, fleksibel dan
tahan lama, harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Belt
menurut material yang digunakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan
yang terlihat pada tabel.
Sumber : www.scribd.com/doc/47730081/Elemen-mesin-rantai
START b a
<
3.Daya rencana, Pd (kW)
b a
3.2. Perhitungan
a. Transmisi rantai 2
1. Daya Rancangan
SF = 1,5 (transmisi beban berat, penggerak motor listrik)
Pdes = 1,5 (6,702) = 10,053 Hp
2. Rasio
Rasio = 1500 rpm / 1000 rpm = 1,5
3. Jarak Bagi Rantai
(Dari table 7-5. Buku Robert L Mott)
- Rantai rol baris tunggal no. 40 dengan jarak bagi 0, 5 in
- Np = 17 dengan kapasitas daya 10,365 Hp pada 1500 rpm
- Pelumasan tipe B (celup minyak)
9. Jumlah Utuh jarak bagi berdasarkan panjang utuh rantai dan jarak
sumbu poros rantai sebenarnya
1 𝑁2 + 𝑁1 𝑁2 + 𝑁1 2 (𝑁2 − 𝑁1 )2
𝐶= [𝐿 − + √(𝐿 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2
1 25 + 17 25 + 17 2 (25 − 17)2
𝐶 = [101 − √
+ (107 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2
= 19,99 𝑖𝑛
Np = 18
3. Velocity Ratio
np 1020
VR = = = 2,04
ng 500
Jp 0,33
𝑆tg = Stp ( ) = 29651 ( ) = 23297 Psi
Jg 0,42
20. Tegangan Lengkung
- Pinion
- Roda Gigi
KR .SF 1
Stg > 𝑆tg = 23297 . (0,92) = 25322 𝑃𝑠𝑖
YNG
Wt . Ko . Ks . Km . Kv
Sc = Cp√
F . Jp . Dp
= 173979 Psi
KR .SF 1 . 1,0
Sacp > 𝑆cp = 173979 . = 207118 𝑃𝑠𝑖
ZNP 0,84
- Roda Gigi
KR .SF 1 . 1,0
Sacg > 𝑆cg = 173979 . 0,84 . 1 = 202301 𝑃𝑠𝑖
ZNP.CH
23. Bahan untuk pinion dan roda gigi pasangannya yaitu baja karbon dan
paduan AISI 1340 OQT 400 dengan kekerasan 578 HB
c. Transmisi rantai 2
1. Daya Rancangan
SF = 1,3 (transmisi sedang, penggerak motor listrik)
Pdes = 1,3 (10,055) = 13,07 Hp
2. Rasio
Rasio = 496,216 rpm / 250 rpm = 1,98
𝑃 0,75
𝐷2 = = = 8,60 𝑖𝑛
180 180
sin( 𝑁 ) sin( 36 )
2
9. Jumlah Utuh jarak bagi berdasarkan panjang utuh rantai dan jarak
sumbu poros rantai sebenarnya
1 𝑁2 + 𝑁1 𝑁2 + 𝑁1 2 (𝑁2 − 𝑁1 )2
𝐶 = [𝐿 − √
+ (𝐿 − ) −8 ]
4 2 2 4𝜋 2
= 29,92 𝑖𝑛
10. Sudut Kontak rantai pada setiap sprocket
- Pada Sproket Kecil
𝜃1 = 180𝑜 − 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(𝐷2 − 𝐷1 )/2𝐶]
= 180𝑜 − 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(8,60 − 4,32)/2(29,92)]
= 172𝑜
- Pada Sproket besar
𝜃2 = 180𝑜 + 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(𝐷2 − 𝐷1 )/2𝐶]
= 180𝑜 + 2 𝑠𝑖𝑛−1 [(8,60 − 4,32)/2(29,92)]
= 188𝑜
d. Poros I
- Menghitung Torsi
𝑃 6,702
𝑇 = 63000 ( ) = 63000 ( ) = 422,226 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
𝑛 1000
ΣMCX = 0
0 = FAX . 5 - WrB . 5 + RCX . 10
0 = 211,6 . 5 - 170,75 . 5 + RDX . 10
𝑅𝐷𝑋 = −20,425 𝑙𝑏
ΣMCY = 0
0 = FAY . 5 – WtB . 5 + RDY . 10
0 = 0 . 5 – 469,14 . 5 + RDY . 10
𝑅𝐷𝑌 = 234,57 𝑙𝑏
- Bahan poros I adalah Baja AISI 8740 OQT 700 dengan Su = 228
ksi dan Sy = 212 ksi.
Sn = 65 ksi N=2
Cs = 0,85 (misal D = 1,2 )
Cr = 0,75
Sn’ = Sn . Cs . Cr = 65 . 0,85 . 0,75 = 41,437 ksi = 41437 Psi
1⁄
3
2
32(2) 3 422,226
=[ √ ( ) ]
𝜋 4 212000
= 0,327 𝑖𝑛
- Titik C
T = 422,226 lb in
2 2
𝑀𝑐 = √𝑀𝐶𝑋 + 𝑀𝐶𝑦 = √10582 + 0 = 1058 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
1⁄
3
2 2
32(2) 2,5.1058 3 422,226
=[ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000
= 1,09 𝑖𝑛
𝐷3 = 𝐷2
2 2
𝑀𝐵 = √𝑀𝐵𝑋 + 𝑀𝐵𝑦 = √204,252 + 1172,852 = 1190,5 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
Kt = 3,0
1⁄
3
2
32(2) 3,0 . 1190,5 3 422,226 2
𝐷4 = [ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000
Titik D
2 2
𝑀𝐵 = √𝑀𝐵𝑋 + 𝑀𝐵𝑦 = √0 + 0 = 0 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
1⁄
3
32𝑁 3 𝑇 2
𝐷1 = [ √ ( ⁄ ) ]
𝜋 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2
32(2) 3 422,226
=[ √ ( ) ]
𝜋 4 212000
= 0,327 𝑖𝑛
𝐷1 = 0,327 𝑖𝑛
𝐷2 = 1,09 𝑖𝑛
𝐷3 = 1,09 𝑖𝑛
𝐷4 = 1,054 𝑖𝑛
𝐷5 = 1,054 𝑖𝑛
𝐷6 = 0,327 𝑖𝑛
e. Perhitungan poros II
- Menghitung Torsi
𝑃 6,635
𝑇 = 63000 ( ) = 63000 ( ) = 836,01 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
𝑛 500
ΣMGX = 0
0 = -WrE . 5 – RHX . 10 - FFx . 15
0 = -822,37 – RHX . 10 + 5805,55
𝑅𝐶𝑋 = −662,79 𝑙𝑏
ΣMHX = 0
0 = RGX . 10 + WrE . 5 - FFX . 5
0 = 10 . RDX + 822,37 – 1935,185
𝑅𝐺𝑋 = 111,28 𝑙𝑏
ΣMHY = 0
0 = RGY . 10 + WtE . 5 - FFY . 5
0 = RGY . 10 + 2259,45 - 0
𝑅𝐺𝑌 = 234,57 𝑙𝑏
- Bahan poros II adalah Baja AISI 8740 OQT 700 dengan Su = 228 ksi
dan Sy = 212 ksi.
Sn = 65 ksi N=2
Cs = 0,85 (misal D = 3 )
1⁄
3
2
32(2) 3 836
=[ √ ( ) ]
𝜋 4 212000
= 0,411 𝑖𝑛
- Titik E dan sebelah kanannya
2 2
𝑀𝐸 = √𝑀𝐸𝑋 + 𝑀𝐸𝑦 = √556,42 + 2259,452 = 2327 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
1⁄
3
2 2
32(2) 2,5.2327 3 836
=[ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000
= 3,25 𝑖𝑛
𝐷9 = 𝐷8
- Titik H dan sebelah kanannya
2 2
𝑀𝐻 = √𝑀𝐻𝑋 + 𝑀𝐻𝑦 = √1935,1852 + 0 = 1935,185 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
Kt = 2,5
1⁄
3
2 2
32(2) 2,5 . 1935 3 836
𝐷10 = [ √( ) + ( ) ]
𝜋 41437 4 212000
1⁄
3
32𝑁 3 𝑇 2
𝐷1 = [ √ ( ⁄ ) ]
𝜋 4 𝑆𝑦
1⁄
3
2
32(2) 3 836
𝐷1 = [ √ ( ) ]
𝜋 4 212000
= 0,411 𝑖𝑛
Sehingga Diameter pada poros II yaitu
𝐷7 = 0,411 𝑖𝑛
𝐷8 = 3,25 𝑖𝑛
𝐷9 = 3,25 𝑖𝑛
𝐷10 = 1,335 𝑖𝑛
𝐷11 = 1,335 𝑖𝑛
𝐷12 = 0,411 𝑖𝑛
f. Pasak
- Poros I
Bahan Poros adalah AISI 8650 OQT 700 ; Sy = 222 ksi
pasak yang digunakan pasak bujur sangkar
DI = 1,2 in
W = ¼ in
H = ¼ in
N =3
4𝑇𝑁
𝐿1 =
𝐷. 𝑊. 𝑆𝑦
4 . 422,226 . 3
=
1
1,2 . 4 . 222000
= 0,076 𝑖𝑛
- Poros II
Bahan Poros adalah AISI 8650 OQT 700 ; Sy = 222 ksi
pasak yang digunakan pasak bujur sangkar
4𝑇𝑁
𝐿1 =
𝐷. 𝑊. 𝑆𝑦
4 . 836 . 3
=
3
3 . . 222000
4
= 0,02 𝑖𝑛
g. Bantalan (Bearing)
- Bearing C
Beban radial = 403 lb
factor putaran, V = 1 (cincin dalam yang berputar)
n Poros = 1000 rpm ; k=3 (bantalan bola)
dc = 1,09 in
Umur rancangan bearing 30000 jam
Perhitungan
Pd = V.R = 1 .450= 450 lb
Ld = 30000 Jam. 1000 rpm/menit . 60 menit/jam = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3
= 4902 lb
- Bearing D
Beban radial = 22 lb
n Poros = 1000 rpm
= 22 (1,8 x 109/106)1/3
= 267 lb
- Bearing G
Beban radial = 120 lb
n Poros = 500 rpm
dG = 0,411 in
Pd = V.R = 1 .120 = 120 lb
Ld = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3
= 1459 lb
- Bearing H
Beban radial = 665 lb
n Poros = 250 rpm
dH = 1,335 in
Pd = V.R = 1 .665 = 665 lb
Ld = 1,8 x 109 Putaran
c = Pd (Ld/106)1/3
= 8089 lb
2. Poros
- Bahan poros I : Baja AISI 8740 OQT 700
- Bahan poros II : Baja AISI 8740 OQT 700
3. Pasak
4. Rantai I
- Diameter sprocket kecil =2,72 in
- Diameter sprocket besar = 3,99 in
- Panjang rantai : 101,04 x 0,5 = 50,52 in
5. Rantai II
- Diameter sprocket kecil : 4, 32 in
- Diameter sprocket besar : 8,60 in
- Panajng rantai = 107,2 x 0,75 in = 80,4 in
7. Bantalan
- Bearing C menggunakan bearing nomer 6307
- Bearing D menggunakan bearing nomer 6200
- Bearing G menggunakan bearing nomer 6301
- Bearing H menggunakan bearing nomer 6309
4.2 Saran
1. Sebaiknya asisten lebih meenerangkan tentang dasar-dasar perencanaan
Elemen Mesin
2. Sebaiknya para Asisten elemen mesin memiliki ruang sendiri sehingga
mudah dalam melakukan janjian ataupun konsultasi