Anda di halaman 1dari 15

SISTEM KONTROL

MEKANIK
Eko Saryono
1
Sistem Kontrol Mekanik

A. KOMPONEN SISTEM KONTROL MEKANIK/MESIN


1. Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat
dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,
sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban
tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa
gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983).

Pembagian poros

Berdasarkan pembebanannya
a. Poros transmisi (transmission shafts)
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami
beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft,
daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll.

b. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban
lentur.

c. Poros spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, misalnya
pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.
Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load). Poros
spindle dapat digunakan secara efektip apabila deformasi yang terjadi pada poros
tersebut kecil.

Gambar 1. Poros
2
Sistem Kontrol Mekanik

Berdasar bentuknya

a. Poros lurus
b. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin

Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros
merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini
dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan poros.

a. Kekuatan poros

Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban


lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam
perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya : kelelahan,
tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga
ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut
harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.

b. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam


menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration)
dan suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang
akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.

c. Putaran kritis

Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration)


pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran
normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll.
Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada
poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu
mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran
kritisnya.

d. Korosi

Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka
dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada
pompa air. Oleh karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang
tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.
3
Sistem Kontrol Mekanik

e. Material poros

Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case
hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja
khrom nikel, baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll.
Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya
hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat
sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai.

2. Bantalan (Bearings)

Bantalan merupakan elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga


putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang
umur. Bantalan harus cukup kokoh agar poros serta elemen-elemen mesin dapat bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem
akan menurun atau tidak bekerja dengan semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan
dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung.

Gambar 2. Macam-macam bantalan

Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
1) Bantalan luncur. terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas.
4
Sistem Kontrol Mekanik

2) Bantalan gelinding. terjadi gesekan gelinding antara bagian-bagian yang


berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol
atau rol jarum, dan rol bulat.
b. Atas dasar arah beban terhadap poros
1) Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus dengan
sumbu poros.
2) Bantalan axial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
3) Bantalan radial-axial. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan
tegak lurus sumbu poros.
Oleh karena pembebanan bantalan yang tidak ringan maka bahan bantalan
harus tahan karat, kuat, mempunyai koefisien gesek rendah dan mampu bekerja pada
temperatur tinggi. Proses pemilihan bantalan dipengaruhi oleh pemakaian, lokasi dan
macam.
Dalam pemilihan bantalan perlu mempertimbangkan gaya atau beban yang
bekerja pada bantalan dimana kekuatan bahan bantalan harus lebih besar dari pada beban
yang mengenai bantalan tersebut. Beban yang diterima oleh bantalan biasanya adalah
beban aksial dan radial yang konstan yang bekerja pada bantalan dengan ring dalam
yang berputar dan ring luar tetap (diam).
Dalam perencanaan ini akan digunakan jenis bantalan gelinding (rolling
bearing) karena bantalan ini mampu menerima beban aksial maupun radial relatif besar.
Bantalan gelinding umumnya lebih cocok untuk beban kecil daripada bantalan luncur.
Tergantung dari pada bentuk elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan ini dibatasi
oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Kerena
kontruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi, maka bantalan gelinding hanya
dibuat di pabrik-pabrik tertentu. Keunggulan bantalan ini adalah gaya geseknya yang
sangat rendah, pelumasannya sangat sederhana, cukup dengan gemuk (steand pead),
bahkan pada jenis yang memakai sil sendiri tidak perlu memakai pelumas lagi. Pada
waktu memilih bantalan ciri masing-masing harus dipertimbangkan..sesuai dengan
pemakaiannya, lokasi dan macam beban yang dialami. Dalam memilih bantalan
gelinding umur bantalan sangat perlu diperhatikan.

3. Pasak

Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai


pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda
gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen
putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan
membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat
5
Sistem Kontrol Mekanik

dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.

Pengunci yang disisipkan di antara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau
roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan
momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan
membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat
dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.

Penggunaan Pasak yaitu sebagai pengaman posisi, pengaturan kekuatan putar


atau kekuatan luncur dari naf terhadap poros, perletakan kuat dari gandar, untuk
sambungan flexible atau bantalan, penghenti pegas, pembatas gaya, pengaman sekrup
dan lain-lain.

Fungsi yg serupa dg pasak adalah dilakukan oleh :

a. Seplain : dimana gigi pada seplain biasanya besar atau sedang .


b. Gerigi (serration) : gigi kecil2 dengan jarak bagi yg kecil juga .
Keduanya dapat digeser secara aksial saat meneruskan daya
Jenis-jenis pasak yang biasa digunakan dalam suatu mesin :
• Pasak pelana
• Pasak rata
• Pasak benam
• Pasak singgung

Gambar 3. Jenis-jenis Pasak


6
Sistem Kontrol Mekanik
4. Pegas.

Pegas adalah elemen mesin yg berfungsi untuk mengontrol gerakan dengen


cara menahan, meredam getaran ,menghaluskan tumbukan dan model pengontrolan
gerakan lain. Tenaga kinetik benda telah diartikan sebagai kemampuan untuk
melakukan usaha karena adanya gerak. gaya elastis yang dilakukan oleh pegas ideal
dan gaya lain yang berlaku serupa disebut bersifat konservatif. Gaya grafitasi juga
konservatif jika sebuah bola dilemparkan vertikal keatas, ia akan kembali ke tangan
kita dengan tenaga kinetik yang smaa seperti ketika ia lepas dari tangan kita.
Jika pada suatu partikel bekerja satu atau lebih gaya dan ketika ia kembali
keposisi semula tanaga kinetiknya berubah, bertambahatau berkurang. maka dalam
perjalanan pulang pergi itu kemampuan melakukan usahanya telah berubah.

Gambar 4 Macam-macam Pegas


Pegas spiral dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Pegas spiral yang dapat meregang memanjang karena gaya tarik, misalnya pegas
spiral pada neraca pegas.
b. Pegas spiral yang dapat meregang memendek karena gaya dorong, misalnya pada
jok tempat duduk dalam mobil.
Timbulnya gaya regang pada pegas spiral sebagai reaksi adanya pengaruh gaya
tarik atau gaya dorong sebagai aksi suatu gaya diletakkan bekerja jika gaya itu dapat
menyebabkan perubahan pada benda. Misalnya gaya berat dari suatu benda yang
digantungkan pada ujung bawah pegas spiral, menyebabkan pegas spiral berubah
meregang memanjang dan sekaligus timbul gaya regang yang besarnya sama dengan
berat benda yang digantung.
Penggunaan pegas dalam dunia keteknikan sangat luas,misalkan pada teknik
mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain. Dalam banyak hal, tidak
terdapat alternative lain yang dapat digunakan, Kecuali menggunakan pegas dalam
kontruksi dunia keteknikan. harus dapat berfungsi dengan baik, terutama dari segi
persyaratan,keamanan dan kenyamanan. Adapun fungsi pegas adalah memberikan
gaya,melunakan tumbukan dengan memanfaatkan sifat elastisitas bahannya, menyerap
dan menyimpan energi dalam waktu yang singkat dan mengeluarkanya kembali dalam
jangka waktu yang lebih panjang, serta mengurangi getaran.
Pada umumnya pegas dapat digolongkan atas pegas dawai, pegas daun, atau
pegas yang berbentuk khusus, dan setiap golongan ini masih dapat terdapat berbagai
jenis lagi. Pegas dawai mencakup pegas ulir dari kawat bulat atau persegi dan dibuat
untuk menahan beban tarik, tekan, atau puntir. Dalam pegas daun termasuk jenis yang
7
Sistem Kontrol Mekanik

menganjur (cantilever) dan yang berbentuk elips, pegas daya pemutar motor atau
pemutar jam, dan pegas daun penahan baut, yang biasanya disebut pegas Belleville.

5. Roda Gigi dan Jenis-Jenis Roda Gigi


Roda gigi adalah suatu elemen mesin yang terdiri dari dua buah roda bergigi
dengan bentuk silinder atau kerucut yang berfungsi untuk mentrasmisikan daya yang
besar dan putaran yang tepat. Fungsi Roda Gigi adalah untuk mentransmisikan daya
besar dan putaran yang tepat.

Roda Gigi digunakan hampir pada semua mesin dalam dunia industri, seperti
mesin pemindah bahan, mesin kendaraan bermotor, dan lain - lain.

Gambar 5. Nama-nama Bagian Roda Gigi

Ukuran-ukuran pada roda gigi


Ukuran pada roda gigi dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi,
yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran gigi dinyatakan
dengan "jarak bagi lingkar," yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi antara
profil dua gigi yang berdekatan.
Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah
gigi dengan z, maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai :
d
t
z
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan
jumlah gigi. Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak
bagi lingkar tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung
faktor π, pemakaiannya sebagai ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Untuk
mengatasi hal ini, diambil suatu ukuran yang disebut "modul" dengan lambang
m, di mana :
8
Sistem Kontrol Mekanik

d
t    mt
z
Roda gigi diklasfikasikan menurut letak poros, arah putaran, dan bentuk jalur
gigi seperti table dibawah ini :

LETAK POROS RODA GIGI KETERANGAN

Roda gigi dengan Roda gigi lurus, ( a )


Klasifikasi atas dasar bentuk
poros sejajar Roda gigi miring, ( b )
alur gigi
Roda gigi miring ganda, ( C )
Roda gigi luar Arah putaran berlawanan
Roda gigi dalam dan pinyon, ( d ) Arah putaran sama
Batang gigi dan pinyon, ( e ) Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi kerucut lurus, ( f )
Roda gigi dengan Roda gigi kerucut spiral, ( g )
Klasifikasi atas dasar bentuk
poros berpotongan Roda gigi kerucut ZEROL
jalur gigi
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
Roda gigi permukaan dengan poros Roda gigi dengan poros
berpotongan, ( h ) berpotongan berbentuk
istimewa
Roda gigi dengan
Roda gigi miring silang, ( i ) Kontak titik
poros silang
Batang gigi miring silang Gerakan lurus dan berputar

Roda gigi cacing silindris, ( j )


Roda gigi cacing selubung ganda, (
globoid ), ( k )
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid, ( l )
Roda permukaan silang
9
Sistem Kontrol Mekanik

Gambar 6. Macam-macam roda Gigi

B. SISTEM PENGGERAK DAN TRANSMISSI


1. Kopling dan jenis-jenis kopling
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan
daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan tanpa terjadi slip.
Jenis kopling ada dua yaitu :
a. Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan
daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan tanpa terjadi slip, dimana sumbu
kedua poros terletak pada satu garis. Berbeda dengan kopling tak tetap yang dapat
dihubungkan dan dilepaskan bila diperlukan, maka kopling tetap selalu dalam keadaan
terhubung.
b. Kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan tanpa terjadi slip,
dimana kopling dapat melepaskan hubungan dengan ke dua poros, maksudnya
kopling dapat dihubungkan dan dilepaskan bila diperlukan.
Kopling tetap :
Kopling tetap mencakup kopling kaku, kopling ini tidak mengizinkan
ketidaklurusan kedua sumbu poros, kopling fleksibel yang mengizinkan sedikit
ketidaklurusan sumbu poros, dan kopling universal yang dipergunakan bila kedua poros
membentuk sudut yang cukup besar.
10
Sistem Kontrol Mekanik

Kopling Tidak Tetap


Ada beberapa jenis kopling tidak tetap yaitu :
a. Kopling Positif
Kopling positif meneruskan gaya dan putaran dengan prinsip seperti roda gigi,
dimana kedua poros dihubungkan agar saling berkaitan jadi tidak dengan perantara
gesekkan. Jenis yang paling sederhana dari kopling ini adalah kopling cakar. Kopling
ini dapat berbentuk persegi atau spiral.
Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dua arah putaran, tetapi tidak
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tapi hanya baik untuk satu putaran saja.
Kopling ini cocok digunakan untuk frekuensi pelepasan dan penyambungan poros yang
relative rendah dan beban jenis kopling positif terlihat pada gambar.
b. Kopling gesek
Kopling gesek meneruskan daya dan putaran dengan perantara bahan gesek,
sehingga pada saat terjadi proses penyambungan dapat terjadi slip. Ada beberapa
macam jenis kopling gesek yaitu Kopling plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang antara kedua poros, serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusandaya dan putaran melalui gesekan permukaannya. Kopling ini sangat
banyak dipakai karena cukup sederhana penyambungan dan pelepasannya dapat
dilakukan dalam keadaan berputar.
Berdasarkan jumlah plat gesek yang dipakai, dapat dibagi menjadi:
1) Kopling Plat Tunggal (Single Plate)
2) Kopling Plat Banyak (Multi Plate)

Berdasarkan medium pendinginannya kopling ini dibagi menjadi :


1) Kopling plat kering dengan medium pendinginan udara
2) Kopling plat basah dengan medium pendinginan minyak

Berdasarkan cara pelayanannya, kopling ini dibagi menjadi : 1) Kopling Plat


Manual, 2). Kopling Plat Hidrolik , 3). Kopling Plat Pneumatic , 4). Kopling Plat
Elektromagnetik, dan 5). Kopling Kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling plat yang mempunyai bidang gesek
berbentuk kerucut. Tors dipindahkan oleh gaya aksial yang dihasilkan dari gaya tekan
pegas.
11
Sistem Kontrol Mekanik

Gambar 7. Cara Kerja Kopling


c. Kopling Sentrifugal
Kopling sentrifugal adalah kopling yang gaya penyambungannya
disebabkan oleh gaya sentrifugal yang besarnya dipengaruhi oleh kecepatan
putarnya.

C. PENERAPAN SISTEM KONTROL MEKANIS PADA KOPLING MEKANIS


(MANUAL CLUTCH) SEPEDA MOTOR

Kopling mekanis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh handel kopling,
dimana pembebasan dilakukan dengan cara menarik handel kopling pada batang kemudi.
Kedudukan kopling ada yang terdapat pada crankshaft (poros engkol/kruk as) (misalnya:
Honda S90Z, Vespa, Bajaj dan lain-lain) dan ada yang berkedudukan pada as primer
(input/main shaft) (misalnya: Honda CB 100 dan CB 125, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki).
Sistem kopling mekanis terdiri atas bagian-bagian berikut yaitu
a. Mekanisme handel terdiri atas: handel, tali kopling (kabel kopling), tuas (batang) dan
pen pendorong.
b. Mekanisme kopling terdiri atas (gambar 1): gigi primer kopling (driven gear), rumah
(clutch housing), plat gesek (friction plate) plat kopling (plain plate), per (coil spring),
pengikat (baut), kopling tengah (centre clutch), plat tutup atau plat penekan (pressure
plate), klep penjamin dan batang penekan/pembebas (release rod).
Rumah kopling (clutch housing) ditempatkan pada poros utama (main shaft) yaitu
poros yang menggerakkan semua roda gigi transmisi. Tetapi rumah kopling ini bebas
terhadap poros utama, artinya bila rumah kopling berputar poros utama tidak ikut berputar.
Pada bagian luar rumah kopling terdapat roda gigi (diven gear) yang berhubungan dengan
roda gigi pada poros engkol sehingga bila poros engkol berputar maka rumah kopling juga
ikut berputar.
12
Sistem Kontrol Mekanik

Gambar 8. Konstruksi kopling plat banyak dengan penggerak tipe coil spring (pegas keong)
Agar putaran rumah kopling dapat sampai pada poros utama maka pada poros utama
dipasang hub kopling (clutch sleeve hub). Untuk menyatukan rumah kopling deng hub
kopling digunakan dua tipe pelat, yaitu pelat tekan (clutch driven plate/plain plate) dan pelat
gesek (clutch drive plate/friction plate). Pelat gesek dapat bebas bergerak terhadap hub
kopling, tetapi tidak bebas terhadap rumah kopling. Sedangkan pelat tekan dapat bebas
bergerak terhadap rumah kopling, tetapi tidak bebas pada hub kopling.
Prinsip Kerja Kopling Mekanis (Manual Clutch)

Cara kerja kopling mekanis adalah sebagai berikut:


Bila handel kopling pada batang kemudi bebas (tidak ditarik) maka pelat tekan dan
pelat gesek dijepit oleh piring penekan (clutch pressure plate) dengan bantuan pegas kopling
sehingga tenaga putar dari poros engkol sampai pada roda belakang.

Gambar 9. Putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi saat handel kopling ditekan
Sedangkan bila handel kopling pada batang kemudi ditarik maka kawat kopling akan
menarik alat pembebas kopling. Alat pembebas kopling ini akan menekan batang tekan
(pushrod) atau release rod yang ditempatkan di dalam poros utama. Pushrod akan mendorong
piring penekan ke arah berlawanan dengan arah gaya pegas kopling. Akibatnya pelat gesek
13
Sistem Kontrol Mekanik

dan pelat tekan akan saling merenggang dan putaran rumah kopling tidak diteruskan pada
poros utama, atau hanya memutarkan rumah kopling dan pelat geseknya saja.

Gambar 10. Putaran mesin mulai diteruskan ke Transmisi saat handel kopling mulai dilepas
Ilustrasi aliran tenaga (putaran) dari mesin ke transmisi adalah seperti terlihat pada
gambar 2, 3 dan 4 berikut ini. Gambar 2 mengilustrasikan saat handel kopling ditekan
sehingga kopling saat ini tidak meneruskan putaran dari mesin ke transmisi. Pada gambar 3
mengilustrasikan saat handel kopling mulai dilepas sehingga saat ini plat–plat pada kopling
mulai berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga putaran dari mesin (chranshaft)
mulai diteruskan ke transmisi.

Gambar 11. Putaran mesin diteruskan dengan sempurna ke transmisi saat handel kopling
dilepas
Sedangkan pada gambar 4 mengilustrasikan saat handel kopling dilepas penuh
sehingga putaran dari mesin diteruskan dengan sempurna ke transmisi karena antara plat
kopling dan plat gesek pada kopling sudah saling berhubungan.
14
Sistem Kontrol Mekanik

DAFTAR PUSTAKA

1. Michels Wilson, 1975. Machine Design”,Macmillan Publishing Co., Inc, New York

2. Sularso,, Kiyokatsu Suga, 2004, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, PT
Pradnya Paramita, Jakarta

3. Khurmi, 1985, Mechine Design, Macmillan Publishing Co., Inc, New York

4. Kusasi, Sarwono. 2003. Transportasi Vertikal, Tata Letak dan Pemilihan Sistem Lift, PT.
Mediatama Sapta Karya (PT. Medisa); Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

5. Martin, Mike W., Schinzinger, Roland. 2005. Ethics in Engineering. 4th ed., Singapore,
McGraw-Hill

6. Rudenko. 1996. Mesin Pengangkat. Terjemahan. Foead Nazar, Erlangga, Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai