Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN

TUGAS PERENCANAAN I
( PERENCANAAN KOPLING PADA SEPEDA MOTOR
MEGAPRO 160)

Disusun Oleh :
Azis Tri Sulistiyo 1421404576

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS PERENCANAAN I
( PERENCANAAN KOPLING MEGAPRO 160)

Disusun oleh :
Azis Tri Sulistiyo 1421404576

Telah Disetujui
Surabaya,.............................

Dosen Pembimbing;

( Harjo Saputero, ST., MT )

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Perencanaan I tentang kopling gesek. Laporan Tugas Perencanaan I
ini disusun sebagai salah satu syarat dalam kelulusan Program Strata I di Fakultas
Teknik Jurusan Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Pada perencanaan ini, penulis mencoba untuk merencanakan sebuah
kopling gesek pada sepeda motor MEGAPRO 160. Perencanaan ini mengambil
dasar-dasar mata kuliah elemen mesin 1-2 dan dari buku buku yang membahas
masalah elemen kopling gesek.
Bersama dengan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Laporan Tugas
Perencanaan I ini yaitu kepada :
1. Bapak Ir. Ichlas Wahid, MT selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan serta dukungan moriel
maupun materiel.
3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya teknik mesin yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Perencanaan I ini.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan tugas perencanaan
ini, baik penerapan rumus maupun langkah perencanaan yang tidak sengaja,
sehingga penulis mengharapakan kritik serta saran.

Surabaya, 03 November 2016

Penulis
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kendaraan bermotor dapat berjalan, apabila daya dan putaran yang
dihasilkan oleh mesin sebagai sumber penggerak dapat diteruskan keroda
rodanya. Mesin dan roda tersebut memiliki jarak tertentu maka dibuatlah suatu
sistem transmisi yang dapat meneruskan putaran dan daya dari mesin terhadap roda
roda sehingga dapat bergerak.
Seiring dengan perkembangan teknologi, seorang insinyur mesin dituntut
untuk dapat merancang sistem pemutusan dan pemindahan daya serta putaran yang
meliputi kopling, roda gigi, dan rantai. Pada sebuah kendaraan atau mesin, kopling
memiliki peranan yang penting untuk mentransmisikan daya serta putaran dari
mesin ke poros roda, serta memiliki safety factor yang aman dan mudah tanpa harus
mematikan mesin pada motor.
Pada tugas perencanaan 1 akan dihitung suatu alat yang berfungsi untuk
memutus hubungan gerak putar antara poros engkol dengan poros sistem roda gigi
baik yang sedang diam atau berputar lambat dengan halus tanpa adanya
kejutan/sentakan, pemindahan torsi ke maksimum tanpa adanya kehilangan
kecepatannya, serta memisahkan hubungan mesin dan transmisi dengan cepat, atau
sering juga disebut dengan kopling. Kopling merupakan suatu komponen mesin
yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada kedua ujungnya dengan
tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis. Oleh karena itu, maka diperlukanlah
analisis yang lebih mendalam tentang kopling atau komponen lainnya, seperti
dalam perancangan suatu komponen agar diketahui bagaimana efisiensinya, bahan
apa yang terbaik digunakan untuk komponen tersebut. Selain itu, bertujuan sebagai
pembanding hasil teoritis dengan yang terjadi dilapangan. Dan hasil akhirnya dapat
rancanglah komponen kopling yang lebih baik lagi. Pada laporan tugas
perencanaan berjudul Perencanaan Kopling Pada Sepeda Motor MEGAPRO
160.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam perancangan ulang kopling ini meliputi :
- Bagaimanakah gaya gaya yang terjadi pada kopling tersebut ?
- Bagaimanakah bahan yang baik untuk perancangan ulang kopling tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari perancangan ulang kopling ini, adalah sebagai berikut :
a. Memahami sistem transmisi daya pada kendaraan roda dua.
b. Mengetahui gaya gaya dan tegangan yang terjadi pada komponen
komponen kopling.
c. Mengetahui bahan untuk komponen komponen kopling.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin didapatkan pada Perencanaan ulang kopling,
adalah sebagai berikut :
a. Dapat merancang komponen komponen kopling.
b. Dapat memahami proses transmisi daya pada kopling.
1.5. Batasan Masalah
Batasan dalam perancangan ulang kopling ini, meliputi :
- Perhitungan pada paku keling;
- Perhitungan pada poros;
- Perhitungan pada bantalan poros kopling
- Perhitungan pada pelat gesek;
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan ini, adalah sebagai
berikut :
1. Pendahuluan,
1.1. Latar Belakang
Berisikan tentang alasan dan latar belakang mengapa diambilnya
judul perencanaan kopling MEGAPRO 160.
1.2. Rumusan masalah
Menentukan apa saja yang akan di hitung atau dicari tahu pada
perencanaan kopling sepeda motor MEGAPRO 160.
1.3. Tujuan
Merupakan apa yang akan didapat dari proses perencanaan kopling
pada sepeda motor MEGAPRO 160.
1.4. Manfaat
Hal yang apa saja yang ingin didapatkan dari proses perencanaan
kopling sepeda motor MEGAPRO 160.
1.5. Batasan masalah
1.6. Sistematika penulisan.
2. Dasar Teori
2.1 Teori teori
2.2 Rumus rumus.
3. Metodologi
3.1. Flowchart,
3.2. Penjelasan dari flowchart.
4. Hasil dan Pembahasan
berisikan hasil dari penelitian pada saat perencanaan kopling untuk
sepeda motor Honda MEGAPRO 160.
5. Penutup
berisikan kesimpulan dan saran dari perencanaan kopling sepeda motor
Honda MEGAPRO 160.
2. TEORI DASAR

2.1. Teori teori


2.1.1. Teori Perancangan
Perancangan merupakan rangkaian kegiatan interaktif yang
mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsip prinsip scientifik yang bertujuan
untuk mendfinisikan peralatan, proses, atau sistem secara detail sehingga dapat
direalisakan.
Syarat syarat dalam perancangan elemen mesin, tertuju pada prasyarat
berikut ini :
a. Function (fungsi/pemakaian)
b. Safety (keamanan)
c. Reliability (dapat dihandalkan)
d. Cost (biaya)
e. Manufacturability (dapat diproduksi)
f. Marketability (dapat dipasarkan)
Pertimbangan dan prosedur tambahan yang dimasukkan dalam program
secara khusus masalah keamanan produk, kegagalan pemakaian (malfunction)
suatu produk. Pertimbangan dan prosedur tersebut, ialah sebagai berikut:
a. Pengembangan dan penggunaan suatu system rancang ulang secara
khusus menegaskan analisa kegagalan, mempertimbangkan keamanan,
dan memenuhi standar dan pemerintahan.
b. Pengembangan daftar ragam operasi dan pemeriksaan penggunaan
produk dalam setiap mode/ragam.
c. Identifikasi lingkungan pemakaian produk, seperti memperkirakan
pemakaian, menduga penyalahgunaan, dan fungsi yang diharapkan.
d. Penggunaan teori desain spesifik yang menegaskan kegagalan atau
analisa kegagalan pemakaian dan mempertimbangkan keamana dalam
setiap ragam operasi.
2.1.1.1. Prosedur umum dalam perancangan mesin
Prosedur umum untuk menyelesaikan masalah perancan adalah sebagai
berikut:
a. Mengenali kebutuhan/tujuan, merupakan sesuatu hal yang melatar
belakangi elemen mesin dibuat, maksud dan tujuan dari perancangan
elemen mesin terebut bagaimana.
b. Mekanisme.
c. Analisa gaya. Berfungsi untuk menentukan gaya apa saja yang terjadi
pada setiap bagian mesin dan energi yang ditransmisikan pada setiap
bagian mesin.
d. Pemilihan material.
e. Rancang elemen elemen (ukuran dan tegangan).
f. Modifikasi.
g. Gambar detail.
h. Produksi.
2.1.1.2. Pertimbangan umum dalam perancangan mesin
Berikut merupakan pertimbangan umum dalam perancangan sebuah
komponen mesin, antara lain :
a. Jenis beban dan tegangan tegangan yang bekerja pada komponen
mesin.
b. Gerak dari bagian bagian atau kinematika dari mesin.
c. Pemilihan bahan/material.
d. Bentuk dan ukuran part.
e. Tahan gesekan dan pelumasan.
f. Segi ketepatan dan ekonomi.
g. Penggunaan standart part.
h. Kemanan operasi.
i. Fasilitas workshop (bengkel).
j. Jumlah mesin untuk diproduksi.
k. Biaya konstruksi.
l. Perakitan (assembly)
2.1.1.3. Standar, dan kode
Pembatas desain telah disediakan oleh organisai pemasaran dan manajemen
insinyur insinyur termasuk standart, kode, dan peraturan peraturan pemerintah,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
Standar, merupakan sekumpulan spesifikasi untuk bagian bagian mesin,
bahan, atau proses; yang dimaksudkan untuk mendapatkan keseragaman, efisiensi,
dan mutu tertentu. Tujuannya, adalah untuk memberi suatu batasan akan jumlah
jenis dalam spesifikasi, sedemikian bisa membatasi jumlah persediaan secara
wajar; seperti kunci kunci, ukuran, bentuk, dan variasinya.
Kode, adalah sekumpulan spesifikasi untuk keperluan analisa, perencanaan,
cara pembuatan, dan kadang kadang jenis konsturksi. Tujuan pengodean, adalah
untuk mendapatkan suatu tingkat tertent dari kemanan,
efisiensi, dan performans atau mutu.
Semua organisasi dan himpunan yang terdaftar dibawah ini, merupakan
organisasi yang telah mengembangkan spesifikasi untuk standar dan kode
perencanaan dan kode perencanaan. Nama nama organisasi tersebut berhungan
juga dengan spesifikasinya. Organisasi yang berkaitan dengan teknik mesin,
adalah sebagai berikut:
- ANSI : American National Standards Institute
- SAE : Society of Automative Engineers
- ASTM : American Society for Testing and Materials
- AISI : American Iron and Steel Institute
- IFI : Industrial Fasteners Institue
- AFBMA : Anti-Friction Bearing Manufacturers Association

2.1.2. Teori Kopling


2.1.2.1. Definisi kopling
Kopling merupakan peralatan yang digunakan untuk membuat sambungan
permanen atau semi permanen seperti sebuah cluth yang bisa dipasang dan
dibongkar dengan cepat pada saat akan dioperasikan. Atau dalam kata lain, kopling
merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari
poros penggerak (driving shaf) ke poros yang digerakkan (driven shaf), dimana
putaran inputnya akan sama dengan putaran output-nya. Dengan adanya kopling
pemindahan daya dapat dilakukan dengan teratur dan seefisiensi mungkin.
Poros kopling digunakan dalam pemesinan untuk bebapa tujuan, sebagian
besar adalah sebagai berikut :
a. Untuk menyambung poros yang diproduksi secara terpisah seperti
motor, generator dan untuk memisahkan poros ketika perbaikan.
b. Untuk memperkenalkan fleksibilitas mekanika.
c. Untuk mengurangi transmisi beban kejut dari poros yang satu ke poros
yang lain.
d. Untuk melindungi beban lebih berlawan.

Berikut kriteria yang harus dipenuh oleh sebuah kopling, antara lain :
a. Mampu menahan adanya kelebihan beban.
b. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh
gerakan dari elemen lain.
c. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
d. Mampu mencegah terjadinya beban kejut dan getaran.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan mendesain


sebuah kopling, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Mudah dipasang dan dilepas.
b. Dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros.
c. Sederhana dan ringan.
d. Dapat mengurangi kesalahan hubungan pada poros.
2.1.2.2. Tipe kopling
Jenis kopling ditinjau dari cara kerjanya, dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a. Coupling (kopling tetap), merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi
sebagai penerus putaran dan

daya dari poros penggerak ke


poros yang digerakkan secara
pasti (tanpa terjadi slip),
Gambar kopling tetap
dimana sumbu kedua poros terletak pada
satu garis lurus. Jenis kopling tetap dibedakan menjadi beberapa jenis
kopling, yaitu:
Kopling Kaku
Kopling Luwes
Kopling universal
b. Clutch (kopling tak tetap), merupakan suatu
elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dan poros penggerak,
dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya, serta dapat melepaskan
hubungan kedua poros tersebut baik dalam
keadaan diam maupun berputar. Jenis dari
kopling tak tetap, antara lain.
Gambar Kopling Tak Tetap
Kopling Cakar
Kopling Plat
Kopling Kerucut
Kopling Friwil
2.1.2.3. Kopling Tetap (Coupling)
A. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan sumbu segaris.
Dengan kata lain, jenis kopling ini tidak mengijinkan sedikitpun ketidaklurusan
sumbu kedua poros serta tidak dapat mengurangi tumbukan dan getaran
transmisi. Kopling jenis ini terdiri atas naf dengan flens yang terbuat dari bahan
besi cor atau baja cor, poros yang dipasangkan dengan pasak serta diikat dengan
baut pada flensnya. Kopling kaku, terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
a. Kopling bus

Gambar Kopling Bus

Terdiri dari pasak dan bus/muff yang berfungsi sebagai rumah atau
pelindung yang menghubungkan kedua poros. Pada kopling bus pasak perlu
diperiksa untuk kesimetrisanya.
b. Kopling flens kaku
Gambar Kopling Bus Flens Kaku
Terdiri dari baut dan flens. Pada kopling jenis ini, baut perlu untuk diperiksa.
Dimana jika iktan kedua flesn dilakukan dengan baut pas, karena distribusi
tegangan pada semua baut tidak dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut
maka akan semakin sulit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sedangkan
pada flens, biasanya digunakan bahan baja tempa, atau baja cor yang
berfungsi untuk menghindari keropos.
c. Kopling flens tempa
B. Kopling Luwes
Kopling luwes memiliki berapa keunggulan daripaada kopling kaku, seperti
dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi. Selain itu,
meskipun terjadi kesalahan dalam pemasangan poros, dalam batas batas tertentu
kopling jenis masih bisa untuk meneruskan daya dengan halus. Jenis dari
kopling luwes, adalah sebagai berikut:
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai
C. Kopling Universal
Kopling ini digunakan bilsa kedua poros membentuk sudut yang cukup besar.
a. Kopling universal Hook
b. Kopling Universal kecepatan Tetap
D. Kopling Fluida

Pada tahun 1905 oleh Fettinger di


Jerman dibuat untuk pertama kali suatu
kopling yang meneruskan daya melalui
fluida sebagai zat perantara. Kopling ini
disebut kopling fluida, di mana antara
kedua poros tidak terdapat hubungan
mekanis.
Gambar Kopling Fluida

Cara kerjanya adalah bila suatu impeler pompa dan suatu raner turbin
dipasang saling berhadapan, dimana keduanya berada dalam ruangan yang berisi
minyak, maka jika poros input yang dihungkan dengan impeler pompa diputar,
minyak yang mengalir dari impeler tersebut akan menggerakkan raner turbin yang
dihubungkan dengan poros input. Kopling jenis cocok untuk digunakan untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan daya besar.
Selain itu, keuntungan dari jenis kopling ini ialah:
Getaran dan tumbukan tidak saling diteruskan.
Umur mesin relatif panjang.
Pada pembebanan berlebih, penggerak mula tidak menerima momen yang
melebih batas kemampuannya.
2.1.2.4.Kopling Tak Tetap (Clutch)
A. Kopling Cakar
Kopling cakar meneruskan momen dengan jontak positif (tidak dengan
perantara gesekan) sehingga tidak dapat slip. Bentuk kopling cakar dibedakan atas
dua jenis, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral

Gambar Kopling Cakar

Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah


putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar. Sebaliknya
kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi baik
hanya untuk satu putaran saja. Karena timbulnya tumbukan yang besar jika
dihubungkan dalam keadaan berputar, maka cara menghubungkan semacam ini
hanya boleh dilakukan jika poros penggerak mempunyai putaran kurang dari
50 rpm.
B. Kopling Plat
Kopling plat merupakan suatu kopling yang menggunakan satu plat atau
lebih yang dipasang di antara kedua poros serta membuat kontak dengan poros
tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.
Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan
dalam keadaan berputar. Letak kedua poros harus pada hubungan yang baik dan
tidak cepat aus atau rusak. Menurut jumlah platnya, kopling ini dapat dibagi
atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak.
Gambar Kopling Plat

Kopling ini meneruskan momen dengan perantara gesekan. Dengan


demikian pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu karena dapat terjadi slip, maka kopling
ini berfungsi sekaligus sebagai pembatas momen. Berdasarkan cara kerjanya
dibedakan menjadi tiga cara yaitu manual, magnetik dan hidraulik.
C. Kopling Kerucut

Gambar Kopling Plat

Kopling kerucut merupakan suatu kopling gesek dengan konstruksi sederhana


dan mempunyai keuntungan di mana dengan gaya aksial yang kecil dapat
ditransmisikan momen yang besar. Kopling ini dulu banyak dipakai, tetapi
sekarang sudah tidak lagi dipakai karena daya yang ditransmisikan tidak
seragam. Meskipun demikian, dalam keadaan dimana bentuk plat tidak
dikehendaki dan kemungkinan terkena minyak, kopling kerucut sering lebih
menguntungkan.
D. Kopling Friwil

Gambar Kopling Friwil

Kopling friwil merupakan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya bila
poros pengerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan
dari poros yang digerakkan. Sehingga tidak terjadi penerusan momen
kembali. Cara kerjanya dapat berdasarkn efek biji dari bola atau rol. Bola
bola atau rol yang terpasang dalam ruangan yang bentuknya sedemikian
rupa sehingga jika poros penggerak. Bagian dalam berputar searah jarum
jam, maka gesekan yang timbul akan menyebabkan rol atau bola terjepit
diantara poros penggerak dan cicncin luar bersama poros yang digerakkan
akan berputar meneruskan daya. Kopling jenis ini digunakan dalam otomasi
mekanis.
2.1.3. Poros
Merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama sama dengan putaran. Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:
A. Poros Transmisi
Poros mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros melalui kopling roda gigi, puli sabuk atau
sproket rantai, dll.
B. Spindel
Spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek, dimana
beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi adalah
deformasi harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
C. Gandar
Gandar merupakan suatu poros yang dimana tidak mendapat
beban puntir, bahkan kadang - kadang tidak boleh berputar.
Untuk merencanakan sebuah poros, hal hal berikut ini perlu
diperhatikan:
kekuatan poros

Kekakuan poros

Putaran kritis

Korosi

Bahan Poros
2.1.4. Pasak
Pasak merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk menteapkan
bagian bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. Pada poros.
Momen diteruskan dari poros ke naf atau ke poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi yang
mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama
pada naf dan saling tekait yang satu dengan yang lain. Gigi pada spline adalah besar
besar, sedang pada gerigi adalah kecil kecl dengan jarak bagi yang kecil.
Keduanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya. Pasak menurut
letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana, pasak rata, pasak benam,
pasak singgung, dan lain sebagainya.
2.1.5. Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua elemen mesin lainnya yang saling bergerak satu terhadap
yang lain. Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan dua jenis bantalan,
yaitu:
1.Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan
poros pada tempatnya.
2.Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk
menekan pegas matahari saat pedal kopling ditekan.
Perancangan kedua bantalan tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.
2.1.5.1. Bantalan Pendukung Poros
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola
radial beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing),
sebanyak dua buah, masing-masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan
pendukung poros ini beserta komponen-komponen lain yang terhubung dengannya
ditunjukkan pada gambar berikut.

Bantalan Pendukung Poros


2.2. Rumus rumus
Untuk kopling yang digunakan merupakan jenis kopling plat gesek. Maka
untuk mencari perhitungan dari perancangan ulang tersebut digunakan rumus
rumus sebagai berikut :
2.2.1.Penentuan daya rencana
Penentuan daya rencana diperoleh dari rumus :
Pd = fc P .....................(elemen mesin, sularso, hal 7 )
dimana : Pd = daya rencana (kW)
fc = faktor koreksi
P = daya yang ditransmisikan (kW)
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan
sesuai dengan tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan


ditransmisikan
fc
Daya yang Akan Ditransmisikan
1,2 - 2,0
Daya rata-rata yang diperlukan
0,8 - 1,2
Daya maksimum yang diperlukan
1,0 - 1,5
Daya normal

Analisa beban
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa
momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros
akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan
kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
p
T = 9,74 105 n d .......(elemen mesin,sularso,hal 7 )
1

di mana : T = momen puntir (kgmm)


Pd = daya rencana (kW)
n = putaran (rpm).

Pemilihan beban
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis
baja S-C beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 Batang baja karbon
yang difinis dingin (Standar JIS).
Tegangan geser izin dari bahan ini diperoleh dari rumus :
B
a = ( , , 8)
(Sf1 Sf2 )

Dimana : a = tegangan geser izin (kg/mm2)


B = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros.
Perencanaan diameter poros kopling
Diameter poros kopling dapat diperoleh dari rumus

1/3
5,1
ds = [ K t Cb ] ( , , 8)
a

Dimana : ds = diameter poros (mm)


a = tegangan geser izin (kg/mm2)
K t = faktor koreksi tumbukan.
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur.
= momen puntir yang ditransmisikan (kgmm).
Tabel 2.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Kekuatan Kekerasan
Perlakuan Diameter
Lambang Tarik HR C
Panas (mm) HB
2 (HRB)
(kg/mm )
20 atau kurang 58 - 79 (84) - 23 -
Dilunakkan
21 80 53 - 69 (73) - 17 144 216

S35C-D Tanpa 20 atau kurang 63 - 82 (87) - 25 -

dilunakkan 21 80 58 - 72 (84) - 19 160 225

20 atau kurang 65 - 86 (89) - 27 -


Dilunakkan
21 80 60 - 76 (85) - 22 166 238

S45C-D Tanpa 20 atau kurang 71 - 91 12 - 30 -

dilunakkan 21 80 66 - 81 (90) - 24 183 253

20 atau kurang 72 - 93 14 - 31 -
Dilunakkan
21 80 67 - 83 10 - 26 188 260

S55C-D Tanpa 20 atau kurang 80 - 101 19 - 34 -

dilunakkan 21 80 75 - 91 16 - 30 213 285

Perencanaan ukuran pasak dan alur pasak


Tabel 2.3. Jenis-jenis pasak dan ukuran-ukurannya
Ukuran Ukuran Ukuran standar h Ukuran Ukuran standar t referensi
r
nominal standar
pasak Pasak prismatic C l* Standar dan Diameter poros
b, b, Pasak Pasak Pasak Pasak
r yang dapat dipakai
tirus prismatis luncur tirus
dan b
bxh Pasak luncur t d**

2x2 2 2 0,16- 6-20 1,2 1,0 0,5 Lebih dari 6-8


0,25 0,08-
3x3 3 3 6-36 1,8 1,4 0,9 0,16 8-10

4x4 4 4 8-45 2,5 1,8 1,2 10-12

5x5 5 5 10-56 3,0 2,3 1,7 12-17

6x6 6 6 0,25- 14-70 3,5 2,8 2,2 0,16- 17-22


0,40 0,25
(7 x 7) 7 7 7,2 16-80 4,0 3,0 3,5 3,0 20-25

8x8 8 7 18-90 4,0 3,3 2,4 22-30

10 x 8 10 8 22-110 5,0 3,3 2,4 30-38

12 x 8 12 8 28-140 5,0 3,3 2,4 38-44

0,40- 0,25-
14 x 9 14 9 36-160 5,5 3,8 2,9 44-50
0,60 0,40

(15 x 10) 15 10 10,2 40-180 5,0 5,0 5,5 5,0 50-55

16 x 10 16 10 45-180 6,0 4,3 3,4 50-58

18 x 11 18 11 50-200 7,0 4,4 3,4 58-65

20 x 12 20 12 56-220 7,5 4,9 3,9 65-75

22 x 14 22 14 63-250 9,0 5,4 4,4 75-85

16 16,2 8,0 8,5 80-90


0,60- 0,40-
(24 x 16) 24 70-280 8,0 8,0
0,80 0,60 85-95
25 x 14 25 14 70-280 9,0 5,4 4,4
95-
28 x 16 28 16 80-320 10,0 6,4 5,4 110

32 x 18 32 18 90-360 11,0 7,4 6,4 110-


130
Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertangga dan pasak
1. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga () :
jari jari filet
= . . (elemen mesin, sularso hal. 11)
ds
2. Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak () :
.

filet
a= . . (elemen mesin, sularso hal. 9)
ds
Pemeriksaan kekuatan poros
Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja
pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat
ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan.
Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros
diperoleh dari :
5.1 T
= (elemen mesin, sularso hal. 7)
d3s
Dimana : = tegangan geser akibat momen puntir. (kg/mm2)
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm)
d = diamater poros (mm).
2.2.2. Perancangan spline
Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke flywheel dan plat gesek
melalui plat penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan
akan ikut berputar dengan perantaraan naaf dan spline.
Fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dan
putaran dari poros ke kompone-komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari
poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya. Selain itu jumlah spline pada
suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar SAE).
Standar dalam perancangan spline
Untuk pemakaian spline pada kendaraan bermotor, mesin perkakas, dan
mesin produksi, perhitungannya dilakukan berdasarkan pada standar dari SAE
(Society of Automotive Engineering). Simbol-simbol yang dipakai dalam standar
ini adalah:

Gambar Spline
Keterangan Gambar :
D = diameter luar spline
h = tinggi spline
w = lebar splin
l = panjang spline
d = diamater dalam spline
Ukuran spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam
standar SAE pada tabel:
Tabel 2.4 Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)

Number Permanent Fit To Slide When not To Slide When All


of Splines H D H D H D w
4 0,075D 0,850D 0,125D 0,750D - - 0,241D
6 0,050D 0,900D 0,075D 0,850D 0,100D 0,800D 0,250D
10 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,156D
16 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,098D
Pemilihan spline
Persamaan untuk mencari spesifikasi spine :
D3
L=
d2
dan jari-jari rata-rata spline adalah :
D+4
r =
4

Analisa beban
Besarnya gaya yang bekerja pada spline diperoleh dari:
Mp = F. r (statika , ferdinan F Beer , hal 96)
di mana : Mp = momen puntir yang bekerja pada poros,
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
r = jari-jari rata-rata spline (mm)
Dengan memasukkan harga-harga Mp dan r ke persamaan di atas diperoleh
Mp
F=
r
Pemeriksaan kekuatan spline
Pemeriksaan kekuatan untuk spline dilakukan terhadap dua jenis
kemungkinan kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tumbuk t dan kegagalan
oleh tegangan geser g.
a. Pemeriksaan Terhadap Kegagalan Oleh Tegangan Tumbuk Tegangan
tumbuk pada spline dapat diperoleh dari.

= . (Statika , Ferdinan F Beer, hal 151)
. .
di mana : P = tegangan tumbuk (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah spline
h = tinggi spline (mm)
w = lebar spline (mm)
Jika tegangan tumbuk yang bekerja lebih kecil dari tegangan
tumbuk izin , maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap
tegangan tumbuk. Tegangan tumbuk izin adalah :


P=
i
b. Pemeriksaan terhadap Kegagalan oleh Tegangan Geser Tegangan
geser pada spline dapat diperoleh dari :
F
g = ( , , 163 )
i. w. L

di mana : P = tegangan tumbuk (kg/mm2)


F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah spline
h = tinggi spline (mm)
w = lebar spline (mm)
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan
geser izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap
tegangan
= 0,8

2.2.3. Perancangan naaf

Terkadang ukuran spline dan naaf disamakan dalam suatu rancangan, namun
dalam kondisi yang sebenarnya terdapat perbedaan ukuran yang sangat kecil antara
spline dan naaf. Walaupun perbedaannya adalah kecil tetapi dapat menjadi sangat
berpengaruh apabila mesin tersebut memerlukan ketelitian yang tinggi atau bekerja
pada putaran tinggi. Oleh karena pertimbangan kemungkinan putaran mesin yang
tinggi maka ukuran naaf akan dihitung tersendiri berdasarkan pada ukuran spline
dalam bab sebelumnya.
Standar Dalam Perancangan Naaf
Standar yang digunakan dalam perancangan naaf adalah sama dengan yang
digunakan dalam perancangan spline, yaitu berdasarkan standar SAE (Society of
Automotive Engineering). Simbol-simbol yang dipakai adalah:

Gambar 2.11. Naaf

Keterangan Gambar :
D = diameter luar naaf
w = lebar gigi naaf
d = dimeter dalam naaf
h = tinggi gigi naaf
L = panjang naaf
Pemilihan Naaf
Dari data ukuran spline yang telah diketahui, lebar gigi naaf dapat
diperoleh :

. .
= ( , , 112)

di mana : w = lebar gigi naaf (mm).
Ds = diameter luar spline.
ws = lebar spline.
i = jumlah spline/gigi naaf
Analisa beban
Besarnya gaya yang bekerja pada naaf diperoleh dari :
Mp = F rm ( , , 96)

dimana : Mp = momen puntir yang bekerja pada poros.


F = gaya yang bekerja pada naaf (kg).
rm = jari-jari rata-rata naaf (mm).
Pemeriksaan Kekuatan Naaf
Seperti pada spline maka pemeriksaan kekuatan untuk naaf juga dilakukan
terhadap dua jenis kemungkinan kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tumbuk
t dan kegagalan oleh tegangan geser g.
a. Pemeriksaan Terhadap Kegagalan Oleh Tegangan Tumbuk Tegangan
tumbuk pada naaf dapat diperoleh dari :

= ( , , 151)
. .
di mana : P = tegangan tumbuk (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada naaf (kg)
i = jumlah naaf
h = tinggi naaf (mm)
L = panjang naaf (mm).

=

b. Pemeriksaan terhadap Kegagalan oleh Tegangan Geser
Tegangan geser pada spline dapat diperoleh dari :
F
= ( , , 163 )
. .
di mana : = tegangan geser (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada naaf (kg)
i = jumlah naaf
W = lebar naaf (mm)
L = panjang naaf (mm)
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan
geser izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap
tegangan geser. Tegangan geser izin adalah :
= 0,8
2.2.4. Perancangan pelat gesek
Pelat gesek berfunsi untuk memindahkan daya dan putaran dari flyweel
(Roda Penerus) ke poros yang digerakkan. Transmisi daya dan putaran dari flyweel
dengan pelat gesek yang ditekan oleh pelat penekan.
Berikut ini sket pelat gesek yang direncanakan beserta simbol-simbol yang
digunakan

d D

b
Gambar 2.12. Plat Gesek

Keterangan Gambar :
D = diamater luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek
Pemilihan Bahan
Koefisien gesekan antara berbagai permukaan diberikan pada Tabel
dibawah. Harga-harga koefisien gesekan dalam tabel tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya
karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang
diizinkan yang dianggap baik.
Tabel 2.5. Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang
diizinkan.

Bahan Permukaan Kontak pa

Kering Dilumasi (kg/mm2)

Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03

Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03


Perencanana Tehnik Mesin , Joseph , hal 267

Analisa gaya dan momen gesek


Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh permukaan,
makin jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika tekanan rata-rata pada
bidang gesek adalah p, maka besar gaya yang menimbulkan tekanan dan momen
gesekan yang bekerja pada seluruh permukaan gesek berturut-turut dirumuskan
sebagai:

F = (D2 d2 )P
4
(D + d)
Mg = . F. (, , 111)
4
di mana : F = gaya yang menimbulkan tekanan pada plat gesek (kg)
Mg = gesek yang bekerja pada plat gesek (kgmm)
D = diameter luar plat gesek (mm)
d = diameter dalam plat gesek (mm)
p = tekanan rata-rata pada bidang gesek.
= koefisien gesekan plat gesek dengan flywheel/plat penekan.

Penentuan ukuran plat gesek


Agar daya dan putaran dapat ditransmisikan, maka momen gesek Mg harus
lebih besar atau sama dengan momen puntir Mp yang dikerjakan pada
poros,sehingga :
>
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu
diketahui besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat diperoleh
dari :
. . . .
= . . ( , 425)
9,74 105 3600
di mana : = daya hilang akibat gesekan (kW).
Mg = momen gesek yang bekerja pada plat gesek (kg.mm).
n = kecepatan sudut, dari data brosur diketahui sebesar.
t = waktu penyambungan kopling.
z = jumlah kerja tiap jam.
Selanjutnya tebal plat gesek dapat diperoleh dari :
.
= . ( , 427)
.
di mana : a = tebal plat gesek (cm).
Lp = lama pemakaian plat gesek.
Pg = daya hilang akibat gesekan (hp).
Ag = luas bidang gesek dari plat gesek.
Wk = kerja yang menyebabkan kerusakan
2.2.5. Perancangan Baut
Analisa gaya
Gaya yang bekerja pada tiap baut adalah gaya geser yang besarnya
diperoleh dari :

1 = . (, , )
1 . 1

di mana : F1 = gaya yang bekerja pada tiap baut (kg).


Mp = momen puntir yang diteruskan dari poros (kgmm).
n1 = jumlah baut.
R1 = jarak sumbu baut ke sumbu poros
Analisa Tegangan
Pada baut terjadi tegangan geser yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan.
1
1 = 2 . . (, , 151)
4 . 1
Dimana : 1 = tegangan geser yang bekerja (kg/mm2).
F = gaya yang bekerja.
d = diameter baut (mm).
Pemilihan bahan
Kekuatan geser mulurnya (shear yield strength) adalah
= 0,557 . . ( , 432)
Analisa gaya
Gaya yang bekerja pada baut ini ada dua, yaitu gaya geser akibat momen
puntir dan gaya tarik akibat tarikan pegas matahari terhadap plat penekan saat pedal
kopling ditekan. Besar dari kedua gaya ini dapat diperoleh dari:

2 =
2 . 2

2 =
2
Dimana : Fg2 = gaya gesek yang bekerja pada tiap baut (kg)
Ft2 = gaya tarik yang bekerja pada tiap baut (kg)
Mp = momen puntir yang diteruskan, yaitu sebesar 14532,08
kgmm
FP' = gaya tarik yang diperlukan untuk melawan gaya tekan pegas,
dari perhitungan pada Bab 8 diperoleh sebesar 0,9656 kg
n2 = jumlah baut, yaitu 4 buah
R2 = jarak sumbu baut ke sumbu poros, yaitu sebesar 100 mm

Analisa tegangan

Tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi pada baut masing-masing
diperoleh dari:

=
4 . 2

=
4 . 2

Penentuan ukuran
Agar konstruksi aman maka harus dipenuhi:
1. untuk tegangan geser :


2. untuk tegangan tarik

2.2.7. Perancangan Bantalan

Gambar 2.13 Bantalan

1. Analisa Gaya

(berat naaf)
= .
di mana : = massa jenis bahan naaf
= volume naaf

= (2 2 ).
4

Untuk : = diameter luar naaf


= diameter dalam naaf
= panjang naaf
2. WG (berat plat gesek)
WG = berat lingkar pembawa berat lempeng gesek
= +
di mana : = massa jenis bahan lingkar pembawa
= volume lingkar pembawa, yaitu


= (2 2 ).
4

Untuk : DL= diameter luar lingkar pembawa


dL = diameter dalam lingkar pembawa
bL = tebal lingkar pembawa
g = massa jenis bahan lempeng gesek
Vg = volume lempeng gesek, yaitu
3. WP = berat poros
=
dimana: p = massa jenis bahan poros
Vp = volume poros, yaitu :

= 2
4

Untuk : dp = diameter poros


Lp = panjang poros

Penentuan Beban Ekivalen Statik dan Dinamik


Beban ekivalen statik diperoleh dari :
= +
Atau
=

di mana : Po = beban ekivalen statik (kg)


Xo = faktor radial bantalan bola radial beralur
Fr = gaya radial
Yo = faktor aksial bantalan bola radial beralur
Fa = gaya aksial bantalan

Untuk beban ekivalen dinamik diperoleh dari


P = X.V.Fr + Y Fa
di mana : P = beban ekivalen dinamik (kg)
X = faktor radial
V = faktor putaran
Fr = gaya radial
Y = faktor aksial
Fa= gaya aksial
Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen statik,
sehingga :
=
Sedangkan untuk basic dynamic load rating dapat diperoleh dari :
= 1/3

di mana : C = basic dynamic load rating (kg)


P = beban ekivalen dinamik,
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putarannya

2.2.8. Perencanaan pasak dan alur pasak


Momen rencana
Momen rencana, (T) :

= 9,74 105 . ( , , 7 )
1

di mana : T = momen puntir (kgmm)


Pd = daya rencana (kW)
n = putaran (rpm).
Pemilihan bahan
Tegangan geser izin dari bahan ini diperoleh dari rumus :

= . . ( , , 8)
(1 2)

Dimana : = tegangan geser izin (kg/mm2)


= kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan
2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros

2.2.9. Perencanaan diameter poros


Diameter poros kopling dapat diperoleh dari rumus
1/3
5,1
= [ ] . ( , , 8)

Dimana : ds = diameter poros (mm)


a = tegangan geser izin (kg/mm2)
K t = faktor koreksi tumbukan, harganya
Cb = faktor koreksi.
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm)
Gaya tangensial
Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros adalah ds
(mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros.

= . . ( , , 25)
(/2)
Bahan pasak
Tabel 2.6 Batang baja karbon difinis dingin

Diameter Kekuatan Kekerasan


Perlakuan
Lambang tarik
panas (kg/mm)
(mm)
( ) Hb

20 atau kurang 58-79 (84)-23 -


Dilunakkan
21-80 53-69 (73)-17 144-216
S35C-D
Tanpa 20 atau kurang 63-82 (87)-25 -

dilunakkan 21-80 58-72 (84)-19 160-225

20 atau kurang 65-86 (89)-27 -


Dilunakkan
21-80 60-76 (85)-22 160-225
S45C-D
Tanpa 20 atau kurang 71-91 12-30 -

dilunakkan 21-80 66-8 (90)-24 166-238

20 atau kurang 72-93 14-31 -


Dilunakkan
21-80 67-83 10-26 183-253
S55C-D
Tanpa 20 atau kurang 80-101 19-34 -

dilunakkan 21-80 75-91 16-30 213-285

Elemen Mesin. Sularso, hal 330

Dari tabel di atas dapat ditentukan kekuatan Tarik bahan adalah


1 2 . ( , , . 25)

Dimana : 1 = umumnya diambil harga.


2 = (beban dikenakan secara tiba-tiba dan dengan tumbukan
berate)
Tekanan permukaan pasak yang diizinkan
Tegangan geser yang diizinkan :

= . . ( , , . 8)
1 2

Panjang pasak
Panjang pasak dari tegangan geser yang diizinkan :

=

Dimana : F = gaya tangensial


b = lebar pasak sebaiknya antar 25-35% dari ds
l = panjan g pasak
Panjang pasak dari tekanan permukaan yang diizinkan :

=
(1/2)
Dimana : F = gaya tangensial
l = panjan pasak
t dan t = kedalaman alur pasak pada poros dan naaf
3. Metodologi
3.1. Flowchart

START

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Sketch Komponen Kopling

TIDAK AMAN
Analisa Kekuatan
Bahan

AMAN

Perancangan Ulang Produk

Hasil

END
3.2. Penjelasan Flowchart
a. Dirumuskan permasalahan apa saja yang terjadi pada proses transmisi
(kopling) sepeda motor Honda MEGAPRO 160
b. Kemudian, dikumpulkan data permasalahan, dan data komponen
(Spesifikasi) kopling serta motor yang mendukung untuk proses
perancangan ulang kopling sepeda motor MEGAPRO 160.
c. Di gambar ulang komponen kopling motor Honda MEGAPRO 160.
d. Dianalisa kekuatan bahan dan lain sebagainya pada komponen kopling
sepeda motor Honda MEGAPRO 160.
e. Dirancang ulang kopling motor Honda MEGAPRO 160 agar dapat
mentransmisikan daya degan maksimal.
4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Spesifikasi Kendaraan

Tipe Sport Touring


Tahun Produksi 2006-2009
Engine OHC, 4 Tak
Kapasitas Engine 156,7 cc
Bore x Stroke 63,5 x 49,7 mm

Rasio Kompresi 9,0 : 1


Maximum Power 14,7 hp @ 8500 rpm
Maximum Torque 1,3 kgf.m @ 6500 rpm
Fuel System Cylinder Ventury Carburator 24
Sistem Pendingin Udara
Sistem Pengapian CDI-DC, Battery
Battery 12 V 4 Ah
Busi ND X 24 EP-U9 / NGK DP8EA-9
Transmisi 5-Speed ( 1-N-2-3-4-5)
Kopling Manual, Wet & double clutch
Starter Kick dan electric
Drive Chain (Rantai)
Dimensi
Panjang 2034 mm
Lebar 754 mm
Tinggi 1062 mm
Jarak Sumbu Roda 1281 mm
Tinggi Jok 772 mm
Jarak ke Tanah 149 mm
Kapasitas Oli Engine 0,9 liter
Kapasitas Tangki BBM 8 liter
Berat kosong 103 kg
Konsumsi BBM 51,4 km/liter pada kecepatan 50 km/jam

Rangka Diamond Steel


Suspensi
Depan Telescopic
Belakang Swing arm, Double Shockbreaker
Ban
Depan 2,75 - 18 - 42P
Belakang 3,00 - 18 - 47P
Rem
Depan Cakram, Double Piston

Belakang Tromol (Drum)

Rantai Kamprat Silent Chain


Gear Belakang 46
Noken As 2 Bearing

4.2. Perencanaan Kopling


4.2.1. Daya Rencana
- = . ( , , 7 )
dimana : Pd = daya rencana (kW)
f c = faktor koreksi, adalah 1,2
P = daya yang ditransmisikan (kW), dari spesikasi 14,7 HP
atau sama dengan 10,96 kW

Maka
Pd = fc.P
Pd = 1,2.10,96
Pd = 13,152 kW
- Momen Puntir

= 9,74 105 ( , , 7 )
1
di mana : T = momen puntir (kgmm)
Pd = daya rencana (kW), yaitu 13,152 kW.
n = putaran (rpm), yaitu 8500 rpm.
Maka,

= 9,74 105
1
13,152
= 9,74 105
8500

= 1507,06 kg. mm

4.2.2. Diameter Poros Kopling


Digunakan bahan S55C-D, dengan = 90 , kadar karbon 0,2%, Sf-1
adalah 6,0 dan Sf-2 adalah 3,0
Maka,
= +
= 0,2.100 + 90
= 100 2
Tegangan geser ijin

=
1 2
100
=
6.3
= 6,1 /
Dengan Kt =2, dan Cb = 2, maka diameter poros, dapat dihitung,
1/3
5,1
= [ ]

1/3
5,1
= [ 2.2.1507,06]
6,1

= 17
4.2.3. Perencanaan Poros, Pasak, dan Alur

Digunakan bahan S55C-D, dengan kekuatan tarik () adalah 90 kgmm-2, dari

tabel 2.2. dengan ds= 17 mm, maka ukuran nominal pasak adalah 6x6 mm.

Kedalaman alur pasak adalah, kedalaman poros (t1) =3,5, serta kedalaman

naaf (t2) =2,8. Maka dapat dicari :


a. Gaya Tangensial (Tegangan Ijin)


=

2

1507,06
=
17
2

= 177,3

b. Tekanan Permukaan Ijin, dengan harga pa adalah 8 kgmm-2,maka,



= =
2 2
177.3 177,3
= 6,1 = 8
6 2 2,8
4,8 2 7,91

- panjang pasak tertinggi antara l1 dan l2 adalah 7,91 mm


- maka panjang pasak adalah 20 mm.
6,1
- = 0,25 0,35, = = 0,35, maka 0,25 <
17

0,35 0,35 baik


20
- = 0,75 1,5, = 17 = 1,18, maka 0,75 < 0,18 < 1,5 baik

c. Jari jari fillet dari poros dan ukuran pasak dan alur,
Dianggap diameter bantalan 20 mm,
20 17
= = = 1,5
2 2
= 6 3,5 0,35
d. Konsentrasi tegangan
a. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga () :
1,5
= = 0,09
17
20
= = 1,18
17
,
b. Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak () :

=

3,5
= = 0,2
17
, = 2,5
e. Kekuatan poros
5,1
=
3
5,1 . 1507,06
=
173
= 1,56 . 2
c. Analisa perancangan
. 1
> . .

6,1 . 2
> 2 . 1 . 1,56
2,6
4,67 > 3,18
Maka
Ukuran pasak adalah 6x6
Panjang pasak aktif adalah 20 mm
Bahan pasak S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan.
4.2.4. Perancangan Spline
Bahan yang digunakan untuk membuat spline adalah S55C-D, dengan
kekuatan tarik bahan 90 kg/mm2 . Dari data, dan tabel maka spline number
yang diambil adalah 4,
maka,
h = 0,125 D
d = 0,75 D
w = 0,241D, maka harga D dapat dicari, yaitu:

=
0,241
6,17
=
0,241
= 25,6

= 0,125 = 0,125 .
= 0,125 . 22,67 = 0,125 . 22,67
= 2,8 = 5,5

a. Pemilihan Spline
3 22,673
= = = 40,3
2 172
+ 22,67 + 17
= = = 9,9
4 4

b. Analisa beban

=

1507,06
=
9,9
= 151,9
c. Kekuatan spline

=
. .
151,9
=
3 . 2,8 . 5,5
= 3,29 /2
d. Tegangan tumbuk ijin

=

90
=
3
= 30 /2
e. Tegangan akibat tegangan geser

=
. .
151,9
=
3 . 5,5 . 40,3
= 0,23 /2
- Pemeriksaan kegagalan akibat tegangan ijin
= 0,8 .
= 0,8 . 90

= 72
2
4.2.5. Perancangan Naaf
a. Pemilihan naaf
. .
=

. 22,67 4 . 5,5
=
8
= 6,17
Dengan memasukkan harga w = 6,17 mm, ke persamaan berikut, maka akan
didapat nilai D,h,d, yaitu :

=
0,241
6,17
=
0,241
= 25,6
= 0,125 = 0,75 .
= 0,125 25,6 = 0,75 . 25,6
= 3,2 = 19,2

b. Panjang dan jari jari naaf


- Panjang naaf
3 25,63
= = = 45,5
2 19,22
- Jari jari naaf
+ 25,6 + 19,2
= = = 11,2
4 4
c. Analisa beban
- Besar gaya pada naaf

=

1507,06
=
11,2
= 134,56
d. Pemilihan bahan
Bahan yang digunakan untuk naaf adalah baja S55C-D, dengan kekuatan
tarik adalah 90 kg/mm2.
e. Pemeriksaan kekuatan naaf
- Terhadap kegagalan akibat tegangan tumbuk

=
. .
134,56
=
4 . 3,2 . 45,5
= 23,1 /2
Tegangan tumbuk ijin, dianggap aman jika

=

90
=
4
= 22,5 /2
Maka P

< ,
.
- Terhadap kegagalan akibat tegangan geser

=
. .
134,56
=
4 . 6,17 . 45,5
= 11,98 /2
- Pemeriksaan kegagalan akibat tegangan ijin
= 0,8 .
= 0,8 . 90
= 72 /2
Maka
< ,
.
4.2.6. Perancangan Pelat Gesek
a. Pemilihan bahan
Dari tabel 2.5 bahan permukaan kontak plat adalah besi cor dan asbes
dengan
Koefisien gesek antara 0,35 0,65 : diambil harga koefisien gesek adalah
0,62.
Pa = 0,007 0,07 kg.mm-2 : diambil harga Pa adalah 0,007
b. Analisa gaya dan momen gesek
Untuk perancangan plat gesek digunkan perbandiang d/D diambil 0,6.
Dengan memasukan kepersamaan berikut maka akan didapat nilai dari :
- Analisa gaya
2
= ( 2 )
4
2
= ( (0,6)2 )0,62
4
= 3,5 103 2
- Momen Gesek
+ 0,6
= . .
4
1 + 0,6
= 0,007 . 103 2 .
4
= 8,73 104 3

c. Penentuan ukuran plat gesek


Nilai T = 1507.06 kgmm-2
=
8,73 104 3 = 1507,06

3 1507,06
=
8,73 104

= 120
Maka,
Diameter luar plat gesek D = 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) = 0,6.D = 0,6.120 = 72 mm
+ 120+72
Lebar plat gesek (b) = = = 24
2 2

d. Menentukan tebal plat gesek


. . . .
=
9,75 105 . 3600
Dimana, P = daya hilang akibat gesekan (kW)
M = momen gesek yang bekerja pada plat gesek
(kg.mm),adalah 8,73 10-4 > D3
n = kecepatan sudut, dari data brosur diketahui sebesar 8500
rpm
t = waktu penyambungan kopling, diambil 0,3 detik
z = jumlah kerja tiap jam direncanakan 200 kali/jam
8,73 104 3 . . .
=
9,75 105 . 3600
8,73 104 1203 . 8500 .0,3 .200
=
9,75 105 . 3600
= 0,219
= 0,163
Maka, tebal plat dapat dicari :
.
=
.

Dimana, a = tebal plat gesek (cm)


L = lama pemakaian plat gesek, direncanakan 5000 jam
P = daya hilang akibat gesekan (hp)
A = luas bidang gesek dari plat gesek, yaitu
W = kerja yang menyebabkan kerusakan, bahan asbes dengan besi
cor harganya berkisar antara 5 8 hp.jam/cm3, dalam
perencanaan ini diambil 8 hp.jam/cm3.
- Luas penampang
2
= ( 2 )
4

= (1202 722 )
4
= 72,38 2
Maka, tebal plat dapat dicari :
.
=
.
5000 . 0,163
=
72,38 . 8
= 1,4
= 14
Maka,
Diameter luar plat gesek D = 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) = 0,6.D = 0,6.120 = 72 mm
Lebar plat gesek (b) = 24 mm
Tebal plat gesek (a) = 14 mm
4.2.7. Perencanaan Baut
Perencanaan Baut dengan ds=17 mm, pada tabel 2.3. diambil diameter poros
yang mendekati adalah 20 mm, maka dapat diketahui A= 112 mm, B=75 mm, C=45
mm, F=18 mm, H=31,5 mm, K= 4, n=4 buah, d=10 mm, L=40 mm,
Maka,
a. Nilai Efektif
= 0,5 .
= 0,5 . 4
= 2
b. Teg. Geser Baut
.
=
. 2. .
4 . 1507,06
=
. 2. .
= 0,1279 /2

Bahan baut yang digunakan adalah S20C-D dengan adalah 50 kgmm-2 ,


dengan Sf- b = 6, dan Kb=3, maka,

=
.
50
=
6 .3
= 2,78 /2

<
0,1279 2 < 2,78 2

4.2.8. Perencanaan Bantalan
a. Pemilihan bantalan
Bahan yang digunakan untuk bantalan adalah (Dari tabel 4.1. sifat bahan
bantalan luncur).
Perunggu, dengan harga = 0,7 2 /2
= 0,2 2 . /2 .
b. Panjang bantalan (harga W=12,75 kg, dari data spesifikasi motor)
.
= .
2
12,75 . 8500
= .
1000 . 60 0,2
= 28,37
28,37
- = = 1,6 1,6 0,5 2
17
- Tekanan permukaan

=
.
12,75
=
28,37 . 17
= 0,02 /2

- Kecepatan keliling
. .
=
60 . 1000

. 28,37 . 8500
=
60 . 1000

= 12,6
2

- Harga Pv

= .
= 0,02 . 12,6
= 0,2 . /2 .
- Harga tekanan P= 0,02 kg/mm2 ; dapat diteima perunggu,
- Harga = 0,2 =
- Kerja gesekan
. .
= 0,04 . .
1000 . 60
. 17 . 8500
= 0,04 . 12,75.
1000 . 60
= 3,86 . /
Daya yang diserap

=
102
3,86
=
102
= 0,037
c Analisa Gaya
- WN (berat naaf)
= .
di mana : = massa jenis bahan naaf, yaitu 7,8.10-6 kg/mm3
= volume naaf

= . ( 2 2 )
4

= . (25,62 19,22 )45,5
4
= 10,2 . 103 3
Untuk : DN = diameter luar naaf ,adalah 25,6 mm
dN = diameter dalam naaf, adalah 19,2 mm
LN = panjang naaf, adalah 45,5 mm
Maka, = .
= .
= 7,8 . 106 . 10,2 . 103
= 0,08
- WG = berat plat gesek
WG = berat lingkar pembawa berat lempeng gesek
= . + .
di mana : L = massa jenis bahan lingkar pembawa, adalah 7,210-6
kg/mm3
VL = volume lingkar pembawa, yaitu

= . ( 2 2 )
4

= . (1202 722 )14
4
= 101,3

Untuk : DL= diameter luar lingkar pembawa


dL = diameter dalam lingkar pembawa
bL = tebal lingkar pembawa
g = massa jenis bahan lempeng gesek, untuk bahan asbes
besarnya adalah 3,410-6 kg/mm3
Vg = volume lempeng gesek, yaitu

= ( 2 2 )
4

= (1162 782 )14
4
= 81,06
Untuk : Dg = diameter luar lempeng gesek
dg = diameter dalam lempeng gesek
bg = tebal lempeng gesek
maka,
= . + .
= 7,2 . 10 3 . 101,3 + 3,4 . 106 . 81,06
= 1 . 103
- WP = berat poros
= .
dimana: P = massa jenis bahan poros
VP = volume poros, yaitu :

= . 2 .
4

= . 172 . 56
4
= 12,7 . 103
Untuk : dP = diameter poros
LP = panjang poros
Maka berat poros, adalah
WP = P . VP
WP = 7,8.10-6 . 12,7.10-3
WP = 9,1.10-11 kg
d Kesetimbangan statik
Dari keseimbangan statik diperoleh :
- MA = 0
RB ( L1+L2+L3 ) WP ( L1+L2 ) ( WN+WG ) L1 = 0
RB ( 2+2+2 ) 9,1.10-11 ( 2+2) (0,08+1,103.10-3)2 = 0
6 RB 3,64.10-10 0,16 = 0
RB = 0,027 kg
- FY = 0

RA + RB ( WN+WG ) WP = 0
RA + 0,027 (0,08+1,103.10-3) 9,1.10-11 = 0
RA = 2,96 kg

Dari kedua gaya reaksi RA dan RB diambil harga terbesar sebagai


resultan gaya radial Fr yang nilainya sama dengan gaya reaksi di A yaitu :
Fr = RA = 2,96 kg
sedangkan resultan gaya aksialnya adalah
Fa = 0
e Penentuan beban equibalen dan dinamik
- Beban equivalen
Po = Xo Fr,
Dimana : X0 = faktor radial bantalan bola radial beralur dalam baris
tunggal besarnya adalah 0,6
Fr = gaya radial, yaitu sebesar 2,96 kg
Maka,
Po = Xo Fr
Po = 0,6. 2,96
Po = 1,776 kg
- Beban equivalen dinamik
P = X.V.Fr + Y Fa
di mana : P = beban ekivalen dinamik (kg)
X = faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur
dalam baris tunggal besarnya adalah 1,0
V = faktor putaran, kondisi cincin dalam berputar
besarnya adalah1,0
Fr = gaya radial, yaitu sebesar 2,96 kg
Y = faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur
dalam baris tunggal besarnya adalah 0
Fa = gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini
besarnya adalah 0

Maka,
P = X.V.Fr + Y Fa
P = 1.1.2,96 + 0. 0
P = 2,96 kg
f Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen
statik, sehingga :
Co = P o
Sedangkan untuk basic dynamic load rating dapat diperoleh dari :
C = P . L1/3
di mana : C = basic dynamic load rating (kg)
P = beban ekivalen dinamik, yaitu sebesar 2,96 kg
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putarannya,
direncanakan untuk 15000 jam.
Maka : C = 2,96 ( 15000 )1/3 kg
= 73 kg
4.2.9. Perencanaan Pegas
W = 12,75 N
D = 18 mm
d = 16 mm
n = 13
- Tegangan geser

=

18
=
16
= 1,125
- Faktor tegangan Wahls
4 1
=
4 4
4 . 1,125 1
=
4. 1,125 4
= 7,5
- Volume Kawat

= . . .( . 2)
4

= .18 . 13 . ( . 162 )
4
= 14,78 3
- Tegangan yang terjadi pada pegas
Tegangan geser,
8 . .
=
. 3
8 .18 . 12,5
=
. 163
= 0,142 /2
Tegangan maksimum dalam permukaan lliltan pegas ulir
8 . .
=.
. 3
8 . 18 . 12,75
= 7,5 .
. 163
= 1,07 /2
- Defleksi pada masing masing pegas
8 . . 3 .
=
3 .
8 .13 . 183 . 12,75
=
3 . 8000
= 0,015
- Konstanta pegas
. 4
=
8 . . 3
8000 . 164
=
8 . 13 . 183
= 864 / 2
- Kekakuan (Stiffness)
. 4
=
8 . 3 .
8000 . 164
=
8 . 183 . 13

= 864 /2

4.3.10. Perencanaan umur pelat gesek


- Momen Poros Motor

1 = 974
1
1,50706
1 = 974
6500
1 = 0,226 .
- Momen poros kopling

2 = 974
1
1,50706
2 = 974
8500
2 = 0,17 .

- Momen beban pada sebelum, dan setelah star


12 = 11 = 1 = 0,226 .
- GD2 pada poros kopling adalah 3 kg.m2, n kopling adalah 8500 rpm.
- Dari tabel, te adalah 0,3 dan faktor kemanan kopling (f) adalah 1,7
- Momen Start
2 .
= + 1
375 . 2
3 . 6500
= + 0,226
375 . 0 . 3
= 17,6 /
. = 17,6 . 1,7
. = 29,9 .
Dari lampiran Gambar 3,7 Karakteristik momen puntir gesek dinamis,
maka didapat momen puntir #40, Tdo= 32 kg.m > 29,9 kg.m
a. Kerja penghubung yang diijinkan
2 . 22
= .
7160 ( 1 )
3 . 65002 32
= .
7160 (32 0,226)
= 17828 .

b. Volume keausan yang diijinkan (L3) adalah 91 cm3


c. Dipilih bahan gesek adalh damar cetak, w = 6.10-7 cm-3/(kg.m)
d. Umur dalam jumlah penghubungan
3
=
.
91
=
17828 . 6 . 107
= 8 . 5 . 103

e. Umur dalam jumlah hari



6 = 60 min. 6 = 0


6 = 60 min. 6 = 2160 /

Pada 360 hari tiap tahun, 2160.360 =

2160 = 360 har = 777600

Umur dalam jumlah hari

=
777600
85000
=
777600
= 0,10
Maka kopling plat tunggal kering, harus diganti tiap 3 bulan sekali.

5. Penutup

5.1.Kesimpulan
Dari laporan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam setiap perancangan
elemen harus memenuhi dari fungsi pembuatan elemen mesin, biaya yang murah
dengan keamanan yang baik, serta memiliki kehandalan yang tangguh, dan juga
pemahaman akan teori desain spesifik dari suatu komponen.
Kopling merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan, dengan
daya input dan output yang sama. Sehingga dalam perancangannya kopling, harus
bersifat dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros, dapat mengurangi
terjadinya slip, mampu menahan adanya kelebihan beban, dapat menyambungkan
dua poros atau lebih, serta dapat mencegah terjadinya beban kejut dan
getaran.
Dari diagram benda bebas didapatkan gaya yang terjad pada kabel sama
dengan 114 N pada handle. Maka pada saat menekan handle dengan 4 jari maka,
gaya yang bekerja adalah sebesar 114 N. Dan pada setiap jari ketika menekan
handle akan terjadi gaya sebear 28.
Pada perancangan kopling ini, praktikan merancangan ulang kopling asli
dengan mengganti bahan pelat gesek dengan bahan besi cor dan asbes, ketika diuji
melalui teori didapatkan kehandalan yang lebih baik pada pelat kopling yang
dilumasi daripada kopling kering. Tetapi memiliki kekurangan yakni, sepat habis
untuk permukaan pelat geseknya dikarenakan terjadi gesekan yang terus menerus.
Dan terjadi kenaikan suhu pada pemukaan pelat gesek maka umur pelat gesek relatif
tidak terlalu lama.
Dari analisa pada bab 4, maka dapat disimpulkan, antara lain :
a. Perencanaan kopling
Daya rencana : 13,152 kW
Momen Puntir : 1507,06
b. Poros Kopling
Bahan : S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan
: Diameter Poros : 17 mm
c. Perencanaan poros, pasak dan alur
Bahan : S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan
Gaya Tangensial (Tegangan Ijin) : 177,3 kg
Jari jari fillet : 1,5
Alur pasak : 6 x 3,5 x fillet 0,35
Kekuatan poros : 1,56 kg.mm-2
Panjang pasak : 20 mm
d. Perancangan Spline
Bahan : S55C-D
Diameter luar (D) : 22,67 mm
Diameter dalam (d) : 17 mm
Tinggi (h) : 2,8 mm
Lebar (w) : 5,5 mm
Panjang (L) : 40,3 mm
e. Perancangan naaf
Bahan : S55C-D
Diameter luar (D) : 25,6 mm
Diameter dalam (d) : 19,2 mm
Tinggi (h) : 3,2 mm
Lebar (w) : 6,17 mm
Panjang (L) : 45,5 mm
f. Perancangan pelat gesek
Bahan pelat : Besi cor dan Asbes
Diameter luar plat gesek D : 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) : 72 mm
Lebar plat gesek (b) : 24 mm
Tebal plat gesek (a) : 14 mm
g. Perancangan baut
Bahan : S55C-D
Diameter pusat baut : 75 mm
Diameter baut : 10 mm
Jumlah baut :4
h. Perancangan bantalan
Bahan : Perungggu
Panjang bantalan : 28,37 mm
Tekanan permukaan : 0,02 kg.mm-2
Daya serap : 0,037 kW
i. Perancangan pegas
Bahan : SUP4
Diameter luar : 18 mm
Diameter dalam : 16 mm
Volume kawat : 14,7 mm3
Defleksi pada pegas : 0,015
Konstanta pegas : 864 kg/s2
5.2.Saran
Dalam perancangan suatu elemen mesin, maka diperlukan analisa yang
lebih mendalam lagi serta perhitungan yang betul betul pasti sehingga didapatkan
hasil yang baik dalam perancangan. Serta dalam perancangan lainnya, pelat gesek
baiknya dibuat dari bahan untuk dilumasi sehingga, akan mengurangi koefisien
gesek serta mengurangi pertambahan temperatur.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, T.H, Jr..2005.Marks Calculations for machine design. New York:


McGraw-Hill Companies.
Khurmi, R.S., and Gupta, J.K..1982. Text Books of Machine Design. New Delhi
Eurasia Publishing House (Pvt)Ltd, Ram Nagar.
Shigley, J.E., and Mischke, C.R.. 1996. Standart Handbook of Machine Design.
New York : McGraw-Hill Companies.
Sularso, dan Suga, Kiokatsu. 1997. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta: Pradya Paramita.
Zainuri, Achmad. 2010. Diktat Elemen Mesin I, dan II. Mataram : Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram
Lampiran lampiran

Gambar 1. Kopling (MEGAPRO 160)

Gambar 2. Kopling Luar (Pandangan samping)


Gambar 3. Kopling Luar (Pandangan depan)

Gambar 4.Pelat Penekan (pandangan atas)


Gambar 5.Bantalan (pandangan samping)

Gambar 6. Bantalan (pandangan atas)


Gambar 7. Stoth (pandangan samping)

Gambar 8. Pelat Gesek (pandangan samping)


Gambar 9. Pelat Pengangkat

Gambar 9. Pegas
Gambar 11. Kopling Tengah

Gambar 12. Baut pengunci


Gambar 12. Rumah Kopling dan transmisi

Anda mungkin juga menyukai