TUGAS PERENCANAAN I
( PERENCANAAN KOPLING PADA SEPEDA MOTOR
MEGAPRO 160)
Disusun Oleh :
Azis Tri Sulistiyo 1421404576
Disusun oleh :
Azis Tri Sulistiyo 1421404576
Telah Disetujui
Surabaya,.............................
Dosen Pembimbing;
Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Perencanaan I tentang kopling gesek. Laporan Tugas Perencanaan I
ini disusun sebagai salah satu syarat dalam kelulusan Program Strata I di Fakultas
Teknik Jurusan Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Pada perencanaan ini, penulis mencoba untuk merencanakan sebuah
kopling gesek pada sepeda motor MEGAPRO 160. Perencanaan ini mengambil
dasar-dasar mata kuliah elemen mesin 1-2 dan dari buku buku yang membahas
masalah elemen kopling gesek.
Bersama dengan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Laporan Tugas
Perencanaan I ini yaitu kepada :
1. Bapak Ir. Ichlas Wahid, MT selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan serta dukungan moriel
maupun materiel.
3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya teknik mesin yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Perencanaan I ini.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan tugas perencanaan
ini, baik penerapan rumus maupun langkah perencanaan yang tidak sengaja,
sehingga penulis mengharapakan kritik serta saran.
Penulis
1. PENDAHULUAN
Berikut kriteria yang harus dipenuh oleh sebuah kopling, antara lain :
a. Mampu menahan adanya kelebihan beban.
b. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh
gerakan dari elemen lain.
c. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
d. Mampu mencegah terjadinya beban kejut dan getaran.
Terdiri dari pasak dan bus/muff yang berfungsi sebagai rumah atau
pelindung yang menghubungkan kedua poros. Pada kopling bus pasak perlu
diperiksa untuk kesimetrisanya.
b. Kopling flens kaku
Gambar Kopling Bus Flens Kaku
Terdiri dari baut dan flens. Pada kopling jenis ini, baut perlu untuk diperiksa.
Dimana jika iktan kedua flesn dilakukan dengan baut pas, karena distribusi
tegangan pada semua baut tidak dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut
maka akan semakin sulit untuk menjamin keseragaman tersebut. Sedangkan
pada flens, biasanya digunakan bahan baja tempa, atau baja cor yang
berfungsi untuk menghindari keropos.
c. Kopling flens tempa
B. Kopling Luwes
Kopling luwes memiliki berapa keunggulan daripaada kopling kaku, seperti
dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi. Selain itu,
meskipun terjadi kesalahan dalam pemasangan poros, dalam batas batas tertentu
kopling jenis masih bisa untuk meneruskan daya dengan halus. Jenis dari
kopling luwes, adalah sebagai berikut:
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai
C. Kopling Universal
Kopling ini digunakan bilsa kedua poros membentuk sudut yang cukup besar.
a. Kopling universal Hook
b. Kopling Universal kecepatan Tetap
D. Kopling Fluida
Cara kerjanya adalah bila suatu impeler pompa dan suatu raner turbin
dipasang saling berhadapan, dimana keduanya berada dalam ruangan yang berisi
minyak, maka jika poros input yang dihungkan dengan impeler pompa diputar,
minyak yang mengalir dari impeler tersebut akan menggerakkan raner turbin yang
dihubungkan dengan poros input. Kopling jenis cocok untuk digunakan untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan daya besar.
Selain itu, keuntungan dari jenis kopling ini ialah:
Getaran dan tumbukan tidak saling diteruskan.
Umur mesin relatif panjang.
Pada pembebanan berlebih, penggerak mula tidak menerima momen yang
melebih batas kemampuannya.
2.1.2.4.Kopling Tak Tetap (Clutch)
A. Kopling Cakar
Kopling cakar meneruskan momen dengan jontak positif (tidak dengan
perantara gesekan) sehingga tidak dapat slip. Bentuk kopling cakar dibedakan atas
dua jenis, yaitu kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral
Kopling friwil merupakan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya bila
poros pengerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan
dari poros yang digerakkan. Sehingga tidak terjadi penerusan momen
kembali. Cara kerjanya dapat berdasarkn efek biji dari bola atau rol. Bola
bola atau rol yang terpasang dalam ruangan yang bentuknya sedemikian
rupa sehingga jika poros penggerak. Bagian dalam berputar searah jarum
jam, maka gesekan yang timbul akan menyebabkan rol atau bola terjepit
diantara poros penggerak dan cicncin luar bersama poros yang digerakkan
akan berputar meneruskan daya. Kopling jenis ini digunakan dalam otomasi
mekanis.
2.1.3. Poros
Merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama sama dengan putaran. Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut:
A. Poros Transmisi
Poros mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros melalui kopling roda gigi, puli sabuk atau
sproket rantai, dll.
B. Spindel
Spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek, dimana
beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi adalah
deformasi harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
C. Gandar
Gandar merupakan suatu poros yang dimana tidak mendapat
beban puntir, bahkan kadang - kadang tidak boleh berputar.
Untuk merencanakan sebuah poros, hal hal berikut ini perlu
diperhatikan:
kekuatan poros
Kekakuan poros
Putaran kritis
Korosi
Bahan Poros
2.1.4. Pasak
Pasak merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk menteapkan
bagian bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. Pada poros.
Momen diteruskan dari poros ke naf atau ke poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh spline dan gerigi yang
mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang sama
pada naf dan saling tekait yang satu dengan yang lain. Gigi pada spline adalah besar
besar, sedang pada gerigi adalah kecil kecl dengan jarak bagi yang kecil.
Keduanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya. Pasak menurut
letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak pelana, pasak rata, pasak benam,
pasak singgung, dan lain sebagainya.
2.1.5. Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang digunakan untuk
menghubungkan dua elemen mesin lainnya yang saling bergerak satu terhadap
yang lain. Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan dua jenis bantalan,
yaitu:
1.Bantalan pendukung poros, berupa bantalan bola radial untuk menahan
poros pada tempatnya.
2.Bantalan pembebas (release bearing), berupa bantalan bola aksial untuk
menekan pegas matahari saat pedal kopling ditekan.
Perancangan kedua bantalan tersebut akan diuraikan dalam bagian berikut.
2.1.5.1. Bantalan Pendukung Poros
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bantalan bola
radial beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing),
sebanyak dua buah, masing-masing pada kedua ujung poros. Sketsa bantalan
pendukung poros ini beserta komponen-komponen lain yang terhubung dengannya
ditunjukkan pada gambar berikut.
Analisa beban
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa
momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama dari poros
akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan
kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan.
p
T = 9,74 105 n d .......(elemen mesin,sularso,hal 7 )
1
Pemilihan beban
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Jenis-jenis
baja S-C beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 Batang baja karbon
yang difinis dingin (Standar JIS).
Tegangan geser izin dari bahan ini diperoleh dari rumus :
B
a = ( , , 8)
(Sf1 Sf2 )
1/3
5,1
ds = [ K t Cb ] ( , , 8)
a
20 atau kurang 72 - 93 14 - 31 -
Dilunakkan
21 80 67 - 83 10 - 26 188 260
0,40- 0,25-
14 x 9 14 9 36-160 5,5 3,8 2,9 44-50
0,60 0,40
filet
a= . . (elemen mesin, sularso hal. 9)
ds
Pemeriksaan kekuatan poros
Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser (akibat momen puntir) yang bekerja
pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat
ditahan oleh bahan maka poros akan mengalami kegagalan.
Besar tegangan geser akibat momen puntir yang bekerja pada poros
diperoleh dari :
5.1 T
= (elemen mesin, sularso hal. 7)
d3s
Dimana : = tegangan geser akibat momen puntir. (kg/mm2)
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm)
d = diamater poros (mm).
2.2.2. Perancangan spline
Putaran dari poros penggerak akan diteruskan ke flywheel dan plat gesek
melalui plat penekan. Dengan berputarnya plat gesek maka poros yang digerakkan
akan ikut berputar dengan perantaraan naaf dan spline.
Fungsi spline adalah sama dengan pasak, yaitu meneruskan daya dan
putaran dari poros ke kompone-komponen lain yang terhubung dengannya,
ataupun sebaliknya. Perbedaannya adalah spline menyatu atau menjadi bagian dari
poros sedangkan pasak merupakan komponen yang terpisah dari poros dan
memerlukan alur pada poros untuk pemasangannya. Selain itu jumlah spline pada
suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar SAE).
Standar dalam perancangan spline
Untuk pemakaian spline pada kendaraan bermotor, mesin perkakas, dan
mesin produksi, perhitungannya dilakukan berdasarkan pada standar dari SAE
(Society of Automotive Engineering). Simbol-simbol yang dipakai dalam standar
ini adalah:
Gambar Spline
Keterangan Gambar :
D = diameter luar spline
h = tinggi spline
w = lebar splin
l = panjang spline
d = diamater dalam spline
Ukuran spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam
standar SAE pada tabel:
Tabel 2.4 Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)
Analisa beban
Besarnya gaya yang bekerja pada spline diperoleh dari:
Mp = F. r (statika , ferdinan F Beer , hal 96)
di mana : Mp = momen puntir yang bekerja pada poros,
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
r = jari-jari rata-rata spline (mm)
Dengan memasukkan harga-harga Mp dan r ke persamaan di atas diperoleh
Mp
F=
r
Pemeriksaan kekuatan spline
Pemeriksaan kekuatan untuk spline dilakukan terhadap dua jenis
kemungkinan kegagalan, yaitu kegagalan oleh tegangan tumbuk t dan kegagalan
oleh tegangan geser g.
a. Pemeriksaan Terhadap Kegagalan Oleh Tegangan Tumbuk Tegangan
tumbuk pada spline dapat diperoleh dari.
= . (Statika , Ferdinan F Beer, hal 151)
. .
di mana : P = tegangan tumbuk (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah spline
h = tinggi spline (mm)
w = lebar spline (mm)
Jika tegangan tumbuk yang bekerja lebih kecil dari tegangan
tumbuk izin , maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap
tegangan tumbuk. Tegangan tumbuk izin adalah :
P=
i
b. Pemeriksaan terhadap Kegagalan oleh Tegangan Geser Tegangan
geser pada spline dapat diperoleh dari :
F
g = ( , , 163 )
i. w. L
Terkadang ukuran spline dan naaf disamakan dalam suatu rancangan, namun
dalam kondisi yang sebenarnya terdapat perbedaan ukuran yang sangat kecil antara
spline dan naaf. Walaupun perbedaannya adalah kecil tetapi dapat menjadi sangat
berpengaruh apabila mesin tersebut memerlukan ketelitian yang tinggi atau bekerja
pada putaran tinggi. Oleh karena pertimbangan kemungkinan putaran mesin yang
tinggi maka ukuran naaf akan dihitung tersendiri berdasarkan pada ukuran spline
dalam bab sebelumnya.
Standar Dalam Perancangan Naaf
Standar yang digunakan dalam perancangan naaf adalah sama dengan yang
digunakan dalam perancangan spline, yaitu berdasarkan standar SAE (Society of
Automotive Engineering). Simbol-simbol yang dipakai adalah:
Keterangan Gambar :
D = diameter luar naaf
w = lebar gigi naaf
d = dimeter dalam naaf
h = tinggi gigi naaf
L = panjang naaf
Pemilihan Naaf
Dari data ukuran spline yang telah diketahui, lebar gigi naaf dapat
diperoleh :
. .
= ( , , 112)
di mana : w = lebar gigi naaf (mm).
Ds = diameter luar spline.
ws = lebar spline.
i = jumlah spline/gigi naaf
Analisa beban
Besarnya gaya yang bekerja pada naaf diperoleh dari :
Mp = F rm ( , , 96)
d D
b
Gambar 2.12. Plat Gesek
Keterangan Gambar :
D = diamater luar plat gesek
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek
Pemilihan Bahan
Koefisien gesekan antara berbagai permukaan diberikan pada Tabel
dibawah. Harga-harga koefisien gesekan dalam tabel tersebut ditentukan dengan
memperhitungkan keadaan bidang gesek yang sudah agak menurun gesekannya
karena telah terpakai beberapa waktu, serta didasarkan atas harga tekanan yang
diizinkan yang dianggap baik.
Tabel 2.5. Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang
diizinkan.
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Analisa tegangan
Tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi pada baut masing-masing
diperoleh dari:
=
4 . 2
=
4 . 2
Penentuan ukuran
Agar konstruksi aman maka harus dipenuhi:
1. untuk tegangan geser :
2. untuk tegangan tarik
2.2.7. Perancangan Bantalan
1. Analisa Gaya
(berat naaf)
= .
di mana : = massa jenis bahan naaf
= volume naaf
= (2 2 ).
4
= (2 2 ).
4
Panjang pasak
Panjang pasak dari tegangan geser yang diizinkan :
=
START
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
TIDAK AMAN
Analisa Kekuatan
Bahan
AMAN
Hasil
END
3.2. Penjelasan Flowchart
a. Dirumuskan permasalahan apa saja yang terjadi pada proses transmisi
(kopling) sepeda motor Honda MEGAPRO 160
b. Kemudian, dikumpulkan data permasalahan, dan data komponen
(Spesifikasi) kopling serta motor yang mendukung untuk proses
perancangan ulang kopling sepeda motor MEGAPRO 160.
c. Di gambar ulang komponen kopling motor Honda MEGAPRO 160.
d. Dianalisa kekuatan bahan dan lain sebagainya pada komponen kopling
sepeda motor Honda MEGAPRO 160.
e. Dirancang ulang kopling motor Honda MEGAPRO 160 agar dapat
mentransmisikan daya degan maksimal.
4. Hasil dan Pembahasan
Maka
Pd = fc.P
Pd = 1,2.10,96
Pd = 13,152 kW
- Momen Puntir
= 9,74 105 ( , , 7 )
1
di mana : T = momen puntir (kgmm)
Pd = daya rencana (kW), yaitu 13,152 kW.
n = putaran (rpm), yaitu 8500 rpm.
Maka,
= 9,74 105
1
13,152
= 9,74 105
8500
= 1507,06 kg. mm
= 17
4.2.3. Perencanaan Poros, Pasak, dan Alur
tabel 2.2. dengan ds= 17 mm, maka ukuran nominal pasak adalah 6x6 mm.
Kedalaman alur pasak adalah, kedalaman poros (t1) =3,5, serta kedalaman
=
2
1507,06
=
17
2
= 177,3
c. Jari jari fillet dari poros dan ukuran pasak dan alur,
Dianggap diameter bantalan 20 mm,
20 17
= = = 1,5
2 2
= 6 3,5 0,35
d. Konsentrasi tegangan
a. Konsentrasi tegangan pada poros bertangga () :
1,5
= = 0,09
17
20
= = 1,18
17
,
b. Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak () :
=
3,5
= = 0,2
17
, = 2,5
e. Kekuatan poros
5,1
=
3
5,1 . 1507,06
=
173
= 1,56 . 2
c. Analisa perancangan
. 1
> . .
6,1 . 2
> 2 . 1 . 1,56
2,6
4,67 > 3,18
Maka
Ukuran pasak adalah 6x6
Panjang pasak aktif adalah 20 mm
Bahan pasak S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan.
4.2.4. Perancangan Spline
Bahan yang digunakan untuk membuat spline adalah S55C-D, dengan
kekuatan tarik bahan 90 kg/mm2 . Dari data, dan tabel maka spline number
yang diambil adalah 4,
maka,
h = 0,125 D
d = 0,75 D
w = 0,241D, maka harga D dapat dicari, yaitu:
=
0,241
6,17
=
0,241
= 25,6
= 0,125 = 0,125 .
= 0,125 . 22,67 = 0,125 . 22,67
= 2,8 = 5,5
a. Pemilihan Spline
3 22,673
= = = 40,3
2 172
+ 22,67 + 17
= = = 9,9
4 4
b. Analisa beban
=
1507,06
=
9,9
= 151,9
c. Kekuatan spline
=
. .
151,9
=
3 . 2,8 . 5,5
= 3,29 /2
d. Tegangan tumbuk ijin
=
90
=
3
= 30 /2
e. Tegangan akibat tegangan geser
=
. .
151,9
=
3 . 5,5 . 40,3
= 0,23 /2
- Pemeriksaan kegagalan akibat tegangan ijin
= 0,8 .
= 0,8 . 90
= 72
2
4.2.5. Perancangan Naaf
a. Pemilihan naaf
. .
=
. 22,67 4 . 5,5
=
8
= 6,17
Dengan memasukkan harga w = 6,17 mm, ke persamaan berikut, maka akan
didapat nilai D,h,d, yaitu :
=
0,241
6,17
=
0,241
= 25,6
= 0,125 = 0,75 .
= 0,125 25,6 = 0,75 . 25,6
= 3,2 = 19,2
3 1507,06
=
8,73 104
= 120
Maka,
Diameter luar plat gesek D = 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) = 0,6.D = 0,6.120 = 72 mm
+ 120+72
Lebar plat gesek (b) = = = 24
2 2
- Kecepatan keliling
. .
=
60 . 1000
. 28,37 . 8500
=
60 . 1000
= 12,6
2
- Harga Pv
= .
= 0,02 . 12,6
= 0,2 . /2 .
- Harga tekanan P= 0,02 kg/mm2 ; dapat diteima perunggu,
- Harga = 0,2 =
- Kerja gesekan
. .
= 0,04 . .
1000 . 60
. 17 . 8500
= 0,04 . 12,75.
1000 . 60
= 3,86 . /
Daya yang diserap
=
102
3,86
=
102
= 0,037
c Analisa Gaya
- WN (berat naaf)
= .
di mana : = massa jenis bahan naaf, yaitu 7,8.10-6 kg/mm3
= volume naaf
= . ( 2 2 )
4
= . (25,62 19,22 )45,5
4
= 10,2 . 103 3
Untuk : DN = diameter luar naaf ,adalah 25,6 mm
dN = diameter dalam naaf, adalah 19,2 mm
LN = panjang naaf, adalah 45,5 mm
Maka, = .
= .
= 7,8 . 106 . 10,2 . 103
= 0,08
- WG = berat plat gesek
WG = berat lingkar pembawa berat lempeng gesek
= . + .
di mana : L = massa jenis bahan lingkar pembawa, adalah 7,210-6
kg/mm3
VL = volume lingkar pembawa, yaitu
= . ( 2 2 )
4
= . (1202 722 )14
4
= 101,3
RA + RB ( WN+WG ) WP = 0
RA + 0,027 (0,08+1,103.10-3) 9,1.10-11 = 0
RA = 2,96 kg
Maka,
P = X.V.Fr + Y Fa
P = 1.1.2,96 + 0. 0
P = 2,96 kg
f Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen
statik, sehingga :
Co = P o
Sedangkan untuk basic dynamic load rating dapat diperoleh dari :
C = P . L1/3
di mana : C = basic dynamic load rating (kg)
P = beban ekivalen dinamik, yaitu sebesar 2,96 kg
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putarannya,
direncanakan untuk 15000 jam.
Maka : C = 2,96 ( 15000 )1/3 kg
= 73 kg
4.2.9. Perencanaan Pegas
W = 12,75 N
D = 18 mm
d = 16 mm
n = 13
- Tegangan geser
=
18
=
16
= 1,125
- Faktor tegangan Wahls
4 1
=
4 4
4 . 1,125 1
=
4. 1,125 4
= 7,5
- Volume Kawat
= . . .( . 2)
4
= .18 . 13 . ( . 162 )
4
= 14,78 3
- Tegangan yang terjadi pada pegas
Tegangan geser,
8 . .
=
. 3
8 .18 . 12,5
=
. 163
= 0,142 /2
Tegangan maksimum dalam permukaan lliltan pegas ulir
8 . .
=.
. 3
8 . 18 . 12,75
= 7,5 .
. 163
= 1,07 /2
- Defleksi pada masing masing pegas
8 . . 3 .
=
3 .
8 .13 . 183 . 12,75
=
3 . 8000
= 0,015
- Konstanta pegas
. 4
=
8 . . 3
8000 . 164
=
8 . 13 . 183
= 864 / 2
- Kekakuan (Stiffness)
. 4
=
8 . 3 .
8000 . 164
=
8 . 183 . 13
= 864 /2
5. Penutup
5.1.Kesimpulan
Dari laporan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam setiap perancangan
elemen harus memenuhi dari fungsi pembuatan elemen mesin, biaya yang murah
dengan keamanan yang baik, serta memiliki kehandalan yang tangguh, dan juga
pemahaman akan teori desain spesifik dari suatu komponen.
Kopling merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan, dengan
daya input dan output yang sama. Sehingga dalam perancangannya kopling, harus
bersifat dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros, dapat mengurangi
terjadinya slip, mampu menahan adanya kelebihan beban, dapat menyambungkan
dua poros atau lebih, serta dapat mencegah terjadinya beban kejut dan
getaran.
Dari diagram benda bebas didapatkan gaya yang terjad pada kabel sama
dengan 114 N pada handle. Maka pada saat menekan handle dengan 4 jari maka,
gaya yang bekerja adalah sebesar 114 N. Dan pada setiap jari ketika menekan
handle akan terjadi gaya sebear 28.
Pada perancangan kopling ini, praktikan merancangan ulang kopling asli
dengan mengganti bahan pelat gesek dengan bahan besi cor dan asbes, ketika diuji
melalui teori didapatkan kehandalan yang lebih baik pada pelat kopling yang
dilumasi daripada kopling kering. Tetapi memiliki kekurangan yakni, sepat habis
untuk permukaan pelat geseknya dikarenakan terjadi gesekan yang terus menerus.
Dan terjadi kenaikan suhu pada pemukaan pelat gesek maka umur pelat gesek relatif
tidak terlalu lama.
Dari analisa pada bab 4, maka dapat disimpulkan, antara lain :
a. Perencanaan kopling
Daya rencana : 13,152 kW
Momen Puntir : 1507,06
b. Poros Kopling
Bahan : S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan
: Diameter Poros : 17 mm
c. Perencanaan poros, pasak dan alur
Bahan : S55C-D, difnis dingin, dan dilunakkan
Gaya Tangensial (Tegangan Ijin) : 177,3 kg
Jari jari fillet : 1,5
Alur pasak : 6 x 3,5 x fillet 0,35
Kekuatan poros : 1,56 kg.mm-2
Panjang pasak : 20 mm
d. Perancangan Spline
Bahan : S55C-D
Diameter luar (D) : 22,67 mm
Diameter dalam (d) : 17 mm
Tinggi (h) : 2,8 mm
Lebar (w) : 5,5 mm
Panjang (L) : 40,3 mm
e. Perancangan naaf
Bahan : S55C-D
Diameter luar (D) : 25,6 mm
Diameter dalam (d) : 19,2 mm
Tinggi (h) : 3,2 mm
Lebar (w) : 6,17 mm
Panjang (L) : 45,5 mm
f. Perancangan pelat gesek
Bahan pelat : Besi cor dan Asbes
Diameter luar plat gesek D : 120 mm
Diameter dalam plat gesek (d) : 72 mm
Lebar plat gesek (b) : 24 mm
Tebal plat gesek (a) : 14 mm
g. Perancangan baut
Bahan : S55C-D
Diameter pusat baut : 75 mm
Diameter baut : 10 mm
Jumlah baut :4
h. Perancangan bantalan
Bahan : Perungggu
Panjang bantalan : 28,37 mm
Tekanan permukaan : 0,02 kg.mm-2
Daya serap : 0,037 kW
i. Perancangan pegas
Bahan : SUP4
Diameter luar : 18 mm
Diameter dalam : 16 mm
Volume kawat : 14,7 mm3
Defleksi pada pegas : 0,015
Konstanta pegas : 864 kg/s2
5.2.Saran
Dalam perancangan suatu elemen mesin, maka diperlukan analisa yang
lebih mendalam lagi serta perhitungan yang betul betul pasti sehingga didapatkan
hasil yang baik dalam perancangan. Serta dalam perancangan lainnya, pelat gesek
baiknya dibuat dari bahan untuk dilumasi sehingga, akan mengurangi koefisien
gesek serta mengurangi pertambahan temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 9. Pegas
Gambar 11. Kopling Tengah