PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI
Dinamika teknik merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak dan gaya-gaya
dalam mesin atau pada bagian mesin. Dinamika teknik atau dinamika mesin bukanlah
suatu ilmu yang baru, melainkan suatu bidang yang berbeda yang diperlukan secara
terpisah dari fasa-fasa teknik lainnya, tetapi harus dipandang sebagai pengembangan dari
konsep-konsep dasar (satatika, kinematika, kekuatan bahan).
Sebagaimana didefinisikan diatas, maka dinamika mesin ini didasarkan pada hukum-
hukum gerak yaitu hukum Newton I,II, dan hukum Newton III. Bertolak dari hukum
Newton II, dimana besar gaya sebanding dengan percepatan. Oleh karena itu analisa gaya-
gaya pada permesinan tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan kecepatan-kecepatan,
karena laju perubahan kecepatan didefinisikan sebagai percepatan.
Dari uraian diatas maka pada buku ini akan dibahas tentang KINEMATIKA yaitu ilmu
yang mempelajari tentang gerakan benda tanpa memperhatikan gaya-gaya yang
menyebabkan gerakan benda tersebut, DINAMIKA yaitu mempelajari tentang gerak
dengan memperhatikan gaya-gaya yang menyebabkan gerakan benda disamping itu juga
akan dibahas tentang analisa roda gila dan governor serta kesetimbangan benda berputar.
Pembahasan dalam memyelesaikan persoalan dinamika mesin akan dilakukan secara
secara grafis, oleh karena itu kita harus memahami tentang vektor, tentang penggambar
vektor dan juga tentang cara menggambarkan penjumlahan vektor.
1
2
B. POKOK-POKOK ISI
1. Pengertian vektor.
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar (harga) dan mempunyai arah,
contohnya Kecepatan, Percepatan, Gaya dan sebagainya. Vektor digambarkan sebagai
garis lurus dengan panjang tertentu dengan anak panah seperti gambar 1.1, dimana
panjang garis menyatakan harga vektor dan anak panah menyatakan arah nya.
20 mm]
Jika dua buah vektor diketahui besar dab arahnya, jumlah kedua vektor tersebut
dapat dicari secara grafik sebagai berikut.
Dua buah vektor A = 30 satuan dan B = 50 satuan dengan ahar seperti pada gambvar.
Jumlah kedua vektor tersebut dapat dicari secara grafik seperti gambar 1.2.
Ditentukan skala vektor: 1 [cm] = 10 satuan, sehingga panjang vektor A = 30/10 x 1 cm =
3 cm dan panjang B = 50/10 x 1 cm = 5 cm. Hasil penjumlahan = 70 mm = 7 cm, sehingga
hasil penjumlahan, R = A + B = 7cm/1cm x 10 satuan = 70 satuan
A
A A B
R R
30
70
50 B B
Jika vektor A – vektor B = C atau vektor B – vektor A = D hasilnya seperti gambar 1.3
A A
43
.5
9
C D
B B
A–B=C B–A=D
Gambar 1.3 Pengurangan Vektor
Jika vektornya lebih dari dua, akan lebih mudah kalau dilakukan secara poligon, seperti
gambar 1.4
A A B
B R
C
3. Pengertian Komponen/Link/Penghubung
Komponen atau elemen mesin yang saling berhubungan, baik yang tidak bergerak
(diam) maupun yang dapat bergerak dinamakan Link/Penghubung. Sebagai contoh dari
link yang berada di sketsa motor bakar seperti pada gambar 1.5.
Mekanisme adalah penggabungan dari beberapa link ( minimum 3 link), yang mana
salah satu linknya diam, dan apabila salah satu link yang dapat bergerak digerakkan,
maka link lainnya ikut bergerak. Sebagai contoh pada gambar 1.5, apabila link 4
(piston) digerakkan ke kiri/kanan atau diberi gaya, maka link 3 dan link 2 akan ikut
bergerak. Sketsa tersebut dikatakan sebagai Mekanisme Engkol-Peluncur.
Struktur adalah penggabungan dari beberapa link yang tidak dapat bergerak,
walaupun salah satu dari link diberi gaya. Contohnya Kerangka baja pada bangunan
dan pada Jembatan.( gambar 1.6)
C. RANGKUMAN
Sebagai dasar dalam mempelajari tentang dinamika mesin, kita harus memahami
tentang penggambaran vector serta penjumlahan vector secara garafik, serta harus
memahami jenis komponen pemesinan serta bagaimana gerakan dari komponen
tersebut.
Gerakan komponen pemesinan terdiri dari gerap putar, gerak lurus dan kombinasi
antara gerak lurus dan putar.
D. SOAL LATIHAN
1. Tuliskan persamaan dari penjumlahan vektor di bawah ini.
B
A B
A C
o
R
R D
D
(a) (b)
A
B
C
B
R A
R
C
(c) (d)
F2
60
B
°
60°
F1
60°
F3
A C B
30°
30 °
F3 90°
F4 F2 F1
KECEPATAN RELATIF
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI
Setiap benda yang bergerak, benda tersebut mempunyai kecepatan misalnya mobil
bergerak dengan kecepatan 100 [km/jam]. Apakah kecepatan mobil itu sebagai kecepatan
mutlak ?. Kalau kita lihat dari cara mengukurnya kecepatan tersebut adalah kecepatan
mutlak, karena kita mengukurnya di tempat yang sama dengan tempat mobil itu bergerak,
yaitu ada di bumi. Tetapi kalau kita telaah lebih jauh bumi itu berputar pada porosnya (
rotasi ), berarti permukaan bumi juga bergerak dengan kecepatan tertentu, sehingga
sesungguhnya semua benda-benda di bumi itu bergerak di atas bumi yang juga sedang
bergerak. Benda yang bergerak diatas benda lain yang sedang bergerak itu dinamakan
gerak relatif, sehingga kecepatan benda tersebut adalah kecepatan relatif terhadap benda
lain yang sedang bergerak. Jadi dapat disimpulkan bahwa gerakan benda diatas bumi
adalah gerakan relatif, dan pada prinsipnya gerakan relatif adalah melibatkan dua benda
yang sedang bergerak. Sebagai contoh lain dari kecepatan relatif adalah bahwa pada saat
kita naik kereta api, kita lihat bahwa seolah-olah pohon atau tiang listrik bergerak, gerakan
pohon tersebut yang disebut sebagai kecepatan relatif pohon terhadap kita yang berada di
dalam kereta api.
13
14
B. POKOK-POKOK ISI
Kecepatan relatif pada dasarnya melibatkan dua benda yang bergerak dengan besar
dan arah kecepatan yang berbeda, dimana jika salah satu benda dipandang sebagai benda
yang diam, maka kecepatan benda lain akan mempunyai harga dan arah yang berbeda
dengan kecepatan benda itu sendiri, Secara singkat prinsip kecepatan relatif dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Kecepatan relatif suatu titik (A) terhadap titik lain (B) adalah kecepatan yang dimiliki
titik tersebut (A) dengan memandang titik yang lain (B) sebagai titik yang diam, kecepatan
titik tersebut dinamakan kecepatan relatif titik A terhadap titik B, dan diberi notasi VAB,
dan jika dipandang relatif titik B terhadap titik A dinamakan Kecepatan relatih titik B
terhadap titik A (VBA).Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika kita
sedang naik Kereta Api kita akan melihat seolah-olah pohon-pohon atau tiang-tiang tilpun
yang ada diluar kereta tersebut sedang bergerak, padahal kita tahu bahwa pohon dan tiang
telpun tersebut diam di tempatnya. Nah gerakan pohon dan tiang telpun itulah yang
dinamakan kecepatan relatif pohon atau tiang telpun terhadap diri kita yang berada di
dalam kereta api yang sedang bergerak, dan kita melihat seolah-olah pohon dan tiang
telpun itu bergerak karena kita menganggap diri kita diam. Jadi kesimpulannya gerakan
pohon dan tiang telpun tersebut merupatan kecepatan relatif pohon atau tiang telpun
terhadap diri kita yang berada di dalam kereta api yang sedang bergerak.
Jika penjelasan di atas kita terapkan pada dua titik ( A dan B ) yang sedang bergerak
dengan kecepatan masing-masing VA dan VB dengan besar dan arah yang berbeda, maka
kecepatan relatif titik A terhadap titik B (VAB) adalah kecepatan yang dimiliki titik A
dengan memandang titik B sebagai titik yang diam.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Jika dipandang relatif titik A terhadap titik B, maka titik B dianggap diam
dan kecepatannya dinamakan kecepatan relatif titik A terhadap titik B ( VAB)
Jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka titik A dianggap diam
dan kecepatannya dinamakan kecepatan relatif titik B terhadap titik A ( VBA)
Bagaimana menentukan besar dan arah kecepatan relatif tersebut, marilah kita ikuti
uraian di bawah ini.
VAB = VA + (-VB)
Jika vektor –VB diganti dengan vektor VB , maka penggambaran vektornya seperti
pada gambar 3.1 (d), sehingga persamaan vektornya dapat dituliskan sebagai berikut :
Jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka dengan cara yang sama akan
didapat sebagai berikut :
Jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka titik A dianggap titik diam,
dan kecepatannya dinamakan kecepatan relatif titik B terhadap titik A = VBA
CATATAN :
Yang perlu diingat bahwa persamaan di atas adalah persamaan vektor dan untuk
memudahkan dalam memberi notasi kecepatan relatif dan membuat persamaannya
ikutilah ketentuan berikut ini :
Kalau kita amati komponen permesinan mempunyai berbagai macam bentuk dan
dengan berbagai macam gerak. Untuk memudahkan dalam analisa gerakan komponen
tersebut, kita bagi komponen permesinan tersebut ke dalam 3 (tiga) komponen dasar yaitu
: a. Penghubung (link) yang berputar pada satu titik tetap
b. Penghubung (link) yang tidak memiliki titik tetap
c. Penghubung (link) yang geraknya lurus.
2.a Kecepatan pada Penghubung (link) yang Berputar pada Satu Titik Tetap.
Penghubung (link) yang berputar pada satu titik tetap adalah link yang memiliki
satu engsel sebagai sumbu putarnya seperti gambar 3.2.
Untuk menentukan besar dan arah kecepatan suatu titik yang berada pada link
tersebut caranya adalah sebagai berikut :
V = R. dan arah kecepatan ( V ) = tegak lurus R, mengikuti arah
Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut ini :
Penyelesaian :
VA = R. = OA. = 0,15 . 100 = 15 [m/s] dan arahnya = tegak lurus R ( OA )
mengikuti arah ( lihat gambar )
VB = R. = OB. = 0,2 . 100 = 20 [m/s], dengan arah tegal lurus OB mengikuti
arah ( lihat gambar )
Penghubung (link) yang tidak memiliki titik tetap adalah penghubung yang tidak
memiliki engsel dan gerakannya merupakan gerakan kombinasi dari gerak lurus dan gerak
rotasi secara bersamaan. Contoh link tersebut adalah link 3 ( batang AB) pada suatu
mekanisme seperti ditunjukkan pada gambar 3.3. Untuk menentukan besar dan arah
kecepatan suatu titik yang berada pada link yang tidak memiliki titik tetap adalah
menggunakan prinsip kecepatan relatif
Gambar 3.3 Link 3 ( batang AB ) adalah link yang tidak memiliki titik tetap
Masih ingat prinsip kecepatan relatif?.( lihat kembali materi Bab.II ). Sekedar
mengingatkan kembali prinsip kecepatan relatif adalah sebagai berikut :
Jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka titik A dipandang sebagai titik
yang diam dan kecepatan relatifnya dinamakan kecepatan relatif titik B terhadap titik A =
( VBA), dan persamaan vektornya adalah VB = VA + VBA
Secara singkat bisa kita tuliskan sebagai berikut :
Jika B relatif terhadap A, A diam, supaya titik A diam, pada titik A diberi engsel
kecepatan relatifnya = VBA
Persamaannya : VB = VA + VBA
Jika C relatif terhadap D, D diam, supaya titik D diam, pada titik D diberi engsel
kecepatan relatifnya = VCD
Persamaannya : VC = VD + VCD
Sebagai contoh, misalkan suatu link (batang AB) sebagai link yang tidak memiliki titik
tetap seperti pada gambar 3.4 (a). Bagaimana menentukan besar dan arah kecepatan relatif
link tersebut ?, ikuti penjelasan berikut :
Gambar 3.4 Kecepatan relatif B terhadap A pada link yang tidak memiliki titik tetap
Jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka titik A dipandang sebagai titik
yang diam. Supaya titik A diam, pada titik A diberi engsel ( gambar 3.4 (b)), sehingga
gerakan relatif titik B terhadap titik A adalah mengeliling titik A dan kecepatan di titik B
tersebut disebut kecepatan relatif titik B terhadap titik A = VBA ( bukan kecepatan titik B
atau VB). Nah sekarang permasalahannya sama dengan link yang berputar pada satu titik
tetap, sehingga untuk menentukan besar dan arah kecepatan relatif tersebut sama dengan
mencari kecepatan suatu titik pada link yang berputar pada satu titik tetap.
Jika pada link tersebut diketahui memiliki kecepatan sudut dengan arah
berlawanan jarum jam ( gambar 3.4 (b)), maka besar dan arah VBA dicari dengan cara
sebagai berikut :
VBA = R. = (AB). dan arahnya = tegak lurus AB mengikuti arah , seperti
terlihat pada gambar 3.4 (c)
Kemudian persamaan yang digunakan untuk mencari kecepatan titik A atau titik B
adalah : VB = VA + VBA
Jika sekarang dibalik dipandang relatif titik A terhadap titik B, maka titik B
dipandang sebagai titik yang diam. Supaya titik B diam, maka pada titik B diberi engsel
(gambar 3.5 (b)), sehingga gerakan relatif titik A terhadap titik B adalah mengelilingi titik
B dan kecepatan relatifnya adalah kecepatan relatif titik A terhadap titik B = VAB. Besar
dan arah VAB dicari dengan cara sebagai brikut :
VAB = R. = (AB). dan arahnya = tegak lurus AB mengikuti arah , seperti
diperlihatkan pada gambar 3.5 (c), dan persamaannya adalah VA = VB + VAB
Gambar 3.5 Kecepatan relatif A terhadap B pada link yang tidak memiliki titik tetap.
Contoh Penerapan 1.
Diketahui sebuah batang AB merupakan link yang tidak memiliki titik tetap, panjangnya
50 [cm]. Kecepatan titik A (VA ) = 40 [m/s] dengan arah seperti pada gambar 3.6 (a) dan
kecepan sudut link pada saat itu 60 [rad/s] searah putaran jarum jam.Tentukan kecepatan
titik B dan titik C yang berjarak 30 [cm] dari titik A.
Penyelesaian :
1. Tentukan pengambilan relatif suatu titik terhadap titik lain yang sudah diketahui
besar dan arah kecepatannya. Karena kecepatan titik A sudah diketahui, maka kita
ambil relatif titik B terhadap titik A, sehingga titik A sebagai titik yang diam
(diberi engsel) seperti gambar 3.6 (b) , kecepatan relativnya adalah VBA dan
persamaan kecepatan relativnya adalah : VB = VA + VBA
2. Analisa besar dan arah kecepatan berdasarkan persamaan VB = VA + VBA
VA besar dan arahnya sudah diketahui
VB besar dan arahnya belum diketahui, hal ini dikatakan ada dua anu
VBA = R. = (BA). = 0,5 [m].60 [rad/s] = 30 [m/s] dengan arah tegak lurus R =
tegak lurus link AB mengikuti arah seperti gambar 3.6 (b)
3. Gambarkan persamaan vektor VB = VA + VBA secara poligon, dan untuk selanjutnya
kita sebut gambar poligon kecepatan .Untuk membuat poligon kecepatan langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
- Tentukan skala kecepatan ( skala v ), misalnya skala v : 1 [mm] = 1 [m/s],
40[m/s]
sehingga didapat : panjang VA = x1[mm] = 40 [mm]
1[m/s]
30[m/s]
panjang VBA = x1[mm] = 30 [mm]
1[m/s]
- Gambarkan poligon kecepatannya sesuai dengan aturan penggambaran vektor
seperti gambar 3.6 (c). Dari gambar poligon kecepatan ukur panjang VB = 36
36 [mm]
[mm], berarti besar VB = x 1[m/s] 36 [m/s]
1 [mm]
b. Mencari kecepatan titik C dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Seperti mencari kecepatan titik B, lankah pertama diambil relatif titik C terhadap
titik A, maka titik A diberi engsel, sehingga VCA = (AC). = 0,3 [m].60 [rad/s] =
18 [m/s] dengan arah tegak lurus AC mengikuti arah seperti gambar 3.6 (e).
Persamaan kecepatan relativnya adalah : VC = VA + VCA
4. Jika titik C dipandang relatif terhadap titik B, maka titik B sebagai titik diam ( diberi
engsel ), sehingga VCB = (CB). = 0,2[m] . 60[rad/s] = 12 [m/s] dengan arah tegak
lurus CB mengikuti arah seperti gambar 3.6 (g), dan persamaan kecepatan
relatifnya adalah : VC = VB + VCB
Kemudian gambar poligon kecepatan dengan skala v: 1[mm] = 1[m/s] sehingga
12 [m/s]
didapat panjang VCB = x 1[mm] 12 [mm]. Dari poligon kecepatan seperti
1 [m/s]
pada gambar 3.6(h), didapat panjang VC = 34 [mm], maka besar VC =
34 [mm]
x 1[m/s] 34 [m/s]
1 [mm]
Gambar 3.6 Analisa kecepatan pada link yang tidak mempunyai titik tetap
Contoh Penerapan 2.
Diketahui tiga buah titik A,B, dan C terletak pada satu link kaku seperti gambar di bawah
ini. Jarak A-B = 30 [cm] dan A-C = 50 [cm]. Jika kecepatan titik A, VA = 30 [m/s], dan
kecepatan relatif titik B terhadap titik A, VBA = 60 [m/s] dengan arah seperti pada gambar,
Tentukan :
Gambar 3.7 Arah kecepatan suatu titik pada link yang bergerak lurus
C. RANGKUMAN
Kecepatan relatif suatu titik (A) terhadap titik lain (B) adalah kecepatan yang dimiliki
titik tersebut (A) dengan memandang titik yang lain (B) sebagai titik yang diam,
kecepatan titik tersebut dinamakan kecepatan relatif titik A terhadap titik B, dan diberi
notasi VAB, dan jika dipandang relatif titik B terhadap titik A dinamakan Kecepatan
relatih titik B terhadap titik A (VBA)
Jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka titik A dianggap titik diam, dan
kecepatannya dinamakan kecepatan relatif titik B terhadap titik A = VBA
Persamaannya adalah : VB = VA + VBA
komponen permesinan dibagi ke dalam 3 (tiga) komponen dasar yaitu :
a. Penghubung (link) yang berputar pada satu titik tetap
b. Penghubung (link) yang tidak memiliki titik tetap
c. Penghubung (link) yang geraknya lurus.
Untuk menentukan besar dan arah kecepatan suatu titik yang berada pada link yang
berputar pada satu titik tetap caranya adalah sebagai berikut :
V = R. dan arah kecepatan ( V ) = tegak lurus R, mengikuti arah
Untuk menentukan besar dan arah kecepatan suatu titik yang berada pada link yang
yang tidak memiliki titik tetap caranya menggunakan prinsip kecepatan relatif
Besar kecepatan suatu titik yang berada pada link yang geraknya lurus tidap dapat
ditetntukan, tetapi arahnya bisa ditentukan yaitu sejajar dengan bidangnya
D. SOAL-SOAL LATIHAN
Juga diketahui kecepatan sudut link tersebut untuk sesaat pengamatan adalah 60
[rad/s] searah putaran jam. Jika panjang A-B = 30 [cm], berapakah besar dan arah
kecepatan titik B. ( selesaikan dengan memandang relatif titik B terhadap titik A )
Cari juga kecepatan titik C yang berjarak 20 [cm] dari titik A.
5. Jika antara titik A dan titik B terdapat titik C yang berjarak 15 [cm] dari titik A,
pada soal no.4 , tentukan besar dan arah kecepatan titik C tersebut.
1. Mampu menentukan kecepatan suatu titik dan kecepatan sudut komponen pada
mekanisme Engkol-Peluncur
2. Mampu menentukan kecepatan suatu titik dan kecepatan sudut komponen pada
mekanisme Empat Penghubung
3. Mampu menentukan kecepatan suatu titik dan kecepatan sudut komponen pada
mekanisme Mesin Powel
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SINGKAT
Setelah kita mengetahui tiga komponen dasar dalam permesinan serta tahu cara
menentukan kecepatan titik-titik yang berada pada komponen dasar tersebut, maka
pengetahuan dasar pada bab 3 dapat digunakan untuk menentukan kecepatan titik-titik
elemen-elemen dari suatu mekanisme permesinan. Mekanisme yang dimaksud disini
merupakan penggabungan dari ketiga komponen dasar tadi dan jika satu link digerakkan
atau diberi gaya, maka akan menggerakkan komponen lainnya. Jika komponen dasar
tersebut digabungkan dan jika gabungan link tersebut diberi gaya tetapi tidak bergerak,
maka gabungan link tersebut disebut Struktur.
Dengan menggunakan prinsip mencari kecepatan pada 3 (tiga) komponen dasar
ditambah pengetahuan tentang penjumlahan vector secara garafik, kita dapat menentukan
harga dan arah kecepatan titik-titik komponen yang ada pada mekanis pemesinan, juga
menentukan besar dan arah kecepatan sudutnya.
27
28
B.POKOK-POKOK ISI
2. Pisahkan masing-masing link 2, 3, dan link 4 untuk dianalisa dan mengetahui data
apa saja yang diketahui gambar (b). Dari analisa pada setiap link, maka didapat
data sebagai berikut :
- Link 2 merupakan link yang berputar di satu titik tetap yaitu di titik O2 dengan
data : panjang O2A = 10 [cm] = 0,1 [m], 2 = 50 [rad/s], sehingga kecepatan
titik A dapat dicari dengan persamaan VA = R. 2 = O2A. 2 = 0,1 . 50 = 5
[m/s] dan arah VA tegak lurus R (tegak lurus O2A) mengikuti arah 2 seperti
gambar (b).
- Link 4 merupakan link yang bergerak lurus, dan data yang diketahui adalah
arah lintasan kecepatan titik B yaitu sejajar bidang luncurnya
- Link 3 merupakan link yang tidak memiliki titik tetap dengan data yang
diketahui adalah besar dan arah kecepatan titik A sama dengan kecepatan titik
A pada link 2, dan arah kecepatan titik B sama dengan arah kecepatan titik B
pada link 4.
3. Mencari kecepatan titik B dari link 3.
Karena link 3 adalah link yang tidak memiliki titik tetap, maka peneyelesaiannya
menggunakan persamaan kecepatan relative, yaitu dengan memandang relative
titik B terhadap titik A ( ambil relative suatu titik terhadap titik lain yang
sudah diketahui besar dan arah kecepatannya ), sehingga persamaan vektornya
adalah : VB = VA + VBA.
Dari persamaan vector tersebut kita analisa besar dan arah kecepatannya :
VB = ?, dan arahnya = sejajar bidangnya, lihat gambar (b).
VA = 10 [m/s], dan arahnya tegak lurus O2A, lihat gambar (b).
VBA = R.3 = (BA).3 = ? , dan arahnya tegak lurus link 3 ( batang AB) mengikuti
barah 3, lihat Sub Bab 3.3.b. Karena besar dan arah 3 belum diketahui, maka
arah VBA hanya diketahui tegak lurus batang AB, tetapi tegak lurusnya ke atas atau
ke bawah belum diketahui.
Dari analisa tersebut di atas, buatlah gambar vector kecepatannya (poligon
kecepatan) berdasarkan persamaan vector VB = VA + VBA dengan skala kecepatan
(skala v) : 1 [cm] = 2 [m/s], sehingga diperoleh :
10 [m/s]
panjang VA = x 1[cm] 5 [cm]
2 [m/s]
Berdasarkan analisa besar dan arah kecepatan di atas, yang bisa digambar terlebih
dahulu adalah vector VA dari titik O dengan panjang 5 [cm] dengan arah tegak
lurus O2A, kemudian gambar arah vector VBA dari ujung vector VA ( titik a) dengan
arah tegak lurus batang AB ( link 3 ), dan dilanjutkan dengan gambar arah vector
VB dari titik O dengan arah sejajar bidang luncur link 4 hingga berpotongan
dengan vector VBA di titik b, lihat gambar (c) .
Dari polygon kecepatan kemudian dilakukan pengukuran, sehingga didapat :
4,6 [cm]
Panjang VB = 4,6 [cm], maka VB = x 2 [m/s] 9,2 [m/s]
1 [cm]
3,7 [cm]
Panjang VBA = 3,7 [cm], maka VB = x 2 [m/s] 7,4 [m/s]
1[cm]
Sesuai dengan pengertian kecepatan relative VBA = (BA).3 , sehingga kita bisa
mencari besar dan arah 3 sbb :
V BA 7,4
3 = = = 29,6 [rad/s] dengan arah mengikuti arah VBA, lihat gambar (d).
BA 0,25
4. Karena titik C terletak pada link 3 yaitu link yang tidak memiliki titik tetap, maka
untuk mencari kecepatan titik C caranya sama dengan mencari kecepatan titik B,
yaitu dengan prinsip kecepatan relative yaitu dengan memandang relative titik C
terhadap titik A, sehingga persamaan vektornya adalah VC = VA + VCA , dan jika
dianalisa besar dan arah vector kecepatannya, didapat informasi sbb :
VC = besar dan arahnya belum diketahui
VA = besar dan arahnya sudah diketahui
VCA = CA. 3 = 0,1 . 29,6 = 2,96 [m/s] dengan arah tegak lurus AC mengikuti arah
3, lihat gambar (d).
Kemudian buat polygon kecepatan berdasarkan persamaan vector di atas dengan
skala v : 1 [cm] = 2 [m/s], sehingga didapat ,
2,96[m / s ]
panjang VCA = x1[cm] = 1,48 [cm]
2[m / s ]
Dari polygon kecepatan ( gambar (e)), diperoleh panjang VC = 4,5 [cm],
4,5 [cm]
maka VC = x 2 [m/s] 9 [m/s].
1[cm]
Jika gambar polygon kecepatannya digabung akan didapat seperti pada gambar (f).
Gambar penyelesaian :
Supaya lebih praktis dan sistimatis proses penyelesaiannya di atas dengan uraian
yang panjang lebar dapat disingkat pengerjaannya sebagai berikut :
AC = 10 [cm] = 0,10 [m]
(b) 2 = 50 [rad/s] searah jarum jam
VBA
Ditanya : besar dan arah VA, VB, VC dan 3
arah
VA arah VB
VA Penyelesaian :
arah VB
VB = VA + VBA
VCA
b: ? ?
a: // bid O2A AB
Buat polygon kecepatan dengan skala v :
1[cm] = 1 [m/s], sehingga di dapat:
4,5
cm
5[m / s ]
(e)
Panjang VA = x1[cm] 5[cm]
1[m / s ]
VC
c
VCA
Dari polygon V, lihat gambar (c) didapat:
VA VB = 4,6 [cm]
a
6,4[cm]
VB b = x1[m / s ] 6,4[m / s ]
VBA 1[cm]
(f) 3,7[cm]
VC
VBA = ,7[cm]= x1[cm] 3,7[m / s ]
c 1[cm]
VCA
VBA = (AB). 3 di dapat
VA V 3,7
a 3 = BA 14,8[rad / s ] , arahnya
AB 0,25
mengikuti arah VBA (berlawanan jarum jam) , lihat gambar (d)
4. Mencari VC dari link 3.
VC = VA + VCA
b: ? ?
a: ? O2A AC
O4B = 14 [cm] = 0,14 [m]
2 = 200 [rad/s] berlawanan jarum jam
VA C
(b) VA
O2-O4 = 27 [cm]
Ditanya : besar dan arah VA, VB, VC, 3, 4
pada saat = 45o
Penyelesaian :
VA (c)
(d) 1. Buat gambar soal dengan benar, gambar
(a)
C
3,8
VCA VBA
]
sehingga dapat diketahui :
VBA VB m]
1 ,6[c VA = O2A . 2 = 0,1 .200 = 20 [m/s] dan
VA
arah VA = O2A mengikuti arah 2
(f)
VB (e)
VB = ? , arah VB = O4B
VCA 3. Mencari VB dari link 3
VC
2,2
[c m
]
VB = VA + VBA
a VA
b: ? ?
(g)
a: O4B O2A AB
Buat polygon kecepatan dengan skala v :
VCA VC
c
1[cm] = 5 [m/s], sehingga di dapat:
20[m / s ]
VBA
b VB Panjang VA = x1[cm] 4[cm]
5[m / s ]
Dari polygon V, lihat gambar (c) didapat:
1,6[cm]
VB = 1,6 [cm] = x5[m / s ] 9[m / s ]
1[cm]
3,8[cm]
VBA = 3,8[cm]= x5[cm] 19[m / s ]
1[cm]
V BA 19
VBA = (AB). 3 di dapat ,3 = 126,7[rad / s ] , arahnya mengikuti arah
AB 0,25
VBA (searah jarum jam) , lihat gambar (d)
VB = (O4B). 4 di dapat
VB 19
4 = 57,1[rad / s ] , arahnya mengikuti VB ( berlawanan jarum jam), lihat
O4 B 0,14
gambar (e).
4. Mencari VC dari link 3.
VC = VA + VCA
b: ? ?
a: ? O2A AC
Buat polygon V, dengan sakla V : 1[cm] = 5 [m/s], dan dari Poligon di dapat besar
dan arah VB , gambar (b)
Untuk mencari VC dilakukan secara grafik, gambar (c), berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
VC AC. 4 AC
, sehingga dibuat segitiga sebangun seperti gambar (c).
VB AB. 4 AB
4. Mencari VD dari link 5
VD = VC + VDC
b: ? ?
a: // bid O4C DC
Buat polygon V dari persamaan di atas dengan skala V yang sama, sehingga
didapat besar dan arah VC , gambar (d).
5. Mencari VE dari link 5
VE = VC + VEC
b: ? ?
a: ? O4C EC
Karena ada 3 ANU, maka harus dihilangkan satu ANU yaitu dengan mencari VEC
dengan cara grafik, gambar (e), berdasarkan persamaan sebagai berikut :
VEC EC. 5 EC
, sehingga dibuat segitiga sebangun seperti gambar (e).
VDC DC. 5 DC
Setelah itu dibuat polygon V, gambar (f) berdasarkan persamaan VE = VC + VEC ,
6,7[cm]
sehingga didapat VE = 6,7 [cm] = x5[m / s ] = 33,5 [m/s]
1[cm]
Pada gambar (f) juga sebagai penggabungan beberapa polygon V.
D
d
VE=6,7 cm
VA VB
a VBA b f
a
E
VC VD
d
VDC c e
VDC
D
C
e
E
VEC
C
VB
C
c
3,4cm
b
VC
VA VB
a VBA b
B. RANGKUMAN
Untuk Menentukan besar dan arah kecepatan linier suatu titik yang berada pada
komponen pemesianan dan menetukan besar dan arah kecepatan sudutnya digunakan:
1. Prinsip kecepatan pada komponen yang berputar pada satu titik tetap, yaitu
V = R. , dimana arah v tegak lurus R, mengikuti arah
2. Prinsip kecepatan relative pada komponen yang tidak memiliki titik tetap, yaitu :
Jika dipandang relative B terhadap A, maka titik A dianggap sebagai titik yang
diam, sehingga persamaannya : VB = VA + VBA
3. Prinsip kecepatan pada komponen yang bergerak lurus, dimana pada komponen
tersebut hanya diketahui arahnya saja yaitu sejajar bidangnya.
C. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah mesin diesel silinder tunggal dengan panjang engkol 8 [cm] dan panjang
batang penggerak 30 [cm], seperti pada gambar di bawah ini. Jika engkol berputar
dengan arah melawan jarum jam pada 200 [rad/s], tentukan kecepatan torak secara
grafis pada saat engkol membuat sudut 60o , dan tentukan juga kecepatan titik C
yang berjarak 10 [cm] dari A.
2. Diketahui seperti gambar di bawah ini. Cari kecepatan titik B,C, dan D, serta
kecepatan sudut penghubung ( link ) 3 dan 5. Jika AB = 15
[cm], AC = 10 [cm], dan CD = 20 [cm]
PERCEPATAN RELATIF
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SINGKAT
Konsep dari percepatan bahwa percepatan itu ada karena adanya perubahan kecepatan,
sehingga apabila suatu titik bergerak melingkar dengan jari-jari lintasan yang tetap, akan
mengalami dua perubahan kecepatan yaitu perubahan kecepatan yang disebabkan oleh
adanya perubahan arah sehingga menghasilkan percepatan yang disebut percepatan normal
diberi simbul An dan perubahan kecepatan yang disebabkan oleh adanya perubahan harga
kecepatan sehingga menghasilkan percepatan tangensial diberi simbul At
Konsep percepatan relatif pada dsarnya identik dengan konsep kecepatan relatif yaitu,
jika dipandang relatif titik B terhadap titik A, maka titik A dianggap sebagai titik yang
diam, sehingga dihasilkan persamaan AB = AA + ABA , dimana AB adalah percepatan titik
B, AA adalah percepatan titi A, dan ABA adalah percepatan relatif titik B terhadap titik
A.Dalam penyelesaian persoalan percepatan juga diselesaikan secara grafik.
39
40
B. POKOK-POKOK ISI
1. Pengertian Percepatan
Perubahan kecepatan
Percepatan =
Selang waktu
v
a=
t
perubahan kecepatan
Percepatan rata-rata , ( a )
selang waktu
v
(a ) , dimana arahnya = arah Δv
t
v dv
Percepatan sesaat a = Lim
t 0 t dt
2. Percepatan Sebuah Titik yang Berputar dengan Jari-jari Lintasan yang Tetap
Jika sebuah titik bergerak melingkar mengelilingi suatu titik dengan jari-jari konstan
dari posisi B ke posisi B’ dengan kecepatan v1 di posisi B dan menjadi v2 pada posisi B’
dan menempuh sudut Δ, gambar 5.1 (a), maka titik tersebut dalam gerakannya
mengalami dua perubahan kecepatan yaitu perubahan arah kecepatan dan perubahan harga
kecepatan.
Δvn
Δvt
(a) (b)
Sehingga dapat dikatakan setiap titik yang bergerak melingkar dengan kecepatan yang
berubah mengalami dua perubahan kecepatan yaitu : lihat gambar 5.1 (b).
41
n v n
A = Lim ,
t 0 t
dimana : Δvn = v Sin Δ, untuk sudut yang terlalu kecil Sin Δ = Δ
maka Δvn = v Δ
v n v v.d
n
A = Lim Lim v.
t 0 t t 0 t dt
v
An = v. sedang = sehingga didapat
R
v2
An = sedang v = .R sehingga didapat
R
An = 2 R
v2
Jadi n
A = v. = = 2 R dan arahnya menuju pusat lintasannya
R
42
v t dv t
At = Lim =
t 0 t dt
dimana : dvt = R. d sehingga didapat
R.d d
At = sedang =
dt dt
Jadi At = R. dan arahnya tegak lurus R mengikuti arah
Akhirnya didapat persamaan percepatan suatu titik yang bergerak melingkar sbb :
A = An + At = R . + v2/R atau
= R. + 2 R atau
= R. + v .
AB ABt
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa percepatan suatu titik pada link
yang berputar di satu titik tetap harus diuraikan menjadi percepatan normal dan
percepatan tangensial (A = An + At ), dimana
An = v. = R.2 = v2
R , dengan arah menuju pusat lintasannya = menuju titik engsel
Contoh 1:
Sebuah link yang berputar di asatu titik tetap seperti gambar di bawah dengan
panjang OB = 20 [cm]. Tentukan percepatan titik B jika :
a. Kecepatan sudutnya ( ) = 40 [rad/s] konstan, searah jarum jam
b. Kecepatan sudutnya ( ) = 40 [rad/s] searah jarum jam, dan percepatan sudutnya
( ) = 500 [rad/s2], searah jarum jam.
Penyelesaian :
Karena = konstan, maka = 0,
sehingga AB = ABn = R. 2 = OB. 2 = 0,2 . (40)2
AB = 0,2 . 1600 = 320 [m/s2]
Untuk menentukan percepatan pada link yang bergerak lurus, sama caranya dengan
mencari kecepatan pada link yang bergerak lurus, yaitu :
Harga percepatan = ? ( tidak bisa dicari secara mandiri )
Arah percepatannya = sejajar dengan bidangnya.
Pembahasan percepatan pada link yang tidak memiliki titik tetap, hampir sama
caranya dengan menentukan kecepatan pada link yang tidak memiliki titik tetap yang
sudah kita pelajari di bab sebelumnya, yaitu menggunakan prinsip percepatan
relative, yaitu dengan berpedoman bahwa percepatan relative suatu titik ( titik B)
terhadap titik lain (titik C) adalah percepatan yang dimiliki titik tersebut (titik B)
dengan memandang titik lain ( titik C ) sebagai titik yang diam. Supaya titik C diam,
maka pada titik C diberi engsel seperti gambar 5.3, sehingga gerakan relative titik B
terhadap titik C adalah mengelilingi titik C dan untuk mencari besar dan arah
percepatan relative titik B terhadap titik C = ( ABC ) sama caranya dengan mencari
percepatan titik pada link yang berputar pada satu titik tetap.
ABC = ABCn + ABCt , dimana :
ABCn = R.2 = BC.2 , arahnya dari B menuju C ( sejajar BC dari B menuju C )
ABCt = R. , arahnya tegak lurus BC mengikuti arah
C C C
ABCt
ABC
ABCn
C C ACB
C
ACBn
Untuk menentukan persamaan percepatan relativ dua titik pada satu penghubung
kaku caranya identik dengan cara menentukan persamaan kecepatan relativ yang
sudah dipelajari pada bab sebelumnya, yaitu dengan berpedoman pada prinsip :
“ YANG DISEBUT LEBIH DULU, MAKA KITA TULIS LEBIH DULU”
Contoh: Kalau kita pandang relative titik B terhadap titik C, berarti titik B kita sebut
lebih dulu dari pada titik C, maka B ditulis lebih dulu, kemudian menyusul titik C
dan notasi Percepatan relative titikB terhadap titik C = ABC ( A = percepatan ),
sedang cara menuliskan persamaan percepatan relative titik B terhadap titik C adalah
sebagai berikut:
AB = AC + ABC
Jika dipandang relative titik C terhadap titik B, maka AC ditulis lebih dulu, kemudian
AB dan dilanjutkan dengan ACB, jadinya :
AC = AB + ACB
Sesuai dengan konsep dasar bahwa percepatan suatu titik yang berputar pada satu
titik tetap, maka persamaan di atas menjadi:
AB = AC + ABC → ABn + ABt = ACn + ACt + ABCn + ABCt
Dan AC = AB + ACB → ACn + ACt = ABn + ABt + ACBn + ACBt
Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah setiap titik percepatannya harus
diuraikan menjadi percepatan normal dan tangensial ?, jawabnya adalah tidak,
46
karena pada titik-titik tertentu kalau diuraikan malah menyulitkan kita dalam
menyelesaikan persoalan percepatan tersebut.
Jadi yang perlu diuraikan menjadi percepatan normal dan tangensial adalah titik-titik
yang sudah jelas diketahui jari-jari dan pusat lintasannya. Hal ini mengingat arah
percepatan normal adalah menuju pusat lintasannya dan arah percepatan tangensial
tegak lurus jari-jari lintasannya.
Contoh 2.
Dua titik A dan B berada pada link yang
tidak memiliki titik tetap seperti gambar di
samping
Link tersebut sedang berputar dengan
kecepatan 30 [rad/s] searah jarum jam. Jika
percepatan titik A (AA = 250 rad/s2) dan
lintasan titik B dengan arah seperti gambar,
tentukan besar dan arah percepatan titik B.
Penyelesaian:
1. Gambarkan posisi titik A dan B sesuai dengan data pada soal
2. Ambil relativ titik B terhadap titik A, sehingga persamaan percepatannya adalah sbb:
AB = AA + ABAn + ABAt , dimana :
b: ? √ √ ? (b = besar)
a: ? √ B→A AB (a = arahnya)
ABAn = BA x 2 = 0,2 x 302 = 180 m/s2 , arahnya // BA, dari B menuju A
3. Buat gambar poligon percepatan
berdasarkan persamaan dia atas, dengan skala A: 1 cm = 100 m/s2.
Sehingga panjang vektor sbb:
AA = 250/100 x 1 cm = 2,5 cm
ABAn = 180/100 x 1 cm = 1,8 cm
Dari poligon di dapat AB = 12 cm, maka besar percepatan titik B,
AB = 12/1 x 100 m/s2 = 1200 m/s2
47
Poligon percepatan
Skala A: 1 cm = 100 m/s2
C. RANGKUMAN
D. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah link yang memliki titik tetap, sedang berputar dengan kecepatan 400 rpm
searah jarum jam, dan 5 detik kemudian putarannya menjadi 1800 rpm dengan
percepatan sudut konstan. Tentukan percepatan titik yang terletak di tengah-tengah
link, pada saat kecepatan putarnya 1400 rpm.
2. Sebuah link yang berputar di satu titik tetap seperti pada gambar di bawah ini,
panjangnya 15 cm.
Jika diketahui percepatan titik A = 1000 m/s2 ,
tentukan besar dan arah kecepatan sudut dan
percepatan sudut dari link tersebut.
Dapatkah arah kecepatan sudut ditentukan?
3. Dua titik A dan B berada pada sebuah link yang tidak memiliki titik tetap, dan
diketahui besar percepatan relativ normal titik B terhadap titik A, ABAn = 125 m/s2
dan percepatan relativ tangensial titik B terhadap titik A, ABAt = 250 m/s2 dengan
arah seperti pada gambar. Berapa besar kecepatan sudut dan percepatan sudut link
tersebut, serta kemana arah percepatan sudutnya.
ABAt
ABAn
49
4. Jika percepatan titik A dan titik B diketahui seperti pada gambar di bawah ini,
berapa besar kecepatan sudut dan percepatan sudut link, dan tentukan juga besar dan
arah percepatan titik C.
AA = 200 m/s2 ; AB = 400 m/s2 ;
A-B = 12,5 cm; A-C = 10 cm; B-C
5. Tentukan percepatan sudut link pada masing-masing kasus yang ditunjukka pada
gambar di bawah ini.
AA = 100 m/s2 & AB = 100 m/s2 AA = 100 m/s2 & AB = 100 m/s2
(a) (b)
BAB VI
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SINGKAT
Setelah kita tahu cara menentukan percepatan suatu titik yang berada pada tiga
komponen dasar (BAB V), maka pengetahuan tersebut kita terapkan pada berbagai
mekanisme permesinan yang merupakan penggabungan dari ketiga komponen dasar
tersebut, misalnya mekanisme Engkol-Peluncur, Mekanisme Empat Penghubung, dan
Mekanisme yang merupakan kombinasi dari kedua mekanisme tersebut.
B. POKOK-POKOK ISI
50
51
AC = 10 [cm] = 0,10 [m]
(b)
2 = 50 [rad/s] searah jarum jam
BA
V
arah
m
3,7 c
Buat polygon kecepatan dengan
skala v : 1[cm] = 1 [m/s],
VA
a
sehingga di dapat:
(d)
VBA
5[m / s ]
Panjang VA = x1[cm] 5[cm]
1[m / s ]
VCA
Dari polygon V, lihat gambar (c) didapat:
VB = 4,6 [cm]
6,4[cm]
= x1[m / s ] 6,4[m / s ]
4,5
cm
1[cm]
VC = VA + VCA
b: ? ?
a: ? O2A AC
Analisa Percepatan
Dari anlisa kecepatan didapat:
(a) VBA = 3,7 m/s dan
3 = 14,8 [rad/s] berlawanan arah jarum jam
45°
Ditanya : besar dan arah AA, AB, AC dan α3
Penyelesaian :
(b)
ABAn 1. Buat gambar soal dengan benar, gmb. (a).
AA ABAt
2. Analisa gambar, lihat gambar (b),
AA=AAn Pada Link 2 :
arah AB
AAn = O2A.22 = 0,1.502 = 250 [m/s2] dan
(c) 3,6cm arah AAn = // (O2A) dari A→O2
AA
ABAt
Karena 2 = konstan, maka α2 = 0,
cm
4,2
sehingga AAt = 0
m
AC
3,3c
250m / s 2
Panjang AA = x1cm 5cm
50m / s 2
54,8m / s 2
Panjang ABAn = x1cm 1,1cm
50m / s 2
Dari polygon V, lihat gambar (c) didapat:
3,6cm
AB = 3,6 cm = x50m / s 2 180m / s 2 dan
1cm
3,3cm
ABAt = 3,3 cm = x50m / s 2 165m / s 2
1cm
n
V 165
ABAt = (AB). α 3 di dapat α3 = BA 660rad / s 2 ,
AB 0,25
arahnya mengikuti arah ABAt (berlawanan jarum jam) , lihat gambar (d)
AC = AA + ACAn + ACAt
b: ?
a: ? A→O2 A→C
AC
AB = 15 [cm] = 0,15 [m]
.
AC = 10 [cm] = 0,1 [m]
O4B = 14 [cm] = 0,14 [m]
2 = 200 [rad/s] berlawanan jarum jam,
α2 = 1000 m/s2 searah jarum jam
Ditanya : besar dan arah AA, AB, AC, α3, α 4
pada saat = 45o
55
Penyelesaian :
(a) C Analisa Kecepatan
1. Buat gambar soal dengan benar, gambar
(a)
.
2. Analisa gambar, lihat gambar (b),
sehingga dapat diketahui :
VA = O2A . 2 = 0,1 .200 = 20 [m/s] dan
VA C arah VA = O2A mengikuti arah 2
(b) VA VBA = ? , arah VBA = (AB)
VB = ? , arah VB = (O4B)
3. Mencari VB dari link 3
VB = VA + VBA
b: ? ?
VA (c)
a: O4B O2A AB
(d) Buat polygon kecepatan dengan
C skala v : 1[cm] = 5 [m/s],
3 ,8
sehingga di dapat:
[cm
VCA VBA
]
20[m / s ]
VBA VB m]
Panjang VA = x1[cm] 4[cm]
1 , 6 [c 5[m / s ]
VA Dari polygon V, lihat gambar (c) didapat:
(f)
VB (e) VB = 1,6 [cm]
VCA 1,6[cm]
= x5[m / s ] 9[m / s ]
VC
2,2
1[cm]
[c m]
3,8[cm]
VBA = 3,8[cm]= x5[cm] 19[m / s ]
1[cm]
a VA
(g) VBA = (AB). 3 di dapat
V BA 19
VCA VC
c
3 = 126,7[rad / s ] , arahnya
AB 0,15
VBA mengikuti arah VBA (searah jarum jam) ,
b VB
lihat gambar (d)
VB 9
VB = (AB). 4 di dapat 4 = 57,1[rad / s] ,
O4 B 0,14
arahnya mengikuti VB ( berlawanan jarum jam), lihat gambar (e).
4. Mencari VC dari link 3.
VC = VA + VCA
b: ? ?
a: ? O2A AC
56
Buat polygon kecepatan dengan skala V yang sama, lihat gambar (e)
12,67[m / s ]
Panjang VCA = x1[cm] 2,5[cm]
5[m / s ]
2,2[cm]
Dari polygon didapat : VC = 2,2 [cm] = x5[cm] 11[m / s ]
1[cm]
5. Jika digabung poligon kecepatannya didapat gambar (g).
VB = VA + VBA poligonnya = ΔOab dan VC = VA + VCA poligonnya = Δoac
Analisa Percepatan
dari analisa kecepatan didapat
VBA = 19 m/s dan 3 = 126,7 rad/s dengan arah = searah jarum jam
VB = 9 m/s dan 4 = 57,1 rad/s dengan arah = berlawanan jarum jam
1. Buat gambar soal dengan benar, gambar (a)
2. Analisa gambar, lihat gambar (b)
Dari link 2 didapat:
AAn = O2A . 22 = 0,1 .2002 = 4000 m/s2, arah AAn = //O2A dari AO2
AAt = O2A . α2 = 0,1 . 1000 = 100 m/s2 , arahnya = O2A mengikuti arah α2
Dari link 4, didapat:
ABn = O4B.42 = 0,14.(57,1)2 = 456,5 m/s2, arahnya = // O4B dari B O4
ABt = ?, arahnya = O4B
Dari link 3, diambil relatif B terhadap A, maka didapat:
ABAn = (AB). 32 = 0,15.(126,7)2 = 2408 m/s2 , arahnya = //(AB) dari B A ,
dan ABAt = ? , arahnya = AB
3. Mencari AB dari link 3. (relatif B terhadap A)
Buat polygon percepatan dengan skala A : 1[cm] = 500 m/s2, sehingga di dapat:
4000m / s 2 100m / s 2
Panjang AAn = x1cm 8cm Panjang AA
t
= x1cm 0,5cm
500m / s 2 500m / s 2
456,5m / s 2
Panjang ABn = x1cm 0,9cm
500m / s 2
57
2408m / s 2
Panjang ABAn = x1cm 4,8cm
500m / s 2
Dari polygon A, lihat gambar (c) didapat:
12,1cm
AB = 12,1 cm = x500m / s 2 6050m / s 2
1cm
8,02cm
AA = 8,02 cm = x500cm 4010m / s 2
1cm
12cm
ABt = 12 cm = x500cm 6000m / s 2
1cm
5,2cm
ABA = 5,2 cm = x500m / s 2 2600m / s 2
1cm
2cm
ABAt = 2 cm = x500m / s 2 1000m / s 2
1cm
t
A 1000
ABAt = AB. α3 , maka α3 = BA 6667 rad / s 2
AB 0,15
Arah α3 = mengikuti arah ABAt = berlawanan jarum jam, gambar (d)
t
A 6000
AB = O4B. α4 , maka α4 = B
t
42857 rad / s 2
O4 B 0,14
Arah α4 = mengikuti arah ABt = berlawanan jarum jam, gambar (e).
4. Mencari percepatan titik C (AC ) dari link 3. ( Relatif C terhadap A)
AC = AAn + AAt + ACAn + ACAt
b: ?
a: ? AO2 O2A CA AB
ACAn = (AC). 32 = 0,1 .(126,7)2 = 1605 m/s2, arah AAn = CA
ACAt = AC. α3 = 0,1 . 6667 = 666,7 m/s2 , arahnya = AB mengikuti arah α3
Buat poligon percepatan dengan skala A, sama dengan sebelumnya.
1605m / s 2
Panjang ACAn = x1cm 3,2cm
500m / s 2
666,7m / s 2
Panjang ACAt = x1cm 1,3cm
500m / s 2
Dari poligon A, gambar (f), di dapat :
10,6cm
AC = 10,6 cm = x500m / s 2 5300m / s 2
1cm
58
(a) C
.
ABAt
n ABt
(b)
ABn
t
AAn
ABn
(c)
1cm
12,
=
AB m
12c
t=
cm
AB
,02
=8
AA
n
AA
5,2cm ABt
t
(e)
ABAcm
2
ABAt
t
(d) n
ACAt
C
(d)
m
,6c
10
C=
A
(f)
n
AA
t
ACA
n
C
t
59
D
d
VE = 6,7 cm
6,5 cm
VA VB
a VBA b f
a
25cm
E
VC VD
d
VDC 0,75 cm c e
VDC
D
C
e
y = 35 cm
x = 15 cm
E
VEC
C
VB
C
c
3,4cm
b
VC
VA VB
a VBA b
31.8
0,75cm
VDC = 0,75 cm = x5m / s 3,75m / s
1cm
6. Mencari VE dari link 5. (relatif titik E terhadap titik C)
VE = VC + VEC
b: ? ?
a: ? O4C EC
Karena ada 3 ANU, maka harus dihilangkan satu ANU yaitu dengan mencari VEC
dengan cara grafik, berdasarkan persamaan sebagai berikut :
V EC EC. 5 EC
, sehingga dibuat segitiga sebangun seperti gambar (e).
VDC DC.5 DC
Setelah itu dibuat polygon V, gambar (f) berdasarkan persamaan VE = VC + VEC ,
6,7[cm]
sehingga didapat VE = 6,7 [cm] = x5[m / s ] = 33,5 [m/s]
1[cm]
Pada gambar (f) juga sebagai penggabungan beberapa polygon V.
Analisa Percepatan
VBA
B
C
VB
A C
D
ADCt
D
D
ADCn
E
AD
a
E
b
C
ABt
ABn
C
C
ABAt
AAn ABAn
ABAn = 1,6 cm
m
= 7 ,2 c
ABA
Skala A: 1 cm = 100 m/s^2
ABAt = 7 cm
c
A
A
ABt = 3,6 cm
=
A
An
=
10
AB =
1 4 ,9
cm
cm
ABn = 14,45
cm
Oa
d
,6 cm
t =14
Skala A: 1 cm = 200 m/s^2 ADC
ADCn = 0,14cm
AD = 9,3 cm
ACt = 3,6 cm
AC =
14,9
cm
ACn = 14,5
cm
Oa
65
C. RANGKUMAN
Untuk mencari harga dan arah percepatan serta percepatan sudut komponen
pemesianan pada dasarnya harus dilakukan kecepatan dualu dan dilanjutkan mencari
analisa percepatan. Ilmu yang diperlukan adalah pengetahuan untuk mencari kecepatan
dan percepatan pada tiga komponen dasar yaitu komponen yang berputar pada satu titik
tetap, komponen yang tidak memiliki titik tetap, dan komponen yang bergerak lurus
D. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Lihat soal no.1 pada Bab IV. Tentukan percepatan peluncur dan percepatan sudut
link 3, jika:
a. kecepatan sudut link 2 konstan
b. link 2 dipercepat dengan laju 1000 rad/s2 .
2. Lihat soal no.3 pada Bab IV. Tentukan percepatan titik B dan percepatan sudut link
3 dan link 4 untuk posisi yang ditunjukkan, jika :
a. Kecepatan sudut link 2 konstan
b. Link 2 diperlambat dengan laju 1000 rad/s2.
c. Link 2 dipercepat dengan laju 1000 rad/s2.
3. Lihat soal no.4 pada Bab IV. Tentukan pecepatan torak dan percepatan sudut link 3
dan link 5 untuk posisi yang ditunjukkan, jika :
a. Kecepatan sudut link 2 konstan
b. Link 2 diperlambat dengan laju 1000 rad/s2.
c. Link 2 dipercepat dengan laju 1000 rad/s2.
BAB VII
GAYA-GAYA STATIK
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SIGKAT
66
67
B. POKOK-POKOK ISI
harga vektor
Suatu mesin merupakan obyek tiga dimensi dan gaya-gaya yang bekerja ada dalam
tiga dimensi. Namun demikian dalam kejadian apapun suatu analisa lengkap harus
memenuhi syarat kesetimbangan. Adapun suatu benda dikatakan setimbang jika terpenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Gaya-gaya dalam bidang apapun harus setimbang
2. Momen dari gaya-gaya terhadap suatu sumbu tertentu harus setimbang.
Secara umum untuk suatu sistem tiga dimensi, suatu analisa lengkap dapat dilakukan
dengan memproyeksikan gaya-gayanya ke dalam tiga bidang yang saling tegak lurus.
Secara matematik benda dikatakan setimbang jika jumlah gaya-gayanya sama dengan nol
dan jumlah momen dari gaya-gaya tersebut terhadap suatu sumbu tertentu juga sama
dengan nol, dan dapat dituliskan sebagai berikut :
1. ∑ F = 0 , jika diproyeksikan ke tiga bidang menjadi
∑ Fx = 0
∑ Fy = 0
∑ Fz = 0
2. ∑ M = 0
3. Pengertian Kopel
Kopel merupakan dua buah gaya yang sama besar, sejajar, dan berlawanan arah.
Ciri sebuah Kopel adalah:
68
4.Penerapan Kestimbangan
Kita akan mempelajari bagaimana analisa gaya-gaya tidak sejajr dalam
kesetimbangan.
a. Tiga gaya tidak sejajar dalam kesetimbangan.
Tiga buah gaya F1, F2, dan F3 bekerja pada sebuah benda. Ketiga gaya tersebut
dinyatakan setimbang jika ∑ F = 0 dan ∑ M = 0
Agar ∑ F = 0 , maka poligon gaya-gaya tersebut harus membentuk lukisan
tertutup.
Agar ∑ M = 0, maka ketiga gaya tersebut harus berpotongan di satu titik.
Jadi dapat disimpulkan :
Jika pada sebuah benda bekerja tiga gaya yang tidak sejajar, maka ketiga gaya
tersebut dikatakan setimbang jika:
- Ketiga gaya tersebut berpotongan di satu titik
- Poligon gayanya membentuk lukisan tertutup
Contoh :
Diketahui tiga buah gaya bekerja pada satu batang ACB seperti pada gambar. Jarak
AB = 60 cm, dan Ac = 20 cm. F1 diketahui besar dan arahnya, F2 besarnya belum
diketahui, tetapi arahnya diketahu, sedang F3 besar dan arahnya belum diketahui,
tetapi harus melewati titik A. Jika F1 = 25 N, tentukan besar F2 dan besar & arah
F3.
A C B
30°
45°
F3 F1
F2
69
Penyelesaian:
1. Buat gambar soal dengan benar (proposional), sesuai dengan data yang
diketahui, dengan skala : 1 : 10 , sehingga panjang AB = 6 cm dan AC = 2 cm,
gambar (a).
2. Dari syarat ∑ F = 0, maka F1 + F2 + F3 = 0
F1 + F2 + F3 =0
b: ? ?
a: ?
Dari analisa besar dan arah vektor gaya di atas, pada persamaan tersebut
terdapat 3 anu, sehingga harus dihilangkan satu anu, yaitu dengan mencari arah
F3.
3. Mencari arah F3.
Dari syarat ∑ M = 0, maka ketiga gaya harus berpotongan di satu titik. Titik
perpotongan tersebut didapat dengan cara memperpanjang garis kerja gaya F1
dan F2 (gaya yang sudah diketahui arahnya), sehingga berpotongan di titik N.
Kemudian tarik garis lurus dari titik A ke titik N, maka garis A-N = arah F3
gambar (b).
4. Buat Poligon gaya dengan skala F : 1 cm = 10 N, gambar (c), sehingga didapat
panjang F1 = 25 N/10 N x 1 cm = 2,5 cm.
Dari poligon gaya, didapat :
F2 = 5,3 cm = 5,3 cm/1 cm x 10 N = 53 N
F3 = 6,4 cm = 6,4 cm/1 cm x 10 N = 64 N
A C B
(a)
30°
45°
N
F3 F1
F2
A C B
(b) 2,5 N
F1
F3 F1
F2 5 cm
cm
F3
3
5,
(c) cm
6,4
F2
70
(a)
60
A C B
30°
F4 90°
F1
F2
2. Ubah dari empat gaya menjadi tiga gaya dengan cara mengganti dua gaya yang
sudah diketahui besar dan arahnya menjadi satu gaya yaitu Resultan atau
jumlah dari kedua gaya tersebut (R = F1 + F3) dengan metode paralellogram
(jajaran genjang), gambar (b).
F3
R
(b)
F1
F3
6 cm
A C B
5 cm
F4 F1
F2
3. Mencari arah F4 berdasarkan syarat ∑ M = 0 , maka ketiga gaya harus
berpotongan di satu titik, dengan cara perpanjang garis kerja gaya F2 dan R
hingga berpotongan di N. Kemudian tarik garis lurus dari titik A ke titik N,
sehingga A-N = arah F4.gambar (c)
F3
(a)
°
60
A C B
R
30°
F3
F4 90°
F1
F2
F1
F3
(c)
A C B
F4 F2 F1
N
71
A C B
30°
F4 90°
F1
F2
F3
10,4
5 cm
F4
6 cm
R
(d)
cm
F1
5,3
5 cm
F2
72
Kasus 2.
Diketahui empat gaya tidak sejajar dalam kesetimbangan dimana satu gaya
diketahui besar dan arahnya, sedang tiga gaya hanya diketahui arahnya saja.
Contoh.
Diketahui empat gaya yang bekerja pada sebuah batang ACB seperti gambar (a),
dimana jarak AB = 50 cm dan AC = 20 cm.Jika F1 = 60 N, tentukan besar ketiga
gaya lainnya.
Penyelesaian:
1. Buat gambar soal dengan benar,dengan skala: 1 : 10. Gambar (a).
°
60
A C B
(a)
30 °
30°
F3 90°
F4 F2 F1
R2 =F
3 + F4
m
(b)
A C B
R1 =
F1 +
F2
F4 F3
F2 F1
3. Buat poligon gaya berdasarkan persamaan R1 = F1 + F2 dengan skala gaya : 1
cm = 10 N, maka panjang F1 = 60 N/10 N x 1 cm = 6 cm
Dari poligon tersebut, gambar (c), didapat :
F2 = 1,7 cm = 1,7 cm/1 cm x 10 N = 17 N
Lanjutkan pembuatan poligon gaya lengkap berdasarkan persamaan
F1 + F2 + F3 + F4 = 0. Dari poligon gaya didapat: gambar (c)
F3 = 4,3 cm = 4,3 cm/1 cm x 10 N = 43 N
F4 = 4,5 cm = 4,5 cm/1 cm x 10 N = 45 N
F3
cm
4,5
4 ,3
(c) F4
cm
F2
cm
1 ,7
Catatan:
Langkah-langkah menentukan arah R
1. Perpanjang garis kerja gaya F1 dan F2 ,hingga berpotongan di titik B
2. Perpanjang garis kerja gaya F3 dan F4 hingga berpotongan di titik m
3. Tarik garis lurus dari titik m ke titik B, sehingga didapat garis m-B = arah R
Langkah-langkah membuat poligon gaya dengan skala gaya: 1 cm = 10 N
1. Buat vektor gaya F1 sepanjang 6 cm.
2. Buat vektor F2 dari ujung vektor F1 dan vektor R dari pangkal vektor F1 sesuai
dengan arahnya masing-masing hingga berpotongan di satu titik, sehingga
didapat harga F2 = 1,7 cm.
3. Buat vektor F3 dari ujung vektor F2 dan vektor F4 dari pangkal F1 hingga
berpotongan di satu titik, sehingga didapat harga F 3 = 4,3 cm dan F 4 = 4,5 cm.
73
74
120°
T
F1
60°
A
Penyelesaian: F2
1. Buat gambar soal dengan benar dengan skala: 1 : 5. Gambar (a)
Panjang batang = 10/5 = 2 cm
2. Mencari besar dan arah F2.
Dari syarat ∑ F = 0 , maka F1 + F2 = 0, sehingga F1 = - F2 , artinya harga kedua
gaya tersebut sama besar dan arahnya berlawanan.Jadi F2 = 50 N dan arahnya
berlawanan dengan F1. Gambar (b).
3. Mencari Torsi.
Dari syarat ∑ MA = 0, maka T + (F1xh) = 0, sehingga T = - ( F1 x h), artinya
besar T = hasil kali F1 dengan jaraknya (h), dan arah T berlawanan dengan arah
momen dari gaya tersebut (F1 x h). Gambar (c).
B B B
T
F1 F1 T F1
h
m
A A A 1 ,7c
F2 F2 F2
(a) (b) (c)
75
C. RANGKUMAN
Gaya sebagai vektor digambarkan sebagai garis lurus dan diberi anak panah,
panjang garis menyatakan harga /besar vektor dan anak panah menyatakan arahnya.
suatu benda dikatakan setimbang jika terpenuhi syarat sebagai berikut:
1. Gaya-gaya dalam bidang apapun harus setimbang
2. Momen dari gaya-gaya terhadap suatu sumbu tertentu harus setimbang.
Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :
1. ∑ F = 0 , jika diproyeksikan ke tiga bidang menjadi
∑ Fx = 0
∑ Fy = 0
∑ Fz = 0
2. ∑ M = 0
D. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Tentukan besar dan arah gaya-gaya yang belum diketahui pada gambar soal di
bawah ini.
A C B
(a)
30°
45°
F3 F1
F2
AB = 60 cm, AC = 20 cm, dan F1 = 50 N
F3
(b)
°
60
A C B
30°
F4 90°
F1
F2
AB = 50 cm, AC = 20 cm, F1 = 40 N, dan F3 = 50 N
76
2. Tentukan Torsi yang harus diberikan agar sistim setimbang pada gambar di bawah
ini.
F2
60
AB = 40 cm B AB = 40 cm B
90°
°
60°
F1
F1 = 40 N F1 AC = 25 cm
T
F1 = 30 N T
60° F2 = 40 N
60°
A A
F2 F2
(a) (b)
BAB VIII
Memberikan pengetahuan tentang bagaimana menganalisa besar dan arah gaya yang
bekerja pada suatu titik yang berada pada komponen-komponen pemesinan
menggunakan prinsip kesetimbangan
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SIGKAT
Gaya-gaya yang bekerja pada komponen permesinan muncul dari berbagai sumber
yang berbeda antara lain :
1. Gaya dari berat komponen
2. Gaya dari energi yang ditransfer
3. Gaya perakitan
4. Gaya dari beban yang diberikan
5. Gaya dari Gesekan
6. Gaya dari akibat adanya perubahan temperatur
7. Gaya dari pegas
8. Gaya inersia
Pada modul ini yang akan kita bahas hanya dari beberapa sumber antara lain:
1. Gaya dari berat komponen
2. Gaya dari energi yang ditransfer
3. Gaya dari beban yang diberikan
4. Gaya dari gesekan
77
78
Ft
Fr Fr
Ft
(a) (b)
Gambar 8.1 Pemindahan gaya pada Roda Gigi
Jika gesekan diperhatikan maka gaya resultan pada sebuah pena, tidak lagi di titik
pusatnya, tetapi akan bergeser sedikit dari pusat pena yang berjarak tertentu, sehingga
menghasilkan torsi yang sama besar dengan torsi yang dihasilkan oleh gaya gesekan
pada pena. Gamabr 8.2 (b).
P
P P
Pena/pin
R R
(a) Tanpa Gesekan (b) Ada Gesekan
Gambar 8.2 Perpindahan gaya melalui pena.
A B A B
A B A B
F1 F2
F1 F2
(a) (b)
Gambar 8.3 Transfer gaya-gaya melalui batang
(a) R R N
(b)
Gambar 8.4 Transfer gaya melalui komponen luncur
Untuk analisa awal gaya-gaya pada mekanisme permesinan, gaya gesekan sementara
diabaikan, dan berat komponen tidak akan dibahas sebagai gaya-gaya yang terpisah,
yang dapat dipandang sebagai gaya luar.
Contoh 1.
Gambar 8.5 Mekanisme Engkol-Peluncur
Prosedur Penyelesaian:
1. Buat gambar soal dengan benar sesuai dengan data yang diketahui, gambar (a)
2. Buat free body diagram gaya-gaya pada setip link, gambar (b).
Free body diagram gaya-gaya pada setiap link dimulai dari link 3, dimana pada
link 3 tidak ada gaya lain (luar), selain gaya yang bekerja pada kedua ujung batang.
Pada link 3 terdapat dua gaya.
Pada titik A bekerja gaya dari link 2 ke link 3 = F23 dan
Pada titik B bekerja gaya dari link 4 ke link 3 = F43 .
Kedua gaya tersebut besarnya sama, arahnya berlawanan, dan segaris.
Besar F23 dan F43 belum diketahui, dan arahnya = sejajar batang AB
Berdasarkan hasil analisa gaya-gaya pada link 3 tersebut, maka akibatnya :
Pada link 2 terdapat dua gaya dan satu torsi.
Pada titik A bekerja gaya dari link 3 terhadap link 2 = F32 , yang besarnya sama
dengan F23, tetapi arahnya berlawanan. (Aksi = - reaksi).Besarnya belum diketahui
Pada titik O2 bekerja gaya dari link 1 terhadap link 2 = F12, besar dan arahnya
belum diketahui.
Torsi yang harus diberikan pada link 2, besar dan arahnya belum diketahui.
Pada link 4 terdapat tiga gaya.
Pada titik B terdapat 3 gaya:
a. Gaya dari link 3 terhadap link 4 = F34, yang besarnya = F43, tetapi arahnya
berlawanan (F34 = - F43), besarnya belum diketahui, dan arahnya = sejajar AB
b. Gaya dari bidang terhadap peluncur = F14.besarnya belum tahu, dan karena
gesekan diabaikan, maka arahnya tegak lurus bidangnya.
c. Gaya P.
Dari analisa gaya-gaya tersebut di atas dapat diketahui :
Pada link 2 terdapat 5 anu, ( besar dan arah F12, besar dan arah T2, besar F32)
Pada link 3 terdapat 2 anu, ( besar F23 dan besar F43).
Pada link 4 terdapat 2 anu, ( besar F14 dan F34 ).
3. Berdasarkan analisa gaya-gaya di atas, maka kita memulai analisa gaya-gaya pada
link yang terdapat 2 anu.
Pada link 3 terdapat 2 gaya dan terdapat 2 anu, sehingga tidak bisa diselesaikan,
maka analisa gaya-gaya kita mulai dari link 4, untuk mencari besar F14 dan F34.
Supaya sistem setimbang, maka pada setiap link juga harus setimbang
Mencari F34 dan F14 dari link 4
∑ F = 0 , maka
P + F34 + F14 =0
b: ? ?
a: //AB bid
45°
(a)
F23
T2 F32
F43
(b) F34
F12
F14
Skala: 1cm = 20 N
F14
(c)
1,5cm
5,2c
m F34 T2 F32
8cm
F43
h=1,
F32
Kesimpulan:
Secara singkat langkah-langkah penyelesaian soal di atas adalah sebagai berikut:
1. Buat gambar soal dengan benar, sesuai data yang diketahui. Gambar (a)
2. Buat Free body diagram gaya-gaya setiap link. Gambar (b)
3. Mencari F34 dan F14 dari link 4, berdasarkan persamaan ∑ F = 0 , maka
P + F34 + F14 =0
b: ? ?
a: //AB bid
Buat poligon gaya berdasarkan persamaan di atas, sehingga didapat besar dan
arah F34 dan F14 , gambar (c)
4. Dari titik B terjadi Aksi = - Reaksi, maka didapat F43 = - F34 , gambar (d)
5. Mencari F23 dari link 3, berdasarkan persamaan ∑ F = 0 , maka F23 + F43 = 0,
sehingga didapat F23 = - F43 , gambar (d)
6. Dari titik A terjadi Aksi = - Reaksi, maka didapat F32 = - F23 , gambar (d)
7. Mencari F12 dari link 2, berdasarkan persamaan ∑ F = 0 , maka F12 + F32 = 0,
sehingga didapat F12 = - F32 , gambar (d)
8. Mencari T2 berdasarkan persamaan ∑ MA = 0 , maka T2 + F32 x h = 0
Jadi T2 = - (F32 x h), gambar (e)
Contoh 2.
Sebuah mekanisme Engkol-Peluncur dengan gaya P dan gaya S seperti pada gambar
di bawah ini. O2A = 10 cm, AB = 25 cm, dan AC = 12,5 cm.Tentukan Torsi yang
harus diberikan pada link 2 agar sistem setimbang.
S=3 kN
C
6 0°
60
°
P=5 kN
Langkah-langkah penyelesaian:
1. Buat gambar soal dengan benar sesuai data yang diketahui.gambar (a).
2. Buat Free Body diagram gaya pada setiap link. Gambar (b).
Pada link 3:
Karena ada gaya S, maka gaya-gaya pada titik A ( F23 ) & pada titik B ( F43 ) besar
dan arahnya belum diketahui.
Akibatnya F32 pada link 2 dan F34 pada link 4, juga belum diketahui besar dan
arahnya.
Disamping itu pada link 4, F14 besarnya belum diketahui, tetapi arahnya = tegak
lurus bidangnya. Dan pada link 2, F12 dan T2 besar dan arahnya juga belum
diketahu.
Kesimpulannya:
Pada link 2 terdapat 6 anu, pada link 3 terdapat 4 anu, dan pada link 4 terdapat 3
anu.
Karena pada setiap link terdapat lebih dari 2 anu, maka permasalahan ini tidak
dapat diselesaikan.
3. Agar persoalan ini dapat diselesaikan, maka dilakukan penguraian gaya F43
menjadi 2 gaya yang saling tegak lurus yaitu dalam arah normal ( F43n ) dan arah
tangensial ( F43t ), F43 = F43n + F43t . Akibatnya F34 juga terurai menjadi F34n dan
F34t atau F34 = F34n + F34t gambar (c).
4. Mencari gaya F43t dari link 3. Gambar (d).
Gaya F43t dicari secara garfik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Gambar batang AB (link 2) dengan skala : 1 : 5, sehingga panjang AB = 5 cm
dan panjang AC = 2,5 cm.
60 °
60
(a)
°
P=5 kN
S=3 kN
F34
C
F23
(b)
F32 P=5 kN
F14
F43
F12
S=3 kN
C F34t
F34n
F23
(c) P=5 kN
F43n
F43t F14
Skala gmb: 1:5
Skala F: 1cm= 1 kN S
St F34n
F43t
P=5 kN
(d)
m
1,3c
C
F23 F14
F34t
F34t
S=3 kN 4,85
cm 0,5cm
C F43t
P F14
(f) (e) F34n
F23
F43n
F43n
F43t
T2
F32
m
S
95c
3,
1,
6c
h=
(g) m (h)
F23 F12
Pada link 2 terdapat 2 gaya ( F32, & F12 ), saru Torsi ( T2 ) dan 5 anu
Berdasarkan analisa tersebut, kita dapat menentukan dari mana kita memulai, yaitu
dari link 7
Gambar (a).
3. Mencari F17, & F67 dari link 7
∑F=0
P + F67 + F17 =0
b: ? ?
a: //CD bid
4. Akibat reaksi di titik D, didapat F76, = - F67 ( besarnya sama, arahnya berlawanan ),
gambar (c)
5. Mencari F56 dari link 6
∑ F = 0 maka F56 + F76 = 0, sehingga F56 = - F76 ( besarnya sama, tetapi arahnya
berlawanan ), gambar (c).
6. Mencari F15, & F45 dari link 5
∑F=0
F65 + F45 + F15 =0
b: ? ?
a: //AB ?
Dari analisa besar dan arah gaya pada persamaan di atas terdapat 3 anu, sehingga
persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan. Untuk itu perlu dihilangkan satu anu
yaitu dengan mencari arah F15 dengan cara sebagai berikut: gambar (d) pada link 5
a. Perpanjang garis kerja gaya F65 dan F45 hingga berpotongan di titik M
b. Tarik garis lurus dari titik O5 ke titik M, maka garis O5 – M = arah F15
Dengan didapatnya arah F15, maka pada persamaan di atas hanya terdapat 2 anu,
sehingga dapat diselesaikan dengan membuat poligon gayanya, Dari poligon gaya
didapat besar dan arah gaya F16 dan gaya F45. Gambar (d).
7. Akibat reaksi di titik B, didapat F45, = - F54 ( besarnya sama, arahnya berlawanan ),
gambar (e)
8. Mencari F34 dari link 4
∑ F = 0 maka F34 + F54 = 0, sehingga F34 = - F54 ( besarnya sama, tetapi arahnya
berlawanan ), gambar (e).
9. Akibat reaksi di titik A, didapat F43, = - F34 ( besarnya sama, arahnya berlawanan )
10. Mencari F13, & F23 dari link 3
∑F=0 F43 + F23 + F13 =0
b: ? ?
a: ?
Dari analisa besar dan arah gaya pada persamaan di atas terdapat 3 anu, sehingga
persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan. Untuk itu perlu dihilangkan satu anu
yaitu dengan mencari arah F13 dengan cara sebagai berikut: gambar (f) pada link 3.
a. Perpanjang garis kerja gaya F43 dan F23 hingga berpotongan di titik N
b. Tarik garis lurus dari titik O3 ke titik N, maka garis O3 – N = arah F13
Dengan didapatnya arah F13, maka pada persamaan di atas hanya terdapat 2 anu,
sehingga dapat diselesaikan dengan membuat poligon gayanya.
Dari poligon gaya didapat besar dan arah gaya F13 dan gaya F23. Gambar (f)
F23 = 1,83 cm = 1,83/1 x 100 N = 183 N
11. Akibat reaksi antar roda gigi ( link 2 dan link 3 ),maka didapat F23, = - F32 (
besarnya sama, arahnya berlawanan ), gambar (f).
12. Mencari F12 dari link 2
∑ F = 0 maka F12 + F32 = 0, sehingga F12 = - F32 ( besarnya sama, tetapi arahnya
berlawanan ), gambar (f).
13. Mencari T2 dari link 2
∑ M = 0 maka T2 + (F32 x h) = 0, sehingga T2 = - (F32 x h) besarnya sama, arahnya
berlawanan. Harga h diukur pada gambar soal yang dibuat dengan skala :1 : 5, dan
dari pengukuran didapat h = 1,1 cm, sehingga h = 1,1 x 5 = 5,5 cm = 0,055 m, lihat
gambar (g)
Jadi T2 = 183 x 0,055 = 10,065 Nm, dengan arah berlawanan jarum jam.
gambar (e)
gambar (g).
gambar (d)
gambar (f)
gambar (c)
gambar (b).
Gambar analisa gaya pada mekanisme Mesin Pres
c. Analisa Gaya pada Mekanisme Empat Penghubung
Diketahui gaya-gaya P = 5 kN dan S = 3 kN yang masing-masimg bekerja pada
link 4 dan link 3 dari sebuah mekanisme empat penghubung seperti gambar di
bawah ini. Jika panjang O2A = 10 cm, AB = 15 cm, O4B = 14 cm, tentukan gaya-
gaya yang bekerja pada rangka (F41 & F21), dan berapa Torsi yang harus diberikan
pada link 2 agar sistem setimbang.
Penyelesaian:
1. Buat gambar soal dengan benar sesuai data yang diketahui, gambar (a)
2. Buat analisa gaya-gaya pada setiap link, gambar (b).
Pada link 4 terdapat 3 gaya (F14, F34 & P), dan ada 4 anu
Pada link 3 terdapat 3 gaya (F23, F43 & S), dan ada 4 anu
Pada link 2 terdapat 2 gaya (F12,& F32),satu Torsi (T2 ) dan ada 6 anu
3. Dari analisa gaya tersebut, terlihat bahwa pada setiap link terdapat lebih dari 2
anu, sehingga perlu dilakukan rekayasa, yaitu dengan cara menguarai gaya pada
titik B pada link 3, F43 menjadi dua gaya yang saling tegak lurus, F43 = F43n +
F43t , sehingga reaksinya gaya pada link 4, juga terurai F34 = F34n + F34t ,gambar
(c).
4. Mencari F43t dari link 3, secara garfik dengan langkah-langkah :, gambar (d)
a. Buat gambar batang AB dengan skala : 1 : 5
b. Gambar gaya S = 3 kN dengan skala gaya: 1 cm = 1 kN
S
S
(a) 8 cm 45° P (b) F43??
F34??
60°
P
F23??
T2??
8cm
. F32??
F14??
F12??
m
St
F34t? F34n?
F43t? S
S F43n?
P
(c) n
F43t
(d)
F23??
C
F14??
P
F34t
F43t F34n
S F43n
P
(g)
F23?? N (e)
(f)
F34n
F43n
F34t arahF14
S F43t
(h)
F14
1,5cm
F14
F23
F32
h=1,4cm
T2
F12
C. RANGKUMAN
D. SOAL LATIHAN
Memberikan pengetahuan tentang bagaimana menganalisa besar dan arah gaya inersia
yang bekerja pada suatu titik berat yang berada pada komponen-komponen pemesinan
berdasarkan hokum Newton II menggunakan prinsip kesetimbangan
1. Mampu menjelaskan prinsip gaya inersia yang terjadi pada komponen pemesinan
2. Mampu menentukan besar dan arah gaya inersia pada setiap komponen pemesinan
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SIGKAT
Dari analisa percepatan kita tahu bahwa penghubung/link pada suatu mekanisme
permesinan yang bergerak pada setiap titik mengalami percepatan termasuk titik berat
setiap link.
Berdasarkan hukum Newton II menyatakan, bahwa setiap partikel/benda yang mengalami
percepatan tentu terdapat gaya yang menyebabkan terjadinya percepatan tersebut. Secara
matematik dituliskan sebagai berikut:
- Untuk gerak translasi, F = m.a , dimana arah F = arah a
- Untuk gerak rotasi, T = I.α , dimana arah T = arah α
Dimana: F = Gaya resultan , dalam [N]
m = massa benda, dalam [kg]
a = percepatan translasi, dalam [m/s]
T = Torsi/Momen, dalam [N.m]
α = percepatan sudut, dalam [rad/s]
B. POKOK-POKOK ISI
97
98
arahnya berimpit dengan sumbu X, maka percepatan titik B dapat dicari dengan cara
dipandang relatif terhadap titik A maka vektor percepatan relatifnya seperti gambar 9.1 (b)
ABAtSin ABAt
ABAtCos
B nCos B AB
nSin
n
a
b
3. TA = −𝐴 ∫ 𝑑𝑚 + 𝛼 ∫ 𝑑𝑚. 𝑟 .
Persamaan 1, 2, dan 3 adalah persamaan umum dari komponen-komponen gaya dan kopel
yang bekerja pada suatu penghubung dalam gerak bidang, dimana sebagai acuan dari
persamaan di atas adalah titik A
Kalau titik berat bidang (G) sebagai titik acuannya, maka
∫ 𝑑𝑀𝑥 = 0 dan ∫ 𝑑𝑀𝑦 = 0 karena sumbu x dan y terletak di titik G, sehingga
harga x = 0 dan y = 0
Sehingga persamaan 1, 2, dan 3 berubah menjadi :
1. Fx = m.Ag
2. Fy = 0
3. Tg = I. 𝛼 dimana : 𝐼 = 𝑑𝑀𝑟 = momen Inersia
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan :
1. Fx = gaya percepatan = massa x percepatan titik berat dimana arah Fx = arah Ag
2. Letak gaya percepatan (Fx) terletak di suatu posisi tertentu yang menghasilkan
momen terhadap titik berat (Tg) = I. 𝛼 dan arah Tg = arah 𝛼
Contoh ilustrasinya sebagai berikut :
Jika suatu komponen pemesinan diketahui
besar dan arah percepatan titik beratnya (Ag)
dan percepatan sudutnya 𝛼 , tentukan letak
G
gaya percepatan yang terjadi
Penyelesaian :
Ag Harga Fx = m. Ag, arah Fx = arah Ag
maka letak Fx berjarak h dari titik berat (G)
.
salah
dimana : ℎ = .
h G h
dan menghasilkan momen Tg = I. 𝛼 yang
benar
Fx arahnya = arah 𝛼
Fx
Ag
Maka letak Fx yang benar yang sebelah kiri
Agar analisa gaya pada komponen pemesinan dapat dianalisa sebagai gaya-gaya
statik, maka pada komponen tersebut harus diberi gaya penyeimbang yang besarnya = Fx,
tetapi arahnya berlawanan, sesuai dengan syarat setimbang ∑F = 0 dan ∑M = 0
GAYA PENYEIMBANG itulah yang dinamakan GAYA INERSIA dan diberi
simbul ( f ).
Kesimpulannya : Harga Gaya Inersia, f = Fx = m.Ag
Arah f = berlawanan dengan arah Fx = berlawanan arah Ag
Letak f = berjarak h dari titik berat G, dan menghasilkan momen
terhadap titik G, yang arahnya berlawanan dengan arah 𝛼
Contoh Ilustrasi:
Jika A-B diketahui batang besar dan arah
percepatan titik beratnya, Ag dan besar dan arah
A G B
percepatan sudutnya 𝛼 (gambar atas) maka besar,
arah, dan letak gaya Inersia,f adalah :
Ag Harga f = m.Ag
f Arah f berlawanan dengan arah Ag
Letak f berjarak h dari titik berat G dan
h
A G B menghasilkan momen terhadap titik G yang
arahnya berlawanan dengan arah 𝛼 (gambar
Ag bawah)
maka:
f
h Ag = Agn + Agt , gambar ( a ).
G G
Agt
Sehingga di dapat :
Agn Harga f = m. Ag
Ag Ag
Arah f berlawanan arah Ag.
(a) (b) Letak f berjarak h dari titik G yang
momennya terhadap titik G berlawanan
dengan arah α. Gambar ( b )
CONTOH SOAL :
1. Sebuah link yang berputar pada satu titik tetap seperti pada
gambar dengan data sbb :
Panjang O2A = 15 cm, jarak O2G = 10 cm, 2 = 100 rad/s,
massa m2 = 5 kg dan I2 = 0,05 kgm2 .
Tentukan besar, arah dan letak gaya inersia link jika :
a. 2 konstan
b. 2 = 1000 rad/s2 dengan arah = arah 2
Penyelesaian :
a. Ag2 = Ag2n + Ag2t , dimana : Ag2n = R. 22 = 0,1.1002 =
1000 m/s2 dan Ag2t = R.2 = 0, karena 2 konstan, maka 2
= 0, sehingga Ag2 = Ag2n = 1000 m/s2 arahnya dari G2
menuju O2
Besar gaya inersia, f2 = m.Ag = 5.1000 = 5000 N, arahnya
berlawanan dengan arah Ag2
.∝
h2 = .
= 0, karena 2 = 0, sehingga letak gaya inersia di
C. RANGKUMAN
104
D. SOAL-SOAL LATIHAN
ANALISA DINAMIKA
1. Mampu menjelaskan prinsip gaya inersia yang terjadi pada komponen pemesinan
2. Mampu menentukan besar dan arah gaya inersia pada setiap komponen pemesinan
A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SIGKAT
Analisa dinamika didefinisikan sebagai studi mengenai gaya-gaya pada pena-pena dan
gaya-gaya yang menyebabkan tegangan dalam komponen mesin, gaya-gaya sebagai akibat
gaya-gaya luar yang dikenakan pada komponen mesin dan gaya inersia akibat gerak setiap
komponen mesin. Bab ini mengemukakan analisa berbagai mesin di bawah aksi gaya luar
dan gaya inersia, dan akan dibahas analisa gaya dengan memakai gabungan gaya inersia
dan gaya statis.
Gaya-gaya inersia dalam mesin-mesin berkecepatan tinggi menjadi sangat besar,
dan tidak dapat diabaikan seperti yang bolih dilakukan pada mesin berkecepatan rendah.
Gaya inersia torak sebuah mobil yang bejalan pada kecepatan tinggi dapat mencapai
seribu kali berat torak.
Untuk kebutuhan dalam memahami besarnya gaya-gaya inersia, kita harus
mengerti bahwa gaya-gaya inersia mempengaruhi gaya-gaya yang diterima rangka mesin.
Dengan berubah-rubahnya gaya-gaya rangka dalam harga dan arahnya, sehingga
dikatakan terbentuk gaya-gaya kocok, maka akan terjadi getaran dan ketakseimbangan.
Seperti yang telah disebutkan di bab sebelumnya, dengan memperhitungkan gaya-
gaya inersia dan gaya-gaya yang bekerja pada komponen akan memberikan sebuah system
yang dapat ditangani sebagai persoalan teknik.
103
104
Jika setiap komponen, dengan gaya inersianya dan gaya-gaya yang dikenakan ke
komponen, dapat dipandang dalam kesetimbangan, maka mesin secara keseluruhan dapat
dipandang ada dalam kesetimbangan.
B. POKOK-POKOK ISI
1. Langkah-Langkah dalam Analisa Dinamika
Dalam menyelesaikan persoalan pemesinan secara lengkap atau analisa dinamika,
maka harus melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Buat gambar soal sesuai dengan data yang diketahui dan dengan skala tertentu
2. Analisa kecepatan.
Dari analisa ini akan didapat besar dan arah kecepatan titik-titk dan kecepatan
sudut pada komponen pemesinan, sehingga dapat digunakan dalam analisa
percepatan.
3. Analisa percepatan.
Dari analisa ini akan didapat besar dan arah percepatan titik-titik berat setiap
komponen pemesinan.
4. Analisa gaya-gaya inersia.
Dari analisa ini akan didapat besar, arah, dan letak/posisi gaya inersia setiap
komponen pemesinan.
5. Analisa gaya-gaya.
Analisa disini adalah analisa gaya-gaya statis dengan memasukkan gaya-gaya
inersia dan gaya-gaya luar yang dikenakan pada komponen pemesinan,
sehingga akan diperolih suatu momen kopel agar system menjadi setimbang.
Contoh Penerapan.
A
Diketahui : Mekanisme Engkol-Peluncur
G2 G3 O2A = 6 cm, O2G2 = 4 cm, AB = 22,5 cm
(a)
B=G4
O2 AG3 = 10 cm, 2 = 100 rad/s konstan
3cm VB (ccw)
VBA
m2 = 2,5 kg ; I2 = 0,006 kg.m2
m
1,5c
(b)
m3 = 4,0 kg ; I3 = 0,045 kg.m2
A VA VBA m4 = 3,0 kg
(c)
Ditanya :
B
a. Besar, arah, dan letak gaya Inersia
setiap link
b. Torsi yang harus diberikan pada
Engkol agar system setimbang
(d ) Penyelesaian :
1. Analisa kecepatan
VA = O2A. 2 = 0,06 , 100 = 6 m/s
VB = VA + VBA
b: ? ?
a: //bid O2A AB
Buat polygon kecepatan dengan
skala V : 1 cm = 2 m/s
/
maka panjang VA = /
𝑥1𝑐𝑚 = 3 𝑐𝑚
3 = = ,
= 13,3 𝑟𝑎𝑑/𝑠 ,gambar ( c)
2. Analisa Percepatan
AA = AAn = O2A. 22 = 0,06 , 1002 =600 m/s2
Arahnya dari A O2
Mencari AB dari link 3
AB = AA + ABAn + ABAt
b: ? ?
a: // bid AO2 BA AB
ABA = AB. 3 = 0,225. (13,3) = 40 m/s2
n 2 2
107
Buat polygon percepatan gambar (d), dengan Skala A : 1 cm = 50 m/s2 ,Sehingga didapat :
/ /
Panjang AA = /
𝑥1𝑐𝑚 = 12 𝑐𝑚 dan Panjang ABAn = /
𝑥1𝑐𝑚 = 0,8 𝑐𝑚
,
Dari Poligon A, diperolih : AB = 4,4 cm = 𝑥50 m/s2 = 202 m/s2
,
ABAt = 10,5 cm = 𝑥50 m/s2 = 505 m/s2
f4 = m4 x Ag4 = 3 x 202 = 606 N, arahnya berlawanan dengan arah Ag4 , dan letaknya di
titik G4
(e )
108
4. Analisa Dinamika
Analisa gaya-gaya pada setiap link., gambar ( f )
Pada link 3 F43 diurai menjadi F43n dan F43t ( F43 = F43n + F43t ), dan terdapat gaya f3 dan
F23
Dari persamaan ∑MA = 0, bisa dicari F43t secara grafik, dengan dengan skala F: 1 cm =
100 N ,gambar ( g ) ,arah F43 tegak lurus batang AB ke bawah, sehingga reaksinya
F34t = - F43t (arahnya berlawanan)
Pada link 4 terdapat gaya-gaya: P, f4 , F34n , F34t , dan F14 (terdapat 2 anu, yaitu besar
F34n dan besar F14, sehingga bisa dibuat polygon F berdasarkan persamaan :
P + f4 + F34t + f34n + F14 = 0
Dari Poligon didapat besar F34n dan F14 , gambar ( h )
Akibatnya pada link 2 terdapat 2 anu, yaitu besar dan arah F23 , sehingga dapat dibuat
polygon F berdasarkan persamaan : f3 + F43n + F43t + F23 = 0,
Dari polygon di dapat besar dan arah F23 , gambar ( i ), sehingga sebagai reaksinya pada
link 2 didapat F32 = - F23 ( arahnya berlawanan )
Pada link 2 terdapat 3 gaya yaitu F32, F12, dan f2 serta sat Torsi, T2
Supaya sistim setimbang,harus terpenuhi ∑F = 0 dan ∑M = 0
Maka F32 + f2 + F12 = 0, (F32 + f2 ) = R, dicari secara jajaran genjang sehingga diperolih
gaya R = 3,2 cm atau R = 3,2 x 100 = 320 N, gambar ( j )
Sehingga dilerolih F12 = R = 320 N dengan arah berlawanan arah R
Dari ∑M = 0, T2 + Rxh = 0, dimana h diukur dari gambar ( j ), h = 1 cm, karena skala
gambar : 1:5, maka harga h = 1 x s = 5 cm = 0,05 m
Maka T2 = - Rxh = 320 x 0,05 = 16 Nm
Jadi supaya system setimbang, maka pada link 2 harus diberi Torsi sebesar = 16 Nm,
dengan arah searah jarum jam (cw)
109
110