O
L
E
H
Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari fenomena fisik dari suatu zat ataupun benda,
sehingga dapat diterapkan ke berbagai bidang ilmu salah satunya ilmu-ilmu kesehatan.
Dalam ilmu kesehatan khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fisika berfungsi dalam
pengamatan fenomena lingkungan, penggunaan peralatan keselamatan dan sebagainya,
sehingga perlu dipelajari bagaimana asal mula kejadian fenomena-fenomena fisika yang
akan ditemui didalam proses belajar mengajar maupun di lapangan kerja.
Buku ini disusun untuk mempermudah dosen maupun mahasiswa dalam memahami ilmu
Fisika, kemudian sebagai pengarah dalam jalannya perkuliahan sehingga sesuai dengan
batasan-batasan yang diharapkan nantinya.
Buku Ajar ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu nantinya akan kembali
direvisi setiap tahun guna menyempurnakan isinya.
i
DAFTAR ISI
ii
Buku Ajar Fisika
A. Vektor
Dalam fisika dan teknik, seringkali bilangan tunggal dan satuannya tidak
memadai untuk memberikan deskripsi yang lengkap terhadap besaran fisika. Di dalam
fisika, dikenal dua besaran, yaitu besaran vektor dan besaran skalar. Vektor adalah
besaran yang memiliki besar maupun arah untuk suatu deskripsi yang lengkap. Beberapa
besaran fisika yang termasuk besaran vektor adalah kecepatan, percepatan, gaya, dan
momentum. Dalam diagram, kita mendesain suatu vektor dengan segmen garis berarah.
Sejumlah besaran fisika tidak memiliki arah, dan hanya memerlukan bilangan
tunggal dan satuannya untuk menyatakan deskripsi yang lengkap. Besaran-besaran ini
disebut besaran skalar. Massa, volume, massa jenis, dan suhu merupakan contoh besaran
skalar.
1. Penjumlahan Vektor
a. Penjumlahan Vektor Dengan Metode Jajaran Genjang
Langkah-langkah untuk menjumlahkan vektor dengan metode jajaran genjang
dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, lukis kedua vektor dengan titik pangkal kedua
vektor sama-sama terletak pada satu titik. Selanjutnya, buatlah sebuah jajaran genjang
dengan menggambarkan dua sisi lain yang sejajar dengan masing-masing vektor. Vektor
resultan dua buah vektor dalam kasus ini adalah diagonal jajaran genjang yang terbentuk.
Contoh penjumlahan vektor dengan jajaran genjang dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
C
A B
B
A
R=D+C
A
R
C
B
D=A+B
B
A
(a) (b)
C
A B
B A
B C
R
A
R B
A
(a) (b)
Gambar 2. Penjumlahan vektor dengan metode poligon
α α
θ
= + +
A A
Gambar 2. Besar dan arah vektor
dan arah vektor resultan R, dapat resultan
dihitung dengan persamaan:
sin =
cos =
tan =
r
y
θ
x
Gambar 4. segitiga siku-siku
Karena sudut yang dibentuk oleh vektor V dengan sumbu x sama dengan θ, maka
besarnya Vx dan Vy dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
=
=
= +
tan =
Contoh :
a. Tentukan besar dan arah vektor resultan dari vektor A dan B yang masing-masing
memiliki besar 3 dan 4 satuan, dan membentuk sudut 600.
Jawab :
R
B
α
θ
A
= + +2 cos
= 3 + 4 + 2(3)(4) cos 60
= √37 satuan
Sudut vektor resultan R ini dapat dihitung dengan persamaan :
=
√37 sin = 4 sin 60
1
4 × √3
sin = 2 = 0,57
√37
= 34,7
F2 = 20 N
F1 = 10 N
X
Jawab :
Y (vektor satuan, j)
(+)
F2 = 20 N
F2y
(-) (+)
α F1x = 10 N
X (vektor satuan, i)
F2x
(-)
Sumbu- x
F1x = (10i) N
F2x = - (F2 cos α) i
= - (20 cos 30o) i
= - 20 ( √3) = - (10 √3) i N
maka :
= +
= 10 10 √3
= (7,32 )
Sumbu- y
F2y = (F2 sin α) j
F2y = (20 sin 30o) j
= 20 = 10 j N
= +
= 7,32 + 10 = 2,68
Besar resultan vektor :
| |= ( 7,32 ) + (10 )
3. Perkalian Vektor
Ada dua jenis perkalian vektor, yaitu perkalian titik (dot product) dan perkalian
silang (cross product).
a. Perkalian titik
Perkalian titik dari dua vektor A dan B dilambangkan dengan A • B. Perkalian titik
dari dua besaran vektor merupakan besaran skalar. Perkalin titik dari dua vektor A
dan B yang mengapit sudut θ dapat didefinisikan sebagai berikut :
• = AB cos
Sifat-sifat perkalian titik di antara sesama vektor satuan sebagai berikut :
• = • = • = (1)(1)cos 0 = 1
• = • = • = (1)(1)cos 90 = 0
Pada perkalian titik antara dua vektor bersifat komutatif, yaitu :
• = •
b. Perkalian silang
Perkalian silang antara dua vektor A dan B dilambangkan dengan A x B. Hasil
perkalian silang dua besaran vektor merupakan besaran vektor. Perkalian silang
antara dua vektor A dan B yang mengapit sudut dapat didefinisikan sebagai berikut
:
C=AxB
C = AB sin
Jadi, perkalian silang dari dua vektor A dan B yang mengapit sudut adalah suatu
besaran vektor yang arahnya tegak lurus terhadap kedua vektor dan besarnya sama
dengan AB sin . Sifat-sifat perkalian silang di antara sesama vektor satuan sebagai
berikut :
ixi=jxj=kxk=0
ixj=k j x i = -k
jxk=i k x j = -i
kxi=j i x k = -j
perkalian silang antara dua vektor bersifat anti komutatif, yaitu
A x B = -B x A
Keterangan : =
F = gaya (Newton)
m = massa (kg)
a = percepatan (m/s2)
Keterangan :
w = gaya berat (newton)
m = massa (kg)
g = gravitasi (m/s2)
catt :
Arah gaya ini selalu ke bawah menuju pusat Bumi.
Contoh soal :
1. Gaya total sebesar 255 N mempercepat sebuah sepeda dan pengendaranya sebesar
2,2 m/s2. Berapa massa sepeda dan pengendaranya?
Jawab :
= → =
= ,
= 115,909
2. Berapa gaya rata-rata yang dibutuhkan untuk menghentikan mobil 1100 kg dalam 8
sekon jika sedang berjalan dengan laju 20 m/s?
Jawab :
= +
0 = 20 + (8)
20 = 8
= = 2,5 /
BAB II KINEMATIKA
B C C A
80 m
100 m
Gambar 1. Lapangan Bola
di titik C. Jadi perubahan kedudukan pemain tersebut hanya dari A ke C, yaitu sejauh 50
m.
Jadi dapat disimpulkan, jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu
benda tanpa memperhatikan arah gerak benda, sehingga jarak merupakan besaran skalar.
Sedangkan perpindahan adalah perubahan kedudukan suatu benda ditinjau dari keadaan
awal dan keadaan akhir dengan memperhatikan arah gerak benda, sehingga perpindahan
merupakan besaran vektor.
Contoh :
a. Bakhri berlari mengintari sebuah lapangan yang berbentuk lingkaran dengan radius
35 m. Ia berangkat dari titik A kemudian berhenti di titik B. Sementara itu, Hadi
berlari dari titik A sama seperti Bakhri, tetapi ia langsung menuju titik B dengan
lintasan berupa garis lurus (lihat gambar). Berapakah jarak dan perpindahan yang
telah ditempuh kedua anak tersebut.
r = 35 m
Jawab :
Untuk bakhri, jarak yang telah ditempuhnya sama dengan setengah lingkaran.
Berarti, bakhri telah menempuh jarak sejauh s
1
= keliling lingkaran
2
1
= (2 )
2
1 22
= (2) (35)
2 7
= 110 m
Perpindahan bakhri adalah dari titik A ke titik B, yang besarnya sama dengan 2r
= 70 m dan arahnya dari A ke B.
Untuk hardi, jarak yang telah ditempuhnya sama dengan jarak AB, yaitu 2r = 70
m. Perpindahan hadi adalah dari titik A ke titik B, yang besarnya sama dengan
2r = 70 m dan arahnya dari A ke B.
2. Kecepatan
Kecepatan didefenisikan sebagai cepat lambatnya perubahan kedudukan benda
terhadap waktu. Kecepatan sebagaimana perpindahan mempunyai arah tertentu sehingga
merupakan besaran vektor.
a) Kecepatan rata-rata
Dalam gerak satu dimensi, kecepatan didefenisikan sebagai laju perubahan posisi.
Untuk gerak satu dimensi, misalkan pada satu titik waktu, katakanlah t1, benda berada
pada sumbu x di titik x1 pada sistem koordinat, dan beberapa waktu kemudian, pada
waktu t2, berada pada titik x2. Waktu yang diperlukan adalah t2 – t1, dan selama selang
waktu ini perpindahan benda itu adalah Δx = x2 – x1. Dengan demikian, kecepatan
rata-rata adalah hasil bagi perpindahan dengan selang waktu, maka secara sistematis
ditulis :
b) Kecepatan sesaat
Kecepatan sesaat dari suatu benda yang sedang bergerak adalah kecepatan benda itu
pada selang waktu yang sangat kecil (selang waktu mendekati nol). Dengan kata lain,
kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata untuk selang waktu mendekati nol.
= = =
→ →
Contoh :
1) Seseorang berjalan lurus 30 m ke barat dalam waktu 70 sekon, kemudian 20 m
ke timur dalam waktu 30 sekon. Hitunglah kecepatan rata-rata orang tersebut
selama perjalanan?
Jawab :
Bila diasumsikan arah ke timur sebagai arah positif maka arah ke barat adalah
negatif.
Perpindahan, Δx = x1 + x2 = -30 m + 20 m = -10 m. Tanda (-) menunjukkan arah
perpindahan adalah ke barat. Maka kecepatan rata-rata :
10
̅= = = 0,1 m/s
100
Tanda (-) menyatakan arah kecepatan ke barat.
2) Posisi suatu partikel memenuhi persamaan r = 2t – 4t2 dengan r dalam meter dan t
dalam sekon. Tentukanlah kecepatan partikel pada saat t = 5 sekon.
Jawab :
Kecepatan sesaat partikel sebagai fungsi waktu ditentukan dengan persamaan:
( )= = 2 4
( )=2 8
Kecepatan pada saat t = 5 sekon adalah
(5) = 2 8(5) = 38 /
3. Percepatan
Sebuah benda yang sedang bergerak terkadang mengubah kecepatannya sehingga
dikatakan benda tersebut dipercepat atau diperlambat. Karena yang berubah adalah
kecepatan benda yang termasuk besaran vektor, maka percepatan juga merupakan
besaran vektor. Percepatan bertanda positif jika kecepatan benda bertambah, dan negatif
(disebut juga perlambatan) jika kecepatan benda berkurang. Percepatan (a) didefinisikan
sebagai perubahan kecepatan terhadap perubahan waktu.
a) Percepatan Rata-rata
Perhatikanlah sebuah partikel yang
v =
bergerak sepanjang sumbu-x yang
Q
v2 mempunyai kecepatan v1 pada saat t1
Δv
v1 P dan v2 pada saat t2 seperti yang tampak
pada gambar disamping. Percepatan
rata-rata dari suatu partikel dalam selang
t
t1 t2 waktu Δt = t2 - t1 didefinisikan sebagai
Δt
perbandingan yang secara sistematis
Gambar 2. Grafik Percepatan rata-rata
ditulis sebagai :
= =
b) Percepatan sesaat
Percepatan sesaat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata untuk selang waktu
yang sangat kecil (mendekati nol).
= = =
→ →
Contoh :
a) Sebuah kereta api sedang bergerak dengan kelajuan 30 m/s. Ketika melewati tanda
akan memasuki stasiun, masinis memperlambat kelajuan kereta api sebesar 4 m/s2.
Hitunglah waktu yang diperlukan kereta sampai kereta api benar-benar telah
berhenti.
Jawab :
Kecepatan mula-mula = v1 = 30 m/s
Kecepatan akhir = v2 = 0 m/s
Percepatan = a = -4,00 m/s2 (perlambatan)
= =
(0 30)
= = 7,50
4,00
4
t (s)
0 5 10 15 20
-4
-8
Grafik kecepatan terhadap waktu dari sebuah benda ditunjukkan pada gambar di atas.
Berapakah percepatan rata-rata benda dalam interval waktu :
a. t = 5 s sampai t = 15 s
b. t = 0 s sampai t = 20 s
Jawab :
a. Pada saat t1 = 5 s → v1 = - 8 m/s
pada saat t2 = 15 s → v2 = 8 m/s
maka
8 ( 8) 16
= = = = 1,6 m/s
15 5 10
b. Pada saat t1 = 0 s → v1 = 0 m/s
pada saat t2 = 20 s → v2 = 8 m/s
maka
8 0 8
= = = = 0,80 m/s
20 0 20
Beberapa contoh dari gerak lurus berubah beraturan ini, misalnya gerak benda pada
bidang miring, gerak jatuhnya benda, dan gerak kapal terbang ketika akan tinggal landas
atau ketika akan mendarat.
Perhatikan sebuah benda yang sedang bergerak lurus berubah beraturan dengan
percepatan tetap a. Percepatan a dihubungkan ke kecepatan awal dan kecepatan pada saat
t melalui persamaan :
= =
a
v0
v0
0
t t
= +
Dimana :
vt = kecepatan setelah t sekon (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
= +
s
gradien = vt
1
= +
2
gradien = v0
t
0
= +
Contoh :
1. Sebuah mobil bergerak dipercepat dari keadaan diam. Jika percepatan mobil sama
dengan 10 m/s2, hitunglah posisi dan kelajuan mobil setelah 3 sekon.
Jawab :
1
= +
2
Karena v0 = 0, maka
1
=
2
1
= (10 × 3 ) = 45
2
Jadi, mobil berada 45 m dari tempat awal geraknya.
Untuk menghitung kelajuan mobil setelah 3 s bergerak, kita gunakan persamaan :
= +
= 0 + (10 × 3)
= 30 /
Jadi, kelajuan mobil setelah 3 s adalah 30 m/s.
Bagaimanakah gerakan dari sebuah bola yang dilempar vertikal ke atas, atau
gerakan roket yang vertikal ke atas? Gerakan semacam ini disebut gerak vertikal. Sebuah
benda yang mengalami gerak ke atas mengalami gerak lurus berubah beraturan.
Misalnya, ketika batu dilempar vertikal ke atas dengan kecepatan awal v0, batu
mengalami percepatan sebesar 9,8 m/s2 tetapi arahnya berlawanan dengan gerak ke atas,
sehingga dikatakan batu mengalami perlambatan sebesar a = -9,8 m/s2. Pada suatu saat,
batu mencapai titik tertinggi (titik maksimum), dan berbalik ke bawah. Pada saat berbalik
ke bawah ini berlaku gerak jatuh bebas. Jadi, pada gerak vertikal ke atas terjadi perubahan
tanda percepatan pada saat batu mencapai titik maksimum. Persamaan-persamaan untuk
gerak vertikal ke atas adalah :
Contoh :
1. Sebuah batu dijatuhkan dari puncak gedung setinggi 20 m. Berapa waktu yang
diperlukan untuk mencapai Bumi dan pada kecepatan berapa?
Jawab :
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Bumi dapat dicari dengan menggunakan
persamaan :
1 2
= → =
2
2(20)
= =2
10
2. Seorang atlet peloncat indah akan melakukan loncatan setinggi 8 m dari permukaan
air kolam renang. Jika pada saat ia lepas dari papan tumpuan kelajuan ke bawahnya
sebesar 6 m/s, tentukan kelajuannya saat akan menyentuh air. ( g = 10 m/s2 )
Jawab :
Proses gerak dalam soal ini adalah gerak vertikal ke bawah, maka kita gunakan rumus
dasar,
= +2
= (6) + 2(10)(8)
= 36 + 160 = 196 /
= √196 = 14 /
3. Sebuah bola dilempar ke atas dengan kecepatan awal 15 m/s. Berapa lamakah waktu
yang diperlukan untuk mencapai ketinggian maksimum dan berapa ketinggian
maksimumnya.
Jawab :
Waktu yang dibutuhkan bola untuk mencapat titik maksimum adalah :
=
0 = 15 10 .
10 = 15 → = = 1,5
A. Gerak Parabola
Gerak parabola atau gerak peluru merupakan paduan dari gerak pada bidang
horizontal yang tidak memiliki percepatan dan gerak pada bidang vertikal dengan
percepatan konstan sebesar g. Dalam tulisan yang berjudul Discources on Two New
Sciences, Galileo mengemukakan sebuah ide yang sangat berguna dalam menganalisis
gerak parabola. Dia menyatakan bahwa gerak parabola dapat dipandang sebagai gerak
lurus beraturan pada bidang horizontal (sumbu-x) dan gerak lurus berubah beraturan pada
bidang vertikal (sumbu-y) secara terpisah. Tiap gerak ini tidak saling mempengaruhi,
tetapi gabungannya tetap menghasilkan gerak parabola. Teori gerak parabola banyak
digunakan dalam proses peluncuran roket atau rudal. Hanya dengan mengubah sudut
kemiringan peluncuran rudal/roket terhadap tanah, maka daerah sasaran yang
dikehendaki akan hancur.
Dalam menganalisis gerak parabola, ada 3 asumsi yang harus diketahui :
1. Percepatan jatuh bebas atau percepatan gravitasi bumi g, memiliki besar yang tetap.
2. Pengaruh hambatan udara atau gesekan udara diabaikan.
3. Rotasi bumi tidak mempengaruhi gerakan.
Gerak parabola dapat dianalisis dengan peninjauan gerak lurus beraturan pada
sumbu x dan gerak lurus berubah beraturan pada sumbu y secara terpisah.
Pada sumbu x berlaku persamaan gerak lurus beraturan.
= = dan =
Jika pada sumbu x, kecepatan awal adalah v0x, kecepatan pada saat t adalah vx, dan
posisi adalah x, maka persamaannnya menjadi :
= .
Pada sumbu y berlaku persamaan umum gerak lurus berubah beraturan, yaitu
1
= + dan = +
2
Y
vty =0
H
vty vt
vtx
x α
vtx
vo P(x,y) ay = -g
voy
y
A X
O (0,0) vox
R
Gambar 1. Lintasan Parabola
Jika pada sumbu y kecepatan awal adalah voy, kecepatan pada saat t adalah vy,
percepatan a = -g (berarah ke bawah), dan posisi adalah y, maka persamaannya menjadi:
Untuk kecepatan awal v0x dan v0y dengan besarnya v0 (kecepatan awal) dan sudut
α terhadap sumbu x positif, maka diperoleh :
=
=
Misalkan pada saat t sekon, benda berada di P, kecepatan benda pada saat itu
adalah v. Komponen kecepatan v pada sumbu x adalah vx dan pada sumbu y adalah vy,
sehingga berlaku
Besar Kecepatan = +
Arah Kecepatan =
Perhatikan gambar lintasan parabola di atas. Sewaktu benda bergerak naik dalam
lintasan OH, maka kecepatan (besar dan arah) pada sumbu x tetap, tetapi besar kecepatan
pada sumbu y berkurang secara beraturan dengan percepatan sama dengan percepatan
gravitasi bumi g.
Pada titik tertinggi (titik H), kecepatan pada sumbu y sama dengan nol, sehingga
kecepatan pada titik tertinggi sama dengan kecepatan pada sumbu x. Waktu di titik
tertinggi tH dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana,
tH = waktu pada titik tertinggi (s)
=
v0 = kecepatan awal (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Tinggi maksimum (yH) yang dicapai adalah :
Dengan diketahuinya xH dan yH maka koordinat titik tertinggi H adalah sebagai berikut :
( , )↔ ,
Jika titik awal pelemparan benda adalah O dan titik tempat benda mendarat di
tanah adalah A, jarak terjauh adalah OA (diberi simbol R). Syarat untuk titik terjauh R
adalah yA = 0. Oleh karena tA = 2 x tH, selang waktu mencapai jarak terjauh tA dapat dicari
dengan persamaan :
= × = ×
= × =
Keterangan :
yH = tinggi maksimum (m)
xH = koordinat x dari titik tertinggi H (m)
tA = selang waktu mencapai jarak terjauh (s)
R = jarak terjauh (m)
Contoh :
b. Sebuah bola golf dipukul dengan kecepatan 6,5 m/s bersudut α terhadap horizontal
(sin α = ). Percepatan gravitasi 10 m/s2.
a. Berapa lama waktu yang diperlukan bola golf untuk sampai di tanah lagi.
b. Berapa ketinggian maksimum yang dicapai bola golf.
c. Berapa jarak terjauh yang dicapai bola golf.
Jawab :
12
2(6,5)
= 13 = 1,2
10
b. Ketinggian maksimum,
=
2
12
(6,5 )(
= 13) = 1,8
2(10)
c. Jarak terjauh,
sin 2
=
= (2 sin cos )
(6,5) 12 5
= ×2 =3
10 13 13
B. Gerak melingkar
1. Gerak Melingkar Beraturan
Sebuah benda yang bergerak membentuk suatu lingkaran dengan laju konstan v
dikatakan mengalami gerak melingkar beraturan. Besar kecepatannya konstan, tetapi arah
kecepatan berubah dengan teratur selama benda bergerak dalam lingkaran.
Perhatikan gambar disamping, pada v1
posisi 1 dan posisi 2, kelajuan benda 1
s
sama besar, tetapi arak kecepatannya r
pada kedua titik berbeda.
Beberapa besaran yang harus dipahami 2
v2
pada materi ini adalah :
Gambar 2. Gerak melingkar
beraturan
Perioda (T) adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk menempuh lintasan satu
lingkaran penuh.
Frekuensi (f) adalah banyaknya lintasan lingkaran penuh yang ditempuh benda lama
waktu 1 sekon.
1 1
= =
Kelajuan linear (v) didefenisikan sebagai jarak yang ditempuh dibagi waktu
tempuhnya. Dari gambar GMB di atas, besar kelajuan linear benda dapat dihitung :
2
=
Kecepatan sudut (ω) didefenisikan sebagai besarnya sudut θ yang ditempuh dalam
selang waktu t.
2
= =2
a
F
v
F a
FS aS
(a) (b)
Gerak melingkar dengan laju konstan terjadi jika gaya total pada benda yang
diberikan menuju pusat lingkaran. Jika gaya total tidak diarahkan menuju pusat,
melainkan dengan sebuah sudut tertentu, seperti yang ditunjukkan pada gambar (a), gaya
tersebut mempunyai dua komponen. Komponen yang diarahkan menuju pusat lingkaran,
FR, menyebabkan percepatan sentripetal, aR, dan mempertahankan gerak benda dalam
lingkaran. Komponen tangen terhadap lingkaran tersebut, Ftan, bekerja untuk menaikkan
(atau menurunkan) laju, sehingga menghasilkan komponen percepatan yang merupakan
tangen terhadap lingkaran, atan. Ketika laju benda berubah, komponen tangensial dari
gaya akan bekerja.
Komponen tangensial dari percepatan, atan, sama dengan perubahan besar
kecepatan benda :
= =
= +
Percepatan sudut
Sebuah benda yang bergerak melingkar berubah beraturan memiliki perubahan
kelajuan dan perubahan kecepatan sudut. Untuk menggambarkan perubahan kecepatan
sudut ini, kita difinisikan sebagi percepatan sudut. Jika kecepatan sudut benda adalah ω1
pada saat t1 dan ω2 pada saat t2, maka perubahan kecepatan sudutnya dituliskan :
=
Selang waktu disaat terjadi perubahan kecepatan sudut adalah Δt = t2 - t1. Laju rata-rata
perubahan kecepatan sudut disebut percepatan sudut rata-rata .
= =
= + = +
= + = +
Contoh :
a. Sebuah batu yang terikat pada seutas tali bergerak dalam lingkaran horizontal dengan
jari-jari 2 m. Bola membuat satu putaran dalam waktu 3 s. Berapa percepatannya?
Jawab :
Sebelum menghitung percepatan, tentukan besar kelajuan batu tersebut :
2 2 (2)
= = = 4,19 /
3
Percepatan dihitung dengan persamaan :
(4,19)
= = = 8,78 /
2
b. Sebuah bola diikat dengan tali panjangnya 2 m dan kemudian diputar horizontal
hingga bergerak melingkar beraturan. Dalam 20 s terjadi 50 putaran. Tentukan :
1) Periode
2) Frekuensi
R=2m
3) Kelajuan linear
4) Kecepatan sudut
Jawab :
1) Perioda,
20
= 1
50
= 0,4 sekon
2) Frekuensi,
1 1
= = = 2,5 Hz
0,4
3) Kelajuan linear,
=2 = 2 (2,5)(2) = 10 m/s
4) Kecepatan sudut,
=2 = 2 (2,5) = 5 rad/s
2. Ayunan Kerucut
Gambar disamping menunjukkan sebuah benda yang diikat pada tali yang digantung
dan diputar sedemikian rupa sehingga menempuh lintasan lingkaran mendatar,
sedangkan tali bergerak mengintari permukaan berbentuk kerucut.
T r
T cosθ
T sinθ
mg
= ................. (1)
=0
= .................(2)
A. Hukum I Newton
Hukum gerak Newton merupakan hukum yang fundamental. Pertama, hukum ini
tidak dapat didedukasikan atau dibuktikan dari prinsip-prinsip lain. Kedua, hukum ini
memungkinkan kita bisa memahami jenis gerak yang paling umum, yang merupakan
dasar-dasar dari mekanika klasik.
Galileo menyatakan bahwa sebuah benda yang sedang bergerak pada permukaan
horizontal yang licin sempurna (tanpa gesekan) akan tetap terus bergerak dengan kelajuan
konstan. Berdasarkan pendapat Galileo tersebut, pada tahun 1687 Isaac Newton
menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang dikenal sebagai Hukum I Newton.
Hukum I Newton menyatakan bahwa :
“ Setiap benda akan diam atau bergerak lurus beraturan jika resultan gaya yang
bekerja pada benda itu sama dengan nol ”.
Keengganan suatu benda untuk mengubah keadaan diamnya atau keadaan gerak
lurus beraturannya merupakan sifat benda yang dikenal sebagai inersia atau kelembaman.
Dengan kata lain, sebuah benda yang diam akan cenderung tetap diam, atau sebuah benda
yang sedang bergerak cenderung akan bergerak lurus dengan kecepatan konstan.
Aplikasi Hukum I Newton digunakan untuk menyelesaikan persoalan
kesetimbangan partikel. Rumusan matematis Hukum I Newton adalah sebagai berikut :
Contoh :
c. Dua benda yang besarnya w1 dan w2
dirangkai seperti gambar di T
samping. Bila sistem dalam keadaan T
Jawab :
Dua benda dipandang sebagai suatu sistem tunggal
=0
Untuk gaya searah w2, kita pilih dengan tanda positif, maka yang berlawanan arah
tandanya negatif.
+ sin 30 = 0
= sin 30 = (0,5)
=2
B. Hukum II Newton
Dari Hukum I Newton diketahui gaya total yang bekerja pada benda bisa
menimbulkan percepatan pada benda. Sekarang, berapakah besar percepatan a, yang
dihasilkan leh sebuah gaya F pada sebuah benda bermassa m. Bagaimana hubungan
antara percepatan dan gaya? Bayangkan, gaya yang diperlukan untuk mendorong sebuah
gerobak yang gesekannya minimal. Sekarang, jika gerobak dorong pelan dengan gaya
yang konstan selama selang waktu tertentu, misalkan dengan kecepatan 4 m/s. Kemudian
gerobak didorong dengan gaya dua kali lipat, maka gerobak akan mencapai kecepatan 4
m/s dalam waktu setengah kali sebelumnya. Sehingga percepatan akan dua kali lipat lebih
besar, demikian seterusnya. Dengan demikian, percepatan benda berbanding lurus dengan
gaya total yang diberikan. Tetapi percepatan juga bergantung dengan massa benda. Jika
kita mendorong gerobak yang kosong dengan gaya yang sama seperti kita mendorong
gerobak yang penuh, kita akan menemui bahwa gerobak yang penuh memiliki kecepatan
yang lebih lambat.
Hubungan matematisnya, seperti yang dikemukakan oleh Newton, adalah
percepatan benda berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini ternyata berlaku
secara umum dan dapat dirangkum sebagai berikut :
“ Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja
padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan
arah gaya total yang bekerja padanya.”
Ini adalah hukum II Newton, yang bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai
berikut :
=
Contoh :
1. Dua buah gaya bekerja pada sebuah
balok yang massanya 2 kg
sebagaimana ditunjukkan oleh
F2 F1
gambar di samping. Jika F1 = 10 N
dan F2 = 30 N, hitunglah percepatan
balok.
Jawab :
Dengan memilih ke kanan sebagai arah positif, maka F2 bertanda positif dan F1
bertanda negatif. Sesuai dengan Hukum II Newton :
+ =
10 + 30 =2( )
= 10 / ke kanan
Jawab :
Gerak lift ke atas
=
=
= =
20.000
= 10 = 15 /
800
3 kg
4 kg
Pada gambar di atas, massa katrol diabaikan. Nilai tegangan tali T adalah ...
Jawab :
T2
3 kg 2
T1
w2 4 kg
1
w1
+ =( + )
40 = (3+4) a
40
40 = 7 → = = 5,714 m/s
7
Menentukan nilai tegangan tali, cukup pilih salah satu tegangan tali pada benda.
Benda 1
∑ =
=
40 = 4 (5,714)
= 40 22,856 = 17,144 N
Benda 2
∑ =
=
= 3 (5,714) = 17,144 N
Harus selalu diingat bahwa pasangan yang dimaksud oleh Hukum III Newton ini
bekerja pada dua benda yang berbeda. Secara sistematis Hukum III Newton ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Contoh :
4. Balok A massanya 1 kg dan balok B 3 kg bersentuhan pada bidang horizontal tanpa
gesekan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :
F A B A B F
= =( + )
= = = 2,5 / s2
=0
=0
= =
w sin θ
w cos θ
w
=0
cos =0
= =
Keterangan :
N = gaya normal ( newton )
w = gaya berat ( newton)
contoh soal :
a) Perhatikan gambar balok berikut ini.
F1 = 7 N F2 = 10 N
Jika massa balok 5 kg, dan percepatan gravitasi 10 m/s2 maka gaya normal yang
dialami balok adalah ...
Jawab :
F1 = 7 N F2 = 10 N
N
=0
+ =0
+ 10 7 50 = 0
47 = 0
= 47 N
Besar gaya gesekan, di samping bergantung pada gaya normal, juga sangat
bergantung pada kekasaran permukaan sentuh. Semakin kasar permukaan sentuh,
umumnya semakin besar pula gaya gesekan yang timbul. Hukum gerak yang melibatkan
gesekan pertama kali diungkapkan secara eksperimen oleh Leonardo da Vinci, yang
menyatakan bahwa :
a. Gesekan yang ditimbulkan pada berat yang sama akan sama pula pada permukaan
geraknya, walaupun lebar atau panjang kontaknya berbeda.
b. Gesekan mengakibatkan usaha menjadi dua kali lipat bila beratnya dijadikan dua
kali.
Sepintas gaya gesekan bersifat merugikan. Namun, jika diperhatikan gaya
gesekan ini memiliki beberapa keuntungan. Sebagai contoh, memang benar gesekan
antara roda dengan porosnya akan mengurangi laju mobil, namun jika tidak ada gaya
gesekan, mungkinkah mobil akan berjalan.
di mana,
= gaya gesekan statis maksimum (N)
µs = koefisien gesekan statis
N = gaya normal (N)
dimana,
= gaya gesekan kinetis (N)
µk = koefisien gesekan statis
N = gaya normal (N
f (N)
µs N
fk
µk N
fs =F
f (N)
0
Gambar 1. Grafik hubungan antara gaya luar dan gaya gesekan yang
mempengaruhi gerakan benda
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada saat benda belum bergerak berlaku Hukum I
Newton, yaitu ∑ = 0; dan besar gaya gesekan yang sama dengan gaya dorongan tetapi
berlawanan arah merupakan pasangan aksi-reaksi (Hukum III Newton). Sedangkan pada
saat gaya dorong menyebabkan benda tersebut bergerak dengan suatu percepatan tertentu,
berlaku hukum II Newton, yaitu ∑ = .
=0
F < µs N
fs =
=
w
=
F < µk N
fk μ =
Karena ∶ =
w
=0
N
=0
sin =0 w sin α
=
sin =
=0 Benda bergerak
=0 =
sin =0 =
sin =
w sin α
w cos α
w
=0
+ =0
+ sin =0
Benda bergerak
+ =
+ sin =
w sin α
w cos α
w
Contoh soal :
a) Perhatikan gambar di bawah ini.
m1
1
= m
3
g = 10 m/s2
Jika massa katrol diabaikan, m1 = 6 kg dan m2 = 3 kg. Nilai tegangan tali T adalah..
Jawab :
T2
6 kg 1
T1
w2 3 kg
2
w1
=
10
3(10) =3
9
10
= 30 = 26,67 N = 27 N
3
A. Usaha
Usaha adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda yang menyebabkan benda
tersebut berpindah. Sebagai contoh : seseorang yang mendorong sebuah mobil yang sedang
mogok atau seorang atlet angkat besi yang sedang mengangkat barbel dari lantai sampai ke
atas kepalanya. Jadi, usaha berhubungan dengan gaya dan perpindahan.
Untuk gaya (F) searah perpindahan (Δx)
Δx
= .
Keterangan :
W = usaha ( joule )
F = gaya ( newton )
Δx = perpindahan ( meter )
θ
Fx
Δx
= . cos θ
F3 F2
F1
F3 cos θ3
F1 cos θ1
F2 cos θ2
Usaha yang dilakukan oleh beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda merupakan
jumlah aljabar usaha yang dilakukan oleh tiap-tiap gaya. Jika suatu balok ditarik oleh gaya F1,
F2, dan F3 sehingga balok berpindah sejauh s, sedangkan sudut antara tiap-tiap gaya terhadap
perpindahan berturut-turut adalah θ1, θ2, dan θ3, usaha yang dilakukan ketiga gaya tersebut
adalah :
= 1 + 2 + 3
= ×
x (m)
x1 x2
Secara singkat,
Contoh :
Seorang anak mendorong sebuah kursi dengan gaya mendatar sebesar 40 N sehingga kursi
tersebut berpindah sejauh 2,5 m. Diketahui gaya berimpit dengan perpindahan. Berapakah
usaha yang dilakukan anak itu?
Jawab :
= .
= 40 × 2,5 = 100 J
Tiga buah gaya bekerja pada sebuah benda besarnya berturut-turut 5, 8√3, dan 6 N yang
membentuk sudut 900, 300, dan 600 terhadap arah perpindahan benda. Apabila benda
berpindah sejauh 2 m, berapakah usaha total ketiga gaya tersebut?
Jawab :
= 1 + 2 + 3
B. Energi
Energi adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh benda agar benda dapat melakukan usaha.
Energi dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, peristiwa perubahan
bentuk energi ini yang disebut konversi energi.
Lima bentuk utama energi adalah :
a. Energi mekanik
b. Energi kalor
c. Energi kimia
d. Energi elektromagnetik
e. Energi nuklir
Beberapa sumber energi :
a. Energi matahari
b. Energi angin
c. Energi air
d. Energi gelombang
e. Energi nuklir, dst
Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya (atau kecepatannya).
Energi kinetik bergantung pada massa dan kelajuan benda.
Secara sistematis dirumuskan :
1
=
2
Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya. Energi potensial
bergantung pada massa, percepatan gravitasi dan ketinggian.
Secara sistematis dirumuskan :
1
=
2
meja
lantai
mg
Pada gambar di atas menunjukkan usaha luar yang dilakukan untuk memindahkan posisi
bola dari lantai ke tepi meja. Misalkan, diberi gaya angkat P pada bola, yang sama besar dengan
berat bola mg, maka resultan gaya pada bola ∑ =+ = 0. Karena ∑ = 0, maka bola
bergerak ke atas dengan kecepatan tetap. Ini berarti, bola tidak mengalami perubahan energi
kinetik (ΔEk). Semua usaha luar (Wluar ) yang diberikan kepada bola hanya digunakan untuk
mengubah posisi bola. Dengan kata lain, semua usaha luar (Wluar ) menghasilkan perubahan
energi potensial (ΔEp) bola, jadi:
= =
Karena (ΔEk = 0), maka teorema usaha energi pada kasus ini memberikan :
= =0
Gaya resultan terdiri dari gaya dalam (misalnya, gaya gravitasi, gaya normal, dan gaya
gesekan) dan gaya luar ( misalnya, gaya dorongan atau tarikan, dan gaya tegangan tali). Oleh
karena itu :
= + =0 =
Jika gaya dalam yang melakukan usaha pada sistem hanyalah gaya-gaya konservatif, dapat
ditulis :
=
= = ( )
Tanda negatif dalam persamaan menyatakan bahwa usaha positif oleh gaya konservatif akan
menurunkan energi potensial sistem.
Contoh :
Seorang anak yang beratnya 300 N sedang bermain papan luncur yang licin dengan
kemiringan 450. Jika anak tersebut meluncur dari atas sampai ke dasar menempuh jarak 5
m, berapa usaha yang dilakukan oleh anak tersebut.
Jawab :
= =
= ( ) .
= (0 45 ) w
= √2 × 300 = 750√2 J
di mana ∑ adalah gaya total yang diberikan pada benda, Δp adalah hasil perubahan
momentum yang terjadi selama selang waktu Δt.
Sesuatu yang menyebabkan benda diam atau bergerak adalah adanya gaya. Bola yang
diam akan bergerak ketika gaya tendangan kaki yang bekerja pada bola. Gaya tendangan pada
bola termasuk gaya kontak yang bekerja hanya dalam waktu yang singkat. Gaya seperti itu
disebut gaya impulsif. Jadi, gaya impulsif mengawali suatu percepatan dan menyebabkan bola
bergerak cepat dan makin cepat.
F (t)
t
t1 t2
Δt
Gambar 1. Luas daerah di bawah grafik F-t menunjukkan
impuls yang dialami benda
Makin lama gaya impuls yang bekerja, makin cepat bola bekerja. Jika gaya impuls yang
berubah terhadap waktu didekati suatu gaya rata-rata konstan , kecepatan bola setelah
ditendang adalah sebanding dengan hasil gaya impulsif rata-rata dan selang waktu singkat
selama gaya impulsif bekerja. Hasil kali gaya impulsif rata-rata ( ) dan selang waktu singkat
(Δt) selama gaya impulsif bekerja disebut besaran impuls dan diberi lambang I, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
= = ( )
dimana, I adalah impuls (Ns). Impuls termasuk besaran vektor, arah impuls searah dengan arah
gaya impulsif F. Jika gaya impuls, F yang berubah terhadap waktu t diberikan fungsinya, maka
impuls oleh gaya F(t) dengan batas t = t1 sampai dengan t = t2 dapat dinyatakan oleh intergral
:
= ( )
Contoh :
1. Sebuah benda bermassa 4 kg dijatuhkan tanpa kecepatan awal dari ketinggian 62,5 m.
Berapakah momentum benda pada saat menumbuk tanah (percepatan gravitasi 9,8 m/s2).
Jawab :
Benda melakukan gerak jatuh bebas, maka kecepatan benda pada saat akan menumbuk
tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
=2
= 2 . 9,8 . 62,5
= 1225
= √1225 = 35 /
maka, momentum benda saat menumbuk tanah adalah
=
= 4 . 35
= 140 /
2. Sebuah benda bermassa 2 kg bergerak dengan kecepatan 2 m/s ke utara. Sedangkan benda
lain yang bermassa 3 kg bergerak dengan kecepatan 1 m/s ke utara. Besar momentum
totalnya adalah ...
Jawab :
Besar momentum total kedua benda adalah
= +
= +
= (2)(2) + (3)(1)
=4+3=7 /
2 1
=
= ( 2 1)
= ( 2 1)
= =
Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentum yang dialami
benda itu, yaitu beda antara momentum akhir dengan momentum awalnya.
2. Hukum II Newton dalam Bentuk Momentum
Pada persamaan = , Newton menurunkan hukum keduanya dalam bentuk
momentum sebagai berikut :
=
=
Hukum II Newton bentuk Momentum,
Jawab :
=
=
( )
=
2000(0 10)
= = 200.000
0,1
= 200.000
2. Sebuah bola bermassa 0,15 kg pada permainan softball dilempar mendatar ke kanan
dengan kelajuan 20 m/s. Setelah dipukul, bola bergerak ke kiri dengan kelajuan 20 m/s
a. Berapa impuls yang diberikan oleh kayu pemukul pada bola
b. Jika kayu pemukul dan bola bersentuhan selama 0,8 ms, berapakah gaya rata-rata yang
diberikan kayu pemukul pada bola
c. Hitung percepatan rata-rata bola selama bersentuhan dengan kayu pemukul.
Jawab :
a. Impuls yang diberikan oleh kayu :
Kecepatan awal v1 = + 20 m/s (arah ke kanan)
Kecepatan awal v2 = - 20 m/s ( arah ke kiri)
I = Δp = p2 – p1 = m (v2 – v1)
I = 0,15 ((-20) – 20 ) = - 6 Ns
Tanda negatif menyatakan bahwa impuls berarah mendatar ke kiri.
b. Selang waktu Δt = 0,8 ms = 0,8 x 10-3 s
Gaya rata-rata kayu pemukul pada bola :
=
6
= = 4
= 7500
8 × 10
waktu kontak antara punggung pejudo dan matras berlangsung lebih lama daripada punggung
pejudo dengan lantai, sehingga gaya impulsif yang dikerjakan matras dan punggung lebih kecil
daripada gaya impulsif yang dikerjakan lantai pada punggung. Sebagai akibatnya pejudo yang
dibanting di atas matras dapat menahan rasa sakit.
Prinsip kebalikannya, yaitu mempersingkat selang waktu kontak impuls agar gaya
impulsif yang dihasilkan menjadi lebih besar juga diaplikasikan dalam keseharian dan
teknologi. Mengapa karateka selalu menarik kepalan tangannya secara cepat sewaktu
melayangkan pukulan lurus pada diri lawannya? Ini dimaksudkan agar selang waktu kontak
antara kepalan tangan karateka dan badan lawan yang dipukulnya berlangsung sesingkat
mungkin sehingga lawannya menderita gaya impulsif yang lebih besar.
Mengapa sebuah palu terbuat dari bahan logam keras? Tujuannya adalah
mempersingkat selang waktu kontak antara palu dan paku yang dihantamnya, sehingga paku
tertancap karena mengalami gaya impulsif yang lebih besar.
mAvA mBvB
A B
A B
mAvA mBvB
A B
Dalam peristiwa tumbukan, momentum total sistem sesaat sebelum tumbukan sama
dengan momentum total sistem sesaat sesudah tumbukan, asalkan tidak ada gaya luar yang
bekerja pada sistem. Inilah yang dikenal sebagai Hukum Kekekalan Momentum Linear.
Formulasi hukum kekekalan momentum linear di atas dinyatakan oleh :
=
+ = ′+ ′
+ = ′+ ′
Yang dimaksud dengan sistem adalah sekumpulan benda (minimal dua benda) yang saling
berinteraksi. Jika pada suatu sistem interaksi benda-benda hanya bekerja gaya dalam, maka
resultan gaya pada sistem adalah nol dan berlaku hukum kekekalan momentum. Jika pada
sistem interaksi bekerja gaya luar dan resultannya tidak nol, maka momentum total sistem tidak
kekal.
Hukum kekekalan momentum linear tidak hanya berlaku untuk peristiwa tumbukkan
tetapi secara umum berlaku untuk masalah interaksi antara benda-benda yang melibatkan gaya
dalam (gaya interaksi antara benda-benda itu saja), seperti pada peristiwa ledakan, penembakan
proyektil, dan peluncuran roket.
Contoh :
Sebuah bola bermassa 0,3 kg bergerak dengan kecepatan 2 m/s menumbuk sebuah bola
lain bermassa 0,2 kg yang mula-mula diam. Jika setelah tumbukan bola pertama diam,
maka kecepatan bola kedua adalah ...
Jawab :
Berlaku Hukum Kekekalan Energi Mekanik
′ ′
1 1 + 2 2 = 1 1 + 2 2
Sebuah sedan dan sebuah truk yang bergerak saling mendekati pada suatu jalan mendatar
bertabrakan sentral dan saling menempel sesaat sesudah tabrakan. Sesaat sebelum tabrakan
terjadi, mobil sedan melaju pada 30 m/s dan truk 20 m/s. Massa mobil 1000 kg dan truk
3000 kg.
a. Berapakah kelajuan keduanya dan dalam arah manakah keduanya bergerak setelah
tumbukan
b. Hitunglah energi mekanik awal dan akhir sistem sedan-truk
Jawab :
Dengan menetapkan arah mendatar ke kanan sebagai arah positif (sedan), dan ke kiri
negatif (truk).
Kecepatan sedan v1 = 30 m/s
Kecepatan truk v2 = - 20 m/s
Karena sesudah tabrakan kedua mobil menempel maka kecepatan kedua mobil v1’ = v2’ =
v’
a. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linear :
1 1 + 2 2 = 1 1′ + 2 2′
30.000 = 4000 ′
30.000
′ = = 7,5 m/s
4000
Tanda negatif menunjukkan setelah tumbukan kedua mobil bergerak ke arah kiri.
b. Besar energi mekanik awal sistem :
1 2 1 2
= 1 1+
2 2 2 2
1 1
= (1000)(30) + (3000)( 20)
2 2
= 450.000 + 600.000 = 1.050.000 J
Besar energi mekanik akhir sistem :
1 2
= ( 1 + 2 )( ′)
2
1
= (4000)( 7,5) = 112.500 J
2
B. Jenis-jenis Tumbukan
Berdasarkan berlakunya atau tidaknya hukum kekekalan energi mekanik, tumbukan
dibagi atas dua jenis : tumbukan lenting sempurna dan tumbukan tidak lenting. Tumbukan
lenting sempurna, jika pada peristiwa tumbukan itu energi kinetik sistem adalah tetap (berlaku
hukum kekekalan energi kinetik). Tumbukan tidak lenting, jika pada peristiwa tumbukan ini
terjadi pengurangan energi kinetik sistem (tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik).
Tumbukan tidak lenting disebut tidak lenting sama sekali jika sesaat sesudah tumbukan, kedua
benda saling menempel dan keduanya bergerak bersama dengan kecepatan yang sama.
m1 m2
v1’ v2’
B
A v’
Perhatikan dua benda bermassa m1 dan m2 yang sedang bergerak saling mendekat
dengan kecepatan v1 dan v2 sepanjang garis lurus, seperti pada gambar di atas. Keduanya
bertumbukan lenting sempurna dan kecepatan masing-masing sesudah tumbukan adalah v1’
dan v2’. Kecepatan dapat bertanda positif dan negatif bergantung pada ke arah mana benda
bergerak. Untuk tumbukan lenting sempurna, kecepatan relatif sesaat sesudah tumbukan sama
dengan minus kecepatan relatif sesaat sebelum tumbukan. Atau secara sistematis dinyatakan
dengan :
=
′ ′= ( )
sebelum sesudah
v'
v 1
1 Tumbukan
= ′= ′
′ ( )
= =
Contoh :
1. Dua buah bola biliar bergerak saling mendekat, yang keduanya memiliki massa yang
identik, dan anggap tumbukan antara keduanya adalah lenting sempurna. Jika kecepatan
awal bola 30 cm/s dan 20 cm/s, tentukan kecepatan masing-masing bola sesudah
tumbukan.
Jawab :
Kedua bola memiliki massa yang sama, m1 = m2 = m dan kecepatan berarah ke kanan
ditetapkan positif, maka :
v1 = + 30 cm/s
v2 = - 20 cm/s
Berdasarkan persamaan hukum kekekalan momentum :
+ = ′+ ′
(30) + ( 20) = ′+ ′ bagi kedua persamaan dengan m
′ ′
+ 2 = 10 .........................(1)
Masukan persamaan koefisien restitusi :
′ ′= ( )
′ ′= ( 20 30)
′ ′ = 50
′
= + ′ ...........................(2)
Subsitusi persamaan (2) ke persamaan (1) :
′ ′ ′ ′
+ 2 = 10 → + 50+ = 10
50 + 2 = 10 → 2 = 40
′ 40
= = 20 /
2
′
Sedangkan 2 dapat dicari menggunakan persamaan (1) :
′ ′
+ 2 = 10
′
2 = 10 ( 20) = 30 /
2. Sebuah bola menumbuk balok yang diam di atas lantai dengan kecepatan 20 m/s. Setelah
tumbukan bola terpental dengan kecepatan 15 m/s searah dengan kecepatan semula.
Berapakah kecepatan balok setelah tumbukan bila besar koefisien resitusi e = 0,4 ?
Jawab :
′ ( )
= =
+ 15
0,4 =
0 20
8= + 15
8 15 =
= 23 /
′
2 = 23 /
BAB VI FLUIDA
A. Statika Fluida
Fluida adalah zat yang dapat mengalir, sehingga zat cair dan gas termasuk ke dalam
jenis fluida. Dalam statika fluida, fluida dalam keadaan diam (tidak bergerak).
1. Tekanan dalam Fluida
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dimana gaya F bekerja tegak lurus
terhadap permukaan A.
Keterangan :
P = tekanan (N/m2)
A = luas permukaan (m2)
F = gaya (N)
Dari fakta eksperimental, tenyata fluida memberikan tekanan ke segala arah.
Sifat lain dari fluida yang berada dalam keadaan diam adalah bahwa gaya yang disebabkan
oleh tekanan fluida selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan yang bersentuhan padanya.
Gaya gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah.
Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin berat zat cair itu, maka makin besar juga tekanan
zat cair pada dasar wadahnya. Tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh beratnya sendiri
disebut tekanan hidrostatik.
Sekarang dihitung secara kuantitatif bagaimana tekanan zat cair dengan massa jenis
yang serba sama berubah terhadap tekanan. Ambil satu titik yang berada di kedalaman h di
bawah permukaan zat cair, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
h A
Tekanan yang disebabkan zat cair pada kedalaman h ini disebabkan oleh berat kolom zat cair
di atasnya. Dengan demikian, gaya yang bekerja pada luas daerah tersebut adalah F = mg =
ρghA, dimana Ah adalah volume kolom, ρ adalah massa jenis zat cair, dan g adalah percepatan
gravitasi. Tekanan P, dengan demikian adalah
= =
=
Keterangan :
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman (m)
Untuk tekanan mutlak pada suatu kedalaman zat cair dapat dihitung menggunakan persamaan
:
= +
P0
Zat
h
Cair
P
Contoh soal :
a. Permukaan air di dalam tangki penyimpanan berada 30 m di atas keran air di dapur sebuah
rumah. Hitung tekanan air pada keran.
Jawab :
=
= (1,0 10 )(10)(30)
=3 10 /
2. Hukum Pascal
Prinsip Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada fluida dalam suatu
tempat akan menambah tekanan keseluruhan dengan besar yang sama. Sebuah terapan
sederhana dari prinsip Pascal adalah dongkrak hidrolik, seperti yang ditunjukkan oleh gambar.
F1 F2
A1 A2
P1 P2
Jika penghisap 1 ditekan dengan gaya F1, zat cair akan menekan penghisap 1 ke atas dengan
gaya PA1 sehingga terjadi keseimbangan pada penghisap 1 dan berlaku :
= =
Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan sama
besar ke segala arah, maka pada penghisap 2 bekerja gaya ke atas PA2. Gaya yang seimbang
dengan ini adalah gaya F2 yang bekerja pada penghisap 2 dengan persamaan :
= =
Pada persamaan di atas dinyatakan bahwa perbandingan gaya sama dengan perbandingan luas
penghisap.
3. Hukum Archimedes
Jika suatu benda dicelupkan ke dalam fluida, benda tersebut mendapat gaya ke atas
sehingga benda kehilangan sebagian beratnya (beratnya menjadi berat semu). Gaya ke atas ini
disebut sebagai gaya apung, yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh fluida pada benda
atau tekanan pada fluida bertambah terhadap kedalaman. Dengan demikian berlaku :
Gaya apung = berat benda di udara – berat benda dalam zat cair
Gaya apung terjadi karena tekanan pada fluida bertambah terhadap kedalaman. Dengan
demikian, tekanan ke atas pada permukaan bawah benda yang dibenamkan lebih besar dari
tekanan ke bawah pada permukaan atasnya. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah.
h1 F1
h2
h=h2-h1
F2
Sebuah slinder dengan ketinggian h yang ujung atas dan bawahnya memiliki luas A dan
terbenam seluruhnya di dalam fluida dengan massa jenis ρf. Fluida memberi tekanan =
di permukaan atas slinder. Gaya yang disebabkan oleh tekanan di bagian atas slinder ini
adalah = = dan menuju ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida memberi
gaya ke atas pada bagian bawah slinder yang sama dengan = = . Gaya total
yang disebabkan tekanan fluida, yang merupakan gaya apung Fa, bekerja ke atas dengan besar
:
=
= ( )
=
=
Maka
=
Keterangan :
Fa = gaya apung (N)
ρf = massa jenis fluida (kg/m3)
Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
Berdasarkan persamaan di atas, hukum Archimedes berbunyi “ gaya apung yang
bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang
dipindahkannya”.
Jika massa jenis benda lebih kecil dari pada massa jenis fluida, benda akan mengapung
di permukaan fluida. Jika massa jenis benda lebih besar dari pada massa jenis fluida, benda
akan tenggelam di dasar wadah fluida. Jika massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida,
maka benda akan melayang dalam fluida di antara permukaan dan dasar wadah fluida. Jadi :
Syarat mengapung <
Syarat tenggelam >
Syarat melayang =
Fa
Gambar 6. Dua buah gaya pada benda yang tercelup dalam fluida
Pada benda yang mengapung dan melayang terjadi keseimbangan antara berat benda w dan
gaya apung Fa, sehingga berlaku :
Sedangkan pada benda yang tenggelam, berat w lebih besar dari gaya apung Fa, jadi :
>
Berdasarkan konsep gaya apung, syarat benda mengapung dinyatakan oleh persamaan = ,
volume benda yang tercelup dalam zat cair lebih kecil daripada volume benda seluruhnya (Vbf
< Vb). Secara matematis :
Massa jenis benda
yang mengapung =
Contoh soal :
a. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah tabung U yang berisi zat cair dan diberi
penghisap (berat dan gesekan diabaikan). Agar penghisap tetap seimbang, maka beban F2
yang harus diberikan adalah ...
F1 = 20 N F2
A1 = 30 cm2
A2 = 900 cm2
Jawab :
20 . 9 10
=
3 10
= 600
b. Sebuah benda dimasukan ke dalam air, ternyata 25% dari benda terapung di atas
permukaan air. Berapakah massa jenis benda tersebut... (gr/cm3)?
Jawab :
Syarat terapung
=
dimana volume benda tercelup
= (Vbf )
0,75 Vbf = 100% - 25% = 75% Vb
= = .1
= 0,75 /
c. Sepotong besi bermassa 4 kg dan massa jenisnya 8 gr/cm3 dimasukan ke dalam air yang
massa jenisnya 1gr/cm3. Di dalam air berat besi tersebut seolah-olah akan hilang sebesar...
Jawab :
=
=
= 4 10 1000 10
4
= 40 1000
8 10
= 40 5 = 35
4. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan zat cair adalah kecendrungan permukaan zat cair untuk
menegang sehingga permukaannnya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis. Diketahui
bahwa partikel-partikel sejenis terjadi gaya tarik menarik yang disebut gaya kohesi. Perhatikan
gambar di bawah.
A mewakili partikel di dalam zat cair, sedangkan B mewakili partikel di permukaan zat cair.
Partikel A ditarik oleh gaya yang sama besar ke segala arah oleh partikel-partikel didekatnya.
Sebagai hasilnya resultan gaya pada partikel-partikel di dalam zat cair (diwakili oleh A) adalah
sama dengan nol, dan di dalam zat cair tidak ada tegangan permukaan.
Partikel B ditarik oleh partikel-partikel yang berada di samping dan di bawahnya
dengan gaya-gaya yang sama besar, tetapi B tidak ditarik oleh partikel-partikel di atasnya.
Sebagai hasilnya, terdapat resultan gaya berarah ke bawah yang bekerja pada permukaan zat
cair. Resultan ini menyebabkan lapisan-lapisan atas seakan-akan tertutup oleh hamparan
selaput elastis yang ketat. Permukaan zat cair berperilaku seakan-akan mengalami tegangan,
dan tegangan ini yang bekerja sejajar dengan permukaan mucul dari gaya tarik antara molekul.
Efek ini disebut tegangan permukaan.
Tegangan permukaan γ didefinisikan sebagai gaya F per satuan panjang permukaan d
yang bekerja melintasi seluruh garis pada permukaan, dengan kecendrungan menarik
permukaan agar tertutup. Secara matematis ditulis :
dimana d = 2l
=
2
keterangan :
γ = Tegangan permukaan (N/m)
F = gaya (N)
2 cos
=
Keterangan :
h = kenaikan atau penurunan zat cair (m)
γ = tegangan permukaan (N/m)
ρ = massa jenis (kg/m3)
r = jari-jari (m)
catatan :
Untuk zat cair meniskus cekung (misalnya air), sudut kontak θ adalah lancip. Nilai cos θ
pada persamaan di atas bernilai positif, sehingga h bernilai positif, dan ini berarti zat cair
naik.
Untuk zat cair meniskus cembung (misalnya raksa), sudut kontak θ adalah tumpul. Nilai
cos θ pada persamaan di atas bernilai negatif, sehingga h bernilai negatif, dan ini berarti
zat cair turun.
B. Fluida Dinamis
Fluida yang mengalir disebut fluida dinamis. Jika yang diamati zat cair, disebut
hidrodinamika.
1. Aliran Fluida
Ciri-ciri umum fluida ideal adalah sebagai berikut :
a. Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak atau tak tunak. Jika kecepatan v di suatu titik
adalah konstan terhadap waktu, aliran fluida dikatakan tunak. Contoh aliran tunak adalah
arus air yang mengalir dengan tenang. Pada aliran tak tunak, kecepatan v pada suatu titik
tidak konstan terhadap waktu. Contoh aliran tak tunak adalah gelombang pasang air laut.
b. Aliran fluida dapat termanpatkan atau tak termanpatkan. Jika fluida yang mengalir tidak
mengalami perubahan volume (atau massa jenis) ketika ditekan, aliran fluida dikatakan
tak termanpatkan.
c. Aliran fluida dapat merupakan aliran kental dan tak kental.
d. Aliran fluida dapat merupakan aliran garis arus atau aliran turbulen. Garis arus arus adalah
aliran fluida yang mengikuti suatu garis (lurus melengkung) yang jelas ujung dan
pangkalnya. Kecepatan partikel fluida di tiap titik pada garis arus searah dengan garis
singgung di titik itu. Dengan demikian, garis arus tidak pernah berpotongan.
Ketika melebihi suatu kelajuan tertentu, aliran fluida menjadi turbulen. Aliran turbulen
ditandai oleh adanya aliran berputar. Ada partikel-partikel yang memiliki arah gerak
berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak keseluruhan fluida.
2. Persamaan Kontinuitas
Debit fluida / laju aliran fluida (Q) adalah besaran yang menyatakan volume fluida V
yang mengalir melalui suatu penampang tertentu dalam satuan waktu t tertentu. Secara
matematis ditulis sebagai berikut :
Keterangan :
Q = debit fluida (m3/s)
V = volume (m3)
Misalkan sejumlah fluida melalui penampang pipa seluas A dan setelah selang waktu t
menempuh jarak L, maka debit Q dapat dinyatakan sebagai :
( )
= = =
Jadi ,
=
Keterangan :
Q = debit fluida (m3/s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan aliran (m/s)
Jika suatu fluida mengalir dengan aliran tunak, maka massa fluida yang masuk ke salah
satu ujung pipa haruslah sama dengan massa fluida yang keluar dari ujung pipa yang lain
selama selang waktu yang sama. Maka dapat diperoleh suatu persamaan
kontinuitas yang menyatakan bahwa “ pada fluida tak termanpatkan, hasil kali antara kelajuan
fluida dan luas penampang selalu konstan “ atau secara matematis ditulis sebagai berikut :
=
atau,
= =
keterangan :
v1 = kecepatan pada penampang 1 (m/s)
v2 = kecepatan pada penampang 2 (m/s)
r1 = jari-jari pada penampang 1 (m)
r2 = jari-jari pada penampang 2 (m)
D1 = diameter pada penampang 1 (m)
D2 = diameter pada penampang 2 (m)
Aplikasi dari persamaan kontinuitas adalah saat menyemprot tanaman dengan
menggunakan selang, biasanya kita memperkecil luas penampang selang dengan jari, dan air
tersemprot keluar dengan kelajuan yang besar.
Contoh soal :
1. Air mengalir dengan kelajuan 2,5 m/s melalui pipa penyemprot yang memiliki jari-jari
dalam 7,0 mm. Tentukan :
a. Berapa jari-jari mulut pipa agar air menyemprot keluar dengan kelajuan 10 m/s.
b. Berapa debit air yang melalui pipa
Jawab :
a. Besar jari-jari mulut pipa agar air menyemprot keluar adalah :
2,5
=
10 (7 10 )
0,25 =
49 10
= 1225 10
= 1225 10 = 35 10
2. Air yang keluar dari sebuah keran dengan kelajuan 5 m/s digunakan untuk mengisi sebuah
bak mandi berukuran 80 cm x 50 cm x 120 cm. Jika luas mulut keran adalah 0,8 cm2,
berapa lamakah bak mandi itu penuh dengan air (dinyatakan dalam menit).
Jawab :
0,48
0,8 10 .5 =
0,48
= = 1200 = 20
4 10
= =
Daya yang dibangkitkan oleh suatu tenaga air setinggi h dan debit air Q adalah :
Jika air ini digunakan untuk membangkitkan listrik dan efisiensi sistem generator adalah η,
maka :
Keterangan : =
P = daya (watt)
η = efisiensi sistem generator
Q = debit air (m3/s)
Contoh :
1. Air terjun setinggi 20 m digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Setiap
detik air mengalir 10 m3. Jika efisiensi generator 55% dan percepatan gravitasi g = 10
m/s2, maka daya rata-rata yang dihasilkan ... kW.
Jawab :
=
= 55% 10 10 10 20
= 11 10 = 1.100
3. Hukum Bernoulli
Bagaimana udara dapat beredar dalam lubang yang dibuat marmut atau bagaimana asap
naik dalam cerobong? Semua ini merupakan contoh dari sebuah prinsip yang ditemukan oleh
Daniel Bernoulli (1700-1782). Pada intinya, prinsip Bernoulli menyatakan bahwa pada pipa
mendatar (horizontal), tekanan fluida paling besar adalah pada bagian kelajuan alirnya paling
kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan alirnya paling besar.
A2
2 v2
A1
1 v1
1 1
+ + = + +
2 2
Dimana, adalah energi kinetik per satuan volume dan adalah energi potensial per
satuan volume. Oleh karena itu, persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :
1
+ + =
2
Persamaan inilah yang dikenal sebagai hukum Bernoulli, yang menyatakan bahwa jumlah dari
tekanan (P), energi kinetik persatuan volume ( ), dan energi potensial per satuan volume
( ) memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis.
= ( )
2. Kasus untuk fluida yang mengalir (fluida dinamis) dalam pipa mendatar
Dalam pipa mendatar, ketinggian h1 = h2 dan persamaan menjadi :
1
= ( )
2
Contoh soal :
1. Daya keluaran jantung seorang atlit selama melakukan aktivitas berat sekitar 8 watt. Jika
tekanan darah meningkat menjadi 20 kPa ketika darah mengalir melalui jantung atlit,
tentukan laju aliran darah?
Jawab :
=
=
8= 20.000
8
= = 4 10 /
20.000
2. Air PAM memasuki rumah melalui sebuah pipa berdiameter 2 cm pada tekanan 4 atm.
Pipa menuju ke kamar mandi lantai kedua pada ketinggian 5 m dengan diameter pipa 1
cm. Jika kelajuan air pada pipa masukan adalah 3 m/s, hitunglah tekanan air dalam bak
mandi.
Jawab :
1 1
+ + = + +
2 2
1 1
4 10 + 1000(3 ) + 1000.10.0 = + 1000. (12 ) + 1000.10.5
2 2
4 10 + 0,045 10 = + 0,72 10 + 0,5 10
4,045 10 = + 1,22 10
= 4,045 10 1,22 10 = 2,825 10
2
=
c. Penyemprot parfum
d. Gaya angkat pesawat terbang
Gaya angkat pada pesawat sesuai dengan asas Bernoulli, tekanan ada sisi bagian atas (P2)
lebih kecil dari sisi bagian bawah (P1) karena kelajuan udaranya lebih besar. Beda tekanan
P1 – P2 menghasilkan gaya angkat sebesar :
1
= ( )
2
00 C 320 F 273 K 00 R
Kita dapat melakukan konversi skala dari satu termometer ke termometer yang lain
dengan menggunakan persamaan :
= = =
Contoh :
1. Pada suatu termometer A, titik beku air adalah 400A dan titik didih air adalah 2400A. Bila
suatu benda diukur dengan termometer Celcius bersuhu 500C, maka berapakah suhu ini
jika diukur dengan termometer A?
Jawab :
40 0
=
240 40 100 0
40 40 50
= → =
200 100 200 100
40 1
= →2 80 = 200
200 2
280
2 = 280 → = = 140
2
2. Suhu suatu zat sama dengan 212oF. Berapakah suhunya dinyatakan dalam Celcius dan
Kelvin.
Jawab :
Untuk Celcius
5
= ( 32)
9
5
= (212 32)
9
5
= (180)
9
= 100
Untuk Kelvin
5
= ( 32) + 273
9
5
= (212 32) + 273
9
= 100 + 273
= 373
3. Pada suhu berapakah skala Celcius dan Fahrenheit menunjukkan hasil pengukuran yang
sama?
Jawab :
Hubungan antara C dan F adalah
9
= + 32
5
Karena skala C sama dengan skala F, maka
C=F
9
= + 32
5
9
= 32
5
4
= 32
5
5
= (32) = 40
4
Jadi suatu benda yang suhunya -400C apabila diukur dengan menggunakan termometer
skala fahrenheit juga menunjukkan angka -400F.
ΔL
L
Gambar 2. Pemuaian panjang
Pertambahan panjang ΔL adalah sebanding dengan panjang mula-mula L0, jenis benda (yang
dinyatakan dengan koefisien muai panjang α) dan perubahan suhu ΔT.
= (1 + )
Keterangan :
L = panjang akhir (m)
L0 = panjang mula-mula (m)
α = koefisien muai panjang (/0C-1 atau /K-1)
ΔT = perubahan suhu (0C atau K)
= (1 + )
Keterangan :
A = luas akhir (m2)
= (1 + )
Keterangan :
V = volume akhir (m3)
V0 = volume mula-mula (m3)
γ = 3α, koefisien muai volume (/0C-1 atau /K-1)
ΔT = perubahan suhu (0C atau K)
Contoh soal :
1. Ketika suhunya dinaikkan sebesar 600C, sebuah batang logam yang mula-mula
panjangnya 3 m berubah menjadi 3,00091 m. Hitunglah koefisien muai panjang batang
tersebut!
Jawab :
=
0,00091 = 3 60
0,00091
= = 5,056 10 /
180
2. Suatu lempeng tembaga mempunyai luas 500 cm2 pada suhu 100C. Hitunglah luasnya pada
suhu 700C. Jika koefisien muai panjang tembaga α = 1,67 x 10-5/0C.
Jawab :
= (1 + )
= 500 1 + 2 (60)
= 500 (1 + 2(1,67 10 )(60))
= 500 (1 + 2,004 10 )
= 500 (1,002004) = 501,002
3. Sebuah wadah yang terbuat dari alumunium berisi penuh 300 mL gliserin pada suhu 200C.
Berapakah banyaknya gliserin yang tumpah jika wadah ini dipanaskan sampai suhu
1100C? Koefisien muai panjang alumunium 2,55 x 10-5/0C dan koefisien muai volume
gliserin 5,3 x 10-4/0C.
Jawab :
= +
atau,
=
= 5,3 10 3(2,55 10 )
= 4,535 10 /
maka,
=
= (300 )(4,535 10 / )(110 20 )
= 12,24
memanfaatkan lempeng bimetalik, seperti termostat listrik, sakelar otomatis, dan termometer
bimetal.
PERTEMUAN 12 KALOR I
Materi : Kalor I
Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat memahami dasar-dasar fisika dan dapat
memakaikan formulasi fisika untuk memecahkan masalah
fisika sederhana yang ditemukan di lingkungan dan
menerapkan konsep fisika dalam bidang lain
Kompetensi Dasar : Memahami konsep dasar suhu dan kalor
Persamaan di atas yang dinamakan Hukum Boyle, yaitu : “tekanan suatu massa tertentu
gas pada suhu konstan berbanding terbalik dengan volumenya.”
Hukum Charles
Hukum ini menghubungkan volume dan suhu gas pada tekanan yang konstan.
Atau,
Persamaan di atas yang dinamakan Hukum Charles, yaitu : “volume suatu massa tertentu
gas pada tekanan konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.”
Hukum Guy Lussac
Hukum ini menghubungkan tekanan dan suhu gas pada volume yang konstan.
Atau,
Persamaan di atas yang dinamakan Hukum Guy Lussac, yaitu : “tekanan suatu massa
tertentu gas pada volume konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.”
Keterangan :
P = tekanan (Pa atau N/m2)
T = suhu (0C)
V = volume (m3)
Contoh :
1. Sejumlah massa gas, pada suhu 00C memiliki volume 100 cm3. Jika suhu gas dinaikkan
sampai 1300C, berapakah volume gas sekarang? Tekanan gas dijaga konstan.
Jawab :
10
= → 40300 = 273
273 403
40300
= = 147,62
273
2. Suatu gas berada pada suhu 500C. Berapa suhunya agar volume gas menjadi berlipat dua
jika tekanan gas dijaga konstan?
2
=
323
= 646 = 373
B. Kalor
Pada abad 18 sampai abad 19, kalor diyakini sebagai suatu fluida yang disebut kalorik.
Fluida kalorik ini bisa berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu dari benda panas ke
benda yang dingin. Ketika dua buah benda yang suhunya berbeda disentuhkan satu sama lain,
akan kita amati bahwa akhirnya kedua benda mencapai suhu yang sama. Dalam keadaan suhu
yang sama ini, dikatakan keduanya berada pada kesetimbangan termal.
Sampai pada pertengahan abad 18, orang masih menyamakan pengertian suhu dan
kalor, sehingga pada tahun 1760 Joseph Black membedakan pengertian kalor dan suhu. Suhu
adalah sesuatu yang diukur dengan termometer, dan kalor adalah sesuatu yang mengalir
(fluida) dari benda yang panas ke benda yang dingin dalam rangka mencapai kesetimbangan
termal.
Selanjutnya dinyatakan saja bahwa perubahan suhu adalah perpindahan “sesuatu” dari
sebuah benda dengan suhu yang lebih tinggi ke benda dengan suhu yang lebih rendah, dan
“sesuatu” ini yang dinamakan kalor. Jadi kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu rendah. Akhirnya secara umum didefenisikan kalor sebagai energi yang
ditransfer dari satu benda ke benda lainnya karena adanya perbedaan temperatur.
Pada tahun 1850, seorang ilmuan bernama Joule menggunakan sebuah alat yang di
dalamnya terdapat beban-beban yang jatuh dan merotasikan sekumpulan pengaduk di dalam
sebuah wadah air yang diisolasi. Dalam percobaan tersebut diperoleh bahwa :
1 kalori = 4,184 joule
Keterangan :
Q = kalor zat (joule atau kalori)
m = massa (kg atau gram)
ΔT = perubahan suhu (0C)
Contoh soal :
1. Berapa besar kalor (Joule) yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 20 kg air dari
150C sampai 950C?
Jawab :
=
= 20 (4200)(80)
= 672 10
2. Sebuah pemanas yang dimasukan ke dalam air menyerap listrik sebesar 350 W. Perkirakan
waktu yang diperlukan untuk memanaskan semangkuk sop (anggap merupakan 250 mL
air) dari 200C sampai 500C.
Jawab :
= → = = → =
= = 1000 (25 10 )
= 25 10
25 10 4200 (30)
=
350
= 90 detik
Gas
f a
e b
c
Cair Padat
d
Keterangan :
a. Kondensasi : peristiwa perubahan wujud zat gas menjadi padat
b. Menyublim : peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi uap
c. Melebur : peristiwa perubahan zat padat menjadi cair
d. Membeku : peristiwa perubahan wujud zat cair menjadi padat
e. Menguap : peristiwa perubahan wujud zat cair menjadi gas
f. Mengembun : peristiwa perubahan wujud zat gas menjadi cair
T (0C)
Menguap
120 (perubaha
Melebur n wujud )
Pemanasan
100 (perubaha
Pemanasan
Pemanasan
n wujud )
0
waktu
-50
Kalor yang dibutuhkan untuk merubah 1,0 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor
lebur. Sedangkan kalor yang dibutuhkan untuk merubah zat cair menjadi uap disebut kalor uap.
Secara umum, kalor laten adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk
berubah wujud per satuan massa zat. Banyaknya kalor yang dibutuhkan dalam proses
perubahan wujud ΔQ, sama dengan massa zat dikalikan kalor latennya.
= .
= .
Keterangan :
ΔQ = perubahan kalor (joule atau kalori)
m = massa zat (gram atau kg)
L = kalor lebur zat (joule/kg atau kal/gram)
U = kalor uap (joule/kg atau kal/gram)
Contoh soal :
1. Hitunglah banyak kalor yang diperlukan untuk melebur 100 gr es pada suhu -100C menjadi
air pada suhu 100C? (cair = 4200 J/kg0C, ces = 2100 J/kg0C, Les = 336 kJ/kg).
Jawab :
T(0C)
10
Q3
Q2
0
Q1
-10
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu es dari -100C menjadi 00C :
=
= 0,1 2100 10 = 2100
Kalor yang diperlukan untuk melebur ;
=
= 0,1 336000 = 33600
Kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu air dari -100C menjadi 100C :
=
= 0,1 4200 10 = 4200
Maka total kalor yang dibutuhkan adalah :
= + +
= 2100 + 33600 + 4200 = 39900
2. Berapa banyak kalor yang diperlukan untuk mengubah 2 gr es pada suhu 0oC menjadi uap
air pada suhu 100oC. (cair = 4200 J/kg.oC; Les = 336 J/gr; Uair = 2260 J/gr)
Jawab :
T(0C)
Q3
100
Q2
0
Q1
=
= 0,002 4200 100 = 840
Kalor yang diperlukan untuk menguap ;
=
= 0,002 2260000 = 4520
Maka total kalor yang dibutuhkan adalah :
= + +
= 672 + 840 + 4520 = 6032
Persamaan diatas menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor yang selanjutnya
disebut asas Black. Persamaan ini digunakan ketika dua zat yang suhunya berbeda dicampurkan
sehingga terjadi pertukaran kalor di antara kedua zat itu, sampai suhu keduanya sama.
Contoh soal :
1. Jika 75 gr air yang suhunya 00C dicampur dengan 50 gr air yang suhunya 1000C, maka
suhu akhir campuran tersebut itu adalah...
Jawab :
=
=
50 ( ) = 75( )
50(100 ) = 75( 0)
5000 50 = 75 → 5000 = 125
5000
= = 40
125
2. Sepotong logam 50 gr yang suhunya 950C dicelupkan ke dalam 250 gr air yang suhunya
170C. Suhu air akhirnya berubah menjadi 19,40C. Berapakah kalor jenis logam ini?
Jawab :
=
=
50 ( ) = 250 1 ( )
50 (95 19,4) = 250(19,4 17)
50 (75,6) = 250(2,4)
600
= = 0,1587 /
3780
PERTEMUAN 13 KALOR II
Materi : Kalor II
Standar Kompetensi : Mahasiswa dapat memahami dasar-dasar fisika dan dapat
memakaikan formulasi fisika untuk memecahkan masalah
fisika sederhana yang ditemukan di lingkungan dan
menerapkan konsep fisika dalam bidang lain
Kompetensi Dasar : Memahami konsep dasar suhu dan kalor
= =
Keterangan :
H = laju perpindahan kalor
k = koefisien konduktivitas termal (W/m.K)
A = luas penampang (m2)
l = panjang (m)
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai perpindahan partikel-partikel zat.
Terdapat dua jenis konveksi, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Pada konveksi
alami, pergerakan atau aliran energi kalor terjadi akibat perbedaan massa jenis. Pada
konveksi paksa, aliran panas dipaksa dialirkan ke tempat yang dituju dengan bantuan alat
tertentu misalnya kipas angin atau blower. Konveksi alami misalnya pada sisten ventilasi
rumah, terjadinya angin darat dan angin laut, dan aliran asap pada cerobong asap pabrik.
Konveksi paksa terjadi misalnya pada sistem pendingin mesin pada mobil, alat pengering
rambut, dan pada reaktor pembangkit tenaga nuklir.
Untuk memahami proses perpindahan kalor secara konveksi, perhatikan contoh di bawah
ini.
Gambar 4. Arus Konveksi pada sepanci air yang dipanaskan di atas kompor.
Ketika sepanci air dipanaskan, arus konveksi terjadi sementara air yang dipanaskan di
bagian bawah panci naik karena massa jenis berkurang dan digantikan oleh air yang lebih
dingin di atasnya.
Laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas permukaan benda A yang
bersentuhan, koefisien konveksi h, waktu t, dan beda suhu ΔT antara benda dengan fluida.
Banyaknya kalor yang dihantarkan secara konveksi dapat dihitung dengan persamaan
berikut ini :
= =
dimana
h = koefisien konveksi (W/m.K)
c. Radiasi
= =
Keterangan :
σ = konstanta Steafan-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2K4)
e = emisivitas yang besarnya antara 0 sampai 1
Emisivitas yang menyatakan ukuran seberapa besar pemancar radiasi kalor suatu benda
dibandingkan dengan benda hitam sempurna dan besarnya bergantung pada sifat
permukaan benda.
Radiasi banyak dimanfaatkan, diantara api unggun, pendingin ruangan, termos, dan rumah
kaca. Prinsip utama termos adalah mencegah terjadinya perpindahan kalor, khusunya yang
melalui radiasi. Termos terdiri dari sebuah tabung kaca ganda, dimana ruang vakum di
antara kedua dinding tabung mengurangi kehilangan atau mencegah masuknya kaloe
secara konduksi dan konveksi. Untuk menghindari perpindahan kalor secara radiasi,
dinding-dinding termos tersebut dilapisi bahan yang berwarna putih, sehingga dinding
tidak banyak memancarkan dan menyerap kalor.
Contoh soal:
1. Sebuah lempeng besi yang tebalnya 2 cm dan luas penampang 2000 cm2, salah satu
sisinya bersuhu 1500C sedangkan sisi yang lain bersuhu 1400C. Jika konduktivitas
termal besi sama dengan 0,115 kal/s.cm0C, berapakah laju perpindahan kalor dalam
lempeng besi tersebut?
Jawab :
= =
0,155 2000 10
= = 1550 /
2
2. Dua batang logam P dan Q disambungkan dengan suhu ujung-ujungnya berbeda (lihat
gambar). Apabila koefisien konduktivitas logam P setengah kali koefisien
konduktivitas logam Q, serta AC = 2CB, maka suhu di C adalah ... 0C
A C B
P Q
1100C 400C
Jawab :
=
1
2 (110 ) ( 40)
=
2
110 40
= → 110 =4 160
4 1
110 + 160 = 4 +
270 = 5
270
= = 54
5
3. Sebuah benda hitam berbentuk bola yang jari-jarinya 5 cm dijaga pada suhu konstan
327oC. Berapakah laju kalor yang dipancarkan?
Jawab :
=
= ( )
=1 (5,67 x 10 ) 3,14 (5 10 ) (600)
= 5,67 x 10 3,14 25 10 1296 10
= 57.684 J/s
4. Suhu filamen sebuah lampu pijar (e = 0,5 dan σ = 5,67 x 10-8 W/m2K4 ) adalah 1000 K.
Jika daya lampu itu 60 watt, maka luas permukaan filamen ...
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Dasar, Edisi Kelima, Erlangga Jakarta.
Halliday, D., Resnick, R, 2004, Fundamentals of Physics, 7th edition, John Wiley and
sons
Kane J. W., Sterheim M.M, 1988, Fisika Edisi 3, John Wiley & Sons, Singapore.
Sears, F, W and Zemansky. 1962. University Physics, 4th edition, Addision Wesley Publ.
Co.
Serway, R. A., 1996, Physics For Scientists And Engineers with Modern Physics, Fourth
Edition, Saunders College Publishing, New York.
Serway, R. A., Jewett, J. W. 2004, Physics For Scientists And Engineers with
PhysicsNOW and InfoTrac, Sixth Edition, Thomson Brooks/Cole, New York.