Anda di halaman 1dari 21

Alat ukur Liniear tak langsung

Alat ukur standar

A. Blok ukur (gauge block)

Penjelasan :
Dikenal dengan berbagai nama yaitu gauge block, End Block, slip gauge, Jo
Gauge atau johannsen gauge adalah merupakan jenis alat ukur standar. Mempunyai
dua permukaan (disebut dengan muka ukur) yang sangat halus, rata, sejajar dan kedua
muka ukur ini dibuat dengan jarak nominal tertentu.
Blok ukur ini biasanya dibuat dari baja karbon tinggi, baja paduan atau karbida karbon
yang telah mengalami proses perlakuan panas (heat transfer) sehingga akan
menghasilkan sifat–sifat penting yang harus dipunyai oleh suatu alat ukur standar
yaitu :
a. Tahan aus, karena kekerasannya tinggi (65 RC)
b. Tahan korosi, serupa dengan stailess steel
c. Koefisien muai yang sama dengan baja komponen mesin (12 x 10 -6 0C-1), jenis
yang dibuat dari karbida memang lebih keras dari pada baja, sementara itu
umumnya komponen mesin terbuat dari baja.
d. Kestabilan dimensi yang baik.
Blok ukur ini tersedia dalam suau set yang terdiri atas bermacam – macam ukuran
nominal. Jumlah blok ukur dalam satu set dapt bermacam – macam dan menurut
ukuran standar metrik jumlah tersebut adalah : 20 , 33 , 50 , 87 , 105 atau 112

Tabel 02 Set blok ukur 112 buah dengan tebal dasar 1 mm


Selang jarak antara Kebaikan Jumlah blok
1.001 – 1.009 0.001 9
1.010 – 1.490 0.010 49
0.50 – 24.50 0.50 49
25 – 100 25 4
1.0005 - -

Tabel 03 set blok ukur 112 buah dengan tebal dasar 2 mm


Selang jarak antara Kebaikan Jumlah blok
2.001 - 2.009 0.001 9
2.010 - 2.490 0.010 49
0.50 - 24.50 0.50 49
25 - 100 25 4
2.0005 - 1

Pemeliharaan dan pemakaian blok ukur

Pemeliharaan :
1. Blok ukur harus disimpan dalam kotak khusus yang mempunyai tempat bagi
masing – masing ukuran blok.
2. Blok ukur hanya digunakan dalam ruangan dalam ruangan yang bersih dan
sebaiknya dalam ruangan yang dikontrol temperaurnya (20 0C 50% s.d. 60%
RH).

Pemakaian :
1. Ambil beberapa blok ukur dengan ukuran yang dikehendaki, letakan di atas lap
yang bersih lalu tutup kembali korak penyimpanannya.
2. Bersihkan vaselin yang menutupinya dengan bensin pembersih dan keringkam
dengan lap lembut yang bersih (kain katun, kertas tissue atau kulit lembut)
letakan blok ukur yang telah bersih di atas alas yang bersih dengan mukua ukr
terletak di samping.
3. Cara menyatukan blok ukur adalah dengan meletakan salah satu blok ukur
menyilang (900) terhadap blok ukur yang lain dan kemudian dengan penekanan
yang cukup, salah satu diputar sehingga mereka sejajar.
4. Blok ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur tipis lain, sebab secara
tak sengaja mereka dapat terdeformasi secara permanen (melengkung)
5. Susun balok ukur secara berurutan sehingga dicapai ukuran yang dikehendaki
6. Dengan ukuran yang relatif kecil, bila blok ukur dipegang terlalu lama akan
mempunyai temperatur yang lebih tinggi dari pada temperatur benda ukur dan
alat – alat ukur yang lain.
7. Sewaktu pengukuran atau kalibrasi dilakukan, muka ukur kedua ujung susunan
balok ukur harus dijaga dengan hati – hati.
8. Setelah digunakan pisahkan susunan tersebut dengan cara menggeserkan satu
satu persatu, jangan dipisahkan secara kasar dengan gerakan mematahkan
9. Blok ukur harus disimpan kembali untuk itu bersihkan blok ukur dari sidik jari,
dari jari yang tidak sengaja menyentuh muka ukur, dengan lap yang bersih, bila
ada kotoran yang melekat bersihkan dengan bensin pembersih

 Cara ukur :
1. Misalkan ukuran standar yang harus diperoleh adalah : 58.970 mm
2. Mulailah dengan angka desimal yang terbelakang, dalam hal ini adalah 0.005
mm, berarti blok ukur yang harus diambil adalah berukuran 1.005 mm (atau
2.005 mm bila tebal dasar set yang dipakai adalah 2 mm)
3. Sisa ukuran yang tertinggal adalah 58.975 – 1.005 = 57.970 mm
4. Perhatikan dua angka desimal terakhir, jadi diambil blok berukuran 1.47 mm
sebab blok 1.97 mmm tak tersedia. Apabila diambil ukuran 1.07 mm akan
mengharuskan untuk memakai blok sebesar 1.4 mm. Tujuan pemilihan blok
ukur adalah untuk mendapatkan kombinasi beberapa blok ukur dengan jumlah
minimum,
5. Sisa ukuran adalah : 57.97 – 1.47 = 56.5 mm,
6. Untuk itu dapat dipilih blok ukur dengan ukuran 6.5 mm dan 50 mm
7. Dengan demikian, diperoleh susunan sebagai berikut :
1.5 1.47 + 9.5 + 50 = 58.975 mm
8. Jikalau tersedia dan akan memakai blok ukur pelindung, tebal dasarnya harus
diperhitungkan terlebih dahulu.

B. Batang ukur (lenght bar)

Penjelasan :
Batang ukur ini terbuat dari baja karbon dengan penampang lingkaran
berdiameter kurang lebih 22 mm. Proses pengerasan hanya diberikan pada kedua
ujung batang dan selanjutnya digosok halus sehingga rata dan sejajarguna mencapai
harga nominal dalam batas – batas toleransisesuai dengan kelas kuantitasnya.
Sehingga dengan blok ukur, batang ukur ini dibuat dalam beberapa kelas dan setiap set
terdiri dari berbagai ukuran. Meskipun kedua muka ukurnya mempunyai sifat
keterlekatan. Namun karena batang ukur lebih berat, mereka hanya bisa disatukan
dengan bantuan baut lepas. Dengan demikian pada kedua muka ukur dibuat lubang
yang berulir.

C. Kaliber induk tinggi (height master)

Penjelasan :
Merupakan penggabungan antara susunan blok ukur dengan mikrometer yang
cermat (0.001 mm). Dua kelompok blok ukur dengan ukuran atau tebal nominal yang
sama (10 mm atau 20 mm) mempunyai panjang yang berbeda. Mereka disusun secara
tepat (diikat dengan poros pengikat melalui lubang yang dibuat disetiap blok) bergantian
sehingga terlihat sebagai tonjolan blok – blok yang beraturan setiap 10 (20) mm. Jarak
antara muka ukur atas dan muka ukur atas berikutnya adalah 20 mm, dan selang ini
memiliki ketelitian jarang yang tinggi sehingga bisa dipakai sebagai acuan dalam proses
pengukuran tak langsung.

Cara pemeriksaan :

Berikut ini merupakan cara pemeriksaan kaliber jenis ini :


1. Blok ukur tertentu (bilangan bulat, misalnya 15 mm, 25 mm atau 35 mm)
diletakan di atas meja rata dengan muka ukur menghadap ke atas.
2. Pasangkan pupitas (jam ukur test) pada suatu dudukan pemindah (surface gage
atau transfer stand dengan penyetel cermat) dan atur posisi sensor sehingga
mendatar.
3. Atur ketinggian pupitas sehingga sensornya hampir menyentuh permukaan blok
ukur. Kemudian dengan menyetel cermat pada dudukan pemindah, sensor
tersebut disentuhkan ke muka ukur blok ukur sampai jarum pupitas bergerak
kurang lebih setengah lingkaran dan berhenti di angka nol (karena skala pupitas
telah terlebih dahulu diatur atau diputar sehingga jarak antara angka nol dengan
posisi jarum sebelum sensor ditekan kurang lebih setengah lingkaran).
4. Setelah langkah ke-3 dilakukan dapat dikatakan bahwa tinggi sensor pupitas
dalam keadaan jarum menunjukan angka nol adalah sama dengan tinggi blok
ukur.
5. Salah satu muka ukur pada kaliber induk tinggi dengan posisi sedikit di bawah
tinggi sensor pupitas dipilih sebagai muka ukur referensi.
6. Dengan memegang dudukan pemindah geserkan sensor pupitas mulai dari
permukaan blok ukur sehingga sampai diatas muka ukur referensi sari kaliber
induk tinggi. Pergeseran dudukan pemindah ini harus dilakukan dengan hati –
hati dan sensor pupitas dijaga jangan sampai menyentuh benda lain (sebab
posisinya atau tingginya dapat berubah).
7. Mikrometer pada kaliber induk tinggi diputar sehingga muka ukur referensi
bergerak ke atas dan menyentuh sensor pupitas pemutar mikrometer dihentikan
setelah jarum pupitas menunjukan angka nol.
8. Saat pupitas menunjuk nol, garis indeks pada mikrometer juga harus
menunjukan angka nol pada skala putar mikrometer. Jikalau tidak, kendorkan
kunci ring (garis indeks dibuat pada ring tersebut) dan putar ring sampai garis
indeks menunjukan angka nol selanjutnya kunci kembali ring tersebut.

Cara pemakaian :
1. Aturlah posisi pupitas sedemikian rupa sehingga sensor dapat digerakan
secara halus dan menempel pada permukaan objek ukur (bagian dari benda
ukur yang hendak di ukur tingginya) sampai jarum menunjukan angka nol.
2. Geserkan pupitas bersama – sama dengan landasan pemindah sehingga
sensor pupitas terletak di atas salah satu muka ukur kaliber induk tinggi.
Apabila ternyata muka ukur lebih tinggi posisinya dari pada posisi sensor ,
naikan atau turunkan muka ukur tersebut dengan menggunakan mikrometer
pada kaliber induk tinggi (mungkin tidak dapat diturunkan lenih jauh karena
muka ukur yang paling bawah telah mengenai permukaan meja rata, untuk
itu harus dinaikan, yang berarti muka ukur berikutnya yang dibawah yang
akan digunakan sebagai muka ukur referensi).
3. Naikan muka ukur referensi sampai sensor pupitas tersentuh dan jarumnya
menunjukan angka nol. Dalam keadaan ini berarti tinggi muka ukur refensi
sama dengan tinggi objek ukur.
4. Tinggi muka ukur tersebut dapat diketahui dengan melihat :
a. Angka puluhan di bawah muka ukur referensi pada skla vertikal
disampingnya, misalnya 70.
b. Angka satuan dan dua angka desimal pada penunjuk digital di bawah
mikrometer, misalnya 6.72
c. Jumlah garis setelah garis utama (yang bernomor) pada skala putar
mikrometer sampai dengan garis yang ditunjuk oleh garis indeks.
Misalnya antara jarak dua garis adalah sebesar 0.001 mm maka lima
garis berarti 0.005 mm.
d. Tinggi objek ukur = 70 + 6.72 + 0.005 = 76.725 mm

Alat ukur pembanding

A. Jam ukur (dial Indicator)

Penjelasan :
Merupakan jenis alat ukur pembanding yang banyak digunakan dalam industri
pemesinan di bagian produksi, dan di kamar ukur. Prinsip kerjanya adalah secara
mekanik, dimana gerakan linear sensor diubah menjadi gerakan putaran jarum
penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantara batang bergigi dan susunan
roda gigi.

Komponen dasar :
Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi sehingga sensor selalu
menekan ke bawah. Pegas spiral berfungsi sebagai penekan system transmisi roda gigi
sehingga permukaan gigi yag berpasanga selalu meneka sisi yang sama untuk kedua
arah putara (guna meghindari backlash yangmungkin terjadi karena profil gigi yang tak
sempurna ataupun karena keausan). Sebagaimaa dengan jam tangan mekanik,
beberapa jenis jam ukur mempunyai batu (jewel) untuk mengurangi gesekan pada
duduka porors roda giginya.

Kecermatan :
Kecermatan pembacaan skala dari jam ukur ini ialah 0.01, 0.005 atau 0.002 mm
dengan kapasitas ukur yang beragam misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm.

B. Jam ukur test / pupitas (dial test indicator)


Penjelasan :
Sejenis jam ukur dengan kapasitas ukur yang lebih kecil (0.8 atau 0.2 mm),
sebab lintasan gerakan sensor tidak merupakan garis lurus melainkan berupa busur
yang pendek. Posisi jarum peraba (sensor) dapatdiatur sesuai dengan orientasi
permukaan objek ukur, membuat sudut atau sejajar dengan sumbu badan pupitas.

Jenis – jenis :

1. Dudukan pemindah

Karakteristik :
Mempunyai alas yang halus dan rata, oleh karena itu dapat digeserkan dengan
mudah pada meja rata. Tiang dudukan sangat kuat dimaa pemegang pupitas dapat
digeserkan padanya naik turun sehingga posisi sensor pupitas dapat diatur sampai ke
dekat perukaan benda ukur atau blok ukur. Untuk empermudah penyetelan ol, sensor
pupitas dapat digerakan secara lebih halus dengan tombol pada pemegang atau pada
benda.

2. Dudukan bermagnit

Karakteristik :
Merupakan batang kaku ataupun yang fleksibel yang ana dipasangkan pada
beda ukur tyang besar ataupun pada mesi perkakas sehingga berbagai pengukuran
yang menggunaka pupitas maupun jam ukur dapat dilakukan. Karea permukaan
dudukan bermagnit ini tidak selembar pada dudukan pemindah sebaiknya jangan
digunakan sebagai pemegang pupitas pada pengukuran tak lagsung di atas meja rata.

C. Pembanding (comperator)

Penjelasan :
alat pembanding ini dipakai untuk proses pegukuran tak langsung dengan cara
memperbandingkan objek ukur dengan acuan. Objek ukur bisa berupa alat ukur standar
misalnya blok ukur yang akan dikalibrasi dengan alat ukur standar lain yaitu blok ukur
dengan kualitas yang lebih tinggi, kapasitas ukur alat pemanding ini sangat terbatas.

D. Caliber batas (limit gauge)


Caliber poros
Karakteristik :
a) Rahang dengan jarak sama dengan diameter poros maksimum (kondisi
material maksimum; memiliki luas penampang yang “berisi material” paling
besar yang masih diperbolehkan) disebut dengan rahang “GO”, karena
rahang diperiksa ini akan bisa masuk ke poros yang diperiksa asalkan
diameter poros tidak lebih besar daripada diameter maksimum yang
diizinkan.
b) Rahang dengan jarak sama dengan diameter poros minimum (kondisi
material minimum) disebut denga rahang “NOT GO” sebab rahang pemeriksa
ini tak akan bisa masuk ke porod yang diperiksa selama diameter poros tidak
lebih kecil daripada diameter minimum yang diizinkan.

Sewaktu pemeriksaan berlangsung suatu poros bisa dikategorikan sebagai :


Sesuai (baik) bila caliber rahang GO bsa masuk dan sekaligus caliber rahang NOT GO
tidak bisa masuk
Tak sesuai (buruk atau jelek) bila salah satu kondisi berikut ditemukan yaitu caliber
rahang GO tidak bisa masuk (berarti diameter poros terlalu besar) atau caliber NOT GO
bisa masuk (bebarti diameter poros terlalu kecil).

Jenis – jenis :
1. Caliber pemeriksa lubang
2. Kalier pemeriksa poros
3. Caliber peeriksa konis
4. Caliber pemeriksa posisi dan kedalaman
5. Kalier pemeriksa kombinasi

Menentukan Ketelitian Jangka Sorong Manual


A. Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,02 mm

Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,02mm

 Pada gambar di atas terbaca 49 Skala Utama = 50 Skala Nonius


 Besarnya 1 skala nonius = 1/50 x 49 Skala Utama = 0,98 Skala Utama
 Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 1 – 0,98 = 0,02 mm
 Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah
skala nonius = 1/50 = 0,02 m

1. Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama, pada
gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13 mm dengan 14
mm, maka pembacaannya adalah 13 mm.
2. Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi skala utama,
pada gambar di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala
utama..
3. Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 13 + 21 x 0,02 (ketelitian dari
jangka sorong) = 13,42 mm.

B. Jangka sorong ketelitian 0,1mm

C. Jangka Sorong dengan Ketelitian 0.05 mm


Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,05mm

1. Dari gambar di atas 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius


2. Jadi besarnya 1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama =  1,95 Skala Utama
3. Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 2 – 1,95 = 0,05 mm
4. Atau Ketelitian  jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala
nonius = 1/20 = 0,05 mm

1.

Skala Utama = 12 mm dan Skala nonius = 5 x 0,05 mm = 0,25 mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong diatas adalah 12 + 0,25 = 12, 25 mm.

2.

 Menetukan NST alat dgn rumus SU/N, dimana jumlah skala adalah 50, maka
NST alat 0,1 cm/50 = 0,002 cm.
 Seperti cara 1 skala yang dekat dengan 0 pada skala nonius dan skala utama
adalah 0,3 cm.
 Jumlah Skala nonius yang beimpit dengan skala utama adalah 29 skala
 maka 0,002 dikali dengan 29 maka 0,058 cm.
 Setelah itu 0,3 cm + 0,058 =0,358 cm dengan ketidakpastian 0,002 cm.
 Pelaporan fisikanya (0.358 +_0,002)cm

3.

Skala Utama = 12 mm dan Skala nonius = 5 x 0,05 mm = 0,25 mm. Maka hasil
pengukuran jangka sorong diatas adalah 12 + 0,25 = 12, 25 mm.
http://www.google.com/imgres?start=101&client=firefox-a&sa=X&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=np&biw=1366&bih=664&tbm=isch&tbnid=V_60G9SOTIB66M:&img
refurl=http://arifansyah.wordpress.com/&docid=X3wPWln27Tfl5M&imgurl=http://arifansy
ah.files.wordpress.com/2010/05/mikrometer-
sekrup.jpg&w=865&h=506&ei=dQFpUrj7Ms2tiQeR7oD4AQ&zoom=1&ved=1t:3588,r:2,
s:100,i:10&iact=rc&page=6&tbnh=167&tbnw=285&ndsp=22&tx=113&ty=56
B. Alat Ukur Linier Tak Langsung dan Cara Menggunakannya

Pada pengukuran linier langsung hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada
skala ukur alat ukur yang digunakan karena memang dari alat ukur tersebut
memungkinkan untuk maksud-maksud di atas. Akan tetapi, kadang-kadang kita tidak
bisa melakukan pengukuran langsung dikarenakan adanya pengukuran yang
memerlukan kecermatan yang tinggi ataupun karena bentuk benda ukur yang tidak
memungkinkan untuk diukur dengan alat ukur langsung.

Untuk keadaan seperti di atas maka biasanya dilakukan pengukuran tak langsung,
dalam hal ini adalah pengukuran linier. Seperti penjelasan di atas tadi Pengukuran linier
tidak langsung adalah pengukuran dengan instrumen pembanding, maksudnya dengan
membandingkan dimensi yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian membacanya
dengan bantuan alat ukur langsung. Pada pengukuran ini, akan terjadi dua kali proses
pengerjaan. Macam-macam alat ukur linier tidak langsung dibagi menjadi dua yaitu alat
ukur standar dan alat ukur pembanding.

C. Alat Ukur Standar dan Macam-Macamnya

Yang termasuk dalam kategori alat ukur standar untuk pengukuran linier tak langsung
adalah: blok ukur (gauge blok), batang ukur (length height), kaliber induk tinggi (height
master), jangka bengkok dan jangka kaki.

1. Blok Ukur (Gauge Blok)

Blok ukur dikenal juga dengan berbagai nama misalnya end gauge, slip gauge, jo
gauge (johanson gauge). Sebagai alat ukur standar, maka blok ukur ini dibuat
sedemikian rupa sehingga fungsinya sesuai dengan namanya yaitu alat ukur standar.
Alat ukur ini berbentuk segi empat panjang dengan ukuran ketebalan yang bermacam-
macam. Dua dari 6 permukaannya adalah sangat halus, rata dan sejajar. Kedua
permukaan ini sangat halus dan rata maka antara blok ukur yang satu dengan blok ukur
yang lain dapat digabungkan/disusun tanpa perantara alat lain. Bila penyusunannya
dilakukan dengan teliti maka akan diperoleh suatu susunan blok ukur yang sangat kuat
seolah-olah blok ukur yang satu dengan yang lain sangat melekat. Dengan menyusun
blok ukur yang mempunyai ukuran tertentu maka kita dapat mengecek atau
mengkalibrasi ukuran yang lain. Karena blok ukur ini diperlukan untuk pengukuran
presisi sebagai alat ukur standar maka alat ukur ini harus dibuat dari bahan yang kuat
dan tahan lama. Biasanya bahan untuk membuat blok ukur adalah baja, karbon tinggi,
baja paduan atau karbida. Dengan perlakuan proses panas tertentu maka logam ini
mempunyai sifat-sifat: tahan terhadap keausan karena tingkat kekerasannya tinggi yaitu
65 RC, tahan terhadap korosi, koefisien muai panjangnya sama dengan baja karbon
yaitu

12 x 10-6 0C-1, tingkat kestabilan dimensinya tinggi. Kegunaan dari blok ukur ini antara
lain untuk: mengecek dimensi ukuran alat-alat ukur, mengkalibrasi alat ukur langsung
seperti mistar ingsut, mikrometer dan mistar ketinggian, menyetel komparator dan jam
ukur, menyetel posisi batang sinus dan senter sinus dalam pengukuran sudut, dan
mengukur serta menginspeksi komponen-komponen yang presisi di dalam ruang
inspeksi. Cara pemakaian

Untuk pengukuran celah, pilihlah balok-balok tersebut yang sesuai dengan celah yang
diukur, apabila antara celah dan balok terpasang dengan presisi maka itulah ukuran
dari celah tersebut.

2. Batang ukur (length height)

Batang ukur merupakan alat ukur standar dalam proses pengukuran tak langsung,
diantaranya berfungsi untuk kalibrasi susunan blok ukur dan penyetelan posisi nol dari
alat ukur besar

3. kaliber induk tinggi. (height master)

Kaliber induk tinggi merupakan alat ukur standar dalam proses tak langsung,
diantaranya berfungsi sebagai penyetelan posisi nol pada micrometer dalam.

4) Jangka Bengkok dan Jangka Kaki

 Jangka Bengkok

Guna jangka bengkok digunakan untuk mengukur tebal, lebar, panjang dan garis
tengah benda bulat secara kasar. Alat ini terbuat dari baja perkakas dengan ujungnya
dikeraskan. Bentuknya ada yang dilengkapi dengan mur penyetel dan ada pula yang
tidak. Panjang kakinya dalam inchi merupakan ukuran jangka bengkok.

Macam-macam jangka bengkok terdiri atas :


 Jangka bengkok dengan engsel

 Jangka bengkok dengan pegas dan baut penyetel.

 Jangka bengkok dilengkapi dengan skala ukuran.

 Jangka Kaki

Jangka kaki digunakan antara lain untuk mengukur diameter lubang dan jarak sesuatu
celah. Bentuk kakinya menghadap keluar dan panjang kakinya itulah ukuran jangka
kaki dalam inchi. Hasil pengukuran yang diperoleh adalah ukuran kasar. Disebabkan
kedua kakinya itu mengeper bila menyentuh bidang-bidang yang diukur maka perlu
banyak berlatih. menggunakan untuk memperhalus permukaan jari-jari. Dengan jari-jari
yang tidak perasa kesalahan ukur mudah terjadi.

Macam-macam jangka kaki terdiri atas :

 Jangka kaki dengan engsel

 Jangka kaki dengan baut, penyetel, dan pegas

 Jangka kaki dilengkapi dengan skala ukuran.

D. Alat Ukur Pembanding

Yang termasuk dalam kategori alat ukur pembanding untuk pengukuran linier tak
langsung adalah : Jam ukur (dial gauge), Pupitas (Dial test Indikator), Alat Ukur
Pembanding Ketinggian, dan kaliber.

1. Jam ukur (dial gauge)

DIAL GAUGE atau ada yang menyebut dial indicator adalah alat ukur yang
dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang datar,
bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. Konstruksi sebuah alat dial
indikator terdiri atas jam ukur (dial gauge) yang di lengkapi dengan alat penopang
seperti blok alas magnet, batang penyangga, penjepit, dan baut penjepit.
CARA PEMBACAAN DAN PENGGUNAAN ALAT

Saat akan digunakan dial indikator tidak dapat digunakan sendiri, tapi memerlukan
kelengkapan seperti di atas yang harus diatur sedemikian rupa pada saat pengukuran.
Posisi dial gauge harus tegak lurus terhadap benda kerja yang akan diukur.

Pada dial indikator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar (terdiri dari 100
strip) dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap stripnya bernilai 0,01 mm.
Jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh maka menunjukkan pengukuran
tersebut sejauh 1 mm. Sedangkan skala yang kecil merupakan penghitung putaran dari
jarum panjang pada skala yang besar.

Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6 strip dan jarum
pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya adalah3,06 mm.
Pengukuran ini diperoleh dari :

skala pada jarum panjang dibaca : 6 x 0,01 mm = 0,06 mm

skala pada jarum pendek dibaca : 3 x 1 mm = 3 mm

maka hasil pengukurannya adalah 0,06 mm + 3 mm = 3,06 mm.

Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan penunjuk.
Penghitung putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran penunjuk. Yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalah keadaan permukaan
benda yang akan diukur harus bersih, posisi spindel dial (ujung peraba) tegak lurus
pada permukaan komponen yang diperiksa, dan metode pengukuran yang digunakan.

Metode Pengukuran

a. Letakkan V-block di atas plat datar dan letakkan poros di atas block.

b. Sentuhkan spindel dial gauge pada permukaan poros. Aturlah tinggi dial gauge lock
sedemikian rupa sehingga menyentuh permukaan poros.

c. Putarlah poros perlahan-lahan dan temukan point pada permukaan pembacaan


paling kecil. Putarlah outer ring sampai penunjukkan pada "0".

d. Putarlah poros perlahan-lahan. Bacalah jumlah gerakan pointer.


Adapun metode pengukuran yang digunakan dial indikator adalah sebagai berikut:

(a) benda kerja yang dipindahkan, dial indikator tetap pada posisi diam.

(b) Dial indikator yang dipindahkan, benda kerja tetap pada posisi diam.

(c) Benda kerja diputar, dial indikator tetap pada posisi diam.

2. Pupitas (Dial test Indikator)

Pupitas disebut juga jam ukur tes atau dial test indicator yang berfungsi untuk
mengetahui kerataan permukaan benda kerja dan mengukur daerah toleransi suatu
produk. Perbedaan dengan dial indicator yaitu terletak pada sensornya. Sensor pada
pupitas berupa lengan dengan ujung berbentuk bola dan gerakkannya seperti busur,
mempunyai kapasitas pengukuran yang lebih kecil yaitu antara 0,2 s/d 0,8 mm.

Pupitas sendiri terdiri atas beberapa bagian-bagian yaitu :

· Sensor yang berbentuk lengan

· Blok gerak

· Blok diam

· Piring ukur

· Rangka terbuat dari metal atau plastic

Pemakaian pupitas yaitu dengan cara pupitas dipasang pada dudukan pemindah
(transfer stand) dengan tiang dan lengan yang dapat diatur dengan baut penyetel atau
pengaturan secara feksibel.

Macam – macam pupitas dapat dilihat dari konstruksi piring pengukur, pupitas terdiri
atas: * Pupitas dengan konstruksi piring ukur sumbunya sejajar dengan sumbu rangka.

· * Pupitas dengan konstruksi piring ukur sumbunya tegak lurus dengan rangkanya.

Penggunaan dari pupitas antara lain sebagai berikut :

1. Mengukur permukaan (kerataan) secara bertingkat.


2. Mengukur celah (permukaan luar) pada poros kerah (colar)

3. Mengukur kerataan permukaan dari lubang bertingkat.

4. Mengukur lubang alur da kesejajaran sumbunya.

5. Mengukur kesejajaran permukaan, baik permukaan luuar maupun dalam.

6. Mengukur kerataan bidang horizontal maupun bidang miring.

3. Alat Ukur Pembanding Ketinggian

Alat ukur pembanding ketinggian disebut juga kaliber ketinggian adalah sebuah alat
sebagai pembanding ukuran ketinggian standar dengan tinggi objek ukur yang terdiri
atas:

· Kaliber induk ketinggian

· Blok geser, pupitas atau penggores.

Prosedur dan teknik penggunaan alat ukur pembanding ketinggian:

· Letakkan objek ukur, kaliber induk ketinggian dan blok geser pada meja rata.

· Geserkan kaliber ketinggian (blok geser dan kelengkapannya) pada alat ukur (kaliber
induk ketinggian) sebagai ukuran standar yang akan digunakan untuk mengukur atau
membandingkan dengan ukuran objek ukur (benda kerja).

· Usahakan ujung penggores atau sensor pada pupitas menyentuh permukaan blok
ukur pada kaliber induk ketinggian. Stel pada posisi nol atau kencangkan baut
pengikatnya jika menggunakan penggores.

· Geserkan kaliber ketinggian (blok geser) yang telah diset ukuran ketinggiannya pada
benda kerja.

· Bandingkan ketinggian blok ukur dengan ketinggian kaliber apakah sama, lebih tinggi
atau lebih rendah, memenuhi standar toleransi atau di luar standar toleransi yang
diberikannya.

· Simpulkan hasil pengukurannya:


· Memenuhi standar ukuran yang diminta.

· Tidak memenuhi standar toleransi yang diberikan.

Keterangan:

Untuk mengukur benda kerja yang ditoleransi kita harus membuat dua kaliber
katinggian, yang terdiri atas:

· Kaliber ketinggian yang diset untuk ukuran tinggi maksimum sebagai kaliber Go.

· Kaliber ketinggian yang diset untuk ukuran tinggi minimum sebagai kaliber Not – Go.

1. Pengesetan ukuran standar pada kaliber induk.

2. Pengukuran pada objek ukur.

Pengukuran ukuran standar ketinggian pada kaliber induk dengan menggunakan dial
indicator atau pupitas. Ukuran diset pada ukuran nominal.

Pengukuran kaliber induk pada objek ukur, langsung dapat diketahui toleransinya pada
alat ukur pupitas atau dial indikatornya.

Pada kaliber ini, tidak perlu dibuat dua kaliber, tetapi cukup diset pada dial indicatornya
atau pada pupitasnya, mengenai besar toleransi yang diijinkan.

4. KALIBER

Kaliber adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa batas ukur secara langsung
atau tidak langsung dan juga sebagai alat pembanding ukuran. Ukuran pada kaliber
terbagi menjadi dua, yaitu ukuran standart sebagai acuan dan ukuran standar batas
atau limit. Ukuran standar sebagi acuan adalah kaliber yang berbentuk blok ukur, yang
dibuat khusus dengan ketelitian yang sangat tinggi. Blok ukur ini digunakan untuk
mencocokan ukuran dari alat-alat ukur dan digunakan pula sebagai alat kalibrasi untuk
menera alat-alat yang aktif digunakan. Sedangkan ukuran batas atau limit digunakan
untuk mencocokan ukuran dari alat-alat ukur yang tingkat ketelitiannya dibawah dari
jenis kaliber ukuran standar.

Jenis dari kaliber ada beberapa macam antara lain kaliber roll, kaliber bola, kaliber
poros konis, dan kaliber celah ( snap gauge ).

Anda mungkin juga menyukai