PUNTIRAN
3.1 PENDAHULUAN
pada bab sebelumnya, telah kita bahas tentang tegangan dan regangan pada komponen struktur akibat
oleh
beban aksial. Pada bab ini kita akan membahas masalah tegangan dan regangan yang diakibatkan
puntiran. Pada gambar 3.1 diperlihatkan suatu batang sirkular yang mengalami puntiran atau torsi T
*k'*=,
dan T'.
Gambar 3.1 ,
pada umumnya puntiran terjadi pada poros transmisi, yang digunakan untuk mentransmisikan
mobil,
daya, seperti transmisi dari turbin uap ke genaror listrik, atau dari mesin ke poros roda belakang
poros tersebut dapat berupa benda pejal ( solid ) atau berongga'
r00 I
Mekaniko Kekuatan Material
Gambar 3.2
pada gambar 3.2 diperlihatkan poros AB yang dikenakan beban torsi T dan T', kemudian jika
kita meninjau suatu posisi yaitu potongan C, maka kita akan memperoleh diagram benda bebas seperti
terlihat pada gambar 3.3, kita menganggap suatu gaya dF dengan j arak p dari sumbu poros, dimana
dF adalah gayayarrgarahnya tangensial terhadap jarak p, jumlah momen akibat gaya geser dF
terhadap sunbu poros haruslah sebesar I sehingga diperoleh :
(3.1)
Jodr=r
t; ,fu,,
Gambar 3.3
-
-
"ft:
Puntiran | ,0,
t
t
1
I
I
1\
\_ 1\
,x -t * '* tlt\
Sumbu poros
Gambar 3.4
Karena , dF : t dA dimana r adalah tegangan geser pada area dA, maka kita peroleh
(3.2)
Jo(toA)=r
Gambar 3.5 ,
Kemudian kita akan menentukan distribusi regangan geser untuk poros dengan panjang L dan
jari-jari c, dimana sudut puntiran poros adalah Q . Kita perhatikan suatu elemen kecil pada gambar
3.6a Kita perhatikan suatu elemen kecil pada poros seperti ditunjukan pada garnbar 3.6b, kemudian
poros tersebut dikenakan beban torsi, maka elemen tersebut akan terdeformasi seperti ditunjukan pada
gambar 3.6c, untuk sudut 7 dan Q berharga sangat kecil maka berlaku hubungan :
AA = Ld dan AA,= pd
ro2 I
Mekanika Kekuatan Material
,=i
,L (3.3)
Dimana y dan Q dalam satuan radian, dari persamaan tersebut terlihat bahwa regangan geser
maksimum terjadi pada P = c,fiaka '.
cd (3.4)
nt
o
Lat (3.s)
I -- lmax
c
Gambar 3.6
r=Gy (3.6)
Dimana G adalah modulus Bulk atau modulus geser material, dengan mengalikan kedua sisi
persamaan 3.6 dengan G, diPeroleh :
o^
GY = LGT^u* (3.7)
c
Atau dengan menggunakan persamaan (3.6)' diperoleh :
D
L _-L (3.8)
c
Dari persamaan (3.8), ditunjukan bahwa selama regangan yang terjadi berada pada daerah elastis,
maka tegangan geser pada poros adalah linier terhadap jarak p dari sumbu poros. ,l[,
{ri
'fi
r&l
'tl
t'.
Puntiran
I ro:
Gambar 3.7
Dari persamaan 3.8 diperoleh :
T (3. 1 1)
^u*J
c
atau
'tar* = Tc (3.12)
7
Dengan mensubstitusikan persamaan (3. I I ) pada persamaan (3 .12) diperoleh :
, =TP (3.13)
J
Untuk poros berlubang, momen inersia polar adalah :
t =;n(cl -ci)
Contoh 3.1
Pada gambar berikut terlihat suatu poros bala yangberbentuk silinder berongga dengan panjang
1.5 m mempunyai diameter dalam 40 mm dan diameter luar 60 mm
Berapakah torsi maksimum yang dapat dikenakan pada poros tersebut jika tegangan geser
maksimum adalah 120 MPa?
1.5 rn
Gambar 3.8
Solusi
a. Dengan menggunakan persamaan 3.l1 diperoleh :
f-
J L ,n^*
c
Dimana J adalah momen inersia polar penampang yaitu :
,@ffiM'
Ha{ffi
f,rr
/,*n/^,:\-"."-
l&ffifrnffiJrc.
Lwfr?r)_
_ru_/ BBS&II i
Gambar 3.9
Tc
'max - (3.1 4)
,
Sedangkan pada elemen b, terjadi kombinasi tegangan normal dan tegangan geser.
[-
'\'[]t
---, f",
l r::r*' ', ^" /
*at
\
,.f
i
\_______)-/
Gambar 3.10
Mari kita perhatikan suatu elemen c, yang mempunyai orientasi 450 terhadap sumbu poros ,
untuk memperoleh besarnya tegangan pada elemen tersebut kita akan gunakan 2bmhelemen segitiga
seperti terlihat pada gambar 3.12
Dr
'\ AI E
txAo t\1
'l \ /:
B+C
| '"*o'
I
B+c tre< A*
rr*, Ao
Gambar 3.11
o
" =L =r^*AJi =T^o
A A" (3. 1 s)
Dengan analisa serupa kita peroleh tegangan pada bidang BE,
-
o = -T^u*. Sehingga tegangan
normal yang terjadi pada elemen dengan orientasi 450 adalah :
F +-Tc
Ot< ,"AJ
=- - (3. r 6)
Contoh 3.2
Poros AC ditumpu pada dasar C yang dikenakan torsi seperti terlihat pada gambar.
Jika tegangan
geser yang diijinkan adalah 100 MPa pada porosAB yang berdiameter 40 mm dan 60 Mpa pada
poros BC yang berdiameter 50 mm. Dengan mengabaikan faktor konsentrasi
tegangan, hitunglah
Torsi maksimum yang dapat dikenakan di titikA.
Gambar 3.12
Solusi:
Dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
Tc
x.u^ =116un J
J2 =!ro
Maka torsi maksimum adalah :
rF 7T T
_l =- ^u*c'
2
Poros AB ;
Po)(o'oz')'
,^, = T* - "(roo "tou = D56N.m
Puntiran | ,0,
Poros B ;
-D(22
t.- lr r^u*"3
=a "(eo"n^
Pa)lo.a2sm I =1472N.m
Contoh 3.3 Poros BC pada gambar berikut adalah berongga dengan diameter dalam 80 mm dan
diameter luar 120 mm. Poros AB dan CD adalah berbentuk solid dengan diameter d. Dengan kondisi
pembebanan seperti terlihat pada gambar tentukanlah :
Gambar 3.13
Solusi :
Persamaan Statika
Dengan memisalkan \ adalah torsi yang bekerja pada poros AB, maka kita akan memperhatikan
potongan posos AB, dan kemudian dari diagram benda bebasnya diperoleh :
Kemudian kita perhatikan potongan posos BC, dan kemudian dari diagram benda bebasnya
diperoleh:
Tr= 14 kF[.n
Gambar 3.15
Poros BC. Karena BC adalah poros berongga maka momen inersia polar penampang, J yaitu :
rmax
Tsc cz _(zo t<N.m)(o.ooz) -) r^ * =73.5 MPa
- J
Tegangan geser minimum diperoleh dari persamaan3.T sehingga :
ct 40mm,-- -- -- \
rmin =
-r^u*: \
-!!!03.5Mpa)=49
/ wa
c2 60mm
c1=rl0mm
c:'60 mm
Puntiran
| ,0,
Poros CD
Kita ketahui bahwa poros tersebut mengalami
beban torsi sebesar T = g kN.m dan
maka dengan memisalkan c adalah jari_jari poros
r,; ,, = 65 Mpa
maka :
,=7" s
Ji; 65n1pr=9kN-)9-
maka 65Mpa*@l{x.m)c
7f
-co
2
; c = 42.8xlA-j
c3 = 78.35x 10-6 m3 m3
Gam
SoIusi
a. Poros berongga sesuai dengan disain awal
Untuk poros berongga diperoleh : e
7,,
'max J
Dengan mensubstitusikan J dan r."* diperoleh :
"({zo**)' -(ao*Q')=
n4 ) c,:52.e1 mm
T^u^
_T ",
J
f ="
r
t 'max
_ {1o.oszew1o
z
(ss
"
touro)
=l9.8kN m
ca 0.0529tm
Poros berongga sesuai dengan diameter luar 200 mm, dan berat yang sama, maka
\q= 4"1
o(tao**)' - (eo-*)')= o(0oo^*)' -
"?)
) cs =84.85mm
cr-100
7l )untiran
1,,,
Untuk poros berongga clengan c, : 84.85 mm dan co : 100 mm, diperoleh :
Tc'
L^ax - j
75.66xt0-6 ma (ss, touro)
--J'nu* = 64.3kN.m
a
c. 100 x l0-6rn
cd
lmax (3. r 7)
,
dan dari persamaan 3.11 juga berlaku :
+'f^
tmax
-- lL
/max
r =+=_
G JG (3. I 8)
.TL
0=-
, JG (3.ie)
Persamaan 3'19 berlaku untuk poros homogen ( nilai G yang konstan
), penampang yang
seragam dan beban pada ujung poros, Jika lokasi torsi pada poros beraria di posisi
selain di ujung atau
pada beberapa lokasi dengan penampang yang berbeda atau material yang
berbeda maka kita harus
membagi poros tersebut menjadi beberapa bagian, agar persamaan3.lg dapat digunakan.
Misalkan
untuk poros AB seperti ditunjukan pada gambar 3.17 ,maka kita akan membagi poros
tersebut menjadi
4bagian yaitu :AC, CD, DE dan EB. Sedangkan sudut punter keseluruhan adalah
hasil penjumlahan
sudut puntir tiap-tiap komponen. Dengan menotasikan T,, L,, J, danrGr sebagai torsi, panjang,
momen
inersia polar, dan Modulus geser komponen i, maka jumlah sudut puntir adalah
:
T'L'
fi
' =)a r,G, (3.20)