Anda di halaman 1dari 37

Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rekayasa konstruksi, perbedaan dibuat antara balok dan
lengkungan. Lengkungan adalah struktur pendukung yang tidak dapat
ditentukan secara statis dengan sumbu melengkung dan dua penyangga tetap
atau penjepit. Penopang lengkungan (seperti lengkung berartikulasi ganda)
menyerap gaya secara vertikal dan horizontal. Ujung lengkungan pada
penyangga tidak bergerak. Ini menghasilkan efek lengkungan statis sistem.
Dalam teknik mesin, kait crane dan rantai adalah contoh khas dari balok
melengkung.
Deformation of Curved Axiz Beams adalah suatu alat untuk menguji
kekuatan tekuk atau ketahanan beban yanhg dapat ditampung oleh balok (beam)
yang berbentuk melengkung ketika deformasi elastis terjadi
Deformation of Curved Axiz Beams tipe FL 170 memungkinkan
pengukuran penipisan balok dengan kelengkungan kecil, seperti balok
lingkaran, balok setengah lingkaran, dan balok seperempat lingkaran.
Deformasi tersebut dihitung dalam petunjuk yang menggunakan prinsip
kekuatan virtual. Namun, penggunaan dapat dilakukan dari semua metode
matematika lain untuk tujuan pengajaran.
Dimensi dari FL 170 membuatnya cocok untuk eksperimen peserta
pelatihan dan aplikasi demonstrasi. Fitur utama dari set adalah sebagai berikut:
a. bentuk balok (lingkaran, setengah lingkaran, seperempat lingkaran)
b. Tersedia dalam berbagai berat
c. Pengukuran dari deformasi transversal dan longitudinal oleh dial
gauge
d. Balok – balok mempunyai sebuah persilangan dan sebuah momen
geometrik yang konstan dari inersia untuk memudahkan perhitungan
dari deformasi.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

1.2 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui kekuatan lentur dari:
- Balok bundar (Circular Beam)
- Balok setengah lingkaran (Semi-Circular Beam)
- Balok seperempat lingkaran (Quadrant Beam)
b. Untuk mengetahui penerapan prinsip kekuatan virtual (the force method)
untuk menghitung deformasi
c. Untuk mengetahui perbandingan deformasi yang dihitung dan diukur

1.3 Manfaat Percobaan


a. Praktikan dapat memahami dan menghitung perubahan bentuk balok
menggunakan rumus yang disebut deformasi dan defleksi yang terjadi
pada balok yang diberikan gaya.
b. Praktikan memahami cara melihat dan mengetahui nilai yang diberikan dial
gauge.
c. Praktikan mengetahui cara melakukan kalibrasi pada dial gauge.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB II
TEORI DASAR

prinsip dasar yang dijabarkan di bawah ini tidak membuat klaim untuk
kelengkapan. untuk penjelasan teoritis lebih lanjut, lihat literatur spesialis.
masalah yang diselidiki di sini adalah bahwa dari deformasi balok
kelengkungan kecil, yaitu dimensi penampang balok kecil dibandingkan dengan
jari-jarinya.
salah satu metode perhitungan perpindahan (shift) pada titik tertentu jika
balok ini berdasarkan gaya eksternal adalah dengan menggunakan prinsip
perpindahan virtual. ini melibatkan penempatan perpindahan (virtual) sewenang-
wenang ke suatu sistem sehingga jumlah total kerja gaya internal dan kerja gaya
eksternal (𝛿𝑊 (𝑖) + 𝛿𝑊 (𝑜) )sama dengan nol :
(𝛿𝑊 (𝑖) + 𝛿𝑊 (𝑜) ) = 0
Jika hany gaya bantu yang dipilih sebagai gaya eksternal F = 1 dan
pergeseran actual sebagai perpindahan virtual, imi menghasilkan rumus :
̅𝑏 ∙ 𝑀𝑏
𝑀
𝐹𝑤 = 1 ∙ 𝑊 = ∫ 𝑑𝑠
𝐸 ∙ 𝐼𝑦

Gambar 2.1 prinsip perpindahan virtual


Sumber : modul praktikum
perpindahan berikut diperoleh untuk berbagai balok (W - perpindahan
vertikal, u – perpindahan horisontal)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

a. Balok lingkarang :
2𝐹𝑟 3 𝜋 1
𝑊= ∙( − )
𝐸𝐼𝑦 8 𝜋
(untuk perpindahan U tidak dapat diselesaikan)

Gambar 2.2 perpindahan pada balok lingkaran


Sumber : modul praktikum

b. Balok setengah lingkaran


𝜋𝐹𝑟 3
𝑊=
2𝐸𝐼𝑦
2𝐹𝑟 3
𝑢=
𝐸𝐼𝑦

Gambar 2.3 perpindahan pada balok setengah lingkaran


Sumber : modul praktikum
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

c. Balok seperempat lingkaran


𝐹𝑟 3 𝜋
𝑊= 𝑘
4𝐸𝐼𝑦 𝑤
𝐹𝑟 3
𝑢= 𝑘
2𝐸𝐼𝑦 𝑢
perpindahan vertikal dan horizontal dari blok bantalan (dimana
balok kuadran terpasang) di seberang kolom dengan pengukur dial
diperhitungkan oleh faktor koreksi, untuk FL 170, ini adalah:
 𝑘𝑤 = 1,45
 𝑘𝑢 = 1,80

Gambar 2.4 perpindahan pada balok seperempat lingkaran


Sumber : modul praktikum

2.1. Balok
Balok merupakan elemen struktural yang utamanya memikul beban
lateral. Beban-beban yang bekerja pada balok akan menghasilkan gaya reaksi
pada titik tumpu/perletakan balok. Beban-beban yang bekerja juga akan
menghasilkan gaya geser dan momen lentur pada balok, Efek total dari semua
gaya yang bekerja pada balok menghasilkan gaya geser dan momen lentur
pada balok, menimbulkan gaya dalam berupa tarikan dan tekanan, dan
menimbulkan lendutan pada balok. Balok dapat berbeda-beda berdasarkan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

jenis perletakan, profil (bentuk potongan melintang), panjang, dan jenis


materialnya.

2.2. Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva
elastis dari balok. Sistem Struktur yang di letakkan horizontal dan yang
terutama di peruntukkan memikul beban lateral.

2.3. Tegangan - Regangan


Sebuah plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap
akan mengalami deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi
elastis sampai pada kondisi tertentu bahan akan mengalami deformasi plastis.
Pada awal pembebanan bahan di bawah kekuatan luluh bahan akan kembali
kebentuk semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan. Peningkatan beban
melebihi kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan
aliran deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk emula,
hal ini bisa dilihat dalam diagram tegangan-regangan pada gambar di bawah

Gambar 2.5 grafik tegangan regangan


Sumber:http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-
mekanik-logam/
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

2.4. Modulus Elastisitas


Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek
atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis
ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda
didefinisikan sebagai kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah
deformasi elastis. Modulus elastisitas merupakan perbandngan unsur
tegangan normal dan regangan normal. Adapun persamaan dinyatakan
sebagai berikut :
𝜎
𝐸=
𝜀
Dimana :
E adalah modulus elastisitas bahan (N/m2)
𝜎 adalah tegangan normal (N/m2)
𝜀 adalah regangan normal
Sifat elastic suatu bahan material ditentukan oleh modulus elastisitas
berikut adalah nilai modulus elastisitas untuk beberapa material.
No Material E (N/m2)
1 Baja Karbon Strukrural 0,5 – 0,25 % 200 – 207
2 Baja Nikel 3 – 3,5 % 200
3 Duralinium 69
4 Tembaga (copper) Cold Rolled 110 – 120
5 Gelas 69
6 Dine (cemara) dengan grafin 10.34
7 Beban dalam tekanan 27.6
8 Brass 90
9 Aluminium 70
Tabel 2.1 Nilai Modulus Elastisitas Bahan
Sumber : Laporan Pengujian Mekanika Terpakai (2010) dalam jurnal F
Munandar,2011
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

2.5 Definisi elastisitas dan plastisitas


Dalam pemilihan material seperti lembaran plat untuk pembuatan
komponen yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat material antar lain;
kekuatan (strength), keliatan (ductility), kekerasan dan kekuatan lelah. Sifat
mekanik material untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan. Pada saat
menahan beban, struktur molekul berada dalam keseimbangan. Gaya luar pada
proses penarikan akan mengakibatkan material mengalami tegangan.

2.5.1 Elastisitas
Sebuah benda terdiri dari partikel – partikel kecil atau molekul –
molekul. Diantara molekul – molekul ini bekerjalah gaya – gaya yang
biasa disebut gaya molekuler. Gaya – gaya molekuler ini memberi
perlawanan terhadap gaya – gaya luar yang berusaha mengubah bentuk
benda itu sampai terjadi suatu keseimbangan antara gaya – gaya luar dan
gaya – gaya dalam. Selanjutnya benda itu dikatakan berada dalam
keadaan regang ( state of strain ). Elastisitas adalah sifat yang dimiliki
oleh suatu material yang menyebabkan benda / material akan kembali ke
bentuk seperti semula setelah diberi beban dan mengalami perubahan
bentuk kemudian beban dihilangkan. Sebuah benda yang kembali
sepenuhnya kepada bentuk semula kita namakan elastis sempurna,
sedangkan apabila tidak sepenuhnya kembali kepada bentuk semula kita
namakan elastis parsial (sebagian).Elastisitas bahan sangat ditentukan
oleh modulus elastisitas, modulus elastisitas suatu bahan didapat dari
hasil bagi antara tegangan dan regangan

2.5.2 Plastisitas
Plastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu
ketika beban yang diberikan kepada suatu benda / material hingga
mengalami perubahan bentuk kemudian dihilangkan lalu benda tidak
bisa kembali sepenuhnya ke bentuk semula.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Peningkatan pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield


strength) yang dimiliki plat mengakibatkan aliran deformasi permanen
yang disebut plastisitas. Menurut Mondelson (1983) teori plastis terbagi
menjadi dua kategori:

1). Teori fisik


Teori fisik menjelaskan aliran bagaimana logam akan menjadi
plastis. Meninjau terhadap kandungan mikroskopik material seperti
halnya pengerasan kristal atom dan dislokasi butir kandungan material
saat mengalami tahap plastisitas.

2). Teori matematik


Teori matematik berdasarkan pada fenomena logis alami dari
material dan kemudian dideterminasikan ke dalam rumus yang
digunakan untuk acuan perhitungan pengujian material tanpa
mengabaikan sifat dasar material.

2.6 Definisi Defleksi


Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis
dari balok. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam
penerapan, kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x
disepanjang balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang
sering disebut persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Jumat, 1 November 2019 Pukul 14.00-16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Mekanika Terpakai Fak. Teknik Universitas
Hasanudiin

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Dial gauge
Berfungsi untuk menampilkan data

Gambar 3.1 Dial Gauge


Sumber: Dokumentasi Praktikum
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

b. Hanger With Weights


Berfungsi sebagai gantungan beban

Gambar 3.2 Hanger With Weights


Sumber: Dokumentasi Praktikan
c. Beban
Berfungsi sebagai beban pada percobaan

Gambar 3.3 Beban


Sumber:Dokumentasi Praktikan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

d. Baut
Berfungsi sebagai pengait

Gambar 3.4 Baut


Sumber: Dokumentasi Praktikan

e. Kunci L
Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk instalasi baut L

(a) (b)
Gambar 3.5 kunci L besar (a), dan kunci L kecil (b)
Sumber: Dokumentasi Praktikan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

f. Kolom
Berfungsi sebagai tempat melekatnya dial gauge holder

Gambar 3.6 Kolom


Sumber: Dokumentasi Praktikan

g. Dial gauge holder


Berfungsi sebagai tempat diletakannya dial gauge

Gambar 3.7 Dial Gauge Holder


Sumber: Dokumentasi Praktikan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3.3.2 Bahan
a. Circular Beam
Berfungsi sebagai objek percobaan

Gambar 3.8 Circular Beam


Sumber: Dokumentasi Praktikan

b. Semi - Circular Beam


Berfungsi sebagai objek percobaan

Gambar 3.9 Semi Circular Beam


Sumber: Dokumentasi Praktikan
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

c. Quadrant Beam
Berfungsi sebagai objek percobaan

Gambar 3.10 Quadrant Beam


Sumber: Dokumentasi Praktikan

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Percobaan Circular Beam
a. Memasang circular beam berbentuk lingkaran ke kolom alat.
b. Memasang dudukan pengukur sambungan.
c. Memasang kait alat untuk gantungan berat ke balok bundar.
d. Memasang balok lingkaran ke pendukung.
e. Memasang dial gauge nomor 1 untuk mengukur deformasi dalam arah
vertical (variable w). Dial gauge bersentuhan dengan tool hook.
3.3.2 Percobaan Semi-Circular Beam
a. Memasang semi-circular beam berbentuk setengah lingkaran ke
kolom alat.
b. Memasang dudukan pengukur sambungan.
c. Memasang dial gauge nomor 1 untuk mengukur deformasi dalma
arah vertikal (variable W).
d. Memasang dial gauge nomor 2 untuk mengukur deformasi dalam
arah horizontal (variable U) ke dudukan pengukur sambungan.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

e. Memasang kait pahat dengan plat pengukur pra-baut ke balok


setengah bundar.
f. Memasang balok semi bundar ke dudukan dukungan rata.
3.3.3 Percobaan Quadrant Beam
a. Memasang Quadrant Beam berbentuk seperempat lingkaran ke
kolom alat.
b. Memasang balok seperempat lingkaran ke blok bantalan.
c. Memasang dudukan pengukur sambungan.
d. Memasang dial gauge nomor 1 untuk mengukur deformasi dalam
arah vertical (variable W).
e. Memasang dial gauge nomor 2 untuk mengukur deformasi dalam
arah horizontal (variable U).
f. Memasang kait alat dengan plat pengukur pra-baut ke balok
seperempat lingkaran.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB IV
HASIL DAN DATA PERHITUNGAN

4.1. Data
a. Circular Beam
Force Wmeas Wcalc Difference
F in N In mm In mm In %
20 0.24 0.239 0.41
35 0.43 0.42 2.38
40 0.49 0.479 2.29
48 0.60 0.57 5.26
60 0.75 0.72 4.16
72 0.90 0.86 4.65
90 1.13 1.08 4.629

b. Semi-cirlucar beam
Force F Wmeas Wcalc Diff Umeas Ucalc Diff
in N In mm In mm In % In mm In mm In %
15 1.857 1.907 2.62 2.3 2.43 5.349
22 2.53 2.797 9.54 3.5 3.56 1.68
36 4.8 4.57 5.03 5.76 5.832 1.23
40 5.2 5.086 2.24 6.31 6.48 2.62
52 6.32 6.61 4.38 8.1 8.424 3.84
63 7.87 8.011 1.76 9.8 10.206 3.97
70 9.02 8.9 1.34 11.2 11.34 1.23
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

c. Quadrant beam
Force F Wmeas Wcalc Diff Umeas Ucalc Diff
in N In mm In mm In % In mm In mm In %
20 1.2 1.8439 34.92 0.8 1.458 45.13
35 2.95 3.2269 8.58 1.43 2.551 43.94
40 3.26 3.68 44.41 1.64 2.91 43.64
48 4.31 4.42 2.48 1.99 3.49 42.97
60 5.74 5.53 3.79 2.56 4.374 41.47
72 6.21 6.638 6.44 3.1 5,248 40.92
90 8.01 8.29 3.37 3.71 6.56 43.44

Keterangan
Warna Nama
Reza
Juandi
Dinul
Nadya
Ramadhan
Ferdi
Aswin

4.2. Hasil Perhitungan ( Teori )


a. Circular beams
 F = 20 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 20 × 1503 3.14 1
𝑤1 = ( − )= 5
( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x10 × 208,33 8 3.14
1350x105
= (0,074)
416.66x105
= 0,239 𝑚𝑚
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

0,239 − 0,24
𝑃𝐾1 = | | x 100%
0,239
= 0,41 %

 F= 35 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 35 × 1503 3.14 1
𝑤2 = ( − )= ( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x105 . 208,33 8 3.14
2362,5 × 105
= (0,074)
416.66x105
= 0,42 𝑚𝑚

0,42 − 0,43
𝑃𝐾2 = | | x 100%
0,42
= 2,38 %

 F = 40 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 40 × 1503 3.14 1
𝑤3 = ( − )= 5
( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x10 × 208,33 8 3.14
2700 × 105
= (0,074)
416,66x105
= 0,479 𝑚𝑚

0,479 − 0,49
𝑃𝐾3 = | | x 100%
0,479

= 2,29 %

 F = 48 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 48 × 1503 3.14 1
𝑤4 = ( − )= ( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x105 × 208,33 8 3.14

3240 × 105
= (0,074)
416,66x105
= 0,57 𝑚𝑚
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

0,57 − 0,60
𝑃𝐾4 = | | x 100%
0,57
= 5,26 %

 F = 60 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 60 × 1503 3.14 1
𝑤5 = ( − )= ( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x105 × 208,33 8 3.14
4050 × 105
= (0,074)
416,66x105
= 0,72 𝑚𝑚

0,72 − 0,75
𝑃𝐾5 = | | x 100%
0,72
= 4,16 %

 F = 72 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 72 × 1503 3.14 1
𝑤6 = ( − )= 5
( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x10 × 208,33 8 3.14
4860 × 105
= (0,074)
416,66x105
= 0,86 𝑚𝑚

0,86 − 0,90
𝑃𝐾6 = | | x 100%
0,86

= 4,65 %

 F = 90 N
2. 𝐹. 𝑟 3 𝜋 1 2 × 90 × 1503 3.14 1
𝑤7 = ( − )= ( − )
𝐸. 𝐼𝑦 8 𝜋 2x105 × 208,33 8 3.14
6075 × 105
= (0,074)
416,66x105
= 1,08 𝑚𝑚
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

1,08 − 1,13
𝑃𝐾7 = | | x 100%
1,08
= 4,629 %

b. Semi-Circular Beams
 F = 15 N
𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 15 × 1503
𝑤1 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 1.907 𝑚𝑚

1,907 − 1,857
𝑃𝐾1 = | | x 100%
1,907

= 2,62 %

2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 15 × 1503
𝑢1 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 2,43 𝑚𝑚

2.43 − 2.3
𝑃𝐾1 = | | x 100%
2,43
= 5,349 %

 F = 22 N
𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 22 × 1503
𝑤2 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 2,797 𝑚𝑚

2,797 − 2,53
𝑃𝐾2 = | | x 100%
2,797
= 9,54 %

2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 22 × 1503
𝑢2 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 3,56 𝑚𝑚
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3,56 − 3,5
𝑃𝐾2 = | | x 100%
3,56
= 1,68 %

 F = 36 N
𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 36 × 1503
𝑤3 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 4,57 𝑚𝑚

4,57 − 4,8
𝑃𝐾3 = | | x 100%
4,57
= 5,03 %

2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 36 × 1503
𝑢3 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 5,832 𝑚𝑚

5,832 − 5,76
𝑃𝐾3 = | | x 100%
5,832

= 1,23 %

 F = 40 N

𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 40 × 1503
𝑤4 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 5,086 𝑚𝑚

5,086 − 5,2
𝑃𝐾4 = | | x 100%
5,086
= 2,24 %

2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 40 × 1503
𝑢4 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 6,48 𝑚𝑚
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

6,48 − 6,31
𝑃𝐾4 = | | x 100%
6,48
= 2,62 %

 F = 52 N
𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 52 × 1503
𝑤5 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 6,61 𝑚𝑚

6,61 − 6,32
𝑃𝐾5 = | | x 100%
6,61
= 4,38 %
2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 52 × 1503
𝑢5 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 8,424 𝑚𝑚

8,424 − 8,1
𝑃𝐾5 = | | x 100%
8,424
= 3,84 %

 F = 63 N

𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 63 × 1503
𝑤6 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 8,011 𝑚𝑚

8,011 − 7,87
𝑃𝐾6 = | | x 100%
8,011
= 1,76 %
2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 63 × 1503
𝑢6 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 10,206 𝑚𝑚

10,206 − 9,8
𝑃𝐾6 = | | x 100%
10,206
= 3,97 %
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 F = 70 N
𝜋. 𝐹. 𝑟 3 3,14 × 70 × 1503
𝑤7 = =
2. 𝐸. 𝐼𝑦 2 × 2x105 × 208,33
= 8,9 𝑚𝑚

8,9 − 9,02
𝑃𝐾7 = | | x 100%
8,9

= 1,34 %
2. 𝐹. 𝑟 3 2 × 70 × 1503
𝑢7 = =
𝐸. 𝐼𝑦 2x105 × 208,33
= 11,34 𝑚𝑚

11.34 − 11,2
𝑃𝐾7 = | | x 100%
11,34

= 1,23 %

c. Quadrant Beam
 F = 20 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 20 × 1503 × 3,14
𝑤1 = . 𝑘𝑤 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 4 × 2x105 × 208,33
= 1,8439 𝑚𝑚

1,8439 − 1,2
𝑃𝐾1 = | | x 100%
1,8439
= 34,92 %

𝐹. 𝑟 3 20 × 1503
𝑢1 = . 𝑘𝑢 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 2 × 2x105 × 208,33
= 1,458 𝑚𝑚

1,458 − 0,8
𝑃𝐾1 = | | x 100%
1,458
= 45,13 %
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 F = 35 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 35 × 1503 × 3,14
𝑤2 = . 𝑘𝑤 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 4 × 2x105 × 208,33
= 3,2269 𝑚𝑚

3,2269 − 2,95
𝑃𝐾2 = | | x 100%
3,2269
= 8,58 %
𝐹. 𝑟 3 35 × 1503
𝑢2 = .𝑘 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 𝑢 2 × 2x105 × 208,33
= 2,551 𝑚𝑚

2,551 − 1,43
𝑃𝐾2 = | | x 100%
2,551

= 43,94 %

 F = 40 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 40 × 1503 × 3,14
𝑤3 = . 𝑘𝑤 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 4 × 2x105 × 208,33
= 3,68 𝑚𝑚

3,68 − 3,26
𝑃𝐾3 = | | x 100%
3,68
= 11,41 %
𝐹. 𝑟 3 40 × 1503
𝑢3 = . 𝑘𝑢 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 2 × 2x105 × 208,33
= 2,91 𝑚𝑚

2,91 − 1,64
𝑃𝐾3 = | | x 100%
2,91
= 43,64 %
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 F = 48 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 48 × 1503 × 3,14
𝑤4 = . 𝑘𝑤 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 4 × 2x105 × 208,33
= 4,42 𝑚𝑚

4,42 − 4,31
𝑃𝐾4 = | | x 100%
4,42
= 2,48 %
𝐹. 𝑟 3 48 × 1503
𝑢4 = .𝑘 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 𝑢 2 × 2x105 × 208,33
= 3,49 𝑚𝑚

3,49 − 1,99
𝑃𝐾4 = | | x 100%
3,49
= 42,97 %
 F = 60 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 60 × 1503 × 3,14
𝑤5 = .𝑘 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 𝑤 4 × 2x105 × 208,33
= 5,53 𝑚𝑚

5,53 − 5,74
𝑃𝐾5 = | | x 100%
5,53
= 3,79 %
𝐹. 𝑟 3 60 × 1503
𝑢5 = .𝑘 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 𝑢 2 × 2x105 × 208,33
= 4,374 𝑚𝑚

4,374 − 2,56
𝑃𝐾5 = | | x 100%
4,374
= 41,47 %
 F = 72 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 72 × 1503 × 3,14
𝑤6 = . 𝑘𝑤 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 4 × 2x105 × 208,33
= 6,638 𝑚𝑚
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

6,638 − 6,21
𝑃𝐾6 = | | x 100%
6,638
= 6,44 %

𝐹. 𝑟 3 72 × 1503
𝑢6 = . 𝑘𝑢 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 2 × 2x105 × 208,33
= 5,248 𝑚𝑚

5,248 − 3,1
𝑃𝐾6 = | | x 100%
5,248
= 40,92 %
 F = 90 N
𝐹. 𝑟 3 . 𝜋 90 × 1503 × 3,14
𝑤7 = . 𝑘𝑤 = × 1,45
4. 𝐸. 𝐼 4 × 2x105 × 208,33
= 8,29 𝑚𝑚

8,29 − 8,01
𝑃𝐾7 = | | x 100%
8,29
= 3,37 %
𝐹. 𝑟 3 90 × 1503
𝑢7 = . 𝑘𝑢 = × 1,80
2. 𝐸. 𝐼 2 × 2x105 × 208,33
= 6,56 𝑚𝑚

6,56 − 3,71
𝑃𝐾7 = | | x 100%
6,56
= 43,44 %
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4.3 Grafik
1. Circular beam
1.2

0.8
W (mm)

0.6

0.4

0.2

0
20 35 40 48 60 72 90
F (N)

Data Praktik Data Teori

2. Semi-circular beam
10
9
8
7
6
W (mm)

5
4
3
2
1
0
15 22 36 40 52 63 70
F (N)

Data Praktik Data Teori


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

12

10

8
U (mm)

0
15 22 36 40 52 63 70
F (N)

Data Praktik Data Teori

3. Quadrant Beam
9
8
7
6
W (mm)

5
4
3
2
1
0
20 35 40 48 60 72 90
F (N)

Data Praktik Data Teori


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

5
U (mm)

0
20 35 40 48 60 72 90
F (N)

Data Praktik Data Teori


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan Umum
Rel Kereta Api
Struktur jalan rel kereta adalah suatu konstruksi yang direncanakan
sebagai prasarana infrastruktur dan perjalan kereta api. Konsep struktur jalan
rel merupakan rangkaian superstruktur dan sub-struktur menjadi suatu
kesatuan yang saling berhubungan untuk menerima dan mendukung
pergerakan kereta api secara aman .

Gambar 5.1 Potongan Melintang Struktur Rel


Sumber:https://hajjapradana.wordpress.com/2016/04/23/struktur-jalan-rel/

Tanah sebagai bagian dari jalan rel, baik itu tanah asli maupun
tanah yang sudah mengalami perbaikan, akan mengalami perubahan bentuk
(deformation) akibat memikul beban dari lapisan di atasnya yaitu lapisan
ballast dan subballast. Secara umum, tanah akan memampat dan
menyebabkan terjadinya penurunan struktur yang ada di atasnya.
Pembebanan pada struktur jalan rel menimbulkan berbagai gaya
pada rel diantaranya gaya vertikal, gaya transversal (lateral) dan gaya
longitudinal. Perlunya analisis pembebanan berguna untuk mengurangi
resiko kerusakan pada jalan rel yang disebabkan respon jalan rel akibat beban
yang terjadi. Perhitungan beban dan gaya ini perlu dipahami secara benar
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

untuk dapat merencanakan dimensi, tipe dan disain jalan rel, bantalan,
ketebalan balas dan seterusnya.
Rel didesain menggunakan konsep “beam on elastic foundation
model” dengan mengasumsikan bahwa setiap rel akan berperilaku sebgai
balok menerus (infinite beam) yang diletakkan di atas tumpuan elastic linier.
Ketika beban eksternal (beban dari roda kendaraan) disalurkan di atas balok
(rel) yang diletakkan di atas fondasi elasticlinier, maka gaya reaksi pada
fondasi nilainya adalah proporsional terhadap nilai defleksi yang terjadi pada
setiap titik pada balok tersebut. Asumsi ini menjadi dasar perhitungan model
beam on elastic foundation (BoEF).
Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang
menghimpun komponen-komponennya seperti rel, bantalan, penambat dan
lapisan fondasi serta tanah dasar secara terpadu dan disusun dalam sistem
konstruksi dan analisis tertentu untuk dapat dilalui kereta api secara aman dan
nyaman.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

5.2. Pembahasan Khusus


1. Circular Beam
1.2

0.8
W (mm)

0.6

0.4

0.2

0
20 35 40 48 60 72 90
F (N)

Data Praktik Data Teori

Pada kurva balok bundar (circular beam), nilai-nilai gaya yang


diberikan pada circular beam secara praktek dan teori yaitu 20, 35, 40,
48, 60, 72, dan 90. Secara praktek, ketika sebuah gaya diberikan pada
beam maka akan menghasilkan deformasi vertikal (w) senilai 0.24, 0.43,
0.49, 0.60, 0.75, 0.90, dan 1.13 yang dilihat pada dial gauge. Sedangkan
secara teori, deformasi vertikal (w) yang dihasilkan senilai 0.239, 0.42,
0.479, 0.57, 0.72, 0.86, dan 1.08. Adapun untuk presentase kesalahan
yang diperoleh berturut-turut yaitu 0.41%, 2.38%, 2.29%, 5.26%, 4.16%,
4.65%, dan 4.629%. pada percobaan circular beam ini kita tidak
mengukur deformasi horizontal batang (U) dikarenakan sampai saat ini
belum ada rumus yang dapat digunakan untuk mencarinya.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

2. Semi-circular Beam
10
9
8
7
6
W (mm)

5
4
3
2
1
0
15 22 36 40 52 63 70
F (N)

Data Praktik Data Teori

12

10

8
U (mm)

0
15 22 36 40 52 63 70
F (N)

Data Praktik Data Teori

Pada kurva balok setengah lingkaran (semi-circular beam), nilai-


nilai gaya yang diberikan pada semi-circular beam secara praktek dan
teori yaitu 15, 22, 36, 40, 52, 63, dan 70. Secara praktek, ketika sebuah
gaya yang diberikan pada beam maka akan menghasilkan deformasi
vertikal (w) senilai 1,85, 2.53, 4.8, 5.2, 6.32, 7.87, dan 9.02, Sedangkan
secara teori, deformasi vertikal (w) yang dihasilkan senilai 1.907, 2.797,
4.57, 5.086, 6.61, 8.011, dan 8.9. Pada semi-circular beam ini juga
menghasilkan deformasi horizontal (u) senilai 2.3, 3.5, 5.76, 6.31, 8.1,
9.8, dan 11.2 yang dilihat pada dial gauge, serta juga deformasi
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

horizontal (u) yang dihasilkan senilai 2.43, 3.56, 5.832, 6.48, 8.424,
10.206, dan 11.34. Adapun untuk presentase kesalahan yang dihasilkan
pada deformasi vertikal (w) berturut-turut yaitu 2.63%, 9.54%, 5.03%,
2.24%, 4.38%, 1.76%, dan 1.34% , Sedangkan pada deformasi horizontal
(u) senilai 5.349%, 1.68%, 1.23%, 2.62%, 3.84%, 3.97%, dan 1.23%.

3. Quadrant Beam
9
8
7
6
W (mm)

5
4
3
2
1
0
20 35 40 48 60 72 90
F (N)

Data Praktik Data Teori

5
U (mm)

0
20 35 40 48 60 72 90
F (N)

Data Praktik Data Teori

Pada kurva balok seperempat lingkaran (quadrant beam), nilai nilai


gaya yang diberikan pada quadrant beam secara praktek dan teori yaitu
20, 35, 40, 48, 60, 72, dan 90. Secara praktek, deformasi vertikal (w)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

senilai 1.2, 2.95, 3.26, 4.31, 5.74, 6.21, dan 8.01 Sedangkan secara teori,
deformasi vertikal (w) yang dihasilkan senilai 1.8439, 3.2269, 3.68, 4.42,
5.53, 6.638, dan 8.29, pada quadrant beam ini sama dengan semi-circular
beam yang juga menghasilkan deformasi horizontal (u) namun nilai yang
dihasilkan berbeda yaitu 0.8, 1.43, 1.64, 1.99, 2.56, 3.1, dan 3.71. adapun
untuk deformasi horizontal (u) yang dihasilkan senilai 1.458, 2.551, 2.91,
3.49, 4.374, 5,248, dan 6.561. Adapun untuk presentase kesalahan yang
dihasilkan pada deformasi vertikal (w) berturut-turut yaitu 34.92%,
8.58%, 44.41%, 2.48%, 3.79%, 6.44%, dan 3.37%. Sedangkan pada
deformasi horizontal (u) senilai 45.13%, 43.94%, 43.64%, 42.97%,
41.47%, 40.92%, dan 43.44%.
Pada percobaan quadrant beam ini kita mendapatkan persentase
kesalahan terbesar yaitu rata rata 40%-an, yang artinya nilai yang didapat
secara praktik 40% salah. Hal tersebut terjadi mungkin kesalahan pada
saat praktikum, yaitu kurangnya ketelitian, kehati hatian, dan
keterampilan kami praktikan dalam membaca, dan menggunakan alat
(human error).
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB VI
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
a. Pada praktikum kali ini kita hanya menggunakan satu jenis bahan percobaan
namun memiliki bentuk yang berbeda beda yaitu balok budar (circular
beam), setengah lingkaran (semi-circular beam), dan seperempat lingkaran
(quadrant beam).
b. Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui penerapan prinsip kekuatan
virtual (the force method) untuk menghitung deformasi, baik itu deformasi
vertical (W) maupun deformasi horizontal (U).
c. Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui perbandingan deformasi
secara praktek dan teori. Terdapat presentasi kesalahan yan bervariasi
dikarenakan kurangnya keterampilan praktikan dalam menggunakan alat.

6.2 Saran
a. Saran untuk lab
- Jika ada alat yang rusak diperbaiki atau diganti.
- Menjaga alat dan bahan bahan praktikum
b. Saran untuk asisten :
- Tidak meninggalkan praktikan ketika praktikum sedang berlangung.
- Mempertahankan sikap ramah terhadap praktikan.

Anda mungkin juga menyukai