(5305-121-2)
Oleh :
Ahmad Kholil, ST.MT.
1.1 Pendahuluan
Untuk kopling gesek mekanismenya secara bergesekan antara bagian penggerak dengan
yang digerakkan, sehingga daya akan terhubung atau terlepas secara perlahan-lahan dari
enjin ke transmisi. Mekanisme kopling gesek ini dapat kita lihat pada mobil atau motor.
1
c. Kopling sentrifugal (centrifugal clutches)
Bahan kopling merupakan bagian penting untuk mekanisme kerja kopling, bahan
permukaan kontak kopling harus memiliki karakteristik berikut,
2
Tabel 1.1 Sifat utama bahan yang digunakan untuk permukaan gesek
3
Gaya gesek pada kopling,
Untuk menentukan gaya dan torsi kopling, ada dua pertimbangan yang bisa
dilakukan. Pertimbangan pertama dengan menggunakan teori tekanan seragam, dan
pertimbangan kedua bisa juga menggunakan teori keausan seragam. Kedua teori ini akan
akan menghasilkan gaya dan torsi kopling berbeda.
𝑊𝑊
𝑝𝑝 =
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 − (𝑟𝑟2 )2 ]
)2
𝑟𝑟1 𝑟𝑟
2
𝑟𝑟 3 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 . 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝 � �
𝑟𝑟2 3 𝑟𝑟
2
(𝑟𝑟1 )3 )3
− (𝑟𝑟2
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝 � �
3
Substitusi nilai p, maka
𝑊𝑊 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇 � � � �
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ] 3
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 𝜇𝜇. 𝑊𝑊 � � = 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
dimana:
4
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
𝑅𝑅 = � �
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
R = jari-jari rata-rata permukaan gesek.
𝐶𝐶
𝑝𝑝. 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝 =
𝑟𝑟
dimana C adalah konstanta
𝑊𝑊
𝐶𝐶 =
2𝜋𝜋(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 )
𝑟𝑟1 𝑟𝑟
𝑟𝑟 2 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶. 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 � �
𝑟𝑟2 2 𝑟𝑟
2
5
(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 � � = 𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
2
𝑊𝑊 1
= 𝜋𝜋. 𝜇𝜇 𝑥𝑥 [(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ] = 𝑥𝑥 𝜇𝜇. 𝑊𝑊(𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 ) = 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅
2𝜋𝜋(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) 2
Dimana:
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
𝑅𝑅 =
2
Pada umumnya torsi gesek total yang bekerja pada kopling adalah
dimana:
n = jumlah permukaan kontak dari kopling,
= untuk permukaan kopling plat umumnya memiliki dua buah permukaan efektif,
Sehingga jika ada dua permukaan efektif maka n = 2.
R = tergantung kondisi kopling
2 (𝑟𝑟 )3 −(𝑟𝑟 )3
=
3
�(𝑟𝑟1 )2 −(𝑟𝑟2 )2 �
1 2
tekanan seragam
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
=
2
keausan seragam
6
Gambar 1.5 Kopling lebih dari satu
7
1.5 Contoh Soal
1. Tentukan tekanan maksimum, minimum, dan rata-rata kopling plat ketika diberi gaya
aksial 4 kN. Jari-jari dalam permukaan kontak 50 mm dan jari-jari luar 100 mm.
Asumsi keausan seragam.
Penyelesaian,
• Tekanan maksimum
Jika pmax = tekanan maksimum.
Karena nilai tekanan maksimum pada radius dalam r2, sehingga
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
Atau
𝐶𝐶 = 50𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Diketahu bahwa gaya total pada permukaan kontak (W),
4000 = 2𝜋𝜋. 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 50 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (100 − 50) = 15710 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
4000
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = 0,2546 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
15710
• Tekanan minimum
Jika pmin = tekanan minimum.
Karena nilai tekanan minimum pada radius dalam r1, sehingga
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟1 = 𝐶𝐶
Atau
𝐶𝐶 = 100𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Diketahu bahwa gaya total pada permukaan kontak (W),
4000 = 2𝜋𝜋. 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 100 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (100 − 50) = 31420 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
4000
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = 0,1273 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
31420
• Tekanan rata-rata
Tekanan rata-rata adalah
8
2. Kopling plat tunggal memiliki dua sisi permukaan efektif dipakai untuk
mentransmisikan daya 25 kW pada 3000 rpm. Tentukan diameter dalam dan
diameter luar permukaan gesek jika koefisien gesek 0,255, rasio diameter 1,25 dan
tekanan maksimum tidak lebih dari 0,1 N/mm2. Tentukan juga gaya aksial truss ke
pegas dengan asumsi keausan seragam.
Penyelesaian,
9
𝑑𝑑1 = 2 𝑟𝑟1 = 2 𝑥𝑥 120 = 240 𝑚𝑚𝑚𝑚
Dan diameter dalam permukaan gesek,
𝑑𝑑2 = 2 𝑟𝑟2 = 2 𝑥𝑥 96 = 192 𝑚𝑚𝑚𝑚
3. Kopling plat memiliki plat penggerak tunggal dengan permukaan kontak pada tiap
sisi digunakan untuk mentransmisikan daya 110 kW pada 1250 rpm. Diameter luar
permukaan kontak 300 mm dan koefisien gesek 0,4.
a. Dengan asumsi tekanan seragam 0,17 N/mm2, tentukan diameter dalam
permukaan gesek.
b. Dengan dimensi dan gaya yang sama pada hasil (a). Tentukan torsi
maksimum yang dapat ditransmisikan dan besarnya tekanan ketika kondisi
keausan seragam.
Penyelesaian,
a. diameter dalam permukaan gesek
d2 = diameter dalam permukaan kontak atau permukaan gesek, dan
r2 = jari-jari dalam permukaan kontak atau permukaan gesek.
Daya yang ditransmisikan oleh kopling,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 110 𝑥𝑥 103 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 840 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 840 𝑥𝑥 103 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 1250
10
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3 2 (150)3 − (𝑟𝑟2 )3
𝑅𝑅 = � � = � �
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 3 (150)2 − (𝑟𝑟2 )2
Torsi yang ditransmisikan oleh kopling,
840 𝑥𝑥 103 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅
Untuk n = 2, maka
2 (150)3 − (𝑟𝑟2 )3
= 2 𝑥𝑥 0,4 𝑥𝑥 0,534 [(150)2 − (𝑟𝑟2 )2 ] 𝑥𝑥 � �
3 (150)2 − (𝑟𝑟2 )2
= 0,285 [(150)3 − (𝑟𝑟2 )3 ]
Atau,
840 𝑥𝑥 103
(150)3 − (𝑟𝑟2 )3 = = 2,95 𝑥𝑥 106
0,285
(𝑟𝑟2 )3 = (150)3 − 2,95 𝑥𝑥 106 = 0,425 𝑥𝑥 106
atau 𝑟𝑟2 = 75 𝑚𝑚𝑚𝑚
dan 𝑑𝑑2 = 2. 𝑟𝑟2 = 2 𝑥𝑥 75 = 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Torsi maksimum yang ditransmisikan.
Beban aksial truss,
𝑊𝑊 = 0,534 [(150)2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
𝑊𝑊 = 0,534 [(150)2 − (75)2 ] = 9011 𝑁𝑁
Jari-jari rata-rata permukaan kontak untuk kondisi keausan seragam,
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟1 150 + 75
𝑅𝑅 = = = 112,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 2
Torsi maksimum yang ditransmisikan,
𝑇𝑇 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅 = 2 𝑥𝑥 0,4 𝑥𝑥 9011 𝑥𝑥 112,5 = 811 𝑥𝑥 103 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
= 811 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
• Nilai tekanan maksimum
Untuk kondisi keausan seragam 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶
Karena nilai tekanan maksimum pada jari-jari dalam r2, maka
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
𝐶𝐶 = 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 75 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚
Gaya aksial truss W,
9011 = 2 𝜋𝜋 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 75 (150 − 75) = 35347 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
9011
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = 0,255 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
35347
11
4. Kopling plat kering tunggal dirancang untuk mentransmisikan daya 7,5 kW pada
900 rpm. Tentukan:
a. Diameter poros,
b. Jari-jari rata-rata dan lebar permukaan gesek dengan asumsi rasio jari-jari
terhadap lebar adalah 4.
c. Radius dalam dan luar kopling plat.
d. Dimensi pegas, dengan asumsi jumlah pegas 6 dan index pegas 6. Teganga
geser yang diijinkan untuk bahan kawat pegas 420 Mpa.
Penyelesaian,
1. Diameter poros
ds = diameter poros
𝜏𝜏1 = tegangan geser bahan poros, diasumsikan 40 N/mm2.
Torsi yang ditransmisikan,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 7500 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 79,6 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 79600 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 900
Nilai torsi pada poros,
𝜋𝜋
𝑇𝑇 = 𝑥𝑥 𝜏𝜏 (𝑑𝑑 )3
16 1 𝑠𝑠
𝜋𝜋
79600 = 𝑥𝑥 40(𝑑𝑑𝑠𝑠 )3 = 7,855 (𝑑𝑑𝑠𝑠 )3
16
79600
(𝑑𝑑𝑠𝑠 )3 = = 10134
7,855
𝑑𝑑𝑠𝑠 = 21,6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 25 𝑚𝑚𝑚𝑚
12
𝜋𝜋
79600 = 𝑥𝑥 0,25 𝑥𝑥 𝑅𝑅 3 𝑥𝑥 0,07 𝑥𝑥 2 = 0,055𝑅𝑅3
2
79600
𝑅𝑅 3 = = 1,45 𝑥𝑥 106
0,055
𝑅𝑅 114
𝑏𝑏 = = = 28,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
4 4
13
8 𝑊𝑊𝑠𝑠 𝐶𝐶
𝜏𝜏 = 𝐾𝐾 𝑥𝑥
𝜋𝜋 𝑑𝑑2
8 𝑥𝑥 297,75 𝑥𝑥 6 5697
420 = 1,2525 𝑥𝑥 = 2
𝜋𝜋 𝑑𝑑 2 𝑑𝑑
5697
𝑑𝑑2 = = 13,56
420
𝑑𝑑 = 3,68 𝑚𝑚𝑚𝑚
Berdasarkan standar ukuran kawat pegas SWG 8, maka diameter yang dipilih adalah d =
4,064 mm.
Diameter rata-rata pegas,
𝐷𝐷 = 𝐶𝐶. 𝑑𝑑 = 6 𝑥𝑥 4,064 = 24,38 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 24,4 𝑚𝑚𝑚𝑚.
Dengan asumsi pegas memiliki 4 lilitan aktif, n = 4, defleksi pegas, dan G = 84 x 103
N/mm2.
8 𝑊𝑊𝑠𝑠 . 𝐶𝐶 3 . 𝑛𝑛 8 𝑥𝑥 297,75 𝑥𝑥 63 𝑥𝑥 4
𝛿𝛿 = = = 6,03 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐺𝐺. 𝑑𝑑 84 𝑥𝑥 103 𝑥𝑥 4,064
Dengan menganggap pegas jenis “squared and ground ends”, maka jumlah lilitan
𝑛𝑛′ = 𝑛𝑛 + 2 = 4 + 2 = 6
Panjang bebas pegas,
𝐿𝐿𝐹𝐹 = 𝑛𝑛′ . 𝑑𝑑 + 𝛿𝛿 + 0,15 𝛿𝛿
= 6 𝑥𝑥 4,064 + 6,03 + 0,15 𝑥𝑥 6,03 = 31,32 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐿𝐿𝐹𝐹 31,32
Pitch dari tiap lilitan = = = 6,264 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑛𝑛 ′ −1 6−1
5. Kopling multi-disc memiliki tiga piringan pada poros penggerak dan dua pada
poros yang digerakkan. Diameter dalam permukaan kontak 120 mm. Tekanan
maksimum antara permukaan kontak dibatasi 0,1 N/mm2. Rancanglah kopling
untuk daya 25 kW pada 1575 rpm dengan asumsi keausan seragam dan koefisien
gesek 0,3.
Penyelesaian,
r1 = jari-jari rata-rata permukaan kontak
torsi yang ditransmisikan,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 25000 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 151,6 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 151600 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 1575
Untuk kondisi keausan seragam, 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶
Nilai tekanan maksimum pada jari-jari dalam,
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
𝐶𝐶 = 0,1 𝑥𝑥 60 = 6 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚
14
Gaya aksial pada permukaan gesek,
𝑊𝑊 = 2𝜋𝜋𝜋𝜋(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 6 (𝑟𝑟1 − 60) = 37,7 (𝑟𝑟1 − 60)
Untuk kondisi keausan seragam, jari-jari rata-rata pada permukaan kontak,
15
1.6 Latihan
1. Kopling piringan plat tunggal dengan dua sisi efektif yang digunakan
mentransmisikan daya 10 kW pada 900 rpm. Tekanan aksial dibatasi 0,085
N/mm2. Jika diameter luar 1,25 kali diameter dalam kopling, tentukan dimensi
kopling dan gaya aksial yang diberikan pegas. Asumsi kondisi keusan seragam
dan koefisien gesek 0,3.
2. Suatu kopling multi-disc dengan dua sisi efektif digunakan untuk mentransmisikan
daya 25 kW pada 1600 rpm. Diameter luar kopling dibatasi 300 mm dan intensitas
tekanan piringan tidak lebih dari 0,07 N/mm2. Asumsi kondisi keausan seragam
dan koefisien gesek 0,3, tentukan diameter dalam piringan dan gaya aksial untuk
melepas kopling.
3. Suatu kopling multi-disc memiliki tiga piringan pada poros penggerak dan dua
pada poros yang digerakkan, sehingga memiliki empat permukaan kontak.
Diameter luar permukaan kontak 250 mm dan diameter dalaam 150 mm.
Tentukan intensitas tekanan maksimum antar plat jika digunakan untuk
mentransmisikan daya 18,75 kW pada 500 rpm. Asumsi kondisi keausan seragam
dan koefisien gesek 0,3.
4. Suatu kopling plat menggunakan 3 plat baja dan 2 plat perunggu dengan diameter
luar 300 mm dan diameter dalam 200 mm. Jika koefisien gesek 0,22 dan tekanan
normal 0,13 N/mm2,
a. tentukan gaya aksial dan daya yang ditransmisikan pada 750 rpm.
b. tentukan tekanan normal kopling jika mentransmisikan daya 22 kW pada 1500
rpm.
5. Suatu kopling multi-disc memiliki lebar radial dari bahan gesek 1/5 radius
maksimum. Koefisien gesek 0,25. Tentukan jumlah piringan yang digunakan untuk
mentransmisikan daya 60 kW pada 3000 rpm. Diameter maksimum kopling 250
mm dan gaya aksial dibatasi sampai 600 N. Tentukan juga rata-rata tekanan tiap
permukaan kontak.
16
BAB II
KOPLING KERUCUT
2.1 Pendahuluan
Kopling kerucut sudah lama digunakan pada kendaraan, tetapi seiring dengan
waktu pemakaiannya sudah digantikan dengan kopling plat. Pada kopling ini hanya satu
permukaan gesek yang aktif. Karena bentuknya yang kerucut sehingga hanya satu sisi
permukaan miring yang menjadi permukaan gesek.
17
Seperti terlihat pada gambar 2.2, permukaan gesek kopling tidak searah dengan
gaya tekan aksial. Tekanan normal permukaan gesek membentuk sudut dikarenakan
kemiringan permukaan akibat geometri kerucut. Untuk itu dalam analisa dan perancangan
maka pertimbangan berikut menjadi penting untuk memahami konstruksi geometri.
pada kopling kerucut berlaku dua kondisi, yaitu kondisi tekanan seragam dan kondisi
keausan seragam.
𝑟𝑟1 𝑟𝑟
𝑟𝑟 2 1 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
𝑊𝑊 = � 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝑝𝑝𝑛𝑛 � � = 2𝜋𝜋. 𝑝𝑝𝑛𝑛 � �
𝑟𝑟2 2 𝑟𝑟 2
2
𝑊𝑊
𝑝𝑝𝑛𝑛 =
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 − (𝑟𝑟2 )2 ]
)2
18
Gaya gesek pada permukaan kerucut,
𝑟𝑟1 𝑟𝑟
2
𝑟𝑟 3 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼. 𝑟𝑟 . 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
𝑟𝑟2 3 𝑟𝑟
2
(𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
3
𝑊𝑊 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇 𝑥𝑥 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ] 3
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 𝑥𝑥 𝜇𝜇. 𝑊𝑊 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
3 [(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
𝐶𝐶
𝑝𝑝𝑟𝑟 . 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑟𝑟 =
𝑟𝑟
19
sedangkan gaya aksial pada kerucut
𝑟𝑟1
𝑟𝑟
𝑊𝑊 = � 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 [𝑟𝑟]𝑟𝑟12 = 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 )
𝑟𝑟2
𝑊𝑊
𝐶𝐶 =
2𝜋𝜋 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 )
𝑟𝑟1 𝑟𝑟
𝑟𝑟 2 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
𝑟𝑟2 2 𝑟𝑟
2
(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
= 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
2
20
𝑊𝑊 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋 𝜇𝜇 𝑥𝑥 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
2𝜋𝜋 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) 2
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
= 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � � = 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼
2
dimana
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
𝑅𝑅 =
2
𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝑊𝑊 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼
𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 𝑊𝑊𝑛𝑛 𝑅𝑅
21
Pada geometri gambar 2.3 terlihat hubungan,
𝑊𝑊 𝑊𝑊 𝑊𝑊
𝑝𝑝𝑛𝑛 = = =
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 2
− (𝑟𝑟2 ) ] 𝜋𝜋(𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 )(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) 2𝜋𝜋. 𝑅𝑅. 𝑏𝑏. sin 𝛼𝛼
atau
dimana
Untuk pertimbangan lain, didalam perancangan kopling kerucut. Gaya efektif pegas
yang diperlukan untuk melepas kopling,
𝑊𝑊𝑒𝑒 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 sin 𝛼𝛼 + 0,25 𝜇𝜇 𝑊𝑊𝑛𝑛 cos 𝛼𝛼 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 (sin 𝛼𝛼 + 0,25 𝜇𝜇 cos 𝛼𝛼)
22
2.3 Contoh Soal
Penyelesaian,
• Torsi yang dibutuhkan untuk menghasilkan gesekan kopling
Torsi yang dibutuhkan untuk menghasilkan gesekan kopling,
𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 = 0,3 𝑥𝑥 200 𝑥𝑥 40 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 150 = 9273 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚.
= 9,27 𝑁𝑁. 𝑚𝑚.
• Waktu yang dibutuhkan untuk flywheel dengan kecepatan penuh,
t = waktu yang dibutuhkan untuk flywheel dengan kecepatan penuh dari posisi
stasioner.
𝛼𝛼 = pecepatan sudut flywheel.
𝐼𝐼 = 𝑚𝑚. 𝑘𝑘 2 = 14 (0,16)2 = 0,3584 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚2
Torsi adalah,
𝑇𝑇 = 𝐼𝐼 𝑥𝑥 𝛼𝛼
9,27 = 0,3584 𝛼𝛼
9,27
𝛼𝛼 = = 25,87 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠 2
0,3584
Dan kecepatan sudut,
𝜔𝜔 = 𝜔𝜔0 + 𝛼𝛼. 𝑡𝑡
94,26 = 0 + 25,87 𝑥𝑥 𝑡𝑡 = 25,87 𝑡𝑡
94,26
𝑡𝑡 = = 3,64
25,87
• Energi yang hilang pada gesekan kopling,
Perpindahan sudut,
𝜔𝜔0 + 𝜔𝜔
𝜃𝜃 = 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤 = 𝑥𝑥 𝑡𝑡
2
23
0 + 94,26
= 𝑥𝑥 3,64 = 171,6 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
2
Energi yang hilang pada gesekan kopling,
= 𝑇𝑇 . 𝜃𝜃 = 9,27 𝑥𝑥 171,6 = 1591 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
Penyelesaian,
a. Lebar permukaan kopling,
b = lebar permukaan kopling.
Torsi yang terjadi pada kopling,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 =
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁
45000 𝑥𝑥 60
= = 430 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 430 𝑥𝑥 103 . 𝑚𝑚𝑚𝑚.
2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 1000
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑅𝑅 2 . 𝑏𝑏
430000 = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 0,2 𝑥𝑥 0,1 (250)2 𝑏𝑏 = 7855 𝑏𝑏
430000
𝑏𝑏 = 54,7 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 55 𝑚𝑚𝑚𝑚
7855
24
Gaya pegas aksial untuk melepas kopling,
𝑊𝑊𝑒𝑒 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 (sin 𝛼𝛼 + 0,25 𝜇𝜇 cos 𝛼𝛼)
= 8640 (sin 12,50 + 0,25 𝑥𝑥 0,2 cos 12,50 ) = 2290 𝑁𝑁
3. Tentukan dimensi utama kopling kerucut dengan permukaan berbahan kulit yang
digunakan untuk daya 30 kW pada 750 rpm dari motor listrik ke kompressor.
Sketlah bagian-bagian utama kopling kerucut tersebut, jika sudut setengah kerucut
12,50, koefisien gesek 0,2, diameter rata-rata kerucut 6-10d, dimana d adalah
diameter poros, tekanan normal antara kulit dan baja 0,075-0,1 N/mm2, faktor
beban 1,75 dan perbandingan diameter rata-rata terhadap lebar adalah 6.
Penyelesaian,
Pertama-tama tentukan diameter poros.
Torsi yang ditransmisikan oleh poros adalah
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = 𝑥𝑥 𝐾𝐾𝐿𝐿
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁
30000 𝑥𝑥 60
= 𝑥𝑥 1,75 = 668,4 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 668,4 𝑥𝑥 103 . 𝑚𝑚𝑚𝑚.
2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 750
𝜋𝜋
𝑇𝑇 = 𝑥𝑥 𝜏𝜏 𝑥𝑥 𝑑𝑑 3
16
𝜋𝜋
668,4 𝑥𝑥 103 = 𝑥𝑥 42 𝑥𝑥 𝑑𝑑 3 = 8,25 𝑑𝑑3
16
668,4 𝑥𝑥 103
𝑑𝑑3 = = 81 𝑥𝑥 103
8,25
𝑑𝑑 = 43,3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 50 𝑚𝑚𝑚𝑚
Tekanan normal yang diijinkan (pn) untuk bahan kulit dan besi cor adalah 0,075
sampai 0,1 N/mm2.
Torsi yang dikembangkan oleh kopling,
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑅𝑅 2 . 𝑏𝑏
25
𝐷𝐷 2𝑅𝑅 𝑅𝑅 𝑅𝑅
= 6 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 6 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 3 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏 =
𝑏𝑏 𝑏𝑏 𝑏𝑏 3
𝑅𝑅
668,4 𝑥𝑥 103 = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 0,2 𝑥𝑥 0,1 𝑥𝑥 𝑅𝑅 2 𝑥𝑥 = 0,042 𝑅𝑅 3
3
668400
𝑅𝑅 3 = = 15,9 𝑥𝑥 106
0,042
𝑅𝑅 = 250 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷 = 2𝑅𝑅 = 2 𝑥𝑥 250 = 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
Karena dalam perhitungan ini diameter rata-rata kopling (D) adalah sama dengan 10d dan
nilai yang diberikan adalah 6 sampai 10d, maka hitungan D ini aman.
𝐷𝐷 500
𝑏𝑏 = = = 83,3 𝑚𝑚𝑚𝑚
6 6
Berdasarkan gambar, jari-jari luar kopling,
𝑏𝑏
𝑟𝑟1 = 𝑅𝑅 + sin 𝛼𝛼
2
83,3
= 250 + sin 12,50 = 259 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
dan jari-jari dalam,
𝑏𝑏
𝑟𝑟2 = 𝑅𝑅 − sin 𝛼𝛼
2
83,3
= 250 − sin 12,50 = 241 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
26
2.4 Latihan
2. Kopling kerucut dirancang untuk mentransmisikan daaya 7,5 kW pada 900 rpm.
Kopling memiliki sudut permukaan 120. Lebar permukaan setengah dari jari-jari
rata-rata dan tekanan normal antara permukaan kontak tidak lebih dari 0,09
N/mm2. Asumsi keausan seragam dan koefisien gesek 0,2. Tentukan dimensi
kopling dan gaya aksial yang dibutuhkan untuk melepas kopling.
3. Kopling kerucut memiliki sudut muka 100, diameter rata-rata 300 mm dan lebar
muka 100 mm. Jika koefisien gesek 0,2 dan memiliki tekanan rata-rata 0,07
N/mm2 untuk kecepatan 500 rpm. Tentukan:
a. Gaya yang diperlukan untuk melepas kopling.
b. Daya yang ditransmisikan jika asusmsi keausan seragam.
4. Kopling kerucut dipasang pada poros yang meneruskan daya dan putaran 225
rpm. Diameter kecil kerucut 230 mm, lebar muka kerucut 50 mm dan sudut muka
kerucut 150 dengan horisontal. Tentukan gaya aksial yang diperlukan untuk
meneruskan daya 4,5 kW jika koefisien gesek 0,25. Tentukan tekanan maksimum
permukaan kontak jika asumsi keausan seragam.
5. Suatu kopling kerucut meneruskan torsi 200 N-m pada 1250 rpm. Diameter besar
kopling 350 mm. Sudut muka kerucut 7,50 dan lebar muka 65 mm. Jika koefisien
gesek 0,2, tentukan:
a. Gaya aksial untuk meneruskan daya.
b. Gaya aksial untuk melepas kopling.
c. Tekanan normal rata-rata permukaan kontak ketika torsi maksimum
diteruskan.
d. Tekanan normal maksimum jika asumsi keausan seragam.
27
BAB III
KOPLING SENTRIFUGAL
3.1 Pendahuluan
Kopling sentrifugal biasanya dimasukkan dalam puli motor. Terdiri dari sejumlah
sepatu di dalam tromol puli sepert pada gambar. Permukaan luar sepatu yang ditutupi
dengan bahan gesek. Sepatu ini dapat bergerak secara radial pada spider. Poros
penggerak memutar spider menyebabkan sepatu kopling yang bermassa menghasilkan
gaya sentrifugal menarik pegas. Karena sepatu kopling meregang menyebabkan bagian
permukaan sepatu menggesek tromol sehingga keduanya ikut berputar bersama
memutar poros penerus. Begitu juga pada sebaliknya, ketika putaran melambat maka
gaya sentrifugal berkurang menyebabkan gaya pegas makin kuat menarik sepatu kepusat
poros, sehingga menyebabkan cengkraman kopling berkurang dan tromol terlepas dari
gesekan dengan permukaan sepatu kopling.
28
a. Massa sepatu
Satu sepatu kopling sentrifugal seperti pada gambar,
Gaya sentrifugal yang bekerja tiap sepatu pada kondisi kecepatan operasi,
Karena sepatu mulai akan bergesekan pada ¾ kecepatan operasi, maka gaya tarik
pegas terhadap sepatu adalah
3 2 9
𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚 (𝜔𝜔1 )2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚 � 𝜔𝜔� . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟
4 16
29
Selisih dari gaya sentrifugal dengan gaya pegas merupakan gaya tekan sepatu
terhadap tromol yang saling bergesekan,
9 7
= 𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟 − 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟
16 16
Gaya gesek yang bekerja pada tiap sepatu akibat tangensial adalah,
𝐹𝐹 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 )
= 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑅𝑅 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 ) 𝑅𝑅
b. Ukuran sepatu
𝑙𝑙 𝜋𝜋
untuk 𝜃𝜃 = 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑙𝑙 = 𝜃𝜃. 𝑅𝑅 = 𝑅𝑅
𝑅𝑅 3
= 𝑙𝑙 . 𝑏𝑏
= 𝐴𝐴 𝑥𝑥 𝑝𝑝 = 𝑙𝑙. 𝑏𝑏. 𝑝𝑝
30
Karena gaya tekan sepatu sama dengan selisih antara gaya sentrifugal dengan gaya
pegas,
c. Dimensi pegas
Gaya pada pegas berasal dari persamaan berikut,
9
𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑥𝑥𝑥𝑥. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟
16
31
3.3 Contoh Soal
Penyelesaian,
a. Massa sepatu
Kecepatan sudut pada putaran operasi,
2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝜔𝜔 =
60
2𝜋𝜋 𝑥𝑥 900
= = 94,26 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠
60
karena kecepatan pada saat sepatu mulai menempel adalah ¾ dari kecepatan
operasi maka,
3 3
𝜔𝜔1 = 𝜔𝜔 = 𝑥𝑥 94,26 = 70,7 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠
4 4
dengan asumsi jarak dari pusat massa sepatu ke pusat spider 120 mm (30 mm
kurang dari R).
32
𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚. (𝜔𝜔1 )2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚 (70,7)2 𝑥𝑥 0,12 = 600𝑚𝑚 𝑁𝑁
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 =
2𝜋𝜋 𝑁𝑁
15000 𝑥𝑥 60
= = 159 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
2𝜋𝜋 𝑥𝑥 900
𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 ) 𝑅𝑅 𝑥𝑥 𝑛𝑛
159 = 0,25 (1066𝑚𝑚 − 600𝑚𝑚) 0,15 𝑥𝑥 4 = 70𝑚𝑚
159
𝑚𝑚 = = 2,27 𝑘𝑘𝑘𝑘
70
b. Dimensi sepatu
Karena ada empat sepatu, anggap bahwa tiap sepatu memilki sudut θ = 600.
Penjang sepatu kopling,
𝜋𝜋
𝑙𝑙 = 𝜃𝜃. 𝑅𝑅 = 𝑥𝑥 150 = 157 𝑚𝑚𝑚𝑚
3
dengan asumsi tekanan pada permukaan bahan sepatu 0,1 N/mm2, maka gaya
tekan sepatu terhadap tromol puli,
Gaya tekan sepatu terhadap tromol puli sama dengan selisih gaya sentrifugal
33
sehingga gaya tekan sepatu dapat diperoleh dari substitusi persamaan diatas
1058
𝑏𝑏 = = 67,4 𝑚𝑚𝑚𝑚
15,7
c. Gaya pegas
Gaya tiap pegas sepatu kopling,
34
3.4 Latihan
1. Kopling gesek sentrifugal memiliki empat sepatu yang bergesekan dengan tromol.
Tentukan massa, ukuran sepatu dan gaya pegas jika daya yang diteruskan 22,5
kW pada 750 rpm dengan putaran saat bergesekan 75% dari putaran operasi.
Diameter dalam drum tromol 300 mm, jarak dari pusat massa ke pusat spider 125
mm dan koefisien gesek 0,25.
2. Suatu kopling gesek sentrifugal memiliki empat sepatu yang bergesekan dengan
tromol. Tentukan massa, ukuran sepatu dan kekakuan pegas jika daya yang
diteruskan 30 kW pada 1000 rpm dengan kecepatan saat bergesekan 70% dari
kecepatan operasi. Diameter dalam drum tromol 320 mm, jarak dari pusat massa
ke pusat spider 135 mm, koefisien gesek 0,25.
3. Tentukan massa, ukuran sepatu dan kekakuan pegas suatu kopling gesek
sentrifugal memiliki tiga sepatu yang bergesekan dengan tromol. jika daya yang
diteruskan 25 kW pada 900 rpm dengan kecepatan saat bergesekan 70% dari
kecepatan operasi. Diameter dalam drum tromol 300 mm, jarak dari pusat massa
ke pusat spider 120 mm, dan koefisien gesek 0,2.
35
BAB IV
REM SEPATU LUAR (REM BLOK)
4.1 Pendahuluan
Rem merupakan komponen vital pada mekanisme atau sistem gerak, seperti
mobil, sepeda, kereta api, kapal, pesawat, lift, crane, dll. Rem biasanya berfungsi untuk
menghentikan atau mengurangi kecepatan sehingga energi kinetik dirubah menjadi energi
panas oleh bagian yang bergesekan dari rem.
Kapasitas pengereman tergantung pada faktor berikut:
a. Tekanan antara permukaan rem.
b. Koefisien gesek antara permukaan rem.
c. Kecepatan sudut tromol rem.
d. Luas proyeksi permukaan rem.
e. Kemampuan rem untuk membuang panas ekivalen dengan energi yang diserap.
Energi yang diserap rem tergantung tipe pergerakan bodi yang bergerak. Gerak
bodi bisa berupa translasi murni atau rotasi murni atau bisa juga kombinasi keduannya
antara translasi dan rotasi. Energi untuk gerak disebut dengan energi kinetik.
a. Ketika gerak bodi translasi murni,
Ketika massa m bergerak dengan kecepatan v1, kemudian kecepatan berkurang
menjadi v2. Maka perubahan energi kinetik dari perubahan kecepatan bodi.
1
𝐸𝐸1 = 𝑚𝑚 [(𝑣𝑣1 )2 − (𝑣𝑣2 )2 ]
2
1
𝐸𝐸1 = 𝑚𝑚 (𝑣𝑣1 )2
2
36
b. Ketika gerak bodi rotasi murni,
Sutu bodi dengan momen inersia I berotasi pada sumbu axis dengan kecepatan
sudut ω1 kemudian berkurang kecepatannya menjadi ω2 setelah dilakukan
pengereman. Perubahan energi kinetik dari bodi yang berotasi adalah
1
𝐸𝐸2 = 𝐼𝐼 [(𝜔𝜔1 )2 − (𝜔𝜔2 )2 ]
2
1
𝐸𝐸2 = 𝐼𝐼 (𝜔𝜔1 )2
2
𝐸𝐸 = 𝐸𝐸1 + 𝐸𝐸2
Kadang-kadang energi yang diserap oleh rem berupa energi potensial akibat
perubahan elevasi dari h1 ke h2, seperti pada hoisting crane, elevator, lift, dll.
Perubahan energi potensial adalah
Jika v1 dan v2 merupaka kecepatan massa sebelum dan sesudah direm, maka
perubahan energi potensial,
𝑣𝑣1 + 𝑣𝑣2
𝐸𝐸3 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔 � � 𝑡𝑡 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔. 𝑣𝑣. 𝑡𝑡
2
𝑣𝑣1 +𝑣𝑣2
v= kecepatan rata-rata = 2
t= waktu pengereman.
37
Jika diketahui bahwa
Kerja yang dilakukan oleh rem atau gaya gesek dalam waktu t detik
Karena energi total yang diserap sama dengan kerja yang dilakukan oleh gaya
gesek saat pengereman, maka
Nilai gaya Ft tergantung pada kecepatan akhir dan waktu pengereman. Nilai
maksimum ketika v2 = 0, yang artinya beban berhenti total.
Torsi yang diserap saat pengereman.
𝑑𝑑
𝑇𝑇 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥
2
r = jari-jari tromol rem.
Energi yang diserap rem akan berubah menjadi panas yang harus dilepaskan ke
sekeliling udara agar supaya mengurangi kenaikan panas pada daerah permukaan rem. .
Kenaikan panas tergantung pada massa tromol rem, waktu pengereman, dan kapasitas
panas yang dibuang saat pengereman.
Berikut adalah temperatur tertinggi yang diijinkan untuk bahan permukaan rem (kanvas).
38
Karena energi yang diserap dan kecepatan keausan permukaan rem tergantung
pada tekanan normal permukaan rem sehingga hal ini sangat penting pada perencanaan
rem. Tekanan normal permukaan rem tergantung dari bahan kanvas, koefisien gesek dan
kecepatan maksimum dimana energi diserap.
Panas yang dihasilkan juga diperoleh dari hubungan dari jumlah energi kinetik dan energi
potensial yang diserap,
𝐻𝐻𝑔𝑔 = 𝐸𝐸𝐾𝐾 + 𝐸𝐸𝑃𝑃
EK = energi kinetik total yang di serap,
EP = energi potensial total yang diserap.
Nilai C ditentukan sekitar 29,5 W/m2/oC untuk perbedaan temperatur 40oC dan naik
sampai dengan 44oC untuk perbedaan temperatur 200oC.
Kenaikan temperatur tromol rem ditentukan oleh,
𝐻𝐻𝑔𝑔
∆ 𝑡𝑡 =
𝑚𝑚. 𝑐𝑐
∆ 𝑡𝑡 = kenaikan temparatur tromol rem, oC.
Hg = panas yang dihasilkan oleh rem, Joules.
m = massa tromol rem, kg.
c = panas spesifik untuk bahan tromol rem, J/kg oC
39
Tabel 4.2 Nilai pv yang direkomendasikan
Bahan yang digunakan untuk kanvas rem memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan harus memilki koefisien gesek tinggi. Dengan kata lain
koefisien gesek tetap konstan selama perubahan temeperatur.
2. Memiliki kecepatan aus yang rendah.
3. Tahan temperatur tinggi.
4. Memilki kapasitas pembuangan panas yang tinggi.
5. Memilki koefisien muai panas yang rendah.
6. Memilki kekuatan mekanik yang baik.
7. Tidak mudah terpengaruh debu dan oli.
40
4.5 Tipe Rem
Menurut energi yang digunakan untuk melakukan pengereman pada elemen rem,
tipe rem diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Rem hidrolik, seperti rem pompa atau rem hydrodynamic.
b. Rem elektrik, seperti rem eddy current dan generator.
c. Rem mekanik.
Menurut arah datangnya gaya yang bekerja, rem mekanik dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Rem radial,
Gaya yang bekerja pada tromol adalah arah radial. Rem radial dapat dibagi
menjadi dua, yaitu rem luar dan rem dalam. Dan menurut bentuk elemen
geseknya dapat berupa rem blok atau rem sepatu, dan rem tali.
b. Rem aksial,
Gaya yang bekerja pada tromol adalah arah aksial. Rem aksial berupa rem
cakram atau rem kerucut. Analisis dari rem ini sama dengan kopling.
41
4.6 Rem Blok Tunggal
Gambar 4.1 Rem blok tunggal dengan gaya gesek segaris dengan titik tumpuan pin
Ada tiga kemungkinan torsi pengereman pada rem blok tunggal, yaitu:
1. Rem blok tunggal dengan gaya gesek segaris dengan titik tumpuan pin,
Kapasitas pengereman atau torsi pengereman tergantung pada putaran roda.
Putaran roda searah jarum jam,
42
2. Rem blok tunggal dengan gaya gesek dibawah titik tumpuan pin,
Gambar 4.2 Rem blok tunggal dengan gaya gesek dibawah titik tumpuan pin.
3. Rem blok tunggal dengan gaya gesek diatas titik tumpuan pin,
Gambar 4.3 Rem blok tunggal dengan gaya gesek diatas titik tumpuan pin,
43
Putaran rodal berlawanan arah jarum jam
Self-locking
Kondisi self-locking terjadi jika,
Ketika sudut sepatu rem kurang dari 600, maka dipastikan bahwa tekanan
permukaan kanvas rem akan merata pada permukaannya. Untuk kanvas sepatu rem
yang sudutnya lebih dari 600 maka koefisien gesek merupakan fungsi dari sudut sepatu
rem,
Kapasitas pengereman,
𝑇𝑇𝐵𝐵 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝜇𝜇′ . 𝑅𝑅𝑁𝑁 . 𝑟𝑟
4𝜇𝜇 sin 𝜃𝜃
𝜇𝜇′ = koefisien gesek ekivalen = , dan
2𝜃𝜃+sin 2𝜃𝜃
Aplikasi yang paling banyak dipakai adalah rem blok ganda, rem ini lebih
seimbang didalam proses pengereman. Tromol bergerak searah jarum jam maupun
44
berlawanan arah jarum jam dapat bergerak seimbang. Mekanisme gaya diatur dengan
mekanisme pegas pada kedua lengan. Kapasitas pengereman akan menjadi kumulatif
dari rem bagian kiri dan kanan, seperti pada gambar berikut.
45
4.9 Contoh soal
46
𝜇𝜇 = koefisien gesek minimum antara roda dan jalan.
RN = gaya normal antara permukaan kontak, ini sama dengan berat kendaraan.
Maka,
𝑅𝑅𝑁𝑁 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔 = 1200 𝑥𝑥 9,81 = 11 772 𝑁𝑁
Gaya pengereman tangensial adalah,
𝐹𝐹𝑡𝑡 = 𝜇𝜇 . 𝑅𝑅𝑁𝑁
7154,4 = 𝜇𝜇 𝑥𝑥 11 772
7154,4
𝜇𝜇 = = 0,6
11 772
2. Rem blok tunggal, memiliki diameter drum 250 mm dan sudut kontak 90o. Jika gaya
operasi 700 N diberikan pada ujung tuas dan koefisien gesek antara drum dan
kaampas 0,35, tentukan torsi pengereman.
Penyelesaian,
Karena sudut kontak lebih dari 60o, maka koefisien gesek ekivalen,
4𝜇𝜇 sin 𝜃𝜃 4 𝑥𝑥 0,35 𝑥𝑥 sin 45𝑜𝑜
𝜇𝜇′ = = 𝜋𝜋 = 0,385
2𝜃𝜃 + sin 2𝜃𝜃 + sin 90𝑜𝑜
2
RN = gaya normal blok menekan drum, dan
Ft = gaya pengereman tangensial = 𝜇𝜇′ . 𝑅𝑅𝑁𝑁
Dengan mengambil momen di O, kita dapatkan
𝐹𝐹𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑡𝑡
700 (250 + 200) + 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 50 = 𝑅𝑅𝑁𝑁 𝑥𝑥 200 = 𝑥𝑥 200 = 𝑥𝑥 200 = 520 𝐹𝐹𝑡𝑡
𝜇𝜇′ 0,385
520 𝐹𝐹𝑡𝑡 − 50 𝐹𝐹𝑡𝑡 = 700 𝑥𝑥 450
700 𝑥𝑥 450
𝐹𝐹𝑡𝑡 = = 670 𝑁𝑁
470
Torsi yang ditransmisikan oleh rem blok,
𝑇𝑇𝑏𝑏 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 670 𝑥𝑥 125 = 83750 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 83,75 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
47
3. Drum penggulung tali lift memiliki diameter 650 mm dipasang rem drum berdiameter
1 m. Rem drum dilengkapi dengan empat sepatu rem besi cor yang tiap sepatu
memiliki sudut 45o. Masa lift ketika terbebani adalah 2000 kg dan bergerak dengan
kecepatan 2,5 m/s. Rem memiliki kapasitas jarak penghentian dalam 2,75 m. Asumsi
koefisien gesek antara drum dan sepatu rem 0,2, tentukan:
a. lebar sepatu rem jika tekanan yang diijinkan pada sepatu rem dibatasi 0,3 N/mm2;
b. panas yang dihasilkan untuk menghentikan lift.
Penyelesaian,
• Lebar sepatu
w = lebar sepatu dalam mm,
pertama-tama, kita tentukan percepatan tali (a), yaitu:
𝑣𝑣 2 − 𝜇𝜇2 = 2 𝑎𝑎. ℎ
(2,5)2 − 0 = 2𝑎𝑎 𝑥𝑥 2,75 = 5,5𝑎𝑎
(2,5)2
𝑎𝑎 = = 1,136 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2
5,5
Karena sudut kontak tiap sepatu 45o, maka kita tidak perlu menghitung koefisien gesek
ekivalen.
Gaya normal pada tiap sepatu,
48
𝐹𝐹𝑡𝑡 3557,5
𝑅𝑅𝑁𝑁 = = = 17 787,5 𝑁𝑁
𝜇𝜇 0,2
Luasan tiap sepatu,
𝐴𝐴𝑏𝑏 = 𝑤𝑤 (2𝑟𝑟 sin 𝜃𝜃) = 𝑤𝑤 (2 𝑥𝑥 500 sin 22,5𝑜𝑜 ) = 382,7𝑤𝑤 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Tekanan bearing pada sepatu, 𝑝𝑝𝑏𝑏 = 0,3 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑅𝑅𝑁𝑁
𝑝𝑝𝑏𝑏 =
𝐴𝐴𝑏𝑏
17 787,5 46,5
0,3 = =
382,7𝑤𝑤 𝑤𝑤
46,5
𝑤𝑤 = = 155 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,3
4. Rem sepatu ganda berikut memiliki kapasitas menyerap torsi 1400 N.m. Diameter
drum rem 350 mm dan sudut kontak tiap sepatu 100o. Jika koefisien gesek antara
rem drum rem dengan kanvas 0,4, tentukan:
a. gaya pegas untuk mengatur rem,
b. lebar kanvas sepatu rem jika tekanan permukaan kanvas tidak lebih dari 0,3
N/mm2
49
Penyelesaian,
• Gaya pegas untuk mengaatur rem.
S = gaya pegas untuk mengatur rem,
RN1 dan Ft1 = gaya normal dan gaya pengereman pada sepatu sisi kanan,
RN2 dan Ft2 = gaya normal dan gaya pengereman pada sepatu sisi kiri.
Karena sudut kontak lebih dari 60o, maka koefisien gesek ekivalen,
4𝜇𝜇 sin 𝜃𝜃
𝜇𝜇′ =
2𝜃𝜃 + sin 2𝜃𝜃
4 𝑥𝑥 0,4 𝑥𝑥 sin 50𝑜𝑜
= = 0,45
1,75 + sin 100𝑜𝑜
Dengan mengambil momen pada tumpuan O1 (sepatu kanan), kita peroleh,
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 = 𝑅𝑅𝑁𝑁1 𝑥𝑥 200 + 𝐹𝐹𝑡𝑡1 (175 − 40)
𝐹𝐹𝑡𝑡1 𝐹𝐹
𝑡𝑡1
Substitusi 𝑅𝑅𝑁𝑁1 = 𝜇𝜇′
= 0,45
𝐹𝐹𝑡𝑡1
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 = 𝑥𝑥 200 + 𝐹𝐹𝑡𝑡1 (135) = 579,4 𝐹𝐹𝑡𝑡1
0,45
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450
𝐹𝐹𝑡𝑡1 = = 0,776 𝑆𝑆
579,4
Dengan mengambil momen pada tumpuan O2 (sepatu kiri), kita peroleh,
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 + 𝐹𝐹𝑡𝑡2 (175 − 40) = 𝑅𝑅𝑁𝑁2 𝑥𝑥 200
𝐹𝐹𝑡𝑡2 𝐹𝐹
𝑡𝑡2
Substitusi 𝑅𝑅𝑁𝑁2 = 𝜇𝜇′
= 0,45
𝐹𝐹𝑡𝑡2
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 + 𝐹𝐹𝑡𝑡2 (135) = 𝑥𝑥 200 = 444,4 𝐹𝐹𝑡𝑡2
0,45
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 = 444,4 𝐹𝐹𝑡𝑡2 − 135 𝐹𝐹𝑡𝑡2 = 309,4 𝐹𝐹𝑡𝑡2
50
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450
𝐹𝐹𝑡𝑡1 = = 1,454 𝑆𝑆
309,4
Kapasitas torsi pengereman (TB),
𝑇𝑇𝐵𝐵 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 . 𝑟𝑟
1400 𝑥𝑥 103 = (𝐹𝐹𝑡𝑡1 + 𝐹𝐹𝑡𝑡2 ) 𝑟𝑟 = (0,776 𝑆𝑆 + 1,454 𝑆𝑆) 175 = 390,25 𝑆𝑆
1400 𝑥𝑥 103
𝑆𝑆 = = 3587 𝑁𝑁
390,25
51
4.10 Latihan
1. Massa flywheel 100 kg dengan jari-jari girasi 350 mm berputar pada 720 rpm.
Flywheel dihentikan oleh rem. Massa rakitan rem drum adalah 5 kg. Rem drum
dibuat dari besi cor FG 260 dengan panas spesifik 460 J/kgoC. Asumsi bahwa total
panas yang dihasilkan hanya diserap oleh rem drum, hitung kenaikan temperatur.
2. Rem blok tunggal berikut memiliki diameter 250 mm. sudut kontak 90o dan
koefisien gesek antara drum dan kanvas 0,35. Jika torsi yang ditransmisikan oleh
rem adalah 70 N.m, tentukan gaya P yang dibutuhkan untuk mengoperasikan rem.
3. Rem blok tunggal seperti gambar berikut memiliki diamater 720 mm. jika rem
dikenai torsi 225 N.m pada putaran 500 rpm dan koefisien gesek 0,3 , tentukan:
a. gaya yang dibutuhkan (P) untuk pengereman dengan putaran drum searah
jarum jam.
b. gaya yang dibutuhkan (b) untuk pengereman dengan putaran berlawanan arah
jarum jam.
c. lokasi fulcrum untuk membuat kondisi pengereman self-locking dengan putaran
searah jarum jam.
52
4. Suatu rem drum dengan sepatu ganda memiliki diameter drum 300 mm dan sudut
kontak tiap sepatu 90o. Jika koefisien gesek antara kanvas dan drum 0,4.
Tentukan gaya pegas rem untuk mentransmisikan torsi 30 N.m. Tentukan juga
lebar sepatu rem, jika tekanan pada permukaan kanvas tidak lebih dari 0,28
N/mm2.
53
BAB V
REM SEPATU DALAM
Gambaran dinamika yang disederhanakan dari sebuah elemen rem dapat dilihat
pada gambar berikut. Dua momen inercia, masing-masing yaitu I1 dan I2 bergerak dengan
kecepatan sudut ω1 dan ω2. Untuk keperluan analisis rem, maka ada beberapa hal yang
harus diketahui antara lain :
a. Gaya yang bergerak
b. Daya putar yang dipindahkan
c. Energi yang hilang
d. Kenaikan suhu
Daya putar yang dipindahkan berkaitan dengan gaya yang bergerak, koefisien gesek, dan
geometri dari rem itu sendiri,
Analisis untuk hampir semua jenis rem, menggunakan prosedur umum yang sama,
yaitu sebagai berikut,
44
o Langkah ketiga dengan menggunakan kondisi kesetimbangan statis, maka
dapat dicari :
• Gaya yang digunakan untuk menggerakkan (Gaya aktuator).
• Daya putar (torsi) yang mampu dipindahkan (diredam).
• Reaksi tumpuan.
Untuk dapat mendefinisikan setiap langkah diatas, maka akan dibahas terlebih
dahulu mekanika sederhana dari sebuah permukaan gesek seperti yang terlihat pada
gambar 5.3 berikut ini.
Gambar diatas memperlihatkan sebuah sepatu pendek yang memiliki engsel dititik
A, sebuah gaya aktuator T. Akibat adanya gaya aktuator F maka akan timbul sebuah
gaya reaksi yang disebut sebagai Gaya Normal yang bekerja pada titik yang sama
dengan gaya aktuator F dengan arah yang berlawanan. Karena elemen bagian bawah
(yang diarsir) bergerak kekanan, maka akan timbul sebuah gaya gesek fN yang arahnya
sama dengan arah gerakan.
45
Kesepakatan awal pembahasan masalah rem adalah tekanan yang terjadi disetiap
titik pada rem dinotasikan dengan p, dan tekanan maksimum yang terjadi adalah pa, serta
luas penampang sepatu dengan A.
Akibat dari kondisi sepatu rem yang pendek, maka dapat diasumsikan bahwa
tekanan pada bidang gesek terbagi secara rata. Dengan kondisi tersebut, maka tekanan
disetiap titik dapat adalah sama sehingga tekanan yang terjadi dapat diasumsikan sama
dengan tekanan maksimum untuk semua titik yang ada direm. Dari kondisi tersebut dapat
ditulis sebuah persamaan :
p = pa
Dengan kondisi tekanan rata, maka gaya normal yang terjadi dapat ditulis dengan
persamaan :
N = pa . A
Apabila digunakan sebuah prosedur statika untuk mencari momen yang terjadi terhadap
engsel A, (asumsi bahwa momen positif terjadi pada kondisi dimana arah momen
terhadap titik A berlawanan arah dengan jarum jam), maka akan diperoleh hasil sebagai
berikut.
∑M A = F .b − N .b + f . N . a = 0
Dengan mengganti pa . A pada gaya normal N, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut.
∑ − F .b = − N . b + f . N .a
∑ F .b = N .b − f . N .a
N . b − f . N .a
∑F =
b
Apabila persamaan diatas, harga b adalah sama dengan harga koefisien gesek (f)
dikalikan dengan jarak a, atau secara matematis b = f a, maka pembilang menjadi nol.
Dengan kondisi ini maka tidak ada gaya gerak yang diperlukan. Kondisi ini disebut
sebagai kondisi penguncian sendiri (self-locking). Kondisi ini sangat tidak diharapkan
pada saat perencanaan rem, akan tetapi keuntungan dari kondisi tersebut juga
diperlukan, sehingga diperlukan sebuah penetapan ukuran a dan b dengan menggunakan
46
suatu harga koefisien gesekan yang sudah dikurangi. Apabila diambil suatu asumsi
bahwa harga koefisien gesek yang bekerja adalah f’ yang besarnya sama dengan 0,75.f
sampai dengan 0,85.f, maka persamaan b akan menjadi,
b = f’ . a
Kondisi ini akan menjadikan bahwa rem yang dihasilkan akan memerlukan sedikit gaya
aktuator untuk melakukan pengereman.
Secara umum rem tersebut lebih dikenal dengan istilah rem sepatu dalam.
Adapun gambar rem sepatu dalam yang memiliki tipe simetri adalah sebagai berikut,
Rem sepatu dalam, pada dasarnya terdiri dari permukaan gesek yang
berpasangan, alat pemindah daya putar dari dan ke permukaan, dan mekanisme
penggerak. Untuk melakukan analisa rem tersebut, maka diperlukan asumsi dasar untuk
mempermudah langkah analisa. Asumsi tersebut adalah :
• Asumsi bahwa distribusi gaya-gaya normal adalah seragam.
• Tekanan pada titik engsel sama dengan nol.
47
Apabila ada tekanan p yang bekerja pada sebuah titik yang terletak pada sudut θ
dari pena engsel, maka akan diperoleh tekanan maksimal pa yang terjadi pada sudut θa
dari pena engsel. Dengan asumsi bahwe tekanan setiap titik adalah berbanding lurus
dengan jarak vertikal dari pena engsel, maka akan dapat diperoleh hubungan :
p pa
=
sin θ sin θ a
Apabila persamaan diatas disusun kembali, maka akan diperoleh persamaan berikut.
sin θ
p = pa
sin θ a
Dari persamaan dapat dilihat bahwa tekanan maksimum terjadi pada saat θ = 90.
Kondisi ini terjadi apabila sudut ujung sepatu rem (θ2) lebih besar dari 90, namun apabila
sudut ujung sepatu rem lebih kecil dari 90 maka tekanan maksimum terjadi pada sudut
ujung sepatu rem tersebut.
Apabila θ = 0, maka persamaan akan menghasilkan tekanan sama dengan nol.
Bahan sepatu rem yang terletak dekat dengan pena engsel akan memberikan kinerja
pengereman yang kecil sekali sehingga bisa diabaikan. Dengan kondisi ini, maka sebuah
tahapan perencanaan rem yang baik akan menitikberatkan pada bagian pengereman
yang bisa diberikan pada daerah disekitar titik tekanan yang maksimum tersebut. Proses
perencanaan seperti ini dapat dilihat pada gambar berikut.
48
dari gambar diatas dapat dibuat beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam
proses perencanaan maupun analisis rem. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
θ1 = sudut antara pena engsel dengan permulaan bahan sepatu rem
θ2 = sudut antara pena engsel dengan ujung bahan sepatu rem
Rx = Reaksi tumpuan engsel A pada arah x
Ry = Reaksi tumpuan engsel A pada arah y
Fx = Gaya aktuator F pada arah x
Fy = Gaya aktuator F pada arah y
c = jarak tegak lupus antara pena engsel terhadap titik tangkap gaya aktuator
a = jarak tegak lupus antara pena engsel terhadap titik pusat lingkaran
b = lebar sepatu rem
Dengan kondisi seperti gambar 5.4 tersebut, maka pada setiap sudut θ akan
bekerja sebuah gaya normal diferencial dN sebesar
dN = p . b . r dθ
Persamaan gaya normal diferensial seperti diatas memiliki komponen gaya ke arah
sumbu x maupun ke arah y, yaitu dN cos θ dan dN sin θ seperti terlihat pada gambar 5.4.
Sementara itu, untuk componen gaya gesek, juga akan memiliki componen
horizontal dan vertical yang besarnya adalah f dN sin θ dan f dN cos θ.
Untuk menentukan besar gaya aktuator F, daya putar (Torsi) T, maupun rekasi
tumpuan akan digunakan persamaan kesetimbangan statika.
Gaya gesek yang bekerja pada titik tangkap gaya normal akan menghasilkan
sebuah momen terhadap pena engsel A. Kondisi ini akibat adanya sebuah jarak (r – a cos
θ) antara pena engsel dengan titik tangkap gaya gesek pada kondisi setiap perubahan
49
sudut θ. Dengan kondisi ini, maka akan dihasilkan sebuah momen akibat gaya gesek
terhadap pena engsel yang besarnya :
M f = ∫ dN (r − a cos θ )
θ
f pa b r 2
sin θ (r − a cos θ ) dθ
sin θ a θ∫1
=
Momen akibat gaya gesek diatas merupakan harga diferensial karena akan berbeda
disetiap titik perubahan sudut θ.
Merujuk pada penjelasan momen akibat gaya gesek, maka gaya normal yang
terjadi pada kondisi pengereman akan menghasilkan sebuah momen yang diakibatkan
adanya gaya normal yang besarnya adalah :
M N = ∫ dN (a sin θ )
θ
pa b r a 2 2
sin θ a θ∫1
= sin θ dθ
Harga momen diatas juga merupakan harga diferensial yang akan menghasilkan
harga momen yang berubah setiap perubahan sudut θ.
Kondisi adanya dua momen yang bekerja pada satu titik tangkap gaya, maka
dibutuhkan sebuah gaya yang mampu menjaga kondisi setimbang struktur rem yang
sedang ditinjau. Dengan merujuk lepada gambar 5.4 maka besarnya gaya gerak
(aktuator) F yang dibutuhkan untuk mengimbangi momen akibat gaya normal dan gaya
gesek adalah :
MN −MF
F=
c
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa ada suatu kondisi dimana gaya gerak bisa
sama dengan nol. Kondisi ini dicapai apabila momen akibat gaya gesek sama dengan
momen akibat gaya Norman (Mn = Mf). Fenomena inilah yang sering disebut sebagai
50
self-locking. Sepatu rem yang mengalami kondisi ini (self-lock) akan lebih cepat
mengalami keausan, yang kemudian oleh banyak kalangan disebut sebagai sepatu
primer atau sepatu – leading.
Torsi pengereman, yang diberikan pada drum (tromol) oleh sepatu rem adalah
jumlah perkalian antara gaya gesek dengan jari-jari tromol, sehingga diperoleh
persamaan :
T = ∫ f dN r
θ
f pa b r 2 2
sin θ a θ∫1
= sin θ dθ
f p a b r 2 (cos θ1 − cos θ 2 )
=
sin θ a
R X = ∫ dN cos θ − ∫ f . dN sin θ − Fx
p .b . r θ2 θ2
sin θ cos θ dθ − f − F
θ∫ ∫θ
= a sin 2
θ d θ
sin θ a X
1 1
( )
θ2
p . b . r 1 θ2 θ 1
= a sin 2 θ − f − sin 2θ − FX
sin θ a 2 θ1
2 4 θ1
51
R X = ∫ dN sin θ + ∫ f . dN cos θ − FY
pa .b . r θ2 2 θ2
sin θ dθ + f dθ − Fy
θ∫ ∫θ sin θ cos θ
=
sin θ a
1 1
( )
θ2
p a . b . r θ 1 θ2
= − sin 2θ + f 1 sin 2 θ − Fy
sin θ a 2 4 θ1 2 θ1
1. Rem seperti pada gambar berdiamerter 300 mm dan digerakkan oleh sebuah
mekanisme yang menghasilkan gaya F yang sama pada setiap sepatu. Kedua sepatu
adalah identik dan mempunyai lebar muka 32 mm. Lapisan sepatu adalah asbes-
cetak yang memiliki koefisien gesek 0,32 dengan tekanan maksimal 1000 kPa.
Carilah
52
a. Gaya aktuator F.
b. Kapasitas pengereman
c. Reaksi pinm-engsel
Penyelesaian,
b = 32 mm = 0,032 m
f = 0,32
θ1 = 0 (ini bisa diterapkan karena titik pusat engsel segaris dengan
awal ujung sepatu)
θ2 = 126
θa = 90 (ini diterapkan karena θ2 > 90 sehingga tekanan maksimal
diasumsikan terjadi pada sin 90 = 1)
a = 112 2 + 50 2
= 123 mm
Sebelum menghitung lebih jauh tentang momen, torsi, dan reaksi pena engsel maka akan
ditentukan terlebih dahulu sepatu primer dari sistem rem yang ada. Dengan melihat arah
putar (searah jarum jam) dan arah gaya aktuator yang ada (kekanan dan kekiri sumbu x),
maka sepatu primer adalah sepatu yang digerakkan oleh arah gaya aktuator yang searah
dengan arah putar. Dengan kondisi ini, maka sepatu primer adalah sepatu kanan
Dengan menerapkan persamaan momen akibat gaya gesek, maka dihasilkan :
53
M f = ∫ dN (r − a cos θ )
θ
f pa b r 2
sin θ (r − a cos θ ) dθ
sin θ a θ∫1
=
f pa b r a
= r − r cos θ 2 − sin θ 2
2
sin θ a 2
[
= (0,32) . 1000 (10)
3
] (0,032) (0,150) x 0,150 − 0,150 cos 126 − 0,123
2
sin
2
126
= 304 Nm
MN = ∫ dN (a sin θ )
θ
pa b r a 2 2
sin θ a θ∫1
= sin θ dθ
θ
p b r a θ 1
2
= a − sin 2θ
sin θ a 2 4 0
p b r a θ2 1
= a − sin 2 θ 2
sin θ a 2 4
[
= 1000 (10)
3
](0,032)(0,150)(0,123) π2 . 126
− sin (2 )(126 )
1
180 4
= 790 N .m
Dengan menggunakan persamaan gaya, maka gaya gerak yang diperlukan adalah :
MN −MF
F=
c
790 − 304
=
100 + 112
= 2,29 kN
Untuk menghitung daya putar (Torsi) yang diberikan, maka Torsi berikut adalah torsi
sepatu primer yang dapat dihitung menggunakan persamaan
54
T = ∫ f dN r
θ2
f pa b r 2
=
sin θ a ∫ sin θ dθ
θ1
f p a b r 2 (cos θ 1 − cos θ 2 )
=
sin θ a
=
[
0,32 1000 (10) (0,032)(0,150) (cos 0 − cos 126)
3 2
]
1
= 366 Nm
Torsi diatas merupakan torsi yang hanya diberikan oleh sepatu kanan, belum torsi total
sepatu, karena torsi sepatu kiri belum dapat dicari. Kondisi ini karena tekanan yang terjadi
pada sepatu kiri tidak sama dengan tekanan yang terjadi pada sepatu kanan (primer).
Untuk mencari besar tekanan yang terjadi pada sepatu kiri (sekunder), maka digunakan
metode berikut.
790 p a
MN =
1000
304 p a
MF =
1000
Dari kedua persamaan diatas, dapat dijelaskan untuk sepatu sekunder berikut.
Mn = Momen akibat gaya normal
Mf = Momen akibat gaya gesek
790 = momen akibat gaya normal pada sepatu primer
304 = momen akibat gaya gesek pada sepatu primer
1000 = Tekanan maksimal bahan
pa = tekanan maksimal sepatu primer
Dengan memasukkan persamaan untuk mencari gaya aktuator pada sepatu sekunder,
maka diperoleh hasil berikut.
MN + MF
F =
c
790(1000
)
p a + 304 (
p
1000 a
)
2,29 =
100 + 112
p a = 444 kPa
Hasil tekanan diatas (pa = 444 kPa), maka Torsi untuk sepatu sekunder dapat dihitung
sebaga berikut.
55
T = ∫ f dN r
θ2
f pa b r 2
=
sin θ a ∫ sin θ dθ
θ1
f p a b r 2 (cos θ 1 − cos θ 2 )
=
sin θ a
=
[
0,32 444 (10) (0,032)(0,150) (cos 0 − cos 126)
3 2
]
1
= 162 Nm
Dari kedua hasil diatas, maka kapasitas daya putar total adalah :
T = TR + TL
= 366 + 162
= 528 N m
Untuk memperoleh reaksi pena-engsel, maka dicari dengan menggunakan persamaan 13
dan 14, sehingga diperoleh hasil berikut.
( )
θ2
p a . b . r 1 θ2 θ 1
RX = sin 2 θ − f − sin 2θ − F X
sin θ a 2 θ1
2 4 θ1
1000 (0,032) (0,150) 1 π 126 1
= sin 2 126 − 0,32 . − sin (2)(126) − 2,29 sin 24
1 2 2 180 4
= 4,8 . [0,3273 − 0,32 (1,3373)] − 2,29 sin 24
= − 1,414 kN
( )
θ2
p a . b . r θ 1 θ2
− Fy
RY = − sin 2θ + f 1 2 sin θ
2
sin θ a 2 4 θ1 θ1
= 4,8 [1,3373 + 0,32 . 0,3273] − 2,29 cos 24
= 4,830
Sehingga resultante reaksi pena-engsel untuk sepatu kanan adalah :
R = 1,414 2 + 4,830 2
= 5,03kN
Untuk reaksi pena-engsel sepatu kiri, dapat dihitung dengan cara yang sama. Perbedaan
hanya terletak pada besar tekanan maksimal yang terjadi. Dengan memasukkan harga
tekanan maksimal 444 kPa, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
RX = 0,678 kN
Ry = 0,535 kN
Resultante = 0,864 kN
56
2. Gambar dibawah menunjukan sebuah sistem rem yang terdiri atas dua buah sepatu
rem. Gaya F1 dan F2 diterapkan pada sepatu. Lebar sepatu adalah 3,5 cm.
Intensitas tekanan normal pada setiap titik pada sepatu re, adalah 4 sin θ kg/cm2
dimana θ diukur dari titik pivot seperti terlihat pada gambar. Koefisien gesek 0,4.
Hitunglah torsi pengereman dan besar gaya F1 dan F2.
Penyelesaian,
Diketahui : lebar sepatu, b = 3,5 cm
Intensitas tekanan normal, pN = 4 sin θ kg/cm2
Intensitas tekanan maksimal = 4 kg/cm2
Koefisien gesek, = 0,4
Jari-jari dalam = 15 cm
Jarak antara gaya aktuator thd pusat = 20 cm
Torsi pengereman = TB
Dengan menggunakan persamaan :
TB = µ . p1 . b . r 2 (cos θ 1 − cos θ 2 )
= 0,4 x 4 x 3,5 x 15 2 (cos 25 − cos 125)
= 1,260 (0,9063 + 0,5736)'
= 1,864 kg − cm
Torsi pengereman total adalah :
T = 2 x 1,864
= 3,728 kg-cm
Dari gambar dapat diperoleh hubungan :
57
O1 B
O O1 =
cos 25
10
=
0,9063
= 10,38 cm
[
M N = 1 . p1 x b x r x OO1 x (θ 2 − θ 1 ) + 1 (sin 2θ 1 − sin 2θ 2 )
2 2
]
= 0.5 x 4 x 3.5 x 15 x 10.38 x [(2.18 − 0.436) + 0.5 (sin 50 − sin 250)]
= 1.090 [1.744 + 0.5 (0.766 + 0.9397 )]
= 2,834 kg − cm
dan Momen akibat gaya gesek adalah :
(cos 2θ 2 − cos 2θ 1 )
OO1
M F = µ . p . b . r . r (cos θ 1 − cos θ 2 ) +
4
= 0.4 x 4 x 3.5 x 15 (cos 25 − cos 125) +
10.38
(cos 250 − cos 50)
4
= 84 x 15 (0.9063 + 0.5736) +
10.38
(− 0.342 − 0.6428)
4
= 84 (15 x 1.4792 − 2.595 x 0.9848)
= 84 x 19.65
= 1,650 kg − cm
Sehingga, untuk sepatu primer, dengan mengambil momen terhadap titik O1 diperoleh :
F1 x l = M N − M F
F1 x 20 = 2,834 − 1,650
F1 = 59,2 kg
Dengan prinsip yang sama, tetapi mengambil titik pusat O2 diperoleh :
58
F2 x l = M N + M F
F2 x 20 = 2,834 + 1,650
F2 = 224,2 kg
5.9 Latihan
1. Rem sepatu dalam berikut memiliki diameter 280 mm dan jari-jari R = 90 mm.
Sepasang sepatu rem memiliki lebar 30 mm. Tentukan torsi pengereman dan
tekanan maksimu tiap sepatu jika gaya yang bekerja 1000 N, tromol rem berotasi
berlawanan arah jarum jam, dan koefisien gesek 0,30.
2. Suatu rem tromol memiliki diameter dalam 304 mm dan diameter R = 127 mm.
Sepasang sepatu memiliki lebar permukaan 38 mm, koefisien gesek 0,25 mm dan
keduanya diberi gaya 1200 N.
a. tentukan tekanan maksimum yang terjadi pada keuda sepatu rem.
b. tentukan torsi pengereman dari tiap sepatu, dan tentukan torsi total sepatu.
c. Tentukan resultan reaksi gaya pin-pin sepatu rem.
59
3. Rem seperti pada gambar berdiamerter 300 mm dan digerakkan oleh sebuah
mekanisme yang menghasilkan gaya F yang sama pada setiap sepatu. Kedua
sepatu adalah identik dan mempunyai lebar muka 34 mm. Lapisan sepatu adalah
asbes-cetak yang memiliki koefisien gesek 0,3 dengan tekanan maksimal 1200
kPa. Carilah
a. Gaya gerak F
b. Capacitas pengereman
c. Reaksi pena-engsel
4. Gambar berikut menunjukkan rem sepatu dalam dengan diameter tromol 400 mm
dan memiliki empat buah sepatu rem. Tiap sepatu didudukkan pada pin A dan B.
Mekanismenya membentuk kesamaan gaya F pada tiap sepatu. Lebar permukaan
sepatu 75 mm. Bahan yang digunakan memiliki koefisien gesek 0,24 dan tekanan
maksimum 1000 kPa.
a. tentukan gaya F yang bekerja.
b. tentukan kapasitas pengereman.
c. tentukan reasi gaya pada pin.
60
BAB VI
REM TALI
Rem tali terdiri dari sebuah tali fleksibel yang terbuat dari kulit, satu atau lebih tali,
atau sebuah baja yang dihubungkan dengan material yang bergesekan. Gambar rem tali
dapat dilihat pada gambar rem tali dibawah. Ujung tali disatukan dipin di titik A dan C
pada batang AFB dan dipivotkan dengan sebuah pin yang tetap pada titik B dimana dititik
B tersebut akan bekerja gaya aktuator.
Ketika sebuah gaya P diberikan pada batang pada titik B, batang akan terungkit
dengan titik F sebagai titik pusat putaran. Gesekan antara tali dengan drum akan
menghasilkan gaya pengereman.
Notasi berikut akan dipakai untuk pembahasan-pembahasan berikutnya.
T1 = Tegangan pada sisi tegang dari tali
61
T2 = Tegangan pada sisi kendor dari tali
θ = Sudut lap tali pada rum
µ = Koefisien gesek antara tali dengan drum
R = Radius drum
t = Ketebalan tali
Re = Jari-jari efektif drum
= R + (t/2)
Dengan mengasumsikan bahwa drum berputar berlawanan arah dengan jarum jam, dan
tegangan pada sisi tegang sabuk (T1) lebih besar dari tegangan pada sisi kendor (T2)
dengan batasan perbandingan tegangan, maka diberikan hubungan
T1
= eµθ
T2
T1
2,3 log =µ θ
T2
Dengan melihat kesetimbangan batang AFB dan mengambil titik F sebagai pusat momen,
maka dihasilkan persamaan
P . l = T1 . a – T2 . b
dimana a dan b adalah jarak tegak lupus dari titik F ke garis aksi T1 dan T2, dan l adalah
panjang batang dari titik F ke titik B.
Beberapa catatan yang perla diperhatikan dalam pembahasan rem jenis tali ini adalah :
1. Ketika putaran drum searah dengan jarum jam, dan T1 bekerja pada titik C maka
akan dihasilkan persamaan
P x l = T2 . a – T1 . b
2. Jika ujung titik A berada pada titik F, dan gaya P akan bekerja ke arah atas, maka
P x l = T2 . a
62
Serupa dengan kondisi diatas, tetapi apabila titik C yang berada dititik F, maka
persamaan akan menjadi :
P x l = T1 . a
3. Untuk pengereman self locking, gaya P yang bekerja pada batang harus sama
dengan nol, sehingga untuk menghasilkan kondisi tersebut haruslah memenuhi
persamaan :
T2 a
= (untukCCW )
T1 b
T1 a
= (untukCW )
T2 b
Rem tangan juga dapat disamakan dengan rem blok yang terbuat dari kayu atau
material lanilla, seperti yang terlihat pada gambar dibawah. Gesekan antara blok dan
drum menghasilkan aksi pengereman.
63
Mengacu pada satu blok, ambil gambar potongan (b) diatas, maka dengan
mengambil kondisi setimbang akan dihasilkan :
T1 T T Tn − 1 1 + µ tan θ
= 2 = 3 = ...... = =
T2 T3 T4 Tn 1 − µ tan θ
Sehingga dihasilkan :
T0 T T T Tn − 1
= 0 x 1 x 2 x .......... x
Tn T1 T2 T3 Tn
n
1 + µ tan θ
=
1 − µ tan θ
Torsi pengereman pada drum pada radius efektif, rD :
TB = (T0 – Tn ) . rD
= (T0 – Tn) . r
1. Sebuah rem tali dioperasikan dengan sebuah batang yang memiliki panjang 50 cm.
Drum rem memiliki diameter 50 cm dan maksimum Torsi drum adalah 10000 kg-cm.
Rem tali menempel pada drum pada 2/3 lingkaran drum. Salah satu ujung tali
ditempatkan pada batang dengan dipin dengan jarak 10 cm terhadap titik yang
lainnya dan pin yang satunya berjarak 8 cm terhadap titik pusat engsel kerja. Jika
koefisien gesek adalah 0,3 Hitunglah gaya pengereman yang dibutuhkan. Rancang
64
pula poros, pasak, batang dan pin jika tegangan tarik maksimal adalah 700 kg/cm2,
tegangan geser maksimal 500 kg/cm2 dan tekanan bantalan 200 kg/cm2. Tekanan
bahan pada saat pengereman maksimal 2 kg/cm2.
Penyelesaian,
• Menentukan gaya aktuator P,
Sudut aktif lilitan
2
θ = keliling lingkaran
3
2
= x 360
3
= 240
240 x π
=
180
4π
= rad
3
Jarak antara titik F dan titik A = 10 cm
Jarak antara titik F dan pin C = 8 cm
Koefisien gesek, µ = 0,3
Mencari hubungan antara sisi tegang dan sisi kendor
Gaya pengereman,
T
T1 − T2 =
R
10000
=
25
= 400 kg
65
T1
2,3 log = µθ
T2
4π
= 0.3 x
3
T1 1,2568
log =
T2 2,3
= 0,546
T1
= 3,526
T2
T1 = 3,526 T2
Dengan mensubstitusi hasil diatas ke dalam persamaan gaya pengereman maka
akan dihasilkan :
3,516 T2 − T2 = 400
400
T2 =
2,516
= 159 kg
T1 = 400 + T2
= 400 + 159
= 559 kg
Untuk mencari gaya aktuator maka dibuat sebuah persamaan terhadap titik pusat
F, sehingga dihasilkan :
(P x 50) + (T2 x 8) = (T1 x 10)
(P x 50) + (159 x 8) = (559 x 10) )
(P x 50) = (559 x 10) − (159 x 8)
50 P = 4318
4318
P =
50
= 86,36 kg
66
• Menentukan tali baja,
t = ketebalan tali
b = lebar tali
Reaksi normal total yang beraksi pada tali :
T1 − T2
RN =
µ
559 − 159
=
0,3
400
=
0,3
= 1333,3 kg
Panjang kontak tali :
240
L = xπD
360
240
= x π x 50
360
= 104,7 cm
Luas area kontak tali :
A = Length x Width of Band
= 104,7 b cm2
Tekanan pengereman 2 kg/cm2
104,7 b x 2 = 1333,3
1333,3
b =
104,7 x 2
= 6,4 cm
Tegangan tarik tali :
= b x t x ft
= 6,4 x t x 700
= 4480 t kg
Dari segi tegangan tali T1, maka :
4480 t = 559
559
t =
4480
= 0,125 cm
= 1,25 mm
67
• Menentukan poros
π
f s d 3 = TB
16
TB x 16
d3 =
π x fs
10000 x 16
=
3,14 x 500
= 102
d = 3 102 = 4,67 atau 5 cm
• Menentukan pasak
Dimesi pasak yang direncakan harus standar dengan diameter poros yang ada
yaitu 5 cm, sehingga untuk lebar dan tebal sudah stándar. Untuk rancangan dalam
perhitungan hanya akan menentukan panjang pasak.
Adapun stándar pasak untuk diameter 5 cm adalah
Lebar, w = 16 mm
Tebal, t = 10 mm
Panjang pasak, l adalah
d
TB = l x w x f s x
2
2 TB
l =
w x fs x d
2 x 10000
=
1,6 x 500 x 5
= 5 cm
Modulus penampang
1
Z = t B2
6
2t 3
= t (2t ) =
1 2
6 3
68
Menggunakan persamaan :
M
fb =
Z
4321 x 3
700 =
2t 3
4321 x 3
t3 = = 9,25
700 x 2
t = 3,06 cm
B = 2t = 6,2 cm
• Menentukan pin
Tahap pertama, mencari resultan gaya yang bekerja pada pin. Dengan
menjumlahkan tiga gaya, T1, T2, dan P dalam komponen vertikal dan horizontal,
maka diperoleh
R = 524,86 2 + 138 2
= 542 kg
69
Dengan mengacu kepada bantalan pin, maka diperoleh
d 1 x l1 x f b = 542
d 1 x 1,25 d 1 x 200 = 542
542
d 12 = = 2,16
1,25 x 200
d 1 = 1,47 atau 1,6 cm
l1 = 1,25 x 1,6 = 2 cm
Langkah selanjutnya adalah mengecek tegangan geser yang terjadi pada pin.
Untuk tahap tersebut maka digunakan persamaan :
π
2 x d 12 x f s = 542
4
π
2 x x 1,6 2 x f s = 542
4
542 x 4
fs =
2 x 3,14 x 1,6 2
= 135 kg / cm 2
Harga diatas masih lebih kecil dari tegangan geser ijin bahan
Pin juga perlu dicek terhadap tegangan normal akibat momen lentur menggunakan
persamaan berikut
Modulus penampang
π
Z = d 12
32
3,14
= x 1,6 2 = 0,403 cm 2
32
70
Tegangan normal yang terjadi adalah
M 226
= = = 564 kg / cm 2
Z 0,403
Harga tegangan normal diatas masih dibawaha tegangan normal ijin bahan
Batang yang akan digunakan memiliki lubang untuk pin dan konektor.
Boss dibuat pada pin yang terletak pada diameter luar dan diambil sama untuk
kedua pin dan panjangnya sama dengan pin. Diameter dalam boss sama dengan
diameter lubang.
71
1
[
x 2 3,2 3 − 2,13 ]
Z = 12
3,2
2
= 2,44 cm 3
Tegangan normal akibat momen lentur yang terjadi lebih besar daripada tegangan
ijin bahan, sehingga diameter pin yang ada harus diperbesar.
2. Sebuah rem tangan yang bekerja pada ¾ lingkatan drum yang berdiameter 45 cm
yang dikunci pada poros. Rem tangan tersebut dapat menghasilkan torsi
pengereman 2250 kg-cm. Konstruksi rem dapat dilihat pada gambar dibawah. Jika
pengoperasian rem dilakukan pada jarak 50 cm dari pusat rem, dengan koefisien
gesek 0,25, maka carilah gaya yang bekerja pada drum ketika drum berputar dalam
arah berlawanan jarum jam. Jika batang rem dan pin terbuat dari baja lunak yang
memiliki tegangan tarik maksimal 700 kg/cm2 dan tegangan geser maksimal 560
kg/cm2, maka rancanglah poros, pasak, pin dan batang. Tekanan antara pin dan
batang tidak boleh melebihi 80 kg/cm2.
Penyelesaian,
72
• Menentukan gaya operasi P
Sudut lap,
3
θ = x lingkaran
4
3
= x 360 = 270
4
π
= 270 x
180
= 4,713 rad
Diameter drum, D = 45 cm
Torsi pengereman, T = 2250 kg-cm
Gaya pengereman
TB 2250
T1 − T2 = = = 100 kg
R 22,5
Jarak titik pusat drum terhadap garis aksi, b = 10 cm
Panjang batang, l = 50 cm
Koefisien gesek, μ = 0,25
Dengan menggunakan hubungan antara gaya pada sisi tegang dan sisi kendor,
diperoleh :
T1
2,3 log = µθ
T2
= 0,25 x 4,713
= 1,178
T1 1,178
log = = 0,5122
T2 2,3
T1
= 3,253
T2
T1 = 3,253 T2
= 3,253 (T1 − 100 )
= 3,253 T1 − 325,3
325,3
T1 = = 148,8 kg
2,253
T1 148,8
T2 = = = 44,4 kg
3,253 3,253
73
Gaya yang bekerja berlawana arah jarum jam adalah :
P x l = T2 x b
P x 50 = 44,4 x 10
44,4 x 10
P = = 8,88 kg
50
74
Berikutnya adalah pengecekan tegangan geser yang terjadi pada pasak terhadap
tegangan geser ijin bahan :
t d
l x x fc x =T
2 2
0,8 3
2,7 x x f c x = 2250
2 2
1,62 f c = 2250
2250
fc = = 1390 kg / cm 2
1,62
Harga diatas lebih besar dari tegangan geser ijin bahan, sehingga perlu adanya
penambahan panjang pasak. Adapun panjang pasak yang baru dicari sebagai
berikut
0,8 3
l x x 700 x = 2250
2 2
420 l = 2250
2250
l = = 5,37 atau 5,4 cm
420
• Menentukan batang tuas,
Jika diambil notasi berikut,
t = ketebalan batang
B = lebar batang
Batang didesain dengan konstruksi kantilever yang ditumpu pada titik F
dilingkaran. Maka akan dihasilkan sebuah momen lentur sebesar
M= P x l
= 8,88 x 50 = 444 kg-cm
Modulus penampang
1
Z = t B2
6
2 t3
= t ( 2t )
1
=
2
6 3
Maka dengan menggunakan hubungan tegangan normal akibat momen lentur
dihasilkan :
75
M
fb =
Z
444
700 =
2 3
t
3
444 x 3
t3 = = 0,95
2 x 700
t = 3
0,95 = 0,98 atau 1 cm
B = 2 . t = 2 cm
• Menentukani pin,
Mengacu pada bantalan di titik F dan C, maka :
d1 x l1 x pb = T1
d1 x 1,25 d1 x 80 = 148,8
148,8
d 12 = = 1,488
1,25 x 80
d1 = 1,14 atau 1,2 cm
l1 = 1,25 x 1,2 = 1,5 cm
Sekarang mengecek tegangan geser yang terjadi pada pin
π
2 x d 12 x f s = T1
4
π
2 x x 1,2 2 x f s = 148,8
4
2,26 f s = 148,8
148,8
fs = = 66 kg / cm 2
2,26
Tegangan yang dihasilkan lebih kecil dari tegangan geser maksimal bahan,
sehingga pin tersebut aman.
Berikutnya adalah pengecekan terhadap tegangan normal akibat momen lentur.
Momen lentur maksimal yang ada adalah :
5 5
M = W . l1 = T1 l1
24 24
5
= x 148,8 x 1,5
24
= 46,5 kg − cm
Modulus Penampang
76
π
Z = d 13
32
π
= x 1,2 3 = 0,17
32
Sehingga tegangan normal akibat momen lentur yang ada adalah :
M
fl =
Z
46,5
= = 274 kg / cm 2
0,17
Harga diatas masih lebih kecil dibandingkan tegangan normal maksimal bahan,
sehingga aman.
dimensi mm
77
Momen lentur maksimal yang terjadi pada boss
M = 8,88 x 50
= 444 kg – cm
Modulus penampang
1
12
[
x 1,5 2,4 3 − 1,8 3 ]
Z =
2,4
2
= 0,814 cm 3
3. Sebuah rem band dan blok seperti terlihat pada gambar dibawah. Band terdiri atas
12 blok yang masing-masing mengacu 150 terhadap pusat roda. Jika gaya
pengereman terbesar dan terkecil dinotasikan dengan P dan Q, dan keduanya
memiliki hubungan sesuai dengan persamaan :
12
P 1 + µ tan 7 12
0
=
Q 1 − µ tan 7 12 0
Dimana μ adalah koefisien gesek blocks.
Carilah gaya yang dibutuhkan pad titik C jira block direncanakan untuk menyerap
daya 225 kW pada 240 rpm. Ambil μ = 0,4.
78
Penyelesaian,
(T1 − T2 ) cos 7 12
0
= µ
(T1 + T2 ) sin 7 12
0
T1 − T2
= µ tan 7 12
T1 + T2
1 + µ tan 7 12
0
T1
=
1 − µ tan 7 12
0
T2
Dari soal ditetapkan bahwa hubungan gaya sisi tegang dan gaya sisi kendor
12
P 1 + µ tan 7 12
0
=
Q 1 − µ tan 7 12 0
Dengan kondisi daya = 225 kW = 225 x 103 W
Putaran, N = 240 rpm
Diameter band, D = 0,85 + 2 x 0,075 =1m
Koefisien gesek, μ = 0,4
Dengan persamaa daya yang diserap oleh rem
(P
− Q )π D N
HP =
60
HP x 60
P −Q =
π D N
225 x 10 3 x 60
= = 17900 N
π x 1 x 240
79
Dari persamaan hubungan gaya sisi tegang dan kendor diperoleh :
12
P 1 + µ tan 7 12
0
=
Q 1 − µ tan 7 12 0
12
1 + 0,4 x 0,1317
= = 3,555
1 − 0,4 x 0,1317
P = 3,555 Q
Substituís hasil diatas kedalam hasil persamaan daya, diperoleh :
3,555 Q − Q = 17900
17900
Q = = 7000 N
2,555
P = 3,555 x 7000 = 24885 N
Maka gaya yang diperlukan dengan mengambil titik O sebagai pusat momen :
F x 0,5 = Q x 0,15 − P x 0,03
= 7000 x 0,15 − 24885 x 0,03
= 303,45
303,45
F =
0,5
= 606,9 N
6.4 Latihan
1. Sebuah rem tangan yang bekerja pada ¾ lingkatan drum yang berdiameter 500 mm
yang dikunci pada poros. Rem tangan tersebut dapat menghasilkan torsi
pengereman 2500 kg-cm. Konstruksi rem dapat dilihat pada gambar dibawah. Jika
pengoperasian rem dilakukan pada jarak 500 mm dari pusat rem, dengan koefisien
gesek 0,30 maka carilah gaya yang bekerja pada drum ketika drum berputar dalam
arah berlawanan jarum jam. Jika batang rem dan pin terbuat dari baja lunak yang
memiliki tegangan tarik maksimal 750 kg/cm2 dan tegangan geser maksimal 600
kg/cm2, maka rancanglah poros, pasak, pin dan batang. Tekanan antara pin dan
batang tidak boleh melebihi 85 kg/cm2.
80
dimensi mm
2. Sebuah rem tali dioperasikan dengan sebuah batang yang memiliki panjang 500
mm. Drum rem memiliki diameter 600 mm dan maksimum torsi drum adalah
15000 kg-cm. Rem tali menempel pada drum pada 2/3 lingkaran drum. Salah satu
ujung tali ditempatkan pada batang dengan dipin dengan jarak 100 mm terhadap
titik yang lainnya dan pin yang satunya berjarak 8 cm terhadap titik pusat engsel
kerja. Jika koefisien gesek adalah 0,32 Hitunglah gaya pengereman yang
dibutuhkan. Rancang pula poros, pasak, batang dan pin jika tegangan tarik
maksimal adalah 750 kg/cm2, tegangan geser maksimal 550 kg/cm2 dan tekanan
bantalan 250 kg/cm2. Tekanan bahan pada saat pengereman maksimal 3 kg/cm2.
dimensi mm
81
BAB VII
REM CAKRAM
Rem cakram merupakan rem yg banyak dipakai dalam dunia otomotif. Sepeda
motor dan mobil sebagian menggunakan rem jenis cakram untuk mekanisme
pengereman. Pertimbangan pemakaian karena bentuknya sederhana dan mudah untuk
dilakukan perawatan.
84
7.2 Kapasitas Rem Cakram
Jari-jari ekivalen,
𝑟𝑟
𝑇𝑇 ∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑝𝑝𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑟𝑟𝑒𝑒 = = 𝑖𝑖𝑟𝑟𝑜𝑜
𝑓𝑓 𝐹𝐹 ∫𝑟𝑟 𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑖𝑖
Untuk analisanya maka digunakan dua pendekatan, yaitu: pendekatan keausan seragam
dan pendekatan tekanan seragam.
85
a. Teori keausan seragam
Tekanan permukaan,
𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑝𝑝 =
𝑟𝑟
Gaya aksial,
𝑟𝑟𝑜𝑜
𝐹𝐹 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) � 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 (𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖 )
𝑟𝑟 𝑖𝑖
Torsi pengereman,
𝑟𝑟𝑜𝑜
1
𝑇𝑇 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) 𝑓𝑓 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 � 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃 − 𝜃𝜃1 ) 𝑓𝑓 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 �
𝑟𝑟 𝑖𝑖 2 𝑜𝑜
Jari-jari ekivalen,
𝑟𝑟
∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 1 𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑖𝑖
𝑟𝑟𝑒𝑒 = 𝑟𝑟 = =
∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑 2 𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖 2
𝑖𝑖
86
7.3 Contoh Soal
1. Sepasang pad rem cakram memiliki jari-jari dalam 3,87 in dan jari-jari luar 5,5 in,
sudut cakram 108o, koefisien gesek 0,37, dan diberi gaya aktuasi silinder hidrolik
berdiameter 1,5 in. Torsi yang dibutuhkan adalah 13 000 lbf.in., untuk kondisi
keausan seragam, tentukan:
a. tekanan normal pa,
b. gaya aktuasi F,
c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.
Penyelesaian,
a. tekanan normal pa,
Torsi untuk satu cakram,
13 000
𝑇𝑇 = = 6500 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙. 𝑖𝑖𝑖𝑖
2
2𝑇𝑇
𝑝𝑝𝑎𝑎 =
(𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 )𝑓𝑓𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 �
2 𝑥𝑥 6500
= = 315,8 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
(144𝑜𝑜 − 36𝑜𝑜 )(𝜋𝜋/180) 𝑥𝑥 0,37 𝑥𝑥 3,87 𝑥𝑥 (5,52 − 3,872 )
b. gaya aktuasi F,
𝐹𝐹 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 )𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖 �
= (144𝑜𝑜 − 36𝑜𝑜 )(𝜋𝜋/180) 𝑥𝑥 315,8 𝑥𝑥 3,87 𝑥𝑥 (5,5 − 3,87) = 3748 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
87
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.
𝐹𝐹 3748
𝑝𝑝ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = = = 2121 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝐴𝐴𝑝𝑝 1,52
𝜋𝜋 � �
4
7.4 Latihan,
1. Sepasang pad rem cakram memiliki jari-jari dalam 98 mm dan jari-jari luar 140
mm, sudut cakram 108o, koefisien gesek 0,35, dan diberi gaya aktuasi silinder
hidrolik berdiameter 38 mm. Torsi yang dibutuhkan adalah 25 000 N.m., untuk
kondisi keausan seragam, tentukan:
a. tekanan normal pa,
b. gaya aktuasi F,
c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.
2. Sepasang pad rem cakram memiliki jari-jari dalam 100 mm dan jari-jari luar 150
mm, sudut cakram 108o, koefisien gesek 0,37, dan diberi gaya aktuasi silinder
hidrolik berdiameter 40 mm. Torsi yang dibutuhkan adalah 30 000 N.m., untuk
kondisi tekanan seragam, tentukan:
a. tekanan normal pa,
b. gaya aktuasi F,
c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.
88
BAB VIII
SABUK (BELT)
Sabuk digunakan untuk memindahkan daya pada jarak yang cukup panjang.
Elemen ini biasanya digunakan untuk mengganti roda gigi, poros, dan bantalan. Jadi
sabuk merupakan elemen penekan biaya yang cukup penting. Karena elemen ini elastis
dan biasanya panjang, maka sabuk memainkan peranan penting dalam menyerap beban-
beban kejut dan dalam meredam pengaruh gaya getaran.
Jumlah daya yang ditransmisikan tergantung pada beberapa factor berikut.
• Kecepatan sabuk
• Ketegangan sabuk
• Lengkungan kontak antara sabuk dengan puli terkecil
• Kondisi sabuk yang digunakan
Sabuk biasanya digunakan pada dua poros yang sejajat. Poros-poros harus
terpisah pada suatu jarak minimum tertentu, yang tergantung pada jenis pemakaian
sabuk, agar bekerja secara efisien. Karakteristik sabuk antara lain :
• Sabuk dipakai untuk jarak sumbu yang panjang
• Karena slip dan gerakan sabuk yang lambat, perbandingan kecepatan sudut
antara kedua poros tidak constan ataupun sama dengan perbandingan
diameter puli
• Bila menggunakan sabuk datar, aksi klos bisa didapat dengan menggeser
sabuk dari puli yang bebas ke puli yang ketat.
• Bila sabuk V yang digunakan, beberapa variasi dalam perbandingan
kecepatan sudut bisa didapat dengan menggunakan puli kecil dengan sisi
yang dibebani pegas. Diameter puli kemudian merupakan fungís dari tegangan
sabuk dan dapat diubah-ubah dengan merubah jarak sumbunya.
• Sedikit penyetelan atas jarak sumbu biasanya diperlukan sewaktu sabuj
sedang dipakai
• Dengan menggunakan puli yang bertingkat, statu alat pengubah perbandingan
kecepatan yang ekonomis dapat diperoleh
89
Hal-hal berikut ini sangat perla diperhatikan dalam penggunaan sabuk :
a. Poros yang dipasang haruslah dapat menjamin keseragaman tegangan sepanjang
sabuk
b. Puli haruslah dapat menjaga sabuk agar sabuk demikian tertutup/menempel
dengan puli, sehingga sudut kontak antara sabuk dengan puli bisa besar
c. Puli harus dibuat sedemikian agar gesekan antara sabuk dengan puli bisa
maksimal
d. Untuk sabuk datar, jarak antara poros maksimal 10 meter dan minimum tiga
setengah kali diamater terbesar.
Adapun perbandingan antara transmisi sabuk dengan sabuk dapat dilihat pada gambar
dan tabel berikut.
90
8.2 Tipe dan Bahan Sabuk
Bahan Sabuk,
91
Gambar 8.3 Tipe bahan sabuk
Adapun beberapa sifat material sabuk dapat dilihat pada tabel berikut.
Sabuk datar umumnya terbuat dari kulit yang disamak atau kain yang diresapi
dengan karet. Sabuk datar yang moderen terdiri dari inti elastis yang kuat, seperti
benang baja atau nilon, untuk menerima beban tarik dan memindahkan daya,
92
digabung dengan selubung yang lugas untuk memberi gesekan antara sabuk dengan
puli.
Sabuk datar memiliki keunggulan :
• efisien untuk kecepatan tinggi,
• tidak bising,
• dapat memindahkan jumlah daya yang besar pada jarak sumbu yang panjang,
• tidak memerlukan puli yang besar, dan
• dapat memindahkan daya antara puli pada posisi yang tegak lupus satu sama
lain
• memiliki efisiensi sekitar 98 %
Sebuah sabuk yang terbuka dan bersilang akan memberi persamaan untuk sudut
persinggungan θ dan panjang sabuk total L pad asetiap kasus. Kalau susunan sabuk
terbuka horizontal yang dipakai, penggerak harus berputar sedemikian rupa agar sisi
yang kendor disebelah atas. Ini memberi sudut kotak yang lebih besar pada kedua
puli. Kalau penggeraknya vertikal atau jarak pusatnya pendek, sudut kontak yang
lebih besar bisa didapat dengan menggunakan puli penegang yang menganggur
Perubahan tegangan tarik sabuk karena gaya gesekan antara sabuk dan puli akan
menyebabkan sabuk memanjang atau mengerut dan bergerak relatif terhadap
permukaan puli. Gerakan ini disebabkan oleh regakan lambat elastits dan dikaitkan
dengan gesekan karena luncuran sebagai lawan dari gesekan statis. Aksi pada puli
93
penggerak, melalui bagian sudut kontak yang sebetulnya memindahkan daya, adalah
sedemikian rupa sehingga sabuk bergerak lebih lambat dari kecepatan puli karena
gerakan lambat elastis tersebut. Sudut kontak sabuk tersebut membentuk busur
efektif, melalui mana daya dipindahkan, dan busur menganggur.
Untuk puli penggerak sabuk mula-mula menyinggung puli dengan gaya tarik sisi
tegang F1 dan kecepatan V1, yang mana adalah sama dengan kecepatan permukaan
puli. Sabuk kemudain melewati busur menganggur tanpa perubahan F1 dan V1.
Kemudian persinggungan gerakan lamban atau luncuran mulai, dan tegangan sabuk
berubah sesuai dengan gaya gesek. Diujung busur efektif sabuk meninggalkan puli
dengan statu gaya tarik sisi kendor F2 dan kecepatan yang berkurang V2 .teori ini
dikemukakan oleh Firbank dan telah menggunakannya ntuk menggambarkan
mekanika sabuk penggerak datar dalam bentuk matematis dan telah dibuktikan oleh
hasil percobaan. Penemuan yang lain adalah koefisien gesek untuk sabuk yang
mempunyai inti dari nylon dan permukaan kulit adalah 0,7 tetapi hal ini masih bisa
dinaikkan dengan pengerjaan akhir khususnya pada permukaannya.
94
Perbandingan Kecepatan pada Sabuk
95
pada sisi penggerak yang tdk bisa membawa puli pengikut berputar. Kondisi ini
disebut sebagai slip
Jumlah slip ini dapat mengurangi perbandingan kecepatan dari sebuah sistem
sabuk. Jika diambil beberapa istilah berikut :
S1 % = Slip antara penggerak dengan sabuk
S2 % = Slip antara sabuk dengan pengikut
V = kecepatan sabuk
Kemudian dengan persamaan :
S1
v = π d1 N1 − π d1 N1 x
100
S
= π d 1 N 1 1 − 1
100
Dengan persamaan yang sama, maka
S2
π d2 N2 = v − v x
100
S2
= v 1 −
100
dengan mensubstitusi persamaan dua ke persamaan satu maka diperoleh hasil
N2 d S S
= 1 1 − 1 − 2
N1 d2 100 100
d1 S1 + S 2
= 1 −
d2 100
d s
= 1 1 −
d 2 100
Dalam kasus, bahwa dua puli berputar dalam arah yang sama, dimana :
O1 dan O2 = pusat dari kedua puli
R1 dan R2 = jari-jari puli besar dan puli Cecil
C = jarak anatar O1 dan O2
L = Panjang total sabuk
Maka apabila sabuk terpasang secara terbuka seperti gambar dibawah :
96
Gambar 8.9 Pemasangan sabuk secara terbuka
EF = MO2 = x 3 − (r1 − r2 )
2
r − r2
2
= x 1− 1
x
1 r1 − r2
2
EF = x 1 − + ...........
2 x
(r1 − r2 )
2
= x
2x
97
Dengan melakukan substitusi beberapa hasil diatas, maka akan diperoleh :
π (r1 − r2 )2 π
L = 2 r1 + α + x − + r2 − α
2 2x 2
π (r1 − r2 )2 π
= 2 r1 + r1 α + x − + r2 − r2 α
2 2x 2
π (r − r2 )2
= 2 (r1 + r2 ) + α (r1 − r2 ) + x − 1
2 2x
(r1 − r2 )2
= π (r1 + r2 ) + 2α (r1 − r2 ) + 2 x −
x
(r1 − r2 )
Dengan mensubstitusi nilai α = , maka diperoleh :
x
(r − r2 ) (r1 − r2 )
2
L = π (r1 + r2 ) + 2 x 1 (r1 − r2 ) + 2 x −
x x
(r1 − r2 )2
= π (r1 + r2 ) + 2 x +
x
98
Maka Dari gambar akan terlihat bahwa O2M akan tegak lurus terhadap O1E.
Ambil MO2O1 = α radian
Panjang sabuk total adalah = Arc GJE + EF + Arc FKH + HG
= 2 (Arc JE + EF + Arc FK)
Dari geometri pada gambar diperoleh hasil :
r1 + r2
sin α =
x
Dengan asumsi bahwa α sangat kecil, maka diambil asumsi bahwa
r1 + r2
sin α = α =
x
π
Arc JE = r1 + α
2
Dengan cara yang sama maka
π
Arc FK = r2 + α
2
EF = MO2 = x 2 − (r1 + r2 )
2
r + r2
2
=x 1 − 1
x
Dengan melakukan perluasan persamaan tersebut diatas menggunakan teori
binomial, maka diperoleh hasil :
1 r1 + r2
2
EF = x 1 − + ................
2 x
(r1 + r2 )
2
= x −
2x
Semua persamaan tersebut diatas disubstitusi sehingga menjadi :
π (r + r2 )2 π
L = 2 r1 + α + x − 1 + r2 + α
2 2x 2
π (r + r ) 2
π
= 2 r1 + r1 α + x − 1 2 + r2 + r2 α
2 2x 2
π (r1 + r2 )2
= 2 (r1 + r2 ) + α (r1 + r2 ) + x −
2 2 x
(r + r )2
= π (r1 + r2 ) + 2α (r1 + r2 ) + 2 x − 1 2
x
99
r1 + r2
Dengan menstubstitusi nilai α = , maka persamaan diatas menjadi
x
2 (r1 + r2 ) (r1 + r2 )2
L = π (r1 + r2 ) + (r1 + r2 ) + 2 x −
x x
2 (r1 + r2 ) (r + r )2
2
= π (r1 + r2 ) + + 2x 1 2
x x
(r1 + r2 )2
= π (r1 + r2 ) + 2 x +
x
Dalam gambar dibawah yang memperlihatkan sebuah puli penggerak dan puli
pengikut. Jika :
T1 adalah Tegangan pada sisi tegang sabuk, kg
T2 adalah Tegangan pada sisi kendor sabuk, kg
V adalah kecepatan linier sabuk, dalam m/detik
100
8.7 Mulur Pada Sabuk
Ketika membicarakan masalah sabuk, tegangan pada kedua sisi sabuk tidak akan
sama. Pada satu sisi, kondisi sabuk lebih tegang dari sisi yang satunya. Seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ada sebuah sabuk yang dipotong pada kedua sisinya.
Adapun diagram benda bebas dari sebuah potongan sisi sabuk seperti terlihat
pada gambar dibawah.
101
Dengan µ adalah koefisien antara sabuk dengan puli
Dari hasil diatas dapat dibuat sebuah hubungan antara tegangan sisi tegang dan
tegangan pada sisi kendor sabuk sebagai persamaan berikut :
T1 µθ
=e
T2
Ada beberapa hal yang perla dipehatikan dalam perancangan sabuk, yaitu :
1. T1 = Tegangan pada sisi tegang sabuk
= f . b. t
dengan, f = tegangan maksimal bahan sabuk
b = lebar sabuk
t = tabal sabuk
T2 = Tegangan pada sisi kendor sabuk
2. Ketika menghitung sudut kontak sabuk, maka harus diingat bahwa sudut
kontak yang diambil adalah sudut kontak yang berada pada puli terkecil untuk
material yang sama.
r1 − r2
sin α = (untuk konstruksi sabuk terbuka)
c
r1 + r2
sin α = (untuk konstruksi sabuk tertutup)
c
Sehingga untuk mencari sudut kontak lap adalah :
π
θ = (180 − 2α ) . rad (untuk konstruksi sabuk terbuka)
180
π
θ = (180 + 2α ) . rad (untuk konstruksi sabuk tertutup)
180
3. Ketika desain puli dibuat dari bahan yang berbeda, maka desain harus
mengacu ke puli yang memiliki harga µθ terkecil
Ketika sabuk bekerja secara terus menerus, maka akan muncul gaya sentrifugal
yang diakibatkan karena penambahan gaya pada kedua sisi baik sisi tegang maupun sisi
kendor. Pada kecepatan rendah, gaya sentrifugal sangat kecil dan dapat diabaikan, tetapi
102
ketika kecepatan naik secara signifikan maka gaya sentrifugal menjadi besar dan harus
diperhitungkan dalam perhitungan perencanaan sabuk.
Dengan melihat sebuah potongan kecil dari bagian sabuk seperti yang terlihat
pada gambar, maka dapat diambil notasi berikut :
w = berat sabuk setiap satuan panjang
v = kecepatan linier sabuk
r = jari-jari puli penggerak
Tc = Gaya sentrifugal yang bekerja secara tangensial pada P dan Q
Panjang PQ adalah :
= r dθ
Berat bagian sabuk PQ adalah :
= w x r dθ
Gaya sentrifugal adalah :
W v2
=
g .r
Maka, gaya sentrifugal yang terjadi pada sabuk sepanjang elemen PQ adalah :
w x r dθ x v 2
=
g x r
w . dθ . v 2
=
g
103
Gaya sentrifugal TC bekerja secara tangensial pada P dan Q dan menjaga sabuk
dalam kondisi seimbang
Dengan kondisi tersebut, maka penyelesaian gaya, akibat adanya gaya sentrifugal
dan tarikan sentrifugal, baik secara horizontal maupun vertikal sama sehingga
menghasilkan persamaan :
dθ w dθ v 2
2 TC sin =
2 g
Jika diasumsikan bahwa sudut dθ sangat kecil, maka dapat ditulis persamaan :
dθ dθ
sin =
2 2
dθ w dθ v 2
2 TC =
2 g
w v2
TC =
g
Apabila gaya sentrifugal tersebut diperhitungkan dalam perencanaan sabuk, maka
gaya pada sisi tegang dan kendor manjadi :
Gaya pada sisi tegang = T1 + TC
Gaya pada sisi kendor = T2 + TC
Perhitungan pentransmisian daya oleh sabuk menjadi sebagai berikut :
Daya yang dipindahkan sabuk :
(T1 − T2 ) x v
P =
75
dimana T1 = Gaya pada sisi tegang, kg
T2 = Gaya pada sisi kendor, kg
v = kecepatan linier sabuk, m/dt
Dari persamaan hubungan sisi kendor dan sisi tegang yang menerangkan :
T1
= eµθ
T2
T1
T2 =
eµθ
Substitusi nilai T2 kedalam persamaan daya yang ditransmisikan sabuk
maka diperoleh hasil :
104
T
T1 − µ1θ x v
e
P =
75
1
T1 1 − µ θ x v
e
=
75
= T1 x v x C
1
1 − µ θ
e
dim ana C =
75
Dalam persamaan gaya tegang yang memasukkan gaya sentrifugal
diketahui bahwa :
T1 = T – TC
Dengan mensubstitusi persamaan T1 tersebut dalam persamaan daya
sabuk, maka dihasilkan persamaan :
P = (T − TC ) x v x C
wv2
= T − x v xC
g
wv2
= T v − xC
g
Untuk menghasilkan pentransmisian daya yang maksimal :
dP
=0
dv
3wv2
T − =0
g
T − 3 TC = 0
T = 3 TC
Persamaan diatas menunjukkan bahwa ketika daya yang ditransmisikan
maksimal, maka 1/3 dari harga tegangan maksimal terserap menjadi gaya
sentrifugal.
Kecepatan sabuk untuk daya maksimal adalah :
T g
v =
3w
105
8.9 Sabuk V (V-Belt)
Sabuk V terbuat dari bahan Cords yang digabung dengan bahan karet dan dilapisi
bahan dari fabric. Perbedaan utama sabuk V dengan sabuk datar adalah bentuk
penampang sabuk yang membentuk alur V yang biasanya memiliki besar antara 30 – 40 .
Daya ditransmisikan melalui bagian ujung antara sabuk dengan alur V. Adapun gambar
potongan dari sabuk V dapat dilihat pada gambar berikut.
Kerugian :
a. V belt tidak bias digunakan untuk jarak poros yang panjang.
b. V-belt tidak semurah flat belt.
c. V belt memliki bentuk puli yang lebih rumit sehingga lebih susah.
106
Adapun nilai torsi dengan kecepatan putaran dari sebuh sabuk V dapat dilihat
pada gambar berikut.
1. Sebuah engine bekerja pada putaran 150 rpm menggerakkan poros dengan sbuah
sabuk. Puli yang terdapat pada engine memiliki diameter 75 cm dan puli yang berada
pada poros penggerak memiliki diameter 45 cm.. Jika jarak antar puli adalah 90 cm,
carila kecepatan poros pengikut jika
b. Tanpa slip
c. Dengan slip factor 2 %
Dimensi mm
107
Penyelesaian,
N1 = 150 rpm
D1 = 75 cm
D2 = 45 cm
Diameter puli yang lain adalah :
D3 = 90 cm
D4 = 15 cm
Dengan mengambil N4 sebagai kecepatan keluaran, maka :
N 4 d1 x d 2
=
N1 d 3 x d 4
N1 x d1 x d 2
N4 =
d3 x d4
150 x 75 x 90
=
45 x 15
= 1500 rpm
Jika faktor slip dimasukkan maka akan menjadi :
N 4 d1 x d 2 S S
= 1 − 1 x 1 − 2
N1 d 3 x d 4 100 100
N x d1 x d 2 2 2
N4 = 1 1 − x 1 −
d3 x d4 100 100
150 x 75 x 90 98 98
= x x
45 x 15 100 100
= 1440 rpm
2. Carilah panjang sabuk yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah puli yang
berdiameter 80 cm yang bekerja secara paralel terhadap puli lain yang berdiameter
480 cm dengan jarak antar poros 12 meter.
Penyelesaian,
Diketahui :
Diameter puli kecil, d2 = 80 cm
Diameter puli kecil, d1 = 480 cm
Jarak antara puli, x = 12 m = 1200 cm
Jika sabuk dipasang secara terbuka, maka panjang sabuk yang diperlukan :
108
(r1 − r2 )2
L = π (r1 + r2 ) + 2 x +
x
(240 − 40)
2
Jika sabuk dipasang secara melintang, maka panjang sabuk yang diperlukan :
(r1 + r2 )
2
L = π (r1 + r2 ) + 2 x +
x
(240 + 40)2
= π (240 + 40) + 2 x 1200 +
1200
= 3345 cm = 33,45 cm
3. Dua puli yang satu berdiameter 450 mm dan lainnya 200 mm. Kedua poros puli
sejajar dengan jarak antara keduanya adalah 1,05 m dan dihubungkan dengan
konstruksi sabuk cross. Carilah harga panjang sabuk yang dibutuhkan dan sudut
kontak antara sabuk dengan puli
Berapa daya yang ditransmisikan oleh sabuk ketika puli reputar dengan putaran 200
rpm. Jika tegangan maksimal bahan adalah 1 kN dan koefisien gesek 0,25
Penyelesaian :
Diberikan data
Diameter puli besar, D1 = 450 mm
Diameter puli Cecil, D2 = 200 mm
Jarak antar puli, c = 1,95 m
Putaran puli, N = 200 rpm
Sehingga kecepatan linier sabuk, v adalah
109
π . D1 . N
v =
60
π x 0,45 x 200
=
60
= 4,714 m / sec
Tegangan Maksimum Bahan Sabuk,
T1 = 1 kN
= 1000 N
Koefisien gesek = 0,25
Panjang sabuk yang dibutuhkan,
(r1+ r2 )
2
L = π (r1 + r2 ) + 2 . c +
c
(0,25 + 0,1)2
= π (0,225 + 0,1) + 2 .1,95 +
1,95
= 4,975 m
Sudut kontak antara sabuk dengan puli adalah
r1 + r2
sin α =
c
0,225 + 0,1
=
1,95
sin α = 0,1667
α = 9,36
θ = 180 + 2 . α
= 180 + 2. 9,36
= 199,12
π
= 199,12 x
180
= 3,474 rad
110
T1
2,3 log = µθ
T2
T1 0,25 x 3,474
log =
T2 2,3
T1
= 2,385
T2
T1
T2 =
2,385
1000
=
2,385
= 419,3 N
Sehingga :
P = (T1 − T2 ) . v
= (1000 − 419,3) . 4,714
= 27,4kW
Penyelesaian,
Diberikan data :
Ketebalan sabuk, t = 9 mm = 0,9 cm
Lebar sabuk, b = 250 mm = 25 cm
Luas sabuk, a = b x t = 25 x 0,9 = 22,5 cm2
Diameter puli, d = 90 cm
Putaran puli, N = 336 rpm
Kecepatan sabuk, v
π .d N
v =
60
π x 90 x 336
= = 1583,4 cm / sec
60
= 15,834 m / sec
Sudut kontak pada puli terkecil :
111
π
θ = 120 = 120 x
180
= 2,1 rad
Tegangan pada sisi tegang sabuk , f = 20 kg/cm2
Gaya pada sisi tegang adalah, T1 = f x a
= 20 x 22,5
= 450 kg
Rapat massa material sabuk, ρ = 0,00098 kg/cm3
Koefisien gesek, μ = 0,35
Dengan menggunakan hubungan gaya pada sisi tegang dan sisi kendor
sabuk maka diperoleh hasil :
T1
2,3 log = µθ
T2
= 0,35 x 2,1 = 0,735
T1 0,735
log = = 0,3196
T2 2,3
T1
= 2,085
T2
T1 450
T2 = = = 215,8 kg
2,085 2,085
Berat sabuk tiap satuan panjang adalah :
w = luas area x panjang x rapat massa material
= 22,5 x 100 x 0,00098
= 2,2 kg
Gaya sentrifugal, TC adalah :
w 2
TC = v
g
=
2,2
(15,834)2
9,81
= 56,2 kg
112
(Tt1
− Tt 2 ) v
P =
75
(506,2 − 272) . 15,834
=
75
= 49,4 HP
Penyelesaian,
Diberikan data :
Lebar sabuk, b = 10 cm
Tebal sabuk, t = 1 cm
Luas area sabuk, a = 10 x 1 = 10 cm2
Kecepatan sabuk, v = 1000 m/menit = 50/3 m/sec
Gaya maksimal sabuk :
(T1 – T2) = 1,8 T2
Tegangan ijin material sabuk, f = 16 kg/cm2
Gaya maksimal sabuk, T = f x a
= 10 x 16 = 160 kg
Rapat material sabuk = 1 gm/cm3
Berat sabuk tiap satuan panjang :
1 x 10 x 1 x 100
w= = 1 kg / m
1000
Dengan persamaan gaya sentrifugal, maka diperoleh :
Gaya sentrifugal
113
w v2
TC =
g
2
50
1x
3
= = 28,34 kg
9,8
Maka gaya pada sisi tegang menjadi :
T1 = T – TC
= 160 – 28,34 = 131,66 kg
Dan gaya pada sisi kendor menjadi :
T1 − T2 = 1,8 T2
T1 131,66
T2 = = = 47 kg
2,8 2,8
Sehingga daya yang mampu ditransmisikan adalah :
(T1 − T2 ) v
P =
75
(131,66 − 47 )
50
= 3
75
= 18,81 HP
Kecepatan sabuk pada saat daya maksimal absolut yang ditransmisikan adalah :
Tg
v =
3w
160 x 9,8
=
3 x1
= 22,87 m / sec
Maka daya maksimal absolut yang dihasilkan adalah :
Gaya pada sisi tegang menjadi , T1 = T - TC = 160 - (160/3) = 320/3 kg
T1 320
Gaya pada sisi kendor, T2 = = = 38,1 kg
2,8 3 x 2,8
Sehingga dayanya adalah :
(T1− T2 ) v
P =
75
320
− 38,1 x 22,87
3
=
75
= 210 HP
114
6. Sebuah sabuk datar dibutuhkan untuk mentransmisikan daya sebesar 45 HP dari
sebuah puli berdiameter efektif 150 cm dan berputar pada 300 rpm. Sudut kontak
adalah 11/24 dari keseluruhan lingkaran puli. Jika koefisien gesek 0,3 dengan
ketebalan sabuk 9,5 mm, rapat material sabuk 1,1 gm/cm3 dan tegangan ijin material
sabuk 25 kg/cm2, maka carilah gaya sentrifugal yang dihasilkan dan lebar sabuk yang
diperlukan.
Penyelesaian,
115
7. Sebuah kompresor membutuhkan daya 120 hp bekerja pada putaran 250 rpm. Motor
listrik yang menggerakkan compresor tersebut bekerja pada putaran 750 rpm.
Daimeter puli compresor maksimal 1 meter dengan jarak poros maksimal 1,75 meter.
Kecepatan sabuk maksimal 1600 m/menit.
Hitnglah jumlah sabuk V-belt yang dibutuhkan untuk mentransmisikan daya seperti
tersebut diatas jira luas area sabuk V adalah 3,75 cm2 dan berat 0,001 kg/cm3
dengan tegangan maksimal bahan 25 kg/cm2. Sudut alur V 35 dan koefisien gesek
0,25.
Penyelesaian,
Daya yang dibutuhkan, P = 120 hp
Putaran compresor, N1 = 250 rpm
Putaran motor, N2 = 750 rpm
Diameter puli compresor =1m
Jarak antar puli, c = 1,75 m
Kecepatan sabuk = 1600 m/menit
= 80/3 m/s
Luas penampang area = 3,75 cm2
Densitas material = 0,001 kg/cm2
Tegangan bahan maks = 25 kg/cm2
Sudut groove, 2 α = 35
Alfa, α = 17,5
Koefisien gesek, µ = 0,25
Gaya sentrifugal sabuk
w 2
TC = v
g
2
0,375 80
= x
9,81 3
= 27,2 kg
tegangan maksimal sabuk
T=f.a
= 25 . 3,75
= 93,8 kg
Tegangan pada sisi kendor
T1 = T – T c
116
= 93,8 - 27,2
= 66,6 kg
Dengan hubungan
N1 d 2
=
N 2 d1
N1 . d1
d2 =
N2
250 . 1
=
750
=1 m
3
Untuk sabuk terbuka, maka
r1 − r2
sin φ =
c
1− 1
= 3
2 . 1,75
2
=
10
= 0,1907
φ = 11
sudut lap pada puli terkecil adalah :
θ = 180 − 2φ
= 180 − 2 .11
π
= 158 .
180
= 2,76 rad
Dengan hubungan mencari tegangan sabuk pada sisi kendor, maka dihasilkan
117
T1
2,3 log = µθ cos ec α
T2
T1 0,25 . 2,76 . cos ec 17,5
log =
T2 2,3
= 0,997
T1
= 9,931
T2
T1
T2 =
9,931
66,6
=
9,931
= 6,7 kg
Jumlah sabuk yang dibutuhkan adalah :
(T1 − T2 )
Daya, P = v
75
(66,6 − 6,7 ). 80
75 x 3
21,3 hp
Total daya yang ditransmisikan
n=
HPdarisabuk
= 120/21,3 = 5,65 atau 6 sabuk
8.11 Latihan
1. Sebuah puli digerakkan oleh sebuah sabuk datar yang bekerja pada putaran 600
m/min. Koefisien gesek 0,3 dan sudut lap 160. Jika tegangan maksimal bahan 700
N, carilah daya maksimal yang mampu ditransmisikan sabuk tersebut
2. Sebuah V-belt terdiri dari 3 sabuk yang dipasang secara paralel pada puli yang
sama. Sudut groove 30 dan koefisien gesekan 0,12. Luas penampang area 8 cm2
dan tegangan maksimal bahan sabuk adalah 30 kg/cm2. Hitunglah daya yang
mampu ditransmisikan sabuk jira jarak kedua sumbu poros adalah 40 cm dan
bekerja pada putaran 960 rpm.
3. Buatlah analisis sebuah sabuk datar dan sabuk V untuk sebuah eleven mesin
yang ada. Analisis dilakukan dengan tenggang waktu maksimal 2 minggu, dan
setiap minggu harus asistensi. Buatlah spesifikasi lengkap deserta gambar dari
sabuk yang sedang dianalisis.
118
BAB IX
RODA GIGI (GEAR)
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros.
Disamping itu terdapat pula Roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula Roda gigi dengan putaran yang terputus-putus. Dalam teori, Roda gigi
pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan
bentuk dalam jangka waktu lama.
119
Roda gigi dalam dan pinion Arah putaran sama
Batang gigi dan pinion Gerakan lurus dan
berputar
Roda gigi Roda gigi kerucut lurus Klasifikasi atas dasar
dengan poros Roda gigi kerucut spiral bentuk jalur gigi
berpotongan Roda gigi kerucut zerol
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
Roda gigi permukaan dengan poros Roda gigi dengan poros
berpotongan berpotongan berbentuk
istimewa
Roda gigi Roda gigi miring silang Kontak gigi
dengan poros Batang gigi miring silang Gerak lurus dan berputar
silang Roda gigi cacing silindris
Roda gigi cacing selubung ganda
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid
Roda gigi permukaan silang
120
Gambar 9.1 Roda gigi Lurus
121
Gambar 9.2 Roda gigi lurus luar
122
Gambar 9.4 Roda gigi permukaan
123
Jenis-jenis Roda gigi miring antara lain :
1. Roda gigi miring biasa
124
4. Roda gigi ganda bersambung
125
2. Roda gigi kerucut miring
126
c.4. Roda gigi Cacing
Ciri-ciri Roda gigi cacing adalah:
1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang
dibentuk kedua sumbu sebesar 90°.
2. Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi.
3. Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari
roda cacing ke cacing (mengunci sendiri).
4. Perbandingan reduksi bisa dibuat sampai 1 : 150.
5. Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi
(biasanya 2 sampai 4).
6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarnya kecil.
Peningkatan pemakaian roda gigi cacing seperti gambar 9.15, dibatasi pada
nilai i antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk
mentransmisikan daya yang besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya
hubungan seri dengan salah satu tingkat Roda gigi lurus sebelum atau sesudahnya
untuk dapat mendapat reduksi yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik.
127
Pemakaian dari roda gigi cacing meliputi: gigi reduksi untuk semua tipe
transmisi sampai daya 1.400 Hp, diantaranya pada lift, motor derek, untuk mesin
tekstil, rangkaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin freis dan juga untuk
berbagai sistim kemudi kendaraan.
Adapun bentuk profil dari Roda gigi cacing ditunjukkan seperti pada gambar 9.16
:
2. E-worm
Gigi cacing yang menunjukkan involut pada gigi miring dengan β antara
87°sampai dengan 45o .
3. K-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk trapezoidal,
menunjukkan dua kerucut.
4. H-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk cembung.
128
Tipe-tipe dari penggerak roda gigi cacing antara lain :
a. Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid
Gambar 9.18 Globoid Worm Gear Dipasangkan Dengan Roda gigi Lurus
Gambar 9.19 Globoid worm drive dipasangankan dengan Roda gigi globoid
d. Roda gigi cacing kerucut dipasangkan dengan Roda gigi kerucut globoid yang
dinamai dengan roda gigi spiroid.
129
Gambar 9.20 Roda gigi cacing kerucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut globoid
𝑧𝑧1
= 𝑖𝑖
𝑧𝑧2
Harga i adalah perbandingan antara jumlah gigi pada Roda gigi dan pinion, dikenal
juga sebagai perbandingan transmisi atau perbandingan Roda gigi. Perbandingan ini dapat
sebesar 4 sampai 5 dalam hal Roda gigi lurus standar, dan dapat diperbesar sampai 7
dengan perubahan kepala. Pada Roda gigi miring ganda dapat sampai 10.
Jarak sumbu poros aluminium (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2
(mm) dapat dinyatakan sebagai berikut :
2𝑎𝑎
𝑑𝑑1 =
𝑖𝑖 + 1
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖
𝑑𝑑2 =
𝑖𝑖 + 1
130
9.4 Nama-nama Bagian Roda Gigi
Berikut beberapa buah istilah yang perlu diketahui dalam perancangan roda gigi
yang perlu diketahui yaitu :
2. Pinion
Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.
4. Diametral Pitch
Jumlah gigi persatuan pitch diameter.
𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑏𝑏1
𝑡𝑡 =
𝑧𝑧
6. Modul (module)
Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi.
𝑑𝑑𝑏𝑏1
𝑚𝑚 =
𝑧𝑧
131
7. Adendum (addendum)
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch diukur
dalam arah radial.
8. Dedendum (dedendum)
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.
9. Working Depth
Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang Roda gigi yang berkontak dikurangi
dengan jarak poros.
132
17. Kedalaman total (total depth)
Jumlah dari adendum dan dedendum.
20. Backlash
Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang.
133
Gambar 9.4 Bagian-bagian dari roda gigi kerucut lurus
134
• Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi :
𝐹𝐹𝑡𝑡 = 𝐹𝐹𝑛𝑛 . cos 𝛼𝛼𝑏𝑏
• Jika diameter jarak bagi adalah db1 (mm) , maka kecepatan keliling v (m/s)pada
lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n1 (rpm) ,adalah :
𝜋𝜋. 𝑑𝑑𝑏𝑏1 . 𝑛𝑛1
𝑣𝑣 =
60 𝑥𝑥 1000
Gambar 9.5 Gigi dipandang sebagai balok kantilever dengan kekuatan seragam
Jika b (mm) adalah lebar sisi , BC = h (mm) , dan AE = L (mm) , maka tegangan
lentur σb ( kg/mm2 ) pada titik B dan C ( dimana ukuran penampangnya dalah b x h ) ,
dengan beban gaya tangensial Ft
135
• Beban gaya tangensial Ft pada puncak balok :
𝐹𝐹𝑡𝑡 . 𝐿𝐿
𝜎𝜎𝑏𝑏 =
𝑏𝑏. ℎ2
6
𝑏𝑏 2
𝐹𝐹𝑡𝑡 = 𝜎𝜎𝑏𝑏 . 𝑏𝑏 .
6𝐿𝐿
2 𝑧𝑧2
𝐹𝐹′𝐻𝐻 = 𝐹𝐹𝑉𝑉 . 𝐾𝐾𝐻𝐻 . 𝑑𝑑01 .
𝑧𝑧1 + 𝑧𝑧2
dimana :
KH = faktor tegangan kontak.
d1 = diameter lingkaran jarak.
z1 = jumlah gigi roda gigi 1.
z2 = jumlah gigi roda gigi 2.
Seperti pada perhitungan lenturan, beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar
F’H ( kg/mm ) dapat diperoleh dalam persamaan :
2 𝑧𝑧2
𝐹𝐹′𝐻𝐻 = 𝐹𝐹𝑉𝑉 . 𝐾𝐾𝐻𝐻 . 𝑑𝑑 .
𝑧𝑧1 + 𝑧𝑧2
136
Pada perancangan ini digunakan dua buah roda gigi yang saling berputar terhadap
satu sama lain . Roda gigi 1 ( roda gigi kecil ) berfungsi sebagai penggerak roda gigi 2 (
roda gigi besar ) yang mendapat distribusi dayadari putaran poros dan dua buah roda puli .
dari pengukuran di lapangan dapat diketahui beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk perhitungan roda gigi .
Penyelesaian
• Jumlah gigi yang direncanakan untuk roda gigi besar (roda gigi yang digerakkan)
untuk menggerakkan poros:
𝑛𝑛2 𝑧𝑧1
=
𝑛𝑛1 𝑧𝑧2
1450 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑧𝑧1
=
300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 10
300 . 𝑧𝑧1 = 1450 . 10
14500
𝑧𝑧1 =
300
= 48 ≈ 50
dalam perencanaannya jumlah gigi pada roda gigi besar ( z1 ) adalah 50 gigi .
• Modul gigi , m
𝑑𝑑2 40
𝑚𝑚 = = =4
𝑧𝑧2 10
137
• Diameter roda gigi yang direncanakan , d1
𝑑𝑑1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1
= 4 𝑥𝑥 50
= 200 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Perbandingan roda gigi pada poros penggerak dengan roda gigi yang digerakkan, i
𝑧𝑧1 50
𝑖𝑖 = = =5
𝑧𝑧2 10
• Perbandingan putaran , u
𝑛𝑛1 𝑑𝑑1 1 1
𝑢𝑢 = = = = = 0,2
𝑛𝑛2 𝑑𝑑2 𝑖𝑖 5
Perbandingan putaran dengan perbandingan roda gigi di dapatkan u < 1 dan i > 1 ;
sehingga dapat dikatakan bahwa roda gigi tersebut di gunakan untuk reduksi ( u < 1
dan i > 1 ) .
138
• Faktor - faktor untuk menentukan beban lentur yang di izinkan persatuan lebar sisi
F1b ( kg/mm ) , adalah :
# Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi yang diambil menurut kekerasan
(HB) bahan roda gigi dapat di lihat pada tabel 4.4 yaitu : KH = 0,039 kg/mm2
139
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484
Tabel 9.3 Tegangan lentur yang diizinkan 𝜎𝜎𝑎𝑎 pada bahan roda gigi
Kelompok bahan Lambang Kekuatan Kekerasan Tegangan
bahan tarik 𝝈𝝈𝑩𝑩 (Brinell) HB lentur yang
(kg/mm2) diijinkan
𝝈𝝈𝒂𝒂
(kg/mm2)
FC 15 15 140 – 160 7
FC 20 20 160 – 180 9
Besi cor
FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
SC 42 42 140 12
Besi cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
S 25 C 45 123 – 183 21
Baja karbon untuk S 35 C 52 149 – 207 19
konstruksi mesin
S 45 C 58 167 – 229 20
S 15 CK 50 400 (dicelup 21
dingin dalam 26
Baja paduan dengan
minyak) 30
pengerasan kulit
SNC 21 80 600 (dicelup 30
SNC 22 100 dingin dalam air)
SNC 1 75 212 – 255 35 – 40
Baja khrom nikel SNC 2 85 248 – 302 40 – 60
SNC 3 95 269 – 321 40 – 60
Perunggu 18 85 5
Logam delta 35 – 60 - 10 – 20
140
Perunggu fosfor (coran) 19 – 30 80 – 100 5–7
Perunggu nikel (coran) 64 – 90 180 – 260 20 – 30
Damar phenol dll 3–5
2. Rancang suatu roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103
kW pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic 1.8L MT dan direncanakan
menggunakan roda gigi miring.
141
- Jarak sumbu poros , a = 100 mm
- Modul (m) = 3
Karena dasar dalam perencanaan roda gigi yaitu perbandingan kecepatan atau
perbandingan transmisi (i) yaitu perbandingan diameter lingkungan jarak roda gigi
atau jumlah gigi satu dengan jumlah gigi yang kedua.
Penyelesaian
Perhitungan transmisi 1
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 16
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 3,142). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 3,142
𝑧𝑧2 = = = 51
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 3,142). 3
• Diameter kepala , dk
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
142
= 3(16 + 2) = 3(51 + 2)
= 54 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 159 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(16 − 2) = 3(51 − 2)
= 42 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 147 𝑚𝑚𝑚𝑚
Perhitungan transmisi 2
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 23
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,869). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 1,869
𝑧𝑧2 = = = 43
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,869). 3
• Diameter kepala , dk
143
= 3(23 + 2) = 3(43 + 2)
= 75 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 135 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(23 − 2) = 3(43 − 2)
= 63 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 123 𝑚𝑚𝑚𝑚
Perhitungan transmisi 3
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 30
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,235). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 1,235
𝑧𝑧2 = = = 37
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,235). 3
• Diameter kepala , dk
144
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
= 3(30 + 2) = 3(37 + 2)
= 96 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 119 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(30 − 2) = 3(37 − 2)
= 84 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 105 𝑚𝑚𝑚𝑚
Perhitungan transmisi 4
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 33
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 1
𝑧𝑧2 = = = 33
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1). 3
• Diameter kepala , dk
145
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
= 3(33 + 2) = 3(33 + 2)
= 105 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 105 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(33 − 2) = 3(33 − 2)
= 93 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 93 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑡𝑡1 + 𝑑𝑑𝑡𝑡2
𝑎𝑎 =
2
99 + 99
= = 99 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
Perhitungan transmisi 5
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 39
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 0,727). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 0,727
𝑧𝑧2 = = = 28
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 0,727). 3
• Diameter kepala , dk
146
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
= 3(39 + 2) = 3(28 + 2)
= 123 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 90 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(39 − 2) = 3(28 − 2)
= 111 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 78 𝑚𝑚𝑚𝑚
147
9.6 Latihan
2. Rancang suatu roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 100
kW pada putaran 6000 rpm pada mobil dan direncanakan menggunakan roda gigi
miring.
Hal-hal yang direncanakan antara lain :
148