Anda di halaman 1dari 157

RPKPS dan Bahan Ajar

(5305-121-2)

Oleh :
Ahmad Kholil, ST.MT.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


TAHUN 2015
BAB 1
KOPLING PLAT

1.1 Pendahuluan

Kopling merupakan bagian mesin yang digunakan untuk menghubungkan poros


penggerak dengan poros yang digerakkan sehingga poros yang digerakkan akan berputar
atau berhenti tanpa menghentikan poros penggerak. Penggunaan kopling banyak
ditemukan pada mobil atau sepeda motor. Sebagai pertimbangan bahwa mobil berjalan
dan berhenti tanpa harus mematikan enjin, tetapi secara perlahan-lahan kopling
menghubungkan ke poros penggerak untuk meneruskan daya ke transmisi dan berakhir
di roda. Proses penghubungan dan pelepasan dilakukan dengan mekanisme pegas dan
pedal.
Tipe utama dari kolpling terdiri dari dua macam, yaitu kopling positif dan kopling
gesek. Kopling positif digunakan ketika diperlukan gerak positif, contohnya jaw clutch atau
claw clutch. Cara kerja kopling ini akan langsung terhubung ke poros yang digerakkan
dengan beban penuh sehingga untuk beban besar akan akan sulit digerakkan secara
langsung oleh enjin.

Gambar 1.1 kopling jaw

Untuk kopling gesek mekanismenya secara bergesekan antara bagian penggerak dengan
yang digerakkan, sehingga daya akan terhubung atau terlepas secara perlahan-lahan dari
enjin ke transmisi. Mekanisme kopling gesek ini dapat kita lihat pada mobil atau motor.

Kopling gesek terdiri dari:


a. Kopling plat atau piringan (disc or plate clutches) tungal atau banyak.
b. Kopling kerucut (cone clutches)

1
c. Kopling sentrifugal (centrifugal clutches)

Gambar 1.2 Mekanisme kopling plat atau piringan tunggal

1.2 Bahan Kopling

Bahan kopling merupakan bagian penting untuk mekanisme kerja kopling, bahan
permukaan kontak kopling harus memiliki karakteristik berikut,

a. Bahan harus memiliki koefisien gesek tinggi dan seragam.


b. Bahan tidak mudah terpengaruh oleh debu dan minyak.
c. Bahan harus tahan temperatur tinggi.
d. Bahan harus memiliki sifat konduktivitas panas yang tinggi.
e. Bahan harus memilki ketahanan aus dan scoring.

2
Tabel 1.1 Sifat utama bahan yang digunakan untuk permukaan gesek

1.3 Desain Kopling Plat atau Piringan Tunggal

Gambar 1.3 Gaya pada kopling plat

Jika gaya tekan aksial W diberikan menyebabkan permukaan plat bergeskan,


sehingga torsi yang ditransmisikan pada dasarnya adalah gaya gesek yang diakibatkan
tekanan permukaan plat terhadap jari-jari piringan plat.
Untuk mengetahui mekanisme kerja kopling, maka perlu diketahui hal-hal berikut,
W = Gaya aksial,
T = Torsi yang ditransmisikan kopling,
p = Intensitas tekanan aksial permukaan kontak,
r1 = Jari-jari luar permukaan gesek,
r2 = Jari-jari dalam permukaan gesek,
r = Jari-jari permukaan gesek,
µ = Koefisien gesek.

3
Gaya gesek pada kopling,

𝐹𝐹𝑟𝑟 = 𝜇𝜇. 𝑝𝑝 𝑥𝑥 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋

Torsi gesek pada koling,

𝑇𝑇𝑟𝑟 = 𝐹𝐹𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝜇𝜇. 𝑝𝑝 𝑥𝑥 2𝜋𝜋𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑

Untuk menentukan gaya dan torsi kopling, ada dua pertimbangan yang bisa
dilakukan. Pertimbangan pertama dengan menggunakan teori tekanan seragam, dan
pertimbangan kedua bisa juga menggunakan teori keausan seragam. Kedua teori ini akan
akan menghasilkan gaya dan torsi kopling berbeda.

a. Teori tekanan seragam


Ketika tekanan terdistribusi seragam pada permukaan piringan kopling, maka
gaya tekanan pada permukaan plat kopling,

𝑊𝑊
𝑝𝑝 =
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 − (𝑟𝑟2 )2 ]
)2

sehingga torsi gesek total yang bekerja pada permukaan kopling,

𝑟𝑟1 𝑟𝑟
2
𝑟𝑟 3 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 . 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝 � �
𝑟𝑟2 3 𝑟𝑟
2

(𝑟𝑟1 )3 )3
− (𝑟𝑟2
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝 � �
3
Substitusi nilai p, maka
𝑊𝑊 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇 � � � �
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ] 3
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 𝜇𝜇. 𝑊𝑊 � � = 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2

dimana:

4
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
𝑅𝑅 = � �
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
R = jari-jari rata-rata permukaan gesek.

b. Teori keausan seragam.

Gambar 1.4 Teori keausan seragam

Karena intensitas tekanan bervariasi terhadap jari-jari,

𝐶𝐶
𝑝𝑝. 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝 =
𝑟𝑟
dimana C adalah konstanta

Sehingga tekanan maksimum yang bekerja pada permukaan kopling

𝑊𝑊
𝐶𝐶 =
2𝜋𝜋(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 )

Sehingga torsi gesek total yang bekerja pada permukaan kopling,


𝐶𝐶
𝑇𝑇𝑟𝑟 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 2 . 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇 𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝑟𝑟 2 . 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶. 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑟𝑟

𝑟𝑟1 𝑟𝑟
𝑟𝑟 2 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶. 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 � �
𝑟𝑟2 2 𝑟𝑟
2

5
(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 � � = 𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝐶𝐶[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
2
𝑊𝑊 1
= 𝜋𝜋. 𝜇𝜇 𝑥𝑥 [(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ] = 𝑥𝑥 𝜇𝜇. 𝑊𝑊(𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 ) = 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅
2𝜋𝜋(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) 2

Dimana:
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
𝑅𝑅 =
2

R = jari-jari rata-rata permukaan gesek.

Pada umumnya torsi gesek total yang bekerja pada kopling adalah

𝑇𝑇 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅

dimana:
n = jumlah permukaan kontak dari kopling,
= untuk permukaan kopling plat umumnya memiliki dua buah permukaan efektif,
Sehingga jika ada dua permukaan efektif maka n = 2.
R = tergantung kondisi kopling
2 (𝑟𝑟 )3 −(𝑟𝑟 )3
=
3
�(𝑟𝑟1 )2 −(𝑟𝑟2 )2 �
1 2

 tekanan seragam
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
=
2
 keausan seragam

1.4 Kopling Multi-Disc

Pada beberapa kendaraan yang membutuhkan beban tinggi, penggunaan kopling


bisa lebih dari satu. Seperti pada gambar berikut, terdiri dari kopling dalam dan kopling
luar. Kopling-kopling tersebut sebagian terhubung dengan bagian penggerak dan
sebagian lagi terhubung dengan bagian yang digerakkan.

6
Gambar 1.5 Kopling lebih dari satu

Torsi kopling akan berkaitan dengan jumlah kopling, jika


n1 = jumlah kopling pada poros penggerak,
n2 = jumlah kopling pada poros yang digerakkan,

maka jumlah permukaan kontak efektif,


𝑛𝑛 = 𝑛𝑛1 + 𝑛𝑛2 − 1

Torsi gesek total yang bekerja pada kopling adalah


𝑇𝑇 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅

R = tergantung kondisi kopling


2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= � �
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
 tekanan seragam
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
=
2
 keausan seragam

7
1.5 Contoh Soal

1. Tentukan tekanan maksimum, minimum, dan rata-rata kopling plat ketika diberi gaya
aksial 4 kN. Jari-jari dalam permukaan kontak 50 mm dan jari-jari luar 100 mm.
Asumsi keausan seragam.

Penyelesaian,
• Tekanan maksimum
Jika pmax = tekanan maksimum.
Karena nilai tekanan maksimum pada radius dalam r2, sehingga
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
Atau
𝐶𝐶 = 50𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Diketahu bahwa gaya total pada permukaan kontak (W),
4000 = 2𝜋𝜋. 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 50 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (100 − 50) = 15710 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
4000
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = 0,2546 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
15710

• Tekanan minimum
Jika pmin = tekanan minimum.
Karena nilai tekanan minimum pada radius dalam r1, sehingga
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟1 = 𝐶𝐶
Atau
𝐶𝐶 = 100𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Diketahu bahwa gaya total pada permukaan kontak (W),
4000 = 2𝜋𝜋. 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 100 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (100 − 50) = 31420 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
4000
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = 0,1273 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
31420
• Tekanan rata-rata
Tekanan rata-rata adalah

𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘


𝑝𝑝𝑎𝑎𝑎𝑎 =
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑊𝑊
=
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2− (𝑟𝑟2 )2 ]
4000
= = 0,17 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝜋𝜋[(100)2 − (50)2 ]

8
2. Kopling plat tunggal memiliki dua sisi permukaan efektif dipakai untuk
mentransmisikan daya 25 kW pada 3000 rpm. Tentukan diameter dalam dan
diameter luar permukaan gesek jika koefisien gesek 0,255, rasio diameter 1,25 dan
tekanan maksimum tidak lebih dari 0,1 N/mm2. Tentukan juga gaya aksial truss ke
pegas dengan asumsi keausan seragam.

Penyelesaian,

• Diameter dalam dan diameter luar permukaan gesek


d1 dan d2 = diameter luar dan diameter dalam permukaan gesek (mm).
r1 dan r2 = jari-jari luar dan jari-jari dalam permukaan gesek (mm).
Torsi yang ditransmisikan oleh kopling,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 25 𝑥𝑥 103 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 79,6 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 79600 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 3000
Untuk kondisi keausan seragam, 𝑝𝑝 . 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶 ,
Nilai tekanan maksimum pada jari-jari dalam r2.
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
atau 𝐶𝐶 = 0,1 𝑟𝑟2 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚
dan beban normal atau beban aksial yang bekerja pada permukaan kontak adalah
𝑊𝑊 = 2𝜋𝜋. 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 0,1 𝑟𝑟2 (1,25 𝑟𝑟2 − 𝑟𝑟2 )
= 0,157 (𝑟𝑟2 )2
Radius rata-rata permukaan gesek untuk kondisi keausan seragam,
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 1,25 𝑟𝑟2 + 𝑟𝑟2
𝑅𝑅 = = = 1,125 𝑟𝑟2
2 2
Torsi yang ditransmisikan,
79600 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅 = 2 𝑥𝑥 0,255 𝑥𝑥 0,157 (𝑟𝑟2 )2 𝑥𝑥 1,125 𝑟𝑟2 = 0,09 (𝑟𝑟2 )3
79600
(𝑟𝑟2 )3 = = 884 𝑥𝑥 103
0,09
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑟𝑟2 = 96 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑟𝑟1 = 1,25 𝑟𝑟2 = 1,25 𝑥𝑥 96 = 120 𝑚𝑚𝑚𝑚
Diaemeter luar permuakan gesek,

9
𝑑𝑑1 = 2 𝑟𝑟1 = 2 𝑥𝑥 120 = 240 𝑚𝑚𝑚𝑚
Dan diameter dalam permukaan gesek,
𝑑𝑑2 = 2 𝑟𝑟2 = 2 𝑥𝑥 96 = 192 𝑚𝑚𝑚𝑚

Beban aksial truss yang ditumpu oleh pegas,


𝑊𝑊 = 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 0,1 𝑟𝑟2 (1,25𝑟𝑟2 − 𝑟𝑟2 )
= 0,157 (𝑟𝑟2 )2 = 0,157 (96)2 = 1447 𝑁𝑁

3. Kopling plat memiliki plat penggerak tunggal dengan permukaan kontak pada tiap
sisi digunakan untuk mentransmisikan daya 110 kW pada 1250 rpm. Diameter luar
permukaan kontak 300 mm dan koefisien gesek 0,4.
a. Dengan asumsi tekanan seragam 0,17 N/mm2, tentukan diameter dalam
permukaan gesek.
b. Dengan dimensi dan gaya yang sama pada hasil (a). Tentukan torsi
maksimum yang dapat ditransmisikan dan besarnya tekanan ketika kondisi
keausan seragam.

Penyelesaian,
a. diameter dalam permukaan gesek
d2 = diameter dalam permukaan kontak atau permukaan gesek, dan
r2 = jari-jari dalam permukaan kontak atau permukaan gesek.
Daya yang ditransmisikan oleh kopling,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 110 𝑥𝑥 103 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 840 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 840 𝑥𝑥 103 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 1250

Beban aksial trust yang terjadi pada permukaan kontak,


𝑊𝑊 = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑥𝑥 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝑝𝑝 𝑥𝑥 𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
= 0,17 𝑥𝑥 𝜋𝜋[(150)2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
= 0,534[(150)2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
Jari-jari rata-rata permukaan kontak untuk kondisi tekanan seragam,

10
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3 2 (150)3 − (𝑟𝑟2 )3
𝑅𝑅 = � � = � �
3 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 3 (150)2 − (𝑟𝑟2 )2
Torsi yang ditransmisikan oleh kopling,
840 𝑥𝑥 103 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅
Untuk n = 2, maka
2 (150)3 − (𝑟𝑟2 )3
= 2 𝑥𝑥 0,4 𝑥𝑥 0,534 [(150)2 − (𝑟𝑟2 )2 ] 𝑥𝑥 � �
3 (150)2 − (𝑟𝑟2 )2
= 0,285 [(150)3 − (𝑟𝑟2 )3 ]
Atau,
840 𝑥𝑥 103
(150)3 − (𝑟𝑟2 )3 = = 2,95 𝑥𝑥 106
0,285
(𝑟𝑟2 )3 = (150)3 − 2,95 𝑥𝑥 106 = 0,425 𝑥𝑥 106
atau 𝑟𝑟2 = 75 𝑚𝑚𝑚𝑚
dan 𝑑𝑑2 = 2. 𝑟𝑟2 = 2 𝑥𝑥 75 = 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Torsi maksimum yang ditransmisikan.
Beban aksial truss,
𝑊𝑊 = 0,534 [(150)2 − (𝑟𝑟2 )2 ]
𝑊𝑊 = 0,534 [(150)2 − (75)2 ] = 9011 𝑁𝑁
Jari-jari rata-rata permukaan kontak untuk kondisi keausan seragam,
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟1 150 + 75
𝑅𝑅 = = = 112,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 2
Torsi maksimum yang ditransmisikan,

𝑇𝑇 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅 = 2 𝑥𝑥 0,4 𝑥𝑥 9011 𝑥𝑥 112,5 = 811 𝑥𝑥 103 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
= 811 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
• Nilai tekanan maksimum
Untuk kondisi keausan seragam 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶
Karena nilai tekanan maksimum pada jari-jari dalam r2, maka
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
𝐶𝐶 = 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 75 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚
Gaya aksial truss W,
9011 = 2 𝜋𝜋 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 75 (150 − 75) = 35347 𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
9011
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = 0,255 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
35347

11
4. Kopling plat kering tunggal dirancang untuk mentransmisikan daya 7,5 kW pada
900 rpm. Tentukan:
a. Diameter poros,
b. Jari-jari rata-rata dan lebar permukaan gesek dengan asumsi rasio jari-jari
terhadap lebar adalah 4.
c. Radius dalam dan luar kopling plat.
d. Dimensi pegas, dengan asumsi jumlah pegas 6 dan index pegas 6. Teganga
geser yang diijinkan untuk bahan kawat pegas 420 Mpa.

Penyelesaian,
1. Diameter poros
ds = diameter poros
𝜏𝜏1 = tegangan geser bahan poros, diasumsikan 40 N/mm2.
Torsi yang ditransmisikan,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 7500 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 79,6 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 79600 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 900
Nilai torsi pada poros,
𝜋𝜋
𝑇𝑇 = 𝑥𝑥 𝜏𝜏 (𝑑𝑑 )3
16 1 𝑠𝑠
𝜋𝜋
79600 = 𝑥𝑥 40(𝑑𝑑𝑠𝑠 )3 = 7,855 (𝑑𝑑𝑠𝑠 )3
16
79600
(𝑑𝑑𝑠𝑠 )3 = = 10134
7,855
𝑑𝑑𝑠𝑠 = 21,6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 25 𝑚𝑚𝑚𝑚

2. Jari-jari rata-rata dan lebar muka daerah gesekan.


R = jari-jari rata-rata daerah gesekan.
b = lebar muka daerah gesekan = R/4.
Luas area daerah yang bergesekan,
𝐴𝐴 = 2𝜋𝜋 . 𝑅𝑅 . 𝑏𝑏
Gaya normal yang bekerja pada permukaan gesek,
𝑊𝑊 = 𝐴𝐴 𝑥𝑥 𝑝𝑝 = 2𝜋𝜋 . 𝑅𝑅 . 𝑏𝑏 . 𝑝𝑝
Torsi yang ditransmisikan,
𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 . 𝑊𝑊 . 𝑅𝑅 . 𝑛𝑛 = 𝜇𝜇 (2𝜋𝜋 𝑅𝑅𝑅𝑅 . 𝑝𝑝) 𝑅𝑅. 𝑛𝑛
𝑅𝑅 𝜋𝜋
= 𝜇𝜇 �2𝜋𝜋 𝑅𝑅 𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝑝𝑝� 𝑅𝑅. 𝑛𝑛 = 𝑥𝑥 𝜇𝜇. 𝑅𝑅 3 . 𝑝𝑝. 𝑛𝑛
4 2
Asumsi nilai tekanan 0,07 N/mm2 dan koefisien gesek 0,25.
n =2, karena ada dua sisi aktif, maka

12
𝜋𝜋
79600 = 𝑥𝑥 0,25 𝑥𝑥 𝑅𝑅 3 𝑥𝑥 0,07 𝑥𝑥 2 = 0,055𝑅𝑅3
2
79600
𝑅𝑅 3 = = 1,45 𝑥𝑥 106
0,055
𝑅𝑅 114
𝑏𝑏 = = = 28,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
4 4

Atau 𝑅𝑅 = 113,2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 114 𝑚𝑚𝑚𝑚


3. Jari-jari dalam dan jari-jari luar kopling
r1 dan r2 = jari-jari luar dan jari-jari dalam kopling.
Karena lebar permukaan kopling plat adalah selisih jari-jari luar dan dalam, maka
𝑏𝑏 = 𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2
Atau
𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 = 28,5 𝑚𝑚𝑚𝑚 (a)
Untuk kondisi keasusan seragam, jari-jari rata-rata kopling plat,
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
𝑅𝑅 =
2
Atau
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 = 2𝑅𝑅 = 2 𝑥𝑥 114 = 228 𝑚𝑚𝑚𝑚 (b)
Dengan substitusi persamaan a dan b, maka diperoleh
𝑟𝑟1 = 128,25 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑟𝑟2 = 99,75 𝑚𝑚𝑚𝑚
4. Dimensi pegas
D = diameter rata-rata pegas, dan
d = diameter kawat pegas
gaya aksial pada permukaan gesek,
𝑊𝑊 = 2𝜋𝜋 𝑅𝑅. 𝑏𝑏. 𝑝𝑝 = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 114 𝑥𝑥 28,5 𝑥𝑥 0,07 = 1429,2 𝑁𝑁
Untuk kebutuah torsi enjin maksimum, pegas dirancang dengan beban lebih dari 25%.
Beban total pada pegas,
= 1,25 𝑊𝑊 = 1,25 𝑥𝑥 1429,2 = 1786,5 𝑁𝑁
Karena ada 6 pegas, maka beban maksimum tiap pegas,
1786,5
𝑊𝑊𝑠𝑠 = = 297,75 𝑁𝑁
6
Menurut faktor tegangan Wahl’s,
4𝐶𝐶 − 1 0,615 4𝑥𝑥6 − 1 0,615
𝐾𝐾 = + = + = 1,2525
4𝐶𝐶 − 4 𝐶𝐶 4𝑥𝑥6 − 4 6
Tegangan geser maksimum yang terjadi pada kawat,

13
8 𝑊𝑊𝑠𝑠 𝐶𝐶
𝜏𝜏 = 𝐾𝐾 𝑥𝑥
𝜋𝜋 𝑑𝑑2
8 𝑥𝑥 297,75 𝑥𝑥 6 5697
420 = 1,2525 𝑥𝑥 = 2
𝜋𝜋 𝑑𝑑 2 𝑑𝑑
5697
𝑑𝑑2 = = 13,56
420
𝑑𝑑 = 3,68 𝑚𝑚𝑚𝑚
Berdasarkan standar ukuran kawat pegas SWG 8, maka diameter yang dipilih adalah d =
4,064 mm.
Diameter rata-rata pegas,
𝐷𝐷 = 𝐶𝐶. 𝑑𝑑 = 6 𝑥𝑥 4,064 = 24,38 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 24,4 𝑚𝑚𝑚𝑚.
Dengan asumsi pegas memiliki 4 lilitan aktif, n = 4, defleksi pegas, dan G = 84 x 103
N/mm2.
8 𝑊𝑊𝑠𝑠 . 𝐶𝐶 3 . 𝑛𝑛 8 𝑥𝑥 297,75 𝑥𝑥 63 𝑥𝑥 4
𝛿𝛿 = = = 6,03 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐺𝐺. 𝑑𝑑 84 𝑥𝑥 103 𝑥𝑥 4,064
Dengan menganggap pegas jenis “squared and ground ends”, maka jumlah lilitan
𝑛𝑛′ = 𝑛𝑛 + 2 = 4 + 2 = 6
Panjang bebas pegas,
𝐿𝐿𝐹𝐹 = 𝑛𝑛′ . 𝑑𝑑 + 𝛿𝛿 + 0,15 𝛿𝛿
= 6 𝑥𝑥 4,064 + 6,03 + 0,15 𝑥𝑥 6,03 = 31,32 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐿𝐿𝐹𝐹 31,32
Pitch dari tiap lilitan = = = 6,264 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑛𝑛 ′ −1 6−1

5. Kopling multi-disc memiliki tiga piringan pada poros penggerak dan dua pada
poros yang digerakkan. Diameter dalam permukaan kontak 120 mm. Tekanan
maksimum antara permukaan kontak dibatasi 0,1 N/mm2. Rancanglah kopling
untuk daya 25 kW pada 1575 rpm dengan asumsi keausan seragam dan koefisien
gesek 0,3.

Penyelesaian,
r1 = jari-jari rata-rata permukaan kontak
torsi yang ditransmisikan,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60 25000 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = = = 151,6 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 151600 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 1575
Untuk kondisi keausan seragam, 𝑝𝑝. 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶
Nilai tekanan maksimum pada jari-jari dalam,
𝑝𝑝𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶
𝐶𝐶 = 0,1 𝑥𝑥 60 = 6 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚

14
Gaya aksial pada permukaan gesek,
𝑊𝑊 = 2𝜋𝜋𝜋𝜋(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 6 (𝑟𝑟1 − 60) = 37,7 (𝑟𝑟1 − 60)
Untuk kondisi keausan seragam, jari-jari rata-rata pada permukaan kontak,

𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 𝑟𝑟1 + 60


𝑅𝑅 = = = 0,5 𝑟𝑟1 + 30
2 2
Jumlah permukaan kontak,
𝑛𝑛 = 𝑛𝑛1 + 𝑛𝑛2 − 1 = 3 + 2 − 1 = 4
Torsi yang ditransmisikan,
151600 = 𝑛𝑛. 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅 = 4 𝑥𝑥 0,3 𝑥𝑥 37,7 (𝑟𝑟1 − 60)(0,5 𝑟𝑟1 + 30)
= 22,62 (𝑟𝑟1 )2 − 81432
151600 + 81342
(𝑟𝑟1 )2 = = 10302
22,62
𝑟𝑟1 = 101,5 𝑚𝑚𝑚𝑚

15
1.6 Latihan

1. Kopling piringan plat tunggal dengan dua sisi efektif yang digunakan
mentransmisikan daya 10 kW pada 900 rpm. Tekanan aksial dibatasi 0,085
N/mm2. Jika diameter luar 1,25 kali diameter dalam kopling, tentukan dimensi
kopling dan gaya aksial yang diberikan pegas. Asumsi kondisi keusan seragam
dan koefisien gesek 0,3.

2. Suatu kopling multi-disc dengan dua sisi efektif digunakan untuk mentransmisikan
daya 25 kW pada 1600 rpm. Diameter luar kopling dibatasi 300 mm dan intensitas
tekanan piringan tidak lebih dari 0,07 N/mm2. Asumsi kondisi keausan seragam
dan koefisien gesek 0,3, tentukan diameter dalam piringan dan gaya aksial untuk
melepas kopling.

3. Suatu kopling multi-disc memiliki tiga piringan pada poros penggerak dan dua
pada poros yang digerakkan, sehingga memiliki empat permukaan kontak.
Diameter luar permukaan kontak 250 mm dan diameter dalaam 150 mm.
Tentukan intensitas tekanan maksimum antar plat jika digunakan untuk
mentransmisikan daya 18,75 kW pada 500 rpm. Asumsi kondisi keausan seragam
dan koefisien gesek 0,3.

4. Suatu kopling plat menggunakan 3 plat baja dan 2 plat perunggu dengan diameter
luar 300 mm dan diameter dalam 200 mm. Jika koefisien gesek 0,22 dan tekanan
normal 0,13 N/mm2,
a. tentukan gaya aksial dan daya yang ditransmisikan pada 750 rpm.
b. tentukan tekanan normal kopling jika mentransmisikan daya 22 kW pada 1500
rpm.

5. Suatu kopling multi-disc memiliki lebar radial dari bahan gesek 1/5 radius
maksimum. Koefisien gesek 0,25. Tentukan jumlah piringan yang digunakan untuk
mentransmisikan daya 60 kW pada 3000 rpm. Diameter maksimum kopling 250
mm dan gaya aksial dibatasi sampai 600 N. Tentukan juga rata-rata tekanan tiap
permukaan kontak.

16
BAB II
KOPLING KERUCUT

2.1 Pendahuluan

Kopling kerucut sudah lama digunakan pada kendaraan, tetapi seiring dengan
waktu pemakaiannya sudah digantikan dengan kopling plat. Pada kopling ini hanya satu
permukaan gesek yang aktif. Karena bentuknya yang kerucut sehingga hanya satu sisi
permukaan miring yang menjadi permukaan gesek.

Gambar 2.1 Kopling kerucut

2.2 Desain Kopling Kerucut

Gambar 2.2 Permukaan gesek kopling kerucut

17
Seperti terlihat pada gambar 2.2, permukaan gesek kopling tidak searah dengan
gaya tekan aksial. Tekanan normal permukaan gesek membentuk sudut dikarenakan
kemiringan permukaan akibat geometri kerucut. Untuk itu dalam analisa dan perancangan
maka pertimbangan berikut menjadi penting untuk memahami konstruksi geometri.

pn = intensitas tekanan dengan permukaan gesek kerucut.


r1 = jari-jari luar permukaan gesek
r2 = jari-jari dalam permukaan gesek
𝑟𝑟1 +𝑟𝑟2
R = jari-jari rata-rata permukaan gesek = 2

𝛼𝛼 = sudut setengah kerucut (disebut juga sudut muka kerucut)


µ = koefisien gesek permukaan kontak
b = lebar permukaan gesek

seperti pada geometri, luas permukaan kontak kerucut,

seperti pada geometri, luas permukaan kontak kerucut,

𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 = 2𝜋𝜋 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼

pada kopling kerucut berlaku dua kondisi, yaitu kondisi tekanan seragam dan kondisi
keausan seragam.

a. Teori tekanan seragam


Gaya tekan aksial kopling atau gaya tekan pegas pada kopling

𝑟𝑟1 𝑟𝑟
𝑟𝑟 2 1 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
𝑊𝑊 = � 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝑝𝑝𝑛𝑛 � � = 2𝜋𝜋. 𝑝𝑝𝑛𝑛 � �
𝑟𝑟2 2 𝑟𝑟 2
2

= 𝜋𝜋𝑝𝑝𝑛𝑛 [(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ]

Sehingga tekanan normal,

𝑊𝑊
𝑝𝑝𝑛𝑛 =
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 − (𝑟𝑟2 )2 ]
)2

18
Gaya gesek pada permukaan kerucut,

𝐹𝐹𝑟𝑟 = 𝜇𝜇. 𝛿𝛿𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 𝑥𝑥 2𝜋𝜋𝜋𝜋. 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼

Torsi gesek pada permukaan kerucut,

𝑇𝑇𝑟𝑟 = 𝐹𝐹𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 𝑥𝑥 2𝜋𝜋𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 𝑟𝑟


= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼. 𝑟𝑟 2 . 𝑑𝑑𝑑𝑑

Sehingga torsi gesek total kopling,

𝑟𝑟1 𝑟𝑟
2
𝑟𝑟 3 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼. 𝑟𝑟 . 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
𝑟𝑟2 3 𝑟𝑟
2

(𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
3

Dengan substitusi tekanan normal, torsi gesek total menjadi

𝑊𝑊 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇 𝑥𝑥 . 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ] 3
2 (𝑟𝑟1 )3 − (𝑟𝑟2 )3
= 𝑥𝑥 𝜇𝜇. 𝑊𝑊 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
3 [(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2 ]

b. Teori keausan seragam


Pada keausan seragam, intensitas tekanan normal berbeda setiap perubahan jari-
jari.

𝐶𝐶
𝑝𝑝𝑟𝑟 . 𝑟𝑟 = 𝐶𝐶 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑟𝑟 =
𝑟𝑟

gaya normal pada permukaan kerucut

𝛿𝛿𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑥𝑥 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟


= 𝑝𝑝𝑟𝑟 𝑥𝑥 2𝜋𝜋𝜋𝜋. 𝑑𝑑𝑑𝑑. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼

19
sedangkan gaya aksial pada kerucut

𝛿𝛿𝛿𝛿 = 𝛿𝛿𝑊𝑊𝑛𝑛 𝑥𝑥 sin 𝛼𝛼 = 𝑝𝑝𝑟𝑟 𝑥𝑥 2𝜋𝜋 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 sin 𝛼𝛼


= 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑟𝑟 . 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝐶𝐶
2𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑥𝑥 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝐶𝐶. 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑟𝑟

Gaya aksial total kerucut,

𝑟𝑟1
𝑟𝑟
𝑊𝑊 = � 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 [𝑟𝑟]𝑟𝑟12 = 2𝜋𝜋 𝐶𝐶 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 )
𝑟𝑟2

sehingga tekanan maksimum,

𝑊𝑊
𝐶𝐶 =
2𝜋𝜋 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 )

Gaya gesek tangensial pada kerucut,

𝐹𝐹𝑟𝑟 = 𝜇𝜇. 𝛿𝛿𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝜇𝜇 𝑝𝑝𝑟𝑟 𝑥𝑥 2𝜋𝜋 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼

Torsi gesek pada kerucut,

𝑇𝑇𝑟𝑟 = 𝐹𝐹𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑟𝑟 𝑥𝑥 2𝜋𝜋 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 𝑟𝑟


𝐶𝐶
= 𝜇𝜇 𝑥𝑥 𝑥𝑥 2𝜋𝜋 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑟𝑟

Torsi gesek total kopling

𝑟𝑟1 𝑟𝑟
𝑟𝑟 2 1
𝑇𝑇 = � 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 𝑥𝑥 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
𝑟𝑟2 2 𝑟𝑟
2

(𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
= 2𝜋𝜋 𝜇𝜇. 𝐶𝐶 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
2

Substitusi tekanan maksimum C,

20
𝑊𝑊 (𝑟𝑟1 )2 − (𝑟𝑟2 )2
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋 𝜇𝜇 𝑥𝑥 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � �
2𝜋𝜋 (𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) 2
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
= 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 � � = 𝜇𝜇. 𝑊𝑊. 𝑅𝑅. 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼
2

dimana
𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2
𝑅𝑅 =
2

R = jari-jari rata-rata permukaan gesek

Karena gaya normal yang bekerja pada permukaan gesek

𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝑊𝑊 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼

Sehingga torsi gesek total

𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 𝑊𝑊𝑛𝑛 𝑅𝑅

Gambar 2.3 Gaya pada permukaan gesek

21
Pada geometri gambar 2.3 terlihat hubungan,

𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 = 𝑏𝑏 sin 𝛼𝛼 dan


𝑟𝑟1 +𝑟𝑟2
𝑅𝑅 = atau 𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 = 2𝑅𝑅
2

Tekanan normal yang bekerja pada permukaan gesek

𝑊𝑊 𝑊𝑊 𝑊𝑊
𝑝𝑝𝑛𝑛 = = =
𝜋𝜋[(𝑟𝑟1 )2 2
− (𝑟𝑟2 ) ] 𝜋𝜋(𝑟𝑟1 + 𝑟𝑟2 )(𝑟𝑟1 − 𝑟𝑟2 ) 2𝜋𝜋. 𝑅𝑅. 𝑏𝑏. sin 𝛼𝛼

atau

𝑊𝑊 = 𝑝𝑝𝑛𝑛 𝑥𝑥 2𝜋𝜋. 𝑅𝑅. 𝑏𝑏. sin 𝛼𝛼 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 sin 𝛼𝛼

dimana

𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔


= 𝑝𝑝𝑛𝑛 𝑥𝑥 2𝜋𝜋. 𝑅𝑅. 𝑏𝑏

Sehingga torsi gesek total menjadi,

𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 (𝑝𝑝𝑛𝑛 𝑥𝑥 2𝜋𝜋. 𝑅𝑅. 𝑏𝑏 sin 𝛼𝛼) 𝑅𝑅 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 = 2𝜋𝜋𝜋𝜋 . 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑅𝑅 2 . 𝑏𝑏

Untuk pertimbangan lain, didalam perancangan kopling kerucut. Gaya efektif pegas
yang diperlukan untuk melepas kopling,

𝑊𝑊𝑒𝑒 = 𝑊𝑊 + 𝜇𝜇. 𝑊𝑊𝑛𝑛 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 . sin 𝛼𝛼 + 𝜇𝜇. 𝑊𝑊𝑛𝑛 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼


= 𝑊𝑊𝑛𝑛 (sin 𝛼𝛼 + 𝜇𝜇 cos 𝛼𝛼)

Berdasarkan pengujian eksperimental, gaya tambahan hanya 25 % gaya efektif,

𝑊𝑊𝑒𝑒 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 sin 𝛼𝛼 + 0,25 𝜇𝜇 𝑊𝑊𝑛𝑛 cos 𝛼𝛼 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 (sin 𝛼𝛼 + 0,25 𝜇𝜇 cos 𝛼𝛼)

22
2.3 Contoh Soal

1. Permukaan kontak kopling kerucut memiliki diameter efektif 80 mm. sudut


setengah kerucut 150 dan koefisien gesek 0,3. Tentukan torsi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kopling slip jika gaya aksial yang diberikan 200 N. Kopling
digunakan untuk menghubungkan motor listrik yang berputar 900 rpm dengan
flywheel yang awalnya diam. Flywheel memiliki massa 14 kg dan jari-jari girasi 160
mm. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk flywheel berputar penuh dan tentukan
juga energi yang hilang akibat kopling slip.

Penyelesaian,
• Torsi yang dibutuhkan untuk menghasilkan gesekan kopling
Torsi yang dibutuhkan untuk menghasilkan gesekan kopling,
𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝛼𝛼 = 0,3 𝑥𝑥 200 𝑥𝑥 40 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 150 = 9273 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚.
= 9,27 𝑁𝑁. 𝑚𝑚.
• Waktu yang dibutuhkan untuk flywheel dengan kecepatan penuh,
t = waktu yang dibutuhkan untuk flywheel dengan kecepatan penuh dari posisi
stasioner.
𝛼𝛼 = pecepatan sudut flywheel.
𝐼𝐼 = 𝑚𝑚. 𝑘𝑘 2 = 14 (0,16)2 = 0,3584 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚2

Torsi adalah,
𝑇𝑇 = 𝐼𝐼 𝑥𝑥 𝛼𝛼
9,27 = 0,3584 𝛼𝛼
9,27
𝛼𝛼 = = 25,87 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠 2
0,3584
Dan kecepatan sudut,
𝜔𝜔 = 𝜔𝜔0 + 𝛼𝛼. 𝑡𝑡
94,26 = 0 + 25,87 𝑥𝑥 𝑡𝑡 = 25,87 𝑡𝑡
94,26
𝑡𝑡 = = 3,64
25,87
• Energi yang hilang pada gesekan kopling,
Perpindahan sudut,
𝜔𝜔0 + 𝜔𝜔
𝜃𝜃 = 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤 = 𝑥𝑥 𝑡𝑡
2

23
0 + 94,26
= 𝑥𝑥 3,64 = 171,6 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
2
Energi yang hilang pada gesekan kopling,
= 𝑇𝑇 . 𝜃𝜃 = 9,27 𝑥𝑥 171,6 = 1591 𝑁𝑁. 𝑚𝑚

2. Suatu enjin menghasilkan daya 45 kW pada 1000 rpm dihubungkan dengan


kopling kerucut yang menggerakkan flywheel. Kerucut memiliki sudut muka 12,50
dan diameter rata-rata maksimum 500 mm. Koefisien gesek 0,2. Tekanan normal
pada permukaan kerucut tidak lebih dari 0,1 N/mm2. Tentukan:
a. Lebar permukaan kopling
b. Gaya pegas aksial untuk melepas kopling.

Penyelesaian,
a. Lebar permukaan kopling,
b = lebar permukaan kopling.
Torsi yang terjadi pada kopling,
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 =
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁
45000 𝑥𝑥 60
= = 430 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 430 𝑥𝑥 103 . 𝑚𝑚𝑚𝑚.
2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 1000
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑅𝑅 2 . 𝑏𝑏
430000 = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 0,2 𝑥𝑥 0,1 (250)2 𝑏𝑏 = 7855 𝑏𝑏
430000
𝑏𝑏 = 54,7 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 55 𝑚𝑚𝑚𝑚
7855

b. Gaya pegas aksial untuk melepas kopling,

Gaya normal yang bekerja pada permukaan kontak,


𝑊𝑊𝑛𝑛 = 𝑝𝑝𝑛𝑛 𝑥𝑥 2𝜋𝜋 𝑅𝑅. 𝑏𝑏
= 0,1 𝑥𝑥 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 250 𝑥𝑥 55 = 8640 𝑁𝑁

24
Gaya pegas aksial untuk melepas kopling,
𝑊𝑊𝑒𝑒 = 𝑊𝑊𝑛𝑛 (sin 𝛼𝛼 + 0,25 𝜇𝜇 cos 𝛼𝛼)
= 8640 (sin 12,50 + 0,25 𝑥𝑥 0,2 cos 12,50 ) = 2290 𝑁𝑁

3. Tentukan dimensi utama kopling kerucut dengan permukaan berbahan kulit yang
digunakan untuk daya 30 kW pada 750 rpm dari motor listrik ke kompressor.
Sketlah bagian-bagian utama kopling kerucut tersebut, jika sudut setengah kerucut
12,50, koefisien gesek 0,2, diameter rata-rata kerucut 6-10d, dimana d adalah
diameter poros, tekanan normal antara kulit dan baja 0,075-0,1 N/mm2, faktor
beban 1,75 dan perbandingan diameter rata-rata terhadap lebar adalah 6.

Penyelesaian,
Pertama-tama tentukan diameter poros.
Torsi yang ditransmisikan oleh poros adalah
𝑃𝑃 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 = 𝑥𝑥 𝐾𝐾𝐿𝐿
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁
30000 𝑥𝑥 60
= 𝑥𝑥 1,75 = 668,4 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 668,4 𝑥𝑥 103 . 𝑚𝑚𝑚𝑚.
2 𝜋𝜋 𝑥𝑥 750
𝜋𝜋
𝑇𝑇 = 𝑥𝑥 𝜏𝜏 𝑥𝑥 𝑑𝑑 3
16
𝜋𝜋
668,4 𝑥𝑥 103 = 𝑥𝑥 42 𝑥𝑥 𝑑𝑑 3 = 8,25 𝑑𝑑3
16
668,4 𝑥𝑥 103
𝑑𝑑3 = = 81 𝑥𝑥 103
8,25
𝑑𝑑 = 43,3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ 50 𝑚𝑚𝑚𝑚

Tekanan normal yang diijinkan (pn) untuk bahan kulit dan besi cor adalah 0,075
sampai 0,1 N/mm2.
Torsi yang dikembangkan oleh kopling,
𝑇𝑇 = 2𝜋𝜋. 𝜇𝜇. 𝑝𝑝𝑛𝑛 . 𝑅𝑅 2 . 𝑏𝑏

25
𝐷𝐷 2𝑅𝑅 𝑅𝑅 𝑅𝑅
= 6 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 6 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = 3 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏 =
𝑏𝑏 𝑏𝑏 𝑏𝑏 3
𝑅𝑅
668,4 𝑥𝑥 103 = 2𝜋𝜋 𝑥𝑥 0,2 𝑥𝑥 0,1 𝑥𝑥 𝑅𝑅 2 𝑥𝑥 = 0,042 𝑅𝑅 3
3
668400
𝑅𝑅 3 = = 15,9 𝑥𝑥 106
0,042
𝑅𝑅 = 250 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐷𝐷 = 2𝑅𝑅 = 2 𝑥𝑥 250 = 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
Karena dalam perhitungan ini diameter rata-rata kopling (D) adalah sama dengan 10d dan
nilai yang diberikan adalah 6 sampai 10d, maka hitungan D ini aman.
𝐷𝐷 500
𝑏𝑏 = = = 83,3 𝑚𝑚𝑚𝑚
6 6
Berdasarkan gambar, jari-jari luar kopling,
𝑏𝑏
𝑟𝑟1 = 𝑅𝑅 + sin 𝛼𝛼
2
83,3
= 250 + sin 12,50 = 259 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
dan jari-jari dalam,
𝑏𝑏
𝑟𝑟2 = 𝑅𝑅 − sin 𝛼𝛼
2
83,3
= 250 − sin 12,50 = 241 𝑚𝑚𝑚𝑚
2

26
2.4 Latihan

1. Suatu enjin menghasilkan 22 kW pada 1000 rpm yang dihubungkan dengan


kopling kerucut dengan diameter rata-rata 300 mm. Kerucut memiliki sudut
permukaan 120. Jika tekanan normal pada permukaan kopling tidak lebih dari
0,07 N/mm2 dan koefisien gesek 0,2, tentukan:
a. lebar permukaan kopling.
b. gaya aksial pegas untuk melepas kopling.

2. Kopling kerucut dirancang untuk mentransmisikan daaya 7,5 kW pada 900 rpm.
Kopling memiliki sudut permukaan 120. Lebar permukaan setengah dari jari-jari
rata-rata dan tekanan normal antara permukaan kontak tidak lebih dari 0,09
N/mm2. Asumsi keausan seragam dan koefisien gesek 0,2. Tentukan dimensi
kopling dan gaya aksial yang dibutuhkan untuk melepas kopling.
3. Kopling kerucut memiliki sudut muka 100, diameter rata-rata 300 mm dan lebar
muka 100 mm. Jika koefisien gesek 0,2 dan memiliki tekanan rata-rata 0,07
N/mm2 untuk kecepatan 500 rpm. Tentukan:
a. Gaya yang diperlukan untuk melepas kopling.
b. Daya yang ditransmisikan jika asusmsi keausan seragam.

4. Kopling kerucut dipasang pada poros yang meneruskan daya dan putaran 225
rpm. Diameter kecil kerucut 230 mm, lebar muka kerucut 50 mm dan sudut muka
kerucut 150 dengan horisontal. Tentukan gaya aksial yang diperlukan untuk
meneruskan daya 4,5 kW jika koefisien gesek 0,25. Tentukan tekanan maksimum
permukaan kontak jika asumsi keausan seragam.

5. Suatu kopling kerucut meneruskan torsi 200 N-m pada 1250 rpm. Diameter besar
kopling 350 mm. Sudut muka kerucut 7,50 dan lebar muka 65 mm. Jika koefisien
gesek 0,2, tentukan:
a. Gaya aksial untuk meneruskan daya.
b. Gaya aksial untuk melepas kopling.
c. Tekanan normal rata-rata permukaan kontak ketika torsi maksimum
diteruskan.
d. Tekanan normal maksimum jika asumsi keausan seragam.

27
BAB III
KOPLING SENTRIFUGAL

3.1 Pendahuluan

Kopling sentrifugal biasanya dimasukkan dalam puli motor. Terdiri dari sejumlah
sepatu di dalam tromol puli sepert pada gambar. Permukaan luar sepatu yang ditutupi
dengan bahan gesek. Sepatu ini dapat bergerak secara radial pada spider. Poros
penggerak memutar spider menyebabkan sepatu kopling yang bermassa menghasilkan
gaya sentrifugal menarik pegas. Karena sepatu kopling meregang menyebabkan bagian
permukaan sepatu menggesek tromol sehingga keduanya ikut berputar bersama
memutar poros penerus. Begitu juga pada sebaliknya, ketika putaran melambat maka
gaya sentrifugal berkurang menyebabkan gaya pegas makin kuat menarik sepatu kepusat
poros, sehingga menyebabkan cengkraman kopling berkurang dan tromol terlepas dari
gesekan dengan permukaan sepatu kopling.

Gambar 3.1 Kopling sentrifugal

3. 2 Desain Kopling Sentrifugal

Pada desain kopling sentrifugal diperlukan prosedur untuk menentukan berat


sepatu, ukuran sepatu, dan dimensi pegas. Prosedur berikut dapat diikuti untuk
mendesain sebuah kopling sentrifugal.

28
a. Massa sepatu
Satu sepatu kopling sentrifugal seperti pada gambar,

Gambar 3.2 Gaya pada sepatu kopling sentrifugal

m = massa dari tiap sepatu kopling.


n = jumlah sepatu kopling.
r = jarak dari pusat gravitasi sepatu ke pusat spider
(apabila kelonggaran antara permukaan sepatu dengan tromol c, maka
jarak pusat massa ke pusat spider menjadi r1 = r + c).
R = jari-jari dalam tromol puli.
ω = kecepatan operasi puli (rad/s).
2 𝜋𝜋 𝑁𝑁
=
60

ω1 = kecepatan sudut dimana sepatu mulai bergesekan.


µ = koefisien gesek.

Gaya sentrifugal yang bekerja tiap sepatu pada kondisi kecepatan operasi,

𝑃𝑃𝑐𝑐 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟

Karena sepatu mulai akan bergesekan pada ¾ kecepatan operasi, maka gaya tarik
pegas terhadap sepatu adalah

3 2 9
𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚 (𝜔𝜔1 )2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚 � 𝜔𝜔� . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟
4 16

29
Selisih dari gaya sentrifugal dengan gaya pegas merupakan gaya tekan sepatu
terhadap tromol yang saling bergesekan,

9 7
= 𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟 − 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟
16 16

Gaya gesek yang bekerja pada tiap sepatu akibat tangensial adalah,

𝐹𝐹 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 )

Torsi gesek pada tiap sepatu,

= 𝐹𝐹 𝑥𝑥 𝑅𝑅 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 ) 𝑅𝑅

Sehingga torsi gesek atau torsi kopling yang ditransmisikan

𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 ) 𝑅𝑅 𝑥𝑥 𝑛𝑛 = 𝑛𝑛. 𝐹𝐹. 𝑅𝑅

b. Ukuran sepatu

l = panjang kontak sepatu,


b = lebar sepatu,
R = jari-jari kontak sepatu atau sama dengan jari-jari dalam tromol puli.
θ = sudut panjang sepatu terhadap pusat spider.
p = intensitas tekanaan sepatu (sekitar 0,1 N/mm2)

𝑙𝑙 𝜋𝜋
untuk 𝜃𝜃 = 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑙𝑙 = 𝜃𝜃. 𝑅𝑅 = 𝑅𝑅
𝑅𝑅 3

Luas kontak sepatu,

= 𝑙𝑙 . 𝑏𝑏

Gaya sepatu menekan tromol,

= 𝐴𝐴 𝑥𝑥 𝑝𝑝 = 𝑙𝑙. 𝑏𝑏. 𝑝𝑝

30
Karena gaya tekan sepatu sama dengan selisih antara gaya sentrifugal dengan gaya
pegas,

𝑙𝑙. 𝑏𝑏. 𝑝𝑝 = 𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠

dari persamaan diatas maka lebar sepatu (b) dapat diperoleh.

c. Dimensi pegas
Gaya pada pegas berasal dari persamaan berikut,
9
𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑥𝑥𝑥𝑥. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟
16

31
3.3 Contoh Soal

1. Kopling sentrifugal dirancang untuk meneruskan daya 15 kW pada 900 rpm.


Sepatu kopling berjumlah empat. Kecepatan pada saat sepatu menempel adalah
¾ kecepatan operasi. Jari-jari dalam tromol puli 150 mm. Permukaan sepatu
berbahan ferrodo dengan koefisien gesek 0,25. Tentukan:
a. Massa sepatu kopling,
b. Dimensi sepatu
c. Gaya pegas

Penyelesaian,
a. Massa sepatu
Kecepatan sudut pada putaran operasi,

2𝜋𝜋𝜋𝜋
𝜔𝜔 =
60
2𝜋𝜋 𝑥𝑥 900
= = 94,26 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠
60

karena kecepatan pada saat sepatu mulai menempel adalah ¾ dari kecepatan
operasi maka,

3 3
𝜔𝜔1 = 𝜔𝜔 = 𝑥𝑥 94,26 = 70,7 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠
4 4

dengan asumsi jarak dari pusat massa sepatu ke pusat spider 120 mm (30 mm
kurang dari R).

𝑟𝑟 = 120 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,12 𝑚𝑚

Gaya sentrifugal setiap sepatu,

𝑃𝑃𝑐𝑐 = 𝑚𝑚. 𝜔𝜔2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚 (94,26)2 𝑥𝑥 0,12 = 1066𝑚𝑚 𝑁𝑁

Gaya tarik pegas terhadap sepatu,

32
𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚. (𝜔𝜔1 )2 . 𝑟𝑟 = 𝑚𝑚 (70,7)2 𝑥𝑥 0,12 = 600𝑚𝑚 𝑁𝑁

Torsi yang diteruskan pada putaran operasi,

𝑃𝑃 𝑥𝑥 60
𝑇𝑇 =
2𝜋𝜋 𝑁𝑁
15000 𝑥𝑥 60
= = 159 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
2𝜋𝜋 𝑥𝑥 900

Torsi yang diteruskan sama dengan torsi kopling,

𝑇𝑇 = 𝜇𝜇 (𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 ) 𝑅𝑅 𝑥𝑥 𝑛𝑛
159 = 0,25 (1066𝑚𝑚 − 600𝑚𝑚) 0,15 𝑥𝑥 4 = 70𝑚𝑚
159
𝑚𝑚 = = 2,27 𝑘𝑘𝑘𝑘
70

b. Dimensi sepatu
Karena ada empat sepatu, anggap bahwa tiap sepatu memilki sudut θ = 600.
Penjang sepatu kopling,

𝜋𝜋
𝑙𝑙 = 𝜃𝜃. 𝑅𝑅 = 𝑥𝑥 150 = 157 𝑚𝑚𝑚𝑚
3

Luas kontak permukaan sepatu,

𝐴𝐴 = 𝑙𝑙. 𝑏𝑏 = 157𝑏𝑏 𝑚𝑚𝑚𝑚2

dengan asumsi tekanan pada permukaan bahan sepatu 0,1 N/mm2, maka gaya
tekan sepatu terhadap tromol puli,

= 𝐴𝐴. 𝑝𝑝 = 157𝑏𝑏 𝑥𝑥 0,1 = 15,7𝑏𝑏 𝑁𝑁

Gaya tekan sepatu terhadap tromol puli sama dengan selisih gaya sentrifugal

= 𝑃𝑃𝑐𝑐 − 𝑃𝑃𝑠𝑠 = 1066𝑚𝑚 − 600𝑚𝑚 = 466𝑚𝑚


= 466 𝑥𝑥 2,27 = 1058 𝑁𝑁

33
sehingga gaya tekan sepatu dapat diperoleh dari substitusi persamaan diatas

1058
𝑏𝑏 = = 67,4 𝑚𝑚𝑚𝑚
15,7

c. Gaya pegas
Gaya tiap pegas sepatu kopling,

𝑃𝑃𝑠𝑠 = 𝑚𝑚 (𝜔𝜔1 )2 𝑟𝑟 = 2,27. (70,7)2 . 0,12 = 1380 𝑁𝑁

34
3.4 Latihan

1. Kopling gesek sentrifugal memiliki empat sepatu yang bergesekan dengan tromol.
Tentukan massa, ukuran sepatu dan gaya pegas jika daya yang diteruskan 22,5
kW pada 750 rpm dengan putaran saat bergesekan 75% dari putaran operasi.
Diameter dalam drum tromol 300 mm, jarak dari pusat massa ke pusat spider 125
mm dan koefisien gesek 0,25.

2. Suatu kopling gesek sentrifugal memiliki empat sepatu yang bergesekan dengan
tromol. Tentukan massa, ukuran sepatu dan kekakuan pegas jika daya yang
diteruskan 30 kW pada 1000 rpm dengan kecepatan saat bergesekan 70% dari
kecepatan operasi. Diameter dalam drum tromol 320 mm, jarak dari pusat massa
ke pusat spider 135 mm, koefisien gesek 0,25.

3. Tentukan massa, ukuran sepatu dan kekakuan pegas suatu kopling gesek
sentrifugal memiliki tiga sepatu yang bergesekan dengan tromol. jika daya yang
diteruskan 25 kW pada 900 rpm dengan kecepatan saat bergesekan 70% dari
kecepatan operasi. Diameter dalam drum tromol 300 mm, jarak dari pusat massa
ke pusat spider 120 mm, dan koefisien gesek 0,2.

35
BAB IV
REM SEPATU LUAR (REM BLOK)

4.1 Pendahuluan

Rem merupakan komponen vital pada mekanisme atau sistem gerak, seperti
mobil, sepeda, kereta api, kapal, pesawat, lift, crane, dll. Rem biasanya berfungsi untuk
menghentikan atau mengurangi kecepatan sehingga energi kinetik dirubah menjadi energi
panas oleh bagian yang bergesekan dari rem.
Kapasitas pengereman tergantung pada faktor berikut:
a. Tekanan antara permukaan rem.
b. Koefisien gesek antara permukaan rem.
c. Kecepatan sudut tromol rem.
d. Luas proyeksi permukaan rem.
e. Kemampuan rem untuk membuang panas ekivalen dengan energi yang diserap.

4.2 Energi yang Diserap Rem

Energi yang diserap rem tergantung tipe pergerakan bodi yang bergerak. Gerak
bodi bisa berupa translasi murni atau rotasi murni atau bisa juga kombinasi keduannya
antara translasi dan rotasi. Energi untuk gerak disebut dengan energi kinetik.
a. Ketika gerak bodi translasi murni,
Ketika massa m bergerak dengan kecepatan v1, kemudian kecepatan berkurang
menjadi v2. Maka perubahan energi kinetik dari perubahan kecepatan bodi.

1
𝐸𝐸1 = 𝑚𝑚 [(𝑣𝑣1 )2 − (𝑣𝑣2 )2 ]
2

Ketika bodi yang semula bergerak v1 kemudian berhenti v2 = 0, maka perubahan


energi kinetik.

1
𝐸𝐸1 = 𝑚𝑚 (𝑣𝑣1 )2
2

36
b. Ketika gerak bodi rotasi murni,
Sutu bodi dengan momen inersia I berotasi pada sumbu axis dengan kecepatan
sudut ω1 kemudian berkurang kecepatannya menjadi ω2 setelah dilakukan
pengereman. Perubahan energi kinetik dari bodi yang berotasi adalah

1
𝐸𝐸2 = 𝐼𝐼 [(𝜔𝜔1 )2 − (𝜔𝜔2 )2 ]
2

Energi kinetik akan diserap oleh rem.


Jika setelah direm bodi berhenti berputar ω2 = 0, maka perubahan energi kinetik,

1
𝐸𝐸2 = 𝐼𝐼 (𝜔𝜔1 )2
2

c. Ketika gerak bodi kombinasi translasi dan rotasi.


Suatu bodi memilki gerak linier dan gerak rotasi, sepeti pada roda penggerak
lokomotif dan roda penggerak mobil. Pada kasus ini energi kinetik total adalah
penjumlahan dari energi kinetik tranlasi dan rotasi.
Energi keseluruhan yang diserap oleh rem adalah,

𝐸𝐸 = 𝐸𝐸1 + 𝐸𝐸2

Kadang-kadang energi yang diserap oleh rem berupa energi potensial akibat
perubahan elevasi dari h1 ke h2, seperti pada hoisting crane, elevator, lift, dll.
Perubahan energi potensial adalah

Jika v1 dan v2 merupaka kecepatan massa sebelum dan sesudah direm, maka
perubahan energi potensial,
𝑣𝑣1 + 𝑣𝑣2
𝐸𝐸3 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔 � � 𝑡𝑡 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔. 𝑣𝑣. 𝑡𝑡
2
𝑣𝑣1 +𝑣𝑣2
v= kecepatan rata-rata = 2

t= waktu pengereman.

Sehingga energi keseluruhan yang diserap oleh rem adalah

37
Jika diketahui bahwa

Ft = gaya pengereman tangensial atau gaya gesek yang bekerja secara


tangensial pada permukaan kontak tromol rem.
d = diameter tromol rem
N1 = putaran rem sebelum pengereman
N2 = putaran rem setelah pengereman
𝑁𝑁1 + 𝑁𝑁2
N = putaran rata-rata tromol rem =
2

Kerja yang dilakukan oleh rem atau gaya gesek dalam waktu t detik

Karena energi total yang diserap sama dengan kerja yang dilakukan oleh gaya
gesek saat pengereman, maka

Nilai gaya Ft tergantung pada kecepatan akhir dan waktu pengereman. Nilai
maksimum ketika v2 = 0, yang artinya beban berhenti total.
Torsi yang diserap saat pengereman.
𝑑𝑑
𝑇𝑇 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥
2
r = jari-jari tromol rem.

4.3 Panas yang Dilepaskan Saat Pengereman

Energi yang diserap rem akan berubah menjadi panas yang harus dilepaskan ke
sekeliling udara agar supaya mengurangi kenaikan panas pada daerah permukaan rem. .
Kenaikan panas tergantung pada massa tromol rem, waktu pengereman, dan kapasitas
panas yang dibuang saat pengereman.
Berikut adalah temperatur tertinggi yang diijinkan untuk bahan permukaan rem (kanvas).

a. Untuk kulit, serat dan kayu = 650 – 700C.


b. Untuk asbestos dan permukaan logam = 90 – 1050C
c. Untuk rem mobil dengan permukaan blok asbes = 180 -2250C

38
Karena energi yang diserap dan kecepatan keausan permukaan rem tergantung
pada tekanan normal permukaan rem sehingga hal ini sangat penting pada perencanaan
rem. Tekanan normal permukaan rem tergantung dari bahan kanvas, koefisien gesek dan
kecepatan maksimum dimana energi diserap.

Energi yang diserap atau panas yang dibuang


𝐽𝐽
𝐸𝐸 = 𝐻𝐻𝑔𝑔 = 𝜇𝜇. 𝑅𝑅𝑁𝑁 . 𝑣𝑣 = 𝜇𝜇. 𝑝𝑝. 𝐴𝐴. 𝑣𝑣 �𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤�
𝑠𝑠
µ = coefisien gesek.
RN = gaya normal yang bekerja pada permukaan kontak (Newton).
p = tekanan normal antara permukaan pengereman (N/mm2).
A = luas area permukaan kontak (m2).
v = kecepatan pengereman tromol (m/s).

Panas yang dihasilkan juga diperoleh dari hubungan dari jumlah energi kinetik dan energi
potensial yang diserap,
𝐻𝐻𝑔𝑔 = 𝐸𝐸𝐾𝐾 + 𝐸𝐸𝑃𝑃
EK = energi kinetik total yang di serap,
EP = energi potensial total yang diserap.

Panas yang dibuang


𝐻𝐻𝑑𝑑 = 𝐶𝐶 (𝑡𝑡1 − 𝑡𝑡2 ) 𝐴𝐴𝑟𝑟
C = faktor panas yang dibuang atau koefisien perpindahan panas (W/m2/oC),
𝑡𝑡1 − 𝑡𝑡1 = perbedaan temperatur antara permukaan yang teradiasi dengan lingkungan (oC),
Ar = luas permukaan teradiasi (m2).

Nilai C ditentukan sekitar 29,5 W/m2/oC untuk perbedaan temperatur 40oC dan naik
sampai dengan 44oC untuk perbedaan temperatur 200oC.
Kenaikan temperatur tromol rem ditentukan oleh,
𝐻𝐻𝑔𝑔
∆ 𝑡𝑡 =
𝑚𝑚. 𝑐𝑐
∆ 𝑡𝑡 = kenaikan temparatur tromol rem, oC.
Hg = panas yang dihasilkan oleh rem, Joules.
m = massa tromol rem, kg.
c = panas spesifik untuk bahan tromol rem, J/kg oC

39
Tabel 4.2 Nilai pv yang direkomendasikan

4.4 Bahan Kanvas Rem

Bahan yang digunakan untuk kanvas rem memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan harus memilki koefisien gesek tinggi. Dengan kata lain
koefisien gesek tetap konstan selama perubahan temeperatur.
2. Memiliki kecepatan aus yang rendah.
3. Tahan temperatur tinggi.
4. Memilki kapasitas pembuangan panas yang tinggi.
5. Memilki koefisien muai panas yang rendah.
6. Memilki kekuatan mekanik yang baik.
7. Tidak mudah terpengaruh debu dan oli.

Tabel 4.2 Bahan kanvas rem

40
4.5 Tipe Rem

Menurut energi yang digunakan untuk melakukan pengereman pada elemen rem,
tipe rem diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Rem hidrolik, seperti rem pompa atau rem hydrodynamic.
b. Rem elektrik, seperti rem eddy current dan generator.
c. Rem mekanik.
Menurut arah datangnya gaya yang bekerja, rem mekanik dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:

a. Rem radial,
Gaya yang bekerja pada tromol adalah arah radial. Rem radial dapat dibagi
menjadi dua, yaitu rem luar dan rem dalam. Dan menurut bentuk elemen
geseknya dapat berupa rem blok atau rem sepatu, dan rem tali.
b. Rem aksial,
Gaya yang bekerja pada tromol adalah arah aksial. Rem aksial berupa rem
cakram atau rem kerucut. Analisis dari rem ini sama dengan kopling.

41
4.6 Rem Blok Tunggal

Gambar 4.1 Rem blok tunggal dengan gaya gesek segaris dengan titik tumpuan pin

P = Gaya tekan yang diberikan pada ujung lengan,


RN = Tekanan gaya normal rem blok pada roda,
r = jari-jari roda,
2θ = sudut kontak permukaan blok,
µ = Koefisien gesek,
Ft = gaya pengereman tangensial atau gaya gesek yang bekerja pada permukaan kontak
blok dan roda.
Jika sudut kontak kurang dari 600 maka diangga tekanan pengereman seragam
sepanjang permukaan kontak. Gaya pengereman tangensial pada roda,

dan torsi pengereman,

Ada tiga kemungkinan torsi pengereman pada rem blok tunggal, yaitu:

1. Rem blok tunggal dengan gaya gesek segaris dengan titik tumpuan pin,
Kapasitas pengereman atau torsi pengereman tergantung pada putaran roda.
Putaran roda searah jarum jam,

Putaran rodal berlawanan arah jarum jam

42
2. Rem blok tunggal dengan gaya gesek dibawah titik tumpuan pin,

Gambar 4.2 Rem blok tunggal dengan gaya gesek dibawah titik tumpuan pin.

Kapasitas pengereman atau torsi pengereman tergantung pada putaran roda.


Putaran roda searah jarum jam,

Putaran rodal berlawanan arah jarum jam

3. Rem blok tunggal dengan gaya gesek diatas titik tumpuan pin,

Gambar 4.3 Rem blok tunggal dengan gaya gesek diatas titik tumpuan pin,

Kapasitas pengereman atau torsi pengereman tergantung pada putaran roda.


Putaran roda searah jarum jam,

43
Putaran rodal berlawanan arah jarum jam

Self-locking
Kondisi self-locking terjadi jika,

Self-locking terjadi jika gaya gesek mencukupi untuk melakukan pengereman


dengan sendirinya tanpa adanya gaya luar.

4.7 Rem Pivot

Ketika sudut sepatu rem kurang dari 600, maka dipastikan bahwa tekanan
permukaan kanvas rem akan merata pada permukaannya. Untuk kanvas sepatu rem
yang sudutnya lebih dari 600 maka koefisien gesek merupakan fungsi dari sudut sepatu
rem,
Kapasitas pengereman,
𝑇𝑇𝐵𝐵 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 𝜇𝜇′ . 𝑅𝑅𝑁𝑁 . 𝑟𝑟
4𝜇𝜇 sin 𝜃𝜃
𝜇𝜇′ = koefisien gesek ekivalen = , dan
2𝜃𝜃+sin 2𝜃𝜃

𝜇𝜇 = koefisien gesek aktual.

Gambar 4.4 Rem pivot

4.8 Rem Blok Gandal

Aplikasi yang paling banyak dipakai adalah rem blok ganda, rem ini lebih
seimbang didalam proses pengereman. Tromol bergerak searah jarum jam maupun

44
berlawanan arah jarum jam dapat bergerak seimbang. Mekanisme gaya diatur dengan
mekanisme pegas pada kedua lengan. Kapasitas pengereman akan menjadi kumulatif
dari rem bagian kiri dan kanan, seperti pada gambar berikut.

Gambar 4.5 Rem blok ganda

45
4.9 Contoh soal

1. Mobil bermasa 1200 kg bergerak menuruni bukit dengan kemiringan 1 : 5 pada


kecepatan 72 km/jam. Mobil dihentikan dalam jarak 50 m. Jika diameter roda 600
mm, tentukan torsi pengereman rata-rata untuk menghentikan kendaraan, abaikan
energi gesek lain kecuali untuk pengereman. Jika energi gesek disimpan pada tromol
rem besi cor 20 kg , berapa kenaikan temperatur tromol? Panas spesifik untuk besi
cor diambil 520 J/kg oC. Tentukan juga koefisien gesek minimum antara roda dan
jalan tanpa slip, asumsi bahwa berat didistribusi merata ke empat roda.
Penyelesaian,
• Torsi pengereman rata-rata untuk menghentikan kendaraan.
Energi kinetik kendaraan,
1 1
𝐸𝐸𝐾𝐾 = 𝑚𝑚. 𝑣𝑣 2 = 𝑥𝑥 1200 (20)2 = 240 000 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
2 2
Energi potensia kendaraan,
1
𝐸𝐸𝑃𝑃 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔. ℎ 𝑥𝑥 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = 1200 𝑥𝑥 9,81 𝑥𝑥 50 𝑥𝑥 = 117 720 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
5
Energi total kendaraan atau energi yang diserap oleh rem,
𝐸𝐸 = 𝐸𝐸𝐾𝐾 + 𝐸𝐸𝑃𝑃 = 240 000 + 117 720 = 357 720 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
Karena kendaraan berhenti sejauh 50 m, sehingga gaya pengereman tangensial yang
dibutuhkan adalah,
357 720
𝐹𝐹𝑡𝑡 = = 7154,4 𝑁𝑁
50
Torsi pengereman rata-rata yang diberikan untuk menghentikan kendaraan,
𝑇𝑇𝐵𝐵 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 7154,4 𝑥𝑥 0,3 = 2146,3 𝑁𝑁. 𝑚𝑚

• Kenaikan temperatur rata-rata tromol


∆𝑡𝑡 = kenaikan temperatur rata-rata tromol dalam oC.
Hg = Energi yang diserap oleh tromol rem.
Maka,
𝐻𝐻𝑔𝑔 = 357 720 𝑁𝑁. 𝑚𝑚 = 357 720 𝐽𝐽
Panas yang diserap oleh tromol rem,
𝐻𝐻𝑔𝑔 = 𝑚𝑚𝑏𝑏 𝑥𝑥 𝑐𝑐 𝑥𝑥 ∆𝑡𝑡
357 720 = 20 𝑥𝑥 520 𝑥𝑥 ∆𝑡𝑡 = 10 400 ∆𝑡𝑡
357 720
∆𝑡𝑡 = = 34,4𝑜𝑜 𝐶𝐶
10 400
Koefisien gesek minimum anatara roda dan jalan,

46
𝜇𝜇 = koefisien gesek minimum antara roda dan jalan.
RN = gaya normal antara permukaan kontak, ini sama dengan berat kendaraan.
Maka,
𝑅𝑅𝑁𝑁 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔 = 1200 𝑥𝑥 9,81 = 11 772 𝑁𝑁
Gaya pengereman tangensial adalah,
𝐹𝐹𝑡𝑡 = 𝜇𝜇 . 𝑅𝑅𝑁𝑁
7154,4 = 𝜇𝜇 𝑥𝑥 11 772
7154,4
𝜇𝜇 = = 0,6
11 772

2. Rem blok tunggal, memiliki diameter drum 250 mm dan sudut kontak 90o. Jika gaya
operasi 700 N diberikan pada ujung tuas dan koefisien gesek antara drum dan
kaampas 0,35, tentukan torsi pengereman.

Penyelesaian,
Karena sudut kontak lebih dari 60o, maka koefisien gesek ekivalen,
4𝜇𝜇 sin 𝜃𝜃 4 𝑥𝑥 0,35 𝑥𝑥 sin 45𝑜𝑜
𝜇𝜇′ = = 𝜋𝜋 = 0,385
2𝜃𝜃 + sin 2𝜃𝜃 + sin 90𝑜𝑜
2
RN = gaya normal blok menekan drum, dan
Ft = gaya pengereman tangensial = 𝜇𝜇′ . 𝑅𝑅𝑁𝑁
Dengan mengambil momen di O, kita dapatkan
𝐹𝐹𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑡𝑡
700 (250 + 200) + 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 50 = 𝑅𝑅𝑁𝑁 𝑥𝑥 200 = 𝑥𝑥 200 = 𝑥𝑥 200 = 520 𝐹𝐹𝑡𝑡
𝜇𝜇′ 0,385
520 𝐹𝐹𝑡𝑡 − 50 𝐹𝐹𝑡𝑡 = 700 𝑥𝑥 450
700 𝑥𝑥 450
𝐹𝐹𝑡𝑡 = = 670 𝑁𝑁
470
Torsi yang ditransmisikan oleh rem blok,
𝑇𝑇𝑏𝑏 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 𝑥𝑥 𝑟𝑟 = 670 𝑥𝑥 125 = 83750 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 83,75 𝑁𝑁. 𝑚𝑚

47
3. Drum penggulung tali lift memiliki diameter 650 mm dipasang rem drum berdiameter
1 m. Rem drum dilengkapi dengan empat sepatu rem besi cor yang tiap sepatu
memiliki sudut 45o. Masa lift ketika terbebani adalah 2000 kg dan bergerak dengan
kecepatan 2,5 m/s. Rem memiliki kapasitas jarak penghentian dalam 2,75 m. Asumsi
koefisien gesek antara drum dan sepatu rem 0,2, tentukan:
a. lebar sepatu rem jika tekanan yang diijinkan pada sepatu rem dibatasi 0,3 N/mm2;
b. panas yang dihasilkan untuk menghentikan lift.
Penyelesaian,
• Lebar sepatu
w = lebar sepatu dalam mm,
pertama-tama, kita tentukan percepatan tali (a), yaitu:
𝑣𝑣 2 − 𝜇𝜇2 = 2 𝑎𝑎. ℎ
(2,5)2 − 0 = 2𝑎𝑎 𝑥𝑥 2,75 = 5,5𝑎𝑎
(2,5)2
𝑎𝑎 = = 1,136 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2
5,5

𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝


= 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑎𝑎
= 2000 𝑥𝑥 1,136 = 2272 𝑁𝑁
Gaya total yang bekerja pada tali saat bergerak,
𝑊𝑊 = 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 + 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
= 2000 𝑥𝑥 9,81 + 2272 = 21 892 𝑁𝑁
Torsi yang bekerja pada poros,
𝑇𝑇 = 𝑊𝑊 𝑥𝑥 𝑟𝑟𝑒𝑒
= 21 892 𝑥𝑥 0,325 = 7115 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
Gaya tangensial yang bekerja pada drum,
𝑇𝑇 7115
= = = 14 230 𝑁𝑁
𝑟𝑟 0,5
Satu tromol rem terdapat dari empat sepatu rem, sehingga gaya tangensial yang bekerja
pada masing-masing sepatu adalah,
14 230
𝐹𝐹𝑡𝑡 = = 3557,5 𝑁𝑁
4

Karena sudut kontak tiap sepatu 45o, maka kita tidak perlu menghitung koefisien gesek
ekivalen.
Gaya normal pada tiap sepatu,

48
𝐹𝐹𝑡𝑡 3557,5
𝑅𝑅𝑁𝑁 = = = 17 787,5 𝑁𝑁
𝜇𝜇 0,2
Luasan tiap sepatu,
𝐴𝐴𝑏𝑏 = 𝑤𝑤 (2𝑟𝑟 sin 𝜃𝜃) = 𝑤𝑤 (2 𝑥𝑥 500 sin 22,5𝑜𝑜 ) = 382,7𝑤𝑤 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Tekanan bearing pada sepatu, 𝑝𝑝𝑏𝑏 = 0,3 𝑁𝑁/𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑅𝑅𝑁𝑁
𝑝𝑝𝑏𝑏 =
𝐴𝐴𝑏𝑏
17 787,5 46,5
0,3 = =
382,7𝑤𝑤 𝑤𝑤
46,5
𝑤𝑤 = = 155 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,3

• Panas yang dihasilkan untuk menghentikan elevator


Panas yang dihasilkan untuk menghentikan elevator adalah sama dengan energi
yang diserap oleh rem sehingga,
= total energi yang diserap oleh rem
= energi kinetik + energi potensial
1
= 𝑚𝑚. 𝑣𝑣 2 + 𝑚𝑚. 𝑔𝑔. ℎ
2
1
= 𝑥𝑥 2000 (2,5)2 + 2000 𝑥𝑥 9,81 𝑥𝑥 2,75 = 60 205 𝑁𝑁. 𝑚𝑚
2

= 60,2 kN.m = 60,2 kJ

4. Rem sepatu ganda berikut memiliki kapasitas menyerap torsi 1400 N.m. Diameter
drum rem 350 mm dan sudut kontak tiap sepatu 100o. Jika koefisien gesek antara
rem drum rem dengan kanvas 0,4, tentukan:
a. gaya pegas untuk mengatur rem,
b. lebar kanvas sepatu rem jika tekanan permukaan kanvas tidak lebih dari 0,3
N/mm2

49
Penyelesaian,
• Gaya pegas untuk mengaatur rem.
S = gaya pegas untuk mengatur rem,
RN1 dan Ft1 = gaya normal dan gaya pengereman pada sepatu sisi kanan,
RN2 dan Ft2 = gaya normal dan gaya pengereman pada sepatu sisi kiri.
Karena sudut kontak lebih dari 60o, maka koefisien gesek ekivalen,
4𝜇𝜇 sin 𝜃𝜃
𝜇𝜇′ =
2𝜃𝜃 + sin 2𝜃𝜃
4 𝑥𝑥 0,4 𝑥𝑥 sin 50𝑜𝑜
= = 0,45
1,75 + sin 100𝑜𝑜
Dengan mengambil momen pada tumpuan O1 (sepatu kanan), kita peroleh,
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 = 𝑅𝑅𝑁𝑁1 𝑥𝑥 200 + 𝐹𝐹𝑡𝑡1 (175 − 40)
𝐹𝐹𝑡𝑡1 𝐹𝐹
𝑡𝑡1
Substitusi 𝑅𝑅𝑁𝑁1 = 𝜇𝜇′
= 0,45

𝐹𝐹𝑡𝑡1
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 = 𝑥𝑥 200 + 𝐹𝐹𝑡𝑡1 (135) = 579,4 𝐹𝐹𝑡𝑡1
0,45
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450
𝐹𝐹𝑡𝑡1 = = 0,776 𝑆𝑆
579,4
Dengan mengambil momen pada tumpuan O2 (sepatu kiri), kita peroleh,
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 + 𝐹𝐹𝑡𝑡2 (175 − 40) = 𝑅𝑅𝑁𝑁2 𝑥𝑥 200
𝐹𝐹𝑡𝑡2 𝐹𝐹
𝑡𝑡2
Substitusi 𝑅𝑅𝑁𝑁2 = 𝜇𝜇′
= 0,45

𝐹𝐹𝑡𝑡2
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 + 𝐹𝐹𝑡𝑡2 (135) = 𝑥𝑥 200 = 444,4 𝐹𝐹𝑡𝑡2
0,45
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450 = 444,4 𝐹𝐹𝑡𝑡2 − 135 𝐹𝐹𝑡𝑡2 = 309,4 𝐹𝐹𝑡𝑡2

50
𝑆𝑆 𝑥𝑥 450
𝐹𝐹𝑡𝑡1 = = 1,454 𝑆𝑆
309,4
Kapasitas torsi pengereman (TB),
𝑇𝑇𝐵𝐵 = 𝐹𝐹𝑡𝑡 . 𝑟𝑟
1400 𝑥𝑥 103 = (𝐹𝐹𝑡𝑡1 + 𝐹𝐹𝑡𝑡2 ) 𝑟𝑟 = (0,776 𝑆𝑆 + 1,454 𝑆𝑆) 175 = 390,25 𝑆𝑆
1400 𝑥𝑥 103
𝑆𝑆 = = 3587 𝑁𝑁
390,25

• Lebar sepatu rem


b = lebar sepatu rem dalam mm,
luasan bearing yang diproyeksikan masing-masing sepatu,
𝐴𝐴𝑏𝑏 = 𝑏𝑏 (2𝑟𝑟 sin 𝜃𝜃) = 𝑏𝑏 (2 𝑥𝑥 175 sin 50𝑜𝑜 ) = 268 𝑏𝑏 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Gaya normal pada sepatu sisi kanan,
𝐹𝐹𝑡𝑡1 0,776 𝑆𝑆 0,776 𝑥𝑥 3587
𝑅𝑅𝑁𝑁1 = = = = 6186 𝑁𝑁
𝜇𝜇′ 0,45 0,45
Gaya normal pada sepatu sisi kiri,
𝐹𝐹𝑡𝑡2 01,454 𝑆𝑆 1,454 𝑥𝑥 3587
𝑅𝑅𝑁𝑁2 = = = = 11 590 𝑁𝑁
𝜇𝜇′ 0,45 0,45
Dari gaya normal tersebut, terlihat bahwa gaya normal maksimum terjadi pada
sepatu sisi kiri. Sehingga kita akan merencanakan sepatu untuk gaya normal
maksimum pada sepatu kiri.
Tekanan bearing pada bahan kanvas rem (pb)
𝑅𝑅𝑁𝑁2
𝑝𝑝𝑏𝑏 =
𝐴𝐴𝑏𝑏
11 590 43,25
0,3 = =
268 𝑏𝑏 𝑏𝑏
43,25
𝑏𝑏 = = 144,2 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,3

51
4.10 Latihan

1. Massa flywheel 100 kg dengan jari-jari girasi 350 mm berputar pada 720 rpm.
Flywheel dihentikan oleh rem. Massa rakitan rem drum adalah 5 kg. Rem drum
dibuat dari besi cor FG 260 dengan panas spesifik 460 J/kgoC. Asumsi bahwa total
panas yang dihasilkan hanya diserap oleh rem drum, hitung kenaikan temperatur.

2. Rem blok tunggal berikut memiliki diameter 250 mm. sudut kontak 90o dan
koefisien gesek antara drum dan kanvas 0,35. Jika torsi yang ditransmisikan oleh
rem adalah 70 N.m, tentukan gaya P yang dibutuhkan untuk mengoperasikan rem.

3. Rem blok tunggal seperti gambar berikut memiliki diamater 720 mm. jika rem
dikenai torsi 225 N.m pada putaran 500 rpm dan koefisien gesek 0,3 , tentukan:
a. gaya yang dibutuhkan (P) untuk pengereman dengan putaran drum searah
jarum jam.
b. gaya yang dibutuhkan (b) untuk pengereman dengan putaran berlawanan arah
jarum jam.
c. lokasi fulcrum untuk membuat kondisi pengereman self-locking dengan putaran
searah jarum jam.

52
4. Suatu rem drum dengan sepatu ganda memiliki diameter drum 300 mm dan sudut
kontak tiap sepatu 90o. Jika koefisien gesek antara kanvas dan drum 0,4.
Tentukan gaya pegas rem untuk mentransmisikan torsi 30 N.m. Tentukan juga
lebar sepatu rem, jika tekanan pada permukaan kanvas tidak lebih dari 0,28
N/mm2.

53
BAB V
REM SEPATU DALAM

5.1 Statika Rem

Gambaran dinamika yang disederhanakan dari sebuah elemen rem dapat dilihat
pada gambar berikut. Dua momen inercia, masing-masing yaitu I1 dan I2 bergerak dengan
kecepatan sudut ω1 dan ω2. Untuk keperluan analisis rem, maka ada beberapa hal yang
harus diketahui antara lain :
a. Gaya yang bergerak
b. Daya putar yang dipindahkan
c. Energi yang hilang
d. Kenaikan suhu

Daya putar yang dipindahkan berkaitan dengan gaya yang bergerak, koefisien gesek, dan
geometri dari rem itu sendiri,

Gambar 5.1 Gambaran dinamika pengereman.

Analisis untuk hampir semua jenis rem, menggunakan prosedur umum yang sama,
yaitu sebagai berikut,

o Langkah pertama mencari distribuís tekanan pada permukaan gesek


o Langkah kedua mencari hubungan antara tekanan maksimum dan tekanan
pada setiap titik.

44
o Langkah ketiga dengan menggunakan kondisi kesetimbangan statis, maka
dapat dicari :
• Gaya yang digunakan untuk menggerakkan (Gaya aktuator).
• Daya putar (torsi) yang mampu dipindahkan (diredam).
• Reaksi tumpuan.

Untuk dapat mendefinisikan setiap langkah diatas, maka akan dibahas terlebih
dahulu mekanika sederhana dari sebuah permukaan gesek seperti yang terlihat pada
gambar 5.3 berikut ini.

Gambar 5.2 Gaya yang bekerja pada separy gesek ber-engsel.

Gambar diatas memperlihatkan sebuah sepatu pendek yang memiliki engsel dititik
A, sebuah gaya aktuator T. Akibat adanya gaya aktuator F maka akan timbul sebuah
gaya reaksi yang disebut sebagai Gaya Normal yang bekerja pada titik yang sama
dengan gaya aktuator F dengan arah yang berlawanan. Karena elemen bagian bawah
(yang diarsir) bergerak kekanan, maka akan timbul sebuah gaya gesek fN yang arahnya
sama dengan arah gerakan.

45
Kesepakatan awal pembahasan masalah rem adalah tekanan yang terjadi disetiap
titik pada rem dinotasikan dengan p, dan tekanan maksimum yang terjadi adalah pa, serta
luas penampang sepatu dengan A.
Akibat dari kondisi sepatu rem yang pendek, maka dapat diasumsikan bahwa
tekanan pada bidang gesek terbagi secara rata. Dengan kondisi tersebut, maka tekanan
disetiap titik dapat adalah sama sehingga tekanan yang terjadi dapat diasumsikan sama
dengan tekanan maksimum untuk semua titik yang ada direm. Dari kondisi tersebut dapat
ditulis sebuah persamaan :
p = pa

Dengan kondisi tekanan rata, maka gaya normal yang terjadi dapat ditulis dengan
persamaan :
N = pa . A

Apabila digunakan sebuah prosedur statika untuk mencari momen yang terjadi terhadap
engsel A, (asumsi bahwa momen positif terjadi pada kondisi dimana arah momen
terhadap titik A berlawanan arah dengan jarum jam), maka akan diperoleh hasil sebagai
berikut.

∑M A = F .b − N .b + f . N . a = 0
Dengan mengganti pa . A pada gaya normal N, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut.

∑ − F .b = − N . b + f . N .a
∑ F .b = N .b − f . N .a
N . b − f . N .a
∑F =
b

Dari persamaan dinyatakan bahwa, N = pa . A, sehingga persamaan untuk


p a A (b − f a )
∑F = b

Apabila persamaan diatas, harga b adalah sama dengan harga koefisien gesek (f)
dikalikan dengan jarak a, atau secara matematis b = f a, maka pembilang menjadi nol.
Dengan kondisi ini maka tidak ada gaya gerak yang diperlukan. Kondisi ini disebut
sebagai kondisi penguncian sendiri (self-locking). Kondisi ini sangat tidak diharapkan
pada saat perencanaan rem, akan tetapi keuntungan dari kondisi tersebut juga
diperlukan, sehingga diperlukan sebuah penetapan ukuran a dan b dengan menggunakan

46
suatu harga koefisien gesekan yang sudah dikurangi. Apabila diambil suatu asumsi
bahwa harga koefisien gesek yang bekerja adalah f’ yang besarnya sama dengan 0,75.f
sampai dengan 0,85.f, maka persamaan b akan menjadi,
b = f’ . a

Kondisi ini akan menjadikan bahwa rem yang dihasilkan akan memerlukan sedikit gaya
aktuator untuk melakukan pengereman.

5.2 Rem Tromol

Secara umum rem tersebut lebih dikenal dengan istilah rem sepatu dalam.
Adapun gambar rem sepatu dalam yang memiliki tipe simetri adalah sebagai berikut,

Gambar 5.3 Rem sepatu dalam.

Rem sepatu dalam, pada dasarnya terdiri dari permukaan gesek yang
berpasangan, alat pemindah daya putar dari dan ke permukaan, dan mekanisme
penggerak. Untuk melakukan analisa rem tersebut, maka diperlukan asumsi dasar untuk
mempermudah langkah analisa. Asumsi tersebut adalah :
• Asumsi bahwa distribusi gaya-gaya normal adalah seragam.
• Tekanan pada titik engsel sama dengan nol.

Setelah diambil asumsi, langkah selanjutnya adalah mengambil persamaan yang


akan digunakan dalam langkah analisa, yang sesuai dengan kasus yang sedang diambil.

47
Apabila ada tekanan p yang bekerja pada sebuah titik yang terletak pada sudut θ
dari pena engsel, maka akan diperoleh tekanan maksimal pa yang terjadi pada sudut θa
dari pena engsel. Dengan asumsi bahwe tekanan setiap titik adalah berbanding lurus
dengan jarak vertikal dari pena engsel, maka akan dapat diperoleh hubungan :
p pa
=
sin θ sin θ a

Apabila persamaan diatas disusun kembali, maka akan diperoleh persamaan berikut.
sin θ
p = pa
sin θ a

Dari persamaan dapat dilihat bahwa tekanan maksimum terjadi pada saat θ = 90.
Kondisi ini terjadi apabila sudut ujung sepatu rem (θ2) lebih besar dari 90, namun apabila
sudut ujung sepatu rem lebih kecil dari 90 maka tekanan maksimum terjadi pada sudut
ujung sepatu rem tersebut.
Apabila θ = 0, maka persamaan akan menghasilkan tekanan sama dengan nol.
Bahan sepatu rem yang terletak dekat dengan pena engsel akan memberikan kinerja
pengereman yang kecil sekali sehingga bisa diabaikan. Dengan kondisi ini, maka sebuah
tahapan perencanaan rem yang baik akan menitikberatkan pada bagian pengereman
yang bisa diberikan pada daerah disekitar titik tekanan yang maksimum tersebut. Proses
perencanaan seperti ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.4 Rem sepatu dalam dengan gaya-gaya yang ada.

48
dari gambar diatas dapat dibuat beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam
proses perencanaan maupun analisis rem. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
θ1 = sudut antara pena engsel dengan permulaan bahan sepatu rem
θ2 = sudut antara pena engsel dengan ujung bahan sepatu rem
Rx = Reaksi tumpuan engsel A pada arah x
Ry = Reaksi tumpuan engsel A pada arah y
Fx = Gaya aktuator F pada arah x
Fy = Gaya aktuator F pada arah y
c = jarak tegak lupus antara pena engsel terhadap titik tangkap gaya aktuator
a = jarak tegak lupus antara pena engsel terhadap titik pusat lingkaran
b = lebar sepatu rem

Dengan kondisi seperti gambar 5.4 tersebut, maka pada setiap sudut θ akan
bekerja sebuah gaya normal diferencial dN sebesar
dN = p . b . r dθ

Dengan mensubstitusi persamaan, maka persamaan dapat ditulis kembali menjadi :


p a . b . r sin θ dθ
dN =
sin θ a

Persamaan gaya normal diferensial seperti diatas memiliki komponen gaya ke arah
sumbu x maupun ke arah y, yaitu dN cos θ dan dN sin θ seperti terlihat pada gambar 5.4.

Sementara itu, untuk componen gaya gesek, juga akan memiliki componen
horizontal dan vertical yang besarnya adalah f dN sin θ dan f dN cos θ.

Untuk menentukan besar gaya aktuator F, daya putar (Torsi) T, maupun rekasi
tumpuan akan digunakan persamaan kesetimbangan statika.

5.3 Momen Akibat Gaya Gesek (Mf)

Gaya gesek yang bekerja pada titik tangkap gaya normal akan menghasilkan
sebuah momen terhadap pena engsel A. Kondisi ini akibat adanya sebuah jarak (r – a cos
θ) antara pena engsel dengan titik tangkap gaya gesek pada kondisi setiap perubahan

49
sudut θ. Dengan kondisi ini, maka akan dihasilkan sebuah momen akibat gaya gesek
terhadap pena engsel yang besarnya :

M f = ∫ dN (r − a cos θ )
θ
f pa b r 2
sin θ (r − a cos θ ) dθ
sin θ a θ∫1
=

Momen akibat gaya gesek diatas merupakan harga diferensial karena akan berbeda
disetiap titik perubahan sudut θ.

5.4 Momen Akibat Gaya Normal (MN)

Merujuk pada penjelasan momen akibat gaya gesek, maka gaya normal yang
terjadi pada kondisi pengereman akan menghasilkan sebuah momen yang diakibatkan
adanya gaya normal yang besarnya adalah :

M N = ∫ dN (a sin θ )
θ
pa b r a 2 2
sin θ a θ∫1
= sin θ dθ

Harga momen diatas juga merupakan harga diferensial yang akan menghasilkan
harga momen yang berubah setiap perubahan sudut θ.

5.5 Gaya Aktuator

Kondisi adanya dua momen yang bekerja pada satu titik tangkap gaya, maka
dibutuhkan sebuah gaya yang mampu menjaga kondisi setimbang struktur rem yang
sedang ditinjau. Dengan merujuk lepada gambar 5.4 maka besarnya gaya gerak
(aktuator) F yang dibutuhkan untuk mengimbangi momen akibat gaya normal dan gaya
gesek adalah :
MN −MF
F=
c

Persamaan diatas memperlihatkan bahwa ada suatu kondisi dimana gaya gerak bisa
sama dengan nol. Kondisi ini dicapai apabila momen akibat gaya gesek sama dengan
momen akibat gaya Norman (Mn = Mf). Fenomena inilah yang sering disebut sebagai

50
self-locking. Sepatu rem yang mengalami kondisi ini (self-lock) akan lebih cepat
mengalami keausan, yang kemudian oleh banyak kalangan disebut sebagai sepatu
primer atau sepatu – leading.

5.6 Torsi Pengereman

Torsi pengereman, yang diberikan pada drum (tromol) oleh sepatu rem adalah
jumlah perkalian antara gaya gesek dengan jari-jari tromol, sehingga diperoleh
persamaan :

T = ∫ f dN r
θ
f pa b r 2 2
sin θ a θ∫1
= sin θ dθ

f p a b r 2 (cos θ1 − cos θ 2 )
=
sin θ a

5.7 Reaksi Tumpuan Pena Engsel

Reaksi pin engsel diperoleh dengan mengambil penjumlahan gaya-gaya horizontal


dan vertikal.
Untuk mencari reaksi tumpuan arah x, maka diambil semua gaya yang sejajar
sumbu x sehingga diperoleh hasil berikut.

R X = ∫ dN cos θ − ∫ f . dN sin θ − Fx

p .b . r θ2 θ2

 sin θ cos θ dθ − f − F
 θ∫ ∫θ
= a sin 2
θ d θ
sin θ a  X
 1 1 

( )
θ2
p . b . r  1 θ2 θ 1  
= a sin 2 θ − f  − sin 2θ  − FX
sin θ a   2 θ1
2 4  θ1 

Untuk rekasi tumpuan y, diperoleh :

51
R X = ∫ dN sin θ + ∫ f . dN cos θ − FY

pa .b . r θ2 2 θ2

 sin θ dθ + f dθ  − Fy
 θ∫ ∫θ sin θ cos θ
=
sin θ a 
 1 1 

( )
θ2
p a . b . r   θ 1  θ2 
=  − sin 2θ  + f 1 sin 2 θ  − Fy
sin θ a   2 4  θ1 2 θ1 

Dalam menggunakan semua persamaan diatas, sistem referensi selalu


mempunyai titik asal dipusat drum. Sumbu x positif diambil melalui pena engsel ke arah
kanan dan sumbu y positif selalu pada arah sepatu. Untuk putaran yang berlawanan arah
diperlukan persamaan yang pada prinsipnya sama tetapi akan menghasilkan sedikit
perbedaan pada setiap persamaan. Silahkan dicoba.

Asumís Yang Diperlukan


Penghitungan dengan menggunakan semua persamaan diatas benar dengan syarat
bahwa semua kondisi (asumís) berikut diterapkan
• Tekanan pada semua titik pada sepatu rem diasumsikan berbanding lurus dengan
jaraknya ke pin engsel. Kondisi ini diperlukan dengan pertimbangan bahwa tekanan
yang ditentukan oleh pabrik pembuat sepatu rem adalah harga maksimal, bukan
harga rata-rata
• Pengaruh gaya sentrifugal diabaikan. Hal ini karena sepatu rem tidak berputar
sehingga tidak ada gaya sentrifugal.
• Sepatu rem dianggap kaku
• Analisis seluruhnya telah didasarkan pada statu koefiesien gesek yang tidak
berubah terhadap tekanan. Padahal, kondisi nyata sangat memungkinkan adanya
perbedaan harga koefisien gesek yang bisa diakibatkan dari suhu kerja, keausan,
dan lingkungan

5.8 Contoh Soal

1. Rem seperti pada gambar berdiamerter 300 mm dan digerakkan oleh sebuah
mekanisme yang menghasilkan gaya F yang sama pada setiap sepatu. Kedua sepatu
adalah identik dan mempunyai lebar muka 32 mm. Lapisan sepatu adalah asbes-
cetak yang memiliki koefisien gesek 0,32 dengan tekanan maksimal 1000 kPa.
Carilah

52
a. Gaya aktuator F.
b. Kapasitas pengereman
c. Reaksi pinm-engsel

Penyelesaian,
b = 32 mm = 0,032 m
f = 0,32
θ1 = 0 (ini bisa diterapkan karena titik pusat engsel segaris dengan
awal ujung sepatu)
θ2 = 126
θa = 90 (ini diterapkan karena θ2 > 90 sehingga tekanan maksimal
diasumsikan terjadi pada sin 90 = 1)

a = 112 2 + 50 2
= 123 mm
Sebelum menghitung lebih jauh tentang momen, torsi, dan reaksi pena engsel maka akan
ditentukan terlebih dahulu sepatu primer dari sistem rem yang ada. Dengan melihat arah
putar (searah jarum jam) dan arah gaya aktuator yang ada (kekanan dan kekiri sumbu x),
maka sepatu primer adalah sepatu yang digerakkan oleh arah gaya aktuator yang searah
dengan arah putar. Dengan kondisi ini, maka sepatu primer adalah sepatu kanan
Dengan menerapkan persamaan momen akibat gaya gesek, maka dihasilkan :

53
M f = ∫ dN (r − a cos θ )
θ
f pa b r 2
sin θ (r − a cos θ ) dθ
sin θ a θ∫1
=

f pa b r  a 
=  r − r cos θ 2 − sin θ 2 
2

sin θ a  2 

[
= (0,32) . 1000 (10)
3
] (0,032) (0,150) x 0,150 − 0,150 cos 126 −  0,123
2 

 sin
2 
126
 
= 304 Nm

Begitupun dengan momen akibat gaya normal diperoleh hasil :

MN = ∫ dN (a sin θ )
θ
pa b r a 2 2
sin θ a θ∫1
= sin θ dθ

θ
p b r a θ 1 
2

= a  − sin 2θ 
sin θ a  2 4 0
p b r a θ2 1 
= a  − sin 2 θ 2 
sin θ a  2 4 

[
= 1000 (10)
3
](0,032)(0,150)(0,123) π2 . 126 
− sin (2 )(126 )
1
 180 4 
= 790 N .m
Dengan menggunakan persamaan gaya, maka gaya gerak yang diperlukan adalah :
MN −MF
F=
c
790 − 304
=
100 + 112
= 2,29 kN
Untuk menghitung daya putar (Torsi) yang diberikan, maka Torsi berikut adalah torsi
sepatu primer yang dapat dihitung menggunakan persamaan

54
T = ∫ f dN r
θ2
f pa b r 2
=
sin θ a ∫ sin θ dθ
θ1

f p a b r 2 (cos θ 1 − cos θ 2 )
=
sin θ a

=
[
0,32 1000 (10) (0,032)(0,150) (cos 0 − cos 126)
3 2
]
1
= 366 Nm

Torsi diatas merupakan torsi yang hanya diberikan oleh sepatu kanan, belum torsi total
sepatu, karena torsi sepatu kiri belum dapat dicari. Kondisi ini karena tekanan yang terjadi
pada sepatu kiri tidak sama dengan tekanan yang terjadi pada sepatu kanan (primer).
Untuk mencari besar tekanan yang terjadi pada sepatu kiri (sekunder), maka digunakan
metode berikut.
790 p a
MN =
1000
304 p a
MF =
1000
Dari kedua persamaan diatas, dapat dijelaskan untuk sepatu sekunder berikut.
Mn = Momen akibat gaya normal
Mf = Momen akibat gaya gesek
790 = momen akibat gaya normal pada sepatu primer
304 = momen akibat gaya gesek pada sepatu primer
1000 = Tekanan maksimal bahan
pa = tekanan maksimal sepatu primer
Dengan memasukkan persamaan untuk mencari gaya aktuator pada sepatu sekunder,
maka diperoleh hasil berikut.
MN + MF
F =
c
790(1000
)
p a + 304 (
p
1000 a
)
2,29 =
100 + 112
p a = 444 kPa
Hasil tekanan diatas (pa = 444 kPa), maka Torsi untuk sepatu sekunder dapat dihitung
sebaga berikut.

55
T = ∫ f dN r
θ2
f pa b r 2
=
sin θ a ∫ sin θ dθ
θ1

f p a b r 2 (cos θ 1 − cos θ 2 )
=
sin θ a

=
[
0,32 444 (10) (0,032)(0,150) (cos 0 − cos 126)
3 2
]
1
= 162 Nm

Dari kedua hasil diatas, maka kapasitas daya putar total adalah :
T = TR + TL
= 366 + 162
= 528 N m
Untuk memperoleh reaksi pena-engsel, maka dicari dengan menggunakan persamaan 13
dan 14, sehingga diperoleh hasil berikut.

( )
θ2
p a . b . r  1 θ2 θ 1  
RX = sin 2 θ − f  − sin 2θ   − F X
sin θ a   2 θ1
2 4  θ1 
1000 (0,032) (0,150)  1  π 126 1 
=  sin 2 126 − 0,32  . − sin (2)(126)  − 2,29 sin 24
1 2  2 180 4 
= 4,8 . [0,3273 − 0,32 (1,3373)] − 2,29 sin 24
= − 1,414 kN

( )
θ2
p a . b . r   θ 1  θ2 
 − Fy
RY =  − sin 2θ  + f 1 2 sin θ
2

sin θ a   2 4  θ1 θ1 

= 4,8 [1,3373 + 0,32 . 0,3273] − 2,29 cos 24
= 4,830
Sehingga resultante reaksi pena-engsel untuk sepatu kanan adalah :

R = 1,414 2 + 4,830 2
= 5,03kN
Untuk reaksi pena-engsel sepatu kiri, dapat dihitung dengan cara yang sama. Perbedaan
hanya terletak pada besar tekanan maksimal yang terjadi. Dengan memasukkan harga
tekanan maksimal 444 kPa, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
RX = 0,678 kN
Ry = 0,535 kN
Resultante = 0,864 kN

56
2. Gambar dibawah menunjukan sebuah sistem rem yang terdiri atas dua buah sepatu
rem. Gaya F1 dan F2 diterapkan pada sepatu. Lebar sepatu adalah 3,5 cm.
Intensitas tekanan normal pada setiap titik pada sepatu re, adalah 4 sin θ kg/cm2
dimana θ diukur dari titik pivot seperti terlihat pada gambar. Koefisien gesek 0,4.
Hitunglah torsi pengereman dan besar gaya F1 dan F2.

Penyelesaian,
Diketahui : lebar sepatu, b = 3,5 cm
Intensitas tekanan normal, pN = 4 sin θ kg/cm2
Intensitas tekanan maksimal = 4 kg/cm2
Koefisien gesek, = 0,4
Jari-jari dalam = 15 cm
Jarak antara gaya aktuator thd pusat = 20 cm
Torsi pengereman = TB
Dengan menggunakan persamaan :
TB = µ . p1 . b . r 2 (cos θ 1 − cos θ 2 )
= 0,4 x 4 x 3,5 x 15 2 (cos 25 − cos 125)
= 1,260 (0,9063 + 0,5736)'
= 1,864 kg − cm
Torsi pengereman total adalah :
T = 2 x 1,864
= 3,728 kg-cm
Dari gambar dapat diperoleh hubungan :

57
O1 B
O O1 =
cos 25
10
=
0,9063
= 10,38 cm

dan selain iu diketahui bahwa :


θ 1 = 25
π
= 25 x
180
= 0,436 rad
dan
θ 2 = 125
π
= 125 x
180
= 2,18 rad
Momen akibat gaya normal terhadap pusat engsel adalah

[
M N = 1 . p1 x b x r x OO1 x (θ 2 − θ 1 ) + 1 (sin 2θ 1 − sin 2θ 2 )
2 2
]
= 0.5 x 4 x 3.5 x 15 x 10.38 x [(2.18 − 0.436) + 0.5 (sin 50 − sin 250)]
= 1.090 [1.744 + 0.5 (0.766 + 0.9397 )]
= 2,834 kg − cm
dan Momen akibat gaya gesek adalah :


(cos 2θ 2 − cos 2θ 1 )
OO1
M F = µ . p . b . r . r (cos θ 1 − cos θ 2 ) +
 4 

= 0.4 x 4 x 3.5 x 15 (cos 25 − cos 125) +
10.38
(cos 250 − cos 50)
 4 

= 84 x 15 (0.9063 + 0.5736) +
10.38
(− 0.342 − 0.6428)
 4 
= 84 (15 x 1.4792 − 2.595 x 0.9848)
= 84 x 19.65
= 1,650 kg − cm
Sehingga, untuk sepatu primer, dengan mengambil momen terhadap titik O1 diperoleh :
F1 x l = M N − M F
F1 x 20 = 2,834 − 1,650
F1 = 59,2 kg
Dengan prinsip yang sama, tetapi mengambil titik pusat O2 diperoleh :

58
F2 x l = M N + M F
F2 x 20 = 2,834 + 1,650
F2 = 224,2 kg

5.9 Latihan
1. Rem sepatu dalam berikut memiliki diameter 280 mm dan jari-jari R = 90 mm.
Sepasang sepatu rem memiliki lebar 30 mm. Tentukan torsi pengereman dan
tekanan maksimu tiap sepatu jika gaya yang bekerja 1000 N, tromol rem berotasi
berlawanan arah jarum jam, dan koefisien gesek 0,30.

2. Suatu rem tromol memiliki diameter dalam 304 mm dan diameter R = 127 mm.
Sepasang sepatu memiliki lebar permukaan 38 mm, koefisien gesek 0,25 mm dan
keduanya diberi gaya 1200 N.
a. tentukan tekanan maksimum yang terjadi pada keuda sepatu rem.
b. tentukan torsi pengereman dari tiap sepatu, dan tentukan torsi total sepatu.
c. Tentukan resultan reaksi gaya pin-pin sepatu rem.

59
3. Rem seperti pada gambar berdiamerter 300 mm dan digerakkan oleh sebuah
mekanisme yang menghasilkan gaya F yang sama pada setiap sepatu. Kedua
sepatu adalah identik dan mempunyai lebar muka 34 mm. Lapisan sepatu adalah
asbes-cetak yang memiliki koefisien gesek 0,3 dengan tekanan maksimal 1200
kPa. Carilah
a. Gaya gerak F
b. Capacitas pengereman
c. Reaksi pena-engsel

4. Gambar berikut menunjukkan rem sepatu dalam dengan diameter tromol 400 mm
dan memiliki empat buah sepatu rem. Tiap sepatu didudukkan pada pin A dan B.
Mekanismenya membentuk kesamaan gaya F pada tiap sepatu. Lebar permukaan
sepatu 75 mm. Bahan yang digunakan memiliki koefisien gesek 0,24 dan tekanan
maksimum 1000 kPa.
a. tentukan gaya F yang bekerja.
b. tentukan kapasitas pengereman.
c. tentukan reasi gaya pada pin.

60
BAB VI
REM TALI

6.1 Sistem Rem Tali

Rem tali terdiri dari sebuah tali fleksibel yang terbuat dari kulit, satu atau lebih tali,
atau sebuah baja yang dihubungkan dengan material yang bergesekan. Gambar rem tali
dapat dilihat pada gambar rem tali dibawah. Ujung tali disatukan dipin di titik A dan C
pada batang AFB dan dipivotkan dengan sebuah pin yang tetap pada titik B dimana dititik
B tersebut akan bekerja gaya aktuator.

Gambar 6.1 Rem tali

Ketika sebuah gaya P diberikan pada batang pada titik B, batang akan terungkit
dengan titik F sebagai titik pusat putaran. Gesekan antara tali dengan drum akan
menghasilkan gaya pengereman.
Notasi berikut akan dipakai untuk pembahasan-pembahasan berikutnya.
T1 = Tegangan pada sisi tegang dari tali

61
T2 = Tegangan pada sisi kendor dari tali
θ = Sudut lap tali pada rum
µ = Koefisien gesek antara tali dengan drum
R = Radius drum
t = Ketebalan tali
Re = Jari-jari efektif drum
= R + (t/2)

Dengan mengasumsikan bahwa drum berputar berlawanan arah dengan jarum jam, dan
tegangan pada sisi tegang sabuk (T1) lebih besar dari tegangan pada sisi kendor (T2)
dengan batasan perbandingan tegangan, maka diberikan hubungan
T1
= eµθ
T2
T1
2,3 log =µ θ
T2

dan gaya pengereman yang terjadi pada drum adalah :


F = T1 – T2

Torsi pengeraman total yang diberikan adalah


T = (T1 – T2) . Re

Dengan melihat kesetimbangan batang AFB dan mengambil titik F sebagai pusat momen,
maka dihasilkan persamaan
P . l = T1 . a – T2 . b

dimana a dan b adalah jarak tegak lupus dari titik F ke garis aksi T1 dan T2, dan l adalah
panjang batang dari titik F ke titik B.

Beberapa catatan yang perla diperhatikan dalam pembahasan rem jenis tali ini adalah :
1. Ketika putaran drum searah dengan jarum jam, dan T1 bekerja pada titik C maka
akan dihasilkan persamaan
P x l = T2 . a – T1 . b
2. Jika ujung titik A berada pada titik F, dan gaya P akan bekerja ke arah atas, maka
P x l = T2 . a

62
Serupa dengan kondisi diatas, tetapi apabila titik C yang berada dititik F, maka
persamaan akan menjadi :
P x l = T1 . a

3. Untuk pengereman self locking, gaya P yang bekerja pada batang harus sama
dengan nol, sehingga untuk menghasilkan kondisi tersebut haruslah memenuhi
persamaan :
T2 a
= (untukCCW )
T1 b
T1 a
= (untukCW )
T2 b

6.2 Rem Blok Tali

Rem tangan juga dapat disamakan dengan rem blok yang terbuat dari kayu atau
material lanilla, seperti yang terlihat pada gambar dibawah. Gesekan antara blok dan
drum menghasilkan aksi pengereman.

Dengan mengambil notasi :


T0 = Gaya pada sisi tegang
Tn = Gaya pada sisi kendor
μ = Koefisien gesek antara blok dan drum
T1 = Gaya pada band antara blok pertama dan kedua
T2,T3 etc = Gaya pada band antara blok kedua dan ketiga, antara ketiga
dan keempat dan seterusnya.

63
Mengacu pada satu blok, ambil gambar potongan (b) diatas, maka dengan
mengambil kondisi setimbang akan dihasilkan :

Gaya arah radial akan menghasilkan persamaan :


(T0 + T1) sin θ = R
Gaya arah tangencial akan menghasilkan persamaan :
(T0 – T1) cos θ = μ R
Pembagian kedua persamaan diatas akan menghasilkan :
(T0 − T1 ) cos θ µ R
=
(T0 + T1 ) sin θ R
(T0 − T1 ) = µ tan θ (T0 + T1 )
T0 1 + µ tan θ
=
T1 1 − µ tan θ
Dengan cara yang sama untuk masing-masing blok akan dihasilkan :

T1 T T Tn − 1 1 + µ tan θ
= 2 = 3 = ...... = =
T2 T3 T4 Tn 1 − µ tan θ

Sehingga dihasilkan :

T0 T T T Tn − 1
= 0 x 1 x 2 x .......... x
Tn T1 T2 T3 Tn
n
 1 + µ tan θ 
=  
 1 − µ tan θ 
Torsi pengereman pada drum pada radius efektif, rD :
TB = (T0 – Tn ) . rD
= (T0 – Tn) . r

6.3 Contoh Soal

1. Sebuah rem tali dioperasikan dengan sebuah batang yang memiliki panjang 50 cm.
Drum rem memiliki diameter 50 cm dan maksimum Torsi drum adalah 10000 kg-cm.
Rem tali menempel pada drum pada 2/3 lingkaran drum. Salah satu ujung tali
ditempatkan pada batang dengan dipin dengan jarak 10 cm terhadap titik yang
lainnya dan pin yang satunya berjarak 8 cm terhadap titik pusat engsel kerja. Jika
koefisien gesek adalah 0,3 Hitunglah gaya pengereman yang dibutuhkan. Rancang

64
pula poros, pasak, batang dan pin jika tegangan tarik maksimal adalah 700 kg/cm2,
tegangan geser maksimal 500 kg/cm2 dan tekanan bantalan 200 kg/cm2. Tekanan
bahan pada saat pengereman maksimal 2 kg/cm2.

Penyelesaian,
• Menentukan gaya aktuator P,
Sudut aktif lilitan
2
θ = keliling lingkaran
3
2
= x 360
3
= 240
240 x π
=
180

= rad
3
Jarak antara titik F dan titik A = 10 cm
Jarak antara titik F dan pin C = 8 cm
Koefisien gesek, µ = 0,3
Mencari hubungan antara sisi tegang dan sisi kendor
Gaya pengereman,
T
T1 − T2 =
R
10000
=
25
= 400 kg

65
T1
2,3 log = µθ
T2

= 0.3 x
3
T1 1,2568
log =
T2 2,3
= 0,546
T1
= 3,526
T2
T1 = 3,526 T2
Dengan mensubstitusi hasil diatas ke dalam persamaan gaya pengereman maka
akan dihasilkan :
3,516 T2 − T2 = 400
400
T2 =
2,516
= 159 kg
T1 = 400 + T2
= 400 + 159
= 559 kg

Untuk mencari gaya aktuator maka dibuat sebuah persamaan terhadap titik pusat
F, sehingga dihasilkan :
(P x 50) + (T2 x 8) = (T1 x 10)
(P x 50) + (159 x 8) = (559 x 10) )
(P x 50) = (559 x 10) − (159 x 8)
50 P = 4318
4318
P =
50
= 86,36 kg

66
• Menentukan tali baja,
t = ketebalan tali
b = lebar tali
Reaksi normal total yang beraksi pada tali :
T1 − T2
RN =
µ
559 − 159
=
0,3
400
=
0,3
= 1333,3 kg
Panjang kontak tali :
240
L = xπD
360
240
= x π x 50
360
= 104,7 cm
Luas area kontak tali :
A = Length x Width of Band
= 104,7 b cm2
Tekanan pengereman 2 kg/cm2
104,7 b x 2 = 1333,3
1333,3
b =
104,7 x 2
= 6,4 cm
Tegangan tarik tali :
= b x t x ft
= 6,4 x t x 700
= 4480 t kg
Dari segi tegangan tali T1, maka :
4480 t = 559
559
t =
4480
= 0,125 cm
= 1,25 mm

67
• Menentukan poros
π
f s d 3 = TB
16
TB x 16
d3 =
π x fs
10000 x 16
=
3,14 x 500
= 102
d = 3 102 = 4,67 atau 5 cm

• Menentukan pasak
Dimesi pasak yang direncakan harus standar dengan diameter poros yang ada
yaitu 5 cm, sehingga untuk lebar dan tebal sudah stándar. Untuk rancangan dalam
perhitungan hanya akan menentukan panjang pasak.
Adapun stándar pasak untuk diameter 5 cm adalah
Lebar, w = 16 mm
Tebal, t = 10 mm
Panjang pasak, l adalah
d
TB = l x w x f s x
2
2 TB
l =
w x fs x d
2 x 10000
=
1,6 x 500 x 5
= 5 cm

• Menentukan batang tuas


Momen lentur maksimal pada pusat
M= P xl
= 86,36 x 50 .
= 4,321 kg − cm

Modulus penampang
1
Z = t B2
6
2t 3
= t (2t ) =
1 2

6 3

68
Menggunakan persamaan :
M
fb =
Z
4321 x 3
700 =
2t 3
4321 x 3
t3 = = 9,25
700 x 2
t = 3,06 cm
B = 2t = 6,2 cm

• Menentukan pin

Tahap pertama, mencari resultan gaya yang bekerja pada pin. Dengan
menjumlahkan tiga gaya, T1, T2, dan P dalam komponen vertikal dan horizontal,
maka diperoleh

Untuk komponen vertikal


∑ V = T1 cos 60 + T2 + P
= 559 x 0,5 + 159 + 86,36
= 524,86 kg

Untuk komponen horizontal


∑ H = T1 sin 60
= 159 x 0,866 = 138 kg

Resultan gaya yang bekerja pada pin :

R = 524,86 2 + 138 2
= 542 kg

69
Dengan mengacu kepada bantalan pin, maka diperoleh
d 1 x l1 x f b = 542
d 1 x 1,25 d 1 x 200 = 542
542
d 12 = = 2,16
1,25 x 200
d 1 = 1,47 atau 1,6 cm
l1 = 1,25 x 1,6 = 2 cm

Langkah selanjutnya adalah mengecek tegangan geser yang terjadi pada pin.
Untuk tahap tersebut maka digunakan persamaan :
π
2 x d 12 x f s = 542
4
π
2 x x 1,6 2 x f s = 542
4
542 x 4
fs =
2 x 3,14 x 1,6 2
= 135 kg / cm 2

Harga diatas masih lebih kecil dari tegangan geser ijin bahan

Pin juga perlu dicek terhadap tegangan normal akibat momen lentur menggunakan
persamaan berikut

Momen lentur maksimal


5
M = W l1
24
5 x 542 x 2
=
24
= 226 kg − cm

Modulus penampang
π
Z = d 12
32
3,14
= x 1,6 2 = 0,403 cm 2
32

70
Tegangan normal yang terjadi adalah
M 226
= = = 564 kg / cm 2
Z 0,403

Harga tegangan normal diatas masih dibawaha tegangan normal ijin bahan

Batang yang akan digunakan memiliki lubang untuk pin dan konektor.

Sebuah brass bush dengan ketebalan 3 mm disediakan untuk batang, sehingga


Diameter lubang pada batang adalah :
= d1 + 2 x 0,3
= 1,6 + 0,6 = 2,2 cm

Boss dibuat pada pin yang terletak pada diameter luar dan diambil sama untuk
kedua pin dan panjangnya sama dengan pin. Diameter dalam boss sama dengan
diameter lubang.

Sehingga diameter boss adalah :


= 2 . d1
= 2 x 1,6 = 3,2 cm

Selanjutnya adalah mengecek tegangan lentur pada batang. Gambar diatas


merupakan potongan batang. Momen lentur maksimal batang adalah :
M=Pxl
= 83,36 x 50 = 4,321 kg-cm

Modulus penampang adalah :

71
1
[
x 2 3,2 3 − 2,13 ]
Z = 12
3,2
2
= 2,44 cm 3

Sehingga tegangan normal akibat momen lentur yang terjadi adalah :


M
σ =
Z
4,321
= = 1722 kg / cm 2
2,44

Tegangan normal akibat momen lentur yang terjadi lebih besar daripada tegangan
ijin bahan, sehingga diameter pin yang ada harus diperbesar.

2. Sebuah rem tangan yang bekerja pada ¾ lingkatan drum yang berdiameter 45 cm
yang dikunci pada poros. Rem tangan tersebut dapat menghasilkan torsi
pengereman 2250 kg-cm. Konstruksi rem dapat dilihat pada gambar dibawah. Jika
pengoperasian rem dilakukan pada jarak 50 cm dari pusat rem, dengan koefisien
gesek 0,25, maka carilah gaya yang bekerja pada drum ketika drum berputar dalam
arah berlawanan jarum jam. Jika batang rem dan pin terbuat dari baja lunak yang
memiliki tegangan tarik maksimal 700 kg/cm2 dan tegangan geser maksimal 560
kg/cm2, maka rancanglah poros, pasak, pin dan batang. Tekanan antara pin dan
batang tidak boleh melebihi 80 kg/cm2.

Penyelesaian,

72
• Menentukan gaya operasi P
Sudut lap,
3
θ = x lingkaran
4
3
= x 360 = 270
4
π
= 270 x
180
= 4,713 rad
Diameter drum, D = 45 cm
Torsi pengereman, T = 2250 kg-cm

Gaya pengereman
TB 2250
T1 − T2 = = = 100 kg
R 22,5
Jarak titik pusat drum terhadap garis aksi, b = 10 cm
Panjang batang, l = 50 cm
Koefisien gesek, μ = 0,25
Dengan menggunakan hubungan antara gaya pada sisi tegang dan sisi kendor,
diperoleh :
T1
2,3 log = µθ
T2
= 0,25 x 4,713
= 1,178
T1 1,178
log = = 0,5122
T2 2,3
T1
= 3,253
T2
T1 = 3,253 T2
= 3,253 (T1 − 100 )
= 3,253 T1 − 325,3
325,3
T1 = = 148,8 kg
2,253
T1 148,8
T2 = = = 44,4 kg
3,253 3,253

73
Gaya yang bekerja berlawana arah jarum jam adalah :
P x l = T2 x b
P x 50 = 44,4 x 10
44,4 x 10
P = = 8,88 kg
50

• Menentukan diameter poros,


Diambil,d = diameter poros
T = Torsi yang dipindahkan oleh poros

Dengan persaman Torsi maka diperoleh :


π
T = . fs . d 3
16
16 T
d3 =
π fs
16 x 2250
= = 20,5
π x 560
d = 3
20,5 = 2,74 cm = 3 cm
• Menentukan pasak,
Untuk rancangan pasak, diambil
w = lebar pasak
t = ketebalan pasak
l = panjang pasak,
Dimensi stándar pasak untuk poros berdiameter 3 cm adalah :
w = 10 mm = 1 mm
t = 8 mm = 0,8 cm
panjang pasak yang dihasilkan dengan mempertimbangkan geseran yang terjadi
pada pasak adalah :
d
w x l x fs x =T
2
3
1 x l x 560 x = 2250
2
2250 x 2
l = = 2,68 atau 2,7 cm
560 x 3

74
Berikutnya adalah pengecekan tegangan geser yang terjadi pada pasak terhadap
tegangan geser ijin bahan :
t d
l x x fc x =T
2 2
0,8 3
2,7 x x f c x = 2250
2 2
1,62 f c = 2250
2250
fc = = 1390 kg / cm 2
1,62
Harga diatas lebih besar dari tegangan geser ijin bahan, sehingga perlu adanya
penambahan panjang pasak. Adapun panjang pasak yang baru dicari sebagai
berikut

0,8 3
l x x 700 x = 2250
2 2
420 l = 2250
2250
l = = 5,37 atau 5,4 cm
420
• Menentukan batang tuas,
Jika diambil notasi berikut,
t = ketebalan batang
B = lebar batang
Batang didesain dengan konstruksi kantilever yang ditumpu pada titik F
dilingkaran. Maka akan dihasilkan sebuah momen lentur sebesar
M= P x l
= 8,88 x 50 = 444 kg-cm
Modulus penampang
1
Z = t B2
6
2 t3
= t ( 2t )
1
=
2

6 3
Maka dengan menggunakan hubungan tegangan normal akibat momen lentur
dihasilkan :

75
M
fb =
Z
444
700 =
2 3
t
3
444 x 3
t3 = = 0,95
2 x 700
t = 3
0,95 = 0,98 atau 1 cm
B = 2 . t = 2 cm
• Menentukani pin,
Mengacu pada bantalan di titik F dan C, maka :
d1 x l1 x pb = T1
d1 x 1,25 d1 x 80 = 148,8

148,8
d 12 = = 1,488
1,25 x 80
d1 = 1,14 atau 1,2 cm
l1 = 1,25 x 1,2 = 1,5 cm
Sekarang mengecek tegangan geser yang terjadi pada pin
π
2 x d 12 x f s = T1
4
π
2 x x 1,2 2 x f s = 148,8
4
2,26 f s = 148,8
148,8
fs = = 66 kg / cm 2
2,26
Tegangan yang dihasilkan lebih kecil dari tegangan geser maksimal bahan,
sehingga pin tersebut aman.
Berikutnya adalah pengecekan terhadap tegangan normal akibat momen lentur.
Momen lentur maksimal yang ada adalah :
5 5
M = W . l1 = T1 l1
24 24
5
= x 148,8 x 1,5
24
= 46,5 kg − cm
Modulus Penampang

76
π
Z = d 13
32
π
= x 1,2 3 = 0,17
32
Sehingga tegangan normal akibat momen lentur yang ada adalah :
M
fl =
Z
46,5
= = 274 kg / cm 2
0,17
Harga diatas masih lebih kecil dibandingkan tegangan normal maksimal bahan,
sehingga aman.

Perhitungan berikutnya adalah pengecekan batang penghubung :


Ketebalan :
l1 1,5
t1 = = = 0,75 cm
2 2
Diamater luas
D = 2 . d1 = 2 x 1,2 = 2,4 cm
Kelonggaran 1,5 mm disediakan untuk masing-masing sisi batang pada fork.
Boss dibuat pada sambungan pin. Sebuah brass bush dengan ketebalan 3 mm
ditekan masuk dalam boss
Diameter lubang pada batang
= d1 + 2 x 0,3
= 1,2 + 0,6 = 1,8 cm
Diameter boss
= 2 x d1 = 2 x 1,2 = 2,4 cm
Panjang boss = l1 = 1,5 cm.
Dengan mengecek tegangan yang terjadi pada lengan dengan penampang
berikut,

dimensi mm

77
Momen lentur maksimal yang terjadi pada boss
M = 8,88 x 50
= 444 kg – cm
Modulus penampang
1
12
[
x 1,5 2,4 3 − 1,8 3 ]
Z =
2,4
2
= 0,814 cm 3

Sehingga tegangan normal yang terjadi akibat momen lentur adalah


M 444
= = = 545 kg / cm 2
Z 0,814
Harga diatas masih dibawah batas harga tegangan normal ijin bahan

3. Sebuah rem band dan blok seperti terlihat pada gambar dibawah. Band terdiri atas
12 blok yang masing-masing mengacu 150 terhadap pusat roda. Jika gaya
pengereman terbesar dan terkecil dinotasikan dengan P dan Q, dan keduanya
memiliki hubungan sesuai dengan persamaan :
12
P  1 + µ tan 7 12 
0

= 
Q  1 − µ tan 7 12 0 

Dimana μ adalah koefisien gesek blocks.
Carilah gaya yang dibutuhkan pad titik C jira block direncanakan untuk menyerap
daya 225 kW pada 240 rpm. Ambil μ = 0,4.

78
Penyelesaian,

Penyelesaian gaya searah radial adalah :


(T1 + T2) sin 7,5 0 = R
Penyelesaian gaya searah tangencial adalah :
(T1 – T2) cos 7,5 0 = μ R
Pembagian kedua persamaan diatas menghasilkan :

(T1 − T2 ) cos 7 12
0

= µ
(T1 + T2 ) sin 7 12
0

T1 − T2
= µ tan 7 12
T1 + T2
1 + µ tan 7 12
0
T1
=
1 − µ tan 7 12
0
T2

Dari soal ditetapkan bahwa hubungan gaya sisi tegang dan gaya sisi kendor
12
P  1 + µ tan 7 12 
0

= 
Q  1 − µ tan 7 12 0 

Dengan kondisi daya = 225 kW = 225 x 103 W
Putaran, N = 240 rpm
Diameter band, D = 0,85 + 2 x 0,075 =1m
Koefisien gesek, μ = 0,4
Dengan persamaa daya yang diserap oleh rem
(P
− Q )π D N
HP =
60
HP x 60
P −Q =
π D N
225 x 10 3 x 60
= = 17900 N
π x 1 x 240

79
Dari persamaan hubungan gaya sisi tegang dan kendor diperoleh :
12
P  1 + µ tan 7 12
0

= 
Q  1 − µ tan 7 12 0 

12
 1 + 0,4 x 0,1317 
=   = 3,555
 1 − 0,4 x 0,1317 
P = 3,555 Q
Substituís hasil diatas kedalam hasil persamaan daya, diperoleh :
3,555 Q − Q = 17900
17900
Q = = 7000 N
2,555
P = 3,555 x 7000 = 24885 N
Maka gaya yang diperlukan dengan mengambil titik O sebagai pusat momen :
F x 0,5 = Q x 0,15 − P x 0,03
= 7000 x 0,15 − 24885 x 0,03
= 303,45
303,45
F =
0,5
= 606,9 N

6.4 Latihan

1. Sebuah rem tangan yang bekerja pada ¾ lingkatan drum yang berdiameter 500 mm
yang dikunci pada poros. Rem tangan tersebut dapat menghasilkan torsi
pengereman 2500 kg-cm. Konstruksi rem dapat dilihat pada gambar dibawah. Jika
pengoperasian rem dilakukan pada jarak 500 mm dari pusat rem, dengan koefisien
gesek 0,30 maka carilah gaya yang bekerja pada drum ketika drum berputar dalam
arah berlawanan jarum jam. Jika batang rem dan pin terbuat dari baja lunak yang
memiliki tegangan tarik maksimal 750 kg/cm2 dan tegangan geser maksimal 600
kg/cm2, maka rancanglah poros, pasak, pin dan batang. Tekanan antara pin dan
batang tidak boleh melebihi 85 kg/cm2.

80
dimensi mm

2. Sebuah rem tali dioperasikan dengan sebuah batang yang memiliki panjang 500
mm. Drum rem memiliki diameter 600 mm dan maksimum torsi drum adalah
15000 kg-cm. Rem tali menempel pada drum pada 2/3 lingkaran drum. Salah satu
ujung tali ditempatkan pada batang dengan dipin dengan jarak 100 mm terhadap
titik yang lainnya dan pin yang satunya berjarak 8 cm terhadap titik pusat engsel
kerja. Jika koefisien gesek adalah 0,32 Hitunglah gaya pengereman yang
dibutuhkan. Rancang pula poros, pasak, batang dan pin jika tegangan tarik
maksimal adalah 750 kg/cm2, tegangan geser maksimal 550 kg/cm2 dan tekanan
bantalan 250 kg/cm2. Tekanan bahan pada saat pengereman maksimal 3 kg/cm2.

dimensi mm

81
BAB VII
REM CAKRAM

7.1 Bentuk rem Cakram

Rem cakram merupakan rem yg banyak dipakai dalam dunia otomotif. Sepeda
motor dan mobil sebagian menggunakan rem jenis cakram untuk mekanisme
pengereman. Pertimbangan pemakaian karena bentuknya sederhana dan mudah untuk
dilakukan perawatan.

Gambar 7.1 Bentuk rem cakram

84
7.2 Kapasitas Rem Cakram

Gambar 7.2 Geometri luas kontak rem cakram.

Persamaan aus aksial,

𝑤𝑤 = 𝑓𝑓1 . 𝑓𝑓2 . 𝐾𝐾. 𝑃𝑃. 𝑉𝑉. 𝑡𝑡

Gaya aktuasi dan torsi pengereman,


𝜃𝜃2 𝑟𝑟𝑜𝑜 𝑟𝑟𝑜𝑜
𝐹𝐹 = � � 𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) � 𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜃𝜃1 𝑟𝑟 𝑖𝑖 𝑟𝑟 𝑖𝑖
𝜃𝜃2 𝑟𝑟𝑜𝑜 𝑟𝑟𝑜𝑜
𝑇𝑇 = � � 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) � 𝑝𝑝𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
2
𝜃𝜃1 𝑟𝑟 𝑖𝑖 𝑟𝑟 𝑖𝑖

Jari-jari ekivalen,
𝑟𝑟
𝑇𝑇 ∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑝𝑝𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑟𝑟𝑒𝑒 = = 𝑖𝑖𝑟𝑟𝑜𝑜
𝑓𝑓 𝐹𝐹 ∫𝑟𝑟 𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑖𝑖

Koordinat posisi gaya tekan,


𝜃𝜃2 𝑟𝑟𝑜𝑜 𝑟𝑟𝑜𝑜
𝑀𝑀𝑥𝑥 = 𝐹𝐹 𝑟𝑟̅ = � � 𝑝𝑝𝑝𝑝(𝑟𝑟 sin 𝜃𝜃) 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (cos 𝜃𝜃1 − cos 𝜃𝜃2 ) � 𝑝𝑝𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝜃𝜃1 𝑟𝑟 𝑖𝑖 𝑟𝑟 𝑖𝑖

𝑀𝑀𝑥𝑥 (cos 𝜃𝜃1 − cos 𝜃𝜃2 )


𝑟𝑟̅ = = 𝑟𝑟𝑒𝑒
𝐹𝐹 𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1

Untuk analisanya maka digunakan dua pendekatan, yaitu: pendekatan keausan seragam
dan pendekatan tekanan seragam.

85
a. Teori keausan seragam
Tekanan permukaan,
𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑝𝑝 =
𝑟𝑟
Gaya aksial,
𝑟𝑟𝑜𝑜
𝐹𝐹 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) � 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 (𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖 )
𝑟𝑟 𝑖𝑖

Torsi pengereman,
𝑟𝑟𝑜𝑜
1
𝑇𝑇 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) 𝑓𝑓 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 � 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃 − 𝜃𝜃1 ) 𝑓𝑓 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 �
𝑟𝑟 𝑖𝑖 2 𝑜𝑜
Jari-jari ekivalen,
𝑟𝑟
∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 1 𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑖𝑖
𝑟𝑟𝑒𝑒 = 𝑟𝑟 = =
∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑑𝑑 2 𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖 2
𝑖𝑖

Koordinat posisi gaya tekan,


(cos 𝜃𝜃1 − cos 𝜃𝜃2 ) 𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑟𝑟̅ =
𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 2

b. Teori tekanan seragam


Asumsi kamvas rem baru, 𝑝𝑝 = 𝑝𝑝𝑎𝑎
Gaya aksial,
𝑟𝑟𝑜𝑜
1
𝐹𝐹 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 )𝑝𝑝𝑎𝑎 � 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) 𝑝𝑝𝑎𝑎 �𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 �
𝑟𝑟 𝑖𝑖 2
Torsi pengereman,
𝑟𝑟𝑜𝑜
1
𝑇𝑇 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 ) 𝑓𝑓 𝑝𝑝𝑎𝑎 � 𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 = (𝜃𝜃 − 𝜃𝜃1 ) 𝑓𝑓 𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜3 − 𝑟𝑟𝑖𝑖3 �
𝑟𝑟 𝑖𝑖 3 𝑜𝑜
Jari-jari ekivalen,
𝑟𝑟
𝑝𝑝𝑎𝑎 ∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑟𝑟 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑟𝑟𝑜𝑜3 − 𝑟𝑟𝑖𝑖3 2 2 𝑟𝑟𝑜𝑜3 − 𝑟𝑟𝑖𝑖3
𝑖𝑖
𝑟𝑟𝑒𝑒 = 𝑟𝑟 = =
𝑝𝑝𝑎𝑎 ∫𝑟𝑟 𝑜𝑜 𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑑𝑑 3 𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 3 𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2
𝑖𝑖

Koordinat posisi gaya tekan,


(cos 𝜃𝜃1 − cos 𝜃𝜃2 ) 2 𝑟𝑟𝑜𝑜3 − 𝑟𝑟𝑖𝑖3 2 𝑟𝑟𝑜𝑜3 − 𝑟𝑟𝑖𝑖3 cos 𝜃𝜃1 − cos 𝜃𝜃2
𝑟𝑟̅ = =
𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 3 𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 3 𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1

86
7.3 Contoh Soal
1. Sepasang pad rem cakram memiliki jari-jari dalam 3,87 in dan jari-jari luar 5,5 in,
sudut cakram 108o, koefisien gesek 0,37, dan diberi gaya aktuasi silinder hidrolik
berdiameter 1,5 in. Torsi yang dibutuhkan adalah 13 000 lbf.in., untuk kondisi
keausan seragam, tentukan:
a. tekanan normal pa,
b. gaya aktuasi F,
c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.

Penyelesaian,
a. tekanan normal pa,
Torsi untuk satu cakram,
13 000
𝑇𝑇 = = 6500 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙. 𝑖𝑖𝑖𝑖
2
2𝑇𝑇
𝑝𝑝𝑎𝑎 =
(𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 )𝑓𝑓𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜2 − 𝑟𝑟𝑖𝑖2 �
2 𝑥𝑥 6500
= = 315,8 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
(144𝑜𝑜 − 36𝑜𝑜 )(𝜋𝜋/180) 𝑥𝑥 0,37 𝑥𝑥 3,87 𝑥𝑥 (5,52 − 3,872 )

b. gaya aktuasi F,
𝐹𝐹 = (𝜃𝜃2 − 𝜃𝜃1 )𝑝𝑝𝑎𝑎 𝑟𝑟𝑖𝑖 �𝑟𝑟𝑜𝑜 − 𝑟𝑟𝑖𝑖 �
= (144𝑜𝑜 − 36𝑜𝑜 )(𝜋𝜋/180) 𝑥𝑥 315,8 𝑥𝑥 3,87 𝑥𝑥 (5,5 − 3,87) = 3748 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙

c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,


𝑟𝑟𝑜𝑜 + 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑟𝑟𝑒𝑒 =
2
5,5 + 3,87
= = 4,68 𝑖𝑖𝑖𝑖
2
cos 𝜃𝜃1 − cos 𝜃𝜃2 𝑟𝑟𝑜𝑜 + 𝑟𝑟𝑖𝑖
𝑟𝑟̅ =
𝜃𝜃1 − 𝜃𝜃2 2
cos 36𝑜𝑜 − cos 144𝑜𝑜 5,5 + 3,87
= = 4,02 𝑖𝑖𝑖𝑖
(144𝑜𝑜 − 36𝑜𝑜 ) (𝜋𝜋/180) 2

87
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.
𝐹𝐹 3748
𝑝𝑝ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = = = 2121 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝐴𝐴𝑝𝑝 1,52
𝜋𝜋 � �
4

7.4 Latihan,
1. Sepasang pad rem cakram memiliki jari-jari dalam 98 mm dan jari-jari luar 140
mm, sudut cakram 108o, koefisien gesek 0,35, dan diberi gaya aktuasi silinder
hidrolik berdiameter 38 mm. Torsi yang dibutuhkan adalah 25 000 N.m., untuk
kondisi keausan seragam, tentukan:
a. tekanan normal pa,
b. gaya aktuasi F,
c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.

2. Sepasang pad rem cakram memiliki jari-jari dalam 100 mm dan jari-jari luar 150
mm, sudut cakram 108o, koefisien gesek 0,37, dan diberi gaya aktuasi silinder
hidrolik berdiameter 40 mm. Torsi yang dibutuhkan adalah 30 000 N.m., untuk
kondisi tekanan seragam, tentukan:
a. tekanan normal pa,
b. gaya aktuasi F,
c. jari-jari ekivalen, re dan jari-jari lokasi, 𝑟𝑟̅ ,
d. tekanan hidrolik yang diperlukan.

88
BAB VIII
SABUK (BELT)

8.1 Bentuk Sabuk

Sabuk digunakan untuk memindahkan daya pada jarak yang cukup panjang.
Elemen ini biasanya digunakan untuk mengganti roda gigi, poros, dan bantalan. Jadi
sabuk merupakan elemen penekan biaya yang cukup penting. Karena elemen ini elastis
dan biasanya panjang, maka sabuk memainkan peranan penting dalam menyerap beban-
beban kejut dan dalam meredam pengaruh gaya getaran.
Jumlah daya yang ditransmisikan tergantung pada beberapa factor berikut.
• Kecepatan sabuk
• Ketegangan sabuk
• Lengkungan kontak antara sabuk dengan puli terkecil
• Kondisi sabuk yang digunakan

Sabuk biasanya digunakan pada dua poros yang sejajat. Poros-poros harus
terpisah pada suatu jarak minimum tertentu, yang tergantung pada jenis pemakaian
sabuk, agar bekerja secara efisien. Karakteristik sabuk antara lain :
• Sabuk dipakai untuk jarak sumbu yang panjang
• Karena slip dan gerakan sabuk yang lambat, perbandingan kecepatan sudut
antara kedua poros tidak constan ataupun sama dengan perbandingan
diameter puli
• Bila menggunakan sabuk datar, aksi klos bisa didapat dengan menggeser
sabuk dari puli yang bebas ke puli yang ketat.
• Bila sabuk V yang digunakan, beberapa variasi dalam perbandingan
kecepatan sudut bisa didapat dengan menggunakan puli kecil dengan sisi
yang dibebani pegas. Diameter puli kemudian merupakan fungís dari tegangan
sabuk dan dapat diubah-ubah dengan merubah jarak sumbunya.
• Sedikit penyetelan atas jarak sumbu biasanya diperlukan sewaktu sabuj
sedang dipakai
• Dengan menggunakan puli yang bertingkat, statu alat pengubah perbandingan
kecepatan yang ekonomis dapat diperoleh

89
Hal-hal berikut ini sangat perla diperhatikan dalam penggunaan sabuk :
a. Poros yang dipasang haruslah dapat menjamin keseragaman tegangan sepanjang
sabuk
b. Puli haruslah dapat menjaga sabuk agar sabuk demikian tertutup/menempel
dengan puli, sehingga sudut kontak antara sabuk dengan puli bisa besar
c. Puli harus dibuat sedemikian agar gesekan antara sabuk dengan puli bisa
maksimal
d. Untuk sabuk datar, jarak antara poros maksimal 10 meter dan minimum tiga
setengah kali diamater terbesar.

Adapun perbandingan antara transmisi sabuk dengan sabuk dapat dilihat pada gambar
dan tabel berikut.

Gambar 8.1 Karakteristik Sabuk

90
8.2 Tipe dan Bahan Sabuk

Tipe sabuk antara lain :


1. Flat Belt
Biasa digunakan untuk diperusahaan dan workshop, dimana jumlah daya yang
mampu ditransmisikan memiliki beban yang sedang. Batasan jarak pemasangan
sabuk datar adalah 10 meter
2. V-Belt
V-belt biasanya digunakan diperusahaan dimana jumlah saya yang mampu
ditransmisikan lebih besar dari sabuk datar.
3. Circular Belt
Sering digunakan untuk mentransmisikan daya yang besar, tetapi jarak maksimal
antara dua puli adalah 5 m

Gambar 8.2 Tipe sabuk

Bahan Sabuk,

Syarat material sabuk adalah :


• kuat
• flexible
• durable
• memiliki koefisien gesek tinggi
Material sabuk diklasifikasikan menjadi :
1. Kulit
2. Cotton atau fabric belts
3. Rubber belts
4. Balat Belts

91
Gambar 8.3 Tipe bahan sabuk

Adapun beberapa sifat material sabuk dapat dilihat pada tabel berikut.

Gambar 8.4 Tipe penyambungan sabuk

8.3 Sabuk Datar

Sabuk datar umumnya terbuat dari kulit yang disamak atau kain yang diresapi
dengan karet. Sabuk datar yang moderen terdiri dari inti elastis yang kuat, seperti
benang baja atau nilon, untuk menerima beban tarik dan memindahkan daya,

92
digabung dengan selubung yang lugas untuk memberi gesekan antara sabuk dengan
puli.
Sabuk datar memiliki keunggulan :
• efisien untuk kecepatan tinggi,
• tidak bising,
• dapat memindahkan jumlah daya yang besar pada jarak sumbu yang panjang,
• tidak memerlukan puli yang besar, dan
• dapat memindahkan daya antara puli pada posisi yang tegak lupus satu sama
lain
• memiliki efisiensi sekitar 98 %

Gambar 8.5 Sabuk datar yang dipasang terbuka.

Sebuah sabuk yang terbuka dan bersilang akan memberi persamaan untuk sudut
persinggungan θ dan panjang sabuk total L pad asetiap kasus. Kalau susunan sabuk
terbuka horizontal yang dipakai, penggerak harus berputar sedemikian rupa agar sisi
yang kendor disebelah atas. Ini memberi sudut kotak yang lebih besar pada kedua
puli. Kalau penggeraknya vertikal atau jarak pusatnya pendek, sudut kontak yang
lebih besar bisa didapat dengan menggunakan puli penegang yang menganggur
Perubahan tegangan tarik sabuk karena gaya gesekan antara sabuk dan puli akan
menyebabkan sabuk memanjang atau mengerut dan bergerak relatif terhadap
permukaan puli. Gerakan ini disebabkan oleh regakan lambat elastits dan dikaitkan
dengan gesekan karena luncuran sebagai lawan dari gesekan statis. Aksi pada puli

93
penggerak, melalui bagian sudut kontak yang sebetulnya memindahkan daya, adalah
sedemikian rupa sehingga sabuk bergerak lebih lambat dari kecepatan puli karena
gerakan lambat elastis tersebut. Sudut kontak sabuk tersebut membentuk busur
efektif, melalui mana daya dipindahkan, dan busur menganggur.

Gambar 8.6 Sabuk datar yang diberi Idler puli.

Untuk puli penggerak sabuk mula-mula menyinggung puli dengan gaya tarik sisi
tegang F1 dan kecepatan V1, yang mana adalah sama dengan kecepatan permukaan
puli. Sabuk kemudain melewati busur menganggur tanpa perubahan F1 dan V1.
Kemudian persinggungan gerakan lamban atau luncuran mulai, dan tegangan sabuk
berubah sesuai dengan gaya gesek. Diujung busur efektif sabuk meninggalkan puli
dengan statu gaya tarik sisi kendor F2 dan kecepatan yang berkurang V2 .teori ini
dikemukakan oleh Firbank dan telah menggunakannya ntuk menggambarkan
mekanika sabuk penggerak datar dalam bentuk matematis dan telah dibuktikan oleh
hasil percobaan. Penemuan yang lain adalah koefisien gesek untuk sabuk yang
mempunyai inti dari nylon dan permukaan kulit adalah 0,7 tetapi hal ini masih bisa
dinaikkan dengan pengerjaan akhir khususnya pada permukaannya.

Gambar 8.7 Sabuk dengan beberapa Idler Puli

94
Perbandingan Kecepatan pada Sabuk

Gambar 8.8 Perbandingan kecepatan

Perbandingan kecepatan antara sabuk penggerak dan yang digerakkan


akandibahas pada bagian ini. Jika diambil bahwa
d1 = diamater puli penggerak
d2 = diameter puli pengikut
N1 = putaran puli penggerak, rpm
N2 = putaran puli pengikut, rpm
Maka dapat dirumuskan dengan persmaaan :
π d1 N1 = π d 2 N 2
N2 d
= 1
N1 d2
Ketika ketebalan sabuk ikut diperhitungkan dalam penghitungan perbandingan
kecepatan, maka akan dipeoleh persamaan :
N2 d +t
= 1
N1 d2 + t

8.4 Slip Pada Sabuk


Terkadang, koefisien gesek antara sabuk dengan puli terlalu kecil, sehingga sabuk
tidak dapat mentransmisikan daya. Kondisi ini bisa diakibatkan oleh gerakan sabuk

95
pada sisi penggerak yang tdk bisa membawa puli pengikut berputar. Kondisi ini
disebut sebagai slip
Jumlah slip ini dapat mengurangi perbandingan kecepatan dari sebuah sistem
sabuk. Jika diambil beberapa istilah berikut :
S1 % = Slip antara penggerak dengan sabuk
S2 % = Slip antara sabuk dengan pengikut
V = kecepatan sabuk
Kemudian dengan persamaan :
S1
v = π d1 N1 − π d1 N1 x
100
 S 
= π d 1 N 1 1 − 1 
 100 
Dengan persamaan yang sama, maka
S2
π d2 N2 = v − v x
100
 S2 
= v 1 − 
 100 
dengan mensubstitusi persamaan dua ke persamaan satu maka diperoleh hasil
N2 d  S S 
= 1 1 − 1 − 2 
N1 d2  100 100 
d1   S1 + S 2 
= 1 −  
d2   100 
d  s 
= 1 1 − 
d 2  100 

8.5 Panjang Sabuk

Dalam kasus, bahwa dua puli berputar dalam arah yang sama, dimana :
O1 dan O2 = pusat dari kedua puli
R1 dan R2 = jari-jari puli besar dan puli Cecil
C = jarak anatar O1 dan O2
L = Panjang total sabuk
Maka apabila sabuk terpasang secara terbuka seperti gambar dibawah :

96
Gambar 8.9 Pemasangan sabuk secara terbuka

Panjang sabuk diperoleh dengan menurunkan persamaan :


= Arc GJE + EF + Arc FKH + HG
= 2 (Arc JE + EF + Arc FK)
Dari geometry gambar, dapat diperoleh hubungan :
r1 − r2
sin α =
x
Sudut α adalah sangat kecil sehingga diambil persamaan
r1 − r2
sin α = α =
x
π 
Arc JE = r1  + α 
2 
π 
Arc FK = r2  − α 
2 
dan juga berlaku :

EF = MO2 = x 3 − (r1 − r2 )
2

 r − r2 
2

= x 1− 1 
 x 

Dengan menguraikan persamaan diatas dengan teori binomial maka diperoleh :

 1  r1 − r2 
2

EF = x 1 −   + ...........
 2 x  
(r1 − r2 )
2

= x
2x

97
Dengan melakukan substitusi beberapa hasil diatas, maka akan diperoleh :

 π  (r1 − r2 )2 π 
L = 2 r1  + α  + x − + r2  − α 
  2  2x 2 
 π (r1 − r2 )2 π 
= 2 r1 + r1 α + x − + r2 − r2 α 
 2 2x 2 
π (r − r2 )2 
= 2  (r1 + r2 ) + α (r1 − r2 ) + x − 1 
 2 2x 
 (r1 − r2 )2 
= π (r1 + r2 ) + 2α (r1 − r2 ) + 2 x − 
 x 
(r1 − r2 )
Dengan mensubstitusi nilai α = , maka diperoleh :
x
 (r − r2 ) (r1 − r2 )
2

L = π (r1 + r2 ) + 2 x 1 (r1 − r2 ) + 2 x − 
 x x 
 (r1 − r2 )2 
= π (r1 + r2 ) + 2 x + 
 x 

Panjang sabuk yang dipasang secara melintang


Jika : O1 dan O2 = pusat dari kedua puli
r1 dan r2 = Radius puli besar dan puli kecil
x = Jarak antara dua puli
L = Panjang total sabuk

Gambar 8.10 Sabuk dipasang secara melintang

98
Maka Dari gambar akan terlihat bahwa O2M akan tegak lurus terhadap O1E.
Ambil MO2O1 = α radian
Panjang sabuk total adalah = Arc GJE + EF + Arc FKH + HG
= 2 (Arc JE + EF + Arc FK)
Dari geometri pada gambar diperoleh hasil :
r1 + r2
sin α =
x
Dengan asumsi bahwa α sangat kecil, maka diambil asumsi bahwa
r1 + r2
sin α = α =
x
π 
Arc JE = r1  + α 
2 
Dengan cara yang sama maka
π 
Arc FK = r2  + α 
2 

EF = MO2 = x 2 − (r1 + r2 )
2

 r + r2 
2

=x 1 −  1 
 x 
Dengan melakukan perluasan persamaan tersebut diatas menggunakan teori
binomial, maka diperoleh hasil :

 1  r1 + r2 
2

EF = x 1 −   + ................ 
 2 x  
(r1 + r2 )
2

= x −
2x
Semua persamaan tersebut diatas disubstitusi sehingga menjadi :
 π  (r + r2 )2 π 
L = 2 r1  + α  + x − 1 + r2  + α 
  2  2x 2 
 π (r + r ) 2
π 
= 2 r1 + r1 α + x − 1 2 + r2 + r2 α 
 2 2x 2 
π (r1 + r2 )2 
= 2  (r1 + r2 ) + α (r1 + r2 ) + x − 
 2 2 x 
 (r + r )2 
= π (r1 + r2 ) + 2α (r1 + r2 ) + 2 x − 1 2 
 x 

99
r1 + r2
Dengan menstubstitusi nilai α = , maka persamaan diatas menjadi
x
 2 (r1 + r2 ) (r1 + r2 )2 
L = π (r1 + r2 ) + (r1 + r2 ) + 2 x − 
 x x 
 2 (r1 + r2 ) (r + r )2 
2

= π (r1 + r2 ) + + 2x 1 2 
 x x 
 (r1 + r2 )2 
= π (r1 + r2 ) + 2 x + 
 x 

8.6 Daya Diteruskan Sabuk

Dalam gambar dibawah yang memperlihatkan sebuah puli penggerak dan puli
pengikut. Jika :
T1 adalah Tegangan pada sisi tegang sabuk, kg
T2 adalah Tegangan pada sisi kendor sabuk, kg
V adalah kecepatan linier sabuk, dalam m/detik

Gambar 8.11 Transmisi sabuk

daya yang mampu ditransmisikan oleh sabuk adalah


(T1 − T2 )
P = x V H .P
75

100
8.7 Mulur Pada Sabuk

Ketika membicarakan masalah sabuk, tegangan pada kedua sisi sabuk tidak akan
sama. Pada satu sisi, kondisi sabuk lebih tegang dari sisi yang satunya. Seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ada sebuah sabuk yang dipotong pada kedua sisinya.

Gambar 8.12 Mulur pada sabuk

Dari gambar diambil notasi :


T1 = Tegangan pada sisi tegang sabuk
T2 = Tegangan pada sisi kendor sabuk
θ = Sudut kontak

Adapun diagram benda bebas dari sebuah potongan sisi sabuk seperti terlihat
pada gambar dibawah.

Dari gambar DBB dihasilkan beberapa kondisi berikut.


1. Gaya gesek yang bekerja adalah F = µ x RN
2. Tension pada T + δT pada sabuk pada saat Q
3. Reaksi normal RN
4. Tension T pada sabuk adalah P

101
Dengan µ adalah koefisien antara sabuk dengan puli
Dari hasil diatas dapat dibuat sebuah hubungan antara tegangan sisi tegang dan
tegangan pada sisi kendor sabuk sebagai persamaan berikut :
T1 µθ
=e
T2

Ada beberapa hal yang perla dipehatikan dalam perancangan sabuk, yaitu :
1. T1 = Tegangan pada sisi tegang sabuk
= f . b. t
dengan, f = tegangan maksimal bahan sabuk
b = lebar sabuk
t = tabal sabuk
T2 = Tegangan pada sisi kendor sabuk
2. Ketika menghitung sudut kontak sabuk, maka harus diingat bahwa sudut
kontak yang diambil adalah sudut kontak yang berada pada puli terkecil untuk
material yang sama.
r1 − r2
sin α = (untuk konstruksi sabuk terbuka)
c
r1 + r2
sin α = (untuk konstruksi sabuk tertutup)
c
Sehingga untuk mencari sudut kontak lap adalah :
π
θ = (180 − 2α ) . rad (untuk konstruksi sabuk terbuka)
180
π
θ = (180 + 2α ) . rad (untuk konstruksi sabuk tertutup)
180
3. Ketika desain puli dibuat dari bahan yang berbeda, maka desain harus
mengacu ke puli yang memiliki harga µθ terkecil

8.8 Gaya Sentrifugal Pada Sabuk

Ketika sabuk bekerja secara terus menerus, maka akan muncul gaya sentrifugal
yang diakibatkan karena penambahan gaya pada kedua sisi baik sisi tegang maupun sisi
kendor. Pada kecepatan rendah, gaya sentrifugal sangat kecil dan dapat diabaikan, tetapi

102
ketika kecepatan naik secara signifikan maka gaya sentrifugal menjadi besar dan harus
diperhitungkan dalam perhitungan perencanaan sabuk.

Gambar 8.13 Gaya sentrifugal sabuk

Dengan melihat sebuah potongan kecil dari bagian sabuk seperti yang terlihat
pada gambar, maka dapat diambil notasi berikut :
w = berat sabuk setiap satuan panjang
v = kecepatan linier sabuk
r = jari-jari puli penggerak
Tc = Gaya sentrifugal yang bekerja secara tangensial pada P dan Q
Panjang PQ adalah :
= r dθ
Berat bagian sabuk PQ adalah :
= w x r dθ
Gaya sentrifugal adalah :
W v2
=
g .r
Maka, gaya sentrifugal yang terjadi pada sabuk sepanjang elemen PQ adalah :
w x r dθ x v 2
=
g x r
w . dθ . v 2
=
g

103
Gaya sentrifugal TC bekerja secara tangensial pada P dan Q dan menjaga sabuk
dalam kondisi seimbang
Dengan kondisi tersebut, maka penyelesaian gaya, akibat adanya gaya sentrifugal
dan tarikan sentrifugal, baik secara horizontal maupun vertikal sama sehingga
menghasilkan persamaan :

dθ w dθ v 2
2 TC sin =
2 g

Jika diasumsikan bahwa sudut dθ sangat kecil, maka dapat ditulis persamaan :
dθ dθ
sin =
2 2
dθ w dθ v 2
2 TC =
2 g
w v2
TC =
g
Apabila gaya sentrifugal tersebut diperhitungkan dalam perencanaan sabuk, maka
gaya pada sisi tegang dan kendor manjadi :
Gaya pada sisi tegang = T1 + TC
Gaya pada sisi kendor = T2 + TC
Perhitungan pentransmisian daya oleh sabuk menjadi sebagai berikut :
Daya yang dipindahkan sabuk :
(T1 − T2 ) x v
P =
75
dimana T1 = Gaya pada sisi tegang, kg
T2 = Gaya pada sisi kendor, kg
v = kecepatan linier sabuk, m/dt
Dari persamaan hubungan sisi kendor dan sisi tegang yang menerangkan :
T1
= eµθ
T2
T1
T2 =
eµθ
Substitusi nilai T2 kedalam persamaan daya yang ditransmisikan sabuk
maka diperoleh hasil :

104
 T 
 T1 − µ1θ  x v
 e 
P =
75
 1 
T1 1 − µ θ  x v
 e 
=
75
= T1 x v x C
 1 
1 − µ θ 
 e 
dim ana C =
75
Dalam persamaan gaya tegang yang memasukkan gaya sentrifugal
diketahui bahwa :
T1 = T – TC
Dengan mensubstitusi persamaan T1 tersebut dalam persamaan daya
sabuk, maka dihasilkan persamaan :
P = (T − TC ) x v x C
 wv2 
=  T −  x v xC

 g 
 wv2 
=  T v −  xC

 g 
Untuk menghasilkan pentransmisian daya yang maksimal :
dP
=0
dv
3wv2
T − =0
g
T − 3 TC = 0
T = 3 TC
Persamaan diatas menunjukkan bahwa ketika daya yang ditransmisikan
maksimal, maka 1/3 dari harga tegangan maksimal terserap menjadi gaya
sentrifugal.
Kecepatan sabuk untuk daya maksimal adalah :

T g
v =
3w

105
8.9 Sabuk V (V-Belt)

Sabuk V terbuat dari bahan Cords yang digabung dengan bahan karet dan dilapisi
bahan dari fabric. Perbedaan utama sabuk V dengan sabuk datar adalah bentuk
penampang sabuk yang membentuk alur V yang biasanya memiliki besar antara 30 – 40 .
Daya ditransmisikan melalui bagian ujung antara sabuk dengan alur V. Adapun gambar
potongan dari sabuk V dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 8.13 Sabuk V

Keuntungan dan kerugian sabuk V adalah sebagai berikut :


Keuntungan :
a. belt dapat lebih kompak untuk pemasangan jenis sabuk yang memiliki jarak antar
poros pendek.
b. Lebih sedikit kemungkinan slipnya.
c. Pengoperasiannya lebih tidak berisik.
d. Memiliki kemampuan peredaman lebih baik ketika pada saat awal mesin
dinyalakan.
e. Memiliki perbandingan kecepatan yang lebih baik.
f. Daya yang ditransmisikan lebih besar.
g. V-belt dapat dioperasika dalam berbagai arah.

Kerugian :
a. V belt tidak bias digunakan untuk jarak poros yang panjang.
b. V-belt tidak semurah flat belt.
c. V belt memliki bentuk puli yang lebih rumit sehingga lebih susah.

106
Adapun nilai torsi dengan kecepatan putaran dari sebuh sabuk V dapat dilihat
pada gambar berikut.

Untuk mencari kapasitas pentransmisian daya untuk sabuk V dapat digunakan


persamaan :
T1
2,3 log = µ θ cos ec α
T2

8.10 Contoh Soal

1. Sebuah engine bekerja pada putaran 150 rpm menggerakkan poros dengan sbuah
sabuk. Puli yang terdapat pada engine memiliki diameter 75 cm dan puli yang berada
pada poros penggerak memiliki diameter 45 cm.. Jika jarak antar puli adalah 90 cm,
carila kecepatan poros pengikut jika
b. Tanpa slip
c. Dengan slip factor 2 %

Dimensi mm

107
Penyelesaian,

N1 = 150 rpm
D1 = 75 cm
D2 = 45 cm
Diameter puli yang lain adalah :
D3 = 90 cm
D4 = 15 cm
Dengan mengambil N4 sebagai kecepatan keluaran, maka :
N 4 d1 x d 2
=
N1 d 3 x d 4
N1 x d1 x d 2
N4 =
d3 x d4
150 x 75 x 90
=
45 x 15
= 1500 rpm
Jika faktor slip dimasukkan maka akan menjadi :
N 4 d1 x d 2  S   S 
= 1 − 1  x 1 − 2 
N1 d 3 x d 4  100   100 
N x d1 x d 2  2   2 
N4 = 1 1 −  x 1 − 
d3 x d4  100   100 
150 x 75 x 90 98 98
= x x
45 x 15 100 100
= 1440 rpm

2. Carilah panjang sabuk yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah puli yang
berdiameter 80 cm yang bekerja secara paralel terhadap puli lain yang berdiameter
480 cm dengan jarak antar poros 12 meter.

Penyelesaian,
Diketahui :
Diameter puli kecil, d2 = 80 cm
Diameter puli kecil, d1 = 480 cm
Jarak antara puli, x = 12 m = 1200 cm
Jika sabuk dipasang secara terbuka, maka panjang sabuk yang diperlukan :

108
(r1 − r2 )2
L = π (r1 + r2 ) + 2 x +
x
(240 − 40)
2

= π (240 + 40) + 2 x 1200 +


1200
= 3313,3 cm = 33,133 cm

Jika sabuk dipasang secara melintang, maka panjang sabuk yang diperlukan :

(r1 + r2 )
2

L = π (r1 + r2 ) + 2 x +
x
(240 + 40)2
= π (240 + 40) + 2 x 1200 +
1200
= 3345 cm = 33,45 cm

3. Dua puli yang satu berdiameter 450 mm dan lainnya 200 mm. Kedua poros puli
sejajar dengan jarak antara keduanya adalah 1,05 m dan dihubungkan dengan
konstruksi sabuk cross. Carilah harga panjang sabuk yang dibutuhkan dan sudut
kontak antara sabuk dengan puli
Berapa daya yang ditransmisikan oleh sabuk ketika puli reputar dengan putaran 200
rpm. Jika tegangan maksimal bahan adalah 1 kN dan koefisien gesek 0,25

Penyelesaian :
Diberikan data
Diameter puli besar, D1 = 450 mm
Diameter puli Cecil, D2 = 200 mm
Jarak antar puli, c = 1,95 m
Putaran puli, N = 200 rpm
Sehingga kecepatan linier sabuk, v adalah

109
π . D1 . N
v =
60
π x 0,45 x 200
=
60
= 4,714 m / sec
Tegangan Maksimum Bahan Sabuk,
T1 = 1 kN
= 1000 N
Koefisien gesek = 0,25
Panjang sabuk yang dibutuhkan,

(r1+ r2 )
2

L = π (r1 + r2 ) + 2 . c +
c
(0,25 + 0,1)2
= π (0,225 + 0,1) + 2 .1,95 +
1,95
= 4,975 m
Sudut kontak antara sabuk dengan puli adalah
r1 + r2
sin α =
c
0,225 + 0,1
=
1,95
sin α = 0,1667
α = 9,36
θ = 180 + 2 . α
= 180 + 2. 9,36
= 199,12
π
= 199,12 x
180
= 3,474 rad

Daya yang mampu ditransmisikan adalah :

110
T1
2,3 log = µθ
T2
T1 0,25 x 3,474
log =
T2 2,3
T1
= 2,385
T2
T1
T2 =
2,385
1000
=
2,385
= 419,3 N
Sehingga :
P = (T1 − T2 ) . v
= (1000 − 419,3) . 4,714
= 27,4kW

4. Sebuah sabuk dengan ukuran 9 mm x 250 mm digunakan untuk menggerakkan puli


yang memiliki diameter 90 cm dan berputar pada 336 rpm. Jika lengkung aktif pada
puli terkecil adalah 120 dan tegangan sabuk pada sisi tegang adalah 20 kg/cm2,
Carilah kapasitas sabuk dengan kondisi koefisien gesek 03, dan berat 0,00098
kg/cm3.

Penyelesaian,
Diberikan data :
Ketebalan sabuk, t = 9 mm = 0,9 cm
Lebar sabuk, b = 250 mm = 25 cm
Luas sabuk, a = b x t = 25 x 0,9 = 22,5 cm2
Diameter puli, d = 90 cm
Putaran puli, N = 336 rpm
Kecepatan sabuk, v
π .d N
v =
60
π x 90 x 336
= = 1583,4 cm / sec
60
= 15,834 m / sec
Sudut kontak pada puli terkecil :

111
π
θ = 120 = 120 x
180
= 2,1 rad
Tegangan pada sisi tegang sabuk , f = 20 kg/cm2
Gaya pada sisi tegang adalah, T1 = f x a
= 20 x 22,5
= 450 kg
Rapat massa material sabuk, ρ = 0,00098 kg/cm3
Koefisien gesek, μ = 0,35
Dengan menggunakan hubungan gaya pada sisi tegang dan sisi kendor
sabuk maka diperoleh hasil :
T1
2,3 log = µθ
T2
= 0,35 x 2,1 = 0,735
T1 0,735
log = = 0,3196
T2 2,3
T1
= 2,085
T2
T1 450
T2 = = = 215,8 kg
2,085 2,085
Berat sabuk tiap satuan panjang adalah :
w = luas area x panjang x rapat massa material
= 22,5 x 100 x 0,00098
= 2,2 kg
Gaya sentrifugal, TC adalah :
w 2
TC = v
g

=
2,2
(15,834)2
9,81
= 56,2 kg

Total gaya pada sisi tegang adalah :


Tt1 = T1 + TC
= 450 + 56,2 = 506,2 kg
Total gaya pada sisi kendor adalah :
Tt 2 = T2 + TC
= 215,8 + 56,2 = 272 kg
Sehingga kapasitas daya yang mampu ditransmisikan adalah :

112
(Tt1
− Tt 2 ) v
P =
75
(506,2 − 272) . 15,834
=
75
= 49,4 HP

5. Sebuah sabuk dengan lebar 10 cm dan tebal 1 cm digunakan untuk mentransmisikan


daya pada kecepatan 1000 meter/menit. Perbedaan antara gaya pada sisi tegang
dengan sisi kendor adalah 1,8 kali gaya pada sisi kendor sabuk. Jika tegangan ijin
material sabuk 16 kg/cm2, dengan rapat material sabuk 1 gm/cm3 , maka carilah daya
maksimal yang mampu ditransmisikan sabuk. Hitung pula daya absolut maksimal
sabuk.

Penyelesaian,

Diberikan data :
Lebar sabuk, b = 10 cm
Tebal sabuk, t = 1 cm
Luas area sabuk, a = 10 x 1 = 10 cm2
Kecepatan sabuk, v = 1000 m/menit = 50/3 m/sec
Gaya maksimal sabuk :
(T1 – T2) = 1,8 T2
Tegangan ijin material sabuk, f = 16 kg/cm2
Gaya maksimal sabuk, T = f x a
= 10 x 16 = 160 kg
Rapat material sabuk = 1 gm/cm3
Berat sabuk tiap satuan panjang :
1 x 10 x 1 x 100
w= = 1 kg / m
1000
Dengan persamaan gaya sentrifugal, maka diperoleh :
Gaya sentrifugal

113
w v2
TC =
g
2
 50 
1x 
 3
= = 28,34 kg
9,8
Maka gaya pada sisi tegang menjadi :
T1 = T – TC
= 160 – 28,34 = 131,66 kg
Dan gaya pada sisi kendor menjadi :
T1 − T2 = 1,8 T2
T1 131,66
T2 = = = 47 kg
2,8 2,8
Sehingga daya yang mampu ditransmisikan adalah :
(T1 − T2 ) v
P =
75
(131,66 − 47 )
50
= 3
75
= 18,81 HP
Kecepatan sabuk pada saat daya maksimal absolut yang ditransmisikan adalah :

Tg
v =
3w
160 x 9,8
=
3 x1
= 22,87 m / sec
Maka daya maksimal absolut yang dihasilkan adalah :
Gaya pada sisi tegang menjadi , T1 = T - TC = 160 - (160/3) = 320/3 kg
T1 320
Gaya pada sisi kendor, T2 = = = 38,1 kg
2,8 3 x 2,8
Sehingga dayanya adalah :
(T1− T2 ) v
P =
75
 320 
 − 38,1 x 22,87
 3 
=
75
= 210 HP

114
6. Sebuah sabuk datar dibutuhkan untuk mentransmisikan daya sebesar 45 HP dari
sebuah puli berdiameter efektif 150 cm dan berputar pada 300 rpm. Sudut kontak
adalah 11/24 dari keseluruhan lingkaran puli. Jika koefisien gesek 0,3 dengan
ketebalan sabuk 9,5 mm, rapat material sabuk 1,1 gm/cm3 dan tegangan ijin material
sabuk 25 kg/cm2, maka carilah gaya sentrifugal yang dihasilkan dan lebar sabuk yang
diperlukan.

Penyelesaian,

Diberikan data sebagai berikut :


Daya yang dipindahkan, P = 45 HP
Diameter efektif puli, d = 1,5 m
Putaran puli, N = 300 rpm
Kecepatan sabuk, v
π d N
v =
60
π x 1,5 x 300
= = 23,57 m / sec
60
Sudut kontak dalam radian adalah :
11
θ = x 360 = 165
24
π
= 165 x
180
= 2,881 rad
Koefisien gesek, μ = 0,3
Ketebalan sabuk, t = 9,5 mm
Rapat material sabuk = 1,1 gm/cm3
Tegangan ijin material, f = 25 kg/cm2
Dengan menggunakan persamaan daya sabuk, maka diperoleh hasil :
(T1
− T2 ) v
P =
75
(T − T2 ) 23,57
45 = 1
75
45 x 75
T1 − T2 = = 142,5 kg
23,57

115
7. Sebuah kompresor membutuhkan daya 120 hp bekerja pada putaran 250 rpm. Motor
listrik yang menggerakkan compresor tersebut bekerja pada putaran 750 rpm.
Daimeter puli compresor maksimal 1 meter dengan jarak poros maksimal 1,75 meter.
Kecepatan sabuk maksimal 1600 m/menit.
Hitnglah jumlah sabuk V-belt yang dibutuhkan untuk mentransmisikan daya seperti
tersebut diatas jira luas area sabuk V adalah 3,75 cm2 dan berat 0,001 kg/cm3
dengan tegangan maksimal bahan 25 kg/cm2. Sudut alur V 35 dan koefisien gesek
0,25.

Penyelesaian,
Daya yang dibutuhkan, P = 120 hp
Putaran compresor, N1 = 250 rpm
Putaran motor, N2 = 750 rpm
Diameter puli compresor =1m
Jarak antar puli, c = 1,75 m
Kecepatan sabuk = 1600 m/menit
= 80/3 m/s
Luas penampang area = 3,75 cm2
Densitas material = 0,001 kg/cm2
Tegangan bahan maks = 25 kg/cm2
Sudut groove, 2 α = 35
Alfa, α = 17,5
Koefisien gesek, µ = 0,25
Gaya sentrifugal sabuk
w 2
TC = v
g
2
0,375  80 
= x  
9,81  3
= 27,2 kg
tegangan maksimal sabuk
T=f.a
= 25 . 3,75
= 93,8 kg
Tegangan pada sisi kendor
T1 = T – T c

116
= 93,8 - 27,2
= 66,6 kg
Dengan hubungan
N1 d 2
=
N 2 d1
N1 . d1
d2 =
N2
250 . 1
=
750
=1 m
3
Untuk sabuk terbuka, maka
r1 − r2
sin φ =
c
1− 1
= 3
2 . 1,75
2
=
10
= 0,1907
φ = 11
sudut lap pada puli terkecil adalah :
θ = 180 − 2φ
= 180 − 2 .11
π
= 158 .
180
= 2,76 rad
Dengan hubungan mencari tegangan sabuk pada sisi kendor, maka dihasilkan

117
T1
2,3 log = µθ cos ec α
T2
T1 0,25 . 2,76 . cos ec 17,5
log =
T2 2,3
= 0,997
T1
= 9,931
T2
T1
T2 =
9,931
66,6
=
9,931
= 6,7 kg
Jumlah sabuk yang dibutuhkan adalah :
(T1 − T2 )
Daya, P = v
75
(66,6 − 6,7 ). 80
75 x 3
21,3 hp
Total daya yang ditransmisikan
n=
HPdarisabuk
= 120/21,3 = 5,65 atau 6 sabuk

8.11 Latihan

1. Sebuah puli digerakkan oleh sebuah sabuk datar yang bekerja pada putaran 600
m/min. Koefisien gesek 0,3 dan sudut lap 160. Jika tegangan maksimal bahan 700
N, carilah daya maksimal yang mampu ditransmisikan sabuk tersebut
2. Sebuah V-belt terdiri dari 3 sabuk yang dipasang secara paralel pada puli yang
sama. Sudut groove 30 dan koefisien gesekan 0,12. Luas penampang area 8 cm2
dan tegangan maksimal bahan sabuk adalah 30 kg/cm2. Hitunglah daya yang
mampu ditransmisikan sabuk jira jarak kedua sumbu poros adalah 40 cm dan
bekerja pada putaran 960 rpm.
3. Buatlah analisis sebuah sabuk datar dan sabuk V untuk sebuah eleven mesin
yang ada. Analisis dilakukan dengan tenggang waktu maksimal 2 minggu, dan
setiap minggu harus asistensi. Buatlah spesifikasi lengkap deserta gambar dari
sabuk yang sedang dianalisis.

118
BAB IX
RODA GIGI (GEAR)

9.1 Pengertian Roda Gigi


Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat.
Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi
kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan karena dapat meneruskan
putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada menggunakan alat
transmisi yang lainnya, selain itu Roda gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu :
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
 Kecepatan transmisi Roda gigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan
pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
 Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros.
Disamping itu terdapat pula Roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula Roda gigi dengan putaran yang terputus-putus. Dalam teori, Roda gigi
pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan
bentuk dalam jangka waktu lama.

9.2 Klasifikasi Roda Gigi


Roda gigi diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Menurut letak poros.
Menurut letak poros maka Roda gigi diklasifikasikan seperti tabel berikut :
Letak Poros Roda gigi Keterangan
Roda gigi Roda gigi lurus Klasifikasi atas dasar
dengan poros Roda gigi miring bentuk alur gigi
sejajar Roda gigi miring ganda
Roda gigi luar Arah putaran berlawanan

119
Roda gigi dalam dan pinion Arah putaran sama
Batang gigi dan pinion Gerakan lurus dan
berputar
Roda gigi Roda gigi kerucut lurus Klasifikasi atas dasar
dengan poros Roda gigi kerucut spiral bentuk jalur gigi
berpotongan Roda gigi kerucut zerol
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
Roda gigi permukaan dengan poros Roda gigi dengan poros
berpotongan berpotongan berbentuk
istimewa
Roda gigi Roda gigi miring silang Kontak gigi
dengan poros Batang gigi miring silang Gerak lurus dan berputar
silang Roda gigi cacing silindris
Roda gigi cacing selubung ganda
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid
Roda gigi permukaan silang

b. Menurut arah putaran.


Menurut arah putarannya, Roda gigi dapat dibedakan atas :
 Roda gigi luar ; arah putarannya berlawanan.
 Roda gigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama

c. Menurut bentuk jalur gigi


Berdasarkan bentuk jalur giginya, roda gigi dapat dibedakan menjadi:
c.1. Roda gigi lurus
Roda gigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel. Dibandingkan
dengan jenis Roda gigi yang lain Roda gigi lurus ini paling mudah dalam proses
pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Roda gigi lurus ini
cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tidak
menimbulkan gaya aksial.

120
Gambar 9.1 Roda gigi Lurus

Ciri-ciri Roda gigi lurus adalah :


1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
3. Kecepatan keliling < 200 m/s
4. Rasio kecepatan yang digunakan
 Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
 Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
 Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan.
5. Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung
disain dan ukuran.

Jenis-jenis Roda gigi lurus antara lain :


1. Roda gigi lurus (external gearing)
Roda gigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 9.2. Pasangan
Roda gigi lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran
dalam arah yang berlawanan.

121
Gambar 9.2 Roda gigi lurus luar

2. Roda gigi dalam (internal gearing)


Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar.

3. Roda gigi Rack dan Pinion


Roda gigi Rack dan Pinion berupa pasangan antara batang gigi dan pinion
Roda gigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus atau
sebaliknya.

Gambar 9.3 Roda gigi rack dan pinion

4. Roda gigi permukaan


Roda gigi lurus permukaan memiliki dua sumbu saling berpotongan dengan
sudut sebesar 90°.

122
Gambar 9.4 Roda gigi permukaan

c.2 Roda gigi Miring


Roda gigi miring kriterianya hampir sama dengan Roda gigi lurus, tetapi dalam
pengoperasiannya roda gigi miring lebih lembut dan tingkat kebisingannya rendah
dengan perkontakan antara gigi lebih dari 1.

Gambar 9.5 Roda gigi Miring

Ciri-ciri Roda gigi miring adalah :


1. Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.
2. Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
3. Kemampuan pembebanan lebih besar dari pada Roda gigi lurus.
4. Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda gigi
yang kokoh.

123
Jenis-jenis Roda gigi miring antara lain :
1. Roda gigi miring biasa

Gambar 9.6 Roda gigi Miring Biasa

2. Roda gigi miring silang

Gambar 9.7 Roda gigi Miring Silang

3. Roda gigi miring ganda

Gambar 9.8 Roda gigi Miring Ganda

124
4. Roda gigi ganda bersambung

Gambar 9.9 Roda gigi Ganda Bersambung

c.3. Roda gigi kerucut


Roda gigi kerucut digunakan untuk mentransmisikan 2 buah poros yang saling
berpotongan.

Gambar 9.10 Roda gigi Kerucut

Jenis-jenis Roda gigi kerucut antara lain :


1. Roda gigi kerucut lurus

Gambar 9.11 Roda gigi Kerucut Lurus

125
2. Roda gigi kerucut miring

Gambar 9.12 Roda gigi kerucut miring

3. Roda gigi kerucut spiral

Gambar 9.13 Roda gigi kerucut spiral

4. Roda gigi kerucut hypoid

Gambar 9.14 Roda gigi Kerucut Hypoid

126
c.4. Roda gigi Cacing
Ciri-ciri Roda gigi cacing adalah:
1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang
dibentuk kedua sumbu sebesar 90°.
2. Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi.
3. Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari
roda cacing ke cacing (mengunci sendiri).
4. Perbandingan reduksi bisa dibuat sampai 1 : 150.
5. Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi
(biasanya 2 sampai 4).
6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarnya kecil.

Batasan pemakaian Roda gigi cacing adalah:


a) Kecepatan Roda gigi cacing maksimum 40.000 rpm
b) Kecepatan keliling Roda gigi cacing maksimum 69 m/s
c) Torsi Roda gigi maksimum 70.000 m kgf
d) Gaya keliling Roda gigi maksimum 80.000 kgf
e) Diameter Roda gigi maksimum 2 m
f) Daya maksimum1.400 Hp

Peningkatan pemakaian roda gigi cacing seperti gambar 9.15, dibatasi pada
nilai i antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk
mentransmisikan daya yang besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya
hubungan seri dengan salah satu tingkat Roda gigi lurus sebelum atau sesudahnya
untuk dapat mendapat reduksi yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik.

Gambar 9.15 Roda gigi cacing

127
Pemakaian dari roda gigi cacing meliputi: gigi reduksi untuk semua tipe
transmisi sampai daya 1.400 Hp, diantaranya pada lift, motor derek, untuk mesin
tekstil, rangkaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin freis dan juga untuk
berbagai sistim kemudi kendaraan.

Adapun bentuk profil dari Roda gigi cacing ditunjukkan seperti pada gambar 9.16
:

Gambar 9.16 Profil Roda gigi Cacing

1. N-worm atau A-worm


Gigi cacing yang punya profil trapozoidal dalam bagian normal dan bagian
aksial, diproduksi dengan menggunakan mesin bubut dengan pahat yang
berbentuk trapesium, serta tanpa proses penggerindaan.

2. E-worm
Gigi cacing yang menunjukkan involut pada gigi miring dengan β antara
87°sampai dengan 45o .

3. K-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk trapezoidal,
menunjukkan dua kerucut.

4. H-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk cembung.

128
Tipe-tipe dari penggerak roda gigi cacing antara lain :
a. Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid

Gambar 9.17 Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid

b. Globoid worm gear dipasangkan dengan roda gigi lurus

Gambar 9.18 Globoid Worm Gear Dipasangkan Dengan Roda gigi Lurus

c. Globoid worm drive dipasangkan dengan Roda gigi globoid

Gambar 9.19 Globoid worm drive dipasangankan dengan Roda gigi globoid

d. Roda gigi cacing kerucut dipasangkan dengan Roda gigi kerucut globoid yang
dinamai dengan roda gigi spiroid.

129
Gambar 9.20 Roda gigi cacing kerucut dipasangkan dengan roda gigi kerucut globoid

9.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Roda Gigi


Jika putaran Roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada poros
penggerak dan n 2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran jarak bagi d1
(mm) dan d2 (mm) dan jumlah gigi z dan z , maka perbandingan putaran u adalah :
1 2

𝑛𝑛1 𝑑𝑑1 𝑚𝑚. 𝑧𝑧1 𝑧𝑧1 1


𝑢𝑢 = = = = =
𝑛𝑛2 𝑑𝑑2 𝑚𝑚. 𝑧𝑧2 𝑧𝑧2 𝑖𝑖

𝑧𝑧1
= 𝑖𝑖
𝑧𝑧2

Harga i adalah perbandingan antara jumlah gigi pada Roda gigi dan pinion, dikenal
juga sebagai perbandingan transmisi atau perbandingan Roda gigi. Perbandingan ini dapat
sebesar 4 sampai 5 dalam hal Roda gigi lurus standar, dan dapat diperbesar sampai 7
dengan perubahan kepala. Pada Roda gigi miring ganda dapat sampai 10.

Jarak sumbu poros aluminium (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2
(mm) dapat dinyatakan sebagai berikut :

(𝑑𝑑1 + 𝑑𝑑2 ) 𝑚𝑚(𝑧𝑧1 + 𝑧𝑧2 )


𝑎𝑎 = =
2 2

2𝑎𝑎
𝑑𝑑1 =
𝑖𝑖 + 1

2𝑎𝑎. 𝑖𝑖
𝑑𝑑2 =
𝑖𝑖 + 1

130
9.4 Nama-nama Bagian Roda Gigi
Berikut beberapa buah istilah yang perlu diketahui dalam perancangan roda gigi
yang perlu diketahui yaitu :

1. Lingkaran pitch (pitch circle)


Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini merupakan
dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi, jarak antara gigi dan
lain-lain.

2. Pinion
Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.

3. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter)


Merupakan diameter dari lingkaran pitch.

4. Diametral Pitch
Jumlah gigi persatuan pitch diameter.

5. Jarak bagi lingkar (circular pitch)


Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau keliling
lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi, secara formula dapat ditulis :

𝜋𝜋 𝑑𝑑𝑏𝑏1
𝑡𝑡 =
𝑧𝑧

6. Modul (module)
Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi.

𝑑𝑑𝑏𝑏1
𝑚𝑚 =
𝑧𝑧

131
7. Adendum (addendum)
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch diukur
dalam arah radial.

8. Dedendum (dedendum)
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.

9. Working Depth
Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang Roda gigi yang berkontak dikurangi
dengan jarak poros.

10. Clearance Circle


Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari gigi yang berpasangan.

11. Pitch point


Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang Roda gigi yang berkontak yang juga
merupakan titik potong antara garis kerja dan garis pusat.

12. Operating pitch circle


lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang Roda gigi yang berkontak dan jarak
porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis benar.

13. Addendum circle


Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.

14. Dedendum circle


Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi.

15. Width of space


Tebal ruang antara Roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.

16. Sudut tekan (pressure angle)


Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sisi kepala gigi.

132
17. Kedalaman total (total depth)
Jumlah dari adendum dan dedendum.

18. Tebal gigi (tooth thickness)


Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.

19. Lebar ruang (tooth space)


Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran pitch.

20. Backlash
Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang.

21. Sisi kepala (face of tooth)


Permukaan gigi diatas lingkaran pitch.

22. Sisi kaki (flank of tooth)


Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.

23. Puncak kepala (top land)


Permukaan di puncak gigi

24. Lebar gigi (face width)


Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.

133
Gambar 9.4 Bagian-bagian dari roda gigi kerucut lurus

9.5 Perhitungan Roda Gigi Lurus


Dalam perancangannya roda gigi berputar bersamaan dengan roda gigi lurus
lainnya dengan nilai perbandingan putaran yang ditentukan . Roda gigi ini dapat
mengalami kerusakan berupa gigi patah , aus atau berlubang – lubang (bopeng)
permukaannya , dan tergores permukaannya karena pecahnya selaput minyak pelumas .
Karena perbandingan kontak adalah 1,0 atau lebih maka beban penuh tidak selalu
dikenakan pada satu gigi tetapi demi keamanan perhitungan dilakukan atas dasar anggapan
bahwa beban penuh dikenakan pada titik perpotongan A antara garis tekanan dan garis
hubung pusat roda gigi , pada puncak gigi .

134
• Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi :
𝐹𝐹𝑡𝑡 = 𝐹𝐹𝑛𝑛 . cos 𝛼𝛼𝑏𝑏

dimana : Ft = Gaya tangensial


Fn = Tekanan normal pada permukaan gigi
αb = Sudut tekanan kerja

• Jika diameter jarak bagi adalah db1 (mm) , maka kecepatan keliling v (m/s)pada
lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n1 (rpm) ,adalah :
𝜋𝜋. 𝑑𝑑𝑏𝑏1 . 𝑛𝑛1
𝑣𝑣 =
60 𝑥𝑥 1000

• Hubungan antar daya yang ditransmisikan P (kW) , gaya tangensial Ft (kg)dan


kecepatan keliling v (m/s) , adalah :
𝐹𝐹𝑡𝑡 . 𝑣𝑣
𝑃𝑃 =
102

Gambar 9.5 Gigi dipandang sebagai balok kantilever dengan kekuatan seragam

Jika b (mm) adalah lebar sisi , BC = h (mm) , dan AE = L (mm) , maka tegangan
lentur σb ( kg/mm2 ) pada titik B dan C ( dimana ukuran penampangnya dalah b x h ) ,
dengan beban gaya tangensial Ft

135
• Beban gaya tangensial Ft pada puncak balok :
𝐹𝐹𝑡𝑡 . 𝐿𝐿
𝜎𝜎𝑏𝑏 =
𝑏𝑏. ℎ2
6
𝑏𝑏 2
𝐹𝐹𝑡𝑡 = 𝜎𝜎𝑏𝑏 . 𝑏𝑏 .
6𝐿𝐿

• Tegangan lentur yang di izinkan σa ( kg / mm2 ) yang besarnya tergantung pada


macam bahan dan perlakuan panas adalah :
𝐹𝐹𝑏𝑏
𝜎𝜎𝑎𝑎 =
𝑀𝑀 . 𝑌𝑌 . 𝐹𝐹𝐹𝐹

dimana ; Fb = beban lentur ( kg/mm )


Y = Faktor bentuk gigi
Fv = Faktor dinamis

Seperti pada perhitungan lenturan,beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar


F’H (kg/mm) dapat diperleh dari KH , d1 , z1 , z2 , Fv dalam persamaan :

2 𝑧𝑧2
𝐹𝐹′𝐻𝐻 = 𝐹𝐹𝑉𝑉 . 𝐾𝐾𝐻𝐻 . 𝑑𝑑01 .
𝑧𝑧1 + 𝑧𝑧2
dimana :
KH = faktor tegangan kontak.
d1 = diameter lingkaran jarak.
z1 = jumlah gigi roda gigi 1.
z2 = jumlah gigi roda gigi 2.

• Faktor tegangan kontak yang diizinkan pada roda gigi adalah :


𝐾𝐾 = 2 . 𝐹𝐹𝑉𝑉 . 𝐾𝐾𝐻𝐻

Seperti pada perhitungan lenturan, beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar
F’H ( kg/mm ) dapat diperoleh dalam persamaan :
2 𝑧𝑧2
𝐹𝐹′𝐻𝐻 = 𝐹𝐹𝑉𝑉 . 𝐾𝐾𝐻𝐻 . 𝑑𝑑 .
𝑧𝑧1 + 𝑧𝑧2

136
Pada perancangan ini digunakan dua buah roda gigi yang saling berputar terhadap
satu sama lain . Roda gigi 1 ( roda gigi kecil ) berfungsi sebagai penggerak roda gigi 2 (
roda gigi besar ) yang mendapat distribusi dayadari putaran poros dan dua buah roda puli .

dari pengukuran di lapangan dapat diketahui beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk perhitungan roda gigi .

9.6 Contoh Soal

1. Berdasarkan data hasil pengukuran atau pengamatan dilapangan, antara lain :


• Putaran roda gigi penggerak n1 = 300 rpm ( roda gigi 1 ) , direncanakan
• Putaran roda gigi yang digerakkan n2 = 1450 rpm
• Diameter roda gigi 2 ( digerakkan ) d2 = 40 mm
• Jumlah gigi pada roda gigi 2 z2 = 10
Berdasarkan data – data yang di dapat dari pengukuran di lapangan maka dapat
dilakukan perhitungan terhadap roda gigi :

Penyelesaian
• Jumlah gigi yang direncanakan untuk roda gigi besar (roda gigi yang digerakkan)
untuk menggerakkan poros:
𝑛𝑛2 𝑧𝑧1
=
𝑛𝑛1 𝑧𝑧2
1450 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑧𝑧1
=
300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 10
300 . 𝑧𝑧1 = 1450 . 10
14500
𝑧𝑧1 =
300
= 48 ≈ 50
dalam perencanaannya jumlah gigi pada roda gigi besar ( z1 ) adalah 50 gigi .
• Modul gigi , m
𝑑𝑑2 40
𝑚𝑚 = = =4
𝑧𝑧2 10

137
• Diameter roda gigi yang direncanakan , d1
𝑑𝑑1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1
= 4 𝑥𝑥 50
= 200 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Perbandingan roda gigi pada poros penggerak dengan roda gigi yang digerakkan, i
𝑧𝑧1 50
𝑖𝑖 = = =5
𝑧𝑧2 10

• Perbandingan putaran , u
𝑛𝑛1 𝑑𝑑1 1 1
𝑢𝑢 = = = = = 0,2
𝑛𝑛2 𝑑𝑑2 𝑖𝑖 5

Perbandingan putaran dengan perbandingan roda gigi di dapatkan u < 1 dan i > 1 ;
sehingga dapat dikatakan bahwa roda gigi tersebut di gunakan untuk reduksi ( u < 1
dan i > 1 ) .

• Kecepatan keliling ( tanpa pembebanan )


𝜋𝜋. 𝑑𝑑. 𝑛𝑛
𝑣𝑣 =
60 𝑥𝑥 1000
𝜋𝜋 . 200 .300
=
60 000
= 3,14 𝑚𝑚/𝑠𝑠

• Bahan roda gigi besar : SC 46


• Kekuatan tarik σB1 = 46 kg/mm2
• Tegangan lentur σa1 = 19 kg/mm2
• Kekerasan permukaan H1 = 160

138
• Faktor - faktor untuk menentukan beban lentur yang di izinkan persatuan lebar sisi
F1b ( kg/mm ) , adalah :

# Besarnya beban lentur yang dizinkan F1b ( kg/mm ) :


Y = 0,408  z2 = 50 (Tabel 9.1)
M=4
3 3
𝐹𝐹𝑉𝑉 = 3+ 𝑣𝑣 = 3 + 3,14
= 0,49 (Tabel 9.2)

𝐹𝐹′𝑏𝑏 = 𝜎𝜎𝑎𝑎 . 𝑀𝑀 . 𝑌𝑌 . 𝐹𝐹𝑉𝑉


= 19 𝑥𝑥 4 𝑥𝑥 0,408 𝑥𝑥 0,49
= 15,19 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚

# Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi yang diambil menurut kekerasan
(HB) bahan roda gigi dapat di lihat pada tabel 4.4 yaitu : KH = 0,039 kg/mm2

# Faktor tegangan kontak yang di izinkan adalah :


𝐾𝐾 = 2 . 𝐹𝐹𝑉𝑉 . 𝐾𝐾𝐻𝐻
= 2 𝑥𝑥 0,49 𝑥𝑥 0,039
= 0,04

Tabel 9.1 Faktor Bentuk Gigi Y


Jumlah gigi z Y Jumlah gigi z Y
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459

139
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484

Tabel 9.2 Faktor Dinamis FV


Kecepatan rendah v = 0,5 – 10 m/s 3
𝐹𝐹𝑉𝑉 =
3 + 𝑣𝑣
Kecepatan sedang v = 5 – 20 m/s 6
𝐹𝐹𝑉𝑉 =
6 + 𝑣𝑣
Kecepatan tinggi v = 20 – 50 m/s 5,5
𝐹𝐹𝑉𝑉 =
5,5 + √𝑣𝑣

Tabel 9.3 Tegangan lentur yang diizinkan 𝜎𝜎𝑎𝑎 pada bahan roda gigi
Kelompok bahan Lambang Kekuatan Kekerasan Tegangan
bahan tarik 𝝈𝝈𝑩𝑩 (Brinell) HB lentur yang
(kg/mm2) diijinkan
𝝈𝝈𝒂𝒂
(kg/mm2)
FC 15 15 140 – 160 7
FC 20 20 160 – 180 9
Besi cor
FC 25 25 180 – 240 11
FC 30 30 190 – 240 13
SC 42 42 140 12
Besi cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
S 25 C 45 123 – 183 21
Baja karbon untuk S 35 C 52 149 – 207 19
konstruksi mesin
S 45 C 58 167 – 229 20
S 15 CK 50 400 (dicelup 21
dingin dalam 26
Baja paduan dengan
minyak) 30
pengerasan kulit
SNC 21 80 600 (dicelup 30
SNC 22 100 dingin dalam air)
SNC 1 75 212 – 255 35 – 40
Baja khrom nikel SNC 2 85 248 – 302 40 – 60
SNC 3 95 269 – 321 40 – 60
Perunggu 18 85 5
Logam delta 35 – 60 - 10 – 20

140
Perunggu fosfor (coran) 19 – 30 80 – 100 5–7
Perunggu nikel (coran) 64 – 90 180 – 260 20 – 30
Damar phenol dll 3–5

Tabel 9.4 Faktor tegangan kontak bahan roda gigi


Bahan roda gigi (kekerasan HB) kH Bahan roda gigi (kekerasan HB) kH
Pinion Roda gigi besar (kg/mm2) Pinion Roda gigi besar (kg/mm2)
Baja (150) Baja (150) 0,027 Baja (400) Baja (400) 0,311
Baja (200) Baja (150) 0,039 Baja (500) Baja (400) 0,329
Baja (250) Baja (150) 0,053 Baja (600) Baja (400) 0,348
Baja (200) Baja (200) 0,053 Baja (500) Baja (500) 0,389
Baja (250) Baja (200) 0,069 Baja (600) Baja (600) 0,569
Baja (300) Baja (200) 0,086 Baja (150) Besi cor 0,039
Baja (250) Baja (250) 0,086 Baja (200) Besi cor 0,079
Baja (300) Baja (250) 0,107 Baja (250) Besi cor 0,130
Baja (350) Baja (250) 0,130 Baja (300) Besi cor 0,139
Baja (300) Baja (300) 0,130 Baja (150) Perunggu fosfor 0,041
Baja (350) Baja (300) 0,154 Baja (200) Perunggu fosfor 0,082
Baja (400) Baja (300) 0,168 Baja (250) Perunggu fosfor 0,135
Baja (350) Baja (350) 0,182 Besi cor Besi cor 0,188
Baja (400) Baja (350) 0,210 Besi cor nikel Besi cor nikel 0,186
Baja (500) Baja (350) 0,226 Besi cor nikel Perunggu fosfor 0,155

2. Rancang suatu roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103
kW pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic 1.8L MT dan direncanakan
menggunakan roda gigi miring.

Hal-hal yang direncanakan antara lain :

- Sudut miring , α = 25°

- Sudut tekanan , β = 20°

141
- Jarak sumbu poros , a = 100 mm
- Modul (m) = 3

- Perbandingan transmisi seperti pada brosur, (i)


• i1 = 3,142
• i2 = 1,869
• i3 = 1,235
• i4 = 1 (tertera 0,948 karena terjadi kehilangan daya 0.9%)
• i5 = 0,727

Karena dasar dalam perencanaan roda gigi yaitu perbandingan kecepatan atau
perbandingan transmisi (i) yaitu perbandingan diameter lingkungan jarak roda gigi
atau jumlah gigi satu dengan jumlah gigi yang kedua.

Penyelesaian
 Perhitungan transmisi 1
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 16
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 3,142). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 3,142
𝑧𝑧2 = = = 51
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 3,142). 3

b. Dimensi roda gigi :


• Diameter tusuk , dt

𝑑𝑑𝑡𝑡1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1 𝑑𝑑𝑡𝑡2 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧2


= 3 𝑥𝑥 16 = 3 𝑥𝑥 51
= 48 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 153 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kepala , dk
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)

142
= 3(16 + 2) = 3(51 + 2)
= 54 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 159 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(16 − 2) = 3(51 − 2)
= 42 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 147 𝑚𝑚𝑚𝑚

c. Jarak sumbu poros pada roda gigi


𝑑𝑑𝑡𝑡1 + 𝑑𝑑𝑡𝑡2
𝑎𝑎 =
2
48 + 153
= = 100,5 ≈ 101 𝑚𝑚𝑚𝑚
2

 Perhitungan transmisi 2
a. Jumlah roda gigi (z) :

2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 23
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,869). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 1,869
𝑧𝑧2 = = = 43
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,869). 3

b. Dimensi roda gigi :


• Diameter tusuk , dt

𝑑𝑑𝑡𝑡1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1 𝑑𝑑𝑡𝑡2 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧2


= 3 𝑥𝑥 23 = 3 𝑥𝑥 43
= 69 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 129 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kepala , dk

𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)

143
= 3(23 + 2) = 3(43 + 2)
= 75 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 135 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(23 − 2) = 3(43 − 2)
= 63 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 123 𝑚𝑚𝑚𝑚

c. Jarak sumbu poros pada roda gigi


𝑑𝑑𝑡𝑡1 + 𝑑𝑑𝑡𝑡2
𝑎𝑎 =
2
69 + 129
= = 99 𝑚𝑚𝑚𝑚
2

 Perhitungan transmisi 3
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 30
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,235). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 1,235
𝑧𝑧2 = = = 37
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1,235). 3

b. Dimensi roda gigi :


• Diameter tusuk , dt

𝑑𝑑𝑡𝑡1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1 𝑑𝑑𝑡𝑡2 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧2


= 3 𝑥𝑥 30 = 3 𝑥𝑥 37
= 90 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 111 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kepala , dk

144
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
= 3(30 + 2) = 3(37 + 2)
= 96 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 119 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(30 − 2) = 3(37 − 2)
= 84 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 105 𝑚𝑚𝑚𝑚

c. Jarak sumbu poros pada roda gigi


𝑑𝑑𝑡𝑡1 + 𝑑𝑑𝑡𝑡2
𝑎𝑎 =
2
90 + 111
= = 100,5 ≈ 101 𝑚𝑚𝑚𝑚
2

 Perhitungan transmisi 4
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 33
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 1
𝑧𝑧2 = = = 33
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 1). 3

b. Dimensi Roda Gigi :


• Diameter tusuk , dt

𝑑𝑑𝑡𝑡1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1 𝑑𝑑𝑡𝑡2 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧2


= 3 𝑥𝑥 33 = 3 𝑥𝑥 33
= 99 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 99 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kepala , dk

145
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
= 3(33 + 2) = 3(33 + 2)
= 105 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 105 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(33 − 2) = 3(33 − 2)
= 93 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 93 𝑚𝑚𝑚𝑚

c. Jarak sumbu poros pada roda gigi

𝑑𝑑𝑡𝑡1 + 𝑑𝑑𝑡𝑡2
𝑎𝑎 =
2
99 + 99
= = 99 𝑚𝑚𝑚𝑚
2

 Perhitungan transmisi 5
a. Jumlah roda gigi (z) :
2𝑎𝑎 2 .100
𝑧𝑧1 = = = 39
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 0,727). 3
2𝑎𝑎. 𝑖𝑖1 2 .100 . 0,727
𝑧𝑧2 = = = 28
(1 + 𝑖𝑖1 )𝑚𝑚 (1 + 0,727). 3

b. Dimensi Roda Gigi :


• Diameter tusuk , dt
𝑑𝑑𝑡𝑡1 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧1 𝑑𝑑𝑡𝑡2 = 𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑧𝑧2
= 3 𝑥𝑥 39 = 3 𝑥𝑥 28
= 117 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 84 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kepala , dk

146
𝑑𝑑𝑘𝑘1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 + 2) 𝑑𝑑𝑘𝑘2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 + 2)
= 3(39 + 2) = 3(28 + 2)
= 123 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 90 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Diameter kaki , df
𝑑𝑑𝑓𝑓1 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧1 − 2) 𝑑𝑑𝑓𝑓2 = 𝑚𝑚 (𝑧𝑧2 − 2)
= 3(39 − 2) = 3(28 − 2)
= 111 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 78 𝑚𝑚𝑚𝑚

c. Jarak sumbu poros pada roda gigi


𝑑𝑑𝑡𝑡1 + 𝑑𝑑𝑡𝑡2
𝑎𝑎 =
2
117 + 84
= = 101 𝑚𝑚𝑚𝑚
2

Tabel 9.5 Dimensi roda gigi


Transmisi z1 z2 dt1 dt2 dk1 dk2 df1 df2 a
1 16 51 48 153 54 159 42 147 101
2 23 43 69 129 75 135 63 123 99
3 30 37 90 111 96 117 84 105 101
4 33 33 99 99 105 105 93 93 99
5 39 28 117 84 123 90 111 78 101

147
9.6 Latihan

1. Rencanakan roda gigi yang sesuai dengan data berikut :


• Putaran roda gigi penggerak n1 = 500 rpm ( roda gigi 1 ).
• Putaran roda gigi yang digerakkan n2 = 2000 rpm.
• Diameter roda gigi 2 ( digerakkan ) d2 = 50 mm.
• Jumlah gigi pada roda gigi 2, z2 = 10.

2. Rancang suatu roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 100
kW pada putaran 6000 rpm pada mobil dan direncanakan menggunakan roda gigi
miring.
Hal-hal yang direncanakan antara lain :

- Sudut miring , α = 25°

- Sudut tekanan , β = 20°

- Jarak sumbu poros , a = 100 mm


- Modul (m) = 3
- Perbandingan transmisi seperti pada brosur, (i)
• i1 = 3,233
• i2 = 1,969
• i3 = 1,335
• i4 = 1 (tertera 0,948 karena terjadi kehilangan daya 0.9%)
• i5 = 0,756

148

Anda mungkin juga menyukai