Anda di halaman 1dari 15

BAB III

SIKLUS-SIKLUS DAYA GAS

3.1. SIKLUS OTTO (SIKLUS VOLUME KONSTAN)


Pada tahun 1887 Nikolaus Otto, seorang warga negara Jerman, memproduksi sebuah
motor gas jenis 4 langkah. Dengan siklus termodinamika atau siklus udara standar
dipergunakan udara sebagai fluida kerja dalam sebuah sistem tertutup. Empat buah proses
reversibel ideal adalah : Proses 1 – 2 kompresi secara isentropik, Proses 2 – 3 penambahan
kalor pada volume konstan, Proses 3 – 4 ekspansi secara isentropik, dan Proses 4 – 1
pembakaran pada volume konstan. (Gambar 3.1). Effisiensi panas dan siklus udara standar
merupakan perbandingan dari kerja yang dihasilkan terhadap energi kalor yang dimasukkan.
Kalor yang dihasilkan pada volume konstan adalah :
qA = Cv (T3 – T2) (3.1)

Gambar 3.1. Siklus Otto.


Kalor yang dibuang pada volume konstan 4 - 1 adalah :
qR = Cv (T4 – T1) (3.2)
Kerja yang dihasilkan :
w = qA – qR (3.3)
Effisiensi siklus udara standar :
 T4 
T2 
 T −1

=1 −  1 
w qR ( T4 −T )1  T3 
ηt = =1− =1 − T2 
 T −1

qA qA ( T3 −T2 )  2  (3.4)
T4 T3
Di mana : =
T1 T2

T1 1
η t = 1− =1 − k -1
T2 ε (3.5)
Tekanan Efektif Purata (mep) dinyatakan dalam rasio eksplosi.
T2 = T4 εk-1
T3 = α T2
= α T1 εk-1 (3.6)
T4 T3
=
T1 T2
T4 = α T1 (3.7)

Cv[ ( T3 − T2 ) − ( T4 − T1 ) ]
mep =
ε −1

=
[
CvT1 ( αε k −1 − ε k −1 ) − ( α − 1) ]
ε −1

=
[
CvT1 ε k −1 ( α − 1) − ( α − 1) ]
ε −1

=
[
CvT1 ( α - 1) − (ε k-1 − 1) ] (3.8)
ε −1
Karena P1V1 = RT1
= (Cp-Cv) T1
= Cv (k-1) T1
P1V1
C v T1 =
k -1
P1 ε
=
k -1
Disubstitusikan ke persamaan (3.8.)
P1 ε (α −1)(ε k −1 −1)
mep = (3.9)
(k - 1)(ε −1)

Dalam praktek sebenarnya, motor dengan siklus 4 langkah, torak melakukan 4 jenis
langkah untuk setiap siklusnya, yaitu : langkah Hisap, kompresi, kerja dan pembuangan.
Selama a – 1, katup masuk terbuka, sehingga campuran udara-bahan bakar terisap
kedalam silinder (lihat Gambar 3.1).
Selama proses 1-2 campuran tersebut dikompresikan mencapai tekanan P, dan volume
minimum atau disebut volume sisa (clearance volume). Campuran kemudian dinyalakan
dengan loncatan bunga api busi dan terjadilah proses pembakaran pada volume konstan yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan mencapai P3.
Selama proses 3-4, langkah ekspansi mencapai volume maksimum, dan torak
menghasilkan kerja. Pada titik 4, katup buang terbuka, sehingga gas hasil pembakaran secara
cepat keluar dari dalam silinder dan tekanannya turun mencapai tekanan semula kembali.
Gas hasil pembakaran didorong ke luar dari silinder oleh torak pada saat torak
bergerak dari 1 ke titik A seperti terlihat pada proses 1-A.

Contoh 3.1.
Suatu siklus udara volume konstan, dengan rasio kompresi 8, dan suhu mula-mula
333 K, dimasukkan kalor sebesar 550 kcal/kg. Hitunglah effisiensi panas, bila C v = 0,171 dan
ε = 1.4.
Penyelesaian : (lihat Gambar 3.1.)
T2 = 333 x 80,4
= 2,3 x 333
= 765,9 K
Cv(T3 – 765,9) = 550
T3 = 3982,27
T4 = T3/2,3
= 3982,27/2,3
= 1731,42
ηt = 1 – 0,171(1731,42-333)/550
= 0,564

3.2. SIKLUS DIESEL (TEKANAN KONSTAN)


Suatu kondisi akhir kompresi akan meningkat bila rasio kompresi ditingkatkan. Rasio
kompresi yang sangat tinggi tidak diharapkan pada motor Otto karena terjadi ledakan
pembakaran atau detonasi (ketukan) pada rasio kompresi yang tinggi. Walaupun minyak
dengan kualitas tinggi dapat dipergunakan pada motor yang mempunyai rasio kompresi yang
lebih tinggi, tetapi tidak dapat menghilangkan terjadinya detonasi.
Pada tahun 1900 di Jerman, Rudolph Diesel merencanakan sebuah motor dengan
mengkompresikan udara sampai mencapai temperatur nyala dari bahan bakar, kemudian
bahan bakar diinjeksikan dengan laju penyemprotan sedemikian rupa sehingga dihasilkan
proses pembakaran pada tekanan konstan. Penyalaan terhadap bahan bakar diakibatkan oleh
satu kompresi dan bukan oleh penyalaan busi seperti halnya motor cetus api (S.I. engine).
Oleh karena itu motor diesel disebut juga motor penyalaan kompresi (C.I. engine).

Gambar 3.2. Siklus Diesel


Effisiensi udara standar (lihat Gambar 3.2)
Tulis suhu T2, T3, T4 sebagai fungsi T1 maka kita dapatkan T2 = T1 x rk (3.1)
Proses 2-3: Rasio pemasukan bahan bakar didefinisikan sebagai :
ρ = V3/V2
= T3/T2
T3 = T2 ρ = ρ T1 εk-1 (3.2)
Proses 3-4:
k −1
T4 ρ
= 
T3  ε 
k −1
ρ
T4 = T3  
ε 
k −1
ρ
= ρT1 ε k −1
 
ε 

=ρk T1 (3.3)
Effisiensi panas
ηt = 1 – (qA/qR) (3.4)
qA = h3 – h2
= Cp (T3 – T2) (3.5)
Kalor yang dibuang pada volume konstan,
qR = Cv(T4 – T1) (3.6)
ηt = 1 – (qA/qR)
Cv (T4 − T1 )
ηt = 1 −
Cp (T3 − T2 )
(T4 − T1 )
=1−
k (T3 − T2 )

T1 ( ρ k − 1)
=1−
kT2 ( ρ − 1) k

( ρ k −1)
=1 −
k ε k −1 ( ρ −1)

(3.7)
Tekanan Efektif Rata-rata :
ker ja
mep =
ε −1
q A − qR
=
ε −1
Cp(T3 − T2 ) − Cv (T4 − T1 )
=
ε −1
Cv k T2 ( ρ − 1) − T1 ( ρ k − 1)
=
ε −1
CvT1 [kε k −1 ( ρ − 1) − ( ρ k − 1)
=
ε −1
P1 [kε k ( ρ − 1) − ε ( ρ k − 1)
= (3.8)
(ε − 1)( k − 1)
Catatan:
P1 ε
CvT1 = (3.9)
k −1
Effisiensi siklus diesel dinyatakan dalam rasio kompresi (ε) dan rasio ekspansi (x).
Proses 1-2
k −1
T2  V1 
= 
T1 
 V2


= εk-1
T2 = T1 εk-1 (3.10)
Proses 2-3
1 V
= 3
T3 V2T3
V1 V4 ε V3
ε= x= = =ρ (3.11)
V2 V3 x V2
Akibatnya:
1
=
ε T2ε T1ε k −1 .ε
; T3 = =
T2 xT3 x x
T1ε k
= (3.12)
x
Proses 3-4
k −1
T4  V3  1
=  =
T3 
V4 
 x k −1

T T1ε k T1ε k
T4 = k3−1 = = k (3.13)
x x. x k −1 x

Effisiensi Thermis :
(T4 − T1 )
ηt = 1 −
k (T3 − T2 )

εk 
 k − 1
x
=1−  k 
ε 
k  − ε k −1 
 x 
k −1
11  εk − xk 
=1 −   
 ε −x 
 (3.14)
k  εx   

Contoh 3.2
Perkirakan effisiensi udara standar dari sebuah motor diesel yang mempunyai
diameter silinder 25 cm dan panjang langkah (stroke) 40 cm, volume sisa 1,5 liter dan
periode pemasukan bahan bakar sampai 5 % dari panjang langkah
Penyelesaian:
1 1 ( ρ k − 1)
η =1−
ε k −1 k ( ρ − 1)
vo = 1,5 liter
0,7854 x 252 x 40
vs =
1.000
= 19,635 liter
v1 = vo+ vs
= 21,135 liter
ε = 21,135/1,5
=14,09
vc + 0,05 x19,635
p=
vc
0,05 x19,635
=1 +
1,5

= 1,6545
ρ = 1+0,05(ε-1)
= 1+0,05(14,09-1)
= 1,6545
1 1 1,65451, 4 −1 
η =1 − x  
14,090, 4 1,4 
 1,6545 −1 

= 0,6135
= 61,35%

3.3. SIKLUS GABUNGAN (DUAL CYCLE)


Siklus gabungan adalah kombinasi antara siklus Otto dengan siklus Diesel. Pada
siklus ini pemasukan kalor sebagian pada volume konstan seperti dalam siklus Otto, dan
sebagian lagi pada tekanan konstan seperti dalam siklus Diesel. Kombinasi demikian
merupakan gambaran yang lebih baik pada motor-motor pembakaran dalam modern. oleh
karena itulah siklus disebut Gabungan (Gambar. 3.3)
ηt = 1-(qR/qA)
qA = Cv (T3 – T2) + Cv(T4-T3) (3.15)
qR = Cv(T5 – T1)
T5 − T1
η =1− (3.16)
T3 − T2 + k (T4 − T3 )
T2 = T1εk-1
Rasio eksplosi x:
T3 P
= 3 T3 = αT2 = αT1εk-1 (3.17)
T2 P2
T4 v2
= = ρ T4 = T3 ρ = α T1εk-1 ρ (3.18)
T3 v3

T5 ρ ρ k −1
= ( ) k −1 T5 = T4 ( ρ ) k −1 = αT1ε k −1 ρ( ) = αT1 ρ k (3.19)
T4 ε ε ε
T5 − T1
ηt = 1 −
T3 − T2 + k (T4 − T3 )

Gambar 3.3. Siklus Gabungan

αρ k − 1
=1−
αε k −1 − ε k −1 + k (αρε k −1 − αε k −1 )

αp k − 1
=1 − (3.20)
r k −1 (( α − 1) + k ( ρ − 1))

Tekanan Efektif Rata-rata :


w
mep =
r −1
(ε-1) mep = Cv (T3-T2)+Cv(T4-T3)-Cv(T5-T1)
= Cv[T3-T2 -T5+T1+k(T4-T3)]
T T T  T T 
= CvT1  3 − 2 − 5 + 1 + k  4 − 3 
 T1 T1 T1  T1 T1 
P1ε
=
k −1
[
αε k −1 − ε k −1 − αρ k + 1 + k (αρε k −1 − αε k −1 ]
P1ε  1 − αρ k 
= α −1 + + k (αρ − α )
k −1  ε k −1

P1ε  1 − αρ k 
mep = α − 1 + + αk ( ρ − 1) (3.21)
( k − 1)(ε − 1)  ε k −1

Contoh 3.3.
Suatu motor yang bekerja dengan siklus tekanan terbatas mempunyai rasio kompresi
16, temperatur dan tekanan awal adalah masing-masing 330 K dan 1 kgf/cm 2. tekanan
maksimum dibatasi sampai 70 kgf/cm2. jumlah kalor yang dimasukkan 550 kcal/kg udara.
Tentukanlah effisiensi ideal dan mep. Carilah besarnya tekanan temperatur dan volume pada
titik-titik setiap akhir proses.
Ambil Cp = 0,237, Cv = 0,169
Penyelesaian :
Untuk siklus gabungan (lihat Gambar 3.3)
ε = 16
P3 = 70kgf/cm2
T1 = 330K
P1 = 1 kgf/cm2
q = 550 kcal/kg
k = Cp/Cv = 0,237/0,169 = 1,4
Proses 1 – 2 :
T2 = T1 x εk-1
= 330 x 160,4
= 1.000 K
T2 P
= ( 2 ) k −1 / k 1.000/330 = (P2/1)0,4/1,4P2 = 3,033,5 = 49 kgf/cm2
T1 P1
Proses 2 – 3 :
P3 P
= 2 70/T3 = 49/1000 T3 = 1.430 K
T3 T2
Proses 3 – 4 :
550 = Cv(T3-T2) + Cp(T4-T3)
= 0,169 (1430-1000) + 0,237 (T4-1430)
T4 = 3.440 K
v4 v v4 1
= 3 = v4 = 2,41 m3
T4 T3 3440 1430
Proses 4 – 5 :
T5 v T5 v
= ( 4 ) k −1 = ( 4 )0, 4
T4 v5 3440 v5
= 1/(6,64)0,4
= 1 / 2,13
T5 = 3440/2,13 = 1,615 K
Cv(T5 − T1 ) 0,169(1615 − 330)
ηt = 1 − =1 −
550 550
= 0,605
kerja yang dihasilkan
W = 550 x 0,605
= 332,75 kcal
W = 332,75 x 427 kgf-m
Volume total silinder :
10000 v1 = 29 x 330
v1 = 1,044 m3
volume langkah (volume isap)
VL = (15/16) x 1,044 = 0,979
332,75 x 427
mep = = 14,51 x 104 kgf/m2 = 14,51 kgf/cm2
0,979

3.4. SIKLUS ATKINSON


Siklus Atkinson adalah suatu siklus untuk motor otto dengan ekspansi gas buang ke
sebuah turbin gas (Gambar 3.4). Proses-proses 1-2, 2-3, 3-A adalah rangkaian proses yang
terjadi baik pada siklus Otto maupun Atkinson. Sedangkan untuk proses selanjutnya pada
siklus Otto terjadi ekspansi pada volume konstan V1 dari titik a ke 1, dan pada siklus
Atkinson, ekspansi isentropik berlangsung terus dari tekanan P 3 ke P4 dengan pembuangan
kalor terjadi pada tekanan konstan P1 (proses 4-1). Selama proses 1-2, gas ideal
dikompresikan secara isentropik dari volume V1 mencapai volume V2 dengan r = V1/V2, dan
dari tekanan awal P1 ke P2. Proses 2-3 adalah proses penambahan kalor pada volume konstan
sebesar qA :
qA = Cv (T3 – T2) (3.22)
Selama proses 2-3 tekanan meningkat dari p2 menjadi p3 dan temperatur dari T2 ke T3. Proses
3-4 adalah proses isentropik dan proses 4-1 adalah proses pembuangan kalor.

Gambar 3.4. Siklus Atkinson.


Effisiensi :
T2 = T1 εk-1
T3 = αT2
P4 P P P
= 4. 1. 2
P3 P1 P2 P3
1 1
= 1. .
ε k
α
1
=
αε k
k −1 / k k −1 / k
 P4   1 
T4 = T3 
P 
 T4 = αT1ε k −1  k 
= T1α1 / k
 3   αε 

qR Cv (T4 − T1 ) k (T4 − T1 )
η =1− ηt = 1 − ηt = 1 −
qA Cp (T3 − T2 ) (T3 − T2 )

k (α 1 / k − 1)
ηt = 1 − (3.23)
ε k −1 ( k − 1)
3.5. SIKLUS LENOIR
Siklus udara Lenoir digunakan untuk mesin propulsi (Gambar 3.5) yang terdiri dari
rangkaian proses sebagai berikut:

Gambar 5.3. siklus linoir


Proses 1-2. Pendinginan pada tekanan konstan dengan cara pembuangan kalor tanpa proses
kompresi.
Proses 2-3. Pemanasan pada volume konstan.
Proses 3-1. Ekspansi isetropik.
Untuk siklus Lenoir berlaku:
T1
T2 =
ε
T3=T1 x εk-1
 1
q Cv (T1 − T21 ) k 1 − 
ε
η =1− R ηt = 1 − ηt = 1 − 
qA Cv (T3 − T2 ) 1
ε k −1
ε
k ( ε − 1)
ηt = 1 − (3.24)
ε k −1

3.6. SIKLUS STIRLING


Sebuah mesin udara panas telah dikembangkan pada tahun 1845 oleh Stirling.
Siklusnya (gambar 3.6) terdiri dari dua proses volume konstan 2-3 dan 4-1, serta dua proses
temperatur konstan (isotermis) 1-2, 3-4, masing-masing pada temperatur T1 dan T2. Udara
panas dihasilkan dalam suatu sumber pemanas yang kemudian disalurkan ke mesin pada titik
3 dengan suhu T2. Udara panas tersebut ditekan ke dalam silinder, kemudian diekspansikan
secara isotermis dari titik 3 ke 4, dan kalor diberikan oleh sumber pemanas.
Gambar 3.6. Siklus Stirling
Udara panas kemudian dilewatkan ke sebuah regenerator di mana akan terjadi
pendinginan mencapai suhu T1 pada volume konstan, seperti terlihat dalam proses 4-1. Udara
dari titik 1 dikompresikan secara isotermis sampai mencapai titik 2, dan kalor akibat
kompresi dibuang ke catu air pendingin. Udara pada titik 2 selanjutnya dipanaskan mencapai
titik 3 dengan cara melewatkannya ke regenerator dalam arah yang berlawanan terhadap arah
proses 4-1, sehingga jumlah kalor yang dibuang pada proses 4-1 adalah sama dengan jumlah
kalor yang diserap untuk pemanasan dalam proses 2-3. Tidak terjadi penyerapan maupun
pembuangan kalor luar (external resources). Kalor yang dimasukkan dari sumber luar adalah
besarnya kalor yang diserap qA dan dinyatakan sebagai :
qA = R T2 ln ε
Kalaor yang dilepaskan dari sumber luar adalah besarnya kalor yang dibuang selama proses
kompresi isotermis 1-2 yang dinyatakan dengan :
qR = R T1 ln ε
Effisiensi, dinyatakan dengan
ή = l-(qR/qA)
= (T2-T1)/T2
Effisiensi ini sama dengan effisiensi Carnot. Siklus Stirling menyerap kalor pada
temperatur tertinggi T2 dan membuang kalor pada temperatur terendah T 1. Hal ini merupakan
ciri termodinamika yang reversibel akibat cara kerja dari regeneratornya. Pada kenyataannya,
sebuah motor udara panas yang bekerja sesuai dengan siklus Stirling telah dikembangkan
oleh pabrik pengecoran Dundee, dan dapat mengahasilkan daya sebesar 45 bhp pada 28 rpm
yang bekerja antara temperatur 350oC dan 70oC. Motor ini merupakan motor udara panas
dengan aksi ganda (double acting) yang memiliki torak berdiameter 30 cm dan panjang
langkah 1,2 meter. Pada saat awal, udara dikompresikan mencapai tekanan 16 kgf/cm2, mep-
nya adalah 2,8 kgf/cm2 dengan effisiensi 0,3 dan telah dapat beroperasi selama 3 tahun.

3.7. SIKLUS ERICSSON


Siklus Erricsson mulanya diusulkan oleh seorang Swedia yang bernama john
Ericsson. Siklusnya terdiri dari dua proses tekanan konstan 2-3 dan 4-1 (Gambar 3.7) dan dua
prose temperatur konstan 1-2 dan 3-4. Secara termodinamik, siklus tersebut adalah reversibel
akibat cara kerja dari regeneratornya selama kedua proses tekanan konstan. Udara panas pada
temperatur T2 dialirkan melalui suatu sumber pemanas dan ditekan paksa ke dalam silinder
motor yang kemudian diekspansikan secara isotermis seperti terlihat pada prose 3-4.

Gambar 3.7. Siklus Ericsson


Udara pada temperatur konstan T1 didinginkan dengan cara melewatkannya ke sebuah
regenerator. Proses termodinamik ini adalah reversibel dengan melakukan pendinginan secara
metode graduasi. Udara kemudian bereda pada keadaan 1. Selanjutnya gas dikompresikan
secara isotermis, proses 1-2, dengan sebuah pompa udara, kemudian kalor dibuang ke catu air
pendingin selama proses 1-2. Udara dipanaskan dengan cara melewatkannya dalam sebuah
regenerator pada temperatur konstan T2 seperti terlihat pada proses 2-3.
Kalor yang diserap :
qA = R T2 ln ε
Kalor yang dibuang :
qR = R T1 ln ε
Effisiensi termis :
ή = 1 – (qR/qA)
= (T2 – T1)/T2
Motor udara panas yang dipasang pada kapal Ericsson bekerja atas dasar siklus ini
pada tahun 1853. motor ini mempunyai 4 buah silinder yang masing-masing berdiameter 4,2
meter dan panjang langkah 2 meter. Dapat menghasilkan daya sebesar 300 ihp pada 9 rpm
dan bekerja pada batas temperatur dari 210oC dan 50oC. Siklus Ericsson dipergunakan pada
turbin gas ideal seperti Gambar 3.7.2. Turbin memiliki kompresi bertingkat banyak (multi-
stage compression) dengan pendinginan-pendinginan antara(intercoolers), mesin pemindah
kalor, ekspansi bertingkat banyak dengan pemanasan ulang (reheat) yang terdiri dari
sejumlah tingkat pemanas ulang sehingga menyerupai suatu siklus dengan penambahan kalor
pada temperatur konstan T2 dan pembuangan kalor juga pada temperatur konstan T1. Jadi
proses-proses kompresi dan ekspansi menjadi hampir isotermis seperti terlihat pada garis-
garis horisontal yang putus-putus. Effisiensinya menjadi sama dengan effisiensi Carnot.
Siklus tersebut mendekati siklus Ericsson.

Anda mungkin juga menyukai