2.1 PENDAHULUAN
Respon sistem adalah perubahan perilaku output (tanggapan sistem) terhadap perubahan
sinyal input. Respon sistem berupa kurva ini akan menjadi dasar untuk menganalisa
karakteristik sistem selain menggunakan persamaan/model matematika. Bentuk kurva respon
sistem dapat dilihat setelah mendapatkan sinyal input.
Berdasarkan bentuk sinyal uji yang digunakan, karakteristik respon sistem dapat
diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
a. Kawasan waktu ( Time respon )
b. Kawasan frekuensi ( Frekuensi respon );
Bentuk/kurva respon output sistem menggambarkan karakteristik sistem, dan secara teori
dapat diketahui secara empiris dari solusi persamaan diferensial sistem.
Sinyal input yang diberikan untuk mengetahui karakteristik sistem disebut sinyal test. Sinyal
test biasa digunakan dalam melihat respon sistem terhadap masukan. Sinyal tersebut dapat
menggambarkan keadaan :
Adanya gangguan sesaat berupa impulse, ( dengan unit impulse )
Adanya input sinyal tetap-DC, secara mendadak , ( dengan unit Step)
Adanya input sinyal yang berubah, secara mendadak, (dengan unit Ramp)
Sinyal test
Unit impulse : δ(t)
Unit Step : r(t) = u(t) = 1………….t > 0
Unit Ramp : r(t) = t…………………t > 0
Contoh : pada sistem kontrol Elevator; input : lantai 4, output (elevator response) : lantai-
lantai yang dilewati elevator (transient response dan steady state response).
Ketika input sebuah sistem berubah secara tiba-tiba, keluaran atau output membutuhkan
waktu untuk merespon perubahan itu. Bentuk respon transient atau peralihan bisa dilihat pada
gambar 2.3.
Fasa peralihan ini kemudian akan berhenti pada nilai dikisaran input/target dimana selisih
nilai akhir dengan target disebut steady state error. Jika dengan input atau gangguan yang
diberikan pada fasa transient kemudian tercapai output steady state maka dikatakan sistem ini
stabil. Jika sistem tidak stabil, output akan meningkat terus tanpa batas sampai sistem
merusak diri sendiri atau terdapat rangkaian pengaman yang memutus sistem.
Sensitifitas sistem adalah perbandingan antara persentase perubahan output dengan
persentase perubahan input. Perubahan pada input bisa normal atau ada gangguan dimana
parameter proses akan berubah seiring dengan usia, lingkungan, kesalahan kalibrasi dsb.
Pada sistem siklus tertutup tidak terlalu sensitif terhadap hal ini karena adanya proses
monitoring balik/feedback. Kondisi sebaliknya terjadi pada sistem siklus terbuka. Pemilihan
sistem siklus terbuka harus memperhatikan spesifikasi beban dan kapasitas sistem.
1
R(s) C(s)
Ts
1
R(s) C(s)
Ts+1
; τ = konstanta waktu
Respon system :
- Kondisi awal adalah 0 dan kondisi akhir adalah 1
- Pada t = T, c(t) = 0,632
T = time constant sistem
Time constant lebih kecil, respons sistem lebih cepat.
- Slope pada t = 0 adalah 1/T
Slope c(t) berkurang : 1/T pada t = 0 0 pada t =
- t = T : 0 – 63,2%
t = 2T : 0 – 86,5%
t = 3T : 0 – 95%
t = 4T : 0 – 98,2%
t = 5T : 0 – 99,3%
- t= steady state
Terdapat beberapa macam ukuran kualitas respon transient yang lazim digunakan,
a.l.:
Time Constan (τ) : Ukuran waktu yang menyatakan kecepatan respon, yang di
ukur mulai t = 0 s/d respon mencapai 63,2% (e-1x100%) dari respon steady state.
Rise Time (TR) : Ukuran waktu yang menyatakan keberadaan suatu respon, yang
di ukur mulai respon 5% s/d 95% dari respon steady state (dapat pula 10% s/d
90%). TR = τ Ln 19 (5%–95%), atau TR = τ Ln 9 (10%- 90%)
Settling Time (TS): Ukuran waktu yang menyatakan respon telah masuk ±5%
atau ±2% atau ±0,5% dari respon steady state. Ts(± 5%) = 3 τ ; Ts(± 2%) = 4 τ
atau Ts(± 0,5%)= 5 τ
Delay Time (TD) : Ukuran waktu yang menyatakan faktor keterlambatan respon
output terhadap input, diukur mulai t = 0 s/d respon mencapai 50% dari respon
steady state. TD = τ Ln2
Contoh :
Fungsi Alih
Respons sistem
2
C(s )=
s( s+1) ( s+2 )
K K K
C s
1 2 3
2
K 3 lim ( s 2) 1
s 2
s ( s 1) s 2
C( s) K
=
R(s) Js 2 + Fs + K
K
J
=
[s+
F
2J
+
√( ) ][
F 2 K
J
−
J
s+
F
2J
−
√( F 2 K
2J)−
J ]
pole-pole lup tertutupnya adalah kompleks jika F 2 – 4JK < 0, dan nyata jika F 2 – 4JK 0.
dalam analisis respon transient, akan lebih mudah kalau kita tulis :
K F
= ω 2 , = 2 ζωn = 2 σ
J N J
dengan σ disebut atenuasi; n, frekuensi alamiah tak teredam; dan , rasio redaman
system. Rasio redaman adalah rasio antara redaman yang sebenarnya F dengan redaman
kritis Fc = 2 √ JK atau
F F
ζ= =
F c 2 √ JK
dengan notasi ini, system yang ditunjukkan pada gambar 2.12 diatas dapat dimodifikasi
menjadi seperti pada gambar 2.13 , dapat ditulis menjadi
C ( s) ω2
n
= 2
R (s ) s + 2 ζωn s + ω 2
n
nilai A dan B, didapat dari syarat batas ( awal dan akhir ), atau gunakan pecahan
parcial.
Untuk masukan x(t) = Aµ(t) atau X(s) =A/S, maka output sistem dalam fungsi s
dapat dituliskan sebagai berikut:
Tampak bahwa sifat dua akar karakteristik sistem s2 dan s3 tergantung pada harga ξ,
di mana;
jika ξ > 1 kedua akar berharga real dan berbeda, disebut sebagai sistem over-
damped;
jika ξ =1 kedua akar berharga real dan sama, disebut sebagai sistem
critically-damped;
jika ξ <1 kedua akar merupakan konjugasi kompleks, disebut sebagai sistem
under-damped;
Respon Sistem Orde 2 dengan input unit Step
dalam bentuk laplace :
Karakteristik respon sistem orde 2 terhadap input unit Impuls dan Unit Step
dipengaruhi oleh, keadaan nilai ( ζ ).
Jika ζ = 0 , maka redaman sistem α = 0, sehingga sistem akan mengalami osilasi
terus dengan ωd = ωn , hal ini dapat ditunjukkan dengan bentuk
C(t) = ( Cos ωn t + j Sin ωn t )
Sistem dinamakan dalam kondisi tanpa redaman (Un-damp)
Jika : 0 < ζ < 1 , maka redaman sistem σ = ζ ω n > 0, sehingga sistem akan
mengalami osilasi teredam dengan ωd = ωn V(1 - ζ2 ), hal ini dapat ditunjukkan
dengan bentuk
Sistem dinamakan dalam kondisi underdamp
Tampak bahwa respon sistem menyerupai respon sistem orde satu, oleh karena itu
sistem orde dua dengan koefesien redaman ξ = 1, dapat didekati dengan model
reduksi orde I, seperti berikut :
Tampak bahwa respon sistem menyerupai respon sistem orde satu, oleh karena itu
sama seperti sebelumnya spesifikasi respon sistem yang digunakan adalah
spesifikasi respon sistem orde satu. Sistem orde dua dengan koefisien redaman ξ
> 1, dapat didekati dengan model orde I, dengan gain over-all K sama dengan
sistem semula dan time constant τ adalah waktu yang dicapai respon pada 63,2%
dari keadaan steady state. Model pendekatan tersebut disebut sebagai Model
Reduksi.
Pengembangan dari pengertian di atas, tiap sistem orde tinggi yang memiliki
respon menyerupai atau dapat didekati dengan respon sistem orde I, model sistem
dapat direduksi menjadi model orde I.
Seperti juga pada sistem orde I, spesifikasi respon step sistem orde II dapat dinyatakan
dalam dua macam spesifikasi yaitu: spesifikasi respon transient dan spesifikasi respon
steady state. Secara umum respon step sistem orde II dapat di gambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.18 Spesifikasi Respon Sistem Orde 2
Spesifikasi tanggapan waktu sistem orde 2, merupakan sifat yang dimiliki oleh
sistem orde 2. Terdapat beberapa macam ukuran kualitas respon transient yang
lazim digunakan, a.l.:
Time Constan (τ) : Ukuran waktu yang di ukur melalui respon fungsi selubung yaitu
mulai t = 0 s/d respon mencapai 63,2% (e-1x100%) dari respon steady state.
Rise Time (TR) : Ukuran waktu yang di ukur mulai respon mulai t = 0 s/d respon
memotong sumbu steady state yang pertama.
Settling Time (TS): Ukuran waktu yang menyatakan respon telah masuk ± 5% atau ±
2% atau ± 0,5% dari respon steady state.
Delay Time (TD) : Ukuran waktu yang menyatakan faktor keterlambatan respon
output terhadap input, diukur mulai t = 0 s/d respon mencapai 50% dari respon
steady state.
Overshoot (MP) : Nilai relatif yang menyatakan perbandingan harga maksimum
respon yang melampaui harga steady state dibanding dengan nilai steady state.
Time Peak (TP) : Ukuran waktu diukur mulai t = 0 s/d respon mencapai puncak
yang pertama kali (paling besar).
Contoh :
Fungsi Alih
C (s) 2
= 2
R (s) (s +8 s+12)
C (s) 2
=
R (s) (s+2) ( s+6 )
d2 d
2
c (t )+8 c (t )+12 c (t ) = 2 r(t )
dt dt
Dengan operator diferensial
c (t )tr = K 1 e D 1 . t +K 2 e D2 t
2
d d
2
c (t )+8 c (t )+12 c (t ) = 4 . t
dt dt
Dimisalkan :
c(t ) ss =A .t +B
d
c(t ) = A
dt
d2
2
c(t ) = 0
dt
12 A=4
1
A=
3
8. A+12 B=0
8 2
B=− =−
3 .(12) 9
1 2
c(t )ss = .t −
Respon steady state : 3 9
1 2
c (t ) = K 1 e −2 t +K 2 e −6. t + t−
3 9
Mencari K1 dan K2 untuk t = 0,maka
2
c (0) = K 1 +K 2 +0− =0
9
d 1
(c(t )‖ =−2 K 1 −6 K 2 + =0
dt t=0 3
Respon total sistem dengan input fungsi ramp
1
K 1=
4
1
K 2= −
36
1 −2 t 1 −6. t 1 2
c(t ) = e − e + t−
4 36 3 9
Contoh :
R(s) E(s)
ω 2n C(s)
+
s ( s + 2 ζ ωn )
d
=ω n √1−ζ 2
=5 √ 1−(0,6)2
=4
= . n = 0,6 . 5 = 3
x−β
=
Rise time (tr)
ωd
ωd
= tan -1 σ
= tan-1 (4 / 3)
= 0,93 rad
3,14−0,93
tr = 4
= 0,55 sec
π 3 , 14
ωd =0 ,785
Peak Time (tp) = = 4 sec
−(σ / ωd )π
Maximum Overshoot (Mp) = e
−(3/4)x3,14
= e
= 0,095
= 0,095 x 100%
= 95 %
4 4
= =1,33
Setting time (Ts) = σ 3 sec (u/ kriteria 2%)
3 3
= =1
= σ 3 sec (untuk kriteria 5%)