Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SISTEM PENGUKURAN (TKF 2415)

SEISMIC (ABSOLUTE) DISPLACEMENT PICK-UPS

OLEH:
MAYA SATIH KANTEYAN
AZIZ HUSSEIN
SATRIA WIJAYANTO
ROFIARDA RANGKUTI
MULTAZAM HAVIZ

13/346563/TK/40521
13/346844/TK/40672
13/346861/TK/40679
13/346867/TK/40684
13/346882/TK/ 40691

PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang
Fungsi
Prinsip Kerja
Analisis Fungsi Transfer
Analisis Parameter Desain
Sketsa respon frekuensi
Kesimpulan

LATAR BELAKANG
Seismic pickups pertama digunakan untuk mengukur getaran dari gempa bumi, di mana berasal
dari bahasa Yunani dari gempa bumi adalah seismos. Pada alat instrumentasi, seismic pickups
digunakan untuk mengukur pergerakan dari permukaan yang tetap. Alat ini sensitif pada
pergerakan satu sumbu saja, jadi jika pergerakan pada 3 dimensi, dibutuhkan 3 seismic pickup
untuk menentukan komponen dari pergerakan sepanjang 3 sumbu tersebut. Fitur dari seismic
pickup ditunjukan pada gambar dibawah ini

Komponen utama pada gambar diatas adalah seismic mass. Seismic pick-up ini dapat di design
dengan memilih suitable values of mass, stiffness of the support dan damping, menjadi a
displacement pickup, velocity pickup atau acceleration pickup. Seismic pickup pada umumnya
terdiri dari damped spring-mass system dimana memiliki frekuensi natural dari getaran,

FUNGSI
Seismic displacement pickup adalah peralatan yang digunakan untuk pengukuran pergeseran
getaran yang dalam banyak kasus tidak memiliki acuan tetap untuk pengukuran pergeseran

relatif. Input dari alat ini adalah perpindahan/pergeseran baik itu translasi maupun rotasi yang
dalam hal ini akan menghasilkan output tertentu. Alat ini bergungsi untuk mengukur
pergeseran/getaran yang terjadi pada suatu benda diam dan sedang bervibrasi.

PRINSIP KERJA
Prinsip dasar pikap getaran adalah mengukur pergeseran relatif suatu massa yang dihubungkan
oleh pegas pada suatu benda yang bergetar. Pertama, alat ukur (seismic getaran) kita hubungkan
dengan suatu sumber getaran. Getaran tersebut juga akan menyebabkan getaran pada peti pikap.
Dengan adanya getaran pada peti, kemudian akan ikut menggetarkan massa sehingga transduser
akan mengubah variabel displacement menjadi suatu variabel yang lain. Variabel lain tersebut
adalah dapat berupa arus maupun dalam bentuk elektromagnetik. Variabel yang telah diubah
dapat dilihat pada alat penyajian data (monitor dan sebagainya).

ANALISIS FUNGSI TRANSFER


Pada sistem tersebut, berlaku gaya pegas dan gaya damper dengan persamaan berikut.
f k =k ( x mx i ) =k x o
f b=b ( x m x i ) =b x o
Pada sistem, berlaku hukum newton kedua, sehingga persamaan menjadi sebagai berikut.

F=ma
f k f b =m x M
k x o +b x o=m x M =m ( x ix o )
m x o +b x o +k x o=m x i

D2 X 0 ( D ) +

X0
(D)=
Xi

b
k
D X 0 (D)+ X 0 ( D)=D2 X i ( D )
m
m

D2
b
k
D 2 + D+
m
m

X0
D 2 /2n
( D)= 2 2
Xi
D / n+ 2D / n+1
Dengan besar:
n=

k
m

b
2 km

Jika kita meninjau persamaan tersebut berdasarkan domain frekuensi yaitu dengan mengubah
operator

D=i , maka fungsi transfer persamaan akan menjadi sebagai berikut.

X0
(i)2 /2n
2n /2
(i)=

Xi
(i)2 /2n +i2 / n +1 2n /2

X0
( i )=
Xi

X0
=
Xi

1
1

2
1
i2 n n
1+
+

( )

1
1+

(2 i n )

Berdasarkan persamaan tersebut, jika kita memiliki nilai

sehingga

jauh lebih kecil dari

n
0 maka besarnya fungsi transfer sistem akan mendekati nilai 10 0 .

PARAMETER DESAIN
Ada tiga parameter desain pada pada alat ini, yakni massa m, konstanta pegas
konstanta damper

Ks

dan

B . Pada alat ini dapat dirancang sedemikian rupa sehingga nilai getaran

sekecil apapun tetap dapat diukur oleh alat ini. Untuk itu nilai

dibuat serendah

Ks
n
mungkin. Sedangkan kita ketahui bahwa n= M , jadi untuk dapat mendapatkan nilai
yang rendah, kita dapat memperbesar nilai m atau memperkecil nilai

Ks

, atau dengan kata

lain pegas dibuat selembut mungkin. Sedangkan untuk konstanta damper kita sesuaikan agar kita
dapatkan nilai frekuensi peredaman

=0,60,7 , dengan hubungan sebagai berikut

B
2 Ks M .

SKETSA RESPON
Karakteristik dari sistem meliputi frekuensi natural (
n=2
=0.7

) dan konstanta damping ( ):

Persamaan blok diagram lihat Fig. 3.57


A. Input Impulse
Karakteristik input

Diagram

Output signal

B. Input Step
Karakteristik input

Diagram

Output signal

C. Input Gelombang Sinus


Karakteristik input

Diagram

Output signal

Kemudian kita lakukan perubahan pada konstanta dampingnya ( ) sedangkan frekuensi


natural tidak berubah. Lalu, kita amati sinyal keluaran yang dihasilkan sistem:
1.

=0.4

A. Input Impulse

B. Input Step

C. Input Gelombang Sinus

2.

=2

A. Input Impulse

B. Input Step

C. Input Gelombang Sinus

3.

=4
A. Input Impulse

B. Input Step

C. Input Gelombang Sinus

Analisis Simulas
Dari semua grafik diatas terlihat bahwa amplitude dari input mengalami perubahan
seiring dengan kita mengubah konstanta damping ( ). Jika nilai

mengecil maka

menyebabkan tahanan terhadap amplitude berkurang, akibatnya output sinyal pergeseran

semakin sering mengalami osilasi (dilihat dari input impulse). Hal yang sama juga berlaku dalam
input step dimana, sinyal mengalami osilasi saat =0.4 sedangkan saat =0.7 tidak
mengalami osilasi.
Namun, untuk sinyal gelombang sinus, nilai amplitude bila
semakin kecil, dimana berkisar 1.5 saat =0.4

membesar maka akan

kemudian terus menurun hingga nilai berkisar

0.4 saat =4 . Hal yang sama juga terjadi pada input yang lain dimana amplitudo output
sistem semakin mengecil bila kita meningkatkan . Maka hal ini menunjukkan pengaruh
terhadap nilai keluaran. Semakin besar maka nilai hambatan sistem akan naik akibatnya
amplitudo yang dikeluarkan sistem akan semakin kecil, Hubungannya sesuai dengan Gambar.
3.58

Koreksi pada sudut


Sudut dalam domain derajad menghasilkan grafik sebagai berikut

Fungsinya:

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai