Sambungan Permanen.
Fungsinya menyambung dengan kuat dan kencang.
Untuk pekerjaan konstruksi, sambungan plat, ketel, tangki.
Dibuat dari baja, kuningan, aluminium, tembaga.
METODE PENGELINGAN.
Gb.2
2. Kepala paku untuk pemakaian umum (diameter 12 - 48 mm).
Gb.3
Gb.4
TIPE SAMBUNGAN PAKU KELING.
Ditinjau dari cara penyambungan plat ada dua tipe, yaitu:
1. Lap joint.
Sistim penyambungan dimana satu plat menopang pada plat yang lain,
kemudian kedua plat tersebut dikeling bersama.
2. Butt joint.
Sistim penyambungan dimana plat utama yang akan disambung dijepit
oleh satu atau dua plat yang terletak masing-masing diatas dan
dibawah plat utama, kemudian ketiganya dikeling bersama.
Ditinjau dari jumlah baris paku, tipe sambungan ada dua :
1. Single riveted joint.
Hanya ada satu baris paku dalam lap joint dan hanya ada satu
baris paku pada tiap sisi dalam butt joint.
2. Double riveted joint.
Hanya ada dua baris paku dalam lap joint dan dua baris paku pada tiap
sisi pada butt joint.
Gb.5
Gb.6.Triple riveted lap joint
Gb.7.Double riveted double strap Gb.8.Triple riveted double strap
(unequal) butt joint with zig zag (unequal) butt joint.
riveting.
DIFINISI TEKNIS.
Difinisi teknis
1. Pitch (p), adalah jarak antara titik pusat satu paku dengan titik
pusat paku berikutnya yang diukur sejajar terhadap baris paku
(Gb.5a)
2. Diagonal pitch (pd), adalah jarak antara titik pusat paku dalam
baris yang berdekatan dari zig-zag riveted joint (Gb.5c).
3. Back pitch (pb), adalah jarak tegak lurus antara garis pusat dari
baris paku (Gb.5b).
4. Margin (m), adalah jarak antara
Difinisititik pusat lubang paku ke ujung
teknis
plat yang terdekat (Gb.6a,b).
Gb.9
2. Robek melintang pada plat sepanjang baris paku.
Gb.10
Bila: p = pitch; d = diameter paku; t = tebal plat; ft = tegangan
tarik ijin bahan plat.
3.Tergesernya paku
Gb.11
Pada double cover butt joint, paku dalam
kondisi double shear (Gb.12).
KEKUATAN SAMBUNGAN
Kekuatan sambungan bisa diartikan sebagai gaya maksimum yang dapat
ditahan tanpa terjadi kerusakan. Dari bahasan sebelumnya diperoleh Pt, Ps
dan Pc, yaitu tarikan yang diperlukan untuk merobek plat, menggeser paku
dan memecah paku. Bila tarikan pada sambungan keling ditingkatkan,
sambungan akan rusak ketika tarikan terkecil dari ketiga tarikan itu dicapai.
EFISIENSI SAMBUNGAN
Efisiensi sambungan keling adalah perbandingan antara kekuatan
sambungan terhadap kekuatan tanpa sambungan (solid plate).
Kekuatan sambungan keling adalah sama dengan harga terkecil dari
Pt, Ps dan Pc.
Kekuatan tanpa kelingan (solid plate), P = p.t.ft
harga terk ecil dari Pt , Ps , Pc
Jadi efisiensi sambungan keling, η
p.t.f t
Dimana: p = pitch paku; t = tebal plat; ft = tegangan tarik ijin bahan plat
Penyelesaian:
Tebal plat, t = 6 mm = 0,6 cm
Diameter paku, d = 2 cm
Tegangan tarik ijin, ft = 1200 kg/cm2
Tegangan geser ijin, fs = 900 kg/cm2
Tegangan pecah ijin, fc = 1800 kg/cm2
1. Efisiensi dari sambungan pertama (a).
Ketahanan robek plat per panjang pitch :
Pt = (p – d) t. ft = (5 – 2). 0,6. 1200 = 2160 kg
Ketahanan geser paku :
Karena sambungan adalah single riveted lap joint, maka diambil
kekuatan satu paku dalam single shear.
Ps = d 2 .f s 2 2.900 2827 kg
4 4
Ketahanan pecah paku:
Karena sambungan single riveted, maka kekuatan diambil pada satu
paku.
Pc = d.t.fc = 2.0,6.1800 = 2160 kg
Jadi kekuatan sambungan = harga terkecil dari Pt, Ps, Pc = 2160 kg
Kekuatan plat tanpa pengelingan,
P = p.t.ft = 5.0,6.1200 = 3600 kg 2160
Jadi efisiensi sambungan pertama (a) adalah: 0,60 60 %
3600
2. Efisiensi sambungan kedua (b).
Ketahanan robek plat per panjang pitch:
Pt = (p – d) t.ft = (6,5 – 2).0,6. 1200 = 3240 kg
Kekuatan geser paku:
Karena sambungan adalah double riveted lap joint, maka
kekuatan 2 paku dalam single shear yang diambil.
2 2
Ps = d .f s .n 2 900 2 5654 kg
4 4
Ketahanan pecah paku:
Karena sambungan adalah double riveted, maka kekuatan 2 paku yang
diambil.
Pc = n.d.t.fc = 2 . 2 . 0,6 . 1800 = 4320 kg
Jadi kekuatan sambungan = nilai terkecil dari Pt, Ps, Pc = 3240 kg
Kekuatan plat tanpa pengelingan,
P = p.t.ft = 6,5 . 0,6 . 1200 = 4680 kg
3240
Jadi efisiensi sambungan kedua (b) adalah, 0,69 69 %
4680
Contoh:
Sebuah double riveted double cover butt joint pada plat dengan tebal
20 mm, dengan diameter paku 25 mm pada pitch 100 mm. Tegangan yang
diijinkan sebagai berikut: ft =120 N/mm2 ; fs = 100 N/mm2 ; fc =150 N/mm2.
Tentukan efisiensi sambungan, diambil kekuatan paku dalam double shear
adalah 2 kali single shear.
Penyelesaian:
Ketahanan robek plat per panjang pitch.
Pt = (p – d) t . ft = (100 – 25) 20 . 120 = 180.000 N
Ketahanan geser paku.
Karena double riveted butt joint, maka kekuatan 2 paku dalam double shear.
2
Ps = n.2. .d . f s 2.2. 252100 196300 Kg
4 4
Ketahanan pecah.
Karena sambungan adalah double riveted, maka kekuatan 2 paku adalah,
Pc = n.d.t.fc = 2.25.20.150 = 150.000 N
Jadi Kekuatan sambungan = harga terkecil dari Pt, Ps, Pc = 150.000 N
Kekuatan plat tanpa pengelingan, P = p.t.ft = 100.20.120 = 240.000 N
150.000
Jadi efisiensi sambungan, η = 0,625 atau 62,5 %.
240.000
PERENCANAAN SAMBUNGAN KETEL.
Ketel memiliki sambungan longitudinal dan sirkumferensial. Sambungan
longitudinal adalah digunakan untuk menyambung ujung plat untuk
memperoleh diameter ketel yang diperlukan. Untuk maksud tersebut maka
digunakan butt joint dengan dua cover plat. Sambungan sirkumferensial
adalah digunakan untuk memperoleh panjang ketel yang diperlukan. Untuk
maksud tersebut maka digunakan lap joint dengan satu ring.
Catatan:
a. Tebal plat dinding ketel tidak akan kurang dari 7 mm.
b. Efisiensi sambungan bisa diambil dari tabel 1.
c. Faktor keamanan tidak akan kurang dari 4.
Faktor keamanan untuk macam-macam sambungan pada ketel (tabel 2).
Tabel.2. Faktor keamanan
Tetapi jika tebal plat dinding ketel lebih kecil dari 8 mm, maka diameter
lubang paku bisa dihitung dengan menyamakan ketahanan geser paku (Ps)
dengan ketahanan pecah paku (Pc).
Tabel 3 memberikan ukuran diameter paku dan diameter lubang paku.
Tabel. 3.
Diameter Paku (mm) Diameter Lubang paku
minimum (mm)
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
27 28,5
30 31,5
33 34,5
36 37,5
39 41
42 44
48 50
3. Pitch paku
Pitch paku diperoleh dengan menyamakan ketahanan robek plat (Pt)
terhadap ketahanan geser paku (Ps).
Catatan:
a. Pitch paku tidak akan kurang dari 2d.
b. Harga pitch paku maksimum untuk longitudinal joint berdasarkan
IBR,
pmaks = c.t + 4,128 cm
t = tebal plat dinding ketel (cm)
c = konstanta (tabel 4)
Tabel.4.
Catatan:
Bila pitch paku yang
diperoleh dari menyamakan
ketahanan robek plat (Pt)
terhadap ketahanan geser
paku (Ps) adalah lebih
besar dari pmaks maka yang
dipakai adalah pmaks.
4. Jarak baris paku.
Berdasarkan IBR, jarak baris paku diberikan sebagai berikut:
a. Untuk jumlah paku yang sama dalam baris paku yang lebih dari satu
baris untuk lap joint atau butt joint, jarak antara baris paku (pb) tidak
akan lebih kecil dari nilai berikut:
0,33. p + 0,67 d (untuk zig-zag riveting) dan 2.d (untuk chain riveting)
b. Untuk sambungan dimana jumlah paku pada baris terluar adalah
setengah dari jumlah paku dibaris terdalam dan jika baris terdalam
adalah zig-zag riveted, jarak antara baris terluar dan baris berikutnya
tidak akan kurang dari 0,2. p + 1,15. d.
Jarak antara baris dimana seluruh paku (zig-zag), tidak akan kurang
dari 0,165.p + 0,67.d
c. Untuk sambungan dimana jumlah paku pada baris terluar adalah
setengah dari jumlah paku pada baris terdalam dan jika baris terdalan
chain riveted, jarak antara baris terluar dan baris berikutnya tidak akan
kurang dari: 0,33. p + 0,67. d atau 2.d .
Jarak antar baris dimana seluruh paku (chain), tidak akan kurang dari
2.d.
Catatan: harga (p) pada pembahasan diatas adalah pitch paku baris
terluar.
5. Tebal butt strap
Menurut IBR tebal untuk butt strap (t1) adalah sebagai berikut:
a. t1 = 1,125.t , untuk chain riveting single butt strap
p-d
t1 = 1,125.t untuk zig-zag single butt strap
p-2d
t1 = 0,625. t, untuk chain riveting double butt strap dengan lebar sama
pd
t1 = 0,625. t untuk zig-zag riveting double butt strap dengan
p 2 d lebar yang sama
b. Untuk lebar butt strap yang tidak sama, tebal butt strap adalah:
t1 = 0,75. t , untuk strap yang lebar pada bagian dalam
t1 = 0,625.t , untuk strap yang sempit pada bagian luar
7. Setelah diketahui jarak antara baris paku (pb), overlap plate bisa
ditetapkan dengan menggunakan hubungan berikut:
Overlap = (Jumlah baris paku - 1) pb + m m = margin = 1,5 d
pd 14 2,85
t1 = 0,625.t = 0,625.2,1 1,76 1,8 cm
p2d 14 2.2,85
Margin, m = 1,5.d = 1,5.2,85 = 4,275 atau 4,3 cm
Efisiensi sambungan.
Tahanan robek plat, Pt = (p-d).t.ft = (14-2,85)2,1.880 = 20605 kg
Tahanan geser paku, Ps= 3.1,8. d .f s 3.1,8.
2
2,852.640 22050 kg
4 4
Kekuatan plat tanpa sambungan, P = p.t.ft = 14.2,1.880 = 25872 kg
20605
Jadi 0,796 atau 79,6 %
25872
Karena efisiensi sambungan yang direncanakan lebih besar dari pada
efisiensi yang diberikan, maka perencanaan ini memenuhi syarat.
SAMBUNGAN KELING UNTUK KONSTRUKSI.
Tabel 6
Gb.14
1. Diameter paku.
Diameter lubang paku didapat dengan hubungan berikut, d = 6. t
2. Jumlah paku
Jumlah paku yang diperlukan untuk sambungan bisa didapat dengan
tahanan geser atau tahanan pecah dari paku.
Dalam hal ini tahanan robek plat berada pada baris terluar dimana hanya
ada satu paku adalah, P = (b-d).t.ft
Karena sambungan adalah double strap butt joint, maka paku berada dalam
double shear. Dalam hal ini diasumsi bahwa tahanan paku dalam double
shear adalah 1,75 kali dari single shear.
Jadi tahanan geser dari 1 paku, Ps = 1,75. d2 . f
s
Tahanan pecah dari 1 paku, Pc = d.t.fc 4
Jadi jumlah paku yang dibutuhkan untuk sambungan,
P
n=
harga terkecil dari Ps , Pc
3. Dari jumlah paku, jumlah baris dan jumlah paku dalam tiap baris dapat
ditentukan.
4. Tebal butt strap.
t1 =1,25.t untuk single cover strap
t1 = 0,75.t untuk double cover strap
5. Efisiensi sambungan.
Pertama menghitung semua tahanan sepanjang bagian 1-1; 2-2; dan
3-3. Pada bagian 1-1, hanya ada 1 lubang paku. Jadi tahanan robek
sambungan sepanjang 1-1 adalah: Pt1 = (b-d).t.ft
Pada bagian 2-2, ada 2 lubang paku. Jadi tahanan robek sambungan
sepanjang 2-2 adalah : Pt2 = (b-2d).t.ft + kekuatan 1 paku pada baris
terdepan.
Untuk bagian 3-3 dimana terdapat 3 lubang paku caranya sama seperti
diatas.
Tahanan robek sambungan sepanjang 3-3 adalah:
Pt3 =(b-3d).t.ft + kekuatan 3 paku didepannya
Harga terkecil dari Pt1, Pt2, dan Pt3 merupakan kekuatan dari
sambungan.
Kekuatan plat tanpa sambungan, P = b.t.ft
harga terkecil dari Pt1, Pt 2 , Pt 3 , Ps atau Pc
Jadi efisiensi sambungan =
P
Catatan:
Tegangan yang diijinkan yang dipakai dalam sambungan konstruksi
adalah lebih tinggi dari pada yang digunakan dalam perencanaan tabung
• bertekanan.
Berikut ini harga-harga yang sering dipakai :
Untuk plat dalam tarik, ......................................1400 kg/cm2
Untuk paku dalam geser ...................................1050 kg/cm2
Untuk pecah pada paku & plat:
Bila double shear ................................................2800 kg/cm2
Bila single shear .................................................2240 kg/cm2
Bila :
A = luas penampang tiap paku
x1, x2, x3 dst = jarak paku dari sumbu OY
y1, y2, y3 dst = jarak paku dari sumbu OX
Maka jarak titik berat dari sistem sambungan keling terhadap
sumbu OX dan OY adalah:
__
A1.x 1 A 2 .x 2 A 3 .x 3 ...... A.x 1 A.x 2 A.x 3 .....
x
A1 A 2 A 3 ........ n.A
__
x 1 x 2 x 3 ......
x
n
n = Jumlah paku keling
y1 y2 y3 ....
___
y
n
2. Kita pasang 2 gaya P1 dan P2 pada titik berat G. Kedua gaya sama
besarnya tapi berlawanan arahnya (Gb.15a)
3. Diasumsi semua paku ukurannya sama, pengaruh P1 = P, menghasilkan
beban geser langsung yang besarnya sama pada tiap paku. Karena itu
beban geser langsung pada tiap paku adalah,
P
Ps =
n
4. Pengaruh P2 = P, menghasilkan momen putar P.ℓ yang cenderung untuk
memutar sambungan pada titik berat G dalam arah yang searah jarum jam.
Akibat momen putar menghasilkan beban geser kedua pada tiap paku.
Dalam mencari beban geser kedua, dibuat 2 asumsi berikut:
1. Beban geser kedua adalah proporsional dengan jarak radial paku
terhadap titik berat (G)..
2. Arah dari beban geser kedua adalah tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan titik pusat paku terhadap titik berat (G)..
Misalkan, F1, F2, F3 .....= beban geser kedua pada paku 1, 2, 3, ....
ℓ1, ℓ2, ℓ3 ..... = jarak radial paku 1, 2, 3, .... dari titik berat G
Maka dari asumsi 1:
F1 α ℓ1 ; F2 α ℓ2 ; F3 α ℓ3 dan seterusnya.
Atau
F1 F2 F3
......
1 2 3
2 3
Jadi F 2 = F1 ; F3 = F 1 ; ........
1 1
Dengan keseimbangan dari momen putar yang bekerja dan momen putar
reaksi yang menahan, maka :
P.ℓ = F1.ℓ1 + F2.ℓ2 + F3.ℓ3 + ......
2 3
= F1.ℓ1 + F1 2 F1 3 ....
1 1
F1
3 ...)
2 2 2
P.ℓ = ( 1 2
1
Dari pernyataan diatas, harga F1 bisa dihitung dan F2, F3 ... bisa diketahui.
5. Beban langsung dan beban geser dapat dijumlahkan secara vertikal untuk
menentukan gaya resultan R pada 1 paku (Gb.15b).
Gaya resultan R juga bisa diperoleh dengan rumus berikut,
Ps 2.F.Ps .cos
2 2
R= F
Gb.16
Penyelesaian.
Tebal plat, t = 25 mm
Beban, P = 5000 kg
Panjang lengan, ℓ= 40 cm
Jumlah paku, n = 7
Tegangan geser ijin, fs= 650 kg/cm2
Tegangan pecah ijin, fc= 1200 kg/cm2
y1 y2 y3 y 4 y5 y6 y7 20 20 20 10 10
__
y n
7
11,43 cm
2. Beban geser langsung pada tiap paku.
P 5000
Ps = 714,3 kg.
n 7
3. Momen putar akibat gaya P.
= P.ℓ = 5000 x 40 = 200000 kg-cm
Momen putar tersebut ditahan oleh 7 paku.
F1.......F7 adalah beban geser kedua pada paku 1.....7 yang berada pada jarak
ℓ1......ℓ7 dari titik berat sistem sambungan keling.
ℓ1 = ℓ3= 102 (20 11,43)2 13,17 cm
ℓ2 = 20 -11,43 = 8,57 cm
ℓ4 = ℓ7 = 102 (11,43 10)2 10,1cm
ℓ5 =ℓ6 = 102 11,432 15,2 cm
F 2 F1
2 3 4 5 6 7 )
2 2 2 2 2 2
P.ℓ = 1 ( 1 (2. 1 2 2. 4 2. 5 )
2 2 2 2
1 1
F1
200000 = (2 13,172 8,572 2 10,12 2 15,2 2 )
13,17
200000 13,17
F1 = 2420 kg
1086,6
2 8,57
F 2 = F1 2420 1575 kg
1 13,17
3
F 3 = F1 F1 2420 kg
1
4 10,1
F 4 = F1 2420 1856 kg
1 13,17
5 15,2
F 5 = F1 2420 2793 kg
1 13,17
6
F 6 = F1 F5 2793 kg
1
7
F7 = F1 F4 1856 kg
1
Dengan menggambarkan gaya geser langsung dan gaya geser kedua pada
tiap paku, kita lihat paku 3 dan paku 4 yang mendapat beban terberat.
10 10
Cos θ = 0,76 untuk paku 3
3 13,17
10 10
Cos θ1 = 0,99 untuk paku 4
4 10,1
Dari kedua persamaan diatas, beban resultan maksimum berada pada paku 3,
yaitu:
2
d .fs R 3 d2 = R 3 .4 3000 4 5,88 d = 2,42 cm = 24,2 mm.
4 . fs .650
Dari standar yang ada, lubang paku adalah 25,5 mm dan diameter paku
adalah 24 mm.
Kemudian sambungan kita cek terhadap tegangan pecah (fc).
R3 3000
fc = 500 kg/cm2
d.t 2,4 2,5
Karena tegangan pecah yang terjadi lebih kecil dari tegangan pecah yang
diijinkan (fc=1200 kg/cm2), maka perencanaan memenuhi syarat.
Contoh.
Suatu sistem sambungan keling seperti pada Gb.17. Tegangan geser
maksimum pada paku dibatasi 150 N/mm2. Tentukan diameter paku.
Penyelesaian.
Jumlah paku, n = 6
Beban, P = 60 KN
Lengan beban, ℓ = 200 mm
Tegangan geser maksmum, fs = 150 N/mm2
Karena paku mempunyai ukuran sama dan
simetri, maka titik berat simtim keling (G) seperti
pada Gb.18..
Diameter paku.
Karena beban maksimum berada pada paku 1, maka:
2 3
4
d .fs R 1 d =
2 R 1.4
35,6 . 10
303 d = 17,4 mm
4 .fs .150
Disesuaikan dengan standar yang ada yaitu diameter lubang paku
d = 19,5 mm dan diameter paku 18 mm.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA