Anda di halaman 1dari 61

SAMBUNGAN PAKU KELING

 Sambungan Permanen.
 Fungsinya menyambung dengan kuat dan kencang.
 Untuk pekerjaan konstruksi, sambungan plat, ketel, tangki.
 Dibuat dari baja, kuningan, aluminium, tembaga.

METODE PENGELINGAN.

 Diameter lubang paku lebih besar 1,5 mm


dari diameter paku.
 Pembentukan kepala paku bisa manual
atau dengan mesin keling.
 Pengelingan bisa dengan Proses panas
atau dingin.
Gb. 1
MACAM - MACAM KEPALA PAKU KELING.
Menurut Indian Standart Institution (ISI):
1. Kepala paku untuk pemakaian umum (diameter dibawah 12 mm).

Gb.2
2. Kepala paku untuk pemakaian umum (diameter 12 - 48 mm).

Gb.3

3. Kepala paku untuk ketel (diameter 12 - 48 mm).

Gb.4
TIPE SAMBUNGAN PAKU KELING.
Ditinjau dari cara penyambungan plat ada dua tipe, yaitu:
1. Lap joint.
Sistim penyambungan dimana satu plat menopang pada plat yang lain,
kemudian kedua plat tersebut dikeling bersama.
2. Butt joint.
Sistim penyambungan dimana plat utama yang akan disambung dijepit
oleh satu atau dua plat yang terletak masing-masing diatas dan
dibawah plat utama, kemudian ketiganya dikeling bersama.
Ditinjau dari jumlah baris paku, tipe sambungan ada dua :
1. Single riveted joint.
Hanya ada satu baris paku dalam lap joint dan hanya ada satu
baris paku pada tiap sisi dalam butt joint.
2. Double riveted joint.
Hanya ada dua baris paku dalam lap joint dan dua baris paku pada tiap
sisi pada butt joint.
Gb.5
Gb.6.Triple riveted lap joint
Gb.7.Double riveted double strap Gb.8.Triple riveted double strap
(unequal) butt joint with zig zag (unequal) butt joint.
riveting.
DIFINISI TEKNIS.
Difinisi teknis
1. Pitch (p), adalah jarak antara titik pusat satu paku dengan titik
pusat paku berikutnya yang diukur sejajar terhadap baris paku
(Gb.5a)
2. Diagonal pitch (pd), adalah jarak antara titik pusat paku dalam
baris yang berdekatan dari zig-zag riveted joint (Gb.5c).
3. Back pitch (pb), adalah jarak tegak lurus antara garis pusat dari
baris paku (Gb.5b).
4. Margin (m), adalah jarak antara
Difinisititik pusat lubang paku ke ujung
teknis
plat yang terdekat (Gb.6a,b).

KERUSAKAN PADA SAMBUNGAN


1. Robek pada ujung plat.
2. Robek melintang pada plat sepanjang baris paku.
3. Tergesernya paku.
4. Pecahnya paku.
1. Robek pada ujung plat.

Kerusakan dapat dihindari dengan mengambil


margin (m) = 1,5. d , dimana d adalah diameter
paku.

Gb.9
2. Robek melintang pada plat sepanjang baris paku.

Dalam kondisi ini, hanya kita tinjau satu pitch.


Kemampuan menahan robekan oleh plat
disebut tearing resistance atau tearing
strength.

Gb.10
 Bila: p = pitch; d = diameter paku; t = tebal plat; ft = tegangan
tarik ijin bahan plat.

 Luas robekan setiap panjang pitch adalah, At = (p – d).t

 Tearing resistance atau tarikan yang diperlukan untuk merobek plat


per panjang pitch adalah, Pt = ft . At = ft (p – d).t

3.Tergesernya paku

 Paku dalam kondisi single shear pada lap


joint (Gb.a) dan pada single cover butt
joint (Gb.b)

Gb.11
 Pada double cover butt joint, paku dalam
kondisi double shear (Gb.12).

 Ketahanan paku terhadap geser disebut


shearing resistance atau shearing strength.
Gb.12

 Bila : d = diameter paku; fs = tegangan geser ijin paku;


n = jumlah paku tiap panjang pitch.
 Luas geser:

As = d2 (untuk single shear).
4
 2
As = 2  d (secara teoritis untuk double shear )
4

As = 1,875  d2 (untuk double shear, menurut Indian Boiler Regulation)
4
 Shearing resistance atau tarikan yang diperlukan untuk
menggeser paku per panjang pitch adalah,
 2
Ps = d .f s .n (untuk single shear)
4
 2
Ps = 2 . .d .f s .n (secara teoritis untuk double shear)
4
 2
Ps = 1,875. .d .f s .n (untuk double shear, menurut Indian Boiler
4 Regulation)
4. Pecahnya Paku.
 Ketahanan paku terhadap pecah disebut
crushing resistance.
 Bila : d = diameter paku; t = tebal plat;
fc = tegangan pecah (crushing stress) yang
diijinkan dari bahan paku; n = jumlah paku per
Gb.13 panjang pitch
 Crushing area per paku adalah, Ac = d.t
 Total crushing area = n . d. t
 Ketahanan pecah (crushing resistance) atau tarikan yang
diperlukan untuk memecah paku per panjang pitch, Pc = n.d.t.fc
 Catatan: jumlah paku dibawah geser sama dengan jumlah paku
dibawah pecah.

KEKUATAN SAMBUNGAN
 Kekuatan sambungan bisa diartikan sebagai gaya maksimum yang dapat
ditahan tanpa terjadi kerusakan. Dari bahasan sebelumnya diperoleh Pt, Ps
dan Pc, yaitu tarikan yang diperlukan untuk merobek plat, menggeser paku
dan memecah paku. Bila tarikan pada sambungan keling ditingkatkan,
sambungan akan rusak ketika tarikan terkecil dari ketiga tarikan itu dicapai.
EFISIENSI SAMBUNGAN
 Efisiensi sambungan keling adalah perbandingan antara kekuatan
sambungan terhadap kekuatan tanpa sambungan (solid plate).
 Kekuatan sambungan keling adalah sama dengan harga terkecil dari
Pt, Ps dan Pc.
 Kekuatan tanpa kelingan (solid plate), P = p.t.ft
harga terk ecil dari Pt , Ps , Pc
 Jadi efisiensi sambungan keling, η 
p.t.f t
 Dimana: p = pitch paku; t = tebal plat; ft = tegangan tarik ijin bahan plat

Tabel 1. Efisiensi sambungan keling menurut IBR


Contoh:
Tentukan efisiensi sambungan keling berikut ini.
a. Single riveted lap joint dari plat 6 mm dengan paku berdiameter
2 cm dan pitch 5 cm.
b. Double riveted dari plat 6 mm dengan diameter paku 2 cm dangan
pitch 6,5 cm
Tegangan tarik ijin plat = 1200 kg/cm2
Tegangan geser ijin paku = 900 kg/cm2
Tegangan pecah ijin paku = 1800 kg/cm2

Penyelesaian:
Tebal plat, t = 6 mm = 0,6 cm
Diameter paku, d = 2 cm
Tegangan tarik ijin, ft = 1200 kg/cm2
Tegangan geser ijin, fs = 900 kg/cm2
Tegangan pecah ijin, fc = 1800 kg/cm2
1. Efisiensi dari sambungan pertama (a).
Ketahanan robek plat per panjang pitch :
Pt = (p – d) t. ft = (5 – 2). 0,6. 1200 = 2160 kg
Ketahanan geser paku :
Karena sambungan adalah single riveted lap joint, maka diambil
kekuatan satu paku dalam single shear.
 
Ps = d 2 .f s  2 2.900  2827 kg
4 4
Ketahanan pecah paku:
Karena sambungan single riveted, maka kekuatan diambil pada satu
paku.
Pc = d.t.fc = 2.0,6.1800 = 2160 kg
Jadi kekuatan sambungan = harga terkecil dari Pt, Ps, Pc = 2160 kg
Kekuatan plat tanpa pengelingan,
P = p.t.ft = 5.0,6.1200 = 3600 kg 2160
Jadi efisiensi sambungan pertama (a) adalah:    0,60  60 %
3600
2. Efisiensi sambungan kedua (b).
Ketahanan robek plat per panjang pitch:
Pt = (p – d) t.ft = (6,5 – 2).0,6. 1200 = 3240 kg
Kekuatan geser paku:
Karena sambungan adalah double riveted lap joint, maka
kekuatan 2 paku dalam single shear yang diambil.
 2  2
Ps = d .f s .n  2  900  2  5654 kg
4 4
Ketahanan pecah paku:
Karena sambungan adalah double riveted, maka kekuatan 2 paku yang
diambil.
Pc = n.d.t.fc = 2 . 2 . 0,6 . 1800 = 4320 kg
Jadi kekuatan sambungan = nilai terkecil dari Pt, Ps, Pc = 3240 kg
Kekuatan plat tanpa pengelingan,
P = p.t.ft = 6,5 . 0,6 . 1200 = 4680 kg
3240
Jadi efisiensi sambungan kedua (b) adalah,   0,69  69 %
4680
Contoh:
Sebuah double riveted double cover butt joint pada plat dengan tebal
20 mm, dengan diameter paku 25 mm pada pitch 100 mm. Tegangan yang
diijinkan sebagai berikut: ft =120 N/mm2 ; fs = 100 N/mm2 ; fc =150 N/mm2.
Tentukan efisiensi sambungan, diambil kekuatan paku dalam double shear
adalah 2 kali single shear.
Penyelesaian:
Ketahanan robek plat per panjang pitch.
Pt = (p – d) t . ft = (100 – 25) 20 . 120 = 180.000 N
Ketahanan geser paku.
Karena double riveted butt joint, maka kekuatan 2 paku dalam double shear.
 2 
Ps = n.2. .d . f s  2.2. 252100  196300 Kg
4 4
Ketahanan pecah.
Karena sambungan adalah double riveted, maka kekuatan 2 paku adalah,
Pc = n.d.t.fc = 2.25.20.150 = 150.000 N
Jadi Kekuatan sambungan = harga terkecil dari Pt, Ps, Pc = 150.000 N
Kekuatan plat tanpa pengelingan, P = p.t.ft = 100.20.120 = 240.000 N
150.000
Jadi efisiensi sambungan, η =  0,625 atau 62,5 %.
240.000
PERENCANAAN SAMBUNGAN KETEL.
Ketel memiliki sambungan longitudinal dan sirkumferensial. Sambungan
longitudinal adalah digunakan untuk menyambung ujung plat untuk
memperoleh diameter ketel yang diperlukan. Untuk maksud tersebut maka
digunakan butt joint dengan dua cover plat. Sambungan sirkumferensial
adalah digunakan untuk memperoleh panjang ketel yang diperlukan. Untuk
maksud tersebut maka digunakan lap joint dengan satu ring.

Asumsi yang di pakai dalam perencanaan sambungan ketel.


1. Beban pada sambungan terbagi sama pada semua paku.
2. Tegangan tarik terbagi sama pada bagian logam yang ada diantara paku.
3. Tegangan geser pada semua paku adalah merata.
4. Tegangan pecah adalah merata.
5. Tidak ada tegangan bending pada paku.
6. Lubang dimana paku ditempatkan tidak melemah.
7. Paku memenuhi lubang sesudah paku di pasang.
8. Gesekan antara permukaan plat diabaikan.
PERENCANAAN LONGITUDINAL BUTT JOINT UNTUK KETEL.
Sesuai dengan Indian Boiler Regulation (IBR), dipakai prosedur berikut:
1. Tebal plat dinding ketel.
Tebal plat dinding ketel ditentukan dengan menggunakan rumus untuk
silinder tipis, yaitu:
p.d
t =  0,1 cm
2 . ft . 
t = tebal plat dinding ketel (cm)
p = tekanan uap dalam ketel (kg/cm2 gauge)
d = diameter dalam ketel (cm)
ft = tegangan tarik ijin (kg/cm2)
ηℓ = efisiensi longitudinal joint.

Catatan:
a. Tebal plat dinding ketel tidak akan kurang dari 7 mm.
b. Efisiensi sambungan bisa diambil dari tabel 1.
c. Faktor keamanan tidak akan kurang dari 4.
Faktor keamanan untuk macam-macam sambungan pada ketel (tabel 2).
Tabel.2. Faktor keamanan

2. Diameter paku keling.


Setelah tebal plat dinding
ketel dicari, diameter
lubang paku (d) dapat
ditentukan dengan rumus
empiris berikut.

d=6 t (jika t > 8 mm)

Tetapi jika tebal plat dinding ketel lebih kecil dari 8 mm, maka diameter
lubang paku bisa dihitung dengan menyamakan ketahanan geser paku (Ps)
dengan ketahanan pecah paku (Pc).
Tabel 3 memberikan ukuran diameter paku dan diameter lubang paku.
Tabel. 3.
Diameter Paku (mm) Diameter Lubang paku
minimum (mm)
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
27 28,5
30 31,5
33 34,5
36 37,5
39 41
42 44
48 50
3. Pitch paku
Pitch paku diperoleh dengan menyamakan ketahanan robek plat (Pt)
terhadap ketahanan geser paku (Ps).
Catatan:
a. Pitch paku tidak akan kurang dari 2d.
b. Harga pitch paku maksimum untuk longitudinal joint berdasarkan
IBR,
pmaks = c.t + 4,128 cm
t = tebal plat dinding ketel (cm)
c = konstanta (tabel 4)
Tabel.4.
Catatan:
Bila pitch paku yang
diperoleh dari menyamakan
ketahanan robek plat (Pt)
terhadap ketahanan geser
paku (Ps) adalah lebih
besar dari pmaks maka yang
dipakai adalah pmaks.
4. Jarak baris paku.
Berdasarkan IBR, jarak baris paku diberikan sebagai berikut:
a. Untuk jumlah paku yang sama dalam baris paku yang lebih dari satu
baris untuk lap joint atau butt joint, jarak antara baris paku (pb) tidak
akan lebih kecil dari nilai berikut:
0,33. p + 0,67 d (untuk zig-zag riveting) dan 2.d (untuk chain riveting)
b. Untuk sambungan dimana jumlah paku pada baris terluar adalah
setengah dari jumlah paku dibaris terdalam dan jika baris terdalam
adalah zig-zag riveted, jarak antara baris terluar dan baris berikutnya
tidak akan kurang dari 0,2. p + 1,15. d.
Jarak antara baris dimana seluruh paku (zig-zag), tidak akan kurang
dari 0,165.p + 0,67.d
c. Untuk sambungan dimana jumlah paku pada baris terluar adalah
setengah dari jumlah paku pada baris terdalam dan jika baris terdalan
chain riveted, jarak antara baris terluar dan baris berikutnya tidak akan
kurang dari: 0,33. p + 0,67. d atau 2.d .
Jarak antar baris dimana seluruh paku (chain), tidak akan kurang dari
2.d.
Catatan: harga (p) pada pembahasan diatas adalah pitch paku baris
terluar.
5. Tebal butt strap
Menurut IBR tebal untuk butt strap (t1) adalah sebagai berikut:
a. t1 = 1,125.t , untuk chain riveting single butt strap
 p-d 
t1 = 1,125.t   untuk zig-zag single butt strap
p-2d
t1 = 0,625. t, untuk chain riveting double butt strap dengan lebar sama
 pd 
t1 = 0,625. t   untuk zig-zag riveting double butt strap dengan
 p  2 d  lebar yang sama
b. Untuk lebar butt strap yang tidak sama, tebal butt strap adalah:
t1 = 0,75. t , untuk strap yang lebar pada bagian dalam
t1 = 0,625.t , untuk strap yang sempit pada bagian luar

PERENCANAAN CIRCUMFERENTIAL LAP JOINT UNTUK KETEL.


1. Tebal plat dinding dan diameter paku.
Untuk menentukan tebal plat dinding dan diameter paku, caranya sama
dengan cara pada longitudinal joint.
2. Jumlah paku keling.
Karena sambungan adalah lap joint, paku berada dalam single shear.
Jadi tahanan geser paku (shearing resistance) adalah:

Ps = d 2 . f s . n  n : jumlah paku total
4
Beban geser total yang bekerja pada circumferential joint adalah:

Ws = D2 . p  D :diameter dalam ketel; p : tekanan uap
4
Dari kedua persamaan diatas diperoleh:
2
 D p
n =  .
 d  fs
3. Pitch paku.
Bila efisiensi dari longitudinal joint diketahui maka efisiensi untuk
circumferential joint dapat ditentukan / dicari. Umumnya diambil 50%
dari tearing efficiency dalam longitudinal joint, tetapi bila lebih dari satu
circumferential joint yang digunakan, harga efisiensinya adalah 62%
untuk intermediate joint.
Bila efisiensi circumferential lap joint (η) diketahui, pitch paku lap joint
pd
bisa diperoleh dengan menggunakan hubungan berikut. η =
p
4. Jumlah baris.
Jumlah paku dalam satu baris pada circumferential joint bisa diperoleh
dari hubungan berikut.
 ( D  t )  p = pitch; D = diameter dalam ketel
Jumlah paku dalam 1 baris =
p

jumlah tot al paku


Jumlah baris =
jumlah paku dalam 1 baris
5. Setelah menentukan jumlah baris, tipe sambungan ( single riveted, double
riveted ) bisa ditentukan. Kemudian jumlah paku dalam 1 baris dan pitch
bisa diatur kembali.
6. Jarak antara baris paku (pb) dihitung dengan menggunakan hubungan
seperti pada pembahasan sebelumnya.

7. Setelah diketahui jarak antara baris paku (pb), overlap plate bisa
ditetapkan dengan menggunakan hubungan berikut:
Overlap = (Jumlah baris paku - 1) pb + m  m = margin = 1,5 d

SAMBUNGAN YANG DIANJURKAN UNTUK TABUNG BERTEKANAN.


Sambungan yang dianjurkan untuk tabung bertekanan (tabel 5).
Tabel 5.
Contoh.
Sebuah sambungan double riveted lap joint dengan zig-zag riveting
direncanakan untuk plat dengan tebal 13 mm.
Diasumsi : ft = 800 kg/cm2 ; fs = 600 kg/cm2 ; fc = 1200 kg/cm2
Dalam kondisi bagaimana sambungan tersebut rusak dan tentukan efisiensi.
Penyelesaian.
Diameter paku.
Karena tebal plat melebihi 8 mm, maka diameter lubang paku,
d = 6 t  6 13  21,6 mm.
Menurut tabel 3, nilai standar d = 23 mm dan diameter paku 22 mm.
Pitch paku.
Tahanan robek plat, Pt = (p - d) t . ft .......(1)
 2
Tahanan geser paku, Ps = 2. d . f s .....(2)
Dari persamaan (1) dan (2) 4

(p-2,3).1,3 . 800 = 2. 2,32.600  p-2,3 = 4,8  p = 7,1 cm
Pitch maksimum. 4
pmaks = c.t + 4,128 cm = 2,62 . 1,3 + 4,128 = 7,528≈ 7,6 cm
c = 2,62 (tabel 4 untuk 2 paku tiap panjang pitch)
karena pmaks > p, maka diambil p = 7,1 cm
Tahanan robek plat, Pt = (p-d) t.ft = (7,1-2,3).1,3.800 = 4992 kg
 
Tahanan geser paku, Ps = 2. d 2 . f s  2. ( 2,3) 2 .600  4986 kg
4 4
Tahanan pecah paku, Pc = 2. d. t. fc = 2. 2,3. 1,3. 1200 = 7176 kg
Dari hasil diatas maka terkecil adalah Ps , karenanya sambungan akan rusak
akibat geseran paku.
Efisiensi sambungan.
Kekuatan plat tanpa kelingan, P = p . t . ft = 7,1 . 1,3. 800 = 7384 kg
4986
Jadi efisiensi η = = 0,675 = 67,5 %
7384
Contoh:
Rencanakan sebuah double riveted butt joint dengan 2 cover plate untuk
sambungan longitudinal sebuah ketel yang berdiameter 150 cm, dengan
tekanan uap didalamnya 9,15 kg/cm2. Diasumsi efisiensi sambungan 75%,
tegangan tarik ijin plat 845 kg/cm2, tegangan tekan 1410 kg/cm2 dan
tegangan geser paku 560 kg/cm2.
Penyelesaian.
Diameter ketel, D = 150 cm
Tekanan uap, p = 9,15 kg/cm2.
Efisiensi longitudinal joint, ηℓ =75% = 0,75
Tegangan tarik ijin plat, ft = 845 kg/cm2
Tegangan tekan ijin paku, fc=1410 kg/cm2
Tegangan geser ijin paku, fs = 560 kg/cm2
Tebal plat dinding ketel.
p. D 9,15.150
t=  0,1   0,1  1,18  1,2 cm
2 .f t .  2.845.0,75
Diameter paku.
Karena t > 8mm, maka diameter lubang paku,
d = 6 t  6 12  20,76 mm
Dari tabel diperoleh diameter lubang paku 21 mm dan diameter paku 20 mm.
Pitch paku.
Pitch paku diperoleh dari menyamakan tahanan robek plat terhadap tahanan
geser paku.
Tahanan robek plat, Pt = (p-d).t.ft =(p-2,1)1,2.845 =1014(p-2,1) kg .....(1)
Karena sambungan double riveted double strap butt joint, maka paku dalam
kondisi double shear dan 2 paku per panjang pitch.
Diasumsi paku yang dalam kondisi double shear adalah 1,875 kali kekuatan
single shear.
Tahanan geser paku,
 
Ps=1,875. d .f s .2  1,875.
2
.2,12 560.2  7273 kg ......(2)
4 4
Dari (1) dan (2) didapat pitch paku, p = 9,27 cm
Pitch maksimum untuk longitudinal joint,
pmaks = c.t+4,128 cm  c = 3,50 untuk double riveted double strap butt joint
pmaks = 3,5.1,2 +4,128 =8,3 cm
Karena harga p > pmaks, maka diambil p = pmaks = 8,3 cm
Jarak baris paku.
Diasumsi zig-zag riveting, maka jarak antara baris paku,
pb = 0,33.p +0,67.d = 0,33.8,3 + 0,67.2,1 = 4,146 cm cm
Tebal butt strap.
Sesuai dari IBR, tebal butt strap dengan lebar yang sama adalah,
t1 = 0,625.t = 0,625.1,2 = 0,75 cm
Margin, m = 1,5 d = 1,5.2,1 = 3,15 cm
Kemudian dicari efisiensi sambungan yang direncanakan.
Tahanan robek plat, Pt = (p-d).t.ft = (8,3-2,1).1,2.845 = 6180 kg
Tahanan geser paku,
 
Ps = 1,875. d 2 .f s . 2  1,875. 2,12.560.2  7260 kg
4 4
Tahanan pecah paku, Pc = d.t.fc.2 = 2,1.1,2.1410.2 = 6980 kg
Karena harga kekuatan sambungan terkecil adalah Pt, maka kekuatan
sambungan adalah Pt = 6180 kg
Kekuatan sambungan tanpa kelingan, P = p.t.ft = 8,3.1,2.845 = 8270 kg

Jadi efisiensi sambungan yang direncanakan,


6180
  0,748  74,8%
8270
Karena efisiensi dari sambungan yang direncanakan hampir sama
dengan efisiensi yang diberikan (75%), maka perencanaan tersebut
memenuhi syarat.
Contoh:
Sebuah tabung bertekanan dengan diameter 100 cm, mendapat tekanan
dalam 27,5 kg/cm2 diatas tekanan atmosfer. Tabung dianggap sebagai
silinder tipis dan diasumsi efisiensi sambungan 79 %, hitung tebal plat jika
tegangan tarik bahan tidak lebih dari 880 kg/cm2. Rencanakan longitudinal
double riveted double strap butt joint dengan strap yang sama. Pitch paku
dalam baris bagian luar adalah 2 kali pitch dalam baris bagian dalam
dengan zig-zag riveting. Tegangan geser maksimum yang diijinkan pada
bahan paku 640 kg/cm2. Buat sket sambungan, dan hitung efisiensi
sambungan.
Penyelesaian:
Diameter dalam, D = 100 cm
Tekanan dalam, p = 27,5 kg/cm2
Efisiensi sambungan, = 79%=0,79
Tegangan tarik pada plat, ft = 880 kg/cm2
Tegangan geser ijin, fs = 640 kg/cm2
Tebal plat.
p.D 27,5 . 100
t=  0,1 cm   0,1  2,07 atau 2,1 cm
2.f t .  2.880.0,79
Diameter paku.
Karena t > 8 mm, maka diameter lubang paku, d = 6 t  6 2,1  2,74 cm
Dengan menyesuaikan harga standar, didapat d = 28,5 mm dan diameter
paku 27 mm.
Pitch paku.
Disini p = pitch dalam baris bagian luar.
Pitch paku didapat dengan menyamakan tahanan robek plat (Pt) terhadap
tahanan geser paku (Ps).
Tahanan robek plat per panjang pitch,
Pt = (p-d).t.ft = (p-2,85).2,1.880 = 1848 (p-2,85) kg.
Karena pitch dalam baris bagian luar 2 kali pitch baris bagian dalam dan
sambungan adalah double riveted, maka untuk 1 panjang pitch akan
terdapat 3 paku dalam double shear (n=3). Kekuatan paku dalam double
shear diambil 1,8 kali single shear.
Kekuatan geser paku per panjang pitch,
 
Ps = 1,8. d . f s . n  1,8.
2
2,852.640.3  21980 kg
4 4
Dengan menyamakan Pt = Ps  1848 (p-2,85) =21980  p =14,7514,8 cm
Pitch maksimum,
pmaks = c.t +4,128 cm = 4,63. 2,1+4,128 = 13,85 atau 14 cm.
c = 4,63 untuk 3 paku per panjang pitch dan untuk double strap.
Karena harga pmaks < p , maka diambil harga p = pmaks = 14 cm
Jarak baris paku.
Menurut IBR jarak baris paku, Pb = 0,2.p + 1,15.d = 0,2.14+1,15.2,85 = 6,07
atau 6,1 cm.
Tebal butt strap.
Menurut IBR tebal butt strap,

 pd   14  2,85 
t1 = 0,625.t   = 0,625.2,1    1,76  1,8 cm
p2d  14  2.2,85 
Margin, m = 1,5.d = 1,5.2,85 = 4,275 atau 4,3 cm
Efisiensi sambungan.
Tahanan robek plat, Pt = (p-d).t.ft = (14-2,85)2,1.880 = 20605 kg
 
Tahanan geser paku, Ps= 3.1,8. d .f s  3.1,8.
2
2,852.640  22050 kg
4 4
Kekuatan plat tanpa sambungan, P = p.t.ft = 14.2,1.880 = 25872 kg
20605
Jadi    0,796 atau 79,6 %
25872
Karena efisiensi sambungan yang direncanakan lebih besar dari pada
efisiensi yang diberikan, maka perencanaan ini memenuhi syarat.
SAMBUNGAN KELING UNTUK KONSTRUKSI.

Tabel 6

Gb.14
1. Diameter paku.
Diameter lubang paku didapat dengan hubungan berikut, d = 6. t
2. Jumlah paku
Jumlah paku yang diperlukan untuk sambungan bisa didapat dengan
tahanan geser atau tahanan pecah dari paku.
Dalam hal ini tahanan robek plat berada pada baris terluar dimana hanya
ada satu paku adalah, P = (b-d).t.ft
Karena sambungan adalah double strap butt joint, maka paku berada dalam
double shear. Dalam hal ini diasumsi bahwa tahanan paku dalam double
shear adalah 1,75 kali dari single shear.
Jadi tahanan geser dari 1 paku, Ps = 1,75.  d2 . f
s
Tahanan pecah dari 1 paku, Pc = d.t.fc 4
Jadi jumlah paku yang dibutuhkan untuk sambungan,
P
n=
harga terkecil dari Ps , Pc

3. Dari jumlah paku, jumlah baris dan jumlah paku dalam tiap baris dapat
ditentukan.
4. Tebal butt strap.
t1 =1,25.t untuk single cover strap
t1 = 0,75.t untuk double cover strap
5. Efisiensi sambungan.
Pertama menghitung semua tahanan sepanjang bagian 1-1; 2-2; dan
3-3. Pada bagian 1-1, hanya ada 1 lubang paku. Jadi tahanan robek
sambungan sepanjang 1-1 adalah: Pt1 = (b-d).t.ft
Pada bagian 2-2, ada 2 lubang paku. Jadi tahanan robek sambungan
sepanjang 2-2 adalah : Pt2 = (b-2d).t.ft + kekuatan 1 paku pada baris
terdepan.
Untuk bagian 3-3 dimana terdapat 3 lubang paku caranya sama seperti
diatas.
Tahanan robek sambungan sepanjang 3-3 adalah:
Pt3 =(b-3d).t.ft + kekuatan 3 paku didepannya
Harga terkecil dari Pt1, Pt2, dan Pt3 merupakan kekuatan dari
sambungan.
Kekuatan plat tanpa sambungan, P = b.t.ft
harga terkecil dari Pt1, Pt 2 , Pt 3 , Ps atau Pc
Jadi efisiensi sambungan =
P
Catatan:
Tegangan yang diijinkan yang dipakai dalam sambungan konstruksi
adalah lebih tinggi dari pada yang digunakan dalam perencanaan tabung
• bertekanan.
Berikut ini harga-harga yang sering dipakai :
Untuk plat dalam tarik, ......................................1400 kg/cm2
Untuk paku dalam geser ...................................1050 kg/cm2
Untuk pecah pada paku & plat:
Bila double shear ................................................2800 kg/cm2
Bila single shear .................................................2240 kg/cm2

6. Pitch dari sambungan didapat dengan menyamakan kekuatan


sambungan dalam tarik dengan kekuatan sambungan dalam geser.
Pitch yang diijinkan dalam sambungan konstruksi adalah lebih besar dari
pada untuk tabung bertekanan.
Tabel 7.

7. Marginal pitch tidak boleh lebih kecil dari 1,5 d.


8. Jarak antara baris paku adalah 2,5 d – 3 d
Contoh.
Sebuah batang pada jembatan disambung dengan plat lebar 35 cm dan
tebal 2 cm dengan double cover butt joint. Rencanakan sambungan yang
ekonomis jika tegangan yang diijinkan adalah : ft = 900 kg/cm2;
fs= 600 kg/cm2 ; fc = 1500 kg/cm2
Penyelesaian:
Lebar plat, b = 35 cm
Tebal plat, t = 2 cm = 20 mm
1. Diameter paku.
d = 6 20  26,8 mm
Dengan menyesuaikan pada standar yang ada, diameter lubang paku
didapat 29 mm atau 2,9 cm dan diameter paku 27 mm
2. Jumlah paku.
Kekuatan tarik maksimum pada sambungan,
P = (b – d) t .ft = (35 – 2,9) 2. 900 = 57780 kg
Karena sambungan double cover butt joint, maka paku dalam double shear.
Diasumsi kekuatan paku 1,75 kali dari single shear.
Jadi kekuatan geser 1 paku adalah,

Ps = 1,75.  2,92.600  6935 kg
4
Kekuatan pecah 1 paku adalah,
Pc = d . t . fc = 2,9 . 2 . 1500 = 8700 kg
Karena Ps paling kecil, maka jumlah paku yang diperlukan adalah,
P 57780
n=   8,33  9
Ps 6935
Pengaturan pakunya seperti Gb.14
3. Efisiensi sambungan.
Pertama dicari kekuatan sepanjang
bagian 1-1; 2-2; 3-3; 4-4
Pada 1-1, hanya ada 1 lubang paku.
Jadi kekuatan robek sambungan
pada 1-1 adalah,
Pt1 = (b – d) t . ft = (35 -2,9) 2 . 900
Gb.14 = 57780 kg
Pada bagian 2-2 ada 2 lubang paku. Dalam bagian ini robekan pada
plat hanya akan terjadi bila paku pada bagian 1-1 memberi jalan.
Jadi kekuatan sambungan terhadap robekan plat pada 2-2 adalah,
Pt2 = (b – 2d) t .ft + kekuatan geser 1 paku didepannya.
= (35 – 2. 2,9) 2. 900 + 6935 = 68145 kg
Pada bagian 3-3 ada 3 lubang paku. Dalam bagian ini robekan plat hanya
akan terjadi bila 1 paku pada bagian 1-1 dan 2 paku pada bagian 2-2
memberi jalan.
`
Pt3 = (b - 3d) t .ft + kekuatan 3 paku didepannya
= (35 – 3 . 2,9) 2 . 900 + 3 . 6935 = 68145 kg
Pt4 = (b – 3d) t . ft + kekuatan 6 paku didepannya
= (35 - 3. 2,9) 2. 900 + 6 . 6935 = 88950 kg
Kekuatan geser dari 9 paku adalah,
Ps = 9 . 6935 = 62415 kg
Kekuatan sambungan adalah harga terkecil dari Pt1 sampai Pt4 dan Ps,
yaitu: Pt1 = 57780 kg sepanjang 1-1
Kekuatan plat tanpa sambungan, P = b.t.ft = 35 . 2 . 900 = 63000 kg

Jadi efisiensi sambungan,   57780  0,97  97%


Catatan: 63000
Jika sambungan pada Gb.14 diganti dengan chain riveting dengan tiga
baris dan tiap baris 3 paku, maka kekuatan terkecil sambungan adalah,
= (b – 3d) t. ft = (35 – 3. 2,9) 2. 900 = 47340 kg, dan efisiensinya adalah,
47340
  0,752  75,2%
63000
SAMBUNGAN KELING DENGAN BEBAN EKSENTRIS

 Dalam keadaan eksentris, garis kerja


beban tidak melalui titik pusat dari
sistim kelingan dan semua paku
tidak sama beban yang diterima.
 Beban eksentrik menghasilkan
geseran kedua akibat momen dan
merupakan tambahan terhadap geser
langsung.
 Berikut adalah prosedur yang dapat
dipakai untuk perencanaan
sambungan keling dengan beban
eksentrik.
 P = beban eksentris.
 ℓ = jarak garis kerja gaya P terhadap
titik berat sistim keling.
Gb.15
1. Mencari titik berat (G) dari sistem sambungan keling.

Bila :
A = luas penampang tiap paku
x1, x2, x3 dst = jarak paku dari sumbu OY
y1, y2, y3 dst = jarak paku dari sumbu OX
Maka jarak titik berat dari sistem sambungan keling terhadap
sumbu OX dan OY adalah:
__
A1.x 1  A 2 .x 2  A 3 .x 3  ...... A.x 1  A.x 2  A.x 3  .....
x  
A1  A 2  A 3  ........ n.A

__
x 1  x 2  x 3  ......
x 
n
 n = Jumlah paku keling
y1  y2  y3  ....
___

y 
n
2. Kita pasang 2 gaya P1 dan P2 pada titik berat G. Kedua gaya sama
besarnya tapi berlawanan arahnya (Gb.15a)
3. Diasumsi semua paku ukurannya sama, pengaruh P1 = P, menghasilkan
beban geser langsung yang besarnya sama pada tiap paku. Karena itu
beban geser langsung pada tiap paku adalah,
P
Ps =
n
4. Pengaruh P2 = P, menghasilkan momen putar P.ℓ yang cenderung untuk
memutar sambungan pada titik berat G dalam arah yang searah jarum jam.
Akibat momen putar menghasilkan beban geser kedua pada tiap paku.
Dalam mencari beban geser kedua, dibuat 2 asumsi berikut:
1. Beban geser kedua adalah proporsional dengan jarak radial paku
terhadap titik berat (G)..
2. Arah dari beban geser kedua adalah tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan titik pusat paku terhadap titik berat (G)..
Misalkan, F1, F2, F3 .....= beban geser kedua pada paku 1, 2, 3, ....
ℓ1, ℓ2, ℓ3 ..... = jarak radial paku 1, 2, 3, .... dari titik berat G
Maka dari asumsi 1:
F1 α ℓ1 ; F2 α ℓ2 ; F3 α ℓ3 dan seterusnya.
Atau

F1 F2 F3
   ......
1  2  3
2 3
Jadi F 2 = F1 ; F3 = F 1 ; ........
1 1
Dengan keseimbangan dari momen putar yang bekerja dan momen putar
reaksi yang menahan, maka :
P.ℓ = F1.ℓ1 + F2.ℓ2 + F3.ℓ3 + ......
2 3
= F1.ℓ1 + F1   2  F1   3  ....
1 1
F1
  3  ...)
2 2 2
P.ℓ = ( 1  2 
1
Dari pernyataan diatas, harga F1 bisa dihitung dan F2, F3 ... bisa diketahui.
5. Beban langsung dan beban geser dapat dijumlahkan secara vertikal untuk
menentukan gaya resultan R pada 1 paku (Gb.15b).
Gaya resultan R juga bisa diperoleh dengan rumus berikut,

 Ps  2.F.Ps .cos
2 2
R= F

 = sudut antara beban geser langsung dan beban geser kedua.


Beban paku terberat akan ditemukan pada paku yang memiliki sudut
terkecil.
Beban maksimum paku menjadi beban kritis untuk menentukan kekuatan
sambungan. Dengan mengetahui tegangan geser yang diijinkan, diameter
paku bisa ditentukan.
Contoh.
Sebuah sistim sambungan paku keling seperti pada Gb.16. Tebal plat baja
adalah 25 mm. Semua paku mempunyai ukuran yang sama. Beban pada plat
adalah P = 5000 kg, jarak paku c = 10 cm, lengan beban ℓ = 40 cm. Tegangan
geser ijin 650 kg/cm2 dan tegangan pecah ijin 1200 kg/cm2. Tentukan ukuran
paku yang digunakan.

Gb.16
Penyelesaian.

Tebal plat, t = 25 mm
Beban, P = 5000 kg
Panjang lengan, ℓ= 40 cm
Jumlah paku, n = 7
Tegangan geser ijin, fs= 650 kg/cm2
Tegangan pecah ijin, fc= 1200 kg/cm2

1. Titik berat sistem sambungan keling.


__
x 1  x 2  x 3  x 4  x 5  x 6  x 7  10  20  20  20  10 cm
x 
n 7

y1  y2  y3  y 4  y5  y6  y7 20  20  20  10  10
__

y n

7
 11,43 cm
2. Beban geser langsung pada tiap paku.
P 5000
Ps =   714,3 kg.
n 7
3. Momen putar akibat gaya P.
= P.ℓ = 5000 x 40 = 200000 kg-cm
Momen putar tersebut ditahan oleh 7 paku.
F1.......F7 adalah beban geser kedua pada paku 1.....7 yang berada pada jarak
ℓ1......ℓ7 dari titik berat sistem sambungan keling.
ℓ1 = ℓ3= 102  (20  11,43)2  13,17 cm
ℓ2 = 20 -11,43 = 8,57 cm
ℓ4 = ℓ7 = 102  (11,43  10)2  10,1cm
ℓ5 =ℓ6 = 102  11,432  15,2 cm

F 2 F1
 2  3  4  5  6  7 ) 
2 2 2 2 2 2
P.ℓ = 1 ( 1 (2. 1   2  2. 4  2. 5 )
2 2 2 2

1 1
F1
200000 = (2  13,172  8,572  2  10,12  2  15,2 2 )
13,17
200000  13,17
F1 =  2420 kg
1086,6

2 8,57
F 2 = F1  2420  1575 kg
1 13,17
3
F 3 = F1  F1  2420 kg
1

4 10,1
F 4 = F1  2420  1856 kg
1 13,17

5 15,2
F 5 = F1  2420  2793 kg
1 13,17

6
F 6 = F1  F5  2793 kg
1

7
F7 = F1  F4  1856 kg
1
Dengan menggambarkan gaya geser langsung dan gaya geser kedua pada
tiap paku, kita lihat paku 3 dan paku 4 yang mendapat beban terberat.

Kita cari sudut antara gaya geser


langsung dengan gaya geser kedua
untuk kedua paku (paku 3 dan 4).

10 10
Cos θ =   0,76  untuk paku 3
 3 13,17

10 10
Cos θ1 =   0,99  untuk paku 4
 4 10,1
Dari kedua persamaan diatas, beban resultan maksimum berada pada paku 3,
yaitu:

R3 = F3  Ps  2.F3 .Ps .cos  24202  714,3 2  2  2420  714,3  0,76  3000 kg


2 2
4. Ukuran paku keling.
Karena beban maksimum ada pada paku 3 maka,

 2
d .fs  R 3  d2 = R 3 .4  3000  4  5,88  d = 2,42 cm = 24,2 mm.
4 . fs .650

Dari standar yang ada, lubang paku adalah 25,5 mm dan diameter paku
adalah 24 mm.
Kemudian sambungan kita cek terhadap tegangan pecah (fc).

R3 3000
fc =   500 kg/cm2
d.t 2,4  2,5

Karena tegangan pecah yang terjadi lebih kecil dari tegangan pecah yang
diijinkan (fc=1200 kg/cm2), maka perencanaan memenuhi syarat.
Contoh.
Suatu sistem sambungan keling seperti pada Gb.17. Tegangan geser
maksimum pada paku dibatasi 150 N/mm2. Tentukan diameter paku.

Penyelesaian.
Jumlah paku, n = 6
Beban, P = 60 KN
Lengan beban, ℓ = 200 mm
Tegangan geser maksmum, fs = 150 N/mm2
Karena paku mempunyai ukuran sama dan
simetri, maka titik berat simtim keling (G) seperti
pada Gb.18..

Beban geser langsung pada tiap paku:


P 60
Ps =   10 KN
n 6
F1 .... F6 adalah beban geser kedua pada paku 1.....6 pada jarak ℓ1....ℓ6
dari titik berat G
ℓ1= ℓ3 = ℓ4 = ℓ6= 752  502  90,1 mm
ℓ2 = ℓ5 = 50 mm
Kita samakan momen yang bekerja dengan
momen yang ditahan oleh paku.
F1 2 F
( 1   2   3   4   5   6 )  1 (4. 1  2. 2 )
2 2 2 2 2 2 2
P.ℓ =
1 1
F1
60 x 200 = (4  90,12  2  502 )  416.F1
90,1
60  200
Gb.18 F1 =  28,9 KN
416
2 50
F2 = F1  28,9  16KN
1 90,1
Beban maksimum diperkirakan pada paku 1 dan 2.
Beban resultan maksimum pada paku 1:

R1 = F12  Ps 2  2.F1.Ps .Cos   28,9 2  102  2  28,9  10  0,555  35,6 KN


= 35,6 . 103 N
50 50
Cos θ =   0,555
1 90,1
R2 = F2 + Ps = 16 + 10 = 26 KN = 26.103 N

Diameter paku.
Karena beban maksimum berada pada paku 1, maka:
 2 3
4
d .fs  R 1 d =
2 R 1.4

35,6 . 10
 303  d = 17,4 mm
4 .fs .150
Disesuaikan dengan standar yang ada yaitu diameter lubang paku
d = 19,5 mm dan diameter paku 18 mm.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai