Anda di halaman 1dari 12

REVIEW MODUL

ANALISA
STRUKTUR 3
Dosen : Agyanata Tua Munthe, S.T., M.T.

Pembahasan:
ANALISA STRUKTUR METODE MATRIKS

Disusun oleh :
Andri Kurnia (41118310020)
Anisa Hanayya Pratiwi (41122120029)
Krisan Ewaldo Tarigan (41122120059)
Mutiara Novelina (41119120085)
Ongki Andre Guvano (41122120077)

2023
ANALISA STRUKTUR METODE MATRIKS

A. Tegangan Normal dan Regangan


1. Tegangan Normal

Tegangan merupakan intensitas gaya dalam pada elemen struktur sebagai reaksi
terjadinya deformasi yang timbul akibat bekerjanya beban luar, pada umumnya intensitas
gaya ini berarah miring pada bidang potongan. Dalam praktek keteknikan intensitas gaya
tersebut diuraikan menjadi tegak lurus dan sejajar dengan irisan yang sedang dianalisis.
Tegangan normal σ, mempunyai subskrip yang menunjukkan muka di mana tegangan
normal tersebut bekerja. Tegangan yang bekerja di muka x dari elemen dinotasikan σ x .
Tegangan yang bekerja di muka y dari elemen dinotasikan σ y. Tegangan normal yang sama
bekerja di muka yang berlawanan. Penguraian intensitas gaya ini dapat dilihat pada Gambar
1, sehingga menghasilkan tegangan normal dan geser.

Gambar 1. Komponen Tegangan Normal dan Geser dari Tegangan


Batang prismatis adalah sebuah elemen struktur lurus yang mempunyai penampang
konstan di seluruh panjangnya, dan gaya aksial adalah beban yang mempunyai arah yang
sama dengan sumbu elemen, sehingga mengakibatkan terjadinya tarik atau tekan pada
batang. Kondisi tarik atau tekan terjadi pada struktur, misalnya pada elemen di rangka batang
di jembatan, dan kondisi tekan terjadi pada strukur, yaitu pada elemen kolom di gedung.
Pembebanan batang secara aksial dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pembebanan Batang secara Aksial


Sebagaimana terlihat pada Gambar 2, suatu batang dengan luas penampang konstan,
dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier dengan arah saling berlawanan
yang berimpit pada sumbu longitudinal batang dan bekerja melalui pusat penampang
melintang masing-masing.

Untuk keseimbangan statis besarnya gaya-gaya harus sama. Gaya-gaya diarahkan


menjauhi batang, maka batang disebut ditarik, sedangkan gayagaya diarahkan pada batang,
maka batang disebut ditekan. Aksi pasangan gaya-gaya tarik atau tekan, hambatan internal
terbentuk di dalam bahan dan karakteristiknya dapat dilihat pada potongan melintang di
sepanjang batang.

Intensitas gaya (gaya per satuan luas) disebut tegangan dan diberi notasi σ (sigma). Jadi
gaya aksial P yang bekerja pada penampang adalah resultan dari teganagan yang terdistribusi
kontinu. Dengan mengasumsikan bahwa tegangan terbagi rata di seluruh potongan
penampang, kita dapat melihat bahwa resultannya harus sama dengan intensitas σ dikalikan
dengan luas penampang A dari batang tersebut. Dengan demikian, besarnya tegangan dapat
dinyatakan dengan rumus:

Contoh nyata bekerjanya tegangan normal dan geser dapat dilihat pada Gambar 3, di
mana pada batang baja bekerja tegangan normal positif pada Abaja sedangkan pada
sambungan baut bekerja tegangan geser pada Abaut.

Gambar 3. Sambungan Baut

2. Regangan Normal
Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani secara
aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek jika mengalami
tekan. Sebagai contoh diperlihatkan pada Gambar 4, perpanjangan dari batang tersebut
adalah hasil komulatif dari perpanjangan semua elemen bahan di seluruh volume batang.

Gambar 4. Pertambahan Panjang Batang

Pertambahan panjang pada batang dinotasikan dengan ∆ (delta), s dimana satu satuan
panjang dari batang akan mempunyai perpanjangan yang sama dengan 1/L kali perpanjangan
total ∆. Perpanjangan pada batang dapat diukur untuk setiap kenaikan tertentu dari beban
aksial. Dengan demikian konsep perpanjangan per satuan panjang, atau disebut regangan,
yang diberi notasi ε (epsilon) dapat dihitung dengan persamaan :

Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal, dinyatakan tidak
berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan. Regangan ε disebut regangan normal
karena regangan ini berkaitan dengan tegangan normal. Jika batang mengalami tarik, maka
regangannya disebut regangan tarik, yang menunjukkan perpanjangan bahan. Demikian juga
halnya jika batang mengalami tekan, maka regangannya disebut regangan tekan, dan batang
tersebut memendek. Regangan tarik biasanya bertanda positif dan regangan tekan bertanda
negative.

B. Penentuan Tegangan Izin & Modulus Elastisitas


1. Diagram Tegangan-Regangan
Kekuatan material sangat tergantung dari jenis material, jenis material bisa keras atau
getas bisa juga lunak atau ulet/ductil tergantung dari unsur kandungan bahan dan struktur
yang terbentuknya, Hal ini bisa dilihat dari Diagram-Tegangan-Regangan yang didapat dari
hasil pengujian material. Diagram-Tegangan-Regangan adalah diagram yang menunjukan
kekuatan suatu material dari hasil uji tarik. Dalam pengujian tarik, benda uji di tarik dengan
gaya secara bertahap sehingga batang uji akan mengalami perpanjangan sampai mulur
hingga patah.
Menurut hukum Hooks σ = ϵ.E batang uji tidak berubah bentuk sampai batas
proporsional, karena tegangan σ berbanding lurus terhadap regangan ε, yang disebut modulus
Elastisitas E (ditunjukan dalam bentuk segitiga berarsir).

Hubungan Tegangan dan Regangan

Pada pelaksanaan Uji Tarik yang menggunakan Universal Testing Machine dengan
penambahan beban secara konstan maka akan terlihat pula terjadinya perpanjangan batang,
sehingga grafik dihasilkan grafik yang merupakan hubungan antara laju penambahan beban
dengan laju penambahan deformasi batang. Grafik tersebut akan tersaji dalam bentuk linear
sampai pada titik a yang merupakan batas proporsional. Sampai pada batas ini bahan yang
diuji masih mengikuti Hukum Hooke yang menyatakan bahwa penambahan tegangan
berbanding lurus

Konstanta tersebut lazim dilambangkan dengan huruf E yang disebut sebagai Modulus
Young atau Modulus Elastisitas, yang ditunjukkan sebagai kemiringan (slope) dari
diagram tegangan-regangan sampai pada batas proporsional. Sedikit di atas titik a adalah
titik b yang merupakan batas elastis. Jika beban yang telah diterapkan sampai pada batas elastis
ini dilepaskan lagi maka dimensi benda uji akan kembali ke ukuran awalnya. Pada
kenyataannya letak titik a dan b sangat berdekatan sehingga akan sangat sulit membedakan
keduanya. Secara matematis hubungan antara tegangan dan regangan dapat dinyatakan dalam
Persamaan berikut :

Pada pelaksanaan uji tarik dapat dihitung pula besarnya pertambahan panjang benda uji
dengan Persamaan berikut :

Apabila pengujian telah mencapai titik b dan jalannya pembebanan tetap diteruskan maka
akan dijumpai fenomena leleh sampai pada titik c baru terjadi penambahan tegangan yang
berarti kekuatan bahan bertambah secara progresif, fenomena ini disebut sebagai strain
hardening. Pada titik d beban maksimum tercapai, sehingga disebut sebagai titik maksimum,
mulai titik ini gejala necking terlihat dengan mengecilnya dimensi lateral (luas tampang)
sampai mencapai titik e yang disebut sebagai titik putus.

2. Metode Kerja Virtual

Untuk menyelesaikan berbagai masalah keruntuhan pada balok atas struktur yang
memiliki redundan lebih dari dua, penggunaan metode kerja virtual akan lebih sederhana dan
lebh cepat dibanding metode lainnya. Metode kerja virtual pada dasarnya adalah meninjau
keseimbangan energi dari struktur ketika mengalami mekanisme runtuhnya. Kondisi
keseimbangan menghendaki kerja luar harus sama dengan kerja dalam sehingga
menghasilkan persamaan :

Dalam metode ini perlu diperkirakan letak sendi plastis, dan mencoba beberapa
mekanisme yang mungkin terjadi, karena metode ini berdasarkan teorema batas atas, beban
runtuh akan sama dengan atau lebih besar nilai sebenarnya. Dalam hal ini, inti persoalannya
adalah menentukan faktor beban yang paling kecil atau kapasitas momen plastis yang paling
besar, agar tidak ada satu pun momen luar yang melampaui momen plastisnya.

3. Teori Castigilisno

Pada tahun 1879 Castigliano mencanangkan dua teorema yang berkaitan dengan
struktur linier. Meskipun teorema kedualah yang merupakan dasar metode turunan-parsial
untuk memperoleh kemiringan dan lendutan di sembarang titik pada kurva elastis, kedua
teorema tersebut akan dibahas juga di sini demi kelengkapan

Teorema Castigliano pertama Turunan-parsial energi-dalam total di dalam sebuah


balok, terhadap lendutan di sembarang titik, sama dengan beban yang bekerja di titik yang
bersangkutan.

Teorema Castigliano kedua Turunan-parsial energi-dalam total di dalam sebuah balok,


terhadap beban yang bekerja di sembarang titik, sama dengan lendutan di titik yang
bersangkutan.

Keabsahan teorema pertama dan kedua dapat diamati dari Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Teorema Castigliano Pertama


di titik 1, dan tidak ada lendutan-tarnbahan di titik 2 dan 3. Usaha-luar-tambahan, atau
energi-dalam-tambahan, dU, adalah:

Terapkan definisi turunan-parsial pada Persamaan:

Yang tak lain merupakan teorema pertama.

Gambar 6. Teorema Castigliano Kedua

Teorema Kedua adalah sebagai berikut:

4. Hukum Betti dan Maxwell


 Perpindahan titik B pada struktur akibat beban satuan yang bekerja di titik A sama
dengan perpindahan titik A ketika beban bekerja pada titik B.
 Rotasi pada titik B pada suatu struktur akibat momen kopel satuan yang bekerja di
titik A sama dengan rotasi di titik A ketika pasangan unit bekerja di titik B.
Contoh soal:
1. Suatu batang baja dengan penampang berupa lingkaran yang berdiameter 32 mm dan
panjang 75 cm, nilai elastisitas dan angka poisson masing-masing 200 GPa dan 0,30
menerima beban tarik sebesar 170 kN. Hitung perubahan panjang dan luas tampang
batang tersebut.
Penyelesaian:
Luas tampang batang yang menerima beban yaitu :

A  0,25. .d 2  0,25. .322  804,25 mm2

Tegangan normal yang timbul pada penampang batang sebesar :

Besarnya regangan dalam arah longtudinal sebesar :

Perubahan panjang dalam arah longitudinal sebesar :

l  long xl0  1,057x103 x750  0,79 mm

sehingga panjang batang yang baru mejadi sebesar :

l  l0  l  750  0,79  750,79 mm

Regangan yang terjadi dalam arah lateral yaitu :

lat  .long  0,30x1,0573  3,171x

Perubahan luas tampang yang terjadi :

A  lat .A0  3,171x104 x804,25  0,283 mm2

Luas tampang yang baru menjadi :

A  A0  A  804,25  0,283  803,967


2. Tiga buah pelat baja disambung menggunakan dua buah baut yang masing-masing
berdiameter 16 mm dengan kekuatan geser 200 MPa, berapakah besarnya gaya

aksial P yang dapat menyebabkan kegagalan ges er pada alat sambung tersebut ?
Penyelesaian:

Luasan alat sambung


Abaut  2. .r 2

Abaut  2. .82

Abaut  402,124 mm2

Kekuatan maksimum alat sambung dalam menahan gaya geser

P  ijin x Abaut

P  200 x 402,124

P  80424,77 N

P  80,425 kN

Jadi beban aksial yang menyebabkan gagal geser pada alat sambung sebesar
80,425 kN
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012. Jakarta: Strandar Nasional
Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2013. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain SNI 1727:2013. Jakarta: Standar Nasional Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847:2013. Jakarta: Standar Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai