Anda di halaman 1dari 17

MEKANIKA KEKUATAN

MATERIAL

DISUSUN OLEH :

Rian Wirayudha

18022014001

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

Tegangan Dan Regangan Sederhana

1.1 Tegangan

Setiap material adalah elastis pada keadaan alaminya. Karena itu jika gaya
luar bekerja pada benda, maka benda tersebut akan mengalami deformasi. Ketika
benda tersebut mengalami deformasi, molekulnya akan membentuk tahanan terhadap
deformasi. Tahanan ini per satuan luas dikenal dengan istilah tegangan. Secara
matematik tegangan bisa didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, atau:

σ=P/A

dimana

P = beban atau gaya yang bekerja pada benda

A = Luas penampang melintang benda

Pada sistem SI, satuan tegangan adalah pascal (Pa) yang sama dengan 1 N/m2.

1.2 Regangan

Deformasi per satuan panjang disebut dengan regangan. Secara matematis


ditulis: ε = δl l atau

δl = ε.l

dimana

δl = Perubahan panjang benda

l = Panjang awal benda


1.3 Hukum Hooke

Berbunyi, “Jika benda dibebani dalam batas elastisnya, maka tegangan


berbanding lurus dengan regangannya”. Secara matematis ditulis:

Tegangan / Regangan = E = konstan

1.4 Modulus Elastisitas (Modulus Young)

Tegangan berbanding lurus dengan regangan, dalam daerah elastisnya, atau:

σ ∝ ε = E xε

atau

E=σε

dimana

σ = tegangan

ε = regangan, dan

E = konstanta proporsionalitas atau disebut juga modulus elastisitas atau modulus


Young.

Konstanta Elastisitas
Dari eksperimen ditemukan bahwa regangan aksial yang terjadi pada sebuah
benda selalu diikuti regangan dengan tanda yang berlawanan pada bagian lain yang
tegak lurus terhadapnya. Secara umum, terdapat dua jenis regangan pada benda jika
benda tersebut mengalami tegangan:

1. Regangan primer atau linier.

2. Regangan sekunder atau lateral.


2.1 Regangan Primer atau Linier

Misalkan sebuah batang mengalami gaya tarik. Jika l = Panjang batang

d = Diameter batang

P = Gaya tarik yang bekerja pada batang

δl = Peningkatan panjang batang karena gaya tarik.

Deformasi batang per satuan panjang pada arah gaya, yaitu, δl/l di kenal dengan
regangan primer atau linier.

2.2 Regangan Sekunder atau Lateral

Ketika sebuah batang mengalami pertambahan panjang sebesar δl searah gaya


tarik yang bekerja padanya, pada saat yang bersamaan terjadi penurunan diameter
dari d ke (d - δd)). Dengan cara yang sama, jika batang mendapat gaya tekan, panjang
batang akan menurun sebesar δl yang diikuti oleh peningkatan diameter dari d ke (d -
δd). Jadi jelas bahwa setiap tegangan langsung selalu diikuti oleh regangan pada arah
tegangan dan regangan dengan tanda yang berlawanan pada arah yang tegak lurus
terhadap tegangan tersebut. Regangan yang tegak lurus terhadap tegangan yang
bekerja ini disebut dengan regangan sekunder atau lateral.

2.3 Rasio Poisson

Dari eksperimen ditemukan bahwa jika sebuah benda mengalami tegangan pada
daerah elastisnya, regangan lateral mempunyai rasio konstan terhadap regangan
linier. Secara matematik: regangan lateral regangan linier = konstan Konstanta ini
dikenal dengan Rasio Poisson, dan dilambangkan dengan 1/m atau µ. Secara
matematik:

regangan lateral = 1 / m.ε = µ.ε

2.4 Regangan Volumetrik


Jika sebuah benda mendapatkan gaya,maka benda tersebut akan mengalami
perubahan dimensi. Perubahan dimensi sebuah benda akan menyebabkan perubahan
volumenya. Rasio perubahan volume terhadap volume awal disebut dengan regangan
volumetrik. Secara matematik, regangan volumetrik: εV = δV V dimana: δV =
Perubahan volume V = Volume awal.

Walaupun ada berbagai cara gaya bekerja pada benda, kondisi berikut perlu
untuk mengetahui regangan volumetrik pada suatu benda:

1. Benda persegi empat mendapat sebuah gaya aksial.

2. Benda persegi empat mendapat tiga gaya yang saling tegak lurus.

Regangan pada ketiga arah bisa dicari dengan prinsip superposisi, yaitu
dengan menambahkan secara aljabar regangan di setiap arah karena setiap tegangan
individu. Untuk ketiga tegangan tarik yang ditunjukkan (dengan memakai tanda
positif sebagai regangan tarik dan negatif sebagai regangan tekan)

2.5 Modulus Bulk

Jika sebuah benda mendapat tiga tegangan yang saling tegak lurus, dengan
besaran yang sama, rasio tegangan langsung terhadap regangan volumetrik disebut
sebagai modulus bulk, dilambangkan dengan K. Secara matematik:

K =Tegangan Langsung / Regangan Volumetrik= σ δV V

2.6 Hubungan Antara Modulus Bulk dengan Modulus Young

Misalkan sebuah kubus ABCD A1B1C1D1. Katakan kubus mendapat tiga tegangan
tarik yang saling tegak lurus dengan besaran yang sama.

σ = Tegangan pada permukaan

l = Panjang kubus

E = Modulus Young untuk material kubus


2.7 Tegangan Geser

Ketika suatu penampang mendapat dua gaya yang sama besar dan berlawanan
arah, dan bekerja secara tangensial pada penampang tersebut, akibatnya benda
tersebut cendrung robek melalui penampang, tegangan yang ditimbulkan disebut
tegangan geser. Regangannya disebut regangan geser.

2.8 Tegangan Geser Prinsipal

Tegangan geser prinsipal adalah tegangan geser pada penampang sebuah bidang, dan
selalu diikuti oleh tegangan geser penyeimbang (balancing shear stress) pada
penampang bidang dan normal terhadapnya.

2.10 Hubungan Antara Modulus Elastisitas dan Modulus Rigiditas

Misalkan sebuah kubus dengan panjang l mendapat tegangan geser τ seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 2.9(a). Terlihat bahwa karena tegangan-tegangan tersebut,
kubusmengalamidistorsi, sepertidiagonal BD akanbertambahpanjangdandiagonal AC
akan bertambah pendek. Misalkan tegangan geser τ akan menimbulkan regangan φ
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.9(b). Terlihat bahwa diagonal BD akan
mengalami distorsi menjadi BD’.

regangan BD = BD1 −BD / BD

= D1D2 / BD = DD1 cos450 / AD√2 = DD1 / 2AD= φ 2

Kita lihat bahwa regangan linier diagonal BD adalah setengah dari regangan
geser dan berupa tarik. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa diagonal AC
adalah juga setengah dari regangan geser, tetapi berupa tekan.

Tegangan dan Regangan Prinsipal


3.1 Bidang Prinsipal

Pada sebuah titik pada suatu benda terdapat 3 bidang yang saling tegak lurus
satu sama lain dan hanya mendapat tegangan langsung, tidak terdapat tegangan geser.
Dari ketiga tegangan langsung ini salah satunya akan mempunyai harga yang paling
besar, satu mempunyai harga minimum, dan satu lagi mempunyai harga diantaranya.
Ketiga bidang yang tidak mempunyai tegangan geser ini dikenal dengan Bidang
prinsipal.

3.2 Tegangan Prinsipal

Besarnya tegangan langsung pada bidang prinsipal disebut dengan tegangan


prinsipal. Penentuan bidang prinsipal, dan kemudian tegangan prinsipal merupakan
faktor penting dalam desain berbagai struktur komponen mesin. Pada pembahasan
selanjutnya akan dibahas penentuan tegangan pada penampang miring sebuah benda
yang mengalami regangan dengan dua metode:

1. Metode analitik

2. Metode grafik.

3.3 Metode Analitik Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Sebuah Benda

Konvensi tanda yang digunakan untuk metode analitik:

1. Semua tegangan dan regangan tarik dianggap positif dan semua tegangan dan
regangan tekan dianggap negatif.

2. Tegangan geser yang akan memutar benda dalam arah searah jarum jam dianggap
positif, sedangkan berlawanan dengan jarum jam dianggap negatif.

3.4 Metode Grafik Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Sebuah Benda

Konvensi tanda yang digunakan dalam metode grafik:

1. Sudut diambil dengan referensi sumbu x-x. Semua sudut yang mempunyai arah
berlawanan jarum jam dianggap negatif, dan searah jarum jam dianggap positif,
seperti ditunjukkan oleh gambar 3.10(a). Harga sudut positif jika ditarik ke arah
searah jarum jam.

2. Pengukuran yang dilakukan di atas sumbu x-x dan di kanan sumbu y-y diambil
positif, sedangkan di bawah sumbu x-x dan di kiri sumbu y-y di ambil negatif, seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 3.10(b) dan (c).

3. Kadang-kadang diperoleh sedikit perbedaan dari hasil metode analitik dengan


metode grafik. Harga yang diperoleh dari metode grafik dianggap benar jika selisih
satu angka desimal dengan hasil metode analitik, contoh: 7,55 (analitik) = 7,6
(metode grafik).

Defleksi Batang
4.1 Kurva Bending Batang

Misalkan sebuah batang AB mendapat momen bending. Karena pembebanan


ini, maka batang mengalami defleksi dari ACB menjadi ADB yang berupa busur
lingkaran.

Misalkan :

l = panjang batang AB

M = momen bending

R = jari-jkari kurva kelengkungan batang

I = momen inersia penampang batang

E = modulus elastisitas material batang

y = deflekasi batang (yaitu: CD)

i = kemiringan/slope batang

4.2 Hubungan Antara Kemiringan


Defleksi dan Jari-jari Kurva Misalkan bagian kecil PQ dari sebuah batang,
melengkung membentuk busur.

Misalkan :

ds = panjang batang PQ

R = jari-jari busur

C = pusat busur ψ = sudut, yang merupakan tangen pada P dengan sumbu x-x

ψ + dψ = sudut yang merupakan tangen pada Q dengan sumbu x-x

4.3 Metode Untuk Kemiringan dan Defleksi Pada Penampang

Banyak metode untuk mencari kemiringan dan defleksi pada batang terbebani,
namun dua metode berikut ini akan dibicarakan lebih lanjut, yaitu:

1. Metode integrasi ganda/lipat dua.

2. Metode Macaulay.

Metode pertama cocok untuk beban tunggal, sedangkan metode kedua cocok
untuk beban banyak.

4.4 Metode Integral Ganda Untuk kemiringan dan Defleksi

Kita sudah mengetahui bahwa momen bending pada satu titik:

M = EI d2y / dx2

Dengan mengintegrasikan persamaan ini:

EI dy / dx = Z M

dan dengan mengintegrasikan persamaan di atas sekali lagi:

EIy =ZZ M
Jadi terlihat bahwa setelah integrasi pertama, diperoleh kemiringan pada satutitik, dan
integrasi selanjutnya, diperoleh defleksi.

Konsep Dasar Elemen Hingga (Finite Elements Method)


Persoalan perancangan dapat diselesaikan dengan cara matematis dan
numeris. Untuk benda-benda yang mempunyai bentuk yang tidak teratur (elemen
isoparametrik), penyelesaiannya akan sulit menggunakan cara matematis.
Sehingga perlu digunakan cara numerik, yang dalam perkembangannya disebut
sebagai Metode Elemen Hingga (Finite Elements Method).

Bila suatu kontinu dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil
(subregion) maka bagian-bagian kecil ini disebut elemen hingga. Proses pembagian
suatu kontinu menjadi elemen hingga ini dikenal sebagai proses pembagian
(deskritisasi), sehingga elemen hingga merupakan pendekatan bagian demi bagian
dengan menggunakan polinomial yang mana masing-masing terdefinisi pada
daerah (elemen) yang kecil dan dinyatakan dalam harga-harga titik simpul dari fungsi
tersebut (Robert D.Cook, 1990).

Dinamakan elemen hingga karena ukuran elemen kecil ini berhingga dan
umumnya mempunyai bentuk geometri yang lebih sederhana dibandingkan
kontinunya (Weaver,1993). Metode ini menjadi suatu solusi permasalahan yang
sering dijumpai dalam dunia teknik seperti perpindahan kalor, mekanika fluida,
analisa struktur, mekanika benda pejal, sampai dengan getaran. Tujuan utama
analisis dengan menggunakan Metode Elemen Hingga adalah untuk memperoleh
pendekatan tegangan dan perpindahan yang terjadi pada suatu struktur (Weaver,
1993).

2 Sifat Mekanik Bahan


Elastisitas
Dalam memilih material logam untuk pembuatan batang penghubung, yang
harus diperhatikan adalah sifat-sifat material, antara lain kekuatan (strength),
keliatan (ductility), kekerasan (hardness), dan kekuatan lelah (fatigue strength).
Sifat mekanik material didefinisikan sebagai ukuran kemampuan material untuk
menahan gaya atau tegangan. Pada saat menahan beban, struktur molekul berada
dalam keseimbangan. Gaya luar pada proses penarikan tekanan, pemotongan,
penempaan, pengecoran dan pembengkokan mengakibatkan material mengalami
tegangan. Hampir semua benda teknik memiliki sifat elastisitas. Suatu system
struktur diperuntukan mengemban fungsi tertentu, sekaligus menahan pengaruh
gaya luar yang ada. Apabila gaya luar yang menghasilkan perubahan bentuk
(deformation) kemudian gaya tersebut dilepas, maka kembali kebentuk semula,
karena elastisitas bahan.

Dalam hal ini struktur unit rangka batang penghubung motor yang akan
dianalisis memiliki sifat elastisitas, yang dibatasi dengan anggapan bahwa bahan
rangka isotropis, yaitu sifat elastisitasnya sama kesemua arah dengan bahan
rangka yang akan dianalisis berada pada daerah elastis linear. Hubungan regangan
peralihan untuk benda elastis dalam koordinat Cartesius dinyatakan dalam bentuk
matriks.

Deformasi
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi, bahan
menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang deformasi.
Sekecil apapun gaya yang bekerja, maka benda akan mengalami perubahan
bentuk dan ukuran. Perubahan ukuran secara fisik ini disebut sebagai deformasi.
Deformasi ada dua macam, yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis.
Deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya beban yang jika
beban ditiadakan, maka material akan kembali seperti ukuran dan bentuk semula,
sedangkan deformasi plastis adalah deformasi yang bersifat permanen jika
bebannya dilepas.

Yield Point

Jika beban yang bekerja pada material diteruskan hingga diluar batas elastis
akan terjadi perpanjangan atau perpendekan permanen secara tiba–tiba. Sifat elastis
pada kenyataannya masih terjadi sedikit di atas batas proporsional, namun
hubungan antara tegangan dan regangan tidak linear dan umumnya batas daerah
elastis dan daerah plastis sulit untuk ditentukan.

Kekuatan luluh adalah harga tegangan terendah dimana material mulai


mengalami deformasi plastis. Ini disebut yield point atau batas luluh dimana regangan
meningkat sekalipun tiada peningkatan tegangan (hanya terjadi pada baja lunak).
Setelah melewati titik ini, material tidak akan kembali ke bentuk semula, atau
material sedang berada dalam daerah plastis.Karena itu didefinisikan kekuatan luluh
(yield point).

Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kemampuan beban menahan atau menerima beban
atau tegangan tarik sampai putus. Kekuatan tarik suatu bahan dapat ditetapkan
dengan membagi gaya maksimal dengan luas penampang mula.

Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh yaitu harga tegangan terendah dimana material
mengalami deformasi plastis.

Keuletan
Menyatakan energi yang di-absorbsi (diserap) oleh suatu bahan sampai
titik patah.

Kekerasan
Yaitu adanya daya tahan suatu bahan (permukaan bahan) terhadap
penetrasi/identasi (pemasukan dan penusukan) bahan lain yang lebih keras
dengan bentuk tertentu dibawah pengaruh gaya tertentu.

3 Konsep Tegangan – Regangan


Konsep Tegangan
Pada dasarnya tegangan dapat didefinisikan sebagai besaran gaya yang
bekerja pada suatu satuan luas. Secara matematis definisi tersebut dapat ditulis
sebagai:
Dimana:

F = Gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu satuan luas (N)
A = Luas penampang (m2)
σ = Tegangan Normal (N/m2)

Pada suatu bidang yang dikenal suatu gaya akan terdapat dua jenis tegangan
yang mempengaruhi bidang tersebut, yaitu:

Tegangan Normal
Adalah tegangan yang tegak lurus terhadap permukaan benda yang
ditimbulkan oleh gaya aksial dan momen lentur.
Tegangan Geser
Adalah tegangan yang sejajar terhadap permukaan benda yang ditimbulkan
oleh gaya geser dan gaya puntir dan torsi. Suatu tegangan normal, secara matematis
dapat didefinisikan sebagai:

Tegangan normal terbagi menjadi dua macam, yaitu Tegangan normal


yang menghasilkan suatu tarikan (tension) pada permukaan suatu benda. Tegangan
normal yang menghasilkan suatu dorongan (compression) pada permukaan benda.
Komponen lain dari intensitas gaya yang bekerja sejajar dengan bidang dari
luas elemen adalah seperti terlihat pada gambar di atas merupakan tegangan geser
yang dilambangkan dengan τ, yang secara matematis didefinisikan sebagai :

Regangan
Regangan dinyatakan sebagai pertambahan panjang per satuan panjang.
Hukum Hooke menyatakan bahwa dalam batas-batas tertentu, tegangan pada suatu
bahan adalah berbanding lurus dengan regangan. Secara matematis, regangan dapat
ditulis sebagai:

Dimana:
δ      = Pertambahan panjang total (m)
L = Panjang mula mula (m)
ε = Regangan Normal

Modulus Elastisitas
Jika sebuah material diberi beban dan mengalami regangan tetapi bila beban
dihilangkan material tersebut kembali ke bentuk semula maka hal ini dikatakan
elastis. Elastisitas ini berada di daerah elastis, sebelum titik luluh (yield point).
Selama material masih berada di daerah elastis, jika beban dihilangkan maka material
akan kembali ke bentuk semula.

Bila suatu material mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk.
Bila tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati suatu batas tertentu (batas
elastis) maka akan terjadi perubahan bentuk yang bersifat sementara. Perubahan
bentuk akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan. Tetapi, bila tegangan yang
bekerja telah melampaui batas tersebut maka sebagian dari perubahan bentuk itu tetap
ada walaupun tegangan dihilangkan. Sedangkan plastisitas adalah perubahan bentuk
yang permanent tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sering disebut
keuletan (ductile). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis adalah bahan
yang mempunyai keuletan tinggi dan sebaliknya bahan yang tidak deformasi plastis
berarti mempunyai keuletan rendah atau getas.

Deformasi atau perubahan bentuk terjadi apabila bahan dikenai gaya. Selama
proses deformasi berlangsung, material menyerap energi sebagai akibat adanya gaya
yang bekerja. Sebesar apapun gaya yang bekerja pada material, material akan
mengalami perubahan bentuk dan dimensi. Perubahan bentuk secara fisik pada benda
dibagi menjadi dua, yaitu deformasi plastis dan deformasi elastis. Penambahan beban
pada bahan yang telah mengalami kekuatan tertinggi tidak dapat dilakukan, karena
pada kondisi ini bahan telah mengalami deformasi total. Jika beban tetap diberikan
maka regangan akan bertambah dimana material seakan menguat yang disebut
dengan penguatan regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan
mengalami putus pada kekuatan patah.
Pada awal pembebanan akan terjadi deformasi elastis sampai pada kondisi
tertentu, sehingga material akan mengalami deformasi plastis. Pada awal pembebanan
di bawah kekuatan luluh, material akan kembali ke bentuk semula. Hal ini
dikarenakan adanya sifat elastis pada bahan. Peningkatan beban melebihi kekuatan
luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan aliran deformasi plastis
sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula. Elastisitas bahan sangat
ditentukan oleh modulus elastisitas. Modulus elastisitas suatu bahan didapat dari hasil
bagi antara tegangan dan regangan. Sehingga hubungan antara Tegangan (σ) dan
Regangan  (δ) dapat ditulis dalam persamaan berikut:
Dimana E adalah nilai dari Modulus Elastisitas.

Dimana:
E = Modulus elastisitas
σ = Tegangan (MPa)
ε = Regangan

Von Mises
Von mises (1913) menyatakan bahwa akan terjadi luluh bilamana invarian
kedua deviator tegangan J2 melampaui harga kritis tertentu. Dengan kata lain luluh
akan terjadi pada saat energi distorsi atau energi regangan geser dari material
mencapai suatu nilai kritis tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa energi
distorsi adalah bagian dari energi regangan total per unit volume yang terlibat di
dalam perubahan bentuk.
J2 = k2

Dalam ilmu material dan teknik, kriteria luluh von Mises dapat juga
diformulasikan dalam von Mises stress atau equivalent tensile stress, σv, nilai
tegangan scalar dapat dihitung dari tensor tegangan. Dalam kasus ini, material
dikatakan mulai luluh ketika tegangan von Mises mencapai nilai kritis yang diketahui
sebagai yield strength. Tegangan von Mises digunakan untuk meprediksi tingkat
keluluhan material terhadap kondisi pembebanan dari hasil pengujian tarik simple
uniaksial.

Anda mungkin juga menyukai