Anda di halaman 1dari 49

PERENCANAAN RODA GIGI

LURUS

DISUSUN OLEH :

Rian Wirayudha

18022014001

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR


DAFTAR ISI

LEMBARAN ASISTENSI............................................................................................ I
NOMEN KLATUR....................................................................................................... II
KATA PENGANTAR.................................................................................................. III
DAFTAR ISI IV
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
BAB II. TEORI DASAR........................................................................................... 2
2.1. POROS......................................................................................... 2 - 5
2.2. SPIE DAN SPLAIN..................................................................... 6 -9
2.3. RODA GIGI................................................................................. 9 -15
2.4. BANTALAN.............................................................................. 16 - 17
BAB III ANALISA PERHITUNGAN......................................................................... 18
A. Perencanaan Poros.................................................................................................. 18 - 21
B. Perencanaan Spie.................................................................................................... 21 - 24
C. Perencanaan Roda gigi........................................................................................... 24 - 27
D. Perencanaan Bantalan............................................................................................. 27 - 28
E. Jumlah Minyak Pelumas Yang Dibutuhkan........................................................... 28 - 30
BAB I
PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi merupakan salah satu alat penunjang potensial untuk
menghasilkan engineer yang ahli dan profesional. Untuk mencapai sasaran ini
diperlukan kurikulum yang baik, agar terbentuk hubungan yang sinergi antara
lembaga pendidikan dan dunia industri yang terkait. Tugas Elemen Mesin
merupakan salah satu latihan yang baik bagi mahasiswa agar dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya ke dalam bentuk suatu analisis
dari suatu peralatan. Selain untuk menambah wawasan mahasiswa, tugas ini dapat
menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa dalam menguji keseriusannya dalam
menempuh pendidikannya di perguruan tinggi ini.
Proses perancangan telah ada sejak manusia diciptakan, karena sifat
manusia yang ingin mudah dalam menjalani hidupnya dan pada dasarnya proses
perancangan memang ditujukan untuk memudahkan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Proses perancangan sangat banyak kelompoknya, bisa dikatakan
tidak terbatas, sesuai dengan kebutuhan manusia yang tidak pernah puas dengan
apa yang ada. Sebagai mahasiswa teknik mesin sudah pasti harus bisa merancang
sesuatu yang bisa memudahkan untuk memenuhi kebutuhan yang tentu berkaitan
dengan bidangnya Tapi untuk merencanakan sesuatu yang dapat memudahkan
untuk memenuhi kebutuhan bukan hal yang mudah, apalagi di zaman sekarang ini
yang bisa dikatakan segalanya telah ada tetapi manusia tidak pernah puas dan
ingin lebih mudah lagi. Untuk sampai pada hasil rancangan harus melalui proses
yang rumit dan panjang
Di zaman sekarang ini yang segalanya sudah tersedia, proses perancangan
dapat dipermudah. Dengan berbagai organisasi yang mengeluarkan standar-
standar tertentu untuk bermacam-macam elemen mesin, para perancang tidak
perlu membuat keseluruhan elemen mesin yang akan digunakan dalam
rancangannya.

a. Elemen BAB II

TEORI DASAR

2.1. POROS

2.1.1. Definisi

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang


bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban
lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-
sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)

2.1.2. Macam – macam Poros

1. Berdasarkan Jenis Pembebanannya, Sebagai Berikut :

a.  Gandar
Gandar merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir, fungsinya hanya
sebagai penahan beban, biasanya tidak berputar. Contohnya seperti yang dipasang
pada roda-roda kereta barang, atau pada as truk bagian depan.
Gambar Poros Gandar

b. Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, di
mana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.

Gambar Poros Spindle

c.       Poros Transmisi
Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen
mesin ke elemen mesin yang lain. Poros transmisi mendapat beban puntir murni
atau puntir dan lentur yang akan meneruskan daya ke poros melalui kopling, roda
gigi, puli sabuk atau sproket rantau, dan lain-lain.
2. Berdasarkan Bentuknya, Sebagai Berikut :

a. Poros Lurus

Misalnya poros baling-baling kapal, poros generator listrik dan lain-lain.

b. Poros Engkol

Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah gerakan
naik turun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang kecil sampai
yang sedang biasanya dibuat dari satu bahan yang ditempa kemudian dibubut,
sedangkan yang besar-besar dibuat dari beberapa bagian yang disambung-
sambung dengan cara pengingsutan.

Misalnya, poros motor torak (motor bakar), poros kompressor dan lain-lain.

Gambar Poros Engkol

2.1.3. Fungsi Poros


Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran
mesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk mesin,
piringan kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang berputar terhadap
poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.

2.1.4. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut.

a. Kekuatan poros

Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yangmendapatkan beban tarik
atau tekan, seperti poros baling-baling kapal atau turbin.

Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros


diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus
diperhatikan. Jadi, sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan
beban-beban yang terjadi.

b. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan
dan defleksi puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada
turbin dan kotak roda gigi).

c. Putaran kritis
Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran
tertentu sehingga dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian yang lainnya. Untuk itu,
maka poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritis.

d. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang
terancam kavitas dan poros mesin yang sering berhenti lama.

e.  Bahan poros
Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon konstruksi
mesin, sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk meneruskan
putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan
pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya
adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja khrom molybdenum.

2.2 SPIE (PASAK)

2.2.1. Definisi Spie (Pasak)


Menurut ASME, definisi pasak adalah “demountable elemen mesin yang ketika
dipasang pada alurnya, mempunyai kegunaan untuk mentransmisikan torsi antara
poros dan hub.”
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai pengunci
yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar
keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen
putar/torsi.
 Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak
pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak
dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.

2.2.2. Keuntungan Penggunaan Spie (Pasak)


Keuntungan penggunaan pasak adalah mudah untuk dipasang dan ukurannya
telah distandarkan berdasar diameter poros. Pasak juga terpasang pada lokasinya
secara
akurat (’phasing’), mudah dilepas dan diperbaiki. Kekurangan penggunaan pasak
adalah
tidak bisa menahan pergerakan aksial dan memungkinkan terjadinya ’backlash’,
karena
adanya clearance antara pasak dengan poros.

2.2.3. Standar Pengelompokan Spie (Pasak) Berdasarkan Bentuk dan


Dimensinya

a. Pasak Paralel
Berpenampang segi empat dengan tinggi dan lebar konstan pada arah memanjang.
gambar 7.5 (a)

b.Pasak Miring

mempunyai lebar konstan dengan tinggi bervariasi secara linier pada arah
memanjang dengan kemiringan 1/8 inch per foot dan dipasang pada alur miring
sampai terkunci. Ada 2 macam pasak miring, yaitu pasak miring tanpa kepala dan
dengan kepala gib.
gambar 7.5(b)
c. Pasak Woodruff
berbentuk setengah lingkaran dengan lebar konstan, dipasang pada alur pasak
yang juga berbentuk setengah lingkaran.
gambar 7.5(c)

Gambar 7.5 Macam-macam Pasak


2.2.4. Macam-macam Spie (Pasak)
a. Pasak Benam
Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros dan setengah pada
bagian hub.
Pasak Benam Terdiri Atas Beberapa Jenis :
- Pasak Benam Persegi Panjang
- Pasak Benam Sama Sisi / Persegi
- Pasak Benam Sejajar
- Pasak Benam Kepala
- Pasak Benam Ikat
- Pasak Benam Segmen

b. Pasak Pelana
Pasak Pelana Terdiri Atas Beberapa Jenis :
-   Pasak Pelana Datar
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alur hub dan datar pada lengkung
poros, jadi mudah slip pada poros jika mengalami kelebihan beban torsi. Sehingga
hanya mampu digunakan untuk poros-poros beban ringan sebagai penyortir
beban.
- Pasak Pelana Lengkung
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alurnya dihub dan bagian sudut
bawahnya dipasang pas pada bagian lengkung poros.

c. Pasak Bulat
Merupakan pasak berpenampang bulat yang dipasang ngepas dalam lubang antara
poros dan hub. Kelebihannya adalah pembuatan alur dapat dilakukan dengan
mudah setelah hub terpasang pada poros dengan cara dibor.
Umumnya digunakan untuk poros yang meneruskan tenaga putar kecil.
Ada dua posisi pemasangannya atau kedudukannya pada poros dan hub, yakni :
a. dipasang membujur (sejajar sumbu poros)
b. dipasang melintang (tegak lurus sumbu poros)

d. Spline (Pasak Bintang)


Pasak jenis ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan tipe-tipe
lainnya. Karena konstruksi pasaknya dibuat lansung pada bahan poros dan hub
yang saling terkait.
Umumnya digunakan untuk poros-poros yang harus mentrasmisikan tenaga putar
besar, seperti pada mesin-mesin tenaga dan sistim transmisi kendaraan. Bahan
pasak dan poros yang digunakan biasanya sama. Pasaknya yang berjumlah
banyak yakni : 4, 6, 8, 10 sampai 16 buah . Karena hampir menyerupai sehingga
sering disebut sebagai pasak bintang (Spline). Spline pada poros biasanya relatif
lebih panjang, terutama bagi hub yang dapat digeser-geser secara aksial. Spline
adalah poros dengan pasak terintegrasi, yaitu kontur bergerigi pada bagian luar
poros dan bagian dalam hub. Spline digunakan pada poros dengan beban torsi
yang tidak mampu lagi ditahan oleh pasak. Penampang spline jaman dahulu
berbentuk kotak, saat ini digunakan spline berpenampang involut. Cara yang
digunakan untuk membuat profil involut pada spline adalah sama dengan cara
yang digunakan pada pembuatan profil roda gigi. Kelebihan digunakannya profil
involut adalah lebih kuat dan konsentrasi tegangan yang akan terjadi akan lebih
kecil dibanding dengan profil kotak. Keuntungan pemakaian spline adalah
kekuatan maksimal pada root gigi, keakuratan bentuk gigi karena digunakannya
alat potong standar, dan finishing pada permukaan baik karena digunakannya
proses pemotongan dengan roda gigi standar, sehingga tidak perlu dilakukan
penggerindaan. Keuntungan utama penggunaan spline dibanding pasak adalah
kemampuannya dengan clearance yang cukup untuk mengakomodasi pergerakan
aksial yang besar antara poros dan hub dengan tetap mentransmisikan torsi.

Gambar Macam-macam Pasak

2.3. RODA GIGI

2.3.1 Definisi Roda Gigi


Roda gigi adalah roda penerus daya dengan mentransmisikan putaran dari
gigi penggerak ke gigi yang digerakkan. Pemakaian roda gigi banyak sekali
dijumpai pada bagian-bagian mesin yang berputar dengan system transmisi daya.
Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat.
Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh
gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Rodagigi sering digunakan karena dapat
meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada
menggunakan alat transmisi yang lainnya.

Roda gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat
transmisi lainnya, yaitu :
- Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
- Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
- Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
- Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.
- Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.

Rodagigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua


poros. Di samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi. Ada pula rodagigi dengan putaran yang terputus-putus.
Dalam teori, rodagigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hamper
tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.

2.3.2. Klasifikasi Roda Gigi

Roda Gigi diklasifikasikan Sebagai Berikut :

a. Menurut letak poros.


Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut :
Letak Poros Roda Gigi Keterangan
Rodagigi lurus Klasifikasi atas dasar
Rodagigi miring bentuk alur gigi
Rodagigi miring ganda
Roda Gigi Dengan Rodagigi luar Arah putaran
Poros Sejajar Rodagigi dalam dan berlawanan
pinion Arah putaran sama
Batang gigi dan pinion Gerakan lurus dan
Berputar
Rodagigi kerucut lurus Klasifikasi atas dasar
Rodagigi kerucut spiral bentuk jalur gigi
Rodagigi kerucut zerol
Rodagigi Rodagigi kerucut miring
dengan poros Rodagigi kerucut miring
berpotongan ganda
Rodagigi permukaan Rodagigi dengan poros
dengan poros berpotongan berbentuk
Berpotongan istimewa
Rodagigi miring silang Kontak gigi
Batang gigi miring silang Gerak lurus dan
berputar
Rodagigi cacing silindris
Rodagigi
Rodagigi cacing
dengan poros
selubung ganda
silang
Rodagigi cacing samping
Rodagigi hiperboloid
Rodagigi hipoid
Rodagigi permukaan x

b. Menurut arah putaran.


Menurut arah putarannya, roda gigi dapat dibedakan atas :
- Roda gigi luar ; arah putarannya berlawanan.
- Roda gigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama.

c. Menurut bentuk jalur gigi


Berdasarkan bentuk jalur giginya, roda gigi dapat dibedakan atas :
1. Roda Gigi Lurus
Rodagigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel.
Dibandingkan dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling
mudah dalam proses pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih
murah. Rodagigi lurus ini cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya
kelilingnya besar, karena tidak menimbulkan gaya aksial.

Gambar Roda Gigi Lurus

Ciri-ciri roda gigi lurus adalah :


1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
3. Kecepatan keliling < 200 m/s
4. Rasio kecepatan yang digunakan
- Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
- Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
- Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan
5.Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung
disain dan ukuran. Jenis-jenis.

Jenis-jenis rodagigi lurus antara lain :


1. Roda gigi lurus (external gearing)
Rodagigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 2.2. Pasangan
rodagigi lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran
dalam
arah yang berlawanan.

2. Roda gigi dalam (internal gearing)

Gambar Roda Gigi Dalam

Rodagigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar.

3. Roda gigi Rack dan Pinion

Gambar Roda Gigi dan Pinion


Rodagigi Rack dan Pinion (gambar 2.3) berupa pasangan antara batang gigi
dan
pinion rodagigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi
lurus
atau sebaliknya.

4. Roda gigi permukaan


Rodagigi lurus permukaan (gambar 2.4) memiliki dua sumbu saling
berpotongan dengan sudut sebesar 90°.

5. Roda Gigi Miring

Gambar Roda Gigi Miring


Roda gigi miring kriterianya hampir sama dengan roda gigi lurus, tetapi
dalam pengoperasiannya roda gigi miring lebih lembut dan tingkat
kebisingannya rendah dengan peerkontakan antara gigi lebih dari satu.

Ciri-ciri Roda Gigi Miring adalah :


1. Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.
2. Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
3. Kemampuan pembebanan lebih besar daripada roda gigi lurus.
4. Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial roda
gigi yang kokoh.

Jenis-jenis Roda Gigi Miring adalah :


a. Roda Gigi Miring Biasa
b. Roda Gigi Miring Silang
c. Roda Gigi Miring Ganda
d. Roda Gigi Miring Bersambung

6. Roda Gigi Kerucut

Gambar Roda Gigi Kerucut


Roda gigi kerucut digunakan untuk mentransmisikan dua buah poros
yang saling berpotongan.

Jenis-jenis Roda Gigi Kerucut :


a. Roda Gigi Kerucut Lurus
b. Roda Gigi Kerucut Miring
c. Roda Gigi Kerucut Spiral
d. Roda Gigi Kerucut Hypoid

7. Roda Gigi Cacing


Gambar Roda Gigi Cacing

Ciri-ciri Roda Gigi Cacing adalah :


1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut
yang dibentuk kedua sumbu sebesar 90 derajat.
2. Kerjanya halus dan hamper tanpa bunyi
3. Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran
dari roda cacing ke cacing (mengunci sendiri).
4. Perbandingan reduksi bisa sampai 1 : 50
5. Kapasitas beban yang besar di mungkinkan karena kontak beberapa gigi
(2 sampai 4)
6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut
kisarnya kecil.

2.4. BANTALAN

2.4.1. Definisi Bantalan


Menurut Elemen mesin, Sularso,1987,hal 103, Bantalan adalah elemen
mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-
baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur. Bantalan harus
cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya. Jadi bantalan
dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung.

2.4.2. Klasifikasi Bantalan


Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Gerakan Bantalan Terhadap Poros
a. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan
pelumas. Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan
beban yang besar. Dengan konstruksi yang sederhana maka bantalan ini
mudah untuk dibongkar pasang. Akibat adanya gesekan pada bantalan dengan
poros maka akan memerlukan momen awal yang besar untuk memutar poros.
Pada bantalan luncur terdapat pelumas yang berfungsi sebagai peredam
tumbukan dan getaran sehingga akan meminimalisasi suara yang
ditimbulkannya.

Gambar Bantalan Luncur


Secara umum bantalan luncur dapat dibagi atas :
- Bantalan radial, yang dapat berbentuk silinder, belahan, elips dan lain-lain.
- Bantalan aksial, yang berbentuk engsel, kerah dan lain-lain.

b. Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam  melalui elemen gelinding  seperti bola
( peluru ), rol atau rol jarum atau rol bulat. Bantalan gelinding lebih cocok
untuk beban kecil. Putaran pada bantalan gelinding dibatasi oleh gaya
sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Apabila ditinjau
dari segi biaya, bantalan gelinding lebih mahal dari bantalan luncur.

Gambar Bantalan Gelinding


2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial tegak lurus
      Arah beban yang ditumpu tegak lurus terhadap sumbu poros.
b. Bantalan radial sejajar
      Arah beban bantalan sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus terhadap
sumbu poros.

BAB III
ANALISA PERHITUNGAN
Data – data yang diketahui:
1. Daya mesin (N) = 31 HP
2. Putaran (n) = 2500 rpm
3. Bahan poros ST 40 (τ) = 3000 kg/cm2
4. Faktor keamanan (s) = (5 – 8) dipilih 7
5. Faktor dinamis (β) = (1,2 – 1,5) dipilih 1,4
6. Efisiensi mekanis (µm) = (0,9 – 0,99) dipilih 0,99

III.1 PERANCANGAN POROS

1. Perhitungan momen
a. Poros 1 dan roda gigi 2
 Momen puntir (Mp)
N1
Mp1 =71620
n1
31
=71620 .
2500
=888,088 kg.cm

 Untuk roda gigi 2


N1 =µm. N
= 0,99 . 31
= 30,69 HP

2. Perhitungan diameter poros


 Tegangan yang didizinkan (τ bol II )

lim ¿
(τ ) bol II =τ ¿
s

3000
=
7
Kg
= 428,57
cm2

τ bol II
(τ ) bol I =
1,73

428,57
=
1,73

Kg
= 247,72
cm2

 Diameter poros I

5 . β . Mp 1
dp1 =

3

τ bol I

5 .(1,4 ).(888,08 8)

=3
242,72

= 2,94 cm
= 29,4 mm

Karena menggunakan spie maka:


dp1 =29,4 + 0,5
=29,9 mm
b. Poros II untuk roda gigi 3,4,5 dan 6
 Kecepatan putaran ( n2)
n1
N2 = dimana i = perbandingan putaran
i
2500
=
2

= 1250 rpm

 Untuk roda gigi 3


N2 = μm. N
= 0,99 . 31
= 30,69 HP

 Momen puntir ( Mp2)


N2
Mp2 = 71620
n2
30,69
= 71620
1250
=1758,41 kg.cm

 Diameter poros II

5 . β . Mp 2
dp2 =

3

τ bol I

5 .(1,4 ).(1758,41)
=3
√ 242,72

= 7,12 cm

= 71,2 mm
Karena menggunakan spie maka:
dp2 = 71,2 + 0,5
= 71,7 mm

c. untuk roda gigi 7Poros III


N3 =μm. N
= 0,99 . 31
N3 = 30,69 HP

 kecepatan putaran ( n3)


n3
N3 =
i
2500
=
3
N3 = 833,33 rpm

 Momen puntir ( Mp3 )


N3
MP3 = 71620
n3
30,69
= 71620 .
833,33
= 2637,63 kg.cm

 Diameter poros III


5 . β . Mp 3
dp3 =

3

τ bol I
5 .(1,4 ).(2637,63)
=3
√ 242,72
= 4,23 cm
= 42,3 mm
Karena menggunakan spie maka:
dp3 = 42,3 + 0,5
= 42,8 mm

III.2 PERANCANGAN SPIE


Untuk perencanaan spie dapat dilihat sebagai berikut:
 Lebar spie (b) = 5mm = 0,5 cm
 Panjang spie (I) = 25mm = 0,25cm
 Tinggi spie (h) = 4mm = 0,4cm
 Tinggi bagian spie yang berada dalam poros (t1 ) = 2mm
 Tinggi bagian spie yang dalam lajur roda gigi (t2) = 2mm
 Bahan yang digunakan pada spie = St 37
 Spie yang digunakan adalah spie persegi

1. Spie pada poros I

a. Kecepatan keliling (v1)

π . n 1. dp 1
V1 =
60
3,14 .2500 . 0,0299
V1 =
60
m
V1 = 3,911
s

b. Gaya yang menekan spie (F)


2.mp 1
F =
dp 1
2. 1002,68
F =
2,99
kg
F = 670,68
cm2

c. Tegangan geser yang diizinkan (τg)


f
τg =
l. b
670,68
τg =
2,5 .0,5

kg
τg = 536,544
cm2

d. Tegangan Tarik yang terjadi pada poros I (σt )

F π
τt 1 = dimana F= . (d)2 . L .γ
A 4

3,14
= . (0,327)2 . 0.25 .7,8 .10-3
4

F = 163.10-3 kg

kg
γ = karakteristik baja 7,8 . 10-3
cm2

π
F= . (d)2 . L
4

3,14
F= . (3,27)2 . 0,25
4
F = 2,098 cm 2

F
Maka τ t1 =
A

143.10 −3
=
2,098

τ t1 = 68,16.10
-3

2. Spie pada poros II

a. Kecepatan keliling (V2)

π . n 2 .dp 2
V2 =
60
3,14 .1250 . 0,04093
=
60

m
V2 = 2,677
s

b. Gaya yang menekan spie (F)

2.mp 2
F =
dp 2

2. 3119,76
F =
4,043

F = 1543,28 kg
c. Tegangan geser yang diizinkan (τg)
f
τg =
l. b
1543,28
τg =
2,5 .0,5

kg
τg = 1234,624
cm2

3. Spie pada poros III

a. Kecepatan keliling (V2)

π . n 3 . dp 3
V3 =
60
3,14 . 833,33. 0,04628
=
60

m
V3 = 2,018
s

b. Gaya yang menekan spie (F)

2.mp 3
F =
dp 3

2. 4679,66
F =
4,628
F = 2022,32 kg

c. Tegangan geser yang diizinkan (τg)


f
τg =
l. b
2022,32
τg =
2,5 .0,5

kg
τg =1617,85
cm2

3. 3 PERENCANAAN RODA GIGI

A. Roda gigi lurus


 Koefisien konstruksi (kc) = 4
 Koefisien dinamik (kd) = 1,3
 Faktor keausan (kw) = 1,3
 Faktor cara pemasangan (λ ¿ = 7,8
 Faktor gigi penggerak (yp) = 0,32
 Hubungan antara lebar gigi dan modul (m) = 12
 Tegangan tarik ( τ) = 6000 kg.cm
Z 1 20
 Perbandingan roda gigi (i) = = =0,5
Z 2 40
 Cosβ = 10 : 20 = cos 20

1. Roda gigi untuk poros I


1.1 Modul (m)

M p1 .kd .kc . kw .
m = 1.28

3

Z1 . i. λ . yp .τ

1575,64 .1,3 .4 .1,3


= 1.28

3

20 .0,5 .7,8 .0,35.6000


= 0,531 cm.
m = 5,31 mm
1.2 Dimensi Roda Gigi Untuk Poros I

a. Lebar gigi (t)


t = π .m
= 3,14 . 5,31
t = 16,673 mm

b. Ademdum ( h’)
h’ = 0,55 . t
= 0,55 . 16,673
h’ = 9,170 mm
c. Dedendum ( h”)
h” = h’. m
= 9,170 . 5,31
h” = 48,692 mm

d. Diameter tusuk (dt )


dt =z.m
= 20 . 5,31
dt = 106,2 mm

e. Diameter luar (dl )


Dl = m ( z + 2 )
= 5,31 (20 +2)
Dl = 116,82 mm

f. Diameter dalam (dd)


dd = m (z+2,5)
= 5,31 (20 + 2,5)
dd = 92,9 mm

g. Lebar permukaan (b)


b =λ.m
= 7,8 . 5,31
b = 41,418 mm
h. Jari-jari bulatan (r)
r = 0,2. M
= 0,2. 5,31
r = 1,062 mm
1.3 Gaya yang bekerja pada roda gigi poros I

a. Gaya keliling (ps)


2. M P1
ps =
dt

2.1575,64
ps =
106,2
ps = 29,673 kg

b. Gaya normal (Pn)


2. M P1
Pn =
dt . cos .20
2 .1575,64
=
99,2. cos 20
= 27,659 kg

c. Gaya radial ( pr)


Pr = ps . tag 20
= 25,991 tag 20
= 9,459 kg

2. RODA GIGI UNTUK POROS II

2.1 Modul ( m )
M P2 .kd .kc . kw
m = 1,28 .

3

Z 2 .i . λ . yp . τ

3119,76 .1,3.4 .1,3


= 1,28 .

3

40 .0,5.7,8 .0,23 .6000


= 0,494 cm
= 4,94 mm

2.2 Dimensi roda gigi poros II


a. Lebar gigi ( t )
t = π.m
= 3,14 . 4,94
= 15,511 mm

b. Adendum ( h’)
h’ = 0,55 . t
= 0,55. 15,511
= 8,531 mm

c. Dedendum (h”)
h” = h’ . m
= 8,531 . 4,94
= 42,143 mm
d. Diameter tusuk (dt)
dt = z m
= 40 . 4,94
= 197,6 mm

e. Diameter luar (dl)


dl = m ( z + 2)
= 4,94 (40 + 2)
= 207, 48 mm
f. Diameter dalam (dd)
dd = m ( z - 2,5)
= 4,49 ( 40 – 2,5)
= 168,37 mm

g. Lebar permukaan gigi (b)


b =λ.m
= 7,8 . 4,49
= 35,022 mm

h. Jari-jari bulatan (r)


r = 0,2 . m
= 0,2 . 4,49
= 0,898 mm

2.3 Gaya yang bekerja pada roda gigi poros II


a. Gaya keliling (Ps)
2. M P2
Ps =
dt
2.2552,53
=
197,6
= 25,835 kg

b. Gaya normal ( Pn)


2. M P2
Pn =
dt . cos 20

2 .2552,53
Pn =
197,6 .cos 20

= 27, 493 kg

c. Gaya radial (Pr)


Pr = Ps . tag 20
= 25, 835 . tag 20
= 9,409 kg

B. Perencanaan Roda Gigi Miring / Payung


 Koefisien konstruksi (kc) = 4
 Koefisien dinamik (kd) = 1,3
 Faktor keausan (kw) = 1,3
 Faktor cara pemasangan (λ ¿ 80÷ 150 =8
 Faktor gigi penggerak (yp) = 0,32
 Tegangan tarik ( τ) = 6000 kg.cm
Z 4 30
 Perbandingan Transmisi = = = 0,46
Z 5 64
 Cosβ = 80 ÷ 150 = 15
 Bahan St = 6000 kg cm

1. Roda Gigi miring / payung pada Poros I


1.1 Modul (m )
M P1 .Kd . Kc . Kw
m = 1,15 . cos 150 .

3

Z 4 . i . λ. τ

1289,16 .1,3 . 4 .1,3


= 1.15 . cos 150 .

3

30 . 0,46 . 8 .0,32 . 6000


= 0,38 cm
= 3,8 mm
a. Diameter lingkarang jarak bagi (dl)
dl = m . Z4
= 3,8 . 30
= 114 mm
b. Koefisien perubahan kepala (x)
2
Z4
X = 0.46. 1−
{ ( )}
Z5

2
30
{ ( )}
= 0.46. 1−
64

= 0.358

c. Tinggi kepala pinyon ( hk)


hk = (1 + x) . m
= (1 + 0,358) . 3,8
= 5,16 mm

d. Tinggi kaki pinyon ( hf)


hf = (1- x) ( m + ck) dimana ck = 0,18. m
= (1- 0,358) (3,8 + 0,68)
= 2,87 mm

e. Sudut kepala pinyon (θk)


dl
θk = tag-1 . ( hkR ) dimana R =
2. sin α

α= tag-1. ( 11 )
1
α= tag-1. ( 0,468 ) = 64, 920
114
R =
2. sin 64 , 920

= 62, 933

Maka θk = tag-1 . ( hkR )


516
= tag-1 . ( 62,933 )
= 4,68 0
f. Sudut kaki pinyon (θf)

θk = tag-1 . ( hfR )
θk = tag-1 . ( 622,07
, 933 )

= 2,61 0

g. Sudut kerucut kepala (Δk )


∆k = α . θk
= 64,920 + 4,68
= 69,60

h. Diameter lingkaran kepala ( dk)


dk = dl + ( 2 . hk ) + cos α
= 114 + ( 2 . 5,16 ) + cos 64,920
= 124,74 mm
i. Diameter lingkarang (x’ )

x’ = ( dl2 ) - ( hk . sin α
114
= (
2 )
- ( 5,16 . sin 64,920

= 52,32 mm

j. Lebar kaki (h)


h = 2 ( m + ck )
= 2 ( 3,8 + 0,68 )
= 8,96 mm

k. Lebar permukaan gigi (b)


b = λ.m
= 8 . 3,8
= 30,4 mm

1.2 Gaya yang bekerja pada gigi miring poros I

a. Gaya keliling ( Ps )

2. M P1
Ps =
dl

2.1289,16
=
114

= 22,61 kg

b. Gaya normal ( Pn )

2. M P1
Pn =
dl . cos . β

2.1289,16
=
114 . cos 20

= 24,06 kg

c. Gaya radial (Pr)

Pr = Ps . tg 20
= 22,61 . tg 20

= 8,22 kg

2. Roda gigi miring poros II


2.1 Modul ( m )
M P2 . Kd . Kc . Kw
m = 1,15 . cos 150.

3

Z 4 . i. λ . Yp . τ

2552,53 .1,3.4 .1,3


= 1,15 . cos 150.

3

30 .0,46 .8 .0,32.6000
= 0,48 cm
= 4,8 mm
a. Diameter lingkarang jarak bagi ( dl )

dl = m . Z4
= 4,8 . 30
= 144 mm
b. Koefisien perubahan kepala ( x )
2
Z4
x = 0,46 1−
{ ( )} Z5

2
30
{ ( )}
= 0,46 1−
64

= 0,358

c. Tinggi kepala pinyon ( hk )


hk = (1 + x ) . m
= (1 + 0,358) . 4,8
= 6,51 mm
d. Tinggi kaki pinyon (hf)
hf = ( 1- x) ( m + ck )
= ( 1- 0,358) ( 4,8 + 0,86)
= 3,633 mm
e. Sudut kepala pinyon (θk ¿

θk = tag-1 ( hkR )
dl
dimana R =
2sin α
α = tan-1( 1i )
1
= tan (
0,468 )
-1

= 64 ,920
144
Jadi R =
2. sin .64,920
R = 97,496

maka θk = tag-1 ( hkR )


6,51
= tag-1 ( 79,495 )
= 4,680

f. Sudut kaki penyon (θf )

θf = tag-1 ( hfR )
3,633
= tag-1 ( 79,495 )
= 2,610

g. Sudut kerucut kepala (∆k )

∆k = α + θk

= 64,920 + 4,68

= 69,60

h. Diameter lingkarang kepala ( dk)


dk = dl + (2. Hk) + cos α
= 114 + (2. 651) + cos 64,920
= 157 44 mm
i. Diameter lingkarang kaki (x’)

x’ = ( dl2 ) - ( hk – sin α )
144
= (
2 )
- ( 6,51 – sin 64,920 )

= 66,10 mm
j. Lebar kaki (h)
h = 2(m+ck)
= 2( 4,8+ 0,86)
= 11 32 mm
k. Lebar permukaan gigi (b)
b =λ.m
= 8 . 4,8
= 38,4 mm
2.2 Gaya yang bekerja pada gigi miring poros l
a. Gaya keliling (Ps)
2. M P2
Ps =
dl
2.2552,53
=
144
= 35,45 kg
b. Gaya normal (Pn)
2 . M P2
Pn =
dl . cos . β

’ 2 .2552,53
=
144 . cos .20
= 37,72 kg
c. Gaya radial (pr)
Pr = ps. tan 20
= 35,45 . tan20
= 12, 90 kg

2.3 PERENCANAAN BANTALAN


Ukurang bantalan sesuai dengan ukurang poros berdasarkan tabel bantalan
pada buku elemen mesin oleh Sularso dan Kiyokatsu Suga. Jenis bantalan yang
digunakan yaitu bantalan gelinding atau bantalan bola jenis terbuka dengan data
sebagai berikut :
 Gaya assial ( W ) = 1200 kg
 Putaran poros (N) = 2500 rpm
 Diameter luar (D) = 5,2 cm ( 52 mm)
 Diameter dalam (d) = 2,55 cm ( 25,5 mm)
 Lebar bantalan (b) = 1,24 cm (12,4 mm)
 Kapasitas normal dinamis (C) = 1100 kg
 Kapasitas normal statis (C0) = 730 kg
a. Faktor kecepatan bantalan bola ( fn )
1
33,3
fn = ( )
n
3

1
33,3
= (
2500 )
3

= 0,237 rpm
b. Faktor umur bantalan (fh)

fh = fn . ( CP )
Dimana : P = . ( IW. d ) dimana I = 1,2 . d

1200
= (
1,2. 2,55 . 2,55 )
1200
.(
7,803 )
=

= 153,78 kg

Jadi, fh = fn. . ( CP )
1100
= 0,237 . . ( 153,70 )
= 1,69
c. Umur nominal (Lh)
Lh = 500 . (fh)3
= 500 . (1,69)3
= 2413,40
Jadi, 1 Tahun = 365 hari x 24 jam
= 8760 jam/hari

d. Q = ( μ .WJ . V ) Dimana V =. ( 60π ..1000


d .n
)
= ( 3,1460. 25,5 .2500
.1000 )
= 3,33

Q = ( μ .WJ . V )
0,06 . 1200. 3,33
= ( )
427
K cal
= 0,56
min

e. Panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur (Qm)


Qm = Cm . Wm
= 0,11 . 10
K cal
= 1,1

f. Kenaikan temperatur yang dialami karena kerja gesekan (∆ t ¿

Q
∆t = ( ) Qm

= ( 0,56
1,1 )

= 0,509
min
g. Kerja gesekan (H)
H = μ .W . V
= 0,06 . 1200 . 3,33
m
= 239,76 kg
s
h. Daya yang diserap (PH)
PH =( 102H )
239,76
= (
102 )
= 2,35 kw

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya yang telah dicurahkan kepada
hambanya sehingga dapat tercapai dan terselesaikan Tugas
Elemen Mesin III ini dengan judul perencanaan transmisi
roda gigi tingkat tiga (3) dapat kami selesaikan, walaupun
masih terdapat kesalahan dan kekurangan karena kami
hanya manusia biasa tak luput dari kesalahan dan
kekurangan terssbut.
Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah
merupakan salah satu syarat dari mata kuliah Elemen
Mesin III dengan menambah wawasan penyusun.
Dalam perencanaan ini kami menggunakan referensi yang
merupakan perpaduan dari beberapa buku Elemen Mesin
dan arsip serta meteri perkuliahan yang diberikan oleh
dosen yang bersangkutan.
Penyusun menyadari bahwa perencanaan system
transmisi tingkat tiga (3) ini jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi laporan maupun dari sistematik
penyusunannya.
Akhirnya kami tak lupa
menghaturkan/mengucapkan banyak-banyak terima kasih
kepada dosen dan asisten pemberi tugas serta teman-teman
mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini, Amin.
Makassar, 18 Juni 2020
Penulis. Rian Wirayudha

NOMEN KLATUR

Simbol Keterangan Satuan

N Daya HP
n Putaran _ rpm
a Tegangan tarik Kg/cm2
r Tegangan gesek Kg/cm2
s Faktor pemasangan
B Faktor dinamis
Um Efisiensi mekanis
Ke Koefisien konstruksi
Kd
Koefisien dinamis
Kw
Yp Paktor keausan
Z
Paktor gigi penggerak
A mm
R Jumlah gigi mm
B mm
Faktor pemasangan
l mm
h Tegangan tarik
d
Lebar
i mm
m Panjang mm
t mm
Tinggi
t1 mm
t2 Diameter kg.cm
a Angkat perbandingan mm
mp mm
Hubungan antara lembar dan gigi modul
dp
v Lembar gigi
Tinggi spie yang berada dalam poros
Tinggi spie yang berada dalam lajur roda
gigi
Jarak sudut kemiringan roda gigi
Momen putir
Diameter poros
Kecepatan keliling
F Gaya kg
h Addendum mm
h' Dedendum mm
T Jari-jari mm
X Koefisien perubahan kepala
hk Tinggi kepala pinyon mm
hf Tinggi kaki pinyon mm
Qk Sudut kepala pinyon mm
Qf Sudut kaki pinyon mm
Sk Sudut kerucut kepala mm
dk Diameter lingkaran kepala mm
X Diameter lingkaran kaki mm
W Gaya aksial kg
c Kapasitas nominal dinamis spesifik kg
C0 Kapasitas nominal statis spesifik kg
fn Faktor kecepatan bantalan bola rpm
fn Faktor umur bantalan
Lh Umur nominal h
Wm Berat blok bantalan kg
Cm Panas jenis blok bantalan Wkg°C
r0 Berat jenis minyak kg/m2
ti Temperatur minyak masuk °C
ta Temperatur minyak keluar °C
j Perbandingan kerugian daya
Q Kerja gesekan bantalan Kcai/min
Qm Panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature Kca/'C
At Kenaikan temperature C/min
H Kerja gesekan kg.m/s
q Jumlah aliran minyak cc/min

Anda mungkin juga menyukai