Anda di halaman 1dari 27

MEKANIKA BAHAN

Nama
1. Farhan Akhtar S ( 21510334010)
2. Husain ahmad F ( 21510334019)
Kelas : K1

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Negeri Yogyakarta
PENDAHULUAN
1.1. Pentingnya Pengetahuan Tentang Mekanika Bahan
Suatu struktur dibuat dengan tujuan antara lain untuk memikul beban-beban
yang ada, baik berat sendiri maupun beban-beban lain misalnya penghuni, alat-alat,
kendaraan, angin, gempa dan kejut. Akibat beban, struktur akan memberikan respons
yang dapat berupa reaksi tumpuan, regangan, dan tegangan dalam, serta perubahan
bentuk (deformasi).
1.2. Konsep-konsep Dasar
Beberapa konsep dasar agar suatu struktur dapat berfungsi harus memenuhi
syarat-syarat:
• kekuatan (strength)
• kekakuan (stiffness) dan
• stabilitas (stability)
Salah satu respons struktur akibat beban luar adalah terjadinya tegangantegangan
dalam. Dalam perancangan struktur, tegangan tersebut perlu dibatasi,
sehingga tidak melampaui nilai tertentu misalnya tegangan ijin. Perancangan yang
didasarkan pada batasan tegangan ini dinamakan perancangan yang berdasarkan
kekuatan (design for strength).
1.3. Keseimbangan Antara Gaya dan Pasangan Gaya Luar dan Dalam
Salah satu prinsip penting dan mekanika bahan adalah adanya keseimbangan
antara gaya-gaya dan pasangan gaya-gaya (momen) luar dan dalam, jika suatu benda
dalam kondisi stabil.
Pada Gambar 1.1(a) diperlihatkan sebuah struktur 3 dimensi yang menerima
gaya terpusat pada permukaan benda P1, P2, P3, ... Pn, dan pasangan gaya (momen)
M1, M2,…. Mn. Jika benda ini dalam keadaan seimbang, maka setiap bagian dan
benda
ini meskipun dipotong juga dalam keadaan seimbang (lihat Gambar 1.1 (b)). Tinjaulah
benda bebas (free body) pada gambar tersebut, maka akan terjadi keseimbangan
sebagai berikut:
R+P1 = 0
M0 + P1 .r1 + M1 = 0

Gaya dalam R ini berupa vektor, yang dalam mekanika bahan sering digunakan besaran
intensitas gaya atau gaya yang bekerja pada satu satuan luas kecil pada titik yang
ditinjau.
Intensitas gaya persatuan luas tegangan yang terjadi pada titik ini secara matematis
didefinisikan:

Rangkuman

Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dan bab mi, antara lain:
1. Akibat beban atau pengaruh luar, timbul respons struktur yang dapat berupa
perubahan bentuk, perpindahan dan gaya-gaya dalãrn.
2. Agar struktur dapat berfungsi dengan haik, harus dipenuhi beberapa persyaratan:
• kekuatan (strength)
• kekakuan (stiffhess) dan
• stabilitas (stability)
3. Struktur atau bagian dan struktur selalu memenuhi kondisi seimbang antara gaya-
gaya luar dan dalam.
4. Gaya-gaya dalam ini umumnya dinyatakan dalam tegangan yaitu intensitas gaya
tiap satuan luas. Tegangan yang tegak lurus dengan bidang potongan disebut tegangan
normal, sedangkan yang bekerja pada bidang tersebut disebut tegangan geser.

Bab 2
Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial
2.1. Umum
Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi
perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk. Untuk batang
yang menerima beban aksial, perubahan bentuk ini dapat berupa pertambahan panjang
(akibat beban tarik) ataupun pemendekan (akibat beban tekan). Batasanbatasan yang
harus dipenuhi dalam perancangan struktur teknik antara lain berupa kekuatan bahan
(strength) dan kekakuan (stiffness)

2.2. Hubungan Tegangan-Regangan


Jika suatu batang menenma beban aksial, maka akan timbul respons yang dapat berupa
tegangan dan perubahan panjang, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1. Tegangan
yang terjadi pada potongan normal (potongan yang tegak lurus sumbu batang) disebut
tegangan normal.
Satuan dan tegangan adalah gaya per satuan luas, dalam Sistem Intemasional (SI)
misalnya MN/m2, N/mm2 atau MPa.
Akibat beban, batang akan mengalami deformasi. Dalam hal ini batang akan
memendek jika menenima beban tekan dan memanjang jika menerima beban tarik.
Adanya perubahan panjang ini, batang mengalami regangan (s).
Umumnya ukuran benda uji dan cara pengujiannya diatur dalam standarisasi, misalnya
ASTM (American Society for the Testing of Materials).
Pada umumnya kurva bagian awal memperlihatkan hubungan yang linier. Pada daerah
ini berbanding lurus dengan regangan berlaku hukum Hook, dimana tegangan.
Contoh diagram tegangan regangan tarik baja tulangan dan tekan beton dapat dilihat
pada Gambar 2.3 dan 2.4 beserta benda ujinya. Pada benda uji ditempatkan alat untuk
mengukur perubahan panjang.

Dari diagram tegangan regangan, ada beberapa sifat atau istilah penting antara lain:
1. Modulus elastisitas (Young’s Modulus): besaran yang menunjukkan kemiringan
diagram!kurva tegangan-regangan.
2. Batas proporsional (proportional limit): tegangan terbesar, pada saat kurva
tegangan-regangan masih menunjukkan hubungan yang linier.
3. Batas elastik (elastic limit): tegangan terbesar, dimana bahan akan kembali pada
posisi/ukuran semula, jika beban dihilangkan.
4. Titik leleh (yield point): tegangan yang biasanya sedikit di atas batas proporsional,
dimana akan terjadi kenaikan regangan meskipun tanpa adanya penambahan atau
pengurangan tegangan.
5. Tegangan batas (ultimate stress): tegangan maksimum yang dapat dicapai suatu
bahan.
6. Modulus lenting (resilience modulus): luas di bawah kurva tegangan-regangan yang
dibatasi oleh tegangan batas proporsional. Satuan modulus lenting adalah satuan energi
tiap satuan volume. Luas mi menunjukkan kemampuan bahan dalam menyerap energi,
dimana bahan masih bersifat elastik.
7. Keuletan (thougness): luas total di bawah kurva tegangan-regangan. Luas mi
menunjukkan kemampuan bahan dalam menyerap energi hingga mencapai runtuh.
8. Pengerasan regangan (strain hardening): kenaikan batas elastik bahan akibat
pembebanan ulang (reloading), lihat Gambar 2.3.
9. Ulet (ductile): sifat bahan yang menunjukkan kernampuannya terjadi deformasi
plastik tanpa adanya penambahan atau pengurangan beban yang berarti sebelurn
mengalami runtuh.
10. Getas (brittle): sifat bahan yang rnenunjukkan deformasi yang sangat kecil sebelum
runtuh (lawan dan ulet adalah getas):
11. Isotrop: Bahan yang mernpunyai sifat sama pada berbagai arah.
12. Homogen: Bahan yang mempunyai sifat sama pada setiap titik pada bahannya.

2.3. Angka Poisson (Poisson’s Ratio)


Regangan lateral perubahan ukuran pada dihitung dengan rumus:

Nilai negatif pada rumus di atas menunjukkan adanya kontraksi (pengecilan) pada
batang yang dibebani tarik.

2.4. Hukum Hook Secara Umum


Jika bahan dalam keadan linier elastik dan isotrop, maka regangan pada
masing-masing arah adalah sebagai berikut:
1. Akibat tegangan  xx, saja :

2. Akibat tegangan  yy, saja :

3. Akibat tegangan  zz, saja :


2.5. Tegangan dan Regangan Geser
Tegangan geser pada keempat sisinya masing-masing sebesar  yz dan
 zy . OIeh karena keseimbangan gaya Σ Fz  0 , maka tegangan geser
pada

permukaan sebelah kiri sama dengan sebelah kanan, masing-masing sebesar

 yz ,

tetapi mempunyai arah yang saling berlawanan. Hal ini juga berlaku untuk permukaan sisi
sebelah atas dan bawah

Dari syarat-syarat kesetimbangan gaya dan momen tersebut dapat disimpulkan, bahwa:
1. Tegangan geser pada permukaan yang saling berhadapan adalah sama, tetapi
arahnya berlawanan.
2. Tegangan geser pada permukaan yang saling tegak lurus adalah sama, dengan arah
masing-masing saling mendekati atau menjauhi.

Distribusi tegangan geser ini dalam kenyataannya titik merata pada seluruh penampang
baut, sedangkan besarnya tegangan geser rata-rata adalah:

2.6. Hubungan antara E, G dan v


Pembahasan khusus mengenai Lingkaran Mohr untuk tegangan bidang dapat dilihat
pada Bab 8.

Akibat tegangan tarik  xx dan tekan  yy , elemen bujursangkar abcd akan mengalami
deformasi menjadi a1b1c1d1. Kedudukan titik O adalah tetap. Sudut geser yang terjadi
adalah.
2.11. Rangkuman
Ada beberapa hal penting yang dapat dirangkum dan bab mi, yaitu:
1. Batang yang menerima gaya aksial sentris atau perubahan suhu, akan terjadi
deformasi arah memanjang, regangan, dan tegangan normal.
2. Hubungan tegangan-regangan dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik dan kekuatan bahan, antara lain: modulus elastisitas, batas elastik, batas
sebanding, tegangan Ieleh, sifat getas, daktail dan sebagainya.
3. Secara umum hukum Hook berlaku untuk bahan yang bersifat masih bersifat elastis
linier. Rumus umum untuk mencari deformasi batang yang dibebani secara aksial adalah:

Sedangkan tegangan rata-rata yang terjadi pada luasan A(x) adalah

4. Pada setiap bahan yang clastik linier, ada hubungan antara modulus elastisitas E,
modulus geser G dan Poisson’s ratio yang dirumuskan sebagai berikut:

5. Tegangan batang yang terbuat lebih dari satu bahan (komposit) tergantung dari
modulus elastisitas masing-masing komponen bahannya, yang dirumuskan;

3.8 Rangkuman
Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dan bab mi adalah sebagai berikut:
1. Sifat-sifat penampang datar diperlukan untuk menghitung besaran-besaran fisika.
Sifat-sifat penampang datar dapat dihitung dengan cara penjumlahan atau pengurangan dan
bagian-bagian bidang pembentuk penampang.
2. Momen statis penampang terhadap suatu garis yang melalui titik beratnya sama
dengan nol.

3. Momen inersia terhadap suatu tata sumbu

lxx ,

lyy dan

lxy selalu bernilai positif,

sedang

lxy , dapat bernilai positif maupun negatif. Jika salah satu sumbu yang

saling tegak lurus adalah sumbu simetri, maka nilai momen inersiasilang selalu sama
dengan nol.

lxy ,

4. Momen inersia penampang terhadap suatu tata sumbu tertentu  misalnya dapat
dihitung dan momen inersia terhadap tata sumbu yang lain asalkan diketahui penggeseran
atau rotasi tata sumbu tersebut terhadap tata sumbu yang momen inersianya telah
diketahui.
5. Momen inersia ekstrim suatu penampang thpat dicani dengan cara analisis maupun
grafis (Iingkaran Mohr).
6. Jari-jari girasi menunjukkan penyebaran luasan penampang
terhadap titik beratnya. Dengan luasan yang sama, permukaan yang
menyebar dan titik berat, nilai radius girasi semakin besar, begitu
pula sebaliknya.

4.8. Rangkuman
1. Batang yang mengalami lentur murni, timbul tegangan dan regangan normal yang
nilainya berbanding lurus dengan jaraknya dan garis netral. Besarnya tegangan normal
untuk kasus lentur satu arah (monoaksial) adalah

2. Sedangkan batang yang menerima gaya aksial sentris dan lentur, timbul tegangan
normal yang besarnya:

Untuk gaya aksial dengan eksentrisitas e dari titik berat penampang, tegangan normalnya
adalah

3. Daerah inti kern (teras) didefinisikan sebagai suatu daerah dimana kalau beban
aksial bekerja pada daerah ini, tegangan yang terjadi pada seluruh penampang bertanda
sama.
4. Untuk balok komposit dengan n komponen bahan dan masing-masing bahan adalah
Ei, besarnya tegangan akibat lentur dan bahan yang ke i dirumuskan

 Tidak terjadi deformasi arah memanjang batang


Secara umum tegangan-tegangan yang terjadi pada elemen kecil seperti pada Gambar
5.2. (c) adalah sebagai berikut:
  r     x  0 atau  r      x  0

 r   rx  0 atau  r   rx  0

5.3. Batang Berpenampang Berongga yang Berdinding


Jika penampang lingkaran berongga berdinding sangat tipis, momen inersia polar dapat didekati
dengan rumus:

5.4 Energi yang Tersimpan dalam Batang yang dibebani Geser Murni

Untuk memudahkan dalam mencari beberapa konstanta penampang akibat puntir,


berikut akan dibahas terlebih dahulu energi yang tersimpan dalam batang yang dibebani geser.
Gambar 5.6 memperlihatkan deformasi elemen kecil akibat geser murni pada sisi-sisinya.

Jika panjang keempat sisi masing-masing adalah h dan tebal elemen t, maka besarnya gaya
geser V adalah

V  h t,
Jika Gambar 5.7 menunjukkan grafik hubungan antara perpindahan  dan gaya geser V, maka
energi regangan tersimpan dalam elemen u sama dengan luas daerah yang terarsir, yang
besarnya

5.5. Penampang Solid Bukan Lingkaran

Penurunan secara analitis untuk batang dengan penampang solid bukan lingkaran
cukup rumit, karena asumsi-asumsi yang berlaku pada penampang Iingkaran (Bab 5.2) tidak
berlaku lagi. Sebagai contoh pada penampang segiempat yang dibebani puntir, pada bagian
sudut-sudut penampang akan mengalami distorsi. Gambar 5.9 diperlihatkan distribusi
tegangan geser disepanjang garis yang arahnya radial dan titik pusat berat. Tegangan geser
maksimum akan terjadi pada serat terluar sisi panjang, sedangkan pada bagian sudut tegangan
geser menjadi nol.

b
1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 4,00 6,00 10,00 

a
0,208 0,231 0,246 0,256 0,267 0,282 0,299 0,312 0,333
 0,141 0,196 0,229 0,249 0,263 0,281 0,299 0,312 0,333

Untuk penampang yang tersusun dari gabungan bebrapa penampang persegi, Persamaan (5.22)
dan (5.23) menjadi:

5.5. Penampang Gabungan Beberapa Penampang Persegi Tipis

Untuk batang dengan penampang persegi tipis dengan tinggi b dan tebal h seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.10(a) nilai J dapat didekati dengan.
5.7 Contoh/Aplikasi
1. Sebuah batang pejal mempunyai penampang Iingkaran dengan diameter 120

mm. Tegangan geser ijin adalah 50 MPa dan G = 1. 105 MPa. Berapakah momen
punter maksimum yang diperkenankan jika sudut puntir persatuan panjang

dibatasi hanya  = 1o saja.

a) Berdasarkan sudut puntir maksimum, besarnya Tmaks adalah:

2. Sebuah pipa bundar dengan tebal t = 3 mm dan diameter dalam 100 mm.

Hitunglah tegangan geser yang terjadi pada pipa tersebut jika menerima beban
puntir sebesar T 5000 Nm.
5.8. Rangkuman
Pada bahasan mengenai puntiran, ada beberapa hal penting yang dapat disimpulkan
antara lain

Untuk penampang lingkaran potongan datar yang tegak lurus sumbu batang akan
tetap datar setelah mengalami puntiran, tidak terjadi deformasi dan tegangan arab
memanjang batang, tegangan geser pada titik yang berjarak r dan titik pusat lingkaran adalah

Bab 6
Defleksi Elastik Balok

6.1 Pendahuluan
Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan
sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang dan
tegangan yang terjadi telah dibicarakan pada Bab 3 dan 4. Pada prinsipnya tegangan pada
balok akibat beban luar dapat direncanakan tidak melampaui suatu nilai tertentu, misalnya
tegangan ijin. Perancangan yang berdasarkan batasan tegangan ini dinamakan perancangan
berdasarkan kekuatan (designfor strength).
Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa metode untuk menghitung lendutan
balok. Dalam kenyataan, lendutan balok diakibatkan oleh momen lentur dan gaya geser secara
bersamaan. Namun lendutan balok yang diakibatkan oleh lentur lebih dominan dibandingkan
oleh geser. Pada uraian di bawah akan dibahas beberapa cara perhitungan lendutan balok
akibat lentur antara lain:
- metode integrasi ganda (double integration)
- metode luas momen (momen area)
- metode superposisi (superposition)
Oleh karena pengaruhnya cukup kecil, perhitungan lendutan akibat gaya geser tidak
diberikan pada buku ini.
6.1. Persamaan Diferensial Kurva Lendutan
dengan x dan y adalah koordinat titik pada suatu kurva.
Umumnya defleksi balok sangat kecil dibandingkan dengan panjang bentangnya

6.2.1. Persamaan-persamaan Diferensial Balok Secara Umum

6.1.1. Syarat-syarat Batas

Dalam penyelesaian persamaan-persamaan defleksi balok perlu diperhatikan syaratsyarat


batas (boundary conditions). Syarat-syarat batas antara lain dapat berupa:

a. Tumpuan jepit, terjadi defleksi dan kemiringan kurva lendutan yang sama dengan
6.2. Beberapa Contoh Hitungan Lendutan Balok

Contoh 6.1 : Lendutan balok terjepit pada ujung yang satu dibebani momen
pada ujung yang lain

Momen pada setiap titik


(sembarang) absis x adalah
M(x) = -M
El = konstan

6.3. Metode Luas Momen

Untuk mendapatkan lendutan balok dengan metoda integrasi, seringkali dijumpai persamaan
yang rumit yang disebabkan oleh variasi dan diskontinuitas serta penampang yang bervariasi
(non prismatis). Berikut akan dibahas suatu cara lain untuk mendapatkan lendutan balok yang
dikenal dengan metode luas-momen (momen-area). Metode ini mempunvai pendekatan dan
pembatasan yang sama dengan yang dipelajari selama ini, dimana hanya memperhitungkan
lenturan balok (geser diabaikan). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan defleksi dan
perputaran sudut suatu titik tertentu pada balok.

Besarnya kelengkungan pada titik X yang berjarak x dari tumpuan sebelah kiri, seperti telah
dibicarakan pada Bab 4.2, adalah sebagai berikut:

Untuk menurunkan persamaan-persamaan metode ini dapat


digunakan lagi Persamaan (6.4) yaitu
Beberapa Contoh Hitungan Lendutan Balok dengan Metode Luas Momen

6.3. Asas Superposisi


Dalam praktek, sering dijumpai pembebanan yang bennacam-macam. Karena
dibatasi bahwa balok masih dalam kondisi elastik, maka berlaku asas superposisi.
Sebagai contoh balok yang dibebani dengan beban merata q dan beban terpusat
P seperti pada Gambar 6.12, maka untuk menghitung defleksi yang terjadi pada
suatu titik dapat dipisahkan menjadi 3 kasus pembebanan.

Sedangkan rumus umum untuk mencari lendutan maksimumnya, jika balok dibebani terbagi
merata adalah:

6.3. Balok Non Prismatis


Sering terjadi, balok dengan profil tertentu cukup kuat, namun lendutan yang
terjadi melebihi lendutan maksimum yang disyaratkan. Untuk memperkecil
lendutan dapat digunakan ukuran balok yang lebih besar, namun dapat berakibat
harga menjadi Iebih mahal atau ukuran tersebut sulit didapat dipasaran. Untuk
mengatasi hal ini dapat digunakan tambahan pada bagian tertentu saja (tidak pada
seluruh bentang balok, misalnya hanya bagian tengah saja agar diperoleh
penampang yang Iebih besar). Selain pertimbangan lendutan, pemilihan
penampang dalam satu balok disesuaikan dengan momen lentur yang harus
ditahan, misalnya digunakan balok tirus. Berikut akan digunakan metode luas
momen untuk menghitung lendutan balok non prismatis.

6.8. Rangkuman
1. Dalam suatu perencanaan balok, lendutan merupakan suatu batasan yang perlu
diperhatikan. Sedangkan untuk mencari lendutan dapat digunakan beberapa metode
antara lain: metode integrasi ganda, luas momen dan superposisi.
2. Untuk metode integrasi ganda, prsamaan kurva balok yang melendut didapat dengan
cara mengintegralkan dua kali persamaan lentur murni.
3. Metode luas momen lebih cocok untuk menentukan lendutan pada suatu titik dengan
beban sembarang, momen inersia penampang balok konstan atau bervariasi dengan cara
menghitung besarnya momen statis luasan bidang momen yang dibatasi oleh titik-titik
yang ditinjau terhadap titik yang dicari lendutannya.
4. Jika variasi dan jumlah beban cukup banyak, dapat digunakan prinsip superposisi, yaitu
dengan menjumlahkan besaran lendutan pada titik yang ditinjau akibat beban-beban
tersebut yang telah dihitung secara terpisah.

Bab 7
Kolom

7.1. Stabilitas Kolom

Dalam bab sebelumnya telah dibicarakan bahwa agar struktur dan elemen-elemennya dapat
berfungsi mendukung beban harus memenuhi persyaratan keku-atan, kekakuan dan stabilitas.
Pembahasan mengenai analisis maupun perancang-an yang mempertimbangkan kekuatan dan
kekakuan telah dibahas, di mana struktur dan elemen-eJemennya selalu dianggap dalam
kondisi stabil.

Pada bab ini akan dibahas mengenai stabiiltas struktur khususnya batang yang menerima
beban aksial tekan atau kolom. Sebagai gambaran tentang stabilitas, lihatlah sebuah benda
berbentuk bola seperti pada Gambar 7.1, yang terletak di atas bidang cekung, datar dan
cembung. Dan gambar tersebut dapat dipastikan bahwa bola pada Gambar 7.1 (a) dalam
keadaan stabil, pada Gambar 7.1 (b) stabil narnun dengan adanya dorongan atau tiupan angin
yang kecil sudah menjadi tidak stabil, sedangkan pada Gambar 7.1 (c) kondisinya tidak stabil.

7.1. Rumus Euler


Tinjaulah sebuah titik pada batang yang berjarak x dan ujung atas. Pada titik ini mengalami
momen lentur sebesar M = Py(x). Pada setiap titik pada batang terjadi kelengkungan yang
berbanding lurus dengan besarnya momen lentur pada titik tersebut.

7.3. Modifikasi Rumus Euler untuk Kolom dengan Ujung yang Berlainan

Dari bahasan di atas terlihat bahwa beban kritis kolom dipengaruhi oleh persamaan
kelengkungan kolom. Kolom yang kedua ujungiya tidak berupa sendi tentunya akan
mempunyai bentuk/persamaan kelengkungan yang berbeda. Berikut diberikan sebuah
contoh untuk kolom dengan salah satu ujungnya berupa sendi ujung yag lain jepit seperti
tenlihat pada Gambar 7.5. Akibat beban, akan terjadi kelengkungan yang mengakibatkan
terjadinya momen lentur Mo pada perletakan yang terjepit yang besarnya tidak
diketahui.

7.4. Pembatasan Rumus Euler

Perlu dicatat bahwa rumus Euler yang dibahas di atas berlaku jika bahan masih dalam kondisi linier
elastik. Oleh karena itu tegangan kritis rata-rata σcr yang terjadi tidak boleh melebihi batas
proporsional bahan. Sebagai contoh pada Gambar 7.7
7.5. Kolom dengan Beban Eksentris

Dalam praktek tidak ada kolom yang benar-benar lurus sempurna demikian pula
tidak dapat membuat gaya yang bekerja henar-benar sentnis. Bahkan dalam
perancangan kolom, biasanya peraturan-peraturan mengharuskan untuk diperhitungkan
adanya eksentnsitas minimum. Untuk mengetahui perilaku kolom yang dibebani
eksentris, tinjaulah kolom dengan beban eksentris pada kedua ujungnya, seperti
diperlihatkan pada Gambar 7.9

Bab 8
Analisis Tegangan dan Regangan Bidang

8.1 Pendahuluan

Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas tentang tegangan dan regangan normal atau geser
pada suatu batang. Tegangan-tegangan tersebut dapat terjadi akibat gaya aksial, gaya lintang,
momen lentur maupun torsi. Dalam bab ini akan dikembangkan persamaan-persamaan
transformasi tegangan dan regangan dengan merubah orientasi sumbu-sumbu yang bertujuan
untuk mendapatkan tegangan atau regangan ekstrim (maksimum dan minimum). Nilai ekstrim
ini mempunyai pengaruh yang sangat penting pada perilaku bahan. Tegangan atau regangan
ekstrim dapat digunakan untuk mengetahui apakah struktur masih mampu menahan beban luar
atau beban telah melampaui kekuatan bahannya. Dalam perancangan, ukuran-ukuran batang
hams dipilih sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan normal dan geser yang terjadi tidak
melampaui tegangan.

8.2. Analisis Tegangan Bidang (Plain Stress)

Pada sub bab berikut akan dibahas kasus khusus yaitu tegangan bidang (plain stress), dimana
komponen-komponen tegangan hanya bekerja pada satu bidang saja. Sebagai contoh tegangan-
tegangan hanya bekerja pada bidang xy saja, seperti diperlihatkan pada Gambar 8.2.(a). Dalam
kondisi ini:

8.2.1. Tansformasi Tegangan Bidang

Dalam analisis tegangan, biasanya tegangan-tegangan normal dan geser yang bekeria
pada elemen dan suatu kedudukan atau sumbu-sumbu acuan misalnya sumbu x dan y
sudah diketahui. Dengan tegangan-tegangan dan arah sumbu x dan y yang sudah
diketahui ini, dapat ditentukan tegangan-tegangan dalam arah sembarang. Tegangan-
tegangan ini akan dipengaruhi oleh orientasi sumbu-sumbunya.

8.1.1. Tegangan-tegangan Utama

Oleh karena tegangan merupakan fungsi dan sudut  , maka pada sudut tertentu, akan dicapai
tegangan rnaksimun atau minimum (ekstrim). Tegangan ekstrim ini dapat diperoleh dengan
menurunan fungsi terhadap  dan menyamakannya dengan nol,

8.2.3. Lingkaran Tegangan Mohr

Arah sumbu dan tegangan utama dapat dicari dengan cara grafis dengan bantuan Lingkaran
Mohr. Dari persamaan dasar tegangan yang mengacu pada sumbu x (Persamaan (8.3) dan
(8.4)) dengan mengkuadratkan kedua persamaan tersebut, kemudian keduanya dijumlahkan
akan diperoleh.

8.1. Analisis Regangan Bidang (Plain Strain)


Analisis regangan bidang dapat diterapkan pada suatu struktur, dirnana tidak terjadi regangan
yang arahnya tegak lurus bidang yang ditinjau. Sebagai contoh, suatu struktur bendung yang
cukup panjang dibandingkan derigan arah melintang, dimana pada kedua ujungnya terdapat
pengekangan arah memanjang (lihat contoh Gambar 8.10).

8.3.2. Regangan-regangan Utama

Dengan cara yang sama seperti pada penurunan rumus-rumus mengenai tegangan-
tegangan utama, akan didapatkan regangan-regangan utama sebagai berikut

8.3.3. Lingkaran Regangan Mohr

Dari Persamaan (8.17) dan (8.18) dan dengan cara yang sama pada tema lingkaran tegangan
Mohr, akan didapat persamaan Iingkaran dengan pusat (a,0) dan jari-jari b

Regangan utama masing-masing :

dengan
Selanjutnya lingkaran regangan Mohr dapat dilihat pada Gambar 8.13.

Anda mungkin juga menyukai