Anda di halaman 1dari 26

Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

BAB II
TEORI DASAR UMUM

2.1 Kurva Tegangan Regangan

Tegangan adalah gaya persatuan luas. Ketika sebuah benda dikenai


gaya, tegangan adalah perbandingan anatra besar gaya terhadap luas dimana
gaya tersebut dikenakan. Jika gaya yang dikenakan tegak lurus terhadap
permukaan benda (luas yang akan diperhitungkan), maka tegangan tersebut
adalah tegangan normal. Jika gaya yang dikenakan ke benda berarah
tangensial terhadap permukaan benda tegangan tersebut adalah tegangan geser
𝜎 = 𝐹 ⁄𝐴 . Adapun regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan
antara pertambahan panjang atau pendek batang dengan ukuran mula-mula
dinyatakan 𝜀 = ∆𝐿⁄𝐿 . Regangan merupakan ukuran mengenai seberapa jauh
batang tersebut berubah bentuk. Tegangan diberikan pada material dari arah
luar, sedangkan regangan adalah tanggapan material terhadap tegangan. Pada
daerah elastis, besarnya tegangan ber-banding lurus dengan regangan.
Perbandingan antara tegangan dan regangan benda tersebut disebut modulus
elastisitas atau modulus young. Pengukuran modulus young dapat dilakukan
dengan menggunakan gelombang akustik, karena kecepatan jalannya
bergantung pada modulus young (Dirgantara, 2021).
Menurut Marciniak dkk. (2002) ada beberapa hal yang harus diketahui
dalam hal Tegangan-Regangan pada mekanis bahan yaitu :
2.1.1 Kurva True stress and True strain

Proses pengepresan (stamping) atau sheet metal forming menggunakan


sifat plastis (plasticity) dari material logam yang akan menyebabkan bahan
pelat menjadi bentuk baru apabila diregang melebihi batas elastis (elasticity)
sehingga deformasinya permanen.
Hal yang mendasar dari proses pengepresan adalah memanfaatkan
sifat plastisitas dari material saat pelat diberi gaya. Dengan memanfaatkan
tahap plastisitas tersebut maka proses pembentukan dapat dicapai, dimana
bentuk pelat akan sesuai dengan bentuk cetakan yang diinginkan (Rao, 1987).
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Konsep ini terdapat pada kurva tegangan-regangan sebenarnya (true


strain-stress curve) pada Gambar 2.1. Daerah plastis terdapat pada garis
kurva diatas titik mulur batas tegangan dimana material tidak akan kembali ke
bentuk semula apabila beban dilepas, dan akan mengalami deformasi tetap
yang disebut permanent set (Timoshenko dan Goodier, 1986).

Persamaan kurva Tegangan–Regangan dalam bentuk eksponensial


adalah sebagai berikut:
σ = Kεn

K𝜀 = strength coifficient

n = Hardening exponent

Gambar 2.1 Kurva Tegangan-Regangan


Sumber : http://blog.ub.ac.id/andi/2011/11/26/tegangan-yield/

Prinsip tegangan pada kondisi plastis dengan teori von mises stress.
Kriteria ukuran terjadinya keluluhan yang digunakan secara luas adalah
ketika luasan bidang mulai terdeformasi plastis sampai tegangan pada
permukaan luasan mencapai nilai maksimum (kritis). Beberapa peneliti telah
menyatakan menggunakan kriteria ini. Teori ini disebut dengan teori batas
luluh tegangan sisa (von mises yield theory) (Marciniak dkk, 2002).
Kriteria luluh (yield) pada penelitian ini menggunakan persamaan Von
Mises yield condition sebagai berikut :
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

1
√ {(𝜎1 − 𝜎2 )2 + ((𝜎2 − 𝜎3 )2 + (𝜎3 − 𝜎1 )2 } = 𝜎𝑓
2

Dimana :
σ1,σ2,σ3 = Principle stresses.
σf = Flow stress
Kondisi luluh pada suatu bidang menggunakan angka perbandingan
tegangan (stress ratio) α (Marciniak dkk, 2002).

2.1.2 Jenis–Jenis kurva Stress-Strain

Teori plastisitas berhubungan dengan metode perhitungan tegangan


dan regangan dalam bahan yang terdeformasi, setelah sebagian atau semua
bagian bahan mencapai nilai dapatan (yield point) (Johnson W, 1985)
Untuk mengukur kekuatan mekanik suatu bahan yang digunakan uji
tarik, dalam uji ini akan didapatkan grafik hubungan tegangan-regangan
seperti pada gambar 2.2 (Milton G, 1979).

Gambar 2.2 Kurva Tegangan Regangan pada Uji Tarik Bahan


Sumber : http://anistkr.blogspot.com/2012/07/uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-
logam.html
A adalah awal ketika bahan diberi gaya awal, B adalah batas elastis
pada titik ini tidak ada kenaikan gaya yang diberikan tetapi bahan akan
terus memanjang (elongate). C adalah hasil nilai dapatan (vield point),
sedang D kekuatan maksimal bahan gaya maksimal yang dapat diterima
oleh bahan dan E adalah titik failure dimana bahan akan mulai retak. Pada
wilayah elastis, nilai tegangan dan regangan sebanding dengan satu sama
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

lain yang kemudian disebut sebagai deformasi elastis digambarkan dalam


sebuah persamaan :
𝜎 = 𝐸. 𝜀
E adalah modulus elastisity. Persamaan ini dikenal dengan nama
hukum Hooke. Sedang hubungan tegangan-regangan pada daerah elastis
yang tidak linear, seperti digambarkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.2 Kurva Hubungan Tegangan Regangan


untuk Daerah Elastis Non-linear
Sumber : https://temonsoejadi.id/2012/10/10/regangan-hukum-hook-poisson-ratio-dan-
safety-faktor/

Setelah daerah elastis deformation maka hukum Hooke tidak berlaku


lagi dan daerah antara yield point sampai dengan failure (runtuh) disebut
sebagai bagian duktil, sedangkan er merupakan titik runtuh (Rawling R.D,
1983).

Setiap material mempunyai kurva stress-strain yang berbeda – beda


tergantung dari komposisi dan beberapa faktor seperti perlakukan panas.
Beberapa jenis kurva Stress - Strain sebagai berikut:
1. Perfectly elastic
2. Rigid, perfectly plastic
3. Elastic, perfectly plastic
4. Rigid, lineary strain hardening
5. Elastic, lineary strain hardening
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Gambar 2.3 Jenis – jenis kurva Stress–Strain


Sumber : https://www.etsworlds.id/2020/01/kurva-tegangan-regangan-stress-
strain.html

2.2 Jenis–Jenis Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah Y akibat


adanya pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Sumbu
sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain, suatu batang akan
mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi
merata akan mengalami defleksi. Unsur-unsur dari mesin haruslah cukup
tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan mempertahankan ketelitian
terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung, balok lantai tidak dapat
melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh psikologis yang
tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah
dengan bahan-bahan jadi yang rapuh. Begitu pun kekuatan mengenai
karateristik deformasi dari bangunan struktur adalah paling penting untuk
mempelajari getaran mesin seperti juga bangunan-bangunan stasioner dan
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

penerbangan (Prasetyo, 2020).


Jenis-jenis defleksi ada 2 yaitu :
a. Deflkesi Vertikal (Δw)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal
(tarik, tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang vertikal,
kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.4 Defleksi Vertikal


Sumber: http//:www.wikipedia.com/defleksi

b. Defleksi Horizontal (Δp)

Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal


(bending) posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi,
kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.5 Defleksi Horizontal


Sumber : http://iktutaryanto.blogspot.com/2010/05/kekuatan-bahan-untuk-defleksi-
dengan.html
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Defleksi

Defleksi terjadi karena dipengaruhi beberapa hal, yaitu:


1. Sifat material
Sifat material yang dimaksud meliputi modulus elastisitas dan
bentuk penampang material yang berpengaruh terhadap nilai momen
inersia. Modulus elastisitas dan inersia merupakan dua hal yang
berpengaruh terhadap kekakuan suatu benda. Nilai modulus elastisitas
beberapa material dapat dilihat pada Tabel 2.1.
No. Material Modulis Elastisitas (E) dalam GPa
1 Baja 200-220
2 Besi tempa 190-200
3 Besi cor 100-160
4 Tembaga 90-110
5 Perunggu 80-90
6 Aluminium 60-80
7 Timbal 10
Tabel 2.1 Kekuatan Bahan
Sumber : https://fisikazone.com/tegangan-stress/tabel-1 kekuatan-maksimum-bahan-
gaya-luas/
2. Beban
Besar kecilnya beban yang terjadi pada suatu batang akan
mempengaruhi nilai defleksi. Selain besar kecilnya, jenis beban juga
mempengaruhi nilai defleksi. Jenis beban dapat berupa beban terpusat atau
beban merata. Letak beban juga dapat berpengaruh terhadap defleksi.
Untuk beban titik, defleksi terbesar terjadi jika beban diletakan pada
tengah bentang (Prasetyo, 2020).
3. Jenis tumpuan
Jumlah reaksi dan arah gaya pada setiap jenis tumpuan berbeda,
sehingga besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda tidak
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari
beban, maka nilai defleksi semakin kecil (Prasetyo, 2020).
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Baja merupakan salah satu jenis bahan bangunan yang berdasarkan


pertimbangan ekonomi, sifat dan kekuatannya, cocok untuk pemikul
beban. Dengan demikian baja banyak dipakai sebagai bahan struktur,
seperti untuk rangka utama bangunan bertingkat sebagai kolom dan balok,
sistem penyangga atap dengan bentangan panjang seperti gedung olahraga,
hanggar, menara antena, jembatan, penahan tanah, fondasi tiang pancang,
bangunan pelabuhan, struktur lepas pantai, dinding perkuatan pada
reklamasi pantai, tangki-tangki minyak, pipa penyaluran minyak, air, atau
gas (Kristian, 2014).
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat
diterima oleh suatu konstruksi sangat penting. Olehnya itu, dalam aplikasi
keteknikan, kebutuhan tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan
ekonomis dan pertimbangan teknis, seperti kekuatan, kekakuan, dan
kestabilan. Hal penting yang harus menjadi perhatian dalam mendesain
konstruksi elemen mesin, pesawat pengangkat dan konstruksi jembatan
adalah besarnya defleksi pada elemen yang diakibatkan oleh beban sendiri
maupun beban luar. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur
yang dipengaruhi oleh adanya komponen menyimpang dari fungsi
utamanya, walaupun tegangan yang terjadi masih lebih kecil daripada
tegangan yang diijinkan. Beam merupakan salah satu tipe elemen yang
sering mengalami defleksi (Popov E.P, 1993)
Defleksi yang diperoleh secara eksperimental lebih besar jika
dibandingkan dengan defleksi secara teoritis, dan besarnya defleksi
maksimum cenderung terjadi pada pertengahan batang untuk tumpuan
jepit-jepit. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Viktus
K. Koten (2005) bahwa peningkatan defleksi yang terjadi seiring dengan
besarnya gaya yang diberikan padanya dan defleksi maksimum terjadi
pada pertengahan rentang batang ketika menggunakan tumpuan engsel-
roll. Sedangkan menurut Mustafa dkk (2013), bahwa Adanya perbedaan
posisi peletakan pembebanan dan besarnya beban yang diberikan
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

mempengaruhi perbedaan hasil defleksi yang diperoleh. Peletakan


pembebanan (Mustafa 2007).
2.4 Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu


benda. Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai
perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara
absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari
perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu
dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik
pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau
relatif) (Kuang,1996).
Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan
suatu survei, yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan
geodinamika sendiri adalah survei geodetik yang dilakukan untuk
mempelajari fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika. Fenomena-
fenomena tersebut terbagi atas dua, yaitu fenomena alam seperti pergerakan
lempeng tektonik, aktivitas gunung api, dan lain-lain. Fenomena yang lain
adalah fenomena manusia seperti bangunan, jembatan, bendungan,
permukaan tanah, dan sebagainya (Nugroho N.R.A, 2017)
Proses deformasi adalah proses terjadinya perubahan bentuk pada
bahan, sedangkan yang dimaksud dengan deformasi plastis adalah terjadinya
perubahan bentuk bahan secara peranen (Eko Didik, dkk., 2017)
Deformasi merupakan hal yang biasa terjadi pada logam dimana
biasanya sering terjadi pada logam yang dikenai pembebanan dan akan
mengalami perubahan bentuk pada struktur mikronya. Pada prinsipnya beban
terhadap benda terdeformasi (Deformable Body) adalah suatu gaya yang
melakukan aksi terhadap benda padat sehingga menyebabkan Causative
Influences yang menyebabkan terjadinya deformasi. Apabila suatu benda
mengalami deformasi maka dapat dilakukan analisis dengan 2 macam cara,
yaitu : Intrepretasi Fisik dan Analisis Geometri (Eko Didik, dkk., 2017)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Intrepretasi fisik adalah proses penerjemahan secara fisis terhadap sifat


materi yang mengalami deformasi tegangan (stress) yang terjadi pada materi.
Hubungan fungsional antara beban dan deformasi yang terjadi dimana sifat
materi yang terdeformasi terdiri atas 2 macam, yaitu:
1. Rigid (Kaku) = Patah = Plastik.
2. Non-Rigid = Lentur = Elastik.
Untuk analisis geometri lebih menekankan penentuan parameter
deformasi dengan jalan mentransformasikan perubahan posisi ke dalam
bentuk parameter-parameter deformasi meliputi translasi, rotasi dan dilatasi.
Interpretasi Fisik dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu : Penentuan
Metode dan Metode Statistika (Eko Didik, dkk, 2017)
Penentuan metode pada umumnya adalah metode deterministik, metode
deterministik adalah metode operasional yang menggunakan informasi yang
berkaitan dengan beban, sifat-sifat materi, geometri benda dan hukum fisis
yang berlaku untuk tegangan-regangan (Stress-Strain). Metode statistika
dinamakan juga metode analisis regresi yang menitikberatkan
pembahasannya pada analisis korelasi antara besaran deformasi antara
besaran deformasi (displacement) dan besaran beban (load) penyebab
terjadinya deformasi (Eko Didik, dkk, 2017)
Dapat juga dilihat secara makroskopis dan mikrokopis. Secara
makrokopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran.
Deformasi dibedakan atas deformasi elastis dan plastis. Deformasi elastis,
perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang berkerja, serta akan hilang
bila bebannya ditiadakan (benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula).
Deformasi plastis, perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Secara mikrokopis, perubahan bentuk baik deformasi elastis
maupun plastis disebabkan oleh bergesernya kedudukan atom-atom dari
tempatnya semula. Pada deformasi elasitis adanya tegangan akan menggeser
atom-atom ke tempat kedudukannya yang baru, dan atom-atom tersebut akan
kembali ke tempatnya yang semula bila tegangan tersebut ditiadakan. Pada
deformasi plastis, atom-atom yang bergeser menempati kedudukannya yang
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

baru dan stabil, meskipun beban (tegangan) dihilangkan, atom-atom tersebut


tetap berada pada kedudukan yang baru (Eko Didik, dkk, 2017)
Deformasi plastis Deformasi plastis adalah proses perubahan bentuk
dari struktur atom pada logam yang dikenai beban dan tidak bisa kembali
kebentuk semula (permanen). Contohnya seperti logam fero dan logam non
fero. Deformasi elastis Deformasi elastis adalah proses perubahan bentuk dari
struktur atom pada logam yang dikenai beban dan akan kembali kebentuk
semula, contohnya seperti karet (Eko Didik, dkk, 2017).
Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan
tertinggi tidak dapat dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah
mengalami deformasi total. Jika beban tetap diberikan maka regangan akan
bertambah dimana material seakan menguat yang disebut dengan penguatan
regangan (strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami putus
pada kekuatan patah (Singer dan Pytel, 1995).

Hubungan tegangan-regangan dapat dituliskan sebagai berikut:


𝑃
𝜎
𝐸= = 𝐴
𝜀 𝛿
𝑙
Sehingga deformasi (δ) dapat diketahui :

𝑃𝑥𝐿
𝛿=
𝐴𝑥𝐸

Dimana :
P = Beban (N)
A = Luas permukaan (mm2)
L = Panjang awal (mm)
E = Modulus elastisitan
Sebuah plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap
akan mengalami deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi
elastis sampai pada kondisi tertentu bahan akan mengalami deformasi plastis.
Pada awal pembebanan bahan di bawah kekuatan luluh bahan akan kembali
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

ke bentuk semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan. Peningkatan beban
melebihi kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan
aliran deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula,
hal ini bisa dilihat dalam diagram tegangan-regangan (Singer dan Pytel,
1995).

Gambar 2.6 Diagram Tegangan–Regangan


Sumber: https://www.etsworlds.id/2020/01/kurva-tegangan-regangan-stress-strain.html

2.5 Perbedaan Deformasi Elastis dan Deformasi Plastis

Deformasi merupakan perubahan dimensi secara keseluruhan, yang


terjadi sebuah bagian struktur yang mengalami tegangan. Daerah deformasi
Deformasi memiliki dua jenis yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis.
Deformasi elastis merupakan benda yang dapat terdeformasi dapat ke kondisi
semula setelah gaya yang diaplikasikan dilepas atau adalah perubahan bentuk
yang bersifat sementara. Perubahan akan hilang bila gaya dihilangkan.
Dengan kata lain bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali kebentuk
dan ukuran semula, sedangkan deformasi plastis adalah merupakan benda
yang terdeformasi tidak dapat kembali ke kondisi semula meski gaya telah
dilepas. Dilain pihak, deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang
bersifat permanen, meskipun beban dilhilangkan. Perbedaan deformasi elastis
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

dan plastis akan lebih mudah dipahami dengan kurva tegangan regangan
(Hendrawan, Kusnayat, & Nugroho, 2021).

Dalam pemilihan material seperti lembaran plat untuk pembuatan


komponen yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat material antar lain;
kekuatan (strength), keliatan (ductility), kekerasan dan kekuatan lelah. Sifat
mekanik material untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan. Pada
saat menahan beban, struktur molekul berada dalam keseimbangan. Gaya
luar pada proses penarikan akan mengakibatkan material mengalami
tegangan (S. Timoshenko dan Goodier. 1986).

2.5.1 Elastisitas

Sebuah benda terdiri dari partikel–partikel kecil atau molekul-molekul.


Diantara molekul–molekul ini bekerjalah gaya–gaya yang biasa disebut gaya
molekuler. Gaya–gaya molekuler ini memberi perlawanan terhadap gaya–
gaya luar yang berusaha mengubah bentuk benda itu sampai terjadi suatu
keseimbangan antara gaya–gaya luar dan gaya–gaya dalam. Selanjutnya
benda itu dikatakan berada dalam keadaan regang (state of strain) (S.
Timoshenko dan Goodier, 1986).
Elastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material yang
menyebabkan benda/material akan kembali ke bentuk seperti semula setelah
diberi beban dan mengalami perubahan bentuk kemudian beban dihilangkan.
Sebuah benda yang kembali sepenuhnya kepada bentuk semula kita namakan
elastis sempurna, sedangkan apabila tidak sepenuhnya kembali kepada
bentuk semula kita namakan elastis parsial (sebagian) (S. Timoshenko dan
Goodier. 1986).
Elastisitas bahan sangat ditentukan oleh modulus elastisitas, modulus
elastisitas suatu bahan didapat dari hasil bagi antara tegangan dan regangan
𝜎
E=
𝑒
Dimana :
E = Modulus elastisitas (MPa)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

𝜎 = Tegangan (MPa)
ε = Regangan
Garis modulus berupa garis lurus pada kurva beban dan perpanjangan,
yang menunjukkan bahwa beban berbanding lurus dengan perpanjangan
seperti gambar berikut :

Gambar 2.6 Garis Modulus


Sumber : https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/09/194322469/tegangan-
regangan-dan-modulus-geser?page=all
2.5.2 Plastisitas

Plastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu ketika
beban yang diberikan kepada suatu benda/material hingga mengalami
perubahan bentuk kemudian dihilangkan lalu benda tidak bisa kembali
sepenuhnya ke bentuk semula (S. Timoshenko dan Goodier. 1986).
Peningkatan pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield strength)
yang dimiliki plat mengakibatkan aliran deformasi permanen yang disebut
plastisitas. Menurut Mondelson (1983) teori plastis terbagi menjadi dua
kategori:
• Teori fisik
Teori fisik menjelaskan aliran bagaimana logam akan menjadi plastis.
Meninjau terhadap kandungan mikroskopik material seperti halnya
pengerasan kristal atom dan dislokasi butir kandungan material saat
mengalami tahap plastisitas (Mondelson, 1983).
• Teori Matematis
Teori matematik berdasarkan pada fenomena logis alami dari material dan
kemudian dideterminasikan ke dalam rumus yang digunakan untuk acuan
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

perhitungan pengujian material tanpa mengabaikan sifat dasar material


(Mondelson, 1983).

2.6 Momen Inersia

Momen inersia dapat disebut juga Momen Kedua atau Momen


Kelembaman. Data momen inersia suatu penampang dari komponen
struktur akan diperlukan pada perhitungan-perhitungan tegangan lentur,
tegangan geser, tegangan torsi, defleksi balok, kekakuan balok/kolom dan
sebagainya. Luasan A pada gambar 2.1. merupakan bidang datar yang
menggambarkan penampang dari suatu komponen struktur, dengan dA
merupakan suatu luasan/elemen kecil (Surya Y, 2008).

Gambar 2.7 Potongan Penampang


Sumber : https://www.scribd.com/document/60231330/BAB-21
Secara metematis momen inersia ditentukan dengan persamaan-
persamaan berikut:
Momen Inersia terhadap sumbu x:
Ix =  y2 dA (a)

Momen Inersia terhadap sumbu y:

Iy =  x2 dA (b)

Momen Inersia kutub:

Ip =  r2 dA (c)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Momen Inersia Perkalian (Product of Inertia):

Ixy =  xy dA (d)

Momen inersia pada Persamaan a, Persamaan b, dan Persamaan c


selalu bertanda positip, sedangkan momen inersia perkalian pada Persamaan
c dapat bertanda negatip (Surya Y, 2008).
Momen inersia pada keempat persamaan diatas penggunaannya
terbatas pada momen inersia bidang tunggal, sedangkan secara umum
banyak bidang/penampang merupakan gabungan dari beberapa penampang
tunggal. Misalnya penampang yang berbentuk L adalah gabungan dari dua
penampang segi empat. Untuk menyelesaikan momen inersia pada
penampang gabungan diperlukan pengembangan dari Persamaan a, b, c, dan
d. yang disebut dengan Teori sumbu sejajar (Surya Y, 2008).

2.7. Jenis – Jenis Kolom

Kolom merupakan bagian dari suatu kerangka bangunan yang


menempati posisi terpenting dalam sistem struktur bangunan. Bila terjadi
kegagalan pada kolom maka dapat berakibat keruntuhan komponen
struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan terjadi keruntuhan
total pada keseluruhan struktur bangunan Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur. SK SNI T-15-1991-03
mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil
(Istimawan D, 1999).

Kolom meneruskan beban – beban dari elevasi atas ke elevasi di


bawahnya hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Didalam
analisa maupun perencanaan kolom, dasar-dasar teori yang digunakan
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

dalam analisis balok dapat diterapkan dalam analisis kolom, tetapi ada
tambahan faktor baru (selain momen lentur) yaitu gaya-gaya normal tekan
yang diikutkan dalam perhitungan. Karena itu perlu adanya penyesuaian
dalam menyusun persamaan keseimbangan dengan meninjau kombinasi
momen lentur dan gaya normal tekan (Istimawan D, 1999).
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan
tulangannya, posisi beban yang bekerja pada penampang, dan panjang
kolom yang berkaitan dengan dimensi penampangnya.
Jenis kolom berdasarkan bentuk dan macam penulangannya dapat
dibagi menjadi tiga katagori yang diperlihatkan pada gambar 2.8 yaitu :
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
Sengkang.
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan sengkang berbentuk
spiral.
c. Kolom komposit yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai
pengganti tulangan didalamnya.

Gambar 2.8 Macam Kolom dan Penulangannya


Sumber : Buku Perancangan Struktur Beton Bertulang, 2016
Kolom bersengkang merupakan jenis kolom yang paling banyak
digunakan karena pengerjaan yang mudah dan murah dalam pembuatannya.
Walaupun demikian kolom segi empat maupun kolom bundar dengan
penulangan spiral kadang-kadang digunakan juga, terutama untuk kolom
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

yang memerlukan daktilitas cukup tinggi untuk daerah rawan gempa


(Istimawan D, 1999).

2.8 Beban Kritis

Perhitungan beban kritis dengan meninjau sifat bahan yang tidak


linier dilakukan dengan menganggap bahwa persamaan yang berlaku dalam
daerah elastis juga berlaku dalam daerah plastis tempi mengganti modulus
elastisitas (E) dengan modulus elastisitas yang sesuai. Dengan demikian
beban kritis dengan meninjau sifat plastis bahan dihitung dengan bantuan
minus yang berlaku dalam daerah elastis dengan memodifikasi Modulus
Elastisitas dengan Modul Tangen (ET), Sekan (E^) atau Modulus Karman
(ETM) (Timoshenko, 1936).
Efek buckling terjadi pada sebuah kolom yang mendapat beban
tekan dalam arah aksial terhadap sumbu batang. Beban aksial tersebut
apabila sudah mencapai beban kritis dari kolom akan mengakibatkan
defleksi lateral. Beban kritis adalah beban kerja terkecil yang diterima
kolom sehingga terjadi defleksi lateral tersebut. Beban kritis nilainya lebih
kecil dari beban yang dibutuhkan kolom untuk rusak akibat pecah. Beban
kritis suatu kolom besarnya berbanding lurus dengan momen inersia kolom,
yang berarti semakin besar momen inersia penampang kolom maka beban
kritisnya akan semakin besar (Sufiyanto, 2010).
Beban kritis sebuah kolom juga dipengaruhi oleh kondisi tumpuan.
Ada tiga alternatif kondisi tumpuan yang dapat terjadi pada suatu kolom,
yaitu tumpuan engsel-engsel, jepit-jepit dan engsel-jepit. Beban kritis yang
mampu diterima oleh kolom dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
Euler. Rumus Euler dapat diturunkan dengan cara berikut :
𝑑2𝑦 𝑃𝑥𝑦
2
=− (𝑎)
𝑑𝑥 𝐸𝐼
𝑑 2 𝑦 𝑃𝑥𝑦
+ 𝑦=0 (𝑏)
𝑑𝑥 2 𝐸𝐼
Dimana :
E = Modulus elastisitas
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

I = Inersia
P = Gaya aksial
y = Pelenturan
Pada gambar dibawah, sebuah kolom mendapat beban tekan aksial
sehingga kolom akan akan mengalami defleksi lateral (d) dan beban aksial
tekan ini disebut dengan beban kritis / beban buckling (Sufiyanto, 2010).

Gambar 2.9 Kolom yang diberi Tekanan Aksial


Sumber : https://www.dosen.yai.ac.id

Jadi persamaannya dibedakan dengan modulus elastisitas yang


digunakan. Salah satu cara untuk menghitung beban kritis Metode Southwell
(MS). Metode ini dikenal mudah dan praktis. Oleh karena itu banyak
digunakan untuk mencari beban kritis elastis. Dengan dasar ini Wang (1948)
mula-mula mengembangkan metode Southwell untuk daerah plastis dan
metode ini dipopulerkan pula oleh Singer. Keduanya menekankan bahwa
metode Southwell dapat digunakan sepanjang sifat bahan tersebut billinear
dan ketidaksempurnaan silinder kecil. Newman (1972) menggunakan metode
ini untuk menghitung beban kritis suatu kolom bulat yang tertekan dan
hasilnya dibandingkannya dengan pengujian. Dia mengganti Modul E dengan
modul Tangens. Sobol (1983) mendemonstrasikan MS untuk menghitung
beban kritis dalam daerah plastis suatu elbow. Di sini dia menganalisa secara
kwalitatif MS untuk perubahan bentuk yang tidak linear. Penggunaan metode
ini ditunjukkan pula pada Massey (1964). (Sebayang, 2010)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Metode Southwell dapat digunakan untuk menghitung beban kritis


plastis suatu silinder yang terbuat dari bahan yang memiliki sifat tidak linear.
Dengan cara menggabung metode Karman (Diagram Karman) dan metode
Southwell maka kesulitan memperoleh modulus yang baru dapat
ditanggulangi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan beban kritis elastis
untuk menghitung modulus yang baru (Sekant, Tangen atau Karman) dengan
pendekatan sifat bahan tidak linear dengan metode Ramberg Osgood. Dari
beban kritis elastis dan Diagram Karman dan pendekatan Ramberg-Osgood
diperoleh Modulus Eelastisitas baru. Modulus elastisitas ini (dalam ini
modulus tangen) digunakan untuk menghitung beban kritis plastis dengan
metode Southwell seperti yang umum digunakan. Di masa datang metode ini
dikembangkan untuk menghitung beban kritis plastis silinder yang
mengandung ketidaksempurnaan awal yang besar. (Sebayang, 2010)
Perhatikan bahwa terlepas dari kondisi akhir, beban kritis tidak
tergantung pada kekuatan materi, melainkan kekakuan lentur, Ketahanan
tekuk dapat ditingkatkan dengan meningkatkan momen inersia. Ideal pinned,
ia mempertahankan bentuknya dibelokkan setelah penerapan beban kritis.
Dalam sebagian besar aplikasi, beban kritis biasanya dianggap sebagai beban
maksimum yang berkelanjutan dengan kolom. (Zainuri W, 2018).

2.9 Perbedaan Buckling Dan Puntir


2.9.1 Buckling

Buckling merupakan suatu proses dimana suatu struktur tidak mampu


mempertahankan bentuk aslinya, sedemikian rupa 6 berubah bentuk dalam
rangka menemukan keseimbangan baru. Konsekuensi buckling pada dasarnya
adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar sehingga akan
mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau buckling dapat terjadi pada
sebuah kolom, lateral buckling balok, pelat dan cangkang (shell) (Zainuri W,
2018).
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Gambar 2.4 Batang yang terkena buckling


Sumber : http://blog.ub.ac.id/yaniandriansyah/2012/09/14/buckling-stress/
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya buckling yaitu :
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
4. Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda.
Jika karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang
berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang
melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih
besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin
lebih besar dari tumpuan jepit (Zainuri W, 2018).
Penyebab Kerusakan (Buckling) ini yaitu :
1. Pemberian beban yang diluar standar spesifikasi yang telah ditentukan dari
pabrik atau dealer.
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

2. Pada control valve, terdapat spool yang berfungsi untuk mengarahkan


aliran fluida oli hidrolik tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan
lubang aliran oli didalam spool tersumbat oleh kotoran.
3. Masa pemakaian filter oli yang sudah melewati jangka waktu pemakaian,
sehingga penyaringan terhadap kotoran tidak berfungsi dengan baik.
4. Faktor yang tidak disengaja misalnya rod terbentur benda keras (Zainuri
W, 2018).
2.9.2 Puntiran

Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh,


kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen
deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus
kekakuan adalah konstanta yang penting, yang diperoleh dari pengujian
puntir (dalam banyak kasus). Deformasi puntiran tidak menunjukkan
tegangan uniform pada potongan lintang seperti halnya pada deformasi
lenturan. Untuk mendapat deformasi puntiran dengan tegangan yang uniform
perlu dipergunakan batang uji berupa silinder tipis (Zainuri W, 2018).
Uji Puntir merupakan salah satu jenis pengujian material dengan sifat
merusak (destructive test). Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat material
berupa kekuatan puntir setelah menerima tegangan puntir (Jatmiko S, 2012)
Uji puntir merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
sifat-sifat seperti modulus elastisitas geser, kekuatan luluh puntir dan
modulus pecah. Hasil pengujian puntir terdiri dari dua parameter yaitu
parameter momen puntir, dan parameter tegangan geser (Putra T.D, 2014)
Alat uji puntir merupakan suatu alat yang dirancang untuk mengukur
seberapa besar kekuatan puntir yang dapat dilakukan pada saat pengujian
poros. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memuntir batang uji terus-
menerus sampai batang uji patah/putus. Alat uji puntir digunakan industri
untuk pengukuran dan mendapatkan data kekuatan puntir, sehingga kekuatan
yang ingin diketahui dapat diterima dan diketahui (Putra T.D, 2014)
Benda uji puntir umumnya memiliki penampang lintang silinder, karena
bentuk ini mewakili geometri paling sederhana dalam penghitungan tegangan
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

yang terjadi pada material. Dalam batas elastis tegangan geser bervariasi
secara linier dari nol di bagian pusat lingkaran hingga perangkat model uji
torsi digunakan untuk melakukan simulasi terhadap berbagai perubahan
parameter dalam puntiran dan nilai menentukan sifat-sifat seperti modulus
elastisitas geser secara eksperimental, dengan asumsi-asumsi dasar yang
digunakan dalam proses punter seperti: Poros lurus dengan penampang
lingkaran, Torsi bekerja konstan sepanjang batang pada sumbu polar,
Pemantang lintang akan kembali lagi pada posisi semula setelah kembali.
(Putra T.D, 2014)
Uji puntir pada suatu bahan teknik dilakukan untuk menentukan sifat-
sifat seperti modulus geser, kekuatan luluh puntir, dan modulus pecah. Uji
puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas. Deformasi yang
terjadi pada benda uji diukur dari perpindahan sudut puntir suatu titik didekan
ujung suatu benda, dibandingkan pada suatu titik pada elemen memanjang
yang sama pada arah berlawanan. Dalam pengujian puntir biasanya
digunakan benda dengan penampang bulat, dikarenakan hal tersebut
merupakan geometri paling sederhana dalam perhitungan tegangan yang
terjadi. (Putra T.D, 2014).

2.10 Pengaplikasian Buckling dalam Kehidupan Sehari-hari

Sistem Rangka Bresing Tahan Tekuk (Buckling Restrained Braced


Frames) merupakan pengembangan dari Sistem Rangka Bresing Konsentris
(Concentrically Braced Frames). Sistem BRBF merupakan inovasi untuk
menyelesaikan masalah tekuk yang dialami bresing yang mengalami gaya
tekan pada sistem CBF, karena apabila terjadi tekuk, elemen struktur tidak
dapat bekerja kembali seperti yang diharapkan dan daktilitas pada material
baja tidak dapat dimanfaatkan secara optimal (Andarini dan Moestopo,
2013).
Sistem struktur BRBF berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang
bekerja pada suatu portal sehingga dapat meminimalisir deformasi
horizontal dan simpangan (drift) yang terjadi (Ramadhan F, 2019).
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

Gedung Hotel Swiss-Bellin yang memiliki 15 lantai ini seluruhnya


menggunakan struktur beton bertulang. Sedangkan, berdasarkan tataan
seismotektoniknya, Pulau Jawa merupakan bagian dari satuan
seismotektonik busur sangat aktif dan Surabaya adalah salah satu kota di
Pulau Jawa yang dilewati oleh sesar geser aktif dan berpotensi gempa
bumi > 5 skala richter dengan kedalaman gempa < 30 km (Soehaimi,
2008).
Penggunaan struktur beton bertulang pada gedung Hotel Swiss
Bellin cukup beresiko karena jarak antara Selat Sunda dan kota Surabaya
cukup dekat yaitu kurang lebih 125 km. Salah satu alternatif untuk
mengatasi permasalahan gempa tersebut adalah menggunakan sistem
rangka Buckling Restrained Braced Frames (BRBF) dengan struktur baja
penahan gempa. Karena baja yang 2 memiliki sifat daktail, konstruksi baja
akan secara alami mempunyai sifat tahan gempa, bahkan tanpa perlu
diberikan perlakuan khusus sekalipun. Hal ini berbeda dibanding
konstruksi beton bertulang yang memerlukan detail penulangan yang
khusus (Soehaimi, 2008).

2.11. Modulus Elastisitas

Pada dasarnya konstanta elastisitas batuan diukur berdasarkan hasil


perbandingan stress dan strain. Tipe atau jenis konstanta elastisitas batuan
didefinisikan berdasarkan gaya atau stress seperti tension, kompresi,
pressure, shear. Untuk media homogen isotropis, terdapat hubungan
tertentu antara berbagai konstanta elastisitas, khususnya modulus geser
karena tergantung pada kesamaan sifat dasar materinya. Dari penurunan
kecepatan gelombang, didapat :

1 (𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 )2 − 2
𝜎=
2 (𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 )2 − 1
dengan σ adalah Poisson’s ratio.
Dari hubungan Poisson’s ratio dan persamaan kecepatan gelombang
didapatkan modulus elastisitas E (modulus young)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

3(𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 )2 − 4
𝐸 = 𝑝𝑣𝑠2 ( )
(𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 ) − 1
Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya. Sifat zat
padat mempertahankan bentuknya dalam suatu keadaan disebut elastis.
Benda tegar adalah suatu model ideal yang sangat bermanfaat terutama pada
bidang keteknikan. Beberapa sifat dari benda tegar seperti peregangan,
pemerasan, dan pemuntiran sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu
saja. Jika suatu bahan diberi gaya dengan tidak melewati batas elastis maka
bahan akan kembali ke panjang semula. Namun jika tegangan yang
diberikan pada bahan terus meningkat, regangan terus meningkat maka akan
mengalami deformasi. Untuk beberapa bahan, sejumlah besar deformasi
plastis menempati daerah antara batas elastisitas dan titik patah. Ukuran
tingkat elastisitas bahan menunjukkan ketahanan material terhadap
deformasi elastis akibat gaya eksternal dan ini dikenal sebagai Modulus
Young (Gulo N.K, 2020).
Modulus Young merupakan salah satu besaran yang dapat diukur dari
benda padat dengan nilai perbandingan antara tegangan tarik dengan
regangan tarik (1-2). Pengukuran untuk memperoleh nilai Modulus Young
suatu bahan telah banyak dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan salah
satunya yaitu pengukuran Modulus Young dari berbagai jenis kawat logam.
Kawat logam yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu kawat
tembaga, kawat baja, dan kawat besi. Pengukuran Modulus Young kawat
dilakukan dengan cara menggantungkan beban pada kawat untuk
memperoleh pertambahan panjang hingga batas elastis (putus). Penelitian
ini menyebabkan kondisi kawat berubah menjadi benda dengan bersifat
plastik dan keelastisitasnya berkurang (Gulo N.K, 2020).
Pengukuran Modulus Young lain yang pernah dilakukan
menggunakan Rotary Encoder sebagai pengukur perubahan panjang kawat
dan lod cell sebagai pengukur gaya yang direkam dan diprogram melalui
mikrokontroler Atmega8535. Hasil pembacaan sensor akan ditampilkan
pada LCD dan PC kemudian perubahan panjang dan gaya yang diperoleh
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculity in Hasanuddin Univeristy

akan dianalisis menjadi nilai Modulus Young. Penelitian Modulus Young


dengan analisis frekuensi pernah juga dilakukan dengan menggunakan
aplikasi iAnalizer Lite. Pada penelitian ini menggunakan senar gitar jenis
baja yang telah diketahui nilai massa jenisnya dengan memvariasikan
diameter. Dari penelitian tersebut untuk setiap diameter yang berbeda
dengan jenis bahan yang sama menghasilkan frekuensi yang berbeda. Di
dalam bidang geofisika terdapat metode yang digunakan dalam pengukuran
modulus elastisitas batuan yaitu metode seismik refraksi (Gulo N.K, 2020).

Anda mungkin juga menyukai