BAB II
TEORI DASAR UMUM
K𝜀 = strength coifficient
n = Hardening exponent
Prinsip tegangan pada kondisi plastis dengan teori von mises stress.
Kriteria ukuran terjadinya keluluhan yang digunakan secara luas adalah
ketika luasan bidang mulai terdeformasi plastis sampai tegangan pada
permukaan luasan mencapai nilai maksimum (kritis). Beberapa peneliti telah
menyatakan menggunakan kriteria ini. Teori ini disebut dengan teori batas
luluh tegangan sisa (von mises yield theory) (Marciniak dkk, 2002).
Kriteria luluh (yield) pada penelitian ini menggunakan persamaan Von
Mises yield condition sebagai berikut :
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
1
√ {(𝜎1 − 𝜎2 )2 + ((𝜎2 − 𝜎3 )2 + (𝜎3 − 𝜎1 )2 } = 𝜎𝑓
2
Dimana :
σ1,σ2,σ3 = Principle stresses.
σf = Flow stress
Kondisi luluh pada suatu bidang menggunakan angka perbandingan
tegangan (stress ratio) α (Marciniak dkk, 2002).
𝑃𝑥𝐿
𝛿=
𝐴𝑥𝐸
Dimana :
P = Beban (N)
A = Luas permukaan (mm2)
L = Panjang awal (mm)
E = Modulus elastisitan
Sebuah plat yang diberi beban secara terus-menerus, secara bertahap
akan mengalami deformasi. Pada awal pembebanan akan terjadi deformsi
elastis sampai pada kondisi tertentu bahan akan mengalami deformasi plastis.
Pada awal pembebanan bahan di bawah kekuatan luluh bahan akan kembali
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
ke bentuk semula, hal ini dikarenakan sifat elastis bahan. Peningkatan beban
melebihi kekuatan luluh (yield point) yang dimiliki plat akan mengakibatkan
aliran deformasi plastis sehingga plat tidak akan kembali ke bentuk semula,
hal ini bisa dilihat dalam diagram tegangan-regangan (Singer dan Pytel,
1995).
dan plastis akan lebih mudah dipahami dengan kurva tegangan regangan
(Hendrawan, Kusnayat, & Nugroho, 2021).
2.5.1 Elastisitas
𝜎 = Tegangan (MPa)
ε = Regangan
Garis modulus berupa garis lurus pada kurva beban dan perpanjangan,
yang menunjukkan bahwa beban berbanding lurus dengan perpanjangan
seperti gambar berikut :
Plastisitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu material, yaitu ketika
beban yang diberikan kepada suatu benda/material hingga mengalami
perubahan bentuk kemudian dihilangkan lalu benda tidak bisa kembali
sepenuhnya ke bentuk semula (S. Timoshenko dan Goodier. 1986).
Peningkatan pembebanan yang melebihi kekuatan luluh (yield strength)
yang dimiliki plat mengakibatkan aliran deformasi permanen yang disebut
plastisitas. Menurut Mondelson (1983) teori plastis terbagi menjadi dua
kategori:
• Teori fisik
Teori fisik menjelaskan aliran bagaimana logam akan menjadi plastis.
Meninjau terhadap kandungan mikroskopik material seperti halnya
pengerasan kristal atom dan dislokasi butir kandungan material saat
mengalami tahap plastisitas (Mondelson, 1983).
• Teori Matematis
Teori matematik berdasarkan pada fenomena logis alami dari material dan
kemudian dideterminasikan ke dalam rumus yang digunakan untuk acuan
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Iy = x2 dA (b)
Ip = r2 dA (c)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Ixy = xy dA (d)
dalam analisis balok dapat diterapkan dalam analisis kolom, tetapi ada
tambahan faktor baru (selain momen lentur) yaitu gaya-gaya normal tekan
yang diikutkan dalam perhitungan. Karena itu perlu adanya penyesuaian
dalam menyusun persamaan keseimbangan dengan meninjau kombinasi
momen lentur dan gaya normal tekan (Istimawan D, 1999).
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan
tulangannya, posisi beban yang bekerja pada penampang, dan panjang
kolom yang berkaitan dengan dimensi penampangnya.
Jenis kolom berdasarkan bentuk dan macam penulangannya dapat
dibagi menjadi tiga katagori yang diperlihatkan pada gambar 2.8 yaitu :
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
Sengkang.
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan sengkang berbentuk
spiral.
c. Kolom komposit yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai
pengganti tulangan didalamnya.
I = Inersia
P = Gaya aksial
y = Pelenturan
Pada gambar dibawah, sebuah kolom mendapat beban tekan aksial
sehingga kolom akan akan mengalami defleksi lateral (d) dan beban aksial
tekan ini disebut dengan beban kritis / beban buckling (Sufiyanto, 2010).
yang terjadi pada material. Dalam batas elastis tegangan geser bervariasi
secara linier dari nol di bagian pusat lingkaran hingga perangkat model uji
torsi digunakan untuk melakukan simulasi terhadap berbagai perubahan
parameter dalam puntiran dan nilai menentukan sifat-sifat seperti modulus
elastisitas geser secara eksperimental, dengan asumsi-asumsi dasar yang
digunakan dalam proses punter seperti: Poros lurus dengan penampang
lingkaran, Torsi bekerja konstan sepanjang batang pada sumbu polar,
Pemantang lintang akan kembali lagi pada posisi semula setelah kembali.
(Putra T.D, 2014)
Uji puntir pada suatu bahan teknik dilakukan untuk menentukan sifat-
sifat seperti modulus geser, kekuatan luluh puntir, dan modulus pecah. Uji
puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas. Deformasi yang
terjadi pada benda uji diukur dari perpindahan sudut puntir suatu titik didekan
ujung suatu benda, dibandingkan pada suatu titik pada elemen memanjang
yang sama pada arah berlawanan. Dalam pengujian puntir biasanya
digunakan benda dengan penampang bulat, dikarenakan hal tersebut
merupakan geometri paling sederhana dalam perhitungan tegangan yang
terjadi. (Putra T.D, 2014).
1 (𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 )2 − 2
𝜎=
2 (𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 )2 − 1
dengan σ adalah Poisson’s ratio.
Dari hubungan Poisson’s ratio dan persamaan kecepatan gelombang
didapatkan modulus elastisitas E (modulus young)
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
3(𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 )2 − 4
𝐸 = 𝑝𝑣𝑠2 ( )
(𝑣𝑝 ⁄𝑣𝑠 ) − 1
Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya. Sifat zat
padat mempertahankan bentuknya dalam suatu keadaan disebut elastis.
Benda tegar adalah suatu model ideal yang sangat bermanfaat terutama pada
bidang keteknikan. Beberapa sifat dari benda tegar seperti peregangan,
pemerasan, dan pemuntiran sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu
saja. Jika suatu bahan diberi gaya dengan tidak melewati batas elastis maka
bahan akan kembali ke panjang semula. Namun jika tegangan yang
diberikan pada bahan terus meningkat, regangan terus meningkat maka akan
mengalami deformasi. Untuk beberapa bahan, sejumlah besar deformasi
plastis menempati daerah antara batas elastisitas dan titik patah. Ukuran
tingkat elastisitas bahan menunjukkan ketahanan material terhadap
deformasi elastis akibat gaya eksternal dan ini dikenal sebagai Modulus
Young (Gulo N.K, 2020).
Modulus Young merupakan salah satu besaran yang dapat diukur dari
benda padat dengan nilai perbandingan antara tegangan tarik dengan
regangan tarik (1-2). Pengukuran untuk memperoleh nilai Modulus Young
suatu bahan telah banyak dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan salah
satunya yaitu pengukuran Modulus Young dari berbagai jenis kawat logam.
Kawat logam yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu kawat
tembaga, kawat baja, dan kawat besi. Pengukuran Modulus Young kawat
dilakukan dengan cara menggantungkan beban pada kawat untuk
memperoleh pertambahan panjang hingga batas elastis (putus). Penelitian
ini menyebabkan kondisi kawat berubah menjadi benda dengan bersifat
plastik dan keelastisitasnya berkurang (Gulo N.K, 2020).
Pengukuran Modulus Young lain yang pernah dilakukan
menggunakan Rotary Encoder sebagai pengukur perubahan panjang kawat
dan lod cell sebagai pengukur gaya yang direkam dan diprogram melalui
mikrokontroler Atmega8535. Hasil pembacaan sensor akan ditampilkan
pada LCD dan PC kemudian perubahan panjang dan gaya yang diperoleh
Aplied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department