Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

UJI TARIK

Oleh:

SIGIT SETIAWAN

121170111

Asisten Praktikum:

ADHIAKSA PRAKOSO

119170049

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada industri rekayasa teknik atau rekayasa material, kebutuhan terhadap
variasi dan model dari sebuah material sangat penting dan penggunaanya
semakin berkembang pesat. Pembuatan produk maupun mesin baru
membutuhkan banyak inovasi dari material yang berbeda sehingga dapat
menunjang kemajuan dari produk tersebut. Sifat fisik suatu material dapat
diketahui dengan melakukan beberapa kali pengujian baik secara mekanis
maupun secara statis. Suatu material yang memiliki sifat mekanik lebih baik
bisa memperbaiki sifat mekanik dari suatu material dengan sifat yang masih
kurang baik lainnya yakni dilakukan cara yang sering disebut dengan
alloying. Salah satu pengujian yang dapat dilakukan agar mengetahui sifat
mekanik dari suatu material adalah uji tarik atau pengujian tarik. Uji tarik
atau pengujian tarik merupakan sebuah metode yang dilakukan untuk
menguji sebuah material dengan memberikan beban tarik secara berlawanan
arah, sehingga dapat menghasilkan sebuah data kekuatan tarik sebuah
material. Uji tarik atau pengujian tarik paling sering digunakan di dunia
industri, hal ini dikarenakan kemudahan dalam menganalisa data yang
didapatkan dan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu
spesimen sebagai dasar pendukung untuk spesifikasi spesimen. Proses uji
tarik atau pengujian tarik ini, pembebanannya yaknik berupa beban uniaksial
dengan kecepatan pembebanan yang statis. Pengujian ini dilakukan dengan
maksud mengetahui sifat-sifat mekanik suatu spesimen atau logam terhadap
pembebanan tarik, sehingga kita dapat melakukan percobaan ini karena
mengetahui karakteristik benda tersebut. Kekuatan tarik pada spesimen yang
akan kita uji, yakni seberapa besar gaya yang bekerja pada spesimen tersebut
sehingga spesimen tersebut bisa patah (Salindeho et al., 2018).

Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut
adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan
dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk
melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk
dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik
pada suatu logam harus melakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah
satu pengujian yang dilakukan yaitu pengujian tarik. Pengujian ini
dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari material,
sehingga dapat dilihat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan pengujian ini
dapat digunakan pada material logam, keramik dan polimer. Sifat-sifat yang
diperoleh dari pengujian ini sangat penting dalam engineering. Dengan hal
ini, kita dapat memilih dan mengevaluasi material yang digunakan dalam
sebuah perancangan konstruksi. Oleh karena itu, sangat diperlukan sebuah
bentuk pengujian yang teliti agar mendapatkan hasil yang akurat dan valid.
Selain hal tersebut, kita juga diharuskan untuk mengikuti prosedur-prosedur
yang harus dipenuhi menurut suatu sumber yang biasa digunakan pada saat
uji tarik atau pengujian tarik ini. Hal ini yang akan kita bahas di praktikum
uji tarik atau pengujian tarik yang terdapat pada modul uji tarik (Budiman,
2016).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum kali ini adalah tujuan yang ditujukan untuk
praktikum yang dituju sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui nilai kekuatan tarik suatu material
b. Memahami fenomena-fenomena yang terjadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Tarik


Pengujian tarik dilakukan dengan cara memberikan gaya tarik secara terus-
menerus terhadap material dengan minimum sampai maksimum hingga
material tersebut patah. Prinsip pengujian ini adalah menarik spesimen
dengan laju lambat dan mencatat semua data yang diperlukan untuk
pengolahan data dan analisis. Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan
tarik ke material dengan maksud untuk mengetahui kekuatan dari suatu
material tersebut (Salindeho et al., 2018).

Hasil pengujian dapat digunakan untuk mencatat hubungan antara tegangan


dan regangan yang terjadi selama uji proses penarikan. Salah satu penyebab
kegagalan elemen pada desain mesin adalah beban pada elemen mesin
melebihi kekuatan material. Kekuatan adalah properti yang dimiliki semua
spesimen, dan kekuatan suatu spesimen dapat dibagi menjadi dua bagian:
kekuatan tarik dan kekuatan ulet. Kekuatan material diperoleh dari pengujian
yang dikenal sebagai dengan nama Uji Tarik. Selain itu, pengujian ini
menghasilkan sampel kerja tarik hingga pisah menjadi dua karena proses
penarikan, juga dihasilkan kurva uji tarik. Kurva ini menunjukkan proses
pembebanan untuk sampel kerja mulai dari awal penarikan hinggal sampel
itu pisah menjadi dua (Budiman, 2016).
Gambar 2.1 Skema yang digunakan dalam uji tarik
Sumber: Budiman, 2016

Dari gambar 2.1 dapat dilihat beberapa komponen utama yang terdapat pada
mesin uji tarik. Komponen utama tersebut terdiri dari alat pencatat gaya (load
cell), alat pencatat pertammaterial panjang spesimen (extensometer), batang
penarik (moving crosshead), dan spesimen. Load cell digunakan untuk
mencatat besarnya pembebanan (F) yang dialami oleh spesimen, sedangkan
extensometer digunakan untuk mencatat besarnya pertammaterial panjang
(ΔL) yang terjadi pada spesimen. Hubungan antara gaya (F) terhadap
pertammaterial panjang (ΔL) inilah yang nantinya akan dikonversikan ke
dalam kurva tegangan (σ) terhadap regangan teknik (e) (Budiman, 2016).

Pengujian tarik adalah prosedur yang digunakan untuk menguji kekuatan


spesimen dengan menerapkan gaya dalam arah yang berlawanan. Pengujian
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya
statis yang diterapkan secara perlahan. Sifat mekanik logam yang dapat
diketahui setelah metode pengujian seperti kekuatan tarik, keuletan dan
ketangguhan (Budiman, 2016).

2.2 Pengujian Tarik Pada Logam


Pengujian tarik adalah metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
spesimen di bawah beban aksial. menyediakan data kekuatan material,
sehingga hasil uji tarik sangat penting untuk rekayasa dan desain produk.
Pengujian tarik digunakan untuk mengukur ketahanan material secara
perlahan terhadap gaya yang diterapkan secara statis. Kuat tarik hanya dapat
diukur dengan menarik benda uji sampai putus. Informasi tentang penarikan
material hingga kegagalan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran spesimen.
Batang tarik dinormalisasi atau dinormalisasi untuk mendapatkan nilai yang
dinormalisasi (Budi et al, 2019).

Gambar 2.2 Kurva Uji Tarik


Sumber: Budi et al, 2019

2.3 Tegangan (Stress)


Jika sebuah batang kaku dikenai tegangan F ke kanan dan gaya yang sama
besar tetapi berlawanan arah ke kiri, gaya-gaya ini didistribusikan secara
merata di atas luas penampang batang. Rasio gaya F terhadap luas penampang
A disebut tegangan tarik. Karena perpotongan dapat terjadi pada setiap titik
sepanjang batang, seluruh batang berada dalam keadaan tegangan yang
dirumuskan sebagai berikut (Carin, A.A. & Sund & Bhrigu K Lahkar, 2011):

𝐹
𝜎 = 𝐴0 .................................................... (1)

Keterangan:
𝜎 : Tegangan tarik (𝑁⁄𝑚2 )

F : Gaya (N)
A : Luas Penampang (𝑚2 )
2.4 Regangan (Strain)
Semua spesimen ukuran suatu benda karena gaya atau pasangan dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran aslinya disebut regangan. Istilah
tegangan mengacu pada peruspesimen relatif dalam ukuran atau bentuk suatu
benda di bawah tekanan. Regangan tarik suatu batang di definisikan sebagai
rasio pertamspesimen panjang terhadap panjang awalnya dan lebih besar dari
0. Regangan tekan dari batang yang terganggu didefinisikan sama dengan
panjang batang yang diperpendek dibandingkan dengan panjang aslinya
(kurang dari 0). Besar regangan dapat dihitung menggunakan rumus berikut
(Carin, A.A. & Sund & Bhrigu K Lahkar, 2011):

ℓ−ℓ0 △ℓ
𝜀 = = .......................................... (2)
ℓ0 ℓ0

Keterangan:
𝜀 : Regangan
ℓ : Panjang batang (m)
ℓ0 : Panjang semula (m)
△ ℓ : Peruspesimen panjang (m)

2.5 Modulus Elastisitas

Gambar 2.3 Menunjukkan grafik tegangan terhadap regangan


Sumber: Carin, A.A. & Sund & Bhrigu K Lahkar, 2011
Gambar 2.3, menunjukkan diagram tegangan-regangan untuk batang padat
beraturan. Grafiknya linier sampai titik A. Hasil bahwa regangan berubah
secara proporsional dengan tegangan dikenal sebagai hukum Hooke. Titik B
adalah batas elastis. Jika batang ditarik melewati titik ini, batang tersebut
tidak akan kembali ke panjang aslinya dan akan berubah bentuk secara
permanen. Ketika beban meningkat lebih jauh, material pada akhirnya akan
patah. Seperti yang ditunjukkan di bawah pada titik C.

Pada wilayah linier berdasarkan grafik tegangan-regangan buat tarikan atau


tekanan (kompresi), kemiringan menyamai nilai banding tegangan terhadap
regangan yangg dinamakan modulus Young, Y berdasarkan spesimen dari
Perbandingan tegangan terhadap regangan pada wilayah linier grafik ini
diklaim juga konstanta ciri atau modulus Young suatu spesimen, dirumuskan
sebagai berikut (Carin, A.A. & Sund & Bhrigu K Lahkar, 2011):
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜎 𝐹⁄
𝐴
𝑌= =𝜀= ∆ℓ⁄ ................................ (3)
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ℓ0

2.6 Detail Profil Uji Tarik Dan Sifat Mekanik Logam

Gambar 2.4 Profil data Hasil Uji Tarik


Sumber: (Nastiti, n.d.)
Mekanik Logam
a. Batas Elastis 𝜎𝐸 (elastic limit)
Hal ini ditunjukkan oleh titik A pada Gambar 2.4. Jika spesimen dimuat
ke titik A, ia akan kembali ke keadaan semula (lebih tepatnya, hampir ke
keadaan semula) ketika beban dihilangkan. Ini berarti bahwa regangan
adalah "nol" pada titik O pada Gambar 2.4 (lihat inset). Namun, begitu
beban ditarik melewati titik A, hukum Hooke tidak berlaku lagi dan
material mengalami peruspesimen permanen. Karena konvensi batas
himpunan permanen (permanent set), masih disebut peruspesimen elastis
dan kurang dari 0,03%, meskipun beberapa referensi menyatakan 0,005%.
Tidak ada standar universal untuk nilai ini.
b. Batas Proporsional 𝜎𝑝 (proportional limit)
Penerapan Hukum Hooke yang dapat diterima. Tidak ada standarisasi
untuk nilai ini. Dalam prakteknya, batas proporsionalitas biasanya sesuai
dengan batas elastisitas.
c. Deformasi Plastis (plastic deformation)
Yaitu semua spesimen bentuk yang tidak dalam keadaan semula. Pada
Gambar 2.4 yaitu jika spesimen ditarik hingga melewati batas
proporsional & mencapai wilayah landing.
d. Tegangan Luluh Atas 𝜎𝑢𝑦 (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum spesimen memasuki fase wilayah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.
e. Tegangan Luluh Bawah 𝜎𝑙𝑦 (lower yield stress)
Tegangan rata-rata wilayah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Jika hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress),
maka yang dimaksud merupakan tegangan ini.
f. Regangan Luluh 𝜀𝑦 (yield strain)
Regangan permanen pada saat spesimen akan memasuki deformasi plastis.
g. Regangan Elastis 𝜀𝑒 (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan peruspesimen elastis spesimen. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi awal.
h. Regangan Plastis 𝜀𝑝 (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan peruspesimen plastis. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan tetap tinggal sebagai peruspesimen
permanen spesimen.
i. Regangan Total (total strain)
adalah kombinasi regangan plastis dan elastis, 𝜀𝑇 = 𝜀𝑒 + 𝜀𝑝 . Perhatikan
beban dalam arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan
total. Saat beban dilepaskan, lokasi regangan adalah ada pada titik E dan
besar regangan yang sisa (OE) adalah regangan plastis.
j. Tegangan Tarik Maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada gambar 2.4 ditunjukkan dengan titik C (𝜎𝛽 ), merupakan besar
tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
k. Kekuatan Patah (breaking strength)
Pada gambar 2.4 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan
dimana spesimen yang di uji patah.
l. Tegangan Pada Data Tanpa Batas Jelas Antara Peruspesimen Elastis dan
Plastis
Untuk hasil pengujian tarik yang tidak mempunyai daerah linier dan
landing yang jelas, tegangan luluh biasanya di deskripsikan sebagai
tegangan yang menghasilkan regangan permanen yaitu sebesar 0,2%.
Regangan ini sering disebut Offset-strain (Nastiti, n.d.).

2.7 Spesimen Uji Tarik


Spesimen uji tarik bentuk dan ukurannya sudah terstandar, dalam kasus-kasus
tertentu di ijinkan memakai bentuk dan ukuran spesimen uji tidak standar.
Bentuk dan ukuran spesimen uji terstandar disebut juga spesimen uji
proporsional, dan yang tidak terstandar disebut juga spesimen uji non
proporsional. Bentuk penampang spesimen uji dapat berbentuk lingkaran atau
bentuk segi empat. Ukuran spesimen uji yang biasa di pakai standar DP 5 atau
DP 10 (Budiman, 2016).
a. Kurva Uji Tarik
Setiap logam dalam uji tarik berperilaku berbeda dalam arti memiliki
empat besaran/parameter yang berbeda. Gambar 2.7.1 menunjukkan
perbedaan dalam pengoperasiannya.

Gambar 2.5 Kurva empat besaran/parameter yang berbeda


Sumber: Budiman, 2016
Kita bisa mendapatkan kurva uji tarik dan beberapa sifat mekanik
material. Sifat mekanik spesimen yang dimaksud meliputi kekuatan tarik,
keuletan, dan elastisitas. Contoh kurva hasil uji tarik ditunjukkan pada
Gambar 2.5 (Budiman, 2016).

Gambar 2.5 Contoh kurva hasil uji tarik


Sumber: Budiman, 2016

2.8 Pemilihan Load Cell


Load cell merupakan sebuah transducer gaya yang bekerja menurut prinsip
deformasi sebuah material dampak adanya tegangan mekanis yang bekerja.
Untuk memilih tegangan mekanis berdasarkan dalam output inovasi Robert
Hooke, bahwa interaksi antara tegangan mekanis & deformasi yang
diakibatkan dianggap regangan. Regangan ini terjadi dalam lapisan kulit
menurut material sebagai akibatnya memungkinkan buat diukur memakai
sensor regangan atau strain gage.

Strain gage adalah transducer pasif yang mengubah suatu pergeseran


mekanis menjadi perumaterial tahanan. Strain gage logam dibuat dari kawat
tahanan berdiameter kecil atau lembaran-lembaran kawat tipis yang di-etsa.
Tahanan dari foil kawat atau logam ini berubah terhadap panjang jika material
padamana“gage” disatukan mengalami tarikan atau tekanan. Perumaterial
tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan diukur dengan
sebuah jembatan wheat-stone yang dipakai secara khusus. Sensitivitas sebuah
strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut gage factor,
yang didefinisikan sebagai perumaterial satuan tahanan dibagi perumaterial
satuan panjang.

2.9 Komposit
Penggunaan material komposit yang diperkuat dengan serat alam menjadi
semakin populer di industri manufaktur. Material komposit adalah
penggabungan dua material dengan sifat yang berbeda menjadi material baru
dengan sifat yang berbeda dari material aslinya. Menjadi kombinasi spesimen
yang berbeda, komposit yang diinginkan dibuat dengan menyesuaikan
komposisi spesimen awal.

Jenis komposit yang telah dikembangkan antara lain komposit serat, yang
terdiri dari komposit serat sintetis dan komposit serat alam. Sebagaian serat
alam yang sudah diteliti dan berpotensi tinggi untuk bahan komposit, serat
rami dengan bahan dasar poliester, serat buah lonter dengan bahan dasar
poliester, dan serat kulit waru dengan bahan dasar poliester juga sedang
dipelajari (Beliu et al., 2016).

2.10 Spesimen
Untuk mengetahui sifat mekanik dari suatu logam maupun non logam dapat
dilakukan dalam suatu pengujian yaitu salah satunya pengujian tarik. Uji tarik
adalah suatu metode atau tahapan yang digunakan untuk menguji kekuatan
material atau spesimen dengan cara di berikan beban suatu beban gaya yang
tidak searah yaitu berlawanan arah (Salindeho et al., 2018).

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh model


penampang spesimen bulat dengan luasan penampang yang sama, dapat
dilihat dari kekuatan tarik masing-masing spesimen tersebut. Salah satu
pengujian mekanik yang sederhana, fundamental atau mendasar dan tidak
mahal serta telah distandarisasi di seluruh dunia seperti di jepang JIS 2241
dan di Amerika ASTM E8 dan ASTM E 8M adalah pengujian tarik (tensile
test) atau sering disebut juga dengan tension test. Dari pengujian ini dapat
diketahui kekuatan mulur, reduksi, perpanjangan dan juga modulus elastisitas
dari suatu material atau spesimen. Pada umumnya, uji mekanik material yang
dilakukan bertujuan untuk mengukur kekuatan tarik (tensile strength) dari
suatu spesimen atau material di daerah plastis (Standard et al., 2013).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250kN)

Gambar 3.1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round (Z250kN)
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material ITERA

b. Spesimen Uji Tarik

Gambar 3.1 Besi KSTY 8 SNI TP 280


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material ITERA
3.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum pada modul uji tarik ini adalah sebagai berikut:
a. Memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan menghidupkan saklar
MCB 2 unit pada panel.
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada Power Pack dan Mesin UTM.
c. Memutar Switch ON pada TestControl II, pastikan lampu berwarna
kuning.
d. Menghidupkan PC (Tanda PC dengan UTM connect adalah lampu pada
TestControl II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada
PC.
e. Membuka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang sudah
pernah dibuat (lihat gambar 3.3 untuk tampilan aplikasi).

Gambar 3.2 Tampilan TextExpert III


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up, dan kunci pada
Power Pack ON.
g. Menekan Tombol ON pada TestControll II.
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Atur dan
sesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.4 Flow
chart tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan
garis panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.
Gambar 3.3 Tampilan menu SET UP TESTING SYSTEM
Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

i. Memasang sampel. Atur crosshead menggunakan remote crosshead


(pastikan jarak crosshead atas dan bawah sesuai dengan gage length
spesimen). Untuk melihat jarak sesuai dengan aktual lihat gambar 3.4
tekan icon A.
j. Memasang bagian atas dahulu, untuk mencekam material menggunakan
remote Power Pack, pastikan tekanan sesuai disesuaikan dengan
spesimen (Bar), kemudian baru tekan grip bawah. Pastikan grip sebelah
kanan atas dan bawah rata dan sejajar.
k. Memperhatikan dalam pemasangan ini posisi spesimen harus tegak
lurus untuk menghindari spesimen lepas atau slip.
l. Menekan tombol sampai tidak berbunyi lagi.
m. Menu Configure Test berisi tentang flow chart.
1. Start Position berisi tentang pengaturan Grip to grip separation at
the start position untuk mengukur jarak antar grip dengan tekan icon
A. Speed, start position untuk mengatur kecepatan awal pada saat
penyesuaian posisi.

Gambar 3.4 Tampilan pada Start Position


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material
2. Pre-Load
Digunakan untuk mengatur kekuatan awal sebelum pengujian, atau
angka minimal yang terecord pada aplikasi.
3. Spesimen Data

Gambar 3.5 Tampilan pada Spesimen Data


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material
Input about the specimen untuk memberikan identitas seperti
Spesimen ID, Type, Part no, Removal dan Note. Spesimen shape for
cross-section calculation untuk menentukan bentuk dari spesimen
seperti bar, plat, dan lain-lain. Kemudian menu Diameter (diameter
spesimen) dan test length (Panjang gage length).

4. Test
Mengatur kecepatan masing-masing pada saat modulus young, yield
point atau kita dapat mengatur kecepatan konstan pengujian tarik.

Gambar 3.6 Tampilan pada menu Test


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material
5. End of Test
Force Shutdown Threshold merupakan ambang batas untuk
mematikan paksa %Fmax.

Gambar 3.7 Tampilan menu pada End Of Test


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil.

Gambar 3.8 Menu tampilan Result


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

7. Break Investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak
titik yang akan dideteksi, force transition, negatif elongation step
dan positif elongation step.
8. Action After the Test
Input after the test untuk memberikan optical assessment, detail
about break, findings dan comment. Set the start position after the
test digunakan untuk mengembalikan posisi grip ke semula, catatan
menu ini hanya digunakan pada saat uji tekan, karena pada saat uji
tarik sampel yang telah mengalami pertambahan panjang
(deformasi) dapat terbentur. Kemudian untuk menu spesimen load
removal untuk menghilangkan beban setelah pengujian.

Gambar 3.9 Tampilan menu Action after the test


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

9. Measurement Value Storage


Travel save interval up to break, time to save interval dan force save
interval digunakan untuk mengukur pada saat interval preset.
10. Control Parameters
11. Parameter for the Report

Gambar 3.10 Tampilan menu untuk Report


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material
12. Report
13. Export Interfaces

Gambar 3.11 Tampilan data apa saja yang didapat


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

n. RUN TEST:

Gambar 3.1 12 Tampilan hasil pengujian tarik


Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

o. Memulai pengujian, putar kunci pada TestControll II dari Setup ke Test,


kemudian tekan Start, setelah spesimen patah tekan Stop.
p. Kemudian EXPORT TEST DATA untuk mengambil data hasil
pengujian.
q. Setelah pengujian selesai lepaskan spesimen, close aplikasi (lampu
berubah dari hijau ke kuning), matikan komputer (lampu berubah dari
kuning putih).
r. Mematikan Power Pack dan putar saklar di TestControl II ke OFF.
s. Menurunkan 2 unit MCB kemudian bersihkan, rapihkan, dan
kembalikan alat dan bahan yang telah digunakan. Pastikan isi log book
penggunaan alat.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Hasil Praktikum


Dari praktikum modul uji tarik tersebut, maka didapat data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Spesifikasi Mesin Uji
Spesifikasi Mesin
Mesin : Universal Testing Machine
Merk/Type : Zwick Roell All Round Z250SR
Serial
: 734040 Tahun 2019
Number
Beban
Skala : 250 kN
Penuh
Test Speed : -
Grip to
:-
Grip
Material : 1.
Uji Baja Bentuk:
Spesifikasi: KSTY TP 8 SNI 280
Aisi Plat
1045
a. Diameter Material Baja AISI 1045

Tabel 4.2 Dimensi material Baja AISI 1045


Nama Material Baja AISI 1045 Bentuk : Plat
𝑏0 : 14,4 : 43,2
Lo : 70 mm 𝑎0 : 3 mm mm 𝑆0 mm

Gambar 4.1 Spesimen Baja AISI 1045


sebelum dan sesudah dilakukan uji tarik
Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material

b. Perhitungan
1. Luas Penampang
𝐴0 = 𝑃 𝑥 𝐿
𝐴0 = 3 𝑚𝑚 × 14,4 𝑚𝑚
𝐴0 = 43,2 𝑚𝑚 2

2. Force pada Yield


= B386
= 13141,98828 N

3. Force pada Ultimate


= MAX(B3047)
= 16800,57227 𝑁

4. Force Sebelum Patah


= B4398
= 11135.84082 𝑁

5. Stress pada Yield


𝐹 13141,98828 𝑁
𝜎𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = = = 304,2126917 𝑀𝑃𝑎
𝐴0 43,2𝑚𝑚2
6. Stress pada Ultimate
𝐹 16800,57227 𝑁
𝜎𝑣𝑡 = = = 388,9021358 𝑀𝑃𝑎
𝐴0 43,2𝑚𝑚2

7. Stress Sebelum Patah


𝐹 11135,84082 𝑁
σ= = = 257,7740931 𝑀𝑃𝑎
𝐴0 43,22𝑚𝑚 2

8. Strain pada Yield


∆𝐿 0,446602106 𝑚𝑚
𝜀= = = 0,00638003 %
𝐿0 70 𝑚𝑚

9. Strain pada Ultimate


∆𝑙 9,256782532 𝑚𝑚
𝜀= = = 0,13223975 %
𝐿0 70 𝑚𝑚

10. Strain Sebelum Patah


∆𝐿 13,76012516 𝑚𝑚
𝜀= = = 0,196573217 %
𝐿0 70 𝑚𝑚

11. Modulus Elastisitas


𝜎 304,2126917 𝑀𝑃𝑎
𝐸= = = 47682,01587 𝑀𝑃𝑎
𝜀 0,00638003 %
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis
a. Spesimen Baja AISI 1045
Dari hasil data praktikum yang telah dilakukan di dapatkan data sebagai
berikut, yakni luas penampang 𝐴0 = 43,2 𝑚𝑚2 , Force Yield
= 13141,98828 N, Force Ultimate 16800,57227 𝑁, Force Sebelum Patah
= 11135.84082 𝑁, Stress Yield = 304,2126917 𝑀𝑃𝑎, Stress Ultimate =
388,9021358 𝑀𝑃𝑎, Stress Sebelum Patah = 257,7740931 𝑀𝑃𝑎, Strain
Yield = 0,00638003 %, Strain Ultimate = 0,13223975 %, Strain Sebelum
Patah = 0,196573217 %, dan Modulus Elastisitas = 47682,01587 𝑀𝑃𝑎.
Dengan mengetahui nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui spesifikasi
material yang telah dilakukan pada proses pengujian tarik.
5.2 Pembahasan

Gambar 5.1 Grafik Force Terhadap Displacement

Pada grafik Force terhadap Displacement terlihat bahwa beban yang


diberikan kepada spesimen mengalami kenaikan pesat walaupun
pertambahan panjangnya belum terlihat. Setelah mencapai area yield,
pertambahan panjang mulai terjadi dan spesimen sudah tidak dapat
kembali ke bentuk semula setelah melewati area yield tersebut. Namun
beban tidak terlihat betambah seperti sebelumnya dan yang terlihat
semakin cepat bertambah hanyalah elongation nya. Saat pertambahan
panjang memasuki 3000-an mm, spesimen mulai terbentuk necking dan
setelah melampaui ultimate maka spesimen akan patah.

Gambar 5 2 Grafik Stress Terhadap Strain

Pada grafik stress terhadap strain tidak jauh berbeda dengan grafik
sebelumnya, namun yang membedakan pada grafik ini adalah bagaimana
material tersebut mampu bertahan atas tegangan yang diterima selama
proses uji tarik berlangsung. Pada percobaan ini material mampu bertahan
sampai ultimate yang berkisaran 390-an Mpa dan sebelum akhirnya
material tersebut patah.

Pada grafik stress terhadap strain material termasuk dalam golongan


material yang ulet dikarenakan sebelum patah material mengalami necking
atau pengecilan material sebelum patah. Pada kondisi itu berarti baja AISI
1045 menunjukkan perpanjangan dimana suatu material dapat
terdeformasi tanpa terjadinya patah dalam suatu proses pembentukan
material. Sedangkan pada bentuk patahan gambar 4.2 tidak ada perubahan
perpanjangan maupun bentuk, dan bisa dinyatakan termasuk material
getas.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum modul 1 mengenai uji tarik ini yaitu:
a. Dari hasil data praktikum yang telah dilakukan di dapatkan data sebagai
berikut, yakni luas penampang 𝐴0 = 43,2 𝑚𝑚2 , Force Yield
= 13141,98828 N, Force Ultimate 16800,57227 𝑁, Force Sebelum Patah
= 11135.84082 𝑁, Stress Yield = 304,2126917 𝑀𝑃𝑎, Stress Ultimate =
388,9021358 𝑀𝑃𝑎, Stress Sebelum Patah = 257,7740931 𝑀𝑃𝑎, Strain
Yield = 0,00638003 %, Strain Ultimate = 0,13223975 %, Strain Sebelum
Patah = 0,196573217 %, dan Modulus Elastisitas = 47682,01587 𝑀𝑃𝑎.
Dengan mengetahui nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui spesifikasi
material yang telah dilakukan proses pengujian tarik.
b. Pada pengujian spesimen baja AISI 1045 tedapat wilayah yang dinamakan
daerah plastis, daerah plastis ini dapat dibilang daerah yang dapat kembali
kebentuk semula apabila beban yang dikenakan pada material dihentikan.
c. Pada grafik stress dan strain grafik ini menggambarkan kekuatan yang
dapat diterima oleh material sebelum material tersebut patah.
d. Dari hasil pengujian pada spesimen baja AISI 1045 dapat dilihat
fenomenanya bahwa material ini termasuk dalam golongan material ulet
dikarenakan sebelum patah mengalami necking atau pengecilan suatu
permukaan material.

6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum modul 1 mengenai uji tarik kali ini yaitu:
a. Dalam melakukan prosedur praktikum sebaiknya di praktikan secara nyata
agar praktikan dapat merasakan dan lebih memahami proses-prosesnya.
b. Dalam menjelaskan pengolahan data sebaiknya dilakukan secara nyata
agar praktikan lebih paham.
c. Dalam praktikum modul 1 uji tarik ini untuk kedepannya dapat dilakukan
pengambilan data secara nyata agar praktikan lebih memahami dan dapat
membaca grafik uji tarik.
d. Untuk praktikan kedepannya disarankan agar dapat membaca dan
mempelajari modul terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Beliu, H. N., Pellle, Y. M., & Jarson, J. U. (2016). Analisa kekuatan tarik dan
bending pada komposit widuri - polyester. Lontar, 03(02), 11–20.

Budi, J., No, U., Trisnadi, W., Kekuatan, A., Seng, T., Terhadap, G., Teknik, J., &
Vol, M. (2019). 767-Article Text-2080-1-10-20190617. 5(1), 9–15.

Budiman, H. (2016). Analisis Pengujian Tarik (Tensile Test) Pada Baja St37
Dengan Alat Bantu Ukur Load Cell. J-Ensitec, 3(01), 9–13.
https://doi.org/10.31949/j-ensitec.v3i01.309

Carin, A.A. & Sund, R. ., & Bhrigu K Lahkar. (2011). Analisis modulus elastisitas
dan angka poisson bahan dengan uji tarik. Journal of Controlled Release,
11(2), 430–439.

Nastiti, F. (n.d.). Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam.

Salindeho, R. D., Soukota, J., & Poeng, R. (2018). Pemodelan pengujian tarik untuk
menganalisis sifat mekanik material. Jurnal J-Ensitec, 3(1), 1–11.

Standard, T. O., American, A., & Standard, N. (2013). Standard Test Methods for
Tension Testing of Metallic Materials 1. https://doi.org/10.1520/E0008
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai