UJI TARIK
Oleh:
SIGIT SETIAWAN
121170111
Asisten Praktikum:
ADHIAKSA PRAKOSO
119170049
LAMPUNG SELATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut
adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan
dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk
melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk
dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik
pada suatu logam harus melakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah
satu pengujian yang dilakukan yaitu pengujian tarik. Pengujian ini
dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari material,
sehingga dapat dilihat kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan pengujian ini
dapat digunakan pada material logam, keramik dan polimer. Sifat-sifat yang
diperoleh dari pengujian ini sangat penting dalam engineering. Dengan hal
ini, kita dapat memilih dan mengevaluasi material yang digunakan dalam
sebuah perancangan konstruksi. Oleh karena itu, sangat diperlukan sebuah
bentuk pengujian yang teliti agar mendapatkan hasil yang akurat dan valid.
Selain hal tersebut, kita juga diharuskan untuk mengikuti prosedur-prosedur
yang harus dipenuhi menurut suatu sumber yang biasa digunakan pada saat
uji tarik atau pengujian tarik ini. Hal ini yang akan kita bahas di praktikum
uji tarik atau pengujian tarik yang terdapat pada modul uji tarik (Budiman,
2016).
Dari gambar 2.1 dapat dilihat beberapa komponen utama yang terdapat pada
mesin uji tarik. Komponen utama tersebut terdiri dari alat pencatat gaya (load
cell), alat pencatat pertammaterial panjang spesimen (extensometer), batang
penarik (moving crosshead), dan spesimen. Load cell digunakan untuk
mencatat besarnya pembebanan (F) yang dialami oleh spesimen, sedangkan
extensometer digunakan untuk mencatat besarnya pertammaterial panjang
(ΔL) yang terjadi pada spesimen. Hubungan antara gaya (F) terhadap
pertammaterial panjang (ΔL) inilah yang nantinya akan dikonversikan ke
dalam kurva tegangan (σ) terhadap regangan teknik (e) (Budiman, 2016).
𝐹
𝜎 = 𝐴0 .................................................... (1)
Keterangan:
𝜎 : Tegangan tarik (𝑁⁄𝑚2 )
F : Gaya (N)
A : Luas Penampang (𝑚2 )
2.4 Regangan (Strain)
Semua spesimen ukuran suatu benda karena gaya atau pasangan dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran aslinya disebut regangan. Istilah
tegangan mengacu pada peruspesimen relatif dalam ukuran atau bentuk suatu
benda di bawah tekanan. Regangan tarik suatu batang di definisikan sebagai
rasio pertamspesimen panjang terhadap panjang awalnya dan lebih besar dari
0. Regangan tekan dari batang yang terganggu didefinisikan sama dengan
panjang batang yang diperpendek dibandingkan dengan panjang aslinya
(kurang dari 0). Besar regangan dapat dihitung menggunakan rumus berikut
(Carin, A.A. & Sund & Bhrigu K Lahkar, 2011):
ℓ−ℓ0 △ℓ
𝜀 = = .......................................... (2)
ℓ0 ℓ0
Keterangan:
𝜀 : Regangan
ℓ : Panjang batang (m)
ℓ0 : Panjang semula (m)
△ ℓ : Peruspesimen panjang (m)
2.9 Komposit
Penggunaan material komposit yang diperkuat dengan serat alam menjadi
semakin populer di industri manufaktur. Material komposit adalah
penggabungan dua material dengan sifat yang berbeda menjadi material baru
dengan sifat yang berbeda dari material aslinya. Menjadi kombinasi spesimen
yang berbeda, komposit yang diinginkan dibuat dengan menyesuaikan
komposisi spesimen awal.
Jenis komposit yang telah dikembangkan antara lain komposit serat, yang
terdiri dari komposit serat sintetis dan komposit serat alam. Sebagaian serat
alam yang sudah diteliti dan berpotensi tinggi untuk bahan komposit, serat
rami dengan bahan dasar poliester, serat buah lonter dengan bahan dasar
poliester, dan serat kulit waru dengan bahan dasar poliester juga sedang
dipelajari (Beliu et al., 2016).
2.10 Spesimen
Untuk mengetahui sifat mekanik dari suatu logam maupun non logam dapat
dilakukan dalam suatu pengujian yaitu salah satunya pengujian tarik. Uji tarik
adalah suatu metode atau tahapan yang digunakan untuk menguji kekuatan
material atau spesimen dengan cara di berikan beban suatu beban gaya yang
tidak searah yaitu berlawanan arah (Salindeho et al., 2018).
Gambar 3.1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round (Z250kN)
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material ITERA
Adapun prosedur praktikum pada modul uji tarik ini adalah sebagai berikut:
a. Memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan menghidupkan saklar
MCB 2 unit pada panel.
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada Power Pack dan Mesin UTM.
c. Memutar Switch ON pada TestControl II, pastikan lampu berwarna
kuning.
d. Menghidupkan PC (Tanda PC dengan UTM connect adalah lampu pada
TestControl II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada
PC.
e. Membuka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang sudah
pernah dibuat (lihat gambar 3.3 untuk tampilan aplikasi).
f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up, dan kunci pada
Power Pack ON.
g. Menekan Tombol ON pada TestControll II.
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Atur dan
sesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.4 Flow
chart tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan
garis panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.
Gambar 3.3 Tampilan menu SET UP TESTING SYSTEM
Sumber: Modul Praktikum Rekayasa Material
4. Test
Mengatur kecepatan masing-masing pada saat modulus young, yield
point atau kita dapat mengatur kecepatan konstan pengujian tarik.
6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil.
7. Break Investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak
titik yang akan dideteksi, force transition, negatif elongation step
dan positif elongation step.
8. Action After the Test
Input after the test untuk memberikan optical assessment, detail
about break, findings dan comment. Set the start position after the
test digunakan untuk mengembalikan posisi grip ke semula, catatan
menu ini hanya digunakan pada saat uji tekan, karena pada saat uji
tarik sampel yang telah mengalami pertambahan panjang
(deformasi) dapat terbentur. Kemudian untuk menu spesimen load
removal untuk menghilangkan beban setelah pengujian.
n. RUN TEST:
b. Perhitungan
1. Luas Penampang
𝐴0 = 𝑃 𝑥 𝐿
𝐴0 = 3 𝑚𝑚 × 14,4 𝑚𝑚
𝐴0 = 43,2 𝑚𝑚 2
5.1 Analisis
a. Spesimen Baja AISI 1045
Dari hasil data praktikum yang telah dilakukan di dapatkan data sebagai
berikut, yakni luas penampang 𝐴0 = 43,2 𝑚𝑚2 , Force Yield
= 13141,98828 N, Force Ultimate 16800,57227 𝑁, Force Sebelum Patah
= 11135.84082 𝑁, Stress Yield = 304,2126917 𝑀𝑃𝑎, Stress Ultimate =
388,9021358 𝑀𝑃𝑎, Stress Sebelum Patah = 257,7740931 𝑀𝑃𝑎, Strain
Yield = 0,00638003 %, Strain Ultimate = 0,13223975 %, Strain Sebelum
Patah = 0,196573217 %, dan Modulus Elastisitas = 47682,01587 𝑀𝑃𝑎.
Dengan mengetahui nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui spesifikasi
material yang telah dilakukan pada proses pengujian tarik.
5.2 Pembahasan
Pada grafik stress terhadap strain tidak jauh berbeda dengan grafik
sebelumnya, namun yang membedakan pada grafik ini adalah bagaimana
material tersebut mampu bertahan atas tegangan yang diterima selama
proses uji tarik berlangsung. Pada percobaan ini material mampu bertahan
sampai ultimate yang berkisaran 390-an Mpa dan sebelum akhirnya
material tersebut patah.
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum modul 1 mengenai uji tarik ini yaitu:
a. Dari hasil data praktikum yang telah dilakukan di dapatkan data sebagai
berikut, yakni luas penampang 𝐴0 = 43,2 𝑚𝑚2 , Force Yield
= 13141,98828 N, Force Ultimate 16800,57227 𝑁, Force Sebelum Patah
= 11135.84082 𝑁, Stress Yield = 304,2126917 𝑀𝑃𝑎, Stress Ultimate =
388,9021358 𝑀𝑃𝑎, Stress Sebelum Patah = 257,7740931 𝑀𝑃𝑎, Strain
Yield = 0,00638003 %, Strain Ultimate = 0,13223975 %, Strain Sebelum
Patah = 0,196573217 %, dan Modulus Elastisitas = 47682,01587 𝑀𝑃𝑎.
Dengan mengetahui nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui spesifikasi
material yang telah dilakukan proses pengujian tarik.
b. Pada pengujian spesimen baja AISI 1045 tedapat wilayah yang dinamakan
daerah plastis, daerah plastis ini dapat dibilang daerah yang dapat kembali
kebentuk semula apabila beban yang dikenakan pada material dihentikan.
c. Pada grafik stress dan strain grafik ini menggambarkan kekuatan yang
dapat diterima oleh material sebelum material tersebut patah.
d. Dari hasil pengujian pada spesimen baja AISI 1045 dapat dilihat
fenomenanya bahwa material ini termasuk dalam golongan material ulet
dikarenakan sebelum patah mengalami necking atau pengecilan suatu
permukaan material.
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum modul 1 mengenai uji tarik kali ini yaitu:
a. Dalam melakukan prosedur praktikum sebaiknya di praktikan secara nyata
agar praktikan dapat merasakan dan lebih memahami proses-prosesnya.
b. Dalam menjelaskan pengolahan data sebaiknya dilakukan secara nyata
agar praktikan lebih paham.
c. Dalam praktikum modul 1 uji tarik ini untuk kedepannya dapat dilakukan
pengambilan data secara nyata agar praktikan lebih memahami dan dapat
membaca grafik uji tarik.
d. Untuk praktikan kedepannya disarankan agar dapat membaca dan
mempelajari modul terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Beliu, H. N., Pellle, Y. M., & Jarson, J. U. (2016). Analisa kekuatan tarik dan
bending pada komposit widuri - polyester. Lontar, 03(02), 11–20.
Budi, J., No, U., Trisnadi, W., Kekuatan, A., Seng, T., Terhadap, G., Teknik, J., &
Vol, M. (2019). 767-Article Text-2080-1-10-20190617. 5(1), 9–15.
Budiman, H. (2016). Analisis Pengujian Tarik (Tensile Test) Pada Baja St37
Dengan Alat Bantu Ukur Load Cell. J-Ensitec, 3(01), 9–13.
https://doi.org/10.31949/j-ensitec.v3i01.309
Carin, A.A. & Sund, R. ., & Bhrigu K Lahkar. (2011). Analisis modulus elastisitas
dan angka poisson bahan dengan uji tarik. Journal of Controlled Release,
11(2), 430–439.
Salindeho, R. D., Soukota, J., & Poeng, R. (2018). Pemodelan pengujian tarik untuk
menganalisis sifat mekanik material. Jurnal J-Ensitec, 3(1), 1–11.
Standard, T. O., American, A., & Standard, N. (2013). Standard Test Methods for
Tension Testing of Metallic Materials 1. https://doi.org/10.1520/E0008
LAMPIRAN