UJI BENDING
Oleh:
Adinda Fitri Lestari
121170029
Asisten Praktikum:
Adhiaksa Prakoso (119170049)
Uji bending dan modulus elastisitas pada suatu material dilakukan dengan
menggunakan beban dimana tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai
modulus elastisitas pada uji bending. Hal itu disebabkan karena modulus
elastisitas pada uji tarik atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik
atau tekan. Sedangkan pada uji bending, modulus elastisitasnya berada pada
dua arah, yaitu tarik dan tekan. Uji lengkung dilakukan untuk mengatur
kekuatan material akibat pembebanan, atau untuk mengetahui kemampuan
bahan menerima beban tegangan tanpa
menyebabkan deformasi.(Oktarina&Idriyanti, 2020)
Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang
mengalami jenis pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk
material logam yang berbentuk pelat mengacu pada ASTM E Pengujian
bending dilakukan khusus untuk material yang getas, karena material getas
tidak cocok digunakan untuk uji tarik. Bentuk spesimen uji tarik terlalu
rentan untuk material getas. Selain itu, grip pada uji tarik dapat membuat
material getas patah terlebih dahulu. Oleh karena itu pengujian bending ini
perlu dilakukan. Contoh nyata dari benda yang mengalami bending sendiri
yaitu jembatan penyebrangan, meja, kursi, chassis mobil, excavator, dan
lain-lain.
Pengujian bending merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang
diletakanterhadap spesimen bahan. Baik bahan yang digunakan pada
kontraksi atau komponen yang menirima pembebanan terhadap suatu bahan
pada satu titik tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan.
Pengujian, uji bending juga dapat memberikan informasi mengenai modulus
elastisitas material. kekuatan lentur dan kekerasan dilakukan dengan
pemberian beban pada material sehingga secara bersamaan mulai
terbentuk tegangan tarik, tekan, dan geser. Beban tersebut akan maksimum
pada permukaan spesimen, serta bernilai nol pada neutral axis-nya (Arifn,
2020).
Untuk melakukan uji bending ada faktor dan aspek yang harus
dipertimbangkan dan dimengerti yaitu :
a. Tekanan (p)
Tekanan adalah perbandingan antara gaya yang terjadi dengan luasan
benda yang dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi dipengaruhi
oleh dimensi benda yang di uji. Dimensi mempengaruhi tekanan yang
terjadi karena semakin besar dimensi benda uji yang digunakan maka
semakin besar pula gaya yang terjadi. Selain itu alat penekan juga
mempengaruhi besarnya tekanan yang terjadi. Alat penekan yang
digunakan menggunakan sistem hidrolik. Hal lain yang mempengaruhi
besar tekanan adalah luas penampang dari torak yang digunakan. Maka
daya pompa harus lebih besar dari daya yang dibutuhkan, dan motor
harus bias melebihi daya pompa, perhitungan tekanan :
P
= F……………………………………………(1)
A
Keterangan :
Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya terletak dari bentuk dan
jumlah Point yang digunakan. Three point bending menggunakan dua point
pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan satu point pada
bagian atas yang berfungsi sebagai penekan. Sedangkan four point bending
menggunakandua point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan
dan dua point pada bagian atas yang berfungsi sebagai penekan. Selain itu
juga terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari cara pengujian
three point dan four point.
Uji bending tiga titik memberikan nilai modulus elastisitas pada tekukan,
tegangan lentur, regangan lentur dan respon tegangan-regangan lentur
material. Pengujian ini dilakukan pada mesin uji universal dengan
perlengkapan lengkung tiga titik atau empat titik. Keuntungan utama uji
lentur tiga titik adalah kemudahan persiapan dan pengujian spesimen.
Namun, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu hasil dari
metode pengujian sensitif terhadap spesimen dan geometri
pembebanan dan laju regangan.
3 FL
σ= 2 ………………………………………………(2)
2b h
600 s h
εf = 2
% …………………………………………...(3)
L
σf
E= …………………………………………………(4)
εf
Keterangan :
𝜎 : Flexural stress (MPa)
F : Force /Load (N)
L : Panjang Span / Support span (mm)
b : Lebar/ Width (mm)
h : Tebal / Depth (mm)
ε f : Flexural strain (%)
S : Defleksi (mm)
Pada four point bending, benda kerja dikenai beban pada dua titik, yaitu
1 2
pada L dan L. Pembebanan menggunakan four point bending lebih
3 3
baik dari pada menggunakan three point bending ini dikarenakan adanya
rentang pada spesimen yang menyebabkan tegangan geser = 0. Ilustrasi
pengujian dapat dilihat di gambar berikut :
Gambar 2.3 Metode Four Point Bending
Sumber: http://tinsy.me/VKApBX
Besar kekuatan bending tergantung pada jenis material dan pembebanan.
Akibat pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan,
sedangkan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Dalam material
komposit kekuatan tekannya lebih tinggi dari pada kekuatan tariknya.
Karena tidak mampu menahan tegangan tarik yang diterima, spesimen
tersebut akan patah, hal tersebut mengakibatkan kegagalan pada pengujian
komposit. Kekuatan bending pada sisi bagian atas sama nilai dengan
kekuatan bending pada sisi bagian bawah.
1. Transversal Bending
Pada transversal bending, saat mengambil benda uji penting agar benda
uji tegak lurus terhadap arah pengelasan. Menurut arah pembebanan
dan posisi pengamatan, uji transversal bending dibagi menjadi tiga
jenis:
a) Face Bend
Face Bend yaitu jika bending dilakukan mengakibatkan
Permukaan las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami
tegangan tekan (gambar 2.4). Pengamatan dilakukan pada permukaan
las yang mengalami tegangan tarik. Apakah mengalami retak atau tidak.
Jika mengalami retak di manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ
Metode Four Point Bending
Uji Bending empat titik memberikan nilai modulus elastisitas dalam
pembengkokan, tegangan lentur, regangan lentur dan respons tegangan
regangan lentur material. Tes ini sangat mirip dengan tes lentur tekuk
tiga titik. Perbedaan utama adalah bahwa dengan penambahan bantalan
keempat, bagian balok antara dua titik pembebanan berada di bawah
tegangan maksimum, dibandingkan dengan hanya bahan yang tepat di
bawah bantalan pusat dalam kasus pembengkokan tiga titik.
b) Root Bend
Root Bend yaitu jika bending dilakukan mengakibatkan akar las
mengalami tegangan tarikdan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 2.5). Pengamatan dilakukan pada akar lasyang mengalami
tegangan tarik, apakah mengalami retak atau tidak. Jika mengalami
retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ)
c. Side Bend
Side Bend jika bending dilakukan mengakibatkan sisi las (gambar
2.6). Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di
las lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi
las tersebut, apakah mengalami retak atau tidak. Jika mengalami
retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ)
2. Longitudinal Bending
Pada pengujian jenis ini, spesimen diambil searah dengan arah
pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan.
Pengujian longitudinal bending dibagi menjadi dua :
a) Face Bend
Face Bend jika bending dilakukan mengakibatkan permukaan las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
(gambar 2.7). Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang
mengalami tegangan tarik, apakah mengalami retak atau tidak. Jika
mengalami retak di manakah letaknya, apakah di weld metal,
HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Gambar 2.7 Face Bend pada longitudinal Bending
Sumber: http://tinsy.me/Z6tFAA
b) Root Bend
Root Bend jika bending dilakukan mengakibatkan akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan
Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik,
apakah mengalami retak atau tidak. Jika mengalami retak di
manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fusion line
(garis perbatasan WM dan HAZ)
2.4 Regangan
Perubahan pada ukuran sebuah benda karena gaya-gaya atau kopel dalam
kesetimbangan dibandingkan dengan ukuran semula disebut regangan.
Regangan juga disebut derajat deformasi. Kata regangan berhubungan dengan
perubahan relatif dalam dimensi atau bentuk suatu benda yang mendapat
tekanan.
2.5 Komposit
Komposit adalah penggabungan dari dua atau lebih material ke dalam satu
unit struktur yang mempunyai sifat-sifat yang tidak dapat dipenuhi apabila
material-material tersebut masih berdiri sendiri atau sebelum digabung.
Berikut ini adalah tujuan dari dibentuknya komposit, yaitu sebagai berikut:
a. Memperbaiki sifat mekanik atau sifat spesifik tertentu.
b. Mempermudah desain yang sulit pada manufaktur.
c. Keleluasan dalam bentuk atau desain yang dapat menghemat biaya.
d. Menjadikan bahan lebih ringan.
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
material lain yang memiliki sifat mekanik yang berbeda dari material
penyusunnya, dimana salah satu material digunakan sebagai pengisi (Matrix)
dan material lainnya. Komposit biasanya terdiri dari dua bahan dasar, yaitu
serat dan matriks. Serat biasanya fleksibel dan memiliki kekuatan tarik yang
sangat baik, tetapi tidak dapat digunakan pada suhu tinggi, tetapi matriks
biasanya ulet, lunak, elastis dan mengikat ketika mencapai titik beku. Dengan
menggabungkan kedua bahan ini dengan sifat yang berbeda, diperoleh bahan
baru (bahan komposit) dengan sifat yang berbeda dari partikel penyusunnya
(Gibson, 1994).
a. Faktor Serat
Serat merupakan pengisi matriks yang digunakan untuk memperbaiki
sifat dan struktur matriks yang tidak dimilikinya, dan juga diharapkan
sebagai bahan penguat matriks komposit untuk menahan gaya-gaya yang
terkait.
b. Letak Serat
Dalam pembuatan komposit, penempatan dan orientasi serat dalam
matriks menentukan kekuatan mekanik komposit dan posisi serta
orientasi dapat mempengaruhi kinerja komposit. Dalam orientasi
campuran dan serat, terdapat beberapa keuntungan. Jika orientasi serat
lebih acak, sifat mekanik melemah dalam satu arah, dan sebagai arah
masing-masing serat mengembang, begitu juga kekuatan ke segala arah.
Kemudian kekuatannya meningkat.
c. Panjang Serat
Serat campuran komposit memiliki dua kegunaan: serat pendek dan serat
panjang. Serat panjang lebih kuat dari serat pendek. Panjang serat dan
diameter serat sering disebut sebagai aspek rasio. Semakin tinggi aspek
rasio, semakin tinggi kekuatan tarik serat komposit. Serat panjang
(continuous fibres) lebih efisien untuk peletakan dibandingkan serat
pendek. Namun, serat pendek lebih mudah diletakkan daripada serat
panjang. Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses komposit
serat. Secara umum, serat panjang lebih mudah ditangani daripada serat
pendek.
d. Bentuk Serat
Bentuk serat yang digunakan untuk membuat komposit tidak
berpengaruh nyata, tetapi diameter serat yang berpengaruh. Secara
umum, semakin kecil diameter serat, semakin tinggi kekuatan ikatannya.
Selain bentuknya, kandungan serat juga berpengaruh.
e. Faktor Matrik
Matriks komposit bertindak sebagai bahan pengikat serat untuk
membentuk unit struktural, melindunginya dari kerusakan eksternal,
mentransmisikan atau mentransfer beban eksternal pada bidang geser
antara serat, dan menghubungkan matriks satu sama lain. Produksi
komposit serat membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antara serat
dan matriks.
f. Faktor ikatan fiber-matrik
Ikatan antara serat dan matriks dipengaruhi oleh rongga seperti celah
serat atau bentuk serat yang tidak sempurna yang mencegah matriks
mengisi rongga dalam cetakan. Ketika komposit dibebani, area tegangan
bergerak ke area kosong, mengurangi kekuatan komposit.
g. Katalis
Katalis ini digunakan dalam komposit untuk mempercepat pengeringan
resin dan serat. Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah resin menjadi
plastik tergantung pada jumlah katalis yang dicampur. Semakin banyak
katalis yang ditambahkan, semakin cepat proses cuting. Namun, terlalu
banyak katalis dapat membentuk bahan rapuh atau membakar resin.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Gambar 3.1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
[modul rekayasa material]
b. Triplek
c. Jangka Sorong
Gambar 3.3 Jangka Sorong
f. Memastikan kunci pada test control II posisi set up dan kunci pada power
pack on
g. Menekan tombol on pada test control II
h. Memilih menu set up system setting berisi flow chart. Atur dan sesuaikan
sesuai garis pada gambar.
4. Test
Pada menu ini kita dapat mengatur kecepatan masing-masing pada saat
modulus young, yield point atau kita dapat mengatur kecepatan konstan
pengujian tarik.
Gambar 3.8 Tampilan pada menu test
Sumber: modul rekayasa material
5. End of test
Force shutdown threshold merupakan ambang batas untuk
mematikanpaksa %Fmax
6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil.
7. Break investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak
titik yang akan di deteksi, force transition, negatif elogation step dan
positif elogation step.
8. Action after the test
Input after the test digunakan untuk memberikan optical assesment,
detail about break, findings dan comment. Set the start position
after the test digunakan untuk mengembalikan posisi grip ke semula,
catatan menu ini hanya digunakan pada saat uji tekan, karna pada saat
uji tarik sampel yang telah mengalami pertambahan panjang
(deformasi) dapat terbentur. Kemudian untuk menu spesimen load
removal untuk menghilangkan beban setelah pengujian.
12. Report
13. Export interfaces
N. Run test
Spesifikasi Mesin
Mesin ; Universal Testing Machine
Merk/Type ; Zwick Roell
Serial ; Z250SR
Number
Beban ; 250 kN
Skala
Penuh
b. Spesimen Uji
Gambar 4.1 spesimen uji sebelum patah
Gambar 4.2 Spesimen Uji setelah patah
5.1 Analisis
Kekuatan bending adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima
suatu benda akibat dari pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang
besar atau kegagalan. Besar kekuatan bending tergantung pada jenis spesimen
dan pembebanan yang diberikan. Pada praktikum yang telah dilakukan, bahan
yang kita gunakan untuk melakukan pengujian adalah Polyatic Acid (PLA).
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan kita dapat mengetahui
bahwasanya spesimen yang kita uji bersifat getas, yang berarti spesimen
tersebut mudah patah. Dan ini terjadi karena adanya deformasi plastis pada
saat pengujian.
Patahan yang terjadi tepat berada ditengah karena adanya beban yang
diberikan saat pengujian. Pada specimen uji satu patahan lebih terlihat jelas
sedangkan pada uji tarik 2 tidak terlihat. Dapat diartikan bahwa specimen 2
lebih kuat atau lebih ulet sedangkan specimen 1 lebih getas darpada
spesimeen 1 lebih getas daripada spesimen 2. Dan titik patah sesuai tepat
pada titik pengujian bending.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil praktikum yag telah dilakukan didapatkan dua buah
grafik yaitu force dengan defleksi dan grafik flexural stress vs flexural
strain . Pada praktikum ini kita juga melapukan data nilai flexural stress dan
flexural strain serta nilai modulus elastisitas. Nilai flexural stress diperoleh
data sebesar 54,53142Mpa. Nilai flexural strain diperoleh sebesar 2,777824.
Nilai modulus elastisitas diperoleh sebesar 19,63098 MPa.
Pada grafik force dengan defleksi , specimen memiliki sifat getas sehingga
specimen tersebut tidak mengalami deformasi plastis. Spesimen tersebut
langsung patah disebabkan adanya gaya tekan dari alat uji bending tersebut.
6.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum material modul mengujian bending, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
a. Pengujian bending digunakan untuk mengetahui kekuatan ketahanan
suatu material terhadap deformasi elastis
b. Nilai modulus elastisitas pada specimen satu yaitu sebesar 11,38618
Mpa
c. Nilai modulus elastisitas pada specimen 2 adalah sebesar 16,25212 Mpa
d. Kesalahan nilai pengujian bending dengan metode three point
bending dapat terjadi ketika momen maksimumnya berada pada
satu titik yang tidak tepat
e. Jangkauan deformasi elastis terjadi dengan cukup panjang hal ini
dikarenakan material yang digunakan berbahan plastic yang memiliki
sifat elastis
f. Hasil dari uji bending ini dapat dilihat bahwa specimen ke 2 adalah
specimen yang paling kuat dibandingkan dengan specimen 1, karena
specimen 1 mengalami bengkok atau melengkung sedangkan specimen 2
tidak mengalami bengkok atau melengkung.
6.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kal ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan praktikum disarankan praktikan untuk membaca
dan memahami modul praktikum
b. Praktikan dan asisten praktikum disarankan lebih aktif dan komunikatif
lagi
c. Penggunaan specimen uji yang lebih bervariasi
d. Menambah atau melengkapi kelengkapan alat dan juga bahan yang
digunakan dalam praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Khamid (24 Agustus 2011). Rancangan Bangun Alat Uji Bending dan
Hasil Penguian Untuk Bahan Besi Cor
Gibson, Ronald F. 1994. Principles Of Composite Material Mechanics New
York:MC Graw Hill, Inc
LAMPIRAN