Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

METALURGI FISIK

DOSEN PEMBIMBING:

MUHAMMAD IQBAL ACHMAD, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:

YOGA ANGGUINO SAHPUTRA MAITH (19640012)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2021
METALURGI FISIK

Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari


tentang perilaku fisika dan kimia dari unsur-unsur logam, senyawa-senyawa
antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur. Metalurgi juga
adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa
komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan
bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur.

Metalurgi fisik adalah pengetahuan-pengetahuan mengenai fisika dari logam-


logam dan paduan-paduan umpamanya tentang sifat-sifat mekanik, sifat-sifat
teknologi serta pengubahan-pengubahan sifat-sifat tersebut yang umumnya
menyangkut segi-segi pengembangan atau development, pada penggunaan dan
pengolahan atau teknologi logam-logam dan paduan-paduan.

JENIS-JENIS PENGUJIAN PADA METALURGI FISIK

Pengujian metalurgi digunakan di hampir setiap industri dan mencakup berbagai


layanan mulai dari analisis ukuran butir hingga fraktografi. Ada 5 jenis pengujian yang
dilakukan dalam proses metalurgi fisik, yaitu:

1. Uji Tarik
2. Uji Bending
3. Uji Impact
4. Uji Kekerasan
5. Uji Metalografi/Struktur Mikro
1. Uji Tarik

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Uji tarik juga
dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Percobaan ini
untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat.

Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah
dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas
dari logam tersebut. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari
kurva uji tarik. Kurva ini  menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahan panjang.

Gambar 1. Gambaran Singkat Uji Tarik dan Datanya


Hukum Hooke (Hooke’s Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang
bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva
pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
“rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan”

Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan.


Strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress:  σ = F/A           F: gaya tarikan A: luas penampang
Strain:  ε  = ΔL/L        ΔL: pertambahan panjang L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E = σ / ε

E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ)
dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama  “Modulus Elastisitas” atau “Young
Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini
kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gambar 2. Kurva Tegangan-Regangan


2. Uji Bending

Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan
untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil
sambungan las baik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan
penentuan dimensi mandrel ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh (yield).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu
transversal bending dan longitudinal bending.

1. Tranaversal Bending
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga:

a) Face Bend (Bending pada permukaan las)

Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las


mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik.

b) Root Bend (Bending pada akar las)

Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami


tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan
pada akar las yang mengalami tegangan tarik.
c) Side Bend (Bending pada sisi las)

Dikatakan Side Bend jika bending dilakukan sehingga sisi las. Pengujian ini
dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi.
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak.

2. Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah
pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan.

3. Uji Impact

Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji


ketangguhan suatu specimen bila diberikan beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.
Ketangguhan adalah ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau
merusak suatu bahan yang diukur dari luas daerah dibawah kurva tegangan regangan.
Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi
syarat untuk kondisi pembebanan kejut.

Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energy yang diberikan oleh
beban dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada saat beban dinaikkan
pada ketinggian tertentu, beban memiliki energi potensial maksimum, kemudian saat
akan menumbuk spesimen energi kinetik mencapai maksimum. Nilai Harga Impak
pada suatu spesimen adalah energi yang diserap tiap satuan luas penampang lintang
spesimen uji.
Gambar 3. Ilustrasi skematis pengujian Impak

Secara umum benda uji dikelompokkan kedalam dua golongan standar Antara lain:
1. Metode Charpy

Pada metoda ini banyak digunakan di Amerika Serikat, dan merupakan cara
pengujian dimana spesimen dipasang secara horizontal dengan kedua ujungnya
berada pada tumpuan, sedangkan takikan pada spesimen diletakkan di tengah-tengah
dengan arah pembebanan tepat diatas takikan.

Pada metoda memiliki beberapa kelebihan seperti:


a. Lebih mudah dipahami dan dilakukan
b. Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang
c. Harga alat lebih murah
d. Waktu pengujian lebih singkat
dan memiliki beberapa kekurangan seperti :
a. Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal

b. Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam

c. Pengujian hanya dapat dilakukan pada spesimen yang kecil

d. Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam perancangan


karena level tegangan yang diberikan tidak rata.

Gambar 4. Peletakan spesimen berdasarkan metode charpy

Energi yang diserap oleh benda uji pada pengujian impak dinyatakan dalam
satuan Joule dan langsung dibaca pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi
yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak suatu bahan yang diuji dengan
metode Charpy diberikan oleh

Dimana:          

E: energi yang diserap (joule)

A: luas area penampang dibawah takik (mm2) sedangkan


Dimana:

P: beban yang diberikan (joule)

H 0: ketinggian awal bandul (mm)

H 1: ketinggian akhir setelah terjadi perpatahan benda uji (mm)

2. Metode Izood

Pada metoda ini banyak digunakan di Eropa terutama Inggris dan merupakan
cara dimana specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan dengan salah satu
ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah gaya tumbukan. Tumbukan pada
specimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan melainkan pada posisi agak diatas
dari takikan.
Metode Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa. Sampel uji memiliki
dimensi ukuran yaitu 10 x 10 x 75 mm (tinggi x lebar x panjang). Posisi takik berada
pada jarak 28 mm dari ujung benda uji, kedalaman takik 2 mm dari permukaan benda
uji dan sudut takik 45o. Bentuk takik berupa 

Gambar 5. Bentuk dan Ukuran Sampel


Gambar 6. Peletakan spesimen berdasarkan metode izood

Pada metoda memiliki beberapa kelebihan seperti:


a. Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam
b. Dapat menggunakan spesimen dengan ukuran yang lebih besar.
c. Spesimen tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya

dan memiliki beberapa kekurangan seperti:


a. Biaya pengujian yang lebih mahal

b. Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga


hasil yang diperoleh kurang baik
c. Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya
yang banyak, mulai dari menjepit benda kerja sampai tahap pengujian
4. Uji Kekerasan

Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji kekerasan
dari suatu material karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui
gambaran sifat mekanis suatu material. Dengan melakukan uji keras, material dapat
dengan mudah digolongkan sebagai material ulet atau getas.

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical


Properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya
untuk material yang dalam penggunaannya akan mengalami pergesekan dan
deformasi plastis.

Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 metode


pengujian kekerasan, yakni:

1. Brinnel (HB/BHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan menentukan


kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).

2. Rockwell (HR/RHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan


kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahanmaterial terhadap indentor berupa
bola baja ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.

3. Vikers (HV/VHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Vikers bertujuan menentukan


kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan
yang cukup kecil dan mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid.
5. Uji Metalografi/Struktur Mikro

Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk


mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang
terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia,
orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya.

Pada metalografi, secara umum yang akan di amati adalah dua hal yaitu :

a. Struktur makro adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada
permukaan yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles.
b. struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah
disiapkan secara khusus yang terlihat dengan menggunakan perbesaran
minimum 25x.

Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan


yang terdapat didalam spesimen baja karbon rendah yang akan diuji. Dengan
menggunakan spesimen uji yang telah dihaluskan agar dapat terlihat kandungan
didalam benda uji tersebut.

Adapun beberapa manfaat utama dari proses metalografi adalah sebagai


berikut:

a. Mengamati perubahan struktur mikro akibat proses yang dilakukan ditujukan


terutama untuk pengontrolan kualitas komponen.

b. Menganalisis perubahan struktur mikro, dimensi cacat, penjalaran retak dan


menghubungkannya dengan prediksi kerusakan komponen.

Anda mungkin juga menyukai