BAB I
PENDAHULUAN
Suatu teknologi akan berfungsi dengan baik dan maksimal apabila terbuat dari bahan
atau material yang baik pula. Salah satu sifat mekanik material adalah keuletannya,
material terpengaruh oleh beberapa hal, seperti beban kejut, tekikan, suhu dan lain-
lain. Untuk mengetahui keuletan daripada suatu material perlu dilakukan suatu
adalah pengujian impak. Pengujian dilakukan pada beberapa sampel atau spesimen
dari suatu jenis material. Pengujian impak dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
banyak dilakukan di Eropa. Dengan mengetahui sifat suatu material melalui pengujian,
maka dapat meminimalisir resiko kegagalan fungsi dari produk yang diciptakan dari
material tersebut. Keuletan material dapat diketahui apabila terjadi perpatahan. Ada
Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadp harga impak (HI) serta jenis
Adapun batasan masalah pada percobaan impak ini yaitu bahan yang digunakan
adalah jenis BSM 304 dengan luas penampang 85 mm2, kemudian dilakukan
Dalam Uji Praktik ini terdapat lima bab dan berupa lampiran. BAB 1
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan praktikum, batasan masalah, dan
sistematika penulisan. BAB 2 Tinjauan Pustaka yang terdiri dari definisi dari uji
Tarik dan macam-macam metode. BAB 3 Metode Percobaan yang terdiri dari
Diagram Alir percobaan, Alat dan Bahan, dan Prosedur Percobaan. BAB 4 Hasil dan
Pembahasan yang terdiri dari Hasil Percobaan dan Pembahasan. BAB 5 Kesimpulan
dan Saran yang terdiri Kesimpulan dan Saran. Selanjutnya Lampiran yang terdiri
dari Contoh Perhitungan Jawaban dan pertanyaan, Gambar Alat dan Bahan, dan
Blangko Percobaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
% C Mn Si P S Cr Ni N
Min - - - - - - 20 -
Ma
x 0.08 2 0.75 0.04 0.03 20 10 0.1
Ada tiga macam takiakan yang biasa digunakan dalam uji impak 1,yaitu:
Gambar 2.2. (a) Charpy takikan bentuk V (Charpy V-notch). (b) Charpy takikan
bentuk lubang kunci (Charpy keyhole specimen). (c) Charpy takikan
bentuk U (Charpy unotch)
1. Metode Izod
2. Metode Charpy
Beban pukulan yang berbentuk seperti bandul, diperoleh dari ayunan bandul
yang dilepaskan pada ketinggian tertentu, berat bandul dan panjang lengan sudah
ditentukan sebelumnya. Benda uji berukuran standar dengan penampang persegi
dipukul pada sisi belakang takik hingga patah, dari bentuk perpatahan yang terjadi
dapat diketahui sifat perpatahannya.
5
dapat dilakukan suatu pengujian yaitu dengan uji impak. Umumnya pengujian ini
menggunakan benda uji yang bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang
getas. Dengan uji ini kita dapat mengetahui perbedaan sifat bahan yang tidak
tiga sumbu pada takik. Para peneliti perpatahan getas logam telah menggunakan
Uji impak termasuk uji mekanik dinamis, dilihat dari cara pengujiannya yaitu
dengan pemukulan secara tiba-tiba. Suatu material yang mendapat beban statis
seperti tarik, kekerasan, tekuk dan lain-lain, maka akan berbeda karakteristiknya jika
Bila baja yang kualitasnya kurang baik atau perlakuan panasnya tidak
sempurna, maka dengan pengujian statis semacam tarik, kekerasan dan lain-lain,
masih mendapatkan angka yang baik, tetapi bila diuji dengan pukulan secara tiba-
tiba seperti uji impak, maka akan menunjukkan angka yang rendah.
Bahan logam yang biasa diuji impak seperti ketel uap, hasil pengelasan, pelat
kapal, pipa gas dan minyak. Hal ini disebabkan bahan logam tersebut dipakai dalam
6
tersebut dapat mengalami kegetasan sehingga peka terhadap beban kejut seperti
pukulan dan tekanan yang tiba-tiba. Dengan pengujian impak ini material bisa
material logam tangguh atau tidak. Untuk ketentuan spesimennya dibuat dengan
ukuran tertentu dan diberi takikan dengan tipe tertentu pula. Kemudian dipukul
secara tiba-tiba sampai patah lalu mengukur kerja pukulan dalam satuan joule (J)
energi yang digunakan untuk mematahkan bahan (U) dengan luas penampang sisa
setelah diberi takikan. Dikenal ada dua metoda percobaan impak 1, yaitu;
1. Metoda Izod
Dengan batang impak kontiveler. Benda uji Izod lazim digunakan di Inggris,
namun saat ini jarang digunakan. Benda uji Izod mempunyai penampang
dijepit.
2. Metoda Charpy
mm. Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian
yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan
7
impak sekitar 16 ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah pada laju
(a)
(b)
Gambar 2.3 Sketsa yang menggambarkan metode pembebanan pada uji impak (a)
uji impak dengan Charpy .(b) uji impak dengan Izod
8
Ka = ( 1 + /2 /2) ............................................................................................(1)
Di mana sudut antara sisi takik. Nilai relatif ketiga tegangan utama sangat
tergantung pada dimensi batang dan ukuran takik. Benda uji standar cukup tebal
untuk menjamin pembebanan regangan bidang yang tinggi. Dengan demikian, benda
uji takik V Charpy standar, memberikan kondisi yang baik bagi pengujian patah
getas. Oleh karena itu, pemakaian benda ini bukan standar harus dilakukan dengan
hati-hati.
Pada uji impak pengukura energi yang diserap untuk mematahkan benda uji.
Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali. Makin besar energi yang diserap,
makin rendah ayunan kembali dari bandul. Energi perpatahan yang diserap biasanya
dinyatakan dalam joule atau foot-pound dan dibaca langsung pada skala petunjuk
Energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji Charpy sering kali diberi
tanda CV 25 ft-lb. Di Eropa hasil uji impak seringkali dinyatakan sebagai energi yang
diserap tiap satuan luas penampang lintang benda uji. Perlu diingat bahwa energi
perpatahan yang diukur dengan uji Charpy hanyalah energi relatif dan tidak bisa
Cara mengukur dari uji Charpy salain hasil dari alat uji,biasanya dilakukan
patahan berserat (patahan geser), granular (patahan belah), atau campuran dari
keduanya. Bentuk patahan yang berbeda-beda ini dapat ditentukan dengan mudah,
cahaya serta penampilan yang buram. Biasanya dibuat suatu perkiraan berapa persen
(%) patahan permukaan yang terjadi berupa patahan belah atau serat.
Angka pukul takik (impact) memiliki satuan joule yang didefinisikan sebagai
hasil bagi dari kerja pukul dalam Kgm terhadap luas penampang dalam cm2 dari
benda uji yang diukur dari luas penampang yang diberi takikan dalam cm2. Metode
pengujian yang dilakukan ada dua yaitu dengan metode charpy dan metode izod.
Sedangkan metode izod posisi spesimennya vertical dengan takikan menghadap palu
pemukul.
Ukuran dan tipe takikan yang digunakan untuk uji tumbuk atau uji pukul takik
atau uji impact. Beberapa tipe takikan spesimen uji impact metoda charpy yaitu tipe
(A, B dan C) dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar terlihat ada tiga tipe spesimen
yaitu : tipe A atau V (V Notch), tipe B atau lubang kunci (key notch) dan tipe C atau
U (U Notch).
Ukuran beberapa jenis spesimen uji impact dengan metode charpy bisa
disesuaikan dengan tebal yang akan diuji seperti pada Gambar 2.5.
11
Gambar 2.4. Ukuran beberapa jenis spesimen uji impact dengan metode charpy
Tipe dan ukuran spesimen metode izod yaitu tipe D dengan ukuran seperti
Gambar 5 standar spesimen uji impact metode charpy pada material. Cara pengujian
dengan metode izod sesuai dengan Gambar 5, benda uji atau spesimen diklem tegak
lurus tepat pada bagian yang ditakik yang kemudian dipukul dengan palu dari bagian
muka yang ditakik. Posisi spesimen uji impact dengan metode izod, berikut usuran
palu dan syarat-syarat yang harus dipenuhi saat melakukan pengujian impact (sesuai
standar ASTM).
12
BAB III
METODE PERCOBAAN
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
berlangsung:
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum uji impak adalah pelat
benda uji.
BAB IV
4.2 Pembahasan
maka dapat dilakukan suatu pengujian yang biasa disebut dengan uji impak. Pada
impak ini kita dapat mengetahui perbedaan sifat bahan yang tidak teramati dalam
uji tarik. Para peneliti kepatahan getas logam telah menggunakan berbagai bentuk
Pada percobaan uji impak kali ini praktikan diharapkan mengetahui pengaruh
yang didapatkan pada saat percobaan berlangsung. Untuk lebih mudah memahami
16
pengaruh temperatur terhadap harga impak, dapat dilihat gambar 4.2, yang
dengan besarnya energi yang diserap oleh benda yang diuji. Selain itu, kurva
Aziz, 2010]
Pada kurva diatas, dapat dilihat bahwa hubungan antara temperatur dengan
energi yang diserap oleh benda uji berbanding lurus (garis energy), dengan artian
semakin tinggi temperatur benda uji pada saat dilakukan pengujian maka energi yang
dapat diserap oleh benda uji tersebut juga tinggi, begitupun sebaliknya, semakin
rendah temperatur benda uji maka energi yang dapat diserap pun rendah. Selain itu,
kurva diatas juga menghubungkan antara temperatur dengan persen (%) patahan
yang terjadi pada benda uji. Hubungan antara temperatur dengan persen (%) patahan
17
adalah berbanding terbalik, dengan artian bahwa semakin tinggi temperatur benda
uji pada saat pengujian berlangsung maka nilai persen (%) patahan dari benda uji
tersebut rendah, dan begitupun sebaliknya, semakin rendah temperatur benda uji
maka nilai persen (%) patahan benda uji akan semakin tinggi.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan uji impak dengan
menggunakan tiga spesimen yang sama, yaitu pelat baja BSM 304 akan tetapi
spesimen yang pertama, pengujian dilakukan dengan temperatur benda uji yaitu
Hubungan antara temperatur dengan harga impak dapat dilihat pada gambar
4.3. Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa data percobaan yang didapatkan cenderung
tidak sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh kurva FATT pada gambar 4.3. Pada
kurva tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi temperatur, harga impak yang
didapatkan pun akan tinggi. Hal ini dikarenakan harga impak merupakan hasil
pembagian antara energi yang diserap oleh benda uji dengan luas penampangnya.
0.8
Harga Impak HI
0.57
0.6
0.38
0.4
0.2
0
0
0 31 98
Temperatur
Energi yang diserap oleh benda uji ada kaitannya dengan termperatur benda
uji pada saat melakukan pengujian. Semakin besar temperatur pengujian, maka akan
semakin besar pula energi yang dapat diserap oleh benda uji. Hal ini dapat terjadi
karena pada temperatur yang tinggi atom-atom dalam logam tersebut mengalami
vibrasi yang tinggi pula dan menyebabkan atom bergerak dengan cepat, sehingga
logam tersebut membutuhkan energi yang besar untuk terjadi patahan. Namun jika
temperaturnya terlalu tinggi, logam tersebut keuletannya akan meningkat, hal ini
disebabkan karena ukuran butir yang membesar, jumlah batas butirnya berkurang,
lebih tinggi dibandingkan dengan dua spesimen lainnya karena spesimen tersebut
memiliki sifat yang lebih ulet. Akan tetapi, dari hasil percobaan yang didapatkan,
spesimen dengan temperatur 25C memiliki nilai harga impak lebih tinggi
dibandingkan dengan spesimen dengan temperatur 100C. Data tersebut tidak sesuai
dengan apa yang ditunjukkan oleh kurva FATT pada gambar 2.1. Menurut penulis,
faktor yang memungkinkan hal ini terjadi yaitu karena data spesimen pada
temperatur 100C dan 3C merupakan data historis. Data tersebut bisa saja tidak
dilakukan.
persen (%) patahan yaitu berbanding terbalik. Pada gambar 4.4 menujukkan bahwa
nilai persen (%) patahan pada spesimen dengan temperatur 25C memiliki nilai yang
paling besar. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang digambarkan pada kurva FATT
19
dimana seharusnya yang memiliki nilai persen (%) patahan paling tinggi adalah
spesimen dengan temperatur 3C. Hal ini dikarenakan spesimen pada temperatur
3C memiliki sifat yang lebih getas dibandingkan dengan dua spesimen lainnya
sehingga persen (%) patahan yang terjadi akan lebih tinggi. Menyikapi hal ini,
penulis menganalisa faktor apa yang mungkin terjadi pada data yang didapatkan.
Faktor yang mungkin terjadi sama dengan faktor data yang didapatkan pada
temperatur dengan harga impak, yaitu data historis yang kurang valid. Selain itu,
100
80
PATAHAN %
60
40
20
0
0 31 98
TEMPERATUR C
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan Uji Impak yang telah dilakukan diperoleh sebagai berikut:
a. Suhu dan energi berpengaruh terhadap sifat patahan yang dihasilkan oleh
benda uji.
b. Pada suhu 98 C dan energi 49 Joule dihasilkan Harga Impak 0.576 J/mm
c. Pada suhu 31 C dan energi 32,5 Joule dihasilkam Harga Impak 0,38J/mm
d. Jenis patahan pada benda yang diberikan suhu 98 C dan energi 49 Joule
e. Jenis patahan pada benda yang diberikan suhu 31 C dan energi 32,5 Joule
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikan agar percobaan selanjutnya berjalan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
BAB VI
LAMPIRAN
E
=
1. Buat Grafik hubungan antara harga impak (HI) terhadap temperature (T) dari
0.8
Harga Impak HI
0.57
0.6
0.38
0.4
0.2
0
0
0 31 98
Temperatur
23
2. Apa yang dimaksud dengan temperature transisi uji imak ? dan jelaskan
perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-
beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat
bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada
:
Gambar B.2 Macam-macam Bentuk Takikan
a. Takikan V
Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini
disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja,
yaitu pada ujung takikan.
b. Takikan persegi
Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan
terdistribusi pada dua titik pada sudutnya.
c. Takikan Kunci
Memiliki energi impak yang terbesar karena distribusitegangan tersebar pada
setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.
4. Berikan contoh kegunaan hasil uji impak dalam kehidupan sehari hari !
Jawab :
konstruksi
temperatur !
Jawab :
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang
berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi
partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang
dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itumaka pergerakan dislokasi mejadi relatif
sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besaruntuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit
sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah
dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih
rendah.
Jawab :
dari daktil menuju getas yang kurang baik jika digunakan pada dua kondisi suhu
26
yang ekstrem . Baja pada kapal ini memang memiliki kekuatan impak baik saat
berada di suhu air yang relatif hangat. Namun, kekuatan impak baja ini akan
berkurang secara drastis jika berada pada suhu rendah. Patut diketahui bahwa suhu
air pada saat terjadinya tubrukan dengan gunung es adalah sekitar -20C.
berwarna kelabu.
terjadinya retakan secara cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis
Ciri-cirinya:
27
Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga
Jawab : Stainless dengan kadar Nikel antara 8-10%. Sifatnya lebih lentur/lunak
sehingga bisa di Press/cetak. Stainless 304 juga disebut jenis Food Grade,
artinya aman jika bersentuhan dengan makanan/air. Untuk itu type 304 ini
karatnya 304 terbilang cukup bagus di banding yang type 201. Sehingga banyak
di pakai untuk lapisan dinding/Lift di Hotel ataupun Mal, untuk furniture dll.
Jawab : Interpolasi adalah cara menentukan nilai yang berada di antara dua
cara menentukan nilai yang berada di antara dua nilai diketahui berdasarkan