KELAS : TKA 4D
Metalografi
Etching tujuan dari etsa ini adalah untuk meningkatkan visibilitas optik
dari stuktur mikro material logam sehingga mudah untuk menentukan
grain size dan identifikasi fasa. Larutan etsa dipilih berdasarkan
komposisi, stress, atau struktur kristal. Teknik etsa yang banyak
digunakan adalah chemical etching, teknik lain yang juga dapat
digunakan seperti molten salt, electrolytic, serta thermal, plasma dan
magnetic etching juga telah digunakan untuk aplikasi khusus. Chemical
etching, yaitu menggunakan larutan kimia yang bersifat asam atau basa
dengan oxidizing atau reducing agents. Dapat dilakukan dengan cara
immersion atau swabbing
Prosedur :
Ukuran butir suatu logam memilki korelasi dengan sifat mekanik seperti
kekerasan, ketangguhan dan kekuatannya. Ukuran butir yang kecil akan
membuat material menjadi tangguh, keras dan kekuatan tarik meningkat.
Ukuran butir dapat ditentukan dengan persamaan:
Perhitungan Grain Size dengan Prosedur Intercept (ASTM E
112)
Dari foto mikro yang didapatkan dari mikroskop optik, dibuat lingkaran
dengan diameter tertentu. Setelah itu dihitung jumlah titik yaitu
perpotongan garis lingkaran dengan batas butir. Untuk menentukan ukuran
butir bisa dilakukan sesuai dengan Rumus empiris dibawah ini:
Contoh Perhitungan Grain Size:
Ada dua teknik uji impak yang standar yaitu charpy dan izod. Pengujian ini
bertujuan untuk menguji kecenderungan logam untuk patah getas dan untuk
mengukur energi impak atau istilah lainnya disebut notch toughness (mengukur
ketangguhan logam terhadap adanya takik) Teknik charpy V-noch (CVN) adalah
teknik yang paling banyak digunakan.
Pada uji impak digunakan spesimen uji bertakik yang dipukul dengan sebuah
pendulum, pada teknik izod, spesimen dijepit pada satu ujung hingga takik berada
didekat penjepit. Pendulum diayunkan dari ketinggian tertentu akan memukul ujung
spesimen yang tidak dijepit dari depan takik. Pada charpy spesimen uji diletakkan
mendatar kedua ujungnya ditahan, pendulum akan memukul batang uji dari
belakang takik.
Impact Test (Uji Impact)
Uji impak berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk takikan,
temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Uji impak dapat juga disebut sebagai suatu pengujian material untuk
mengetahui kemampuan suatu material/bahan dalam menerima beban tumbuk dengan diukur besarnya
energi yang diperlukan untuk mematahkan spesimen material/bahan dengan ayunan seperti ditunjukkan
pada gambar dibawah ini:
Impact Test (Uji Impact)
Nilai besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarnya energi impact secara teoritis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Impact Test (Uji Impact)
Uji impak juga digunakan untuk mempelajari pola patahan spesimen uji, apakah getas (brittle
fracture) atau patah ulet (ductile fracture) atau kombinasi keduanya. Granular fracture atau
cleavage fracture adalah Permukaan patah getas berkilat dan berbutir sedangkan patah ulet
tampak lebih buram dan berserabut disebut juga fibrous fracture atau shear fracture. Perbedaan
permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Prosedure Impact Test :
Metode Pengujian Impak
Terdapat 2 macam pengujian impact yaitu Metode Charpy dan Metode Izod :
Metode Charpy.
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1, spesimen diletakkan
mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak dari
takikan (notch) berada pada tepat ditengah arah pemukulan dari belakang takikan.
Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang lain termasuk
Indonesia.
Metode Izod.
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1 spesimen dijepit pada
salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan takikan.
Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
Prosedure Impact Test :
Temperatur Transisi
Pengujian impak juga dapat digunakan untuk menentukan ductile to brittle transition
temperature yaitu temperatur tertentu yang lebih rendah dimana logam berubah menjadi
getas. Temperatur transisi ini hanya dapat diperoleh jika pengujian impact dilakukan pada
temperatur yang bervariasi. Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 4.
Kriteria 1, yaitu T1 pada temperatur ini pola patahan adalah 100% fibrous. FTP
(Fracture Trasnsition Plastic), kriteria ini sangat konservatif karena pada suhu ini
spesimen patah ulet telah dianggap mengalami transisi.
Kriteria 2, yaitu T2 FATT (fracture Apperance Transition Temperature) Temperatur pada
saat menghasilkan pola patahan 50% cleavage fracture & 50% ductile fracture.
Kriteria 3, yaitu T3 rata-rata energi tertinggi dengan energi terendah yang diserap,
besarnya seringkali mirip dengan T2.
Kriteria 4, yaitu T4 temperatur yang dapat menghasilkan energi sebesar 20 joule (15 ft
lb).
Kriteria 5, yaitu T5 temperatur yang menghasilkan pola patahan 100% cleavage fracture
disebut NDT (Nil Ductility Temperature).
Prosedure Impact Test :
Acceptance Criteria Uji Impak :
Hasil uji impak tidak dapat digunakan untuk keperluan perhitungan suatu
desain, namun hanya dapat digunakan untuk membandingkan sifat
ketangguhan suatu bahan dengan bahan lain. Hal ini dikaerenakan banyak
faktor yang mempengaruhi impact strength hingga tidak dapat dicari
korelasinya antara kondisi pengujian dengan kondisi pemakaian, misalnya
pada saat pengujian kecepatan pembebanan sudah tertentu sedangkan pada
pemakaian bisa bervariasi.
Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian
untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan
menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan
untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua
penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan.
Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang
berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam pemberian beban dan
penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
yaitu:
Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).
Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
Tegangan luluh ( Yield Stress ).
Bending Test
Bending Test
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji tekuk bending dibedakan menjadi 2, yaitu
transversal bending dan longitudinal bending. Apabila kedua jenis pengujian tersebut digunakan
pada benda hasil pengelasan, maka pemotongan area pengelasan harus disesuaikan dengan jenis
pengujiannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual
setelah benda ditekuk.
1. Pengujian Tekuk Melintang (Transversal Bending).
Pada transversal bending, saat pengambilan specimen harus tegak lurus dengan arah
pengelasan. Menurut arah pembebanan dan lokasi pengamatan, Uji Tekuk Melintang( transversal
bending) dibagi menjadi tiga:
a. Face Bend (Bending di permukaan las).
Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar las mengalami
tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pengamatan dilaksanakan pada
permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah muncul retak atau tidak. Jika muncul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ).
Bending Test
Bending Test
Berdasarkan standard and code ASME sec. IX, ukuran diameter mandril ditentukan
berdasarkan P-No. dari material yang diuji. Namun jika P-No. material tidak
ditemukan pada referensi di standar tersebut, maka dapat digunakan data elongation
material uji untuk mencari diameter mandril atau penekan.
Berbeda dengan standard and code ASME sec. IX yang menggunkan P-No. dan data
elongation material, pada standar yang lain yaitu AWS D1.1 justru menggunakan data
kekuatan luluh ( yield strength) dari material yang diuji untuk menentukan diameter
mandril atau penekan. Pada Gambar 7 dapat dilihat cara penentuan diameter mandril /
penekan berdasarkan standard and code ASME sec. IX.
Acceptance Criteria Bending Test :
1. Keretakan pada weld metal atau HAZ maksimal 3 mm diukur dari segala
arah pada permukaan cembung yang telah ditekuk.
2. Retak pada pojok permukaan yang telah ditekuk tidak diperhitungkan.
Kecuali yang disebabkan oleh slag inclusión , lack of fusion , atau cacat
lainnya.
3. Pada pengelasan overlay cladding tidak boleh terdapat retak terbuka
melebihi 1.5 mm dihitung dari segala arah. Pada interface tidak boleh
terdapat retak terbuka melebihi 3 mm.
Acceptance Criteria Bending Test :