KARAKTERISASI MATERIAL
NIM : 21050117130109
Pada jurnal ini, penulis tidak membahas tentang tata cara ataupun tahapan
dari setiap pengujian yang dilakukan. Penulis langsung memaparkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Penulis hanya mencantumkan dimensi specimen
uji tarik pada ASTM A370-12a.
Dari hasil pengujian yang diperoleh, dapat dilihat bahwa apa yang telah
dilakukan oleh penulis memiliki kemungkinan telah sesuai dengan kaidah ataupun
acuan yang digunakan. Selain itu, penulis juga hanya melakukan pengujian satu kali
untuk tiap temperature. Menurut saya, hasil penelitian akan lebih terpercaya apabila
telah dilakukan pengujian lebih dari satu kali.
2. Pengujian Tarik
Dari hasil uji tarik, kita akan memperoleh data nilai dan grafik dengan
format sebagai berikut.
Do Du
No (mm) Lo (mm) (mm) Lu (mm) Fmaks (N) Fyield (N)
1
2
3
mean
Dari data dan grafik yang diperoleh, kita dapat menentukan beberapa nilai
sifat mekanis dari sebuah material antara lain :
- Modulus of elasticity
- Yield strength
- Tensile strength
- Modulus of resilience
- Failure stress
- Ductility
- Toughness
- Strain hardening coefficient
- Strength constant
dengan,
C = kapasitas panas
Q = energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dT
dT = perubahan temperatur
b. Ekspansi Termal
Ekspansi termal adalah perubahan dimensi yang terjadi akibat adanya
perubahan temperature. Perhitungan untuk mendapatkan koefisien ekspansi termal
dilakukan dengan mengamati perubahan panjang akibat kenaikan temperature yang
terjadi. Besarnya koefisien ekspansi termal dipengaruhi oleh pori pada suatu
material. Kehadiran pori akan mereduksi massa material. Semakin banyak pori
akan memperkecil daya hantar panas sehingga koefisien ekspansi termalnya
menjadi lebih kecil.
Pada suhu normal, atom dalam benda padat berosilasi di sekitar posisi
keseimbangannya dengan amplitudo sekitar 10-11 m dan frekuensi sekitar 1013 Hz.
Rata-rata jarak antara atom adalah sekitar 10-10 m. Ketika suhu benda padat
meningkat, atom berosilasi dengan amplitudo yang lebih besar, sebagai akibatnya,
pemisahan rata-rata antara mereka meningkat. Akibatnya, objek mengembang.
Koefisien ekspansi termal adalah fraksi peningkatan volume zat per derajat
peningkatan suhu. Hokum Charles memperlihatkan bahwa koefisien ini sama untuk
gas dan besarnya yaitu 1/273,15 (0C)-1 pada 00C. dengan demikian peningkatan
suhu sebesar 10C menyebabkan gas berekspansi sebesar 1/273,15 atau 0,366 % dari
volume asalnya pada 00C, salkan tekanannya tetap. Sedangkan koefisien ekspansi
padatan dan cairan jauh lebih kecil. Koefisien ekspansi termal padatan umumnya
kurang dari 0,02 % per derajat celcius.
c. Konduktivitas Termal
Konduksi termal merupakan fenomena dimana panas yang dihantarkan dari
daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah pada suatu zat. Sifat
yang mencirikan kemampuan suatu material untuk mentransfer panas disebut
konduktivitas termal. Hal tersebut dapat diekspresikan pada persamaan berikut
Dimana q adalah fluks panas, atau aliran panas per satuan waktu atau per
satuan luas (W/m2), k adalah konduktivitas termal (W/mK).
Panas dihantarkan pada material padat oleh kedua gelombang getaran kisi
(fonon) dan elektron bebas. Konduktivitas termal dikaitkan dengan masing-masing
mekanisme tersebut, dan konduktivitas total adalah penjumlahan dari dua
mekanisme, atau
- Kapasitas Panas :
- Ekspansi Termal :
- Tegangan Termal :
8. Kekakuan Material
Kekakuan merupakan kemampuan material untuk menahan terjadinya
deformasi. Kekakuan suatu material dapat ditentukan berdasarkan nilai E atau
modulus elasitisitasnya. Apabila sebuah material memiliki luas penampang yang
sama namun bentuk luas penampangnya berbeda, maka material tersebut akan
memiliki nilai kekakuan yang berbeda pula. Selain itu, inersia dari bentuk material
juga mempengaruhi nilai kekauannya. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa
kekakuan merupakan sifat dari sebuah struktur, bukan sifat material.
Untuk cara menguji kekakuan material, dapat dilakukan uji tarik dengan
menggunakan ASTM E8 sebagai acuannya. Setelah menesuaikan dimensi dari
setiap bentuk yang terdapat pada ASTM E8, lakukan pengujian dengan langkah
sebagai berikut :
– Catat data mesin pada lembar kerja.
– Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
– Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
– Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
– Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
– Catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan ketika patah yang
nilainya tampak pada monitor beban.
– Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang
yang patah .
Setelah melakukan pengujian, akan memperoleh grafik seperti pada gambar
dibawah.
Dari grafik yang telah ada, kita dapat menentukan nilai E materialnya.
Setelah itu kita dapat menghitung inersia dari spesimen berdasarkan bentuk
penampangnya. Untuk memudahkan hal tersebut, kita dapat mengisi tabel berikut.
Bentuk Material Properties
No
Penampang Modulus Elastisitas Inersia Panjang
1
2
3
Untuk nilai kekakuan dapat ditentukan menggunakan rumus atau persamaan
sebagai berikut :
Dimana,
K : Kekakuan
F : Gaya beban
Δ : elongasi
E : Modulus elastisitas
I : Inersia
L : Panjang
9. Soal
Calculate the 0,2% offset yield strength
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan,
Dan persamaan,
Dari data yang ada pada soal, akan diperoleh data sebagai berikut :
Dari data S dan e yang telah diperoleh dapat dibentuk grafik seperti dibawah ini.
Dari grafik diatas, hitung 0,2% offset yield strength nya.
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan nilai 0,2% offset yield strengthnya
ialah 44932,6011 Psi.
a. Tensile Strength
c. %elongation
%elongation dapat ditentukan dengan persamaan,
d. %reduction in area
Untuk menghitung %reduction in area, gunakan persamaan
56914,6281 Psi
g. modulus of resilience
modulus of resilience dapat ditentukan apabila kita mengetahui yielding
strength dan strain at yielding nya. Untuk menentukan kedua nilai tersebut, kita
harus melihat pada grafik dibawah
Dari grafik, yield strengthnya ialah sekitar 37443,8342 psi dan nilai
strainnya sekitar 0,002085. Dari situ gunakan persamaan
ε ln ( 1 e)
Nilai k dapat ditentukan apabila ε =1 . Oleh karena itu, kita membutuhkan nilai 𝜎
saat ε =1. Lalu menggunakan persamaan
k n
𝑥 − 77383,92411 = 35179,26364
𝑥 = 112563,1877
Nilai 𝜎 saat ε =1 ialah 112563,1877 psi
Lalu, untuk nilai n ialah slope dari grafik log 𝜎 vs ε. Maka nilai n adalah
𝑦2 − 𝑦1 4,934201 − 4,888651
=
𝑥2 − 𝑥1 0,412109651 − 0,223143551
𝒏 = 𝟎, 𝟐𝟒𝟏
Maka nilai n = 0,241
Hitung nilai k dengan persamaan
k n