BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan produk baja di dunia semakin berkembang.
3. Laju regangan yang tinggi atau pembebanan yang tinggi atau laju
pembebanan yang cepat.
Ketiga faktor tersebut tidak perlu ada secara bersamaan pada waktu terjadi
patah getas. Sebagian besar peristiwa kegagalan getas disebabkan oleh keadaan
tegangan tiga sumbu, seperti terdapat pada takik, dan oleh sumbu rendah.
Akan tetapi, kedua penyebab tersebut akan lebih menonjol apabila terdapat
laju pembebanan yang tinggi, dan untuk menentukan kepekaan bahan terhadap
patah getas, seringkali digunakan pengujian impak.
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa metalurgi yang tahu akan kondisi
dari suatu material baja harus banyak melakukan penelitian tentang karakteristik
baja, oleh karena itu pada laboratorium metalurgi dilakukan beberapa pengujian
untuk mengetahui sifat perpatahan dari logam, diantaranya yaitu dengan uji
impak.
1.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum uji impak ini adalah untuk mengetahui
pengaruh temperatur terhadap harga impak (HI) dan sifat perpatahan berdasarkan
% (persen) patahan.
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikum kali ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari tingkat temperatur yang bervariasi pada
masing-masing pengujian yakni antara lain pada temperatur 0 oC, 25oC, dan 50oC.
Variabel terikatnya terdiri dari ukuran benda uji dan skala bandul yang diterapkan.
1.4
Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab, dimana Bab I berisikan
tentang kesimpulan yang didapat dari percobaan. Kemudian pada bagian akhir
terdapat daftar pustaka, lampiran (lampiran contoh perhitungan, gambar alat dan
bahan, jawaban pertanyaan dan tugas khusus) serta blanko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uji Impak
Pengujian impak digunakan untuk menguji kecenderungan suatu material
untuk bersifat getas. Spesimen yang diberi notch (takikan) menerima beban secara
tibatiba (rapid loading). Pada pembebanan cepat ini, terjadi proses penyerapan
energy yang besar dari energy kinetic suatu beban yang menumbuk ke spesimen.
Sejarah dilakukannya pengujian ini adalah karena hasil uji tarik yang biasa
digunakan untuk mengetahui sifat material tidak dapat memprediksi secara tepat
perilaku patah dari material. [Astrid Parama, 2007]
Kekuatan impak adalah salah satu kriteria penting dalam ilmu metalurgi.
Pengujian ini adalah untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan
maupun kegetasannya. Pada umumnya pengujian impak menggunakan batang
bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk
menentukan kecenderungan bahan untuk bersifat getas. Dengan jenis uji ini dapat
diketahui perbedaan sifat bahan yang tidak teramati dalam uji tarik. Beberapa
kasus laju pembebanan tidak dapat ditetapkan dengan baik, maka oleh karena itu
perlu hati-hati dalam membandingkan hasil satu sama lain.
Hasil yang diperoleh dari uji batang bertakik tidak langsung sekaligus
memberikan besaran rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin
mengukur komponen tegangan tiga sumbu pada takik. Para peneliti perpatahan
getas logam telah menggunakan berbagai bentuk benda uji untuk pengujian impak
bertakik.
Secara umum harga impak (HI) didefinisikan sebagai perbandingan antara
energi yang digunakan untuk mematahkan bahan (U) dengan luas penampang sisa
lintang spesimen uji. Harga impak didapat dengan persamaan[Avner, 1964] :
HI=
.(1)
E mg(h1 h2)
=
................................................................................
A
A
Keterangan :
m = massa bandul pemukul
g = percepatan gravitasi
h1 = beda tinggi pusat bandul & spesimen sebelum pemukulan
h2 = beda tinggi pusat bandul & spesimen setelah pemukulan
A = luas penampang lintang spesimen uji
Semakin banyak energi yang diserap berarti semakin besar harga impak
spesimen. Sebaliknya semakin kecil energi yang diserap harga impak spesimen
menjadi semakin kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga impak antara lain
1.
2.
3.
4.
Temperatur
Jenis material uji
Lajupembebananimpak
Triaxial stress
melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi, kira-kira 103
detik-1.
2. Metoda Izod
Dengan batang impak kontiveler. Benda uji izodlazim digunakan di
Inggris, namun saat ini jarang digunakan. Benda uji izod mempunyai
penampang lintang bujursangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat
ujung yang dijepit.
Perbedaan antara metoda charpy dengan Metoda izod perbedaan yang
sangat jelas antara Metoda charpy dengan metoda izod adalah peletakan bahan uji
dan arah beban impaknya. Apabila pada charpy bahan uji diletakkan mendatar
(horizontal) dan beban impak datang dari arah belakang takik, maka pada Metoda
izod bahan uji diletakkan dengan posos berdiri tegak (vertikal) dan beban impak
datang dari arah depan takik.
Metode charpy lebih umum dilakukan karena lebih mudah diterapkan,
murah dan pengujiannya dapat dilakukan pada suhu di bawah suhu ruang. Pada
metode izod, spesimen harus dipendam dalam posisi horizontal, kemudian diberi
rapid load dibagian diatas notch. Hal ini dinilai agak merepotkan dalam
pengujian, karena suhu spesimen yang telah ditentukan dapat mudah berubah
akibat lamanya waktu pemendama spesimen yang akan mengakibatkan hasil
pengujian yang tidak valid.
Pengukuran lain dari uji charpy yang biasanya dilakukan adalah
penelaahan permukaan patahan untuk menentukan jenis patahan yang terjadi;
patahan berserat (patahan geser), granular (patahan belah) atau campuran dari
keduanya. Bentuk patahan yang berbeda-beda ini dapat ditentukan dengan mudah,
walaupun pengamatan permukaan patahan tidak menggunakan perbesaran. Facet
permukaan patahan belah yang datar memperlihatkan daya pemantul cahaya yang
tinggi serta penampilan yang berkilat.
Sementara permukaan patahan ulet berserat yang berbentuk dimple
menyerap cahaya serta penampilan yang buram. Biasanya dibuat suatu perkiraan
berapa persen (%) patahan permukaan yang terjadi berupa patahan belah atau
serat.
distandarkan baik ukuran dan tipe takikannya. Benda uji atau spesimen harus
benar-benar telah dikerjakan dengan baik dengan ketentuan kehalusan tertentu.
Bahkan selama preparasi spesimen uji impact, material tidak boleh mengalami
pengaruh deformasi maupun pengaruh pengerjaan panas.
Ukuran dan tipe takikan yang digunakan untuk uji impact. Beberapa tipe
takikan spesimen uji impact metoda charpy yaitu tipe (A, B dan C) dapat dilihat
pada Gambar 5 pada gambar terlihat ada tiga tipe spesimen yaitu : tipe A atau V
(V notch), tipe B atau lubang kunci (key notch) dan tipe C atau U (U notch).
2.3 Pengujian Impak Charpy
Pengujian impak charpy mengukur energi yang diserap oleh laju regangan
tinggi perpatahan dari sebuah benda uji bertakik standar. Benda uji dipatahkan
dengan benturan dari sebuah palu pendulum yang berat, yang jatuh dari jarak
tetap (energi potensial yang konstan) untuk membentur benda uji dengan
kecepatan yang tetap (energi kinetik yang konstan). Bahan-bahan yang tangguh
(tough) menyerap banyak energi ketika dipatahkan dan bahan-bahan yang getas
(brittle) menyerap energi sangat sedikit [James Marrow, 2009]. Energi impak
yang diukur dengan pengujian charpy adalah usaha yang dilakukan untuk
mematahkan benda uji. Pada impak, spesimen berubah bentuk secara elastis
sampai peluluhan tercapai (deformasi plastis) dan sebuah zona plastis berkembang
pada takikan. Ketika pengujian dilanjutkan, perubahan spesimen oleh impak
menyebabkan usaha pada zona plastis mengeras.Hal ini meningkatkan tegangan
dan regangan pada zona plastis sampai spesimen patah. Energi impak total
tergantung pada ukuran dari benda uji, dan standar ukuran benda uji yang
digunakan untuk dibandingkan diantara bahan-bahan yang berbeda. Energi impak
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti halnya:
1. Kekuatan peluluhan dan keuletan
2. Takikan
3. Suhu dan laju regangan
4. Mekanisme perpatahan
2.4.
10
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1
Data pengamatan
Pembahasan
Literatur
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir percobaan pengujian impak
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
1. Mesin uji impak Charpy
2. Penjepit spesimen
3. Termometer
4. Wadah tempat es
5. Jangka sorong
3.2.2 Bahan
11
1. Benda uji
2. Es batu
3.3 Prosedur Percobaaan
1.
12
BAB IV
HASIL DAN PERCOBAAN
4.1
Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, berikut adalah data-data
Bahan
Penampan
g
(mm2)
4.2
Suh
Energi
Harga
(Joule
Impak
(oC)
(J/mm2)
Bentuk Patahan
(%)
Baja
Kapal
80
160
50.35
BS 4360
A
80
25
48
0.6
67
BS 4360
A
80
50
72
0,9
43
Pembahasan
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pengujian untuk
menentukan tingkat ketangguhan dari sebuah sampel baja untuk kapal dengan
menghitung seberapa besar penyerapan energi yang berasal dari pembebanan
dinamis pendulum mesin uji impak. Pada praktikum kali ini beban impak
bergantung dari skala ketinggian pendulum yang diterapkan, dalam hal ini
digunakan skala ketinggian hingga 300 J. Luas penampang benda uji dalam hal ini
dihitung dengan mengalikan panjang antara ujung sampel dengan sisi ujung
takikan kemudian hasilnya dikalikan dengan tebal sampel uji, proses pengujian
13
dalam hal ini menggunakan jangka sorong. Lewat pengujian ini akan dicari tahu
seberapa tinggi ketangguhan baja untuk kapal terhadap pembebanan impak pada
temperatur rendah dalam hal ini 3oC. Selain untuk mengetahui seberapa besar
energi impak yang akan dihasilkan, dapat diketahui pula jenis perpatahan apa
yang terjadi pada sampel uji apakah patah ulet atau getas.
Pada sampel uji sendiri terdapat takikan yang berfungsi sebagai upaya untuk
membuat konsentrasi tegangan di daerah takikan artinya agar saat sampel uji
diberikan pembebanan impak maka konsentrasi tegangan yang terjadi dapat
menjadi lebih terpusat pada daerah yang lancip sehingga material lebih mudah
patah. Jika pada sampel uji tidak terdapat takik, maka tumbukan yang diberikan
akan menyebabkan perpatahan sampel uji dapet terjadi secara tidak beraturan
sehingga dalam hal ini profil ketangguhan yang sesungguhnya pada sampel tidak
akan dapat ditentukan (Sukanto.2004)
Pada praktikum kali ini proses pengujian untuk baja kapal dilakukan pada
temperatur 3oC, didapatkan hasil energy yang diserap 160 Joule dengan harga
impak 2 J/mm2 dengan bentuk patahan 50.35%. Selain data hasil percobaan untuk
kapal juga terdapat data hasil percobaan untuk baja BS 4360 A pada temperatur 25
dan 50oC. Pada temperatur 25oC baja BS 4360 A hanya mampu menyerap energy
48 Joule dengan harga impak 0.6 J/mm2 dan bentuk patahan 67% sedangkan pada
temperatur 50oC baja BS 4360 A mampu menyerap energi sampai 72 Joule dengan
14
harga
impak
0.9
J/mm2
bentuk
patahan
hanya
43%.
180
160
140
120
100
80
60
Energi yang Di Serap (Joule) 40
20
0
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa benda uji yang paling tinggi menyerap energi
adalah baja untuk kapal yaitu sebesar 160 Joule meskipun dites dalam kondisi
temperature yang rendah yaitu 3oC, sedangkan baja BS 4360 A pada temperatur
25oC hanya 48 Joule dan BS 4360 A pada temperatur 50oC hanya 72 Joule.
Sehingga dapat disimpulkan melalui percobaan uji impak charpy ini bahwa baja
untuk kapal pada temperatur rendah yaitu 3oC dengan nilai energi yang mampu
diserap 160 joule lebih tangguh dibandingkan dengan baja BS 4360 A pada
temperatur 25 dan 50oC dengan nilai energi yang mampu diserap yaitu 48 dan 72
Joule.
15
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Komposisi Logamnya
Proses Pembuatan
Struktur Mikro dan Makro
Lingkungan (Tri Djaka.2013)
16
Artinya perbedaan keuletan atau kegetasan antara baja kapal dengan baja BS
4360 A dipengaruhi oleh komposisi logam dan lingkungan, faktor yang paling
menonjol yang mempengaruhi perbedaan keuletan dan kegetasan antara baja BS
4360 A adalah faktor lingkungan dalam hal ini faktor lingkunganya adalah
temperatur sedangkang faktor yang paling menonjol yang mempengruhi antara
baja BS 4360 A dengan baja kapal adalah komposisi logam dan temperatur
lingkungannya.
Tabel 4.2 Data Metalurgis Seri Logam BS 4360 A (Continental Steel.2010)
Seri
Logam
Temperatur
(oC)
Min.
Charpy
V-Notch
Komposisi %
Elongasi
BS
4360 A
20
27 J
22%
Si
Mn
0.25
0.5
1.5
0.05
0.05
Baja kapal atau Ship Plate/ Plate Kapal dikarenakan ukuran dan peruntukan
material ini untuk bahan pembuatan kapal ,Bisa disebut dan masuk kategori plate
kapal minimal mempunyai dimensi standar lebar 1500mm (5 Feet) dan panjang
dimensi dari mulai 6000mm s.d 12000mm.
Speseifikasi material plate kapal pada umumnya mengacu pada standar JIS G
3131. Ketebalan yang Vailable untuk plat kapal dari mulai 4,5mm s.d 200mm
dengan rata-rata toleransi ukuran standar SNI 0,2mm.
Tabel 4.3 Data Metalurgis Seri Logam JIS G 3101 SPHC (Harsisto.2001)
Seri
Logam
JIS G
3131
Temperatur
(oC)
-
Min.
Charpy
VNotch
Komposisi %
Elongasi
49%
Si
Mn
0.06
0.05
0.3
0.01
0.0073
Dari data pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 terlihat bahwa pada baja BS 4360 A
kandungan karbonnya adalah 0.25% sedangkan pada baja JIS G 3101 atau baja
kapal kandungan karbonya hanya 0.06% sehingga secara teoritis terbukti bahwa
baja kapal memiliki keuletan lebih tinggi dibandingkan dengan baja BS 4360 A
jika ditinjau dari komposisi karbon yang dikandungnya.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil
18
50oC dengan energi yang mampu diserap berturut-turut yaitu 160, 48 dan
72 Joule.
2. Baja BS 4360 A Temperatur 50oC memiliki deformasi plastis yang paling
tinggi dibandingkan dengan baja BS 4360 A tempertur 25oC dan baja
kapal pada temperatur 3oC dengan nilai deformasi plastis berturut-turut
57%, 33% dan 49.65%.
3. Faktor yang mempengaruhi properties dan behavior dari suatu logam
adalah komposisi logam, proses pembuatan, struktur mikro dan makro
dan lingkungan.
5.2
Saran
Beberapa saran terhadap jalannya praktikum yang telah dilakukan ialah :
1. Sebaiknya sampel uji ditambah agar praktikan dapat membandingkan
secara langsung pembebanan sampel pada berbagai temperatur proses
yang bervariasi, sehingga pengamatan perbandingan perpatahan yang
terjadi juga bisa lebih maksimal.
2. Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam melepasakn bandul agar tidak
terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, H.E, dan G.E, Troxell, The Testing and Inspection of Engineering
Material, Mc. Graw-Hill, New York, 1964.
Avner, S.H., Introduction to Physical Metallurgy, Mc. Graw-Hill, New
York, 1964.
Buku panduan praktikum laboratorium metalurgi II, Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, cilegon, Banten, 2014.
Lakhtin, Y., Engineering Physical Metallurgy, MIR Published, Moscow,
1968.
19
LAMPIRAN A
20
CONTOH PERHITUNGAN
21
E
A
160
80
2
2 J /mm
Dimana:
A : luas penampang benda uji (mm2)
E: energi yang diserap spesimen (Joule)
HI : harga impak (Joule/mm2)
3. Interpolasi mencari Y1 :
X
50
5.35
5.5
45
y-y1 = x x
y3-y1
x3-x1
y-50 = 5.35 5
45-50
5.5 - 5
Y = 49.65
22
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
23
24
25
pada
temperatur
tinggi
dan
getas
pada
temperature
rendah.
Bentuk serta posisi kurva FATT sangat penting dalam menentukan temperatur
transisi suatu material. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurva FATT,
yaitu struktur kristal, atom interstisi, grain size, heat treatment, orientasi dari
spesimen dan ketebalan dari spesimen.
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan uji impak dengan metode charpy dan
izod?
Jawab :
Kelebihan metode charpy :
1.
2.
3.
4.
26
27
Temperatur
(oC)
-
Min.
Charpy
VNotch
Komposisi %
Elongasi
49%
Si
Mn
0.06
0.05
0.3
0.01
0.0073
28
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
29
30
LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAA