Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

UJI BENDING

Oleh:
AJIS SAPUTRA
120170043

Asisten Praktikum:
ANTONIO CARLO (119170065)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aplikasi dari sebuah material sangat di pengaruhi oleh sifat fisis dan mekanis
dari matrial tersebut. Sifat fisis dan mekanis dari sebuah material dapat diketahui
apabila sudah dilakuan penujian. Tujuan dari dilkukannya suatu pengujian
mekanis adalah untuk menentukan respon materialdari suatu kontruksi,
komponen, atau rakitan fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari
luar. Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh perilaku inheren (sifat yang
lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomik maupun mikroskopis
dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari material terhadap
pembebanan tersebut.

Pengujian untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis (mechanial properties)


material tergantung dari jenis material yang akan dilakukan pengujian.
Sementara ini ada beberapa jenis material yang dapat dijadikan acuan yaitu:
a. Material logam
b. Material kermik
c. Material komposit
d. Material polimer

Selain itu sasaran penggunaan dari meterial tersebut jugaakan mempenaruhi jenis
pengujiaan yang akan dilakukan. Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan
salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual.
Proses pembebanan menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya
telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk
diantara dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan.
Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang
berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam pemberian beban dan
penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kekuatan tarik (Tensile Strength ).
b. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
c. Tegangan luluh ( Yield Stress )

Uji bending pada suatu material dilakukan dengan menggunakan beban dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai modulus elastisitas pada uji
bending dan uji tarik atau uji tekan akan mengalami sedikit perbedaan meskipun
spesimennya sama. Hal itu disebabkan karena modulus elastisitas pada uji tarik
atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik atau tekan. Sedangkan pada
uji bending, modulus elastisitasnya berada pada dua arah, yaitu tarik dan tekan.
Dalam bending biasanya terdapat beban direct stress dan transverse shear.

Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang mengalami
jenis pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk material logam yang
berbentuk pelat mengacu pada ASTM E Pengujian bending dilakukan khusus
untuk material yang getas, karena material getas tidak cocok digunakan untuk uji
tarik. Bentuk spesimen uji tarik terlalu rentan untuk material getas. Selain itu,
grip pada uji tarik dapat membuat material getas patah terlebih dahulu. Oleh
karena itu pengujian bending ini perlu dilakukan. Contoh nyata dari benda yang
mengalami bending sendiri yaitu jembatan penyebrangan, meja, kursi, chassis
mobil, excavator, dan lain-lain.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan modulus elastisitas material dan
kekuatan flexural material dengan metode 3 point.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

Ilmu logam merupakan bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang bukan
berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan
pengujian. Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam kontruksi,
permesinan, bangunan, maupun bidang lainya. Hal ini disebabkan karena sifat
logam yang bisa diubah, sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus
berkembang.

Untuk mengetahui kualitas suatu bahan ada banyak cara, salah satunya pengujian
adalah bending test. Bending test merupakan metode uji untuk menentukan
modulus elastisitas dengan penekukan (bending) dan kekuatan penekukan
(bending strength) pada specimen yang berbentuk strip atau plate dan bar atau
rod, benda uji ditumpu didekat masing-masing ujung benda uji dan dikenai
beban satu atau dua titik diantara tumpuan. Modulus elastisitas didapat dengan
mengukur beban dan defleksi pada tegangan dibawah tegangan proposional.
Kekuatan bending ditentukan dengan menambah beban secara bertahap dan
menguranginya secara bertahap sampai mendapatkan kondisi semula (tanpa
beban).

Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan
menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk
memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua
penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan
akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada
saat yang bersamaan.

Uji bending pada suatu material dilakukan dengan menggunakan beban dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai modulus elastisitas pada uji
bending dan uji tarik atau uji tekan akan mengalami sedikit perbedaan meskipun
spesimennya sama. Hal itu disebabkan karena modulus elastisitas pada uji tarik
atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik atau tekan. Sedangkan pada
uji bending, modulus elastisitasnya berada pada dua arah, yaitu tarik dan tekan.
Dalam bending biasanya terdapat beban direct stress dan transverse shear.

Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang mengalami
jenis pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk material logam yang
berbentuk pelat mengacu pada ASTM E Pengujian bending dilakukan khusus
untuk material yang getas, karena material getas tidak cocok digunakan untuk uji
tarik. Bentuk spesimen uji tarik terlalu rentan untuk material getas. Selain itu,
grip pada uji tarik dapat membuat material getas patah terlebih dahulu. Oleh
karena itu pengujian bending ini perlu dilakukan. Contoh nyata dari benda yang
mengalami bending sendiri yaitu jembatan penyebrangan, meja, kursi, chassis
mobil, excavator, dan lain-lain.

Suatu material akan memberikan reaksi tertentu terhadap sejumlah gaya dari luar.
Dengan gaya luar tersebut akan menimbulkan momen lengkung yang akan
menyebabkan material tersebut mengalami deformasi plastis dengan sudut
kelengkungan tertentu. Dengan begitu, pengujian bending berguna untuk
mengetahui besarnya sudut kelengkungan pada material.

Selain itu, pengujian bending atau kelengkungan ini dapat juga untuk mengetahui
mampu bentuk dari suatu material atau suatu sambungan pengelasan. Untuk
material yang ulet, melalui pengujian bending ini dapat juga diketahui adanya
cacat dan retak pada permukaan. Sedangkan untuk material getas, cara pengujian
bending ini adalah cara yang terbaik untuk menentukan kekuatan dan
kegetasanya. Pengujian bending ini dapat juga memperhitungkan besaran
modulus elastisitas suatu material. Mesin uji yang digunakan ini sama dengan
mesin uji tarik, yaitu : Universal Testing Machine Zwick Roell All Round
Z250SR.

Bahan mengalami beban lentur mengukur sifat mekanik tes, sifat mekanik bahan
dari metode dasar pengujian. Uji tekuk terutama digunakan untuk penentuan
kerapuhan dan bahan plastic rendah (seperti besi cor, baja, karbon tinggi, baja
perkakas, dll) dan kekuatan lentur dari indeks plastisitas dapat mencerminkan
defleksi. Uji bending dapat digunakan untuk memeriksa kualitas permukaan
material.

Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis. Modulus


elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis.
Modulus elastis juga berarti perbandingan tegangan dengan regangan pada
daerah elastis. Material yang lentur (tidak kaku) adalah material yang dapat
mengalami regangan bila diberi tegangan atau beban tertentu. Pengujian
lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap spesimen dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai
konstruksi atau komponen yang akan menerima pembebanan lengkung maupun
proses pelengkungan dalam pembentukan.

Bending merupakan pembebanan terhadap suatu bahan terhadap suatu titik di


tengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Pengujian lengkung
beban ialah pengujian lengkung yang bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek
kemampuan bahan uji dalam dalam menerima pembebanan lengkung yakni :
a. Kekuatan atau tegangan lengkung (σ)
b. Lenturan atau defleksi (δ) Sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut
defleksi
c. Elastisitas (E)

Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis
dari material las. Ada dua jenis uji lengkung yaitu: Uji lengkung kendali dan uji
lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah specimen dalam
bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian dalam tertentu
dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan kerusakanya.
Pengujian lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran
pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan,
dan seringkali digunkan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Pengujian
lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji lengkung bawah,
dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada specimen.
Pengujian kekuatan bending dapat dilakukan dengan metode three point bending
atau metode four point bending menurut kondisi dari benda uji yang
dipergunakan.

a. Metode Three Point Bending


Pada three point bending, spesimen atau benda dikenai beban pada satu titik
yaitu tepat pada bagian tengah batang (½ L). Pada metode ini material harus
tepat berada di ½ L, agar mendapatkan momen maksimum karena saat mecari
σ dibutuhkan momen maksimum tersebut. Berikut ini adalah ilustrasi dari
pengujian kekuatan bending dengan metode three point bending.
Gambar 2.1 Contoh pengujian bending three point

Akibat pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan,


sedangkan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Karena tidak
mampu menahan beban yang diterima, spesimen tersebut akan patah, hal
tersebut mengakibatkan kegagalan pada pengujian komposit. Kekuatan lentur
pada sisi bagian atas sama nilai dengan kekuatan lentur pada sisi bagian
bawah. Sehingga kekuatan lentur (flexural strength) dapat dirumuskan sebagai
berikut:

FL 1
x h
Mr 4 2
σflexural= = ......................................................(1)
1 1
b x h3
12

12 FLh
σflexural 3 .......................................................................(2)
8bh

3 FL
σflexural 2 ..........................................................................(3)
2b h

Dimana :
𝜎 = Flexural stress (MPa) F = Force /Load (N)
L = Panjang Span / Support span(mm) b = Lebar/ Width (mm)
h = Tebal / Depth (mm)

Untuk mencari flexural strain:


6s h
εf = ..................................................................................(4)
L2

600 s h
εf = 2 % ............................................................................(5)
L

Dimana :
𝜀𝑓= Flexural strain (%) s = Defleksi (mm)
L = Panjang Span / Support span(mm)
h = Tebal / Depth (mm)

Untuk Modulus Elastisitas :


σf
E= ........................................................................................
εf
(6)

Keakuratan dari nilai modulus elastisitas tersebut bergantung pada orientasi


spesimen terhadap arah pengerolan, besar butir, tegangan sisa, sejarah
regangan sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya, orientasi butir
terdeformasi terhadap arah tegangan normal, serta kondisi pengujian
(temperatur, peralatan, dan standarisasi). (Callister, William D. 2003).
b. Metode four point bending
Gambar 2.2 Contoh pengujian bending four point.

Gambar 2.3 Contoh diagram gaya geser bending four point.

Gambar 2.4 Contoh diagram momen lentur bending four point.

Saat material diberi beban pada daerah elastis, maka akan timbul tegangan
pada penampang melintang sebagai akibat dari momen lentur. (Hibbeler, R. C.
2011. Mechanics of Materials).

Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
3. Tegangan luluh ( Yield Stress ).

Gambar 2.5 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada bahan
uji.

Gambar 2.5 Skema Pengujian Tekuk pada Bahan Uji

Setelah menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung harus


diperiksa dari kemungkinan adanya retak atau cacat permukaan yang lain.
Apabila spesimen mengalami patah (fracture) setelah ditekuk, maka spesimen
dinyatakan gagal uji (rejected). Namun jika tidak patah maka kriteria
keberterimaan seperti jumlah retak, dimensi retak atau cacat permukaan lain
yang terlihat pada permukaan harus disesuaikan dengan standar yang diacu.
Adanya retak pada sisi ketebalan atau sudut-sudut spesimen tidak dinyatakan
sebagai kegagalan pengujian.

Kecuali dimensinya melebihi ukuran yang ditentukan oleh standar.


Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji tekuk bending dibedakan
menjadi 2, yaitu transversal bending dan longitudinal bending. Apabila kedua
jenis pengujian tersebut digunakan pada benda hasil pengelasan, maka
pemotongan area pengelasan harus disesuaikan dengan jenis pengujiannya.
Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pengelasan secara
visual setelah benda ditekuk.

1. Pengujian Tekuk Melintang (transversal Bending).


Pada transversal bending, saat pengambilan specimen harus tegak lurus
dengan arah pengelasan. Menurut arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, uji tekuk melintang (transversal bending) dibagi menjadi tiga:

a) Face Bend (bending di permukaan las).


Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan
akar las mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1.5 pengamatan dilaksanakan pada permukaan las yang
mengalami tegangan tarik, apakah muncul retak atau tidak. Jika muncul
retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau fusion line
(garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 2.6 skema pengujian tekuk face bend pada transversal


bending.

b) Root Bend ( bending di akar las ).


Root bend adala akar las mengalami tegangan tarik dan permukaan las
mengalami tegangan tekan, seperti yang ditunjukkan gambar 2.1.6
pengamatan dilakukan di akar las yang mengalami tegangan tarik, lalu
diamati apakah muncul retak atau tidak. Jika muncul retak dimanakah
letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau fusion line (yaitu garis
perbatasan WM dan HAZ)

Ga
mbar 2.7 skema pengujian tekuk root bend pada transversal bending

c) Side Bend ( bending di sisi las ).


Pengujian ini dilaksanakan apabila ketebalan material yang di las lebih
besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah
timbul retak atau tidak, seperti yang di tunjukkan gambar 2.1.7. Jika
muncul retak amati dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ
atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 2.8 skema pengujian tekuk side bend pada transversal


bending

2. Pengujian tekuk memanjang (longitudinal bending)


Pada pengujian jenis ini, spesimen diambil searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan. Pengujian
longitudinal bending dibagi menjadi dua :
a) Face Bend (bending pada permukaan las)
Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan
akar las mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.1.8. Pengamatan dilakukan di permukaan las yang
mengalami tegangan tarik, diamati apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau
fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Ga
mbar 2.9 skema pengujian tekuk face bend pada longitudinal
bending.

b) Root Bend (bending pada akar las)


Root bend adalah bending yang dilakukan sehingga akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan,
seperti yang ditunjukkan gambar 2.1.9 Pengamatan dilakukan di akar
las, amati apakah muncul retak atau tidak. Jika muncul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fusion line
(yaitu garis perbatasan WM dan HAZ).
Gambar 2.10 Skema pengujian tekuk root bend pada longitudinal
bending
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Pengujian
Kekerasan ini :
a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN)

Gambar 3.1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR

b. Jangka Sorong

Gambar 3.2 Jangka Sorong


c. Dimensi spesimen sebelum di uji

Gambar 3.3 spesimen sebelum diuji

d. Dimensi spesimen sesudah diuji

Gambar 3.4 spesimen sesudah diuji

3.2 Prosedur Percobaan Praktikum

Berikut adalah prosedur-prosedur yang dilakukan dalam melakukan praktikum


Pengujian Flexural :
a. memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan mengidupkan saklar MCB 2
unit pada panel.
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada Power Pack dan Mesin UTM.
c. Memutar Switch ON pada Test Control II, pastikan lampu berwarna kuning.
d. Menghidupkan PC (Tanda PC dengan UTM connect adalah lampu pada Test
Control II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada PC.
e. Kemudian membuka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang
sudah pernah dibuat (lihat gambar 3.3 untuk tampilan aplikasi).

Gambar 3.1.3 Tampilan Aplikasi TestXpert III

f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up dan kunci pada Power
Pack ON
g. Menekan Tombol ON pada TestControl II
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Mengatur dan
sesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.1.4 Flow chart
tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan garis panah
DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer
Gambar 3.1.4 Tampilan menu SET UP TESTING SYSTEM

i. Setelah dipilih, langkah selanjutnya adalah memasang sampel. Atur crosshead


menggunakan remote crosshead (pastikan jarak crosshead atas dan bawah
sesuai dengan gage length spesimen). Untuk melihat jarak sesuai dengan
actual.
j. Memasang bagian atas dahulu, untuk mencekam material menggunakan
remote power pack, memastikan tekanan disesuaikan dengan spesimen (Bar),
kemudian baru menekan grip bawah. Pastikan grip sebelah kanan atas dan
bawah rata dan sejajar.
k. Perlu diperhatikan dalam pemasangan ini posisi spesimen harus tegak lurus
untuk menghindari spesimen lepas atau slip
l. Pada saat penekanan spesimen, tekan tombol sambil tidak berbunyi lagi.
m. Menu Configure Test berisi tentang flow chart.
1. Start Position
Start Position berisi tentang pengaturan (lihat gambar 3.1.5): Grip to grip
separation at the start position untuk mengukur jarak antar grip dengan
tekan icon A. Speed, start position untuk mengatur kecepatan awal pada
saat penyesuain posisi.
Gambar 3.1.5 Tampilan pada Start Position

2. Pre-Load
Pre-Load Digunakan untuk mengatur kekuatan awal sebelum pengujian,
atau angka minimal yang ter record pada aplikasi.
3. Spesimen Data

Gambar 3.1.6 Tampilan pada Spesimen Data

Input about the spesimen untuk memberikan identitas seperti Spesimen ID,
Type, Part no, Removal dan Note. Spesimen shape for cross-section
calculation untuk menentukan bentuk dari spesimen seperti bar, plat dan
lainlain. Kemudian menu Diameter (diameter spesimen) dan test length
(panjang gage length).
4. Test
Pada menu Test ini kita dapat mengatur kecepatan masing-masing pada
saat modulus young, yield point atau kita dapat mengatur kecepatan
konstan pengujian tarik (lihat gambar 3.7).

Gambar 3.1.7 Tampilan pada menu Test.

5. End of test
Force shutdown threshold merupakan ambang batas untuk mematikan
paksa %Fmax.
Gambar 3.1.8 Tampilan Menu End of Test
6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil

Gambar 3.1.9 Menu tampilan Result

7. Break investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak titik
yang akan di deteksi, force transition, negatif elogation step dan positif
elogation step.
8. Action after the test
Input after the test digunakan untuk memberikan optical assesment, detail
about break, findings dan comment. Set the start position after the test.
Gambar 3.2.0Tampilan menu Action after the test

9. Measurement value storage


Travel save interval up to break, time to save interval dan force save
interval digunakan untuk mengukur pada saat interval preset.
10. Control parameters
11. Parameter for the report

Gambar 3.2.1 Tampilan menu untuk Report

12. Report
13. Export interfaces

Gambar 3.3.2 Tampilan data apa saja yang didapat


n. Run Test

Gambar 3.2.3 Tampilan hasil pengujian tarik

o. Untuk memulai pengujian, memutar kunci pada TestControl II dari Setup


ke Test, kemudian tekan Start, setelah spesimen patah tekan Stop.
p. Kemudian EXPORT TEST DATA untuk mengambil data hasil pengujian.
q. Setelah pengujian selesai melepaskan spesimen, close aplikasi (lampu
berubah dari hijau ke kuning), mematikan komputer (lampu berubah dari
kuning ke putih).
r. Mematikan Power Pack dan memutar saklar di TestControl II ke OFF.
s. Menurunkan 2 unit MCB kemudian membersikan, merapihkan dan
mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan. Meastikan isi log
book penggunaan alat.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBHASAN

4.1 Pengumpulan Data

a. Tabel Lembar Kerja

Gambar 4.1 Spesifikasi data yang diambil selama praktikum

b. Alat dan Bahan yang digunakan


1. Universal testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN)

Gambar 4.2 Universal testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
(250 kN)

2. Jangka Sorong
Gambar 4.3 Jangka Sorong

3. Spesimen Plastic ISO 178

Gambar 4.4 Spesimen Sebelum dan Sesudah diuji

4.2 Pengolahan Data

a. Menghitung nilai flexural strees


3 FL
σ flexural= 2
=48,168 Mpa
2G h
b. Menghitung nilai flexural strain
600 Sh
εflexural= 2
%=71,058 %
L
c. Menghitung nilai modulus elastisitas
σf
E= =7,449 Mpa
εf

d. Kurva force dengan defleksi


Gambar 4.5 Kurva force dengan defleksi

e. Grafik flexural stress dengan strain

Gambar 4.6 Grafik flexural stress dengan strain


BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa

Pada prakikum kali ini, hasil yang didapat dari hasil perhitungan berdasarkan
data & grafik , pada grfik force dengan deformasi dapat dilihat bahwa
material patah pada pembebanan 138N. Dan dari grafik tersebut di dapatkan
nilain stress felxure adalah 48,186 Mpa dan nilai strain felxure adalah
71,08822. Kemudian pada grafik stress strain di dapat nilain pada modulus
elastisitas adalah 7, 449 Mpa.

Pada gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan antara gaya yang diberikan pada
spesimen dengan defleksi yang terjadi. Sebelum spesimen patah semakin
besar gaya tekan yang diberikan kepada spesimen maka semakin besar gaya
defleksi yang terjadi.

Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa flexural stress dan flexural strain yang
terjadi pada spesimen sebelum patah adalah semakin besar flexural stress
semakin besar pula flexural strain, tetapi ketika spesimen tersebut tidak
mampu tekanan, maka sampel akan patah dan perbandingan antara flexuural
stress dan flexural strain akan berbanding terbalik hingga akhirnya mesin
berhenti memberikan gaya tekan pada sampel.

Bisa ditarik kesimpulan dalam grafik 4.5 sama seperti grafik 4.6, terdapat
flexural stress maksimum dan strain maksimum, hal itu berbanding lurus.
Semakin besar gaya atau tegangan yang diberikan semakin besar juga
regangan atau defleksi yang didapatkan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di dapat mengenai praktikum kali ini adalah:


a. Nilai modulus elastisitas yang didapat dari spesimen ini yaitu 7,449 Mpa.
b. Nilai flexure stress yang didapat yaitu 48,186 Mpa dan nilai flexure strain
yaitu 71,0877 %.
c. Distibusi momen pada uji three-point bending adalah berbentuk segitiga
dimana niali maksimum terdapat pada titik pembebanan.
d. Pada metode three-point material harus tetap berada di 1/2L, agar
mendapatkan momen maksimum.
e. Dilihat dari grafik tegangan dan regangan berbentuk linier, hal ini terbukti
karena material plastik biasa menghasilkan grafik yang seperti demikian.

6.2 Saran

a. Sebaiknya pada pengujian, bahan uji tidak hanya satu, melainkan


menggunakan spesimen lain, sehingga praktikan dapat megetahui
perbedaan dari setiap material.
b. Praktikan sebaiknya membaca dan memahami isi modul sebelum
praktikum dimulai.
c. Melakukan pre-test sebelum praktikum, yang bertujuan agar praktikan
dapat meningkatkan motivasi belajar, dan ada pencapaian dari praktikan.

d. Diharapkan praktikan menggunakan alat-alat keselamaan kerja

DAFTAR PUSTAKA
Callister, W. D. (2003). An introduction material science and engineering 6
edition. New York: John Wiley & Son Inc.

H, F. (2019). PEMANFAATAN SERAT TEBU SEBAGI PENGUAT PADA


KOMPOSIT MENGGUNAKAN MATRIKS POLYESTER UNTUK
PEMBUATAN PAPAN SKATEBOARD.

JULIAPTINI, D. (2010). ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN


METALOGFRAFI BAJA KARBON RENDAH UNTUK APLIKASI
TABUNG GAS 3KG. 36.

Laboratorium Rekayasa Material ITERA (2021). Modul Praktikum Pengujian


Flexural. Lampung selatan: Laboratorium Rekayasa Matreial ITERA

Teguh Sulastyo, S. J. (2016). ANALISA TEKNIS PENGGUNAAN SERAT


DAUN NANAS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN KOMPOSIT
PEMBUATAN KULIT KAPAL DITINJAU DARI KEKUATAN
TARIK,BANDING DAN IMPACT. Jurnal Teknik Perkapalan-Vol 4 No.
1, 323-324.

Anda mungkin juga menyukai