UJI BENDING
Oleh:
AJIS SAPUTRA
120170043
Asisten Praktikum:
ANTONIO CARLO (119170065)
Aplikasi dari sebuah material sangat di pengaruhi oleh sifat fisis dan mekanis
dari matrial tersebut. Sifat fisis dan mekanis dari sebuah material dapat diketahui
apabila sudah dilakuan penujian. Tujuan dari dilkukannya suatu pengujian
mekanis adalah untuk menentukan respon materialdari suatu kontruksi,
komponen, atau rakitan fabrikasi pada saat dikenakan beban atau deformasi dari
luar. Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh perilaku inheren (sifat yang
lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomik maupun mikroskopis
dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari material terhadap
pembebanan tersebut.
Selain itu sasaran penggunaan dari meterial tersebut jugaakan mempenaruhi jenis
pengujiaan yang akan dilakukan. Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan
salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual.
Proses pembebanan menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya
telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk
diantara dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan.
Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang
berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam pemberian beban dan
penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kekuatan tarik (Tensile Strength ).
b. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
c. Tegangan luluh ( Yield Stress )
Uji bending pada suatu material dilakukan dengan menggunakan beban dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai modulus elastisitas pada uji
bending dan uji tarik atau uji tekan akan mengalami sedikit perbedaan meskipun
spesimennya sama. Hal itu disebabkan karena modulus elastisitas pada uji tarik
atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik atau tekan. Sedangkan pada
uji bending, modulus elastisitasnya berada pada dua arah, yaitu tarik dan tekan.
Dalam bending biasanya terdapat beban direct stress dan transverse shear.
Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang mengalami
jenis pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk material logam yang
berbentuk pelat mengacu pada ASTM E Pengujian bending dilakukan khusus
untuk material yang getas, karena material getas tidak cocok digunakan untuk uji
tarik. Bentuk spesimen uji tarik terlalu rentan untuk material getas. Selain itu,
grip pada uji tarik dapat membuat material getas patah terlebih dahulu. Oleh
karena itu pengujian bending ini perlu dilakukan. Contoh nyata dari benda yang
mengalami bending sendiri yaitu jembatan penyebrangan, meja, kursi, chassis
mobil, excavator, dan lain-lain.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan modulus elastisitas material dan
kekuatan flexural material dengan metode 3 point.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ilmu logam merupakan bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang bukan
berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan
pengujian. Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam kontruksi,
permesinan, bangunan, maupun bidang lainya. Hal ini disebabkan karena sifat
logam yang bisa diubah, sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus
berkembang.
Untuk mengetahui kualitas suatu bahan ada banyak cara, salah satunya pengujian
adalah bending test. Bending test merupakan metode uji untuk menentukan
modulus elastisitas dengan penekukan (bending) dan kekuatan penekukan
(bending strength) pada specimen yang berbentuk strip atau plate dan bar atau
rod, benda uji ditumpu didekat masing-masing ujung benda uji dan dikenai
beban satu atau dua titik diantara tumpuan. Modulus elastisitas didapat dengan
mengukur beban dan defleksi pada tegangan dibawah tegangan proposional.
Kekuatan bending ditentukan dengan menambah beban secara bertahap dan
menguranginya secara bertahap sampai mendapatkan kondisi semula (tanpa
beban).
Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan
menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk
memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua
penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan
akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada
saat yang bersamaan.
Uji bending pada suatu material dilakukan dengan menggunakan beban dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai modulus elastisitas pada uji
bending dan uji tarik atau uji tekan akan mengalami sedikit perbedaan meskipun
spesimennya sama. Hal itu disebabkan karena modulus elastisitas pada uji tarik
atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik atau tekan. Sedangkan pada
uji bending, modulus elastisitasnya berada pada dua arah, yaitu tarik dan tekan.
Dalam bending biasanya terdapat beban direct stress dan transverse shear.
Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang mengalami
jenis pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk material logam yang
berbentuk pelat mengacu pada ASTM E Pengujian bending dilakukan khusus
untuk material yang getas, karena material getas tidak cocok digunakan untuk uji
tarik. Bentuk spesimen uji tarik terlalu rentan untuk material getas. Selain itu,
grip pada uji tarik dapat membuat material getas patah terlebih dahulu. Oleh
karena itu pengujian bending ini perlu dilakukan. Contoh nyata dari benda yang
mengalami bending sendiri yaitu jembatan penyebrangan, meja, kursi, chassis
mobil, excavator, dan lain-lain.
Suatu material akan memberikan reaksi tertentu terhadap sejumlah gaya dari luar.
Dengan gaya luar tersebut akan menimbulkan momen lengkung yang akan
menyebabkan material tersebut mengalami deformasi plastis dengan sudut
kelengkungan tertentu. Dengan begitu, pengujian bending berguna untuk
mengetahui besarnya sudut kelengkungan pada material.
Selain itu, pengujian bending atau kelengkungan ini dapat juga untuk mengetahui
mampu bentuk dari suatu material atau suatu sambungan pengelasan. Untuk
material yang ulet, melalui pengujian bending ini dapat juga diketahui adanya
cacat dan retak pada permukaan. Sedangkan untuk material getas, cara pengujian
bending ini adalah cara yang terbaik untuk menentukan kekuatan dan
kegetasanya. Pengujian bending ini dapat juga memperhitungkan besaran
modulus elastisitas suatu material. Mesin uji yang digunakan ini sama dengan
mesin uji tarik, yaitu : Universal Testing Machine Zwick Roell All Round
Z250SR.
Bahan mengalami beban lentur mengukur sifat mekanik tes, sifat mekanik bahan
dari metode dasar pengujian. Uji tekuk terutama digunakan untuk penentuan
kerapuhan dan bahan plastic rendah (seperti besi cor, baja, karbon tinggi, baja
perkakas, dll) dan kekuatan lentur dari indeks plastisitas dapat mencerminkan
defleksi. Uji bending dapat digunakan untuk memeriksa kualitas permukaan
material.
Uji lengkung dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis
dari material las. Ada dua jenis uji lengkung yaitu: Uji lengkung kendali dan uji
lengkung gulungan. Pada tiap-tiap jenis uji lengkung itu, sebuah specimen dalam
bentuk dan ukuran tertentu dilengkungkan sampai radius bagian dalam tertentu
dan sudut lengkung tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan kerusakanya.
Pengujian lengkung pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran
pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan,
dan seringkali digunkan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Pengujian
lengkung dapat digolongkan menjadi uji lengkung depan, uji lengkung bawah,
dan uji lengkung sisi sesuai dengan arah pemberian tekanan pada specimen.
Pengujian kekuatan bending dapat dilakukan dengan metode three point bending
atau metode four point bending menurut kondisi dari benda uji yang
dipergunakan.
FL 1
x h
Mr 4 2
σflexural= = ......................................................(1)
1 1
b x h3
12
12 FLh
σflexural 3 .......................................................................(2)
8bh
3 FL
σflexural 2 ..........................................................................(3)
2b h
Dimana :
𝜎 = Flexural stress (MPa) F = Force /Load (N)
L = Panjang Span / Support span(mm) b = Lebar/ Width (mm)
h = Tebal / Depth (mm)
600 s h
εf = 2 % ............................................................................(5)
L
Dimana :
𝜀𝑓= Flexural strain (%) s = Defleksi (mm)
L = Panjang Span / Support span(mm)
h = Tebal / Depth (mm)
Saat material diberi beban pada daerah elastis, maka akan timbul tegangan
pada penampang melintang sebagai akibat dari momen lentur. (Hibbeler, R. C.
2011. Mechanics of Materials).
Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
3. Tegangan luluh ( Yield Stress ).
Gambar 2.5 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada bahan
uji.
Ga
mbar 2.7 skema pengujian tekuk root bend pada transversal bending
Ga
mbar 2.9 skema pengujian tekuk face bend pada longitudinal
bending.
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Pengujian
Kekerasan ini :
a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN)
Gambar 3.1 Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
b. Jangka Sorong
f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up dan kunci pada Power
Pack ON
g. Menekan Tombol ON pada TestControl II
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Mengatur dan
sesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.1.4 Flow chart
tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan garis panah
DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer
Gambar 3.1.4 Tampilan menu SET UP TESTING SYSTEM
2. Pre-Load
Pre-Load Digunakan untuk mengatur kekuatan awal sebelum pengujian,
atau angka minimal yang ter record pada aplikasi.
3. Spesimen Data
Input about the spesimen untuk memberikan identitas seperti Spesimen ID,
Type, Part no, Removal dan Note. Spesimen shape for cross-section
calculation untuk menentukan bentuk dari spesimen seperti bar, plat dan
lainlain. Kemudian menu Diameter (diameter spesimen) dan test length
(panjang gage length).
4. Test
Pada menu Test ini kita dapat mengatur kecepatan masing-masing pada
saat modulus young, yield point atau kita dapat mengatur kecepatan
konstan pengujian tarik (lihat gambar 3.7).
5. End of test
Force shutdown threshold merupakan ambang batas untuk mematikan
paksa %Fmax.
Gambar 3.1.8 Tampilan Menu End of Test
6. Result
Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil
7. Break investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak titik
yang akan di deteksi, force transition, negatif elogation step dan positif
elogation step.
8. Action after the test
Input after the test digunakan untuk memberikan optical assesment, detail
about break, findings dan comment. Set the start position after the test.
Gambar 3.2.0Tampilan menu Action after the test
12. Report
13. Export interfaces
Gambar 4.2 Universal testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
(250 kN)
2. Jangka Sorong
Gambar 4.3 Jangka Sorong
5.1 Analisa
Pada prakikum kali ini, hasil yang didapat dari hasil perhitungan berdasarkan
data & grafik , pada grfik force dengan deformasi dapat dilihat bahwa
material patah pada pembebanan 138N. Dan dari grafik tersebut di dapatkan
nilain stress felxure adalah 48,186 Mpa dan nilai strain felxure adalah
71,08822. Kemudian pada grafik stress strain di dapat nilain pada modulus
elastisitas adalah 7, 449 Mpa.
Pada gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan antara gaya yang diberikan pada
spesimen dengan defleksi yang terjadi. Sebelum spesimen patah semakin
besar gaya tekan yang diberikan kepada spesimen maka semakin besar gaya
defleksi yang terjadi.
Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa flexural stress dan flexural strain yang
terjadi pada spesimen sebelum patah adalah semakin besar flexural stress
semakin besar pula flexural strain, tetapi ketika spesimen tersebut tidak
mampu tekanan, maka sampel akan patah dan perbandingan antara flexuural
stress dan flexural strain akan berbanding terbalik hingga akhirnya mesin
berhenti memberikan gaya tekan pada sampel.
Bisa ditarik kesimpulan dalam grafik 4.5 sama seperti grafik 4.6, terdapat
flexural stress maksimum dan strain maksimum, hal itu berbanding lurus.
Semakin besar gaya atau tegangan yang diberikan semakin besar juga
regangan atau defleksi yang didapatkan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Callister, W. D. (2003). An introduction material science and engineering 6
edition. New York: John Wiley & Son Inc.