3
MATERIAL TEKNIK
Pengujian Material
Dalam pemanfaatan material harus mempertimbangkan sifat mekanis,
sifat fisik, sifat kimia dan sifat teknologi untuk mendapatkan hasil yang
optimum dalam suatu perancangan.
Pengujian pada material secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1. Uji Tarik
Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh perilaku inheren (sifat yang
lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomik maupun
mikroskopis dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari
material terhadap pembebanan tersebut.
Prinsip Pengujian :
Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan
beban kontinyu sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang
didapat berupa perubahan panjang dan perubahan beban yang
selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan regangan.
Data-data penting yang diharapkan didapat dari pengujian tarik ini adalah
perilaku mekanik material dan karakteristik perpatahan.
Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam dan
non logam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap mengenai
perilaku material tersebut terhadap pembebanan mekanis. Informasi
penting yang bisa didapat adalah:
PENGUJIAN MATERIAL
σ=Eε
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami
deformasi tanpa adanya penambahan beban.
Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme
luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress).
Titik luluh ditunjukkan oleh titik Y pada Gambar di atas. Gejala luluh
umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur Kristal
BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom
carbon, boron, hidrogen dan oksigen.
PENGUJIAN MATERIAL
Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet
seperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik
luluh atas (upper yield point)
Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umumnya tidak
memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh
material seperti ini, maka digunakan suatu metode yang dikenal sebagai
Metode Offset.
Dengan metode ini kekuatan luluh (yield strength) ditentukan sebagai
tegangan, dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi
tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan .
Pada Gambar di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP,
sehingga perpotongan XW dan kurva tegangan-regangan memberikan titik
Y sebagai kekuatan luluh.
Umumnya garis offset OX diambil 0.1 – 0.2% dari regangan total dimulai
dari titik O.
PENGUJIAN MATERIAL
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum
beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji,
sehingga benda uji mengalami deformasi
Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau
ketangguhan bahan tersebut. Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa
setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum melanjutkan
ayunannya hingga posisi h’.
Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih
besar, maka makin rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila
memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya
retak atau terdeformasi dengan mudah.
Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya
dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala (dial)
penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga
impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy
PENGUJIAN MATERIAL
diberikan oleh :
HI = E/A
Dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan Joule dan A luas penampang
di bawah takik dalam satuan mm2. Secara umum benda uji impak dikelompokkan
ke dalam dua golongan sampel standar yaitu :
Batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat dan batang uji Izod
yang lazim digunakan di Inggris dan Eropa. Benda uji Charpy memiliki luas
penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik (notch)
berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2
mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul. Benda uji Izod mempunyai
penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takik V di dekat ujung
yang dijepit. Perbedaan cara pembebanan antara metode Charpy dan Izod
ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
PENGUJIAN MATERIAL
Sementara uji impak dengan metode Izod umumnya dilakukan hanya pada
temperatur ruang dan ditujukan untuk material-material yang didisain untuk
berfungsi sebagai cantilever.
Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi
tegangan, sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut.
Selain berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat dengan
bentuk lubang kunci (key hole)
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik
maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :