Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM PENGUJIAN MATERIAL

MODUL 1
PENGUJIAN TARIK

DIMAS ANANDA RADHITYA


1606906774
KELOMPOK 16

LABORATORIUM METALURGI FISIK


DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
1.1 Tujuan Praktikum

1. Membandingkan kekuatan maksimum beberapa jenis material baja,


paduan tembaga, aluminium dan beberapa jenis polimer
2. Membandingkan titik yield beberapa material
3. Membandingkan tingkat keuletan material tersebut melalui % elongasi
dan % pengurangan luas
4. Membandingkan fenomena necking yang terjadi pada berbagai material
5. Membandingkan modulus elastistas dari berbagai material
6. Membuat, membandingkan, serta menganalisis kurva tegangan regangan,
baik kurva rekayasa maupun kurva sesungguhnya dari beberapa jenis
logam
7. Membandingkan tampilan perpatahan(fractography) logam-logam
tersebut dan menalisanya bedasarkan sifat-sifat mekanis yang telah
dicapai

1.2 Dasar Teori


Uji Tarik merupakan pengujian material yang dilakukan untuk
menentukan sifat mekanik material dengan cara sampel pengujian dengan
ukuran dan bentuk tertentu, diberikan beban kontinyu yang kemudian
diukur pertambahan panjangnya akibat pembebanan tersebut. Penentuan
sifat mekanik material dalam Pengujian Uji Tarik ditentukan oleh data-
data yang didapat dari hasil Uji Tarik. Data tersebut merpakan Perubahan
Panjang dan Perubahan Beban yang ditampilkan dalam bentuk grafik
tegangan-regangan(Stress-Strain Curve).
Mekanisme yang terjadi pada pengujian Uji Tarik ialah penjepitan
kedua ujung sampel, yang kemudian salah satu ujung akan dihubungkan
pada perangkat pengukuran beban dari mesin uji dan ujung lainnya
dihubungkan ke perangkat peregang. Sampel lalu ditarik secara uniaxial
dengan pembebanan kontinyu.
1.2.1 Mesin Uji Tarik
Pada pengujian Uji Tarik, mesin yang digunakan adalah Universal Testing
Machine. Mesin ini memiliki dua jenis yaitu
1. Screw Driven Testing Machine
 Mesin dengan system reduksi gir
 Hardmachine
 %EL konstan
2. Hydraulic Testing Machine
 Mesin berbasis piston dan digerakkan dengan bantuan fluida
 Gaya yang besar
 Kecepatan pengujian cepat

1.2.2 Komponen Mesin Uji Tarik


 Load Cell
Load Cell merupakan sensor yang memiliki kegunaan untuk
mengkonversi beban ke dalam sinyal elektrik. Terdiri dari strain gauges
yang menggunakan prinsip Jembatan Wheatstone.
 Extensometer
Extensometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
pertambahan Panjang gauge. Ekstensometer ada yang dipasang dan tidak
dipasang (non-kontak)
1.2.3 Perilaku Tegangan – Regangan Logam
Hasil dari pengujian Uji Tarik dapat memberikan beberapa keterangan
yang relatif lengkap mengenai sifat material tersebut saat diberikan
pembebanan mekanis. Ada sembilan informasi penting, antara lain:

1. Yielding & Yield Strength


Tegangan luluh didefinisikan sebagai tegangan dimana
deformasi plastis mulai atau ketika fenomena luluh terjadi. Informasi
ini bisa didapat melalui diagram Stress-Strain. Pada diagram Stress-
Strain terdapat garis lurus yang bergerak secara proposional dan
memiliki hubungan linier. Garis tersebut menjadi perwakilan seberapa
jauh material ini dapat berdeformasi elastis.

Terdapat beberapa cara untuk menentukan titik luluh, menurut


ASTME8, terdapat tiga cara untuk menentukan titik luluh suatu
material, yaitu:
 Upper Yield
Metode Upper Yield merupakan cara yang paling sederhana untuk
menentukan titik luluh. Upper Yield merupakan titik dimana
peningkatan strain terjadi tanpa adanya peningkatan tegangan.
 Extension Under Load(EUL)
Namun tidak semua material memiliki upper dan yield point
seperti halnya pada baja karbon. Metode EUL memanfaatkan alat
yang telah terprogram untuk dapat merekam dan menganalisis
nilai regangan sebuah material.
 Offset Method
Seperti namanya, metode ini dilakukan dengan cara menarik garis
dengan kemiringan yang sama terhadap modulus Young(Biasanya
ditarik pada nilai regangan (0,002-0,005). Tegangan luluh yang
diambil dengan menarik garis lurus pada deformasi 0.002 sering
disebut sebagai proof stress, yaitu tegangan yang menyebabkan
regangan sebesar 0.002
Pada beberapa jenis baja (terutama baja karbon rendah),
transisi dari deformasi elastis ke plastis terlihat sangat jelas dan
sering disebut sebagai fenomena titik luluh yang terdiri dari upper
yield point dan lower yield point. Untuk logam yang menunjukkan
fenomena ini, tegangan luluh adalah rata rata dari titik luluh atas
dan bawah. Jadi tidak perlu dilakukan metode offset untuk material
seperti ini

2. Kekuatan Tarik Maksimum(Ultimate Tensile Strength)


UTS merupakan keterangan yang memberikan informasi
tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh sebuah material
sebelum akhirnya terjadinya perpetahan. Nilai UTS ditentkan dengan
cara beban maksimum dibagi luas penampang awal. Ditandai titik M
3. Kekuatan Putus(Breaking Strength)
Kekuatan putus merupakan keterangan yang memberikan
informasi beban terakhir yang diterima oleh sebuah material sebelum
terjadinya perpatahan. Kekuatan putus didapatkan dengan cara beban
saat benda uji putus dibagi dengan luas penampang awal.ditandai
dengan titik B(Breaking) atau F(Fracture)
4. Keuletan(Ductility)
Keuletan merupakan keterangan yang menginformasikan
kemampuan logam untuk menahan deformasi hingga terjadinya
perpatahan.material dikatakan rapuh apabila memiliki keuletan kurang
dari 5%
5. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas atau biasa disebut Modulus Young merupakan
keterangan yang memberikan informasi kemampuan material untuk
menahan deformasi elastis. Keterangan Modulus Elastisitas
didapatkan dengan cara menghitung gradien kemiringan antar garis
elastis dengan sumbu strain(sumbu x pada kurva Stress-strain).
Semakin besar sudut kemiringan, semakin kaku material tersebut.
Semakin kecil sudut kemiringan, semakin ductile material tersebut.
6. Modulus Kelentingan(Modulus of Resilience)
Merupakan keterangan yang menginformasikan kemampuan
material untuk menyerap energi dari luar tanpa terjadinya
kerusakan(batasnya sampai sebelum terjadi necking). Besaran nilai
modulus dapat dihitung melalui luas segitiga yang terbentuk pada area
elastic diagram stress-strain.
7. Modulus Ketangguhan(Modulus of Toughness)
Modulus ketangguhan merupakan keterangan yang
menginformasikan kemampuan material dalam menyerap energi
hingga terjadinya perpatahan. Secara kuantitatif, kemampuan tersebut
dapat dihitung dari luas area keseluruhan di bawah kurva stress-strain
hasil Uji Tarik.
8. Kurva Tegangan Rekayasa dan Tegangan Sesungguhnya
Kurva tegangan rekayasa dan tegagan sesungguhnya, merupakan
salah satu upaya seorang engineer dalam menggunakan sebuah
material pada aplikasi di lapangan. Dengan mengetahui Tegangan
Rekayasa, seorang engineer dapat mengetahui “Batas Aman” dari
penggunaan material tersebut. Pun sesungguhnya material tersebut
dapat menanggung beban lebih daripada itu(Tegangan
Sesungguhnya). Tegangan Rekayasa didapatkan dari hasil pembagian
beban(P) dengan luas awal penampang. Sedangkan Tegangan
Sesungguhnya didapatkan dari hasil pembagian beban(P) dengan luas
akhir penampang.
9. Damping Capacity
Damping Capacity merupakan keterangan yang memberikan
informasi seberapa mampu sebuah material dalam menyerap energi
vibrasi. Semakin sebuah material memiliki Damping Capacity yang
besar, semakin baik material tersebut dalam menerima getaran
konstan.
1.2.4 Standar Spesimen
Pada pengujian Uji Tarik, spesimen sampel harus terlebih dahulu di standarisasi.
Standarisasi tersebut termasuk Dimensi Sampel; Penentuan Titik Luluh; Elongasi
Titik Luluh; Kekuatan Tarik; dan Persen Elongasi Pengujian Tarik Logam, telah
diatur pada ASTM E8. Ada beberapa jenis contoh dimensi sampel yang
digunakan dalam pengujian Uji Tarik, antara lain:
i. Sampel Plat dan Sheet

ii. Rounded Tension Test Specimen

iii. Pin-loaded tension test specimen


1.2.5 Karakteristik Tegangan-Regangan Polimer
Selain Logam, Uji Tarik juga dapat dilakukan pada material polimer.
Namun material polimer memiliki karakteristik yang berbeda dari material logam.
Pada diagram tegangan-regangan, polimer cenderung memperlihatkan sensitivitas
yang tinggi terhadap strain rate, temperature uji dan lingkungan sekitar. Kekuatan
mekanis pada material polimer sangat dipengaruhi oleh:
1. Susunan Rantai Molekul, semakin rumit (Entanglement), maka
pergerakan rantai akan semakin sulit material polimer terdeformasi.
2. Function Group, Semakin bulky dan elektronegatif gugus fungsional,
semakin sulit material polimer terdeformasi.
3. Berat Molekul, semakin besar berat molekul, semakin kaku dan kuat
material polimer tersebut.
4. Derajat Kristalinitas, semakin tinggi derajat kristalinitas material
polimer, maka material tersebut akan semakin kaku dan kuat.
5. Anisotropy, merupakan fenomena orientasi kristal dalam satu butir yang
berbeda-beda.
Material Polimer dibagi menjadi tiga jenis bedasarkan struktur rantai
molekulnya. Ada termoplas, thermoset, dan elastomer. Masing-masing pada
pengujian Uji Tarik dapat dengan mudah dibedakan melalui hasil kurva stress-
strain.

Pengujian Uji Tarik pada material polimer memiliki aturan yang diatur dalam
ASTM D638. Disebutkan ada beberapa hal yang mempengaruhi hasil Uji Tarik
polimer secara signifikan, antara lain:
1. Sifat Inheren Material Polimer
2. Temperatur
3. Strain Rate
4. Arah Pengambilan Spesimen

Bentuk dan ukuran spesimen pengujian tarik menggunakan standar


ASTM D638-03 dengan jenis spesimen tipe II, seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 3.2.Gambar 3.2 Spesimen uji tarikJumlah benda uji masing 5 buah dan
laju pertambahan panjang (S) = 5 mm/menit.Untuk dimensi benda uji, sebagai
berikut :

- Lebar (W) = 6± 0,5 mm

- Panjang (L) = 57±0,5 mm

- Lebar keseluruhan (Wo) =19±6,4 mm

- Panjang keseluruhan (Lo) = 183 (toleransi no max)

- Panjang ukur (G) = 50 ± 0,25 mm

- Jarak antar grip (D) = 135 ± 5 mm

- Jari-jari fillet (R) = 76 ± 1mm

Material yang bersifat viskos butuh waktu untuk mengalami regangan


ketika diberi pembebanan. Sedangkan material yang bersifat elastis akan
mengalami regangan proporsional saat terjadi pembebanan instan. Deformasi
pada polimer berbeda dengan deformasi yang terjadi pada logam, hal ini terjadi
karena polimer memiliki sifat viskoelastis, dimana material akan mengalami
karakteristik Viskos dan Elastis secara bersamaan. Oleh karena itu diperlukan
sebuah Maxwell & Voigt Model, yaitu merupakan sebuah model yang
menggambarkan mekanisme terjadinya deformasi pada polimer. Maxwell
merangkai kedua elemen secara seri, sedangkan Voigt merangkai kedua elemen
secara paralel.

1.2.6 Karakteristik Perpatahan


Selain sembilan keterangan yang telah disebutkan sebelumnya, pada pengujian
Uji Tarik, sampel hasil pengujian juga dapat menunjukkan karakteristik material
tersebut.

Material dikatakan ulet apabila material tersebut mengalami deformasi elastis dan
plastis terlebih dahulu sebelum akhirnya putus. Sedangkan material dikatakan
getas apabila material tersebut tidak mengalami deformasi elastis sebelum putus.
a. Perpatahan Ulet
Tahapan terjadinya perpathan ulet:
1. Penyempitan awal
2. Pembentukan rongga-rongga kecil
3. Peyatuan rongga-rongga membentuk suatu retakan
4. Perambatan retak
5. Perpatahan gesek akhir pada sudut 45

b. Perpatahan Getas

Ciri-ciri perpatahan getas:


1. Tidak ada atau hanya sedikit deformasi plastis yang terjadi pada material.
2. Retak merambat sepanjang bidang-bidang kristalin membelah atom-atom
material(Transganular).
3. Pada material lunak dengan butir kasar(Coarse-grain) maka dapat dilihat
pola-pola yang dinamakan chevrons/fan-like pattern yang berkembang
keluar dari daerah awal kegagalan.
4. Material keras dengan butir halus tidak memiliki pola-pola yang mudah
dibedakan.
5. Material amorphous memiliki permukaan patahan yang bercahaya dan
mulus.
1.2 Teori Tambahan :
Prosedur pengujian tarik menurut ASTM E8 adalah sebagai berikut :
1. Preparasi mesin pengujian, dipanaskan menuju pada suhu yang normal untuk
meminimalkan kesalahan yang mungkin terjadi.
2. Pengukuran dimensi spesimen, ukur dimensi luas penampang dari pusat area yang
tereduksi untuk memisahkan pengujian spesimen di bawah 3/16 inci. Dalam dimensi
terkecil, ukur dimensi mana daerah penampang paling sedikit ditemukan. Setelah itu,
ukurlah berat spesimen paling dekat dengan 0.5% atau dibawahnya.
3. Menandai panjang ukur (Gauge length) , Digores atau diberi tinta
4. Mengatur mesin uji pada titik nol
5. Mencengkeram spesimen dengan grip
6. Mengatur laju pengujian, laju peregangan, laju penegangan, laju pemisahan dari kepala
spesimen, laju total pengujian laju pengujian saat menentukan titik luluh, laju pengujian
saat menentukan kekuatan tarik.
7. Penentuan kekuatan luluh, Metode Offset, metode EUL, Autographic Diagram Method,
Metode Halt-of-the-force
8. Elongasi di titik luluh, ditentukan melalui perbedaan regangan antara kekuatan luluh
atas dan permulaan dari strain hardening yang sama
9. Uniform Elongation (jika diperlukan), dihitung dengan ekstensometer, harus meliputi
elongasi plastis dan elastis
10. Kekuatan Luluh, membagi beban maksimum dengan luas penampang spesimen
Lf −L0
11. Elongasi, Dihitung dengan cara × 100% untuk menghasilkan persen
L0
12. Pengurangan luas penampang spesimen , untuk spesimen melingkar hitung diameter
yang mengecil, untuk spesimen persegi panjang hitung ketebalan dan lebar pada luas
penampang terkecil.
13. Pembulatan data kekuatan luluh dan kekuatan tarik pada laporan.
14. Pelepasan spesimen dari mesin uji tarik
Data yang diperoleh melalui pengujian tarik menurut ASTM E8 adalah :
Kekuatan luluh (beserta metode yang digunakan), elongasi titik luluh, Kekuatan
luluh (UTS), Elongasi (panjang daerah ukur awal, %EL, metode yang digunakan
dalam penentuan elongasi, elongasi saat fraktur dan setelah fraktur), Uniform
Elongation dan Pengurangan area (jika dibutuhkan)
Sumber : www.galvanizeit.com/uploads/ASTM-E-8-yr-13.pdf
1.3 Alat dan Bahan
1. Universal Testing Machine, servopulser Shimadzu kapasitas 30 ton
2. Caliper dan atau micrometer
3. Spidol permanen atau penggores(cutter)
4. Stereoscan macroscope
5. Sampel Uji Tarik
1.4 Skema Praktikum

Mengukur dimensi
(diameter rata rata) dari
benda uji dengan Melepaskan benda uji dari grip Mengamati dan
menggunakan kaliper atau mesin uji, satukan kembali menganalisa
mikrometer. Membuat patahan benda uji dan ukurlah karakteristik tipe
sketsa dari benda uji dan panjang akhir antara dua titik perpatahan yang
memasukkan hasil (gauge marks). Mengukur pula
diameter akhir dari bagian benda terjadi dengan
pengukuran dimensi
tersebut pada lembar data uji yang mengalami necking. menggunakan
Mencatat hasil-hasil pengukuran stereoscan
ini di dalam lembar data macroscope

Menandai panjang
ukur (gauge length)
berupa jarak antara
dua titik pada benda Menandai pada grafik Melakukan
uji dengan beban-perpanjangan titik- pengujian untuk
menggunakan titik terjadinya beban material yang
penggores (Cutter) maksimum dan berbeda
atau spidol perpatahan jenisnya
permanen

Memasang benda uji


dengan hati hati pada Memulai penarikan dan
grip mesin uji perhatikan dengan baik
shimadzu. Pada tahap mekanisme deformasi yang Berdasarkan grafik
ini anda akan terjadi pada benda uji serta beban-perpanjangan
didampingi oleh tampilan grafik beban setiap logam,
teknisi lab. catatlah perpanjangan yang terlihat pada hitunglah dengan
setiap langkah recorder. Teruskan pengamatan formulasi yang
operasional setting hingga terjadinya beban sesuai dari nilai-
pengujian dengan maksimum dan dilanjutkan nilai sebagai berikut
seksama dengan necking lalu perpatahan : titik luluh, UTS,
%EL, %AR,
modulus elastisitas

Anda mungkin juga menyukai