Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA STRUKTUR MIKRO (METALLOGRAFI)

DAN PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Disusun Oleh :

ANANTA WIJAYA (4217010024)

ANNISA PUSPA DEWI (4217010004)

FARIH AFDHALUL IHSAN (4217010030)

MOHAMMAD RIZKI FADILAH (4217010010)

MUHAMMAD IQBAL (4217010034)

RIO MAJID (4217010020)

SEMESTER 4

PROGRAM STUDI MANUFAKTUR

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

JULI 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Dasar Teori
1.1 Pengertian Metalografi
Metalogafi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk mengukur, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam material
yang dapat diamati, seperi fasa, butir, komposisi kimia, orientasi butir, jarak atom,
dislokasi, topografi, dan lain sebagainya.

Pada Metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu:

1. Struktur Makro, adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada permukaan
yang dietsa dari specimen yang sudah dipoles.
2. Struktur Mikro, adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah dipersiapkan
secara khusus yang terlihat dengan pembesaran minimum 25x.

1.1.1 Proses Etching


Etsa metalografi dilakukan dalam proses ini adalah untuk melihat struktur mikro
spesimen dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen cocok untuk proses etsa
harus mencakup daerah dengan hati-hati dipoles, bebas dari deformasi plastik karena
deformasi plastik akan mengubah struktur mikro spesimen. Proses etsa untuk
mendapatkan kontras dapat diklasifikasikan pada proses etsa tidak merusak dan proses
etsa merusak.
1.2 Pengertian Heat Treatment
Baja dapat dikeraskan dengan menerapkan proses perlakuan panas (heat
treatment). Proses Heat Treatment merupakan proses pengubahan sifat logam
melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan
laju pendinginan. Heat Treatment merupakan mekanisme penguatan logam
dimana logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada dalam kondisi solid.
Dalam Heat Treatment kita memanaskan specimen sampai dengan temperature
austenisasinya. Temperature austenisasi yang diberikan tergantung pada kadar
karbon baja yang diproses. Setelah temperature austenisasinya tercapai, benda
kerja dibiarkan pada temperature tersebut dalam jangka waktu tertentu agar
temperature homogeny diseluruh benda kerja. Proses ini disebut homogenisasi.
Setelah itu, dengan mengatur l aju pendinginan akan mendapat kekerasan yang
diinginkan. Pada temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu,
benda kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air
garam, oli, dan solar. Masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang
berbeda-beda. Kekerasan yang diperoleh juga bergantung pada kadar karbon
baja yang diproses.

1.2.1 Proses Quenching

Proses Quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam
sehingga mencapai batas autenit yang homogeny. Untuk mendapatkan kehomogenan
ini maka autenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya, secara cepat baja
tersebut dicelupkan kedalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin
yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Pada waktu pendinginan yang cepat
pada fase austenite tidak sempat berubah menjadi ferit atau perlit karena tidak ada
kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam austenite umtuk
mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementit. Oleh karena itu terjadi fase
martensit, ini berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada keadaan karbon.
Martensit adalah fasa metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat, semua unsur
paduan masih larut dalam keadaan padat. Pemanasan harus dilakukan secara bertahap
(preheating) dan perlahan-lahan memperkecil deformasi maupun resiko retak. Setelah
temperature pengerasan (austenizing) tercapai, maka akan ditahan dalam selang waktu
tertentu (holding time). Kemudian didinginkan secara cepat. Pada saat tempering proses
difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan diri dari martensit berarti keuletan
(ductility) dari baja naik, akan tetapi kekuatan tarik, dan kekerasan menurun. Sifat-sifat
mekanik baja yang telah dicelup, dan di-temper dapat diubah dengan cara mengubah
temperatur tempering.
BAB II

TUJUAN PRAKTIKUM

2.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya heat treatment dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui
perubahan sifat mekanik, khususnya perubahan kekerasan dari beberapa logam yang
mengalami proses perlakuan panas dan pendinginan dengan berbagai media pendingin.

Selain itu, tujuan praktikum dilakukan untuk :

1. Mengamati struktur mikro, butir kristal, batas butir, ukuran butir, dan jumlah butir.
2. Mengamati fasa-fasa yang ada pada logam.
3. Mengamati cacat pada logam.
4. Mengetahui pengaruh etsa dan waktu etsa terhadap struktur mikro.
5. Mengetahui apakah ada perbedaan struktur mikro suatu material sebelum dan sesudah
proses heat treatment.
BAB 3
PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Waktu : 3 Juli dan 10 Juli 2019
Tempat : Laboratorium Metalografi Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Furnace
2. Mikroskop
3. Layar televisi (untuk melihat struktur mikro)
4. Hairdryer
5. Mesin polishing
6. Cawan kaca
7. Amplas nomor 100,220,320,400,600,800,1000,dan 1200
8. Kain majun
Bahan :
1. Baja St 60
2. Nital
3. Alkohol
4. Alumina
5. Air

3.3 Prosedur kerja


1. Amplas permukaan baja St 60 hingga rata menggunakan mesin polishing
dengan urutan pengamplasan dari nomor amplas 100 hingga nomor amplas
1200.

Gambar Sebelum Diamplas Gambar Setelah diamplas no.100


Gambar Setelah amplas no.220 Gambar Setelah amplas no.320

Gambar Setelah ampas no.400 Gambar Setelah amplas no.600

Gambar Setelah amplas no.800 Gambar Setelah amplas no.1000


Gambar Setelah amplas no.1200
2. Baja yang sudah diamplas hingga no.1200 lalu digosok dengan alumina
menggunakan kain majun.

Gambar Alumina

Gambar Setelah Digosok Alumina


3. Setelah dibersihkan dengan alumina,selanjutnya baja direndam dalam cairan
nital selama 30 detik dan bilas dengan alkohol

Gambar Cairan Nital Gambar cairan alkohol

Gambar baja setelah direndam


nital dan dibilas alkohol

5.Setelah itu,amati struktur baja menggunakan mikroskop

Gambar mikroskop
6. Setelah diamati mikrostrukturnya,langkah selanjuntya yaitu masukkan baja
tersebut kedalam furnace untuk masuk ke proses pemanasan,proses
pemanasan tersebut dilakukan hingga temperatur 900 derajat,setelah 90 derajat
lalu ditahan 20 menit.

Gambar furnace
7. Setelah dilakukan proses pemanasan,baja diambil dari furnace dan dilakukan
perendaman dalam air (proses quenching).

Gambar setelah dilakukan proses


Heat treatment dan quenching

8. Setelah proses quenching,ulangi langkah 1 hingga langkah 5 dan amati


perbedaan mikrostrukturnya antara sebelum heta treatment dan setelah heat
treatment.

]
Bab 4
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Grinding / Pengamplasan


Pada proses ini bertujuan untuk menghaluskan permukaan material yang akan diuji.
Grinding/pengamplasan dimulai dengan mengamplas material dengan menggunakan
amplas yang kasar, yaitu pada grit 100 yang dilanjutkan hingga ke amplas yang lebih
halus pada grit 1200.

Gambar 4.1 Setelah di gerinda


4.4 Hasil Pemolesan
Pada proses ini bertujuan untuk membersihkan sisa grinda dan agar
terlihatmengkilap. Pemolesan dimulai menggunakan alumina yang ditaruh diatas kain
dan dipoleskan ke permukaan.
Gambar 4.2 Setelah dioles alumina

4.3 Hasil Etsa


Pada proses ini dilakukan 2 hal, pencelupan surface dengan alcohol dan
pencelupan surface dengan nital. Selama proses etsa, permukaan sampel diusahakan
harus selalu terendam dalam etsa (nital). Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian
sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan
yang terlalu lama. Oleh karena itu, sebelum dietsa sampel sebaiknya diolesi alkohol
untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-masing zat etsa yang
digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan
dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan untuk baja ialah
nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara
mencelupkan sampel.

Gambar 4.3 Setelah dietsa


4.4 Hasil Mikrostruktur
4.4.1. Sebelum Heat treatment
Setelah St.60 dilakukan treatment atau perlakuan terhadap surface dan setelah dietsa
dan dicelup kedalam alkohol, permukaan tersebut tampak seperti gambar dibawah ini
pada saat dilihat di mikroskop.

Gambar 4.4 Sebelum Heat Treatment (1)

Gambar 4.5 Sebelum Heat Treatment (2)

Pada gambar-gambar tersebut kita bisa melihat garis putih seperti stretcth mark yang
merupakan batas butir dari struktur kristal St.60. Namun batas butir tersebut terlihat
kurang Nampak. Selain itu, terdapat coakan dan ada bekas hitam (karbon) akibat
perlakuan grinda pada permukaan benda.
4.4.2. Setelah Heat Treatment
Setelah St.60 dilakukan heat treatment (hardening) dan diberi perlakuan terhadap
surface lalu dietsa dan dicelup kembali kedalam alkohol, permukaan tersebut tampak
seperti gambar dibawah ini pada saat dilihat di mikroskop.

Gambar 4.6 Setelah Heat Treatment (1)


Gambar 4.4 Setelah Heat Treatment (2)

4.5 Analisa
Baja ST 60 merupakan jenis baja karbon menengah dengan memiliki
kandungan karbonsebesar 0,5012 % (Sarjito, 2009). Ditinjau dari foto metalografi
baja st 60 sebelum dilakukan hardening (pemanasan dan quenching) terdapat gurata
putih dan hitam. Itu menandakan adanya kandungan ferrite dan perlite. Dan pada
foto metalografi baja st 60 setelah dilakukan hardening strukter ferrite yang
berwarna putih lebih nampak dan struktur perlite yang berwarna hitam juga lebih
nampak.
Ferrite merupakan fasa yang memiliki kekuatan rendah namun memiliki
kekuatan ulet yang tinggi. Fasa perlite merupakan campuran dari ferit dan sementit,
dimana 2 fasa ini adalah hasil transformasi dari fasa austenit. Pembentukan fasa
perlite memerlukan pendinginan lambat dari daerah austenit dan juga tergantung dari
komposisi yang terkandung dalam baja.
Proses heat treatment (hardening) yang dilakukan pada baja st 60 yaitu
pemanasan hingga suhu tertentu dan ditahan untuk beberapa waktu. Hal ini bertujuan
untuk menyamaratakan suhu kedalam benda sehingga memberi waktu untuk
berubahnya struktur kristal yang diinginkan, dalam kasus ini, st 60 diharapkan
memiliki struktur austenite homogen. Setelah itu, dilakukan quenching atau rapid
cooling hal ini menyebabkan terperangkapnya karbon kedalam struktur kristal karena
cepatnya waktu pendinginan, dan terbentuknya struktur martensite. Tapi pada
gambar metalografi setelah heat treatment (hardening) yang telah dilakukan, hasil
akhir setelah dilakukan quenching adalah terdapatnya struktur perlite dan ferrite.
Tidak nampak struktur martensite yang biasa ditandai dengan bentuk seperti jarum.
BAB 5

Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian metalografi pada baja st 60 dan menganaalisanya dapat
disimpulkan bahwa :

1. Dari pengujian metalografi dapat diketahui perubahan struktur dan fase pada baja st
60. Pada hal ini didapatkan karbon, ferrite, perlite.
2. Mikrostruktur pada baja st 60 lebih terlihat setelah dilakukannya proses heat
treatment (hardening).
3. Setelah dilakukan heat treatment (hardening) didapatkan bahwa struktur pada baja st
60 ferrite dan perlite dengan struktur ferrite lebih mendominasi yang menyebabkan
sifat ulet, dan ketangguhan baik. Diikuti oleh perlite yang memberi sifat sedikit
stiffness.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa kegunaan dari Metalografi?

Pembahasan :
Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk mengukur, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif dari informasi2 yang tedapat dalam material yang dapat diamati,
seperti fasa, butir, komposisi kimia, orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi, dan
sebagainya.

2. Apa yang dimaksud dengan Hardening dan bagaimana tahapannya?

Pembahasan :
Hardening adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi dan
kekuatan yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam
baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur
autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian
penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenabiliti.
Langkah-langkah proses hardening adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Pemanasan (Heating) Misalnya pemanasan sampai suhu 8500 , tujuanya adalah
untuk mendapatkan struktur Austenite. Dapat kita lihat diagram Fe-Fe3C
2. Penahanan Suhu (Holding) Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan
maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur
pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya
homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur
paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja:
a. Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung karbida
yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 – 15 menit setelah mencapai
temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
b. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding time 15 -
25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja (Haqi, 2006).
3. Apa yang dimaksud dengan Martensit? Pada range temperature berapa martensit
terbentuk?

Pembahasan :
Martensit merupakan salah satu fasa yang dapat terbentuk pada struktur logam. Sifat dari
sturktur pada fasa martensit adalah keras dan getas, jadi logam yang berada pada fasa ini
cepat mengalami perpatahan.
suhu martensite terjadi pada +-200 C hingga dibawah 0 C.

4. Mengapa Martensit mempunyai kekerasan yang tinggi?

Pembahasan :
karena telah mengalami perlakuan panas hingga mencapai austenit stabil pada suhu kritis
yang kemudian didinginkan dengan cepat dengan media pendingin air garam yang
densitasnya tinggi.

5. Apa yang dimaksud dengan tempering? Apa kegunaan nya pada proses Hardening?

Pembahasan : Tempering adalah proses perlakuan panas dimana sebelumnya sudah


dilakukan proses hardening atau normalizing pada baja. Baja di panaskan pada temperatur
dibawaah temperatur eutectoid (temperatur kritis) dan dilakukan pendinginan.
Tujuan dari dilakukannya proses tempering adalah untuk meningkatkan keuletan, toughness,
dan ukuran butir dari matriks. Secara umum baja dilakukan tempering (pemanasan kembali)
setelah dilakukan proses hardening, supaya mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan, selain
itu juga untuk mengurangi tegangan hasil proses quenching, pengelasan, dan pemesinan.
Daftar Pustaka

 http://gangwakaf666.blogspot.com/2017/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
 JURNAL TEKNIK PERKAPALAN :Analisa Kekuatan Tarik dan Kekerasan Baja ST
60 sebagai Bahan Poros Baling-baling Kapal (Propeller Shaft) setelah Proses
Tempering,Universitas Dipenogoro
 Jurnal:PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN
KEKERASAN BAJA CrMoV dengan MEDIA QUENCH YANG BERBEDA,Lapan.
 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK PENGUJIAN
METALOGRAFI

Anda mungkin juga menyukai