Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Uji Tarik Tembaga

( Material Teknik )

COVER

OLEH:

1. Amar Raikhan (4217010003)


2. Ananta Wijaya (4217010024)
3. Wibowo Halim (4217010022)

PROGRAM STUDI MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah
yang berjudul“Laporan Praktikum Uji Tarik Tembaga ( Material Teknik)” dalam penyelesaian
tugas mata kuliah Material Teknik ini telah diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada Muhammad Arif Saadilah
atas bimbingannya selaku dosen mata kuliah Material Teknik. Terima kasih juga penulis
tujukan kepada keluarga dan seluruh pihak yang senanantiasa membantu dan mendukung
dalam penyusunan laporan ini.

Laporan ini penulis buat untuk membantu pembaca supaya lebih memahami dan
mempelajari materi dalam kuliah Material Teknik. Laporan ini penulis persembahkan
khusus kepada para mahasiswa Teknik Mesin PNJ serta para dosen Teknik Mesin PNJ,
namun tidak menutup kemungkinan bagi para pembaca umum lainnya.

Penulis juga menyadari atas segala kekurangan dalam laporan ini.sehingga penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki laporan penulis
selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan pembaca umumnya.

Depok, 31 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
2.1. Dasar teori ................................................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 12
3.1. Peralatan dan Bahan ................................................................................................ 12
3.2. Flow Chart Proses Pengujian ................................................................................... 13
BAB IV DATA, PERHITUNGAN DAN GRAFIK.......................................................... 14
4.1. Hasil Pengukuran (Tabel) ........................................................................................ 14
4.2. Pengolahan Data ...................................................................................................... 14
4.3. Grafik ....................................................................................................................... 16
4.3.1. Grafik P (beban) vs dL (elongasi) .......................................................................... 16
4.3.2. Grafik (True Stress) vs (True Strain) ..................................................................... 17
4.3.3. Grafik (Engineering Stress) vs (Engineering Strain) ............................................. 17
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................................... 18
5.1. Prinsip Pengujian ...................................................................................................... 18
5.2. Analisa Grafik ........................................................................................................... 18
5.2.1. Analisa Grafik P vs dL ....................................................................................... 18
5.2.2. Analisa Grafik  vs  & T vs T ...................................................................... 18
5.2.3. Analisa Hasil Perpatahan ................................................................................... 19
BAB VI KESIMPULAN ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 22
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik mesin adalah ilmu teknik yang mengetahui aplikasi dan prinsip untuk
menganalisis ,desain ,manufaktur ,dan pemeliharaan sebuah system mekanik .Teknik
mesin tidak terlepas dari semua hal yang berhubungan dengan penemuan metode baru
mengembangkan alat baru ataupun penemuan baru dalam bidang teknik mesin .Ilmu
metrologi mempelajari semua prinsip kerja kemudian di tuangkan kedalam suatu
perhitungan ,dalam praktikum metrologi industri kita di tuntut untuk mempelajari
,memahami ,mengerti ,dan bisa menggunakan alat ukur yang akan di gunakan dalam
praktik.

Pada praktikum pengenalan jangka sorong kita di tuntut untuk dapat melakukan
,menggunakan pengukuran jangka sorong maupun jangka sorong jam . Serta kita harus
dapat mengetahui cara kalibrasi jangka sorong dan megetahui kerusakan – kerusakan pada
jangka sorong.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum Metrologi Industri ini dibuat untuk menunjang teori yang telah atau sedang
diberikan pada mata kuliah Metrologi Industri.

Tujuan Utama Pada Praktikum Ini :

1. Untuk mengenal alat ukur, mengetahui bagamana cara penggunaan dan untuk
mengetahui akan kemampuan dan sifat-sifat dari alat ukur tersebut.

2. Untuk mengetahui bagi setiap elemen geometris terdapat bermacam-macam metoda


pengukuran, tergantung dari jenis dan alat ukur yang ada.

3. Untuk mengenal berbagai proses pengukuran dan hasil yang mungkin dicapainya.
Arti dari ketelitian (accuracy) dan ketepatan (precision) dari proses pengukuran yang
mencakup alat ukur, benda ukur dan operator akan dipahami dengan melaksanakan
praktikum ini.

1
4. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan yang baik terhadap alat ukur (yang tentu
mahal harganya), sehingga kegunaan akan lebih lama jika dipelihara dengan baik dan
kalibrasi dengan betul.

Dengan melaksanakan praktikumm ini, diharapkan seseorang dapat menghargai akan


pentingnya Metrologi Industri. Dengan demikian apabila telah terjun dalam masyarakat
industri, seorang teknisi akan mampu merencanakan, melaksanakan ataupum memberikan
pengarahan dalam tugas yang ada hubungannya dengan Metrologi Industri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar teori

Sampel atau benda uji (tanpa perlu secara spesifik memperhatikan ukuran atau bentuk)
ditarik dengan beban continue sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang didapat
berupa perubahan panjang dan perubahan beban yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk
grafik tegangan-regangan. Data-data penting yang didapat dari pengujian tarik adalah
perilaku mekanik material dan karakteristik perpatahan.

Beberapa sifat perilaku mekanik material yang diharapkan didapat dari pengujian tarik ini
adalah:

2.1.1 Batas proporsional (Proportionality limit)


Merupakan daerah batas dimana tegangan (stress) dan regangan (strain) mempunyai
hubungan proportionalitas satu dengan yang lainnya. Setiap peambahan tegangan akan
diikuti dengan penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier σ = E.ε
(bandingkan dengan hubungan y = mx ; dimana y mewakili tegangan ; x mewakili regangan
dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan).

2.1.2 Elastisitas dan Plastisitas Logam


Bila logam dipengaruhi oleh suatu gaya, akan berubah bentuknya, yang berarti logam telah
mengalami suatu deformasi. Bila gaya yang bekerja pada logam tersebut dihilangkan, ada
logam yang kembali ke bentuk atau dimensi semula (recoverable), yang disebut dengan
deformasi elastic. Ada juga logam yang tidak kembali ke bentuk atau dimensi semula
(irrecoverable), dapat dikatakan logam telah mengalami deformasi plastis.

3
2.1.3 Batas elastic (Elastic limit)
Daerah elastic adalah daerah dimana bahan akan kembali kepanjang semula bila tegangan
luar dihilangkan. Daerah proporsional merupakan daerah elastic ini. Selanjutnya bila bahan
terus diberi tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastic akan terlampaui pada akhirnya
sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat
didefinisikan bahwa batas elastic merupakan suatu titik dimana tegangan yang diberikan aan
menyebabkan terjadinya deformasi permanen (plastis) pertama kalinya. Kebanyakan

4
material teknik memiliki batas elastic yang hampir berimpitan dengan batas
proporsionalitasnya.

2.1.4 Titik luluh dan kekuatan luluh (yield strength)


Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa
adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan
mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Gejala luluh umumnya hanya
ditunjukan oleh logam-logam ulet dengan struktur kristal BCC dan FCC yang membentuk
interstitial solid solution dari atom-atom carbon, boron, hydrogen, oksigen. Interaksi antara
dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel menunjukkan
titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas (upper point) berkekuatan tinggi dan
besi tuang yang getas umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk
menentukan kekuatan lulu material seperti ini maka digunakan suatu metode yang disebut
metode offset. Dengan metode ini kekuatan luluh (yield strength) ditentukan sebagai
tegangan dimana bahan memperlihatkan batas penympangan/deviasi tertentu dari
proporsionalitas tegangan dan regangan.

Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan sebuah gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi permanen bila digunakandalam penggunaan structural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Disisi lain, batas luluh ini
harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) di pakai dalam proses manufaktur produk-
produk logam seperti rolling, drawling, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa
titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang:
1) Tidak boleh dilewati dalam penggunaan structural (inservice)
2) Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process)

2.1.5 Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Sterngth)


Merupakan tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh material sebelum terjadinya
perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum σuts ditentukan dari beban maksimum
Fmaks dibagi luas penampang awal Ao.
𝐹𝑚𝑎𝑥
𝑈𝑇𝑆 =
𝐴𝑜

5
Pada bahan ulet tegangan masksimum ditunjukkan oleh titik M dan selanjutnya bahan akan
terdeformasi hingga titik perpatahan. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang
berbeda dimana tegangan maksimum sekaligus perpatahan ada disatu titik yang sama.
Dalam kaitannya dengan penggunaan structural maupun dalam proses forming bahan,
kekuatan masksimum adalah batas tegangan yang sama sekali tidak bole dilewati.

2.1.6 Kekuatan Putus (Breaking strength)


Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaks)
dengan luas Ao. untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui
dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus maka terjadi mekanisme penciutan (necking)
sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus
adalah lebih kecil dari pada kekuatan masimumnya sementara pada bahan getas kekuatan
putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.

2.1.7 Keuletan (Ductility)


Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan
deformasi hingga terjadinya perpatahan atau keuletan bahan juga dapat dinyatakan sebagai
energy yang diadsorb oleh bahan tersebut sampai pada titik patah, yaitu merupakan luas
bidang di bawah kurva tegangan-regangan. Sifat ini, dalam beberapa tingkatan, harus
dimiliki oleh bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui proses rolling, bending, stretching,
drawing, hamering, cutting dan sebagainya. Pengujian tarik dua metode pengukuran
keuletan bahan yaitu:
 Persentase perpanjangan (elongation)
6
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan terhadap panjang awalnya.

Dimana Lf adalah panjang akhir dan Lo adalah panjang awal dari benda uji.

 Persentase pengurangan/reduksi penampang


Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cross-section)setelah perpatahan terhadap
luas penampang awalnya.

Dimana Af adalah luas penampang akhir dan Ao luas penampang awal.

2.1.8 Modulus Elastisitas (E)


Modulus elastisistas atau modulus young merupakan ukuran kekakuan suatu material.
Semakin besar harga modulus ini, maka semakin kecil regangan elastic yang terjadi pada
suatu tingkat pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku
(stiff). Pada grafik tegangan-regangan, modulus kekakuan dapat dihitung dari slope
kemiringan garis elastic yang linier, diberikan oleh:
𝜎
𝐸 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸 = 𝑡𝑎𝑛𝛼
𝜀

7
Dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastic kurva tegangan-regangan. Modulus
elastisitas suatu material ditentukan oleh energy ikat antar atom-atom, sehingga besarnya
nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan.

2.1.9 Modulus Kelentingan (Modulus of Reselince)


Mewakili kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa terjadinya kerusakan.
Nilai modulus dapat diperoleh dari luas segitiga yang dibentuk oleh area elastik diagram
tegang-renggang. Pada gambar dibawah ini ditunjukan oleh garis putus-putus.

8
2.1.10 Modulus Ketangguhan (Modulus of Toughness)
Merupial dalam menyerap energi hingga terjadinya perpatahan. Secara kualitatif dapat
ditentukan dari luas area keseluruhan di bawah kurva tegang renggang hasil pengujian tarik.
Pertimbangan desain yang mengikutsertakan modulus ketangguhan menjadi sangat penting
untuk komponen-komponen yang mungkin mengalami pembebanan berlebihan secara tidak
sengaja. Material dengan modulus ketangguhan yang tinggi akan mengalami distorsi yang
besar karena pembebanan berlebih , tetapi hal ini tetap disukai dibandingkan material dengan
modulus yang rendah dimana perpatahan akan terjadi tanpa suatu peringatan terlebih dahulu.

2.1.11 Kurva Tegangan Rekayasa dan Sesungguhnya


Kurva tegang-renggang rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan panjang) dari
benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegang renggang sessungguhnya diperlukan
luas area yang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua, kurva
tidaklah terlalu besar pada renggangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang
terjadinya pengerasan renggangan (straining hardening), yaitu setelah titik luluh terlampaui.
Secara khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking.

Pada kurva tegang-renggang rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual
mampu menahan turunnya beban karena luas area awal (Ao) bernilai konstan pada saat
penghitugan tegangan σ=P/Ao. Sementara pada kurva tegang renggang sesunguhnya luas
area aktual adalah selalu turun sehingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu

9
menahan peningkatan tegangan karena σ=P/A. Sehingga notasi true strees dan true strain
dapat ditulis sebagai :
σT = F/Ai dan εT = ln (li/lo)

2.1.12 Karakteristik Perpatahan

Material dikatakan ulet bila material tersebut mengalami deformasi elastis dan plastis
sebelum akhirnya putus. Sedangkan material getas tidak mengalami deformasi plastis
sebelum mengalami putus.
1. Perpatahan Ulet (ductile)

10
Tahapan terjadinya perpatah ulet pada sampel uji tarik :
a) Penyempitan awal
b) Pembentukan rongga-rongga kecil
c) Penyatuan ronga-rongga menjadi suatu retakan
d) Perambatan retakan
e) Perpatahan gesek akhir pada sudut 45o

2. Perpatahan Getas (brittle)


Perpatahan getas memiliki ciri-ciri berikut :
a) Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada material.
b) Retak/perpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin membelah atom-
atom material (transgranular).
c) Pada material lunak dengan butir kasar (coarse grain) maka dapat dilihat pola-pola
yang dinamakan chevrons of fan-like pattern yang berkembang keluar dari daerah
awal kegagalan.
d) Material keras dengan butir halus (fine-grain) tidak memiliki pola-pola yang mudah
dibedakan.
e) Material amorphous (seperti gelas) memiliki permukaan patahan yang bercahaya
dan mulus.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Peralatan dan Bahan

1. Universal testing machine


2. Jangka Sorong
3. Spidol permanent atau penggores (cutter)
4. Sampel Uji tarik.

12
3.2. Flow Chart Proses Pengujian

Memulai
pengujian

Mengukur
sampel

Menandai
sampel

Memasang menguji
sampel sampel lain Selesai

Menarik
sampel

Menandai
grafik hasil uji

mengukur mengamati
sampel hasil tipe
uji perpatahan

13
BAB IV
DATA, PERHITUNGAN DAN GRAFIK
4.1. Hasil Pengukuran (Tabel)

do df Af
Ao (mm) Lo (mm) Lf (mm) Cu
(mm) (mm) (mm)
8,2 5 52,7834 19,625 59,5 65,5

σT
dL ε εT σT
No P (Kg) σ rekayasa sebenarnya
(mm) rekayasa sebenarnya sebenarnya
F (N) (mPa)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 7500 764,526 1 0,017 14,48421272 0,016667052 14,72764487 144,4781962
2 7300 744,1386 2 0,034 14,09796705 0,033060862 14,5718483 142,9498318
3 6700 682,9766 3 0,050 12,93923003 0,049190244 13,59162819 133,3338725
4 5450 555,5556 4 0,067 10,52519458 0,065063593 11,23277069 110,1934804
5 3800 387,3598 5 0,084 7,33866778 0,080688911 7,955362551 78,04210663
6 3700 377,1662 6 0,101 7,145544944 0,09607383 7,866104098 77,1664812

UTS 14,48421

Pmax 764,526

elongasi (%) 10,08403


reduksi (%) 62,81975

4.2. Pengolahan Data

Tembaga (Cu)
Pengukuran awal sampel Cu diperoleh data:

- Diameter Benda Uji


o Awal, do = 8,2 mm
o Akhir, df = 5 mm
- Luas area
o Awal, Ao = 52,7834 mm2
o Akhir, Af = 19,625 mm2

14
- Panjang
o Awal, lo = 59,5 mm
o Akhir, lf = 65,5 mm

Perhitungan
1. Regangan Rekayasa (𝜀) = 𝑑𝐿⁄𝑙𝑜
= 6 𝑚𝑚 ⁄ 59,5 𝑚𝑚
= 0,1008403361

2. Tegangan Rekayasa (𝜎) = 𝑃⁄𝐴𝑜


= 764,526 𝑘𝑔 / 52,7834 𝑚𝑚2
= 14,48421272 𝑘𝑔⁄𝑚𝑚2
= 142,0901267832 𝑀𝑃𝑎

3. Regangan Sesungguhnya (𝜀𝑇) = ln(1 + 𝜀)


= ln(1 + 0,1008403361)
= 0,09607383009

4. Tegangan Sesungguhnya ( 𝜎𝑇) = 𝜎(1 + 𝜀)


= 142,0901267832 𝑀𝑃𝑎 (1 + 0,1008403361)
= 156,41854292450949983352 𝑀𝑃𝑎
5. Ultimate Tensile Strength (UTS)
𝑃𝑚𝑎𝑥 = 764,526 𝑘𝑔
= 7500,00006 𝑁
𝐴𝑜 = 52,8102 𝑚𝑚2
𝑃𝑚𝑎𝑥 7500,00006 𝑁
𝑈𝑇𝑆 = = = 142,0180204 𝑀𝑃𝑎
𝐴𝑜 52,8102 𝑚𝑚2

15
6. Elongasi (%)
Perhitungan pengukuran data spesimen

lo = 59,5 mm

lf = 65,5 mm
𝑙𝑓 − 𝑙𝑜
%𝐸𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑠𝑖 = ( ) × 100%
𝑙𝑜
65,5 − 59,5
%𝐸𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑠𝑖 = ( ) × 100% = 10,08403%
59,5

7. Reduksi (%)
Perhitungan pengukuran data spesimen

Ao = 52,7834 mm

Af = 19,625 mm
𝐴𝑜 − 𝐴𝑓
%𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = ( ) × 100%
𝐴𝑜
52,7834 − 19,625
%𝑅𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = ( ) × 100% = 62,81975%
19,625

4.3. Grafik

4.3.1. Grafik P (beban) vs dL (elongasi)

Grafik P vs dL
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6

P (Kg) dL (mm)

16
4.3.2. Grafik (True Stress) vs (True Strain)

Grafik εT vs σT
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11

σT sebenarnya (mPa) εT sebenarnya

4.3.3. Grafik (Engineering Stress) vs (Engineering Strain)

Grafik ε vs σ
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11

σ rekayasa ε rekayasa

17
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Prinsip Pengujian

Benda yang di uji dengan ukuran tertentu ditarik dengan beban kontinyu sekaligus
dicatat dl (pertambahan panjang) yang dialami benda. Data tersebut kemudian ditampilkan
dalam bentuk grafik yaitu Tegangan vs Regangan.
Sebelum dilakukan pengujian benda yang akan diuji diukur panjang awal dan
diameter awal nya terlebih dahulu. Benda yang kan diuji yaitu Cu (tembaga). Kemudian
hasil yang telah didapat dari pengujian tarik tadi yaitu grafik beban vs dl (pertambahan
panjang diubah menjadi tegangan dan regangan dengan menghitung dengan rumus yang
sudah diketahui. Dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan, diperoleh data berupa
grafik perbandingan beban aplikasi dengan pertambahan panjang dari spesimen tarik yaitu
Cu hingga titik perpatahan. Data ini kemudian direduksi dan dikonversikan ke dalam
bentuk tabel untuk memperoleh grafik perbandingan tegangan – regangan rekayasa, grafik
perbandingan tegangan – regangan sebenarnya, serta beberapa nilai penting yang
memberikan gambaran sifat – sifat mekanis dari benda, seperti : Batas elastis, titik luluh,
kekuatan tarik maksimum (UTS), elongasi, reduksi.

5.2. Analisa Grafik

5.2.1. Analisa Grafik P vs dL

Dari grafik ini terlihat bahwa Cu mengalami pertambahan panjang yang cukup
rendah yaitu sebesar 6 mm. Beban yang dapat diterima Cu sebesar 764,526 kg hal ini
karena terkait dengan perbedaan luas area benda yang diuji (Ao). Menurut literatur Cu
merupakan logam yang kuat namun tidak seulet logam lain seperti baja atau besi. Hal ini
sama dengan hasil yang didapati oleh praktikan. Dengan menggunakan mesin yang
canggih seperti alat pengujian yang ada di departemen maka dapat dipastikan hasil data
yang didapat lebih akurat.

5.2.2. Analisa Grafik  vs  & T vs T

Dari grafik ini terlihat hubungan antara tegangan – regangan rekayasa


spesimen benda. Grafik ini sering digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik maksimum
(UTS), kekuatan luluh, titik perpatahan, dan modulus young.
Terlihat hubungan antara tegangan – regangan untuk material Cu masih normal,
akan tetapi material Cu memiliki daerah elastis yang tinggi, sehingga Cu dapat
disimpulkan memiliki Modulus kekakuan dan titik luluh yang cukup besar.
Namun untuk skala regangan yang besar (daerah plastis), harga σ vs ε untuk

18
material Cu mulai menunjukkan penyimpangan akibat tingkat keuletan. Untuk regangan
yang besar (daerah plastis, grafik σ vs ε ini mengabaikan dimensi material yang berubah,
yaitu luas penampang spesimen yang terus mengecil seiring dengan terjadinya mekanisme
necking.
Grafik σ vs ε ini menggunakan luas penampang awal (Ao) sebagai acuan untuk
setiap perhitungan nilai tegangan (stress) di tiap-tiap titiknya, sehingga kurang
menggambarkan kondisi real yang terjadi selama pengujian. Dalam aplikasinya, grafik σ vs
ε sendiri biasanya digunakan dalam aplikasi rekayasa / engineering. Sementara itu, dalam
proses metal forming (teknik pengubahan bentuk) yang digunakan adalah adalah daerah
plastisnya agar terjadi deformasi plastis atau perubahan yang permanen.

5.2.3. Analisa Hasil Perpatahan

Pada material Cu yang telah diuji saat diberi beban tarik mengalami perpatahan,
dari bentuk perpatahan material tersebut, didapatkan sifat dari material tersebut. Berikut
foto hasil perpatahan Cu

Spesimen Tembaga (Cu)

Dari pengujian ini diperoleh data kualitatif berupa bentuk patahan sampel. Bentuk
perpatahan ini pada umumnya juga merupakan sarana yang efektif untuk mengidentifikasi

19
sifat-sifat dari pada material. Dari hasil pengamatan, nampak bahwa material tersebut
memiliki bentuk perpatahan ulet (ductile). Hal ini ditunjukkan dengan bentuk permukaan
patahan yang berserabut (tidak rata) dan gelap (dull), dan dari grafik sebelumnya, nampak
bahwa material tersebut mengalami deformasi plastis, suatu sifat yang hampir tidak
dimiliki oleh material getas manapun.

Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa proses perpatahan ini terjadi melalui
beberapa tahapan, yaitu : necking, pembentukan pori kecil pada material (di tengah
ataupun permukaan), penyebaran pori / lubang (cavities propagation), untuk kemudian
bergabung membentuk pori yang lebih besar dimana sumbu panjangnya tegak lurus
terhadap arah pembebanan. Penyebaran crack berlanjut hingga pada akhirnya terjadi
perpatahan akibat benda tidak mampu lagi menahan beban yang ada.

20
BAB VI
KESIMPULAN
 Pengujian tarik dapat memberikan gambaran mengenai sifat mekanis
material berupa ketangguhan, keuletan dan kekuatan dihubungkan dengan
kekuatan tariknya.
 Material Cu memiliki keuletan yang cukup besar ditunjukkan dengan besar
% elongasi dan % RA (reduction area)
 Sifat-sifat mekanis material sangat dibutuhkan dalam bidang struktural
maupun manufaktur material
 Grafik tegangan-regangan dapat menentukan daerah kerja dari suatu
material, berhubungan dengan daerah elastis dan plastisnya
 Necking pada sampel uji terjadi pada daerah 1/3 gaugenya, sesuai dengan
literatur.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Modul Praktikum Material Teknik : Pengujian Merusak (Destructive


Test). Depok: Departemen Metalurgi dan Material FTUI.

Callister, W. D. (2008). Fundamentals of Materials Science and Engineering: An


Integrated Approach. United States: John Wiley & Sons.

Callister, William D. 1996. Materials Science and Engineering An Introduction 4th edition.
The McGraw-Hill International Book Company : New York USA.

Surdia, Tata.1992. pengetahuan Bahan Teknik, edisi ke 2.Jakarta : Prandya Pramita.

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai